Jurnal Noviyanto Ikhsan K A121308072

KONTRIBUSI KECEPATAN LARI, POWER OTOT TUNGKAI, KEKUATAN
OTOT PERUT, DAN FLEKSIBILITAS TOGOK DENGAN LOMPAT JANGKIT
PADA MAHASISWA PUTRA JPOK UNS
NOVIYANTO IKHSAN KHOIRUDIN
noviyanto.ikhsanovic@gmail.com
Program Pascasarjana Program Studi Ilmu Keolahragaan
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
ABSTRAK
Olahraga mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan manusia. Melalui
olahraga dapat dibentuk manusia yang sehat jasmani, rohani serta mempunyai kepribadian,
disiplin, sportivitas yang tinggi sehingga pada akhirnya akan terbentuk manusia yang
berkualitas. Salah satu cabang olahraga yang ada di mata kuliah JPOK UNS diantaranya
adalah atletik. Salah satu cabang atletik yang diajarkan yaitu nomor lompat jangkit. Lompat
jangkit adalah suatu bentuk gerakan lompat yang merupakan rangkaian urutan gerak yang
dilakukan dengan berjingkat, melangkah, dan melompat dalam usaha untuk mencapai jarak
yang sejauh-jauhnya. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui faktor fisik yang dominan dalam menentukan prestasi lompat jangkit.
Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif,
menggunakan metode deskriptif korelasional, kemudian rancangan penelitian yang
digunakan adalah Paradigma Ganda dengan empat Variabel Independen. Sampel dalam

penelitian ini adalah mahasiswa putra JPOK FKIP UNS angkatan 2014 berjumlah 80 orang.
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik random sampling.
Adapun data yang diperoleh adalah dengan kemampuan kecepatan lari, power otot tungkai,
kekuatan otot perut, fleksibilitas togok, dan prestasi lompat jangkit.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa masing-masing variabel kecepatan lari,
power otot tungkai, kekuatan otot perut dan fleksibilitas togok memiliki hubungan
signifikan baik secara tunggal maupun ganda dengan prestasi lompat jangkit. Kontribusi
relatif masing-masing variable bebas terhadap variable terikat sebagai berikut: kecepatan
lari sebesar 26.081%, power otot tungkai sebesar 27.806%, kekuatan otot perut sebesar
6.735%, Fleksibilitas Togok sebesar 4.990% Sedangkan kontribusi efektif masing-masing
variabel bebas terhadap variabel terikat sebagai berikut: kecepatan lari sebesar 15.921%,
power otot tungkai efektif sebesar 16.974%, kekuatan otot perut sebesar 4.112%,
fleksibilitas togok sebesar 3.046%.
Simpulan yang didapat dari penelitian ini dari empat variabel yaitu kecepatan lari,
power otot tungkai, kekuatan otot perut, dan fleksibilitas togok memiliki total sumbangan
relatif sejumlah 65.612% dan total sumbangan efektif sebesar 40.053%.
Kata kunci : Pendidikan jasmani, atletik, lompat jangkit

PENDAHULUAN
Pembangunan dalam bidang

olahraga merupakan bagian penting
yang tidak dapat dipisahkan dari
pembangunan
secara
keseluruhan.
Olahraga merupakan salah satu cara
untuk menggali dan mengembangkan
potensi manusia itu sendiri untuk
berprestasi dalam bidang olahraga.
Mengembangkan potensi manusia untuk
berprestasi dalam bidang olahraga
bukanlah suatu hal yang mudah, karena
manusia merupakan suatu sistem yang
unik dan memiliki kelebihan dan
keterbatasan untuk dikembangkan, tetapi
prestasi juga sangat dipengaruhi oleh
komponen di luar manusia itu sendiri.
Olahraga mempunyai peranan
yang penting dalam kehidupan manusia.
Melalui olahraga dapat dibentuk

manusia yang sehat jasmani, rohani serta
mempunyai
kepribadian,
disiplin,
sportivitas yang tinggi sehingga pada
akhirnya akan terbentuk manusia yang
berkualitas. Suatu kenyataan yang bisa
diamati
dalam
dunia
olahraga,
menunjukkan kecenderungan adanya
peningkatan prestasi olahraga yang pesat
dari waktu ke waktu baik tingkat daerah,
nasional maupun internasional. Hal ini
dapat dilihat dari pemecahan-pemecahan
rekor yang terus dilakukan pada cabang
olahraga tertentu, penampilan teknik
yang efektif dan efisien dengan ditinjau
oleh kondisi fisik yang baik.

Olahraga adalah salah satu
bentuk dari upaya peningkatan kualitas
manusia Indonesia yang diarahkan pada
pembentukan watak dan kepribadian,
disiplin dan sportivitas yang tinggi, serta
peningkatan prestasi yang dapat
membangkitkan
rasa
kebanggaan

nasional. Kegiatan olahraga mencakup
berbagai macam cabang seperti atletik,
permainan, olahraga air, olahraga
beladiri,
dan
lain-lain.
Ilmu
keolahragaan merupakan ilmu terapan
yang lintas disiplin antar ilmu yang
terkait dan relevan, maka dalam

pelaksanaan pembinaan olahraga untuk
mencapai prestasi yang optimal atau
maksimal, perlu ditangani secara
komprehensif dan terpadu.
Aspek-aspek yang terkait dalam
pembinaan
olahraga
menurut
Soeharsono, dalam Hadisasmita (1996:
87-88) diantaranya adalah: (1) Aspek
olahraga; menyangkut permasalahan
fisik: pembinaan fisik, pembinaan
teknik, pembinaan taktik, kematangan
bertanding, pelatih, program latihan dan
evaluasi, (2) Aspek medis; menyangkut
permasalahan: fungsi organ tubuh
(jantung, paru-paru, saraf, otot, indera,
dan lainnya), gizi, cedera, dan
pemeriksaan. (3) Aspek psikologis;
menyangkut permasalahan: ketahanan

mental, kepercayaan diri, penguasaan
diri, disiplin dan semangat juang,
ketekanan, ketekunan, dan kecermatan,
dan motivasi.
Faktor biologis atau fisik yaitu
yang berkaitan dengan struktur, postur
dan kemampuan biomotor yang
ditentukan secara genetik, merupakan
salah satu faktor penentu prestasi yang
terdiri dari komponen dasar, yaitu:
kekuatan
(strength),
daya
tahan
(endurance), daya ledak (explosive
power), kecepatan (speed), fleksibiltas
(flexibility),
kelincahan
(agility),
keseimbangan (balance), dan koordinasi

