ANALISIS STRATEGI KEBIJAKAN ANTI FRAUD BANK INDONESIA DALAM MENGATASI KECURANGAN DI BANK BJB

BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini, penulis akan menarik beberapa kesimpulan sekaligus
dengan beberapa analisis saran/rekomendasi yang mungkin diterapkan di Bank
bjb mengenai analisis strategi kebijakan anti fraud Bank Indonesia dalam
mengatasi kecurangan di Bank bjb sebagai sebuah bentuk pencegahan dalam
tindakan kejahatan perbankan berupa fraud khusus dilingkungan Bank bjb.
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan pada hasil penelitian yang telah dilakukan dengan
menggunakan metode wawancara langsung baik kepada pelaku tindakan
fraud maupun kepada para pegawai maupun pejabat dilingkungan Bank bjb
sesuai dengan responden pada tabel 1, diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Bank

Indonesia

telah

melakukan


langkah

yang

tepat

dengan

mengeluarkan kebijakan melalui Surat Edaran No. 13/28/DPNP tanggal 9
Desember 2011 perihal penerapan strategi kebijakan anti fraud bagi Bank
umum. Dengan Surat Edaran tersebut, Bank – bank yang berada di
Indonesia wajib mengeluarkan kebijakan tersendiri mengenai pedoman
strategi anti fraud termasuk Bank bjb.
2. Sebagai tindak lanjut atas dikeluarkannya Surat Edaran Bank Indonesia
tersebut, Bank bjb membuat pedoman strategi anti fraud sesuai dengan
Surat Keputusan Direksi No. 431/SK/DIR-AI/2013 tanggal 12 Agustus
Page 100

2013 tentang pedoman strategi anti fraud. Adapun prioritas dari kebijakan
startegi ini adalah 4 pilar strategi anti fraud, yaitu :

a. Pencegahan Fraud
Pencegahan

merupakan

pilar

pertama

dalam

sistem

pengendalian fraud yang memuat langkah – langkah dalam
mengurangi potensi risiko terjadinya fraud. Dengan kata lain, pilar ini
memitigasi tingkat kemungkinan terjadinya fraud pada masa yang
akan datang. Perangkat – perangkat yang ditujukan untuk mengurangi
potensi terjadinya fraud pada pilar pencegahan, adalah Kepedulian
terhadap fraud (Anti Fraud Awarness), Identifikasi kerawanan pada
setiap aktivitas bisnis, dan Know Your Employee.

b. Deteksi Fraud
Deteksi merupakan pilar kedua dalam sistem pengendalian
fraud yang memuat langkah - langkah dalam rangka mengidentifikasi,
mengevaluasi dan menemukan fraud pada proses bisnis bank sebelum
tindakan tersebut terjadi. Sistem deteksi fraud juga dapat digunakan
sebagai sumber informasi dan alat pendukung kegiatan investigasi
atas kejadian fraud yang telah terjadi. Perangkat – perangkat yang
ditujukan untuk mengidentifikasi, mengevaluasi dan menemukan
kejadian fraud adalah Whistleblowing System, Surprise Audit, dan
Surveillance System.

Page 101

c. Investigasi, Pelaporan dan Sanksi
Pilar investigasi, pelaporan dan sanksi merupakan pilar ke tiga
dari sistem pengendalian fraud yang ditujukan untuk menggali
informasi, sistem pelaporan termasuk pengenaan sanksi atas kejadian
fraud.
d. Pemantauan, Evaluasi, dan Tindak Lanjut
Pemantauan, evaluasi, dan tindak lanjut merupakan pilar

keempat dari sistem pengendalian fraud yang diterapkan di Bank bjb.
Perangkat – perangkat yang terdapat pada pilar ini ditujukan untuk
memantau dan mengevaluasi kejadian fraud serta tindak lanjut yang
diperlukan berdasarkan hasil evaluasi.
3. Terkait dengan penyebab utama para pelaku tindakan fraud adalah semata
– mata dari pihak pelakunya itu sendiri dan bukan atas lemahnya sistem
kebijakan tentang kepegawaian yang tidak adil, maupun atas sistem
proses bisnis yang ada di Bank bjb. Adapun penyebab utama pelaku
melakukan tindakan fraud adalah sebagai berikut :
c. Faktor yang berada dalam kendali Bank.
5. Adanya kesempatan (opportunity), yaitu berkaitan dengan batas
kewenangan jabatan dalam melaksanakan/memutuskan aktivitas
tertentu. Kewenangan yang terlalu luas tanpa disertai dengan
mekanisme pertanggungjawaban yang jelas yang dapat membuka
peluang/kesempatan bagi pelaku untuk melakukan tindakan fraud.
Page 102

