MAKALAH Kurikulum Tingkat Satuan Pendidi (1)

MAKALAH Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN
(KTSP)

MAKALAH
diajukan untuk memenuhi salah satu tugas
Mata Kuliah PPLK

Disusun oleh
RIZKY RESTAFAUZI SUPANDI
NIM. 41032151091003

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA
BANDUNG
2012

KATA PENGANTAR


Segala puji bagi Allah Swt, yang senantiasa melimpahkan Rohman dan Rohim-Nya kepada
penulis hingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu yang direncanakan.
Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada junjungan alam Nabi Muhammad SAW,
kepada keluarganya, para sahabatnya, serta para pengikutnya hingga akhir zaman.
Makalah ini berjudul “KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN”. Makalah ini
diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Program Pengalaman Lapangan Kerja
(PPLK).
Sejak awal sampai selesainya proposal penelitian ini, tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu tegur sapa dari
para pembaca yang sifatnya kritik membangun akan penulis terima demi perbaikan makalah
selanjutnya. Penulis berharap mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi semua orang
khususnya bagi para pendidik.

Bandung, Juli 2012

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................


i

DAFTAR ISI .........................................................................................

ii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................

1

Selayang Pandang Perjalanan Kurikulum Nasional.........................

1

BAB II PEMBAHASAN................................................................
1.

Hakikat KTSP...........................................................................


A. Apa Itu KTSP....................................................................

10
10

10

B.

Konsep Dasar KTSP..........................................................

10

C.

Tujuan KTSP......................................................................

11

D.


Landasan Pengembangan KTSP........................................

12

E.

Karakteristik KTSP............................................................

13

2.

Memahami dan Memaknai Standar Isi.....................................

A.

Kerangka Dasar Kurikulum...............................................

16


B.

Struktur Kurikulum............................................................

17

3.

Memahami dan Menjabarkan Standar Kompetensi Lulusan....

A.

Standar Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan..............

17

B.

Standar Kompetansi Kelompok Mata Pelajaran................


17

C.

Standar Kompetansi dan Kompetansi Dasar.....................

18

4.

Mengambangkan KTSP............................................................

A.

Pengembangan Kurikulum Tingkat Nasional.....................

18

B.


Pengembangan KTSP........................................................

18

C.

Prinsip Pengembangan KTSP............................................

18

16

17

18

D.

Strategi Pengambangan KTSP...........................................


E.

Pengembangan Silabus.......................................................

19
19

BAB I PENUTUP.........................................................................

24

Kesimpulan dan Saran...................................................................

24

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................

25


BAB I
PENDAHULUAN

Selayang Pandang Perjalanan Kurikulum Nasional
Dalam perjalanan sejarah sejak tahun 1945, kurikulum pendidikan nasional telah mengalami
perubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, dan direncanakan pada
tahun 2004. Perubahan tersebut merupakan konsekuensi logis dari terjadinya perubahan sistem
politik, sosial budaya, ekonomi, dan iptek dalam masyarakat berbangsa dan bernegara. Sebab,
kurikulum sebagai seperangkat rencana pendidikan perlu dikembangkan secara dinamis sesuai
dengan tuntutan dan perubahan yang terjadi di masyarakat. Semua kurikulum nasional dirancang
berdasarkan landasan yang sama, yaitu Pancasila dan UUD 1945, perbedaanya pada penekanan
pokok dari tujuan pendidikan serta pendekatan dalam merealisasikannya.
1. Kurikulum 1968 dan sebelumnya
Awalnya pada tahun 1947, kurikulum saat itu diberi nama Rentjana Pelajaran 1947. Pada saat itu,
kurikulum pendidikan di Indonesia masih dipengaruhi sistem pendidikan kolonial Belanda dan