(coordination), masih memungkinkan
untuk dibina dikembangkan sesuai
dengan
batas-batas
kemampuan

biomotorik yang ada pada atlet muda
yang masih tumbuh dan berkembang
(Astrand, 1986: 213).
Mengingat sangat kompleks
masalah pembinaan olahraga prestasi,
maka strategi pembinaan olahraga ini
perlu ditangani secara profesional, baik
dalam manajemen maupun dalam
keilmuannya. Setiap cabang olahraga
seperti
permainan
sepak
bola,
bolabasket, renang, atletik memiliki

sistem, strategi dan metode pelatihan
fisik yang berbeda untuk mencapai dan
meningkatkan
prestasi
olahraga.
Perbedaan pelatihan fisik ini dapat
dilihat dari perbedaan gerakan-gerakan
pada setiap cabang olahraga tersebut
seperti halnya cabang olahraga Atletik.
Fisik yang prima merupakan
salah satu aset penting yang harus
dipertahankan seorang atlet. Faktor fisik
berhubungan dengan postur tubuh yang
ideal juga berkaitan dengan daya tahan,
kecepatan,
fleksibilitas,
agilitas,
koordinasi gerak, dan kekuatan seorang
atlet, baik dalam latihan maupun dalam
menghadapi pertandingan. Kondisi fisik

adalah suatu kesatuan yang utuh dari
komponen-komponen yang tidak dapat
dipisahkan begitu saja, baik peningkatan
maupun pemeliharaannya (Sajoto, 1995:
810).
Atletik merupakan salah satu
unsur pendidikan jasmani dan kesehatan
serta merupakan komponen-komponen
pendidikan
keseluruhan
yang
mengutamakan
aktivitas
jasmani,
pembinaan
hidup
sehat
dan
pengembangan jasmani, mental, sosial
dan emosional yang serasi, selaras dan

seimbang. Atletik sendiri merupakan
cabang olahraga yang mempunyai peran
penting untuk menunjang perkembangan

gerakan anak kearah gerakan atletik. Hal
ini senada pendapat Aip Syarifudin
(1992: 18) bahwa “pembentukan gerak
dasar khususnya pembentukan gerak
dasar atletik adalah suatu dorongan
dalam usaha mengalihkan bentuk-bentuk
gerakan yang telah dimiliki anak
sebelum memasuki sekolah menjadi
bentuk-bentuk gerakan dasar yang
mengarah pada atletik”. Kemampuan
gerak dasar anak dapat ditingkatkan
melalui pembelajaran atletik.
Atletik merupakan salah satu
cabang olahraga yang wajib diberikan di
sekolah-sekolah, baik dari tingkat
Sekolah

Dasar
sampai
Sekolah
Menengah Atas. Hal ini karena atletik
merupakan induk dari semua cabang
olahraga. Hal ini sesuai pendapat
Bahagia dkk., (2005: 1) bahwa; cabang
olahraga atletik wajib diajarkan di
sekolah-sekolah dari Sekolah Dasar
(SD), Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
(SLTP), Sekolah Lanjutan Tingkat Atas
(SLTA). Bahkan di beberapa Perguruan
Tinggi, atletik sebagai salah satu Mata
Kuliah Dasar Umum (MKDU), karena
atletik merupakan mother atau ibu dari
semua cabang olahraga. Gerakangerakan yang ada di dalam atletik
dimiliki oleh sebagian besar cabangcabang olahraga.
Atletik merupakan salah satu
cabang olahraga yang ada di mata kuliah
di Jurusan Pendidikan Olahraga dan
Kesehatan Universitas yang ada di
indonesia, salah satunya di UNS
Surakarta. Setiap mahasiswa harus
menempuh mata kuliah atletik dan untuk
dapat lulus mata kuliah harus mencapai
limit tertentu di dalam setiap nomornomor atletik, salah satu diantaranya

adalah nomor lompat, yang di dalamnya
ada lompat jangkit. Di Jurusan
Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
UNS Surakarta, lompat jangkit termasuk
salah satu nomor yang wajib ditempuh
oleh semua mahasiswa. Sejauh ini
prestasi lompat jangkit mahasiswa JPOK
UNS belum menunjukkan peningkatan
yang begitu signifikan sehingga perlu
ditingkatkan kemampuan fisik dan
teknik agar prestasi bisa meningkat.
Untuk dapat mencapai hasil yang
optimal dalam melakukan lompat
jangkit
perlu
di
dukung
oleh
kemampuan fisik maupun teknik yang
memadai bagi setiap mahasiswa. Oleh
karena itu latihan fisik dan teknik harus
secara rutin harus di lakukan agar
kemampuan lompat jangkit dapat
meningkat optimal.
Gerakan lompat jangkit terdiri
dari awalan, lompatan-lompatan (hopstep-jump) dan pendaratan untuk
mencapai jarak sejauh-jauhnya. Menurut
Aip Syaifudin (1992: 122) “teknik
lompat jangkit dapat dijadikan atas
awalan atau ancang-ancang, tolakan
pada waktu (hop,step,jump), irama
lompatan, sikap atau gerakan badan di
udara, dan sikap mendarat.” Jadi agar
memperoleh hasil lompatan lompat
jangkit yang benar, mahasiswa harus
bisa menguasai lima teknik tersebut.
Setiap pelompat harus memiliki kondisi
fisik dan penguasaan teknik yang baik.
Pencapaian prestasi lompat jangkit
tergantung pada kemampuan kondisi
fisik dan penguasaan teknik yang
dicapai oleh pelompat.
Fisik yang prima merupakan
salah satu aset penting yang harus
dipertahankan seorang atlet. Faktor fisik
berhubungan dengan postur tubuh yang