6. Belum efektifnya sistem pengendalian internal yang mencakup
lemahnya pengawasan secara berjenjang, kecukupan standar
operasional prosedur dan pelaksanaan proses kaji ulang secara

berkala.
7. Belum adanya sanksi yang jelas dan/atau lemahnya penerapan
sanksi yang dikenakan kepada pelaku fraud sehingga tidak
menimbulkan efek jera yang optimal.
8. Adanya kebijakan – kebijakan tentang kepegawaian seperti mutasi
dan promosi yang tidak transparan sehingga menimbulkan
kecemburuan bagi para pegawai yang kompeten namun tidak
mendapatkan kesempatan promosi yang sesuai.
d. Faktor Individu, yang melekat pada diri individu


Etika dan moral yang kurang baik. Individu yang tidak memiliki
integritas dan moral yang baik berpotensi melakukan tindakan
fraud.



Motivasi, yaitu faktor yang melatarbelakangi terjadinya tindakan
fraud seperti motif ekonomi, balas dendam, merasa diperlakukan
tidak adil, dan gaya hidup yang tinggi.


4. Terkait dengan harapan dari internal manajemen Bank bjb atas penerapan
kebijakan pedoman strategi anti fraud adalah untuk kepentingan Bank
dalam rangka pencapaian laba yang optimal dari proses bisnis yang

Page 103

dilakukan tanpa adanya tindakan – tindakan fraud yang dapat merugikan
Bank itu sendiri.
5.2 SARAN
Sebagai salahsatu bentuk dari hasil penelitian yang telah dilakukan
dengan menggunakan metode wawancara langsung baik kepada pelaku
tindakan fraud maupun kepada pegawai / pejabat aktif, maka penulis
memberikan saran yang mungkin dapat diimplementasikan di Bank bjb.
Berikut adalah saran penulis dari hasil penelitian ini :
1. Manajemen Bank bjb melalui Divisi terkait agar terus menerus
melakukan sosialisasi – sosialisasi terkait dengan pedoman anti fraud
dalam segala kesempatan dengan intensitas yang cukup sering untuk
kembali mengingatkan kepada seluruh jajaran insan Bank bjb akan
bahaya fraud itu sendiri.

2. Kebijakan whistleblowing yang ditujukan untuk meningkatkan efektifitas
penerapan sistem pengendalian tindakan fraud dengan menitikberatkan
pada pengungkapan dan pengaduan agar dapat dirumuskan dengan secara
jelas mengenai mekanismenya bahkan apabila diperlukan agar dibuatkan
secara system/online sehingga dapat diimplementasikan secara efektif
untuk senantiasa memberikan dorongan serta kesadaran kepada seluruh
insan Bank bjb untuk melaporkan tindakan fraud yang terjadi di unit
kerjanya masing – masing.

Page 104

3. Terkait dengan faktor individu yang menjadi penyebab utama pelaku
melakukan tindakan fraud, Manajemen Bank bjb agar senantiasa terus
menanamkan rasa integritas dari masing – masing pegawai agar lebih
mempunyai rasa memiliki terhadap lembaga Bank bjb itu sendiri baik
melalui proses recruitment yang baik dan benar, sosialisasi – sosialiasi
tentang anti fraud, pendidikan/pelatihan mengenai Bankers Character
Building, maupun dengan mempublikasikan hukuman bagi para pelaku
fraud untuk menanamkan efek jera bagi para pegawai/pejabat di internal
Bank bjb.

4. Menanamkan budaya zero fraud dengan pesan Be Proud Without Fraud
kepada seluruh insan Bank bjb agar senantiasa memiliki rasa bangga
tanpa melakukan fraud baik untuk diri pribadinya sendiri maupun pada
unit kerja masing – masing.

Page 105