Implementasi Undang-Undang No.23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah (Studi Tentang Penerapan E-Surat di Kantor Camat Binjai, Kabupaten Langkat)

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Pelayanan Publik kini telah menjadi isu sentral dalam pembangunan di
Indonesia.Perkembangan pelayanan publik memang selalu aktual untuk
diperbincangkan. Pada dasarnya memang manusia membutuhkan pelayanan,
konsep pelayanan ini akan selalu berada pada kehidupan setiap manusia. Posisi
masyarakat yang berubah menjadi warga negara membuat para penyedia
pelayanan publik tidak hanya memposisikan masyarakat sebagai konsumen,
melainkan lebih jauh, masyarakat juga dilibatkan dalam setiap pengambilan
keputusan.
Peran serta masyarakat dalam setiap pengambilan keputusan ini
memungkinkan bagi penyedia layanan publik untuk lebih responsif.Hal utama
yang menjadi indikator bahwa penyedia layanan publik telah responsif terhadap
masyarakat adalah munculnya inovasi pelayanan.Inovasi adalah penciptaan
produk yang lebih baik atau lebih efektif, proses, layanan, teknologi, atau gagasan
yang diterima oleh pasar, pemerintah, dan masyarakat.Konsep inovasi, belum
berkembang secara maksimal pada sektor publik.Hal ini, dikarenakan kebanyakan
organisasi sektor publik kurang tertantang, karena berada dalam iklim yang non
kompetitif, dan bahkan tidak merasa bermasalah dalam hal kelangsungan
hidupnya.Maka, wajar jika konsep inovasi kurang berkembang dalam sektor

publik. Namun demikian, perubahan yang terjadi dalam proses administrasi
publik menuntut banyak hal lain turut berubah. Pelayanan yang berkualitas dan

Universitas Sumatera Utara

bermutu tinggi menjadi perhatian utama dari organisasi publik.Keterbukaan
informasi, jika dikaitkan dengan aktivitas pelayanan, ikut mendorong masyarakat
kian sadar tentang hak dan kewajibannya.Dalam sektor publik, inovasi sangat
diperlukan dalam pengembangan suatu pelayanan publik. Inovasi hadir sebagai
sebuah produk yang baru dan sifatnya menggantikan cara yang lama. Ini artinya
bahwa setiap pelayanan publik, secara isi pada prinsipnya harus memuat sebuah
inovasi baru.Berdasarkan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang
Pemerintahan Daerah Pasal 221 dijelaskan bahwa Kecamatan dibentuk dalam
rangka meningkatkan koordinasi penyelenggaraan pemerintahan, pelayanan
publik, dan pemberdayaan masyarakat desa / kelurahan.
Seiring dengan tuntutan profesionalisme maka penyelenggaraan pelayanan
publik diharapkan berfokus pada keinginan masyarakat untuk terciptanya
kepuasan masyarakat, yakni pelayanan yang cepat, dan mudah.Dalam rangka
memenuhi tuntutan, keinginan dan kebutuhan masyarakat, terlebih lagi
penyelenggaraan pemerintahan di Kecamatan yang banyak berkaitan langsung

dengan pemberian pelayanan publik. Kualitas pelayanan di Kecamatan
diharapkan akan menjadi lebih baik setelah menjadi perangkat daerah. Sebab
tujuan pemberian otonomi daerah dan keberadaan daerah adalah untuk
mensejahterakan masyarakat melalui pemberdayaan dan penyediaan pelayanan
publik secara efektif, efisien, ekonomis dan demokratis. Apabila pelayanan sesuai
dengan harapan masyarakat maka diharapkan kualitas pelayanan akan menjadi
lebih baik.
Hal inilah yang menyebabkan Pemerintah Kecamatan Binjai berusaha
untuk melakukan inovasi dalam pemberian pelayanan publik yang mudah, cepat

Universitas Sumatera Utara

dan efisien. Penilaian terhadap penyelenggaraan pelayanan publik di Kecamatan
Binjai tentunya akan selalu dilakukan oleh masyarakat penerima layanan.
Sehingga positif atau negatifnya penilaian masyarakat dapat dijadikan barometer
keberhasilan Kecamatan dalam melaksanakan tugas.Maka untuk mewujudkan
pelayanan publik yang lebih baik diperlukan inovasi kebijakan pelayanan yang
dapat meningkatkan kualitas pelayanan publik kepada masyarakat.
Dengan mengacu dan berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Langkat, telah merumuskan visi yang