ideal juga berkaitan dengan daya tahan,
kecepatan,
fleksibilitas,
agilitas,
koordinasi gerak, dan kekuatan seorang
atlet, baik dalam latihan maupun dalam
menghadapi pertandingan. Kondisi fisik
adalah suatu kesatuan yang utuh dari
komponen-komponen yang tidak dapat
dipisahkan begitu saja, baik peningkatan
maupun pemeliharaannya (Sajoto, 1995:
810).
Untuk dapat mencapai dan
meningkatkan prestasi lompat jangkit
harus dikembangkan unsur fisik dan
teknik. Menurut Irawan (2007: 13),
faktor yang cukup dominan menentukan
tingkat keberhasilan dalam melakukan
lompat jangkit menyangkut kemampuan
menerapkan strategi dan taktik secara
efektif dan efisien adalah sebagai
berikut:
1. Kemampuan gaya, pola, systemsistem, serta mental yang dimiliki
diri sendiri.
2. Derajat kebugaran atlet dan pelajar.
3. Kemampuan fisik dan teknik si
pelompat.
4. Keadaan
lingkungan,
tempat
pertandingan, cuaca atau iklim,
kondisi lampu dan penonton.
5. Peraturan dan ketentuan perlombaan
yang bersifat internasional dan lokal.
Dalam
lompat
jangkit
dibutuhkan
kondisi
fisik
seperti
kecepatan lari, power tungkai, kekuatan
otot perut, fleksibilitas togok. Kecepatan
merupakan komponen fisik yang sangat
esensial. Dalam melakukan gerakan
lompat jangkit, unsur kecepatan lari
sangat diperlukan untuk menambah
kecepatan saat tolakan dan juga
menunjang jarak yang dihasilkan saat
melompat menjadi lebih jauh. Oleh
karena itu kecepatan lari merupakan

suatu hal yang tidak dapat dipisahkan
dari faktor-faktor penunjang lompat
jangkit.
Dalam
melakukan
lompat
jangkit, pelompat harus melakukan
lompatan
keatas
kedepan
untuk
mendapatkan jarak sejauh-jauhnya.
Dalam melakukan lompatan, power otot
tungkai sangat berperan. Hampir seluruh
pelaksanaan gerak dalam olahraga
lompat jangkit melibatkan seluruh alatalat gerak, baik alat gerak aktif (otot)
maupun alat gerak pasif (tulang) dan
yang sangat
berpengaruh dalam
pelaksanaan semua gerakan tersebut
adalah otot tungkai. Otot tungkai sangat
besar pengaruhnya terhadap prestasi
atau hasil tolakan. Fungsi tungkai adalah
sebagai penopang tubuh selain itu juga
sebagai tenaga pendorong awal.
Hal yang tidak kalah pentingnya
yang juga mempengaruhi keberhasilan
dalam melakukan lompatan adalah
faktor pelompat. Perbedaan kemampuan
terutama terjadi karena kualitas fisik
yang berbeda (Sugiyanto,1987: 353).
Kemampuan fisik berhubungan dengan
kekuatan otot perut yang mempengaruhi
penampilan seseorang baik dalam
latihan gerakan–gerakan keterampilan
maupun dalam penampilan. Dengan
demikian dapat dikatakan kekuatan otot
perut yang baik adalah suatu persyaratan
dalam
usaha
mencapai
prestasi
maksimal bagi seseorang dalam
melekukan lompat jangkit.
Kelentukan (fleksibilitas) adalah
kemampuan untuk melakukan gerakan
dalam ruang gerak sendi, fleksibilitas
yang dimaksudkan adalah fleksibilitas
togok. Fleksibilitas togok berperan
untuk memperluas gerak persendian dan
gerakan elastis dari otot-otot togok,

sehingga gerakan lompatan (hop-stepjump) pada lompat jangkit nampak lebih
luwes dan tidak kaku. Selain itu,
fleksibilitas togok juga dimanfaatkan
untuk menambah kekuatan atau daya
pada lengan pada saat akan melakukan
gerakan lompat jangkit. Dimana
fleksibilitas togok dapat memberikan
gerakan tambahan secara cepat dan kuat.
Untuk melatih kemampuan perlu juga
diperhatikan faktor-faktor yang terlibat
serta pendukungnya tidak hanya sematamata
berlatih
kemampuan
saja
melainkan kemampuan merupakan salah
satu komponen yang paling berat dalam
proses melatihnya, karena itu untuk
melatihnya perlu memperhatikan faktorfaktor yang diperlukan dalam lompat
jangkit tersebut terutama fleksibilitas
togok (Harsono, 1988: 163).
Berdasarkan uraian di atas,
peneliti akan melakukan penelitian
dengan judul ”Kontribusi Kecepatan
Lari, Power Otot Tungkai, Kekuatan
Otot Perut, dan Fleksibilitas Togok
dengan Lompat Jangkit pada Mahasiswa
Putra JPOK UNS”.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan pada
Mahasiswa mahasiswa putra Jurusan
Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
Universitas Sebelas Maret Surakarta
angkatan
2014.
Pendekatan
yang

dilakukan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kuantitatif, menggunakan
metode
deskriptif
korelasional,
kemudian rancangan penelitian yang
digunakan adalah Paradigma Ganda
dengan empat Variabel Independen.
Populasi dalam penelitian ini adalah
mahasiswa putra JPOK FKIP UNS

angkatan
2014
berjumlah
130
mahasiswa. Sampel atau subjek dalam
penelitian ini berjumlah 80 mahasiswa.
Teknik pengambilan sampel dalam
penelitian ini menggunakan teknik
random sampling. Adapun data yang
diperoleh adalah dengan mengambil
data kemampuan kecepatan lari, power
otot tungkai, kekuatan otot perut,
fleksibilitas togok, dan prestasi lompat
jangkit.
.
Teknik analisis statistik
yang dipergunakan dalam penelitian
ini dilakukan dengan menggunakan
statistik deskriptif. Statistik deskritif
adalah statistik yang digunakan untuk
menganalisa data dengan cara
mendeskripsikan atau mengambarkan
data
yang
telah
terkumpul
sebagaimana adanya tanpa bermaksud
membuat kesimpulan yang berlaku
untuk umum atau generalisasi
(Sugiyono, 2007).
HASIL
PENELITIAN
DAN
PEMBAHASAN
1.
Kontribusi Kecepatan Lari Pada
Prestasi Lompat Jangkit.
Berdasarkan
analisis
korelasi
kecepatan lari (X1) pada prestasi
renang lompat jangkit (Y), diperoleh
koefisien korelasi sebesar 0,990.
Dengan N = 80, nilai r tabel 5%
sebesar 0.220. Ternyata r hitung
sebesar 0,990 lebih besar dari r tabel
5%
sebesar
0.220.
Hal
ini
menunjukan
bahwa
terdapat
hubungan yang signifikan kecepatan
lari (X1) pada prestasi lompat jangkit
(Y).