Jepang, sehingga hanya meneruskan yang pernah digunakan sebelumnya. Rentjana Pelajaran
1947 boleh dikatakan sebagai pengganti sistem pendidikan kolonial Belanda. Karena suasana
kehidupan berbangsa saat itu masih dalam semangat juang merebut kemerdekaan maka
pendidikan sebagai development conformism lebih menekankan pada pembentukan karakter

manusia Indonesia yang merdeka dan berdaulat dan sejajar dengan bangsa lain di muka bumi ini.
Setelah Rentjana Pelajaran 1947, pada tahun 1952 kurikulum di Indonesia mengalami
penyempurnaan. Pada tahun 1952 ini diberi nama Rentjana Pelajaran Terurai 1952. Kurikulum
ini sudah mengarah pada suatu sistem pendidikan nasional. Yang paling menonjol dan sekaligus
ciri dari kurikulum 1952 ini bahwa setiap rencana pelajaran harus memperhatikan isi pelajaran
yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari.
Usai tahun 1952, menjelang tahun 1964, pemerintah kembali menyempurnakan sistem
kurikulum di Indonesia. Kali ini diberi nama Rentjana Pendidikan 1964. Pokok-pokok pikiran
kurikulum 1964 yang menjadi ciri dari kurikulum ini adalah bahwa pemerintah mempunyai
keinginan agar rakyat mendapat pengetahuan akademik untuk pembekalan pada jenjang SD,
sehingga pembelajaran dipusatkan pada program Pancawardhana (Hamalik, 2004), yaitu
pengembangan moral, kecerdasan, emosional/artistik, keprigelan, dan jasmani.
Kurikulum 1968 merupakan pembaharuan dari Kurikulum 1964, yaitu dilakukannya perubahan
struktur kurikulum pendidikan dari Pancawardhana menjadi pembinaan jiwa pancasila,
pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Kurikulum 1968 merupakan perwujudan dari
perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.
Dari segi tujuan pendidikan, Kurikulum 1968 bertujuan bahwa pendidikan ditekankan pada
upaya untuk membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani, mempertinggi
kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan beragama. Isi
pendidikan diarahkan pada kegiatan mempertinggi kecerdasan dan keterampilan, serta

mengembangkan fisik yang sehat dan kuat.
2. Kurikulum 1975
Kurikulum 1975 sebagai pengganti kurikulum 1968 menggunakan pendekatan-pendekatan di
antaranya sebagai berikut:

·

Berorientasi pada tujuan

·

Menganut pendekatan integrative dalam arti bahwa setiap pelajaran memiliki arti dan

peranan yang menunjang kepada tercapainya tujuan-tujuan yang lebih integratif.
·

Menekankan kepada efisiensi dan efektivitas dalam hal daya dan waktu.

·

Menganut pendekatan sistem instruksional yang dikenal dengan Prosedur Pengembangan

Sistem Instruksional (PPSI). Sistem yang senantiasa mengarah kepada tercapainya tujuan yang
spesifik, dapat diukur dan dirumuskan dalam bentuk tingkah laku siswa.
·

Dipengaruhi psikologi tingkah laku dengan menekankan kepada stimulus respon

(rangsang-jawab) dan latihan (drill).
·

Kurikulum 1975 hingga menjelang tahun 1983 dianggap sudah tidak mampu lagi

memenuhi kebutuhan masyarakat dan tuntutan ilmu pengetahuan dan teknologi. Bahkan sidang
umum MPR 1983 yang produknya tertuang dalam GBHN 1983 menyiratakan keputusan politik
yang menghendaki perubahan kurikulum dari kurikulum 1975 ke kurikulum 1984. Karena itulah
pada tahun 1984 pemerintah menetapkan pergantian kurikulum 1975 oleh kurikulum 1984.
3. Kurikulum 1984
Secara umum dasar perubahan kurikulum 1975 ke kurikulum 1984 di antaranya adalah sebagai
berikut.
·

Terdapat beberapa unsur dalam GBHN 1983 yang belum tertampung ke dalam kurikulum

pendidikan dasar dan menengah
·

Terdapat ketidakserasian antara materi kurikulum berbagai bidang studi dengan

kemampuan anak didik
·

Terdapat kesenjangan antara program kurikulum dan pelaksanaannya di sekolah

·

Terlalu padatnya isi kurikulum yang harus diajarkan hampir di setiap jenjang.

·

Pelaksanaan Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB) sebagai bidang pendidikan

yang berdiri sendiri mulai dari tingkat kanak-kanak sampai sekolah menengah tingkat atas
termasuk Pendidikan Luar Sekolah.