salah satu rumusan misinya adalah Mewujudkan pelayanan publik yang
profesional, berbasis teknologi informasi. Kecamatan Binjai harus melakukan
inovasi dengan memanfaatkan kemajuan teknologi dengan tujuan untuk
memberikan pelayanan yang sesuai dengan harapan masyarakat. Dengan
perkembangan teknologi yang semakin maju maka sangat memungkinkan
pelayanan publik dengan memanfaatkan perkembangan teknologi adalah salah
satu upaya untuk memberikan pelayanan yang diinginkan masyarakat yaitu
pelayanan yang mudah, cepat dan efisien. Hal inilah yang memberikan peluang
kepada pemerintah Kecamatan Binjai untuk mengembangkan media jaringan
internet yang sudah ada menjadi salah satu media dalam pemberian pelayanan
publik, khususnya pelayanan administrasi surat menyurat.
Banyaknya kegiatan yang mengharuskan Camat untuk menghadiri
menyebabkan waktu dikantor menjadi lebih sedikit. Sehingga pelayanan surat
menyurat sering lambat mengakibatkan keluhan masyarakat terhadap pelayanan di
kecamatan khususnya Kecamatan Binjai. Pelayanan yang berbasis elektronik yang
cepat dan mudah menjadi salah satu jawaban terhadap keluhan masyarakat

Universitas Sumatera Utara

akanpelayanan yang diberikan. Melalui pelayanan yang berbasis elektronik

diharapkan tidak ada lagi surat menyurat yang terkendala, karena dimanapun
dapat diakses dimanapun pejabat yang berwenang berada.
Perkembangan teknologi informasi yang begitu pesat telah merambah
keberbagai sektor termasuk administrasi dalam surat menyurat. Meskipun bidang
administrasi surat menyurat merupakan hal yang penting, akan tetapi adopsi
teknologi informasi relatif tertinggal. Sebagai contoh, dari berbagai Kantor
Camat di Indonesia belum seluruhnya mengadopsi sistem E-Surat. Masih banyak
Kantor Camat di tanah air yang masih menyelesaikan proses surat menyurat
secara manual. LaunchingE-Surat dilaksanakan pada hari Kamis, 9 Juni 2016 di
Kantor Camat Binjai, Kabupaten Langkat.
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik dan ingin membahas lebih
dalam lagi mengenai “Implementasi UU No.23 Tahun 2014 Tentang
Pemerintahan Daerah ( Studi tentang Penerapan E-Surat di Kantor Camat
Binjai, Kabupaten Langkat)”.
1.2. Rumusan Masalah
Untuk memberikan arah yang jelas tentang pembahasan atau analisa yang
dilakukan dalam proposal penelitian ini, maka penulis mengemukakan rumusan
masalah “ Bagaimana Implementasi Penerapan E-Surat di Kantor Camat
Binjai, Kabupaten Langkat”?


Universitas Sumatera Utara

1.3.Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah
“Untuk mengetahui bagaimana Implementasi Penerapan E-Surat di Kantor
Camat Binjai, Kabupaten Langkat”.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1. Manfaat secara ilmiah
Sebagai sarana untuk melatih dan mengembangkan kemampuan berpikir
ilmiah, sistematis, bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan dan
menuliskan karya ilmiah dilapangan

berdasarkan kajian-kajian teori dan

aplikasi yang diperoleh dari Ilmu Administrasi Negara.
2. Manfaat secara akademis
Hasil penelitian ini diharapkan mampu untuk memperkaya khasanah
keputusan sehingga dapat menjadi sumbangan ilmiah, menambah bahan
kajian akademik, referensi dan tambahan informasi bagi para peneliti

selanjutnya mengenai Implementasi Penerapan E-Surat di Kantor Camat
Binjai, Kabupaten Langkat.
3. Manfaat secara praktis
Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan rekomendasi dari
kajian kriteria – kriteria implementasi yang dijadikan sebagai indikator dalam
menentukan terlaksananya penerapan E-Surat di Kantor Camat Binjai dalam

Universitas Sumatera Utara

memberikan pelayanan yang sesuai untuk meningkatkan peran pemerintah
terhadap pelayanan kepada masyarakat.
1.4.Kerangka Teori
Teori adalah unsur informasi ilmiah yang paling umum dan paling luas
bidang cakupannya.1 Sarana pokok untuk menyatakan hubungan sistematis antara
fenomena sosial maupun alami yang hendak diteliti adalah teori yaitu rangkaian
yang logis dari satu proposisi atau lebih. Teori merupakan informasi ilmiah yang
diperoleh

dengan


meningkatkan abstraksi pengertian–pengertian

maupun

hubungan – hubungan pada proposisi.2
Untuk memudahkan penulis dalam rangka menyusun penelitian ini, maka
dibutuhkan

teori

menggambarkan


dari

teori
sudut

sebagai
mana


pedoman
peneliti

kerangka

berfikir

untuk

menyoroti

masalah

yang

dipilih.Sugiyono menyebutkan kerangka teori merupakan landasan berpikir untuk
melakukan penelitian dan teori yang dipergunakan untuk menjelaskan fenomena
sosial yang menjadi objek penelitian. Landasan teori perlu ditegakkan agar
penelitian itu mempunyai dasar yang kokoh, dan bukan sekedar perbuatan coba coba.3


1

Masri Singarimbun & Sosian Effendi.Metode Penelitian Survei.(Jakarta: LP3ES, 2012) hal. 14.