Analisis
korelasi
parsial
menunjukkan bahwa kecepatan lari
signifikan pada prestasi lompat
jangkit. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa pada variabel kecepatan lari
memiliki nilai r hitung (0.563) yang
lebih besar dari r tabel (0.220). Dari
hasil ini menunjukkan bahwa
kecepatan lari berhubungan sacara
signifikan pada prestasi lompat
jangkit, sehingga
hipotesis
1
diterima. Berdasarkan hasil tersebut
maka dapat disimpulkan bahwa jika
seseorang
memiliki
mempunyai
kecepatan lari yang baik maka akan
berakibat pada hasil lompatan pada
lompat jangkit. Hasil penelitian ini
membuktikan bahwa kecepatan lari
adalah unsur dasar dalam melakukan
lompat jangkit. Penting bagi seorang
pelompat jangkit untuk mengetahui
kecepatan tertinggi yang bisa
dikendalikan untuk memeperoleh
lepas landas yang seimbang sehingga
menghasilkan lompatan yang baik.
2. Hubungan antara Power Otot
Tungkai dengan Prestasi Lompat
Jangkit.
Berdasarkan analisis korelasi power
otot tungkai (X2) pada prestasi lompat
jangkit (Y), diperoleh koefisien
korelasi sebesar 0,986. Dengan N =
80, nilai r tabel 5% sebesar 0.220.
Ternyata r hitung sebesar 0,986 lebih
besar dari r tabel 5% sebesar 0.220.
Hal ini menunjukan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan power otot
tungkai (X2) pada prestasi lompat
jangkit (Y).
Analisis
korelasi
parsial
menunjukkan bahwa kecepatan lari
signifikan pada prestasi lompat

jangkit. Power otot tungkai memiliki
nilai r hitung (0.502) yang lebih besar
dari r tabel (0.220). Berdasarkan hasil
tersebut maka dapat disimpulkan
bahwa
power
otot
tungkai
berhubungan sacara signifikan pada
prestasi lompat jangkit, sehingga
hipotesis 2 diterima. Jika power otot
tungkai besar disertai koordinasi yang
baik dalam menghimpun ayunan
tangan, maka titik berat badan dapat
diangkat setinggi mungkin. Bisa
disimpulkan bahwa power otot
tungkai menjadi unsur fisik yang
penting untuk melakukan tolakan
dalam lompat Jangkit.
3. Hubungan antara Kekuatan Otot
Perut dengan Prestasi Lompat
Jangkit.
Berdasarkan
analisis
korelasi
kekuatan otot perut (X3) pada prestasi
lompat jangkit (Y), diperoleh
koefisien korelasi sebesar 0,993.
Dengan N = 80, nilai r tabel 5%
sebesar 0.220. Ternyata r hitung
sebesar 0,993 lebih besar dari r tabel
5%
sebesar
0.220.
Hal
ini
menunjukan
bahwa
terdapat
hubungan yang signifikan kekuatan
otot perut (X3) pada prestasi lompat
jangkit (Y).
Analisis
korelasi
parsial
menunjukkan bahwa bahwa kekuatan
otot perut signifikan pada prestasi
lompat jangkit. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pada variabel
kekuatan otot perut memiliki nilai r
hitung (0.291) yang lebih besar dari r
tabel (0.220). Dari hasil ini dapat
disimpulkan bahwa kekuatan otot
perut berhubungan sacara signifikan
pada
prestasi
lompat
jangkit,

sehingga hipotesis 3 diterima. Dapat
diartikan
jika
kekuatan
otot
merupakan kontraksi otot-otot perut
ketika
seseorang
melakukan
lompatan. Pada saat lepas tolakan dan
pada saat melayang kekuatan otot
perut
berkontraksi
memberikan
dorongan dan mempertahankannya
saat melayang. Kekuatan otot perut
sewaktu melakukan lompatan sampai
waktu melayang mempunyai fungsi
membantu gerak otot tungkai agar
menghasilkan kekuatan maksimal.
4. Hubungan antara Fleksibilitas
Togok dengan Prestasi Lompat
Jangkit.
Berdasarkan
analisis
korelasi
fleksibilitas togok (X4) pada prestasi
lompat jangkit (Y), diperoleh
koefisien korelasi sebesar 0,954.
Dengan N = 80, nilai r tabel 5%
sebesar 0.220. Ternyata r hitung
sebesar 0,954 lebih besar dari r tabel
5%
sebesar
0.220.
Hal
ini
menunjukan
bahwa
terdapat
hubungan
yang
signifikan
fleksibilitas togok (X4) pada prestasi
lompat jangkit (Y).
Analisis
korelasi
parsial
menunjukkan bahwa fleksibilitas
togok signifikan pada prestasi lompat
jangkit. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa pada variabel fleksibilitas
togok memiliki nilai r hitung (0.407)
yang lebih besar dari r tabel (0.220).
Dari hasil ini dapat disimpulkan
bahwa
fleksibilitas
togok
berhubungan sacara signifikan pada
prestasi lompat jangkit, sehingga
hipotesis 4 diterima. Dapat diartikan
bahwa fleksibilitas togok diperlukan
karena saat menumpu dan melayang