·

Pengadaan program studi baru (seperti di SMA) untuk memenuhi kebutuhan

perkembangan lapangan kerja.
Atas dasar perkembangan itu maka menjelang tahun 1983 antara kebutuhan atau tuntutan
masyarakat dan ilmu pengetahuan/teknologi terhadap pendidikan dalam kurikulum 1975
dianggap tidak sesuai lagi, oleh karena itu diperlukan perubahan kurikulum. Kurikulum 1984
tampil sebagai perbaikan atau revisi terhadap kurikulum 1975. Kurikulum 1984 memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:
·

Berorientasi kepada tujuan instruksional. Didasari oleh pandangan bahwa pemberian

pengalaman belajar kepada siswa dalam waktu belajar yang sangat terbatas di sekolah harus
benar-benar fungsional dan efektif. Oleh karena itu, sebelum memilih atau menentukan bahan
ajar, yang pertama harus dirumuskan adalah tujuan apa yang harus dicapai siswa.
·

Pendekatan pengajarannya berpusat pada anak didik melalui cara belajar siswa aktif

(CBSA). CBSA adalah pendekatan pengajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa
untuk aktif terlibat secara fisik, mental, intelektual, dan emosional dengan harapan siswa
memperoleh pengalaman belajar secara maksimal, baik dalam ranah kognitif, afektif, maupun
psikomotor.
·

Materi pelajaran dikemas dengan nenggunakan pendekatan spiral. Spiral adalah

pendekatan yang digunakan dalam pengemasan bahan ajar berdasarkan kedalaman dan keluasan
materi pelajaran. Semakin tinggi kelas dan jenjang sekolah, semakin dalam dan luas materi
pelajaran yang diberikan.
·

Menanamkan pengertian terlebih dahulu sebelum diberikan latihan. Konsep-konsep yang

dipelajari siswa harus didasarkan kepada pengertian, baru kemudian diberikan latihan setelah
mengerti. Untuk menunjang pengertian alat peraga sebagai media digunakan untuk membantu
siswa memahami konsep yang dipelajarinya.
·

Materi disajikan berdasarkan tingkat kesiapan atau kematangan siswa. Pemberian materi

pelajaran berdasarkan tingkat kematangan mental siswa dan penyajian pada jenjang sekolah
dasar harus melalui pendekatan konkret, semikonkret, semiabstrak, dan abstrak dengan
menggunakan pendekatan induktif dari contoh-contoh ke kesimpulan. Dari yang mudah menuju
ke sukar dan dari sederhana menuju ke kompleks.

·

Menggunakan pendekatan keterampilan proses. Keterampilan proses adalah pendekatan

belajat mengajar yang memberi tekanan kepada proses pembentukkan keterampilan memperoleh
pengetahuan dan mengkomunikasikan perolehannya. Pendekatan keterampilan proses
diupayakan dilakukan secara efektif dan efesien dalam mencapai tujuan pelajaran.
4. Kurikulum 1994
Pada kurikulum sebelumnya, yaitu kurikulum 1984, proses pembelajaran menekankan pada pola
pengajaran yang berorientasi pada teori belajar mengajar dengan kurang memperhatikan muatan
(isi) pelajaran. Hal ini terjadi karena berkesesuaian suasan pendidikan di LPTK (lembaga
Pendidikan Tenaga Kependidikan) pun lebih mengutamakan teori tentang proses belajar
mengajar. Akibatnya, pada saat itu dibentuklah Tim Basic Science yang salah satu tugasnya ikut
mengembangkan kurikulum di sekolah. Tim ini memandang bahwa materi (isi) pelajaran harus
diberikan cukup banyak kepada siswa, sehingga siswa selesai mengikuti pelajaran pada periode
tertentu akan mendapatkan materi pelajaran yang cukup banyak.
Kurikulum 1994 dibuat sebagai penyempurnaan kurikulum 1984 dan dilaksanakan sesuai dengan
Undang-Undang no. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Hal ini berdampak pada
sistem pembagian waktu pelajaran, yaitu dengan mengubah dari sistem semester ke sistem
caturwulan. Dengan sistem caturwulan yang pembagiannya dalam satu tahun menjadi tiga tahap
diharapkan dapat memberi kesempatan bagi siswa untuk dapat menerima materi pelajaran cukup
banyak.
Terdapat ciri-ciri yang menonjol dari pemberlakuan kurikulum 1994, di antaranya sebagai
berikut.
·

Pembagian tahapan pelajaran di sekolah dengan sistem caturwulan

·

Pembelajaran di sekolah lebih menekankan materi pelajaran yang cukup padat

(berorientasi kepada materi pelajaran/isi)
·

Kurikulum 1994 bersifat populis, yaitu yang memberlakukan satu