2

Ibid, hal.19.

3

Sugiyono Prof, Dr. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D.
(Bandung: CV. Alfa Beta, 2007) hal. 55.

Universitas Sumatera Utara

1.5.1. Kebijakan Publik
1.5.1.1. Pengertian Kebijakan Publik
Secara etimologis, istilah kebijakan publik atau policy beraal dari bahsa
Yunani “polis” berarti Negara kota yang kemudian masuk ke dalam bahasa Latin

menjadi “politia” yang berarti Negara.
Akhirnya masuk ke dalam bahasa Inggris “policie” yang artinya
berkenaan

dengan

pengendalian

masalah–massalah

atau

administrasi

pemerintahan.4
Secara umum, istilah “kebijakan” atau “policy” dipergunakan untuk
menunjuk perilaku seorang aktor (misalnya seorang pejabat, suatu kelompok,
maupun suatu lembaga pemerintah) atau sejumlah aktor dalam suatu bidang
kegiatan tertentu.5Pengertian kebijakan seperti ini dapat kita gunakan dan relatif
memadai untuk keperluan pembicaraan – pembicaraan yang lebih bersifat ilmiah

dan sistematis menyangkut analisis kebijakan publik. Oleh karena itu, kita
memerlukan batasan atau konsep kebijakan yang lebih tepat.
Untuk

keperluananalisis ada beberapa batasan kebijakan publik yang

dapat digunakan, salah satunya menurut Robert Eyestone, ia mengatakan bahwa
“secara luas” kebijakan publik dapat didefinisikan sebagai hubungan suatu unit
pemerintah dengan lingkungannya.6Batasan lain diberikan oleh Thomas R.
Dyeyang mengatakan bahwa kebijakan publik adalah apapun yang dipilih oleh

4

Dunn, William N. Pengantar Analisa Kebijakan Publik. (Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press, 2000), hal. 22-25
5
Winarno, Budi. Teori dan Proses Kebijakan Publik.( Yogyakarta: Media Pressindo, 2002), hal. 14
6
Ibid, hal. 15

Universitas Sumatera Utara

pemerintah untuk dilakukan atau tidak dilakukan.7Konsep kebijakan publik dari
Thomas R. Dye ini mengandung makna bahwa kebijakan publik tersebut dibuat
oleh pemerintah, bukan swasta dan kebijakan publik menyangkut pilihan yang
harus dilakukan atau tidak dilakukan oleh pemerintah.8
Carl Friedrich memandang kebijakan sebagai suatu arah tindakan yang
diusulkan oleh seseorang, kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan
tertentu, yang memberikan hambatan – hambatan dan kesempatan – kesempatan
terhadap kebijakan yang diusulkan untuk menggunakan dan mengatasi dalam
rangka mencapai suatu tujuan, atau merealisasikan suatu sasaran atau suatu
maksud tertentu.9Dan dalam pandangan Harrold dan Abraham Kaplan
berpendapat bahwa kebijakan publik tersebut hendaknya berisi tujuan, nilai –
nilai dan praktika – praktika sosial yang ada dalam masyarakat.10Ini berarti
kebijakan publik tidak bioleh bertentangan dengan nilai – nilai dan praktik –
praktik sosial yang ada dalam masyarakat.
Batasan lain juga disebutkan oleh James Anderson. Ia mengatakan bahwa
kebijakan merupakan arah tindakan yang mempunyai maksud yang ditetapkan
oleh seorang aktor atau sejumlah aktor dalam mengatasi suatu masalah atau suatu
persoalan. Konsep kebijakan ini kemudian mempunyai beberapa implikasi.yakni
:Pertama,

titik

perhatian

kita

dalam

membicarakan

kebijakan

publik

berorientasipada maksud atau tujuan dan bukan perilaku secara serampangan.
Kedua,kebijakan merupakan arah atau pola tindakan yang dilakukan oleh
pejabat–

7

Subarsono, AG.Analisis Kebijakan Publik: Konsep, Teori dan Aplikasi.(Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2005) hal. 2
8
Ibid., hal. 2