dituntut membawa badan ke atas.
Hanya dapat dilakukan apabila tubuh
memiliki fleksibilitas togok yang
baik, oleh karena itu seorang
pelompat jika menghendaki lompatan
yang sempurna maka harus memiliki
tingkat fleksibilitas togok yang baik.
5. Hubungan antara Kecepatan Lari
dan Power Otot Tungkai dengan
Prestasi Lompat Jangkit.
Berdasarkan analisis korelasi antara
kecepatan lari (X1) dan power otot
tungkai (X2) pada prestasi lompat
jangkit (Y), diperoleh koefisien
korelasi sebesar 0,979. Dengan N =
80, nilai r tabel 5% sebesar 0.220.
Ternyata r hitung sebesar 0,979 lebih
besar dari r tabel 5% sebesar 0.220.
Hal ini menunjukan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara
kecepatan lari (X1) dan power otot
tungkai (X2) dengan prestasi lompat
jangkit (Y).
Analisis
korelasi
parsial
menunjukkan bahwa kecepatan lari
dan power otot tungkai secara
bersama-sama
signifikan
pada
prestasi lompat jangkit. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pada
variabel kecepatan lari memiliki nilai
r hitung (0.614) yang lebih besar dari
r tabel (0.220). Dari hasil ini dapat
disimpulkan bahwa kecepatan lari
dan power otot tungkai berhubungan
secara signifikan pada prestasi lompat
jangkit, sehingga
hipotesis
5
diterima. Kecepatan lari pada lompat
jangkit merupakan komponen dasar,
sehingga kecepatan menjadi faktor
penentu. Kecepatan lari memegang
peranan penting dalam membentuk
dan mengembangkan power otot

tungkai seseorang sehingga seorang
atlit bisa melakukan lompat jangkit
yang bagus.
6. Hubungan antara Kecepatan Lari
dan Kekuatan Otot Perut dengan
Prestasi Lompat Jangkit.
Berdasarkan analisis korelasi antara
kecepatan lari (X1) dan kekuatan otot
perut (X3) pada prestasi lompat
jangkit (Y), diperoleh koefisien
korelasi sebesar 0,974. Dengan N =
80, nilai r tabel 5% sebesar 0.220.
Ternyata r hitung sebesar 0,974 lebih
besar dari r tabel 5% sebesar 0.220.
Hal ini menunjukan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara
kecepatan lari (X1) dan kekuatan otot
perut (X3) pada prestasi lompat
jangkit (Y).
Analisis
korelasi
parsial
menunjukkan bahwa kecepatan lari
dan kekuatan otot perut secara
bersama-sama
signifikan
pada
prestasi
lompat
jangkit
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pada
variabel kecepatan lari memiliki nilai
r hitung (0.593) yang lebih besar dari
r tabel (0.220). Dari hasil ini dapat
disimpulkan bahwa kecepatan lari
dan kekuatan otot perut berhubungan
secara signifikan pada prestasi lompat
jangkit, sehingga
hipotesis
6
diterima. Dapat diartikan bahwa
kecepatan
dapat
berarti
menggerakkan anggota tubuh untuk
cepat melakukan suatu gerakan dalam
waktu yang relatif cepat. Kekuatan
otot perut merubahnya dalam bentuk
gerakan yang cepat pada suatu obyek
sehingga akan mempengaruhi prestasi
lompat jangkit seorang atlit.

7. Hubungan antara Kecepatan Lari
dan Fleksibilitas Togok dengan
Prestasi Lompat Jangkit.
Berdasarkan analisis korelasi antara
kecepatan lari (X1) dan fleksibilitas
togok (X4) pada prestasi lompat
jangkit (Y), diperoleh koefisien
korelasi sebesar 0,937. Dengan N =
80, nilai r tabel 5% sebesar 0.220.
Ternyata r hitung sebesar 0,937 lebih
besar dari r tabel 5% sebesar 0.220.
Hal ini menunjukan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara
kecepatan lari (X1) dan fleksibilitas
togok (X4) pada prestasi lompat
jangkit (Y).
Analisis
korelasi
parsial
menunjukkan bahwa kecepatan lari
dan fleksibilitas togok secara
bersama-sama
signifikan
pada
prestasi
lompat
jangkit
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pada
variabel kecepatan lari memiliki nilai
r hitung (0.609) yang lebih besar dari
r tabel (0.220). Dari hasil tersebut
dapat disimpulkan bahwa kecepatan
lari
dan
fleksibilitas
togok
berhubungan secara signifikan pada
prestasi lompat jangkit, sehingga
hipotesis 7 diterima. Lompatan
seseorang dapat maksimal apabila
dilakukan lari awalan yang cepat,
maksimal dan didukung oleh
fleksibilitas
togok
yang
akan
menghasilkan lompatan yang jauh.
8. Hubungan antara Power Otot
Tungkai dan Kekuatan Otot Perut
dengan Prestasi Lompat Jangkit.
Berdasarkan analisis korelasi antara
power otot tungkai (X2) dan kekuatan
otot perut (X3) pada prestasi lompat
jangkit (Y), diperoleh koefisien

korelasi sebesar 0,974. Dengan N =
80, nilai r tabel 5% sebesar 0.220.
Ternyata r hitung sebesar 0,974 lebih
besar dari r tabel 5% sebesar 0.220.
Hal ini menunjukan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara
power otot tungkai (X2) dan kekuatan
otot perut (X3) pada prestasi lompat
jangkit (Y).
Analisis
korelasi
parsial
menunjukkan bahwa
power otot
tungkai dan kekuatan otot perut
secara bersama-sama signifikan pada
prestasi lompat jangkit. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pada
variabel power otot tungkai memiliki
nilai r hitung (0.592) yang lebih besar
dari r tabel (0.220). Dari hasil
tersebut dapat disimpulkan bahwa
power otot tungkai dan kekuatan otot
perut berhubungan secara signifikan
pada
prestasi
lompat
jangkit,
sehingga hipotesis 8 diterima. Dapat
diartikan bahwa saat melakukan
tolakan dalam lompat jangkit
diperlukan otot tungkai yang kuat dan
kekuatan otot perut yang kuat untuk
melakukan kontraksi untuk membawa
tubuh bagian bawah terangkat naik
setelah melakukan tolakan sehingga
akan menghasilkan lompatan yang
maksimal.
9. Hubungan antara Power Otot
Tungkai dan Fleksibilitas Togok
dengan Prestasi Lompat Jangkit.
Berdasarkan analisis korelasi antara
power otot tungkai (X2) dan
fleksibilitas togok (X4) pada prestasi
lompat jangkit (Y), diperoleh
koefisien korelasi sebesar 0,937.
Dengan N = 80, nilai r tabel 5%
sebesar 0.220. Ternyata r hitung

