Biologi Serangga Penyerbuk Elaeidobius kamerunicus (Coleoptera: Curculionidae) Setelah 33 Tahun Diintroduksi di Sumatera Utara

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Komoditas perkebunan merupakan andalan bagi pendapatan nasional dan
devisa negara Indonesia (Ditjenbun, 2015). Kelapa sawit adalah tanaman
perkebunan penting penghasil minyak makanan, minyak industri, maupun bahan
bakar nabati (biodiesel). Pelaku usaha tani kelapa sawit di Indonesia terdiri dari
perusahaan perkebunan besar swasta, perkebunan negara dan perkebunan rakyat
(Kiswanto et al., 2008).
Industri Kelapa sawit di Indonesia mengalami perkembangan yang pesat
mulai tahun 1990-an. Pada tahun 2014 luas areal perkebunan kelapa sawit
Indonesia mencapai

10.745.801 ha yang terdiri atas Perkebunan Rakyat

(4.422.365 ha), Perkebunan Besar Negara (729.022 ha) dan Perkebunan Besar
Swasta (5.603.414 ha). Produksi minyak sawit Indonesia mengalami peningkatan
dari tahun ke tahun yaitu mencapai

29.278.189 ton pada tahun 2014


(Ditjenbun, 2015).
Produktivitas kelapa sawit ditentukan antara lain oleh keberhasilan
penyerbukan (Prasetyo dan Agus, 2012). Kelapa sawit memiliki bunga tipe
monoceus, secara fisik bunga jantan dan betina terpisah dalam satu pohon yang
sama. Walaupun berada dalam satu pohon yang sama, bunga jantan dan betina
mekar dalam waktu yang berbeda sehingga diperlukan penyerbukan silang
(Adam et al, 2011). Penyerbukan kelapa sawit diyakini sebagian besar terjadi
oleh bantuan serangga (Tuo et al, 2011).
Penyerbukan kelapa sawit di Indonesia pada awalnya mengandalkan
penyerbukan alami dan assisted pollination (bantuan manusia). Keberadaan

1
Universitas Sumatera Utara

2

kumbang penyerbuk kelapa sawit di perkebunan sangat diperlukan dalam
pembentukan buah (Wibowo, 2010). Pada tahun 1983 dilakukan proses introduksi
serangga penyerbuk asal Afrika dari Malaysia yaitu E. kamerunicus. Peranan

E. kamerunicus tersebut telah

menggantikan

assisted pollination (bantuan

manusia) (Susanto et al., 2007; Yue et al, 2015).

Kehadiran serangga

Elaeidobius kamerunicus merupakan simbiosis mutualisme antara kelapa sawit
dan E. kamerunicus dimana simbiosis tersebut menguntungkan bagi kedua
komponen dan juga manusia secara ekonomis (Simatupang, 2014).
Menurut Prasetyo et al. (2014) serangga penyerbuk E. kamerunicus sudah
kurang efektif. Tandan sawit banyak ditemukan tidak padat karena proses
penyerbukan yang tidak maksimal. Peranan kumbang ini menurun di berbagai
wilayah sehingga menghasilkan tandan kelapa sawit dengan nilai fruit set yang
sangat rendah (Prasetyo dan Agus, 2013).
Hal ini diduga karena telah terjadi perkawinan inbreeding (perkawinan
dengan


kerabat

E. kamerunicus

dekat)

mengakibatkan

perubahan

perilaku

kumbang

khususnya dalam mengunjungi bunga betina (Prasetyo dan

Susanto, 2012). Pengetahuan tentang biologi serangga penyerbuk merupakan hal
penting untuk pemeliharaan serangga penyerbuk, perbanyakan dan penanganan
penyerbukan (Eardley et al., 2006). Penelitian tentang biologi E. kamerunicus

sudah pernah dilakukan (Syed, 1982; Herlinda et al., 2006; Tuo et al., 2011;
Batomalaque dan Bravo, 2011; Meliala, 2008), tetapi perlu ditinjau kembali
biologi E. kamerunicus melihat masalah yang telah dijelaskan di atas mengingat
serangga penyerbuk ini telah hadir 33 tahun di Sumatera Utara.

2
Universitas Sumatera Utara

3

Tujuan Penelitian
Penelitian

ini

bertujuan

untuk

mempelajari


biologi

serangga

Elaeidobius kamerunicus setelah 33 tahun diintroduksi di Sumatera Utara.
Kegunaan Penelitian
-

Sebagai sumber informasi bagi pihak yang membutuhkan khususnya
pemilik perkebunan kelapa sawit

-

Sebagai salah satu syarat untuk dapat melakukan penelitian di program
studi Agroekoteknologi.

3
Universitas Sumatera Utara