Universitas Sumatera Utara

9

Winarno, Budi.Ibid.,hal. 16
Subarsono, AG. Ibid., hal. 3

10

pejabat pemerintah dan bukan merupakan keputusan – keputusan yang
tersendiri.Ketiga, kebijakan adalah apa yang sebenarnya dilakukan oleh
pemerintah

dalam

mengatur

perdagangan,

mengendalikan

inflasi,

atau

mempromosikan perumahan rakyat dan bukan apa yang diinginkan oleh
pemerintah. Keempat, kebijakan publik mungkin dalam bentuknya bersifat positif
atau negatif.Secara positif, kebijakan mungkin mencakup bentuk tindakan
pemerintah yang jelas untuk mempengaruhi suatu masalah tertentu. Secara
negatif, kebijakan mungkin mencakup suatu keputusan oleh pejabat – pejabat
pemerintah, tetapi tidak untuk mengambil tindakan dan tidak untuk melakukan
sesuatu mengenai suatu persoalan yang memerlukan keterlibatan pemerintah.11
Dari beberapa uraian diatas dan sejalan dengan pendapat dari Charles O.
Jones, bahwa kebijakan publik terdiri dari komponen – komponen:
1. Goals atau tujuan yang diinginkan.
2. Plans atau proposal, yaitu pengertian yang spesifik untuk mencapai
tujuan.
3. Progams, yaitu upaya yang berwenang untuk mencapai tujuan.
4. Decision

atau

menentukan

keputusan,

tujuan,

yaitu

membuat

tindakan–tindakan

rencana,

melaksanakan

untuk
dan

mengevaluasi progam.
5. Efek, yaitu alibat – akibat dari progam (baik disengaja atau tidak,
primer atau sekunder).12

11
12

Winarno, Budi. Ibid., hal. 16-18
Tangkilisan, Hessel Nogi S. Kebijakan Publik yang Membumi.(Yogyakarta: Lukman Offset
YPAPI, 2003), hal. 2-3

Universitas Sumatera Utara

Meskipun terdapat berbagai definisi kebijakan publik yang telah
dikemukakan diatas, namun dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa kebijakan
publik adalah serangkaian tindakan yang ditetapkan dan dilaksanakan oleh
pemerintah yang mempunyai tujuan dan berorientasi pada tujuan dan
kepentingan masyarakat.
1.5.1.2. Tahapan Kebijakan Publik
Proses pembuatan kebijakan merupakan proses yang kompleks karena
melibatkan banyak proses dan variabel yang harus dikaji. Oleh karena itu,
beberapa ahli politik yang menaruh minat untuk mengkaji kebijakan publik
membagi proses – proses penyusunan kebijakan publik kedalam beberapa
tahapan. Seperti tahapan – tahapan kebijakan yang dikemukakan oleh William N.
Dunn berikut ini:13
1. Tahap penyusunan agenda
Para pejabat yang dipilih dan diangkat menempatkan masalah pada agenda
publik.Sebelumnya masalah-masalah ini berkompetisi terlebih dahulu
untuk dapat masuk ke dalam agenda kebijakan.Pada akhirnya, beberapa
masalah masuk ke agenda kebijakan para perumus kebijakan. Pada tahap
ini suatu masalah mungkin tidak disentuh sama sekali dan beberapa yang
lain pembahasan untuk masalah tersebut ditunda untuk waktu yang
lama.Ini suatu masalah mungkin tidak disentuh sama sekali dan beberapa
yang lain pembahasan untuk masalah tersebut ditunda untuk waktu yang
lama.

Universitas Sumatera Utara

13

Dunn, William N. Aanalisa Kebijakan Publik. (Yogyakarta: Gadjah Mada Press, 1998), hal.
24-25

2. Tahap formulasi kebijakan
Masalah yang telah masuk ke agenda kebijakan kemudian dibahas oleh
para pembuat kebijakan.Masalah-masalah tadi didefinisikan untuk
kemudian dicari pemecahan masalah terbaik.Pemecahan masalah tersebut
berasal dari berbagai alternatif kebijakan.Sama halnya dengan perjuangan
suatu masalah untuk masuk ke dalam agenda kebijakan, dalam tahap
perumusan kebijakan masing-masing alternatif bersaing untuk dapat
dipilih selagi kebijakan yang diambil untuk memecahkan masalah.Pada
tahap ini, masing-masing aktor akan “bermain” untuk mengusulkan
pemecahan masalah terbaik.
Gambar 1.1. : Tahapan Kebijakan Publik
Penyusunan Agenda (Agenda Setting)
Formulasi Kebijakan (Policy Formulation)
Adopsi Kebijakan (Policy Adoption)
Implementasi Kebijakan (Policy Implementation)
Evaluasi Kebijakan (Policy Evaluation)
Sumber : Subarsono, 2005
3. Tahap adopsi kebijakan

Universitas Sumatera Utara

Dari sekian banyak alternatif kebijakan yang ditawarkan oleh para
perumus kebijakan, pada hakikatnya salah satu dari alternatif kebijakan
tersebut diadopsi dengan dukungan dari mayoritas legislatif, konsensus
antara direktur lembaga atau keputusan peradilan.
4. Tahap implementasi kebijakan
Suatu pogam kebijakan hanya akan menjadi catatan-catatan elit, jika
pengirim tersebut tidak diimplementasikan. Oleh karena itu, progam
kebijakan yang diambil sebagai alternatif pemecahan masalah harus
diimplementasikan, yakni dilaksanakan oleh badan-badan administrasi
maupun agen-agen pemerintah di tingkat bawah.Kebijakan yang telah
diambil dilaksanakan oleh unit-unit administrasi yang memobilisasi
sumber daya finansial dan manusia. Pada tahap implementasi ini berbagai
kepentingan akan saling bersaing. Beberapa implementasi kebijakan
mendapat dukungan para pelaksana, namun beberapa yang lain mungkin
akan ditentang oleh para pelaksana.
5. Tahap penilaian kebijakan
Pada tahap ini kebijakan yang telah dijalankan akan dinilai mampu
memecahkan masalah. Kebijakan publik pada dasarnya dibuat untuk
meraih dampak yang diinginkan.Dalam hai ini, memperbaiki masalah
yang dihadapi masyarakat.
1.5.2. Implementasi Kebijakan Publik
1.5.2.1. Pengertian Implementasi Kebijakan Publik

Universitas Sumatera Utara

Menurut James P. Lester dan Joseph Stewart, implementasi kebijakan
dipandang dalam pengertian yang sangat luas, merupakan alat administrasi hukum
di mana berbagai aktor, organisasi, prosedur dan teknik yang bekerja bersamasama

untuk

menjalankan

kebijakan

guna

meraih

atau

tujuan

yang

diinginkan.14Implementasi pada sisi yang lain merupakan fenomena yang
kompleks yang mungkin dapat dipahami sebagai proses keluaran (output) maupun
sebagai hasil.15
Batasan lain mengenai implementasi kebijakan publik yang disebutkan
oleh Van Meter dan Van Horn. Mereka membatasi bahwa implementasi kebijakan
sebagai tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu-individu (atau kelompokkelompok) pemerintah maupun swasta yang diarahkan untuk mencapai tujuantujuan yang telah ditetapkan dalam keputusan-keputusan kebijakan sebelumnya.
Dari beberapa definisi implementasi kebijakan publik yang telah
dikemukakan di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa implementasi
kebijakan publik adalah pelaksanaan kebijakan oleh mesin-mesin administrasi
Negara dalam mengatasi masalah.
1.5.2.2. Model-model Implementasi Kebijakan Publik
Kebijakan yang telah direkomendasikan untuk dipilih oleh policy
makersImplementasi dari suatu progam melibatkan upaya-upaya policy makers
untuk implementasinya. Ada banyak variabel yang mempengaruhi keberhasilan
implementasi kebijakan baik yang bersifat individu maupun kelompok atau

Universitas Sumatera Utara

14

Winarno, Budi. Ibid., hal. 101

15

Ibid., hal. 102

mempengaruhi perilaku birokrat pelaksana agar bersedia memberikan pelayanan
dan mengatur kelompok sasaran.
Keberhasilan implementasi kebijakan ditentukan oleh banyak variabel atau
faktor, dan masing-masing variabel tersebut saling berhubungan satu sama lain.
Untuk memperkaya pemahaman kita tentang berbagai variabel yang terlibat
didalamnya, maka kita akan melihat beberapa teori implementasi kebijakan
sebagai berikut:
1. Teori George C. Edwards III (1980)
Menurut George Edward III terdapat 4 faktor yang mempengaruhi
keberhasilan atau kegagalan implementasi kebijakan antara lain yaitu faktor (a)
komunikasi, (b) sumberdaya, (c) disposisi dan (d) struktur birokrasi. Keempat
faktor tersebut juga saling berhubungan satu sama lain.16
Gambar 1.2
Faktor Penentu Implementasi menurut Edwards III
Komunikasi
Sumberdaya
Implementasi
Disposisi
Stuktur Birokrasi

Sumber : Subarsono, 2005.

Universitas Sumatera Utara

16

Subarsono, AG. Ibid., hal. 90-92

a. Komunikasi
Keberhasilan komunikasi kebijakan mensyaratkan agar implementor
mengetahui apa yang harus dilakukan. Apa yang menjadi tujuan dan
sasaran kebijakan harus ditransmisikan kepada kelompok sasaran (target
group) sehingga akan mengurangi distorsi implementasi. Apabila tujuan
dan sasaran suatu kebijakan tidak jelas atau bahkan tidak diketahui sama
sekali oleh kelompok sasaran, maka kemungkinan akan terjadi resistensi
dari kelompok sasaran.
b. Sumber Daya
Walaupun isi kebijakan sudah dikomunikasikan secara jelas dan konsisten,
tetapi apabila implementor kekurangan sumber daya untuk melaksanakan,
implementasi tidak akan berjalan efektif. Sumber daya tersebut dapat
berwujudsumber daya manusia, yakni kompetensi implementor, dan
sumber daya finansial.Sumber daya adalah faktor penting untuk
implementasi kebijakan agar efektif.Tanpa sember daya, kebijakan hanya
di kertas menjadi dokumen saja.
c. Disposisi
Disposisi adalah watak dan karakteristik yang dimiliki oleh implementor,
seperti komitmen, kejujuran, sifat demokratis. Apabila implementor
memiliki disposisi yang baik, maka dia akan dapat menjalankan kebijakan
dengan baik seperti apa yang diinginkan oleh pembuat kebijakan. Ketika
implementor memiliki sikap atau perspektif yang berbeda dengan pembuat
kebijakan juga menjadi tidak efektif.

Universitas Sumatera Utara

d. Struktur birokrasi
Struktur organisasi yang mengimplementasikan kebijakan memiliki
pengaruh yangsignifikan terhadap implementasi kebijakan.Salah satu dari
aspek struktur yang paling penting dari setiap organisasi adalah adanya
prosedur operasi yang standar (standard operating procedures atau SOP)
SOP menjadi pedoman bagi setiap kelompok implementor dalam
bertindak.
Struktur organisasi yang terlalu panjang akan cenderung melemahkan
pengawasan danmenimbulkan red-tape, yakni prosedur birokrasi yang
rumit dan kompleks. Ini pada gilirannya menyebabkan aktivitas organisasi
tidak fleksibel.
2. Teori Donalds S. Van Meter dan Van Horn (1975)
Menurut Meter dan Horn ada lima variabel yang mempengaruhi kinerja
implementasi kinerja implementasi, yakni (a) standar dan sasaran kebijakan,
(b) sumber daya, (c) hubungan antar organisasi, (d) karakteristik agen
pelaksana, (e) disposisi implementor, dan (f) kondisi sosial, ekonomi dan
politik.17Seperti yang terlihat pada gambar.

17

Subarsono, AG. Ibid., hal. 99-102

Universitas Sumatera Utara

Gambar 1.3
Model Implementasi Kebijakan Menurut Donalds S. Van Meter dan
VanHorn

Komunikasi antar organisasi
dan kegiatan pelaksana
Saran dan tujuan
kebijakan

Kinerja
implementasi
Karakteristik badan
pelaksana

Disposisi
pelaksana

Sumberdaya
Lingkungan ekonomi,
sosial dan politik

Sumber : Subarsono, 2005.

a. Standar dan sasaran kebijakan
Standar dan sasaran kebijakan harus jelas dan terukur sehingga dapat
direalisir. Apabila standar dan sasaran kebijakan kabur, maka akan terjadi
multiinterpretasi dan mudah menimbulkan konflik diantara para agen
implementasi.
b. Sumberdaya
Implementasi kebijakan perlu dukungan sumberdaya baik sumberdaya
manusia (human resources) maupun sumberdaya non-manusia (nonhuman resources).

Universitas Sumatera Utara

c. Hubungan antar Organisasi
Dalam banyak progam, implementasi sebuah progam perlu dukungan dan
koordinasi dengan instansi lain. Untuk itu, diperlukan koordinasi dan
kerjasama antar instansi bagi keberhasilan suatu progam.
d. Karakteristik agen pelaksana
Yang dimaksud dengan karekteristik agen pelaksana adalah mencakup
struktur birokrasi, norma, dan pola-pola hubungan yang terjadi dalam
birokrasi, yang semuanya itu akan mempengaruhi implementasi suatu
progam.
e. Disposisi implementor
Disposisi implementor ini mencakup tiga hal yang pening, yakni : (1)
respon

implementor

kemauannya

untuk

pelaksanaannya

terhadap

kebijakan

melaksanakan

terhadap

kebijakan

yang

kebijakan,
dan

(3)

akan
(2)

memperoleh

kognisi,

intensitas

yakni

disposisi

implementor, yakni preferensi nilai yang dimiliki oleh implementor.
f. Kondisi sosial, politik dan ekonomi
Variabel ini mencakup sumberdaya ekonomi lingkungan yang dapat
mendukung keberhasilan implementasi kebijakan, sejauh mana kelompokkelompok kepentingan memberi dukungan bagi implementasi kebijakan,
karakteristik para partisipan, yakni mendukung atau menolak, bagaimana
sifat opini publik yang ada di lingkungan, dan apakah elit politik
mendukung implementasi kebijakan.

Universitas Sumatera Utara

3. Teori Marilee S. Grindle (1980)
Keberhasilan

implementasi

menurut

Marilee

S.

Grindle

(1989)

dipengaruhi oleh dua variabel besar, yakni isi kebijakan (content of policy)
dan lingkungan implementasi (context of implementation).18Seperti terlihat
pada gambar.
Gambar 1.4
Implementasi sebagai proses Politik dan Administrasi

Tujuan
kebijakan

Tujuan yang
dicapai ?

Implementasi Kebijakan dipengaruhi oleh :
1. Isu Kebijakan
a. Kepentingan kelompok sasaran.
b. Tipe manfaat.
c. Derajat perubahan yang diinginkan
d. Letak penganbilan keputusan
e. Pelaksanaan progam
f. Sumberdaya progam
2. Lingkungan Implementasi
kepentingan,
dan
a. Kekuasaan,
strategi aktor yang terlibat
b. Karakteristik
lembaga
dan
penguasa
c. Kepatuhan dan daya tanggap

Progam
khusus
dan
proyek
individu yang di
desain dan di
danai

Progam
yang
dilaksanakan sesuai
rencana

Hasil Kebijakan :
a. Dampak pada
masyarakat,
individu dan
kelompok
b. Perubahan
dan penerimaan
masyarakat

Mengukur
keberhasilan

Sumber : Subarsono, 2005.

18

Subarsono, AG. Ibid., hal. 93

Universitas Sumatera Utara

Variabel isi kebijakan mencakup : (a) sejauh mana kepentingan
kelompok sasaran atau target groups termuat dalam isi kebijakan, (b) jenis
manfaat yang diterima oleh target groups, (c) sejauh mana perubahan
yang diinginkan dari sebuah kebijakan, (d) apakah letak sebuah progam
sudah

tepat,

(e)

apakah

sebuah

kebijakan

telah

menyebutkan

implementornya dengan rinci dan (f) apakah sebuah progam didukung
oleh sumberdaya yang memadai.
Sedangkan variabel lingkungan mencakup : (a) seberapa besar
kekuasaan, kepentingan dan strategi yang dimiliki oleh para aktor yang
terlibat dalam implementasi kebijakan, (b) karakteristik institusi dan rejim
yang sedang berkuasa dan (c) tingkat kepatuhan dan responsivitas
kelompok sasaran.
4. Teori Daniel A. Mazmanian dan Paul A. Sabatier (1983)
Menurut Mazmanian dan Sabatier (1983), ada tiga kelompok variabel
yang mempengaruhi keberhasilan implementasi, yakni : (a) karakteristik
dari

masalah

(tractability

of

the

problems),

(b)

karakteristik

kebijakan/Undang-undang (ability of statute to stracture implementation)
dan

(c)

variabel

lingkungan

(nonstatutory

variables

affecting

implementation).19Seperti terlihat pada gambar.

Universitas Sumatera Utara

19

Subarsono, AG. Ibid., hal. 94

Gambar 1.5
Variabel-Variabel Yang Mempengaruhi Proses Implementasi
Mudah / Tidaknya Masalah dikendalikan:
1.
2.
3.
4.

Kesulitan teknis
Keragaman perilaku kelompok sasaran
Presentase kelompok sasaran disbanding jumlah
populasi
Ruang lingkup perubahan perilaku

Kemampuan Kebijaksanaan Untuk Menstrukturkan
Proses Implementasi
1.
2.
3.
4.

Kejelasan dan konsistensi tujuan
Digunakan teori kasual yang memadai
Ketetapan alokasi sumberdaya
Keterpaduan hierarki dalam dan
diantaralembaga pelaksana
5. Aturan-aturan keputusandari badan pelaksana
6. Rekrutmen pejabat pelaksana
7. Akses pihak luar

Variabel diluar kebijaksanaan yang
mempengaruhi proses implementasi
1. Kondisi sosial ekonomi dan teknologi
2. Dukungan politik
3. Sikap dan sumber-sumber yangdimiliki
kelompok pemilih
4. Dukungan dari pejabat atasan
5. Komitmen dan keterampilan kepemimpinan
pejabat-pejabat pelaksana

Tahap-tahap dalam Proses Implementasi (Variabel Tergantung)
Output
kebijakan
dari badanbadan

pelaksana

Kepatuhan
kelompok
sasaran terhadap
output
kebijakan

Dampak
nyata
output
kebijakan

Dampak output
kebijakan
sebagaimana
dipersepsi

Perbaikan
mendasar
dalam
Undangundang

Sumber : Subarsono, 2005.
Sumber : Subarsono, 2005
1.5.3. E-Surat
1.5.3.1. Gambaran Sistem E-Surat
E-surat adalah aplikasi berbasis teknologi untuk mentransformasi semua

surat (kepaniteraan dan kesekretariatan) dalam bentuk digital, baik surat yang
masuk maupun yang keluar sehingga pengarsipan dokumen persuratan tertata

Universitas Sumatera Utara

dengan baik. Adanya sistem E-Surat memudahkan dalam surat menyurat. E-surat
bisa mempercepat waktu dalam merespon informasi yang masuk.Sehingga
seorang pejabat bisa memberikan respon yang cepat.E-surat juga bisa menekan
penggunaan kertas sehingga paperless. Yang tidak kalah penting adalah
pengarsipan dokumen akan menjadi lebih tertata karena database tersimpan dalam
sistem IT. Sistem E-surat dibuat karena telah terjadi beberapa masalah, misalnya
E-surat dibuat berawal dari penemuan dokumen palsu, oleh karena itu penyusunan
E-surat juga ditujukan untuk menekan pemalsuan dokumen lainnya.
1.5.3.2. Tujuan dan Manfaat E-Surat
Adapun tujuan yang ingin dicapai dengan pelaksanaan proyek perubahan
ini adalah sebagai berikut:
a. Tujuan Jangka Pendek
Terlaksananya pelayanan administrasi yang mudah, cepat dan efisien di
Lingkungan Kantor Camat Binjai melalui sistem e-surat.
b. Tujuan Jangka Menengah
Terlaksananya pelayanan administrasi yang mudah, cepat dan efisien di
seluruh Desa / Kelurahan se Kecamatan Binjai melalui sistem e-surat.
c. Tujuan Jangka Panjang
Terlaksananya penerapan sistem e-surat di Lingkungan Pemerintah
Kabupaten Langkat.
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penerapan sistem e-surat antara
lain sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

a. Terciptanya Sumber Daya Manusia Aparatur Sipil Negara yang melek
terhadap teknologi.
b. Proses pelayanan administrasi akan menjadi lebih cepat dan lebih
mudah.
c. Penghematan anggaran operasional dengan terjadinya paperless akibat
penerapan sistem e-surat.
1.5.3.3. Keunggulan Aplikasi E-Surat
a. Dapat diakses melalui komputerm handphone, iPad, dan gadget
lainnya dengan koneksi internet.
b. Penyapaian disposisi menjadi lebih cepat sehigga mempercepat
penanganan masalah.
c. Proses pencairan surat (searching) dilakukan lebih mudah, cepat
dan dapat decetak pada saat dibutuhkan.
d. Informasi adanya surat masuk dapat deketahui dengan cepat
melalui SMS (Short Message System).
e. Pejabat pemberi disposisi ridak harus berada di kantor, tetap dapat
memberikan disposisi dan memantau perkembangan maupun
laporannya via internet.
f. Penghematan waktu karena berbasis surat elektronik.
g. Penghematan kertas karena paperless.
h. Dapat melakukan verifikasi tandatangan melalui SMS.

Universitas Sumatera Utara

1.6.Definisi Konsep
Dengan

konsep

merupakan

abstraksi

mengenai

fenomena

yang

dirumuskan atas dasar generalisasi dan sejumlah karakteristik, kejadian keadaan
kelompok atau individu tertentu. Dalam hal ini penelitian bertujuan untuk
merumuskan dan mengidentifikasi istilah-istilah yang digunakan secara mendasar
agar tidak terjadi kesalapahaman pengertian dan perbedaan persepsi yang dapat
menghaburkan penelitian ini. Adapun definisi konsep dala penelitian ini adalah:
1. Kebijakan

adalah

serangkaian

tindakan/kegiatan

yang

diusulkan

seseorang, kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu
dimana

terdapat

hambatan-hambatan

(kesulitan-kesulitan)

dan

kesempatan-kesempatan terhadap pelaksanaan usulan kebijaksanaan
tersebut dalam rangka mencapai tujuan tertentu.
2. Implementasi kebijakan adalah.tindakan-tindakan yang dilakukan oleh
individu-individu (atau kelompok-kelompok) pemerintah maupun swasta
yang diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan
dalam keputusan-keputusan kebijakan sebelumnya.
3. Implementasi

E-surat

adalah

aplikasi

berbasis

teknologi

untuk

mentransformasi semua surat (kepaniteraan dan kesekretariatan) dalam
bentuk digital, baik surat yang masuk maupun yang keluar sehingga
pengarsipan dokumen persuratan tertata dengan baik.

Universitas Sumatera Utara