sebesar 0,937 lebih besar dari r tabel
5%
sebesar
0.220.
Hal
ini
menunjukan
bahwa
terdapat
hubungan yang signifikan antara
power otot tungkai (X2) dan
fleksibilitas togok (X4) pada prestasi
lompat jangkit (Y).
Analisis
korelasi
parsial
menunjukkan bahwa
power otot
tungkai dan fleksibilitas togok secara
bersama-sama
signifikan
pada
prestasi
lompat
jangkit
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pada
variabel power otot tungkai memiliki
nilai r hitung (0.584) yang lebih besar
dari r tabel (0.220). Dari hasil
tersebut dapat disimpulkan bahwa
power otot tungkai dan fleksibilitas
togok berhubungan secara signifikan
pada
prestasi
lompat
jangkit,
sehingga hipotesis 9 diterima. Dapat
diartikan bahwa power tungkai dan
fleksibilitas togok sangat diperlukan
oleh
seorang
atlet
untuk
menghasilkan
lompatan
yang
maksimal.
10. Hubungan antara Kekuatan Otot
Perut dan Fleksibilitas Togok dengan
Prestasi Lompat Jangkit.
Berdasarkan analisis korelasi antara
kekuatan otot perut (X3) dan
fleksibilitas togok (X4) pada prestasi
lompat jangkit (Y), diperoleh
koefisien korelasi sebesar 0,955.
Dengan N = 80, nilai r tabel 5%
sebesar 0.220. Ternyata r hitung
sebesar 0,955 lebih besar dari r tabel
5%
sebesar
0.220.
Hal
ini
menunjukan
bahwa
terdapat
hubungan yang signifikan antara
kekuatan otot perut (X3) dan

fleksibilitas togok (X4) pada prestasi
lompat jangkit (Y).
Analisis
korelasi
parsial
menunjukkan bahwa kekuatan otot
perut dan fleksibilitas togok secara
bersama-sama
signifikan
pada
prestasi lompat jangkit. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pada
variabel kekuatan otot perut memiliki
nilai r hitung (0.464) yang lebih besar
dari r tabel
(0.220). Dari hasil
tersebut dapat disimpulkan bahwa
kekuatan otot perut dan fleksibilitas
togok berhubungan secara signifikan
pada
prestasi
lompat
jangkit,
sehingga hipotesis 10 diterima. Dapat
diartikan bahwa kekuatan otot perut
memberi kontribusi untuk membawa
tubuh terangkat naik dan fleksibilitas
merupakan suatu karakteristik yang
penting bagi atlet, karena fleksibilitas
merupakan ruang gerak yang
digunakan untuk suatu teknik
olahraga dan memperluas gerakan
dalam menentukan jauhnya lompatan.
11. Hubungan antara Kecepatan
Lari, Power Otot Tungkai, Kekuatan
Otot Perut, dan Fleksibilitas Togok
dengan Prestasi Lompat jangkit.
Berdasarkan analisis korelasi antara
kecepatan lari (X1), power otot
tungkai (X2), kekuatan otot perut (X3)
dan fleksibilitas togok (X4) pada
prestasi lompat jangkit (Y), diperoleh
koefisien korelasi sebesar 0,787.
Dengan N = 80, nilai r tabel 5%
sebesar 0.220. Ternyata r hitung
sebesar 0,787 lebih besar dari r tabel
5%
sebesar
0.220.
Hal
ini
menunjukan
bahwa
terdapat
hubungan yang signifikan antara
kecepatan lari (X1), power otot

tungkai (X2) dan kekuatan otot perut
(X3) pada prestasi lompat jangkit (Y).
Analisis
korelasi
parsial
menunjukkan bahwa kecepatan lari,
power otot tungkai, kekuatan otot
perut dan fleksibilitas togok secara
bersama-sama
signifikan
pada
prestasi lompat jangkit. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pada
variabel kecepatan lari memiliki nilai
r hitung (0.682) yang lebih besar dari
r tabel (0.220). Dari hasil tersebut
dapat disimpulkan bahwa kecepatan
lari, power otot tungkai, kekuatan
otot perut dan fleksibilitas togok
berhubungan secara signifikan pada
prestasi lompat jangkit, sehingga
hipotesis
11
diterima.
Dapat
disimpulkan bahwa unsur komponen
dari kecepatan lari, power otot
tungkai, kekuatan otot perut, dan
fleksibilitas
togok
merupakan
komponen-komponen yang dapat
mendukung
pencapaian
prestasi
lompat jangkit. Untuk mencapai
prestasi Jangkit yang maksimal,
komponen-komponen tersebut harus
dikerahkan pada teknik dasar.
Memeperoleh kemampuan lompat
jangkit yang baik haruslah didukung
dari kondisi fisik dan penguasaan
teknik seseorang yang baik.

SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan
hasil analisis data yang dilakukan,
penelitian ini memberikan simpulan
bahwa komponen kondisi fisik yang
memiliki hubungan pada prestasi lompat
jangkit yaitu kecepatan lari, power otot
tungkai, kekuatan otot perut dan
fleksibilitas togok yang diolah dan

dianalisis dengan menghitung koefisien
korelasi
masing-masing
prediktor
terhadap kriterium serta mengetahui
korelasi parsial dan ganda antara
prediktor dan kriterium serta kontribusi
dari masing-masing prediktor, maka
simpulan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Ada kontribusi kecepatan lari pada
prestasi lompat jangkit dengan nilai
korelasi sebesar 0.990 dan nilai
korelasi parsial sebesar 0.563. Hal
ini menunjukkan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan kecepatan
lari pada prestasi lompat jangkit.
2. Ada kontribusi power otot tungkai
pada prestasi lompat jangkit dengan
nilai korelasi sebesar 0.986 dan nilai
korelasi parsial sebesar 0.502. Hal
ini menunjukkan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan power
otot tungkai pada prestasi lompat
jangkit.
3. Ada kontribusi kekuatan otot perut
pada prestasi lompat jangkit dengan
nilai korelasi sebesar 0.993 dan nilai
korelasi parsial sebesar 0.291. Hal
ini menunjukkan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan kekuatan
otot perut pada prestasi lompat
jangkit.
4. Ada kontribusi fleksibilitas togok
pada prestasi lompat jangkit dengan
nilai korelasi sebesar 0.954 dan nilai
korelasi parsial sebesar 0.407. Hal
ini menunjukkan bahwa terdapat
hubungan
yang
signifikan
fleksibilitas togok pada prestasi
lompat jangkit.
5. Ada kontribusi kecepatan lari dan
power otot tungkai pada prestasi
lompat jangkit dengan nilai korelasi
sebesar 0.979 dan nilai korelasi

