Kliping Koran Polisi Singkil Periksa Saksi Kasus Malpraktek

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
DAERAH ACEH
RESOR ACEH SINGKIL

KLIPING KORAN
Sumber : serambi indonesia
http://aceh.tribunnews.com/2015/07/13/polisi-periksa-4-saksi-dugaan-kasus-malpraktek

Polisi Periksa 4 Saksi Dugaan Kasus Malpraktek
Di RSUD Subulussalam
SUBULUSSALAM – Pihak kepolisian resor (Polres) Aceh Singkil telah memeriksa empat orang saksi kasus dugaan malpraktek
yang menimpa seorang pasien di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Subulussalam, yang kemudian meninggal dunia. “Saat
ini kami sedang mengumpulkan alat bukti dan pemeriksaan empat saksi,” kata Kapolres Aceh Singkil AKBP Budi Samekto SIK
melalui Kasatreskrim AKP Yasir, Minggu (12/7).
Keempat saksi yang diperiksa meliputi, pelapor dari pihak YARA, anak pasien yang meniggal, Direktur RSUD Kota Subulussalam,
dan dr bedah yang diadukan. Saksi lainnya yang akan diperiksa, kata Yasir, Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) sebagai saksi
terkait prosedur praktek kedokteran. Pemeriksaan juga akan dilakukan terhadap ahli bedah. Mengenai saksi ahli ini, lanjut Yasir,
polisi masih mempertimbangkan apakah akan mendatangkan dari Medan atau Banda Aceh. “Untuk pemeriksaan Ketua IDI dan
saksi ahli bedah akan kami periksa habis lebaran,” ujar AKP Yasir.
Diakuinya, penangan kasus dugaan malpraktek dokter di RSUD Subulussalam terhadap pasien bernama (almh) Nurhayat, warga
Desa Kuala Keupeng Kecamatan Rundeng tersebut sedikit rumit. Karena pasien meninggal di rumah sakit berbeda, yakni RSUP H

Adam Malik Medan, Sumatera Utara. Karenanya, polisi pun akan memanggil dokter RSUP H Adam Malik Medan untuk mengetahui
bagaimana kondisi dan penanganan pasien sebelum meninggal.
Sebelumnya, Direktur RSUD Kota Subulussalam, dr Azman sudah menyampaikan konfirmasi bahwa pihak rumah sakit merasa
tidak ada melakukan pelanggaran apapun terkait penanganan medis terhadap pasien yang dipersoalkan pihak YARA.
Azman mengatakan penanganan medis terhadap pasien Nurhayat telah sesuai prosedur. Azman mengatakan, operasi dilakukan
dengan diagnosa diffus peritonitis, infection intra abdominal, sepsis (operasi buka perut keseluruhan) dan dilakukan sesuai SOP.
Sebelum dioperasi, dokter juga sudah menjelaskan kepada keluarga pasien yaitu suami dan anak kandung terhadap risiko
kematian sesudah operasi, termasuk harus dirujuk ke RS lain untuk mendapat penanganan lebih intensif. “Hal itu tersebut sudah
disepakati kedua belah pihak dan ditandatangani Surat Izin Operasi (SIO),” katanya beberapa waktu lalu.(lid)
Editor: bakri
Sumber: Serambi Indonesia