parsial sebesar 0.614. Hal ini
menunjukkan
bahwa
terdapat
hubungan yang signifikan kecepatan
lari dan power otot tungkai pada
prestasi lompat jangkit.
6. Ada kontribusi kecepatan lari dan
kekuatan otot perut pada prestasi
lompat jangkit dengan nilai korelasi
sebesar 0.974 dan nilai korelasi
parsial sebesar 0.593. Hal ini
menunjukkan
bahwa
terdapat
hubungan yang signifikan kecepatan
lari dan kekuatan otot perut pada
prestasi lompat jangkit.
7. Ada kontribusi kecepatan lari dan
fleksibilitas togok pada prestasi
lompat jangkit dengan nilai korelasi
sebesar 0.937 dan nilai korelasi
parsial sebesar 0.609. Hal ini
menunjukkan
bahwa
terdapat
hubungan yang signifikan kecepatan
lari dan fleksibilitas togok pada
prestasi lompat jangkit.
8. Ada kontribusi power otot tungkai
dan kekuatan otot perut pada
prestasi lompat jangkit dengan nilai
korelasi sebesar 0.974 dan nilai
korelasi parsial sebesar 0.592. Hal
ini menunjukkan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan power
otot tungkai dan kekuatan otot perut
pada prestasi lompat jangkit.
9. Ada kontribusi power otot tungkai
dan fleksibilitas togok pada prestasi
lompat jangkit dengan nilai korelasi
sebesar 0.937 dan nilai korelasi
parsial sebesar 0.584. Hal ini
menunjukkan
bahwa
terdapat
hubungan yang signifikan power
otot tungkai dan fleksibilitas togok
pada prestasi lompat jangkit.
10. Ada kontribusi kekuatan otot perut
dan fleksibilitas togok meliliki pada

prestasi lompat jangkit dengan nilai
korelasi sebesar 0.955 dan nilai
korelasi parsial sebesar 0.464. Hal
ini menunjukkan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan kekuatan
otot perut dan fleksibilitas togok
pada prestasi lompat jangkit.
11. Ada kontribusi kecepatan lari,
power tungkai, kekuatan otot perut,
dan fleksibilitas pada prestasi
lompat jangkit dengan nilai korelasi
sebesar 0.787 dan nilai korelasi
parsial sebesar 0.682. Hal ini
menunjukkan
bahwa
terdapat
hubungan yang signifikan kecepatan
lari, power tungkai, kekuatan otot
perut, dan fleksibilitas pada prestasi
lompat jangkit.
Dari hasil analisis diketahui bahwa
masing-masing
variabel
bebas
memberikan kontribusi sumbangan
relatif terhadap variabel terikat sebagai
berikut: kecepatan lari memberikan
kontribusi sumbangan relatif sebesar
26.081%, power otot tungkai sebesar
27.806%, kekuatan otot perut sebesar
6.735%, Fleksibilitas Togok sebesar
4.990% Sedangkan kontribusi efektif
masing-masing variabel bebas adalah
sebagai
berikut:kecepatan
lari
memberikan kontribusi sumbangan
efektif sebesar 15.921%, power otot
tungkai efektif sebesar 16.974%,
kekuatan otot perut sebesar 4.112%,
fleksibilitas togok sebesar 3.046%. Jadi
dari dari keempat variabel tersebut
memiliki

Australia: Blacksell Scientific
Publications.

DAFTAR PUSTAKA
Adisasmita, Yusuf.
Bandung: Tarsito

1992.

Atletik.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Astrand, P.O. 1986. Textbook of
Physiology. New York: Mc
Graw: Jurnal IPTEK Olahraga.

Bompa, T. O. 1994. Theory and
Methodology of Training. Lowa.
Kendall
Hunt:
Publishing
Company.
------------------. 1999. Periodization:
Theory and Methodology of
Training,
4th
Edition.
Kendall/Hunt:
Publishing
Company.

Bahagia. Yoyo. 1997. Latihan Kondisi
Fisik. Bandung: KONI-Jabar

------------------. 2000. Total Training
For
Young
Champion.
Campaign: Human Kinetics

Bahagia. Yoyo. 2005. Pembelajaran
Atletik
Implementasi
Pembelajaran Nomor Lompat.
Jakarta: Ditpblt Depdiknas.

Boosey, Derek. 1980. The Jump
Conditioning and Technical
Training. Australia: ASC
Budiyono, M. 2000. Administrasi

Bakir, Suyoto, dan Suriyanto. 2009.
Kamus
Lengkap
Bahasa
Indonesia. Tangerang: Karisma
Publising Group.
Ballesteros, J.M. 1975. Pedoman
Latihan Olahraga. Jakarta: CV
Baru
Baron, Kenny .1986. The ModeratorMediator Variable Distinction In
Social Psychological Research:
Conceptual,
Strategic,
and
Statistical
Considerations.
Journal Of Personality and
Social Ssychology.
Bloomfield, Ackland, Elliot. 1994.
Applied
Anatomy
And
Biomechanics
in
Sport.

Pendidikan. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Chu, Donald A. 1992. Jumping Into
Plyometrics. Illonis: Leisure
Press.
Dadang, Masnun. 1999. Atletik, Lari
Gawang,
Lompat
Jangkit,
Lompat
Tinggi,
Lempar
Lembing.
Jakarta:
Fakultas
Pendidikan
Olahraga
dan
Kesehatan, Institut Keguruan dan
Ilmu Pendidikan.
Dahlan, S.M. 2009. Statistik Untuk
Kedokteran dan Kesehatan.
Jakarta: Salemba Medika.
Dwijowinoto. Kasiyo. (1993). Dasardasar Ilmiah Kepelatihan. (Pate

Russel, R.,
Bruce, dan
Terjemahan).
Press (Karya
1984).

Mc Clenaghan,
Rotella, Robert,
IKIP Semarang
Asli diterbitkan

Fox, E.L. 1983. Sport Physiology. New
York: C B S College Publishing.
Fox, E.L,. Bowers, R.W, and Fosss,
M.L. 1988. The Physiological
Basic of Physical Education and
Atletics. Philadephia: Saunders
College Publishing
Fox, E. L., Richard, B, W., dan Marie,
L. F. 1993. The Physiological
Basic of Physical Education and
Athletics, 5th Edition. Dubuque:
Wm. C. Brown Communication,
Inc
Ghozali, Imam. 2009. Aplikasi Analisis
Multivariate Dengan Program
SPSS. Semarang: Badan Penerbit
Universitas Diponegoro

Coaching. Jakarta: Ditjen LPTK
Depdikbud.
http://sportsscience7.blogspot.com/2014/11/
tes-kebugaran-jasmani-indonesiatkji.html. (Diakses pada tanggal

12 Juni 2015 jam 07.00 WIB)
http://temukanyanghilang.blogspot.com/201
4/06/pembinaan-dalamolahraga.html
(Diakses pada

tanggal 12 Juni 2015 jam 07.30
WIB)
https://www.google.co.id/ejournal.unesa.ac.i
d/article/12518/66/article.doc

Universitas Negeri Surabaya
(Diakses pada tanggal 12 Juni
2015 jam 07.40 WIB)

http://tmfadiel05.blogspot.com/2015/05/flex
ibility.html
Pengertian

Fleksibilitas
menurut
AAHPERD. 1999. (Diakses pada
tanggal 12 Juni 2015 jam 08.38
WIB)

------------------. 2011. Aplikasi Analisis
Multivariate Dengan Program
SPSS. Semarang: Badan Penerbit
Universitas Diponegoro.

Irawan. A. 2007. Metabolisme Energi
Tubuh dan Olahraga. Jurnal
Fisiologi Olahraga. Vol. 1 (7) 117

Giriwijoyo,
S.,
Muchtamaji,
H.
(2007). Ilmu Faal Olahraga:
Fungsi Tubuh Manusia pada
Olahraga. Bandung: FPOK UPI.

Iskandar, Primana, Tilarso, Moeloek.
(1999). Panduan Teknis Tes dan
Latihan Kesegaran Jasmani.
Jakarta: Kantor Menpora.

Gudono.
2012.
Analisis
Data
Multivariat. Yogyakarta: BPFE
Yogyakarta

Ismaryati. 2008. Test dan Pengukuran
Olahraga. Cetakan 2. Surakarta:
LPP UNS dan UNS Press

Harsono, 1988. Coaching dan AspekAspek
Psikologis dalam

Jess Jerver. 2005. Belajar Berlatih
Atletik. Bandung: Pioner Jaya
Jonath U, Hagg E, dan Krempel E, 1987.
Atletik 1. Alih bahasa Suparno.
Jakarta: PT. Rosda Jaya.
Makardika, Imade Sriundy. 2010.
Pengantar Evaluasi Pengajaran
Aplikasi Pada Penjasorkes.
Surabaya: Karya Sabar
Michael, After, J. 1996. Teknik
Peregangan
olahraga.
Terjemahan
Jamal
Habib.
Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.

Sajoto. M. 1988. Pembinaan Kondisi
Fisik Dalam Olahraga. Jakarta:
Ditjen LPTK Depdikbud.
-------------. 1995. Peningkatan dan
Pembinaan Kekuatan Kondisi
Fisik
Dalam
Olahraga.
Semarang: Dahara Prize.
Setiawan, Iwan. 1991. Manusia dan
Olahraga. Bandung: ITB dan
FPOK IKIP Bandung
Setijono, H. 2001. Instruktur Fitnes.
Surabaya: Unesa University
Press.
Soemantri, Ating dan Muhidin, Sambas

Muhammad, Memet. 2012. Hubungan
Antara Kecepatan Lari 100
Meter. Dengan Hasil Lompatan
pada Lompat Jauh Gaya Jongkok
Siswa SMP Negeri 16 Kota
Bekasi.
Jurnal
Pendidikan
Olahraga, Vol. 2 (4): 1-15.
Nossek, Josef. 1982. General Theory of
Training. National Institute for
Sports, Lagos: Pan African
Press.
Pate, R., Clenangkan, M.B., and Rotella
R. 1993. Dasar-dasar Ilmiah
Kepelatihan. Alih Bahasa Kasiyo
Dwijawinoto. Semarang: IKIP
Semarang Press.
Rushall, Brent S. & Frank S. 1992.
Training for Sport and Fitnness.
Canberra:
The
Macmilan
Company of Australia PTY
LTD.

Ali. 2006. Aplikasi Statistika
dalam Penelitian. Bandung: CV.
Pustaka Setia.
Sudjana.

1992

Metoda

Statistika.

Bandung: CV. Alfabeta.
Sudjarwo. 1995. Ilmu Kepelatihan 1.
Surakarta: UNS Press.
Sugiyanto. 1987. Perkembangan Gerak.
Surakarta: UNS Press.
Sugiyono. 2007. Statistika Untuk
Penelitian. Bandung: Alfabeta
Suharno. HP. 1993. Ilmu Coaching
Umum.
Yogyakarta:
IKIP
Yogyakarta Press.

Sundayana. Rostina. 2014. Statistika
Penelitian Pendidikan. Bandung:
Alfabeta.
Syaifudin,
Aip.
1992.
Atletik.
Departemen Pendidikan dan
kebudayaan: Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi.
Wilkers, Lenny. 1994. 52 Weck
Basketball Program Training.
Human Kinetics.
Zulkarnaen. 2010. Korelasi Kekuatan
Otot
Perut,
Leher
dan
Flexsibilitas
Sendi
Tulang
Belakang dengan Jarak Sundulan
Bola pada Posisi Diam dalam
Cabang Olahraga Sepak Bola.
Journal Sport Science, Vol. 1 (1)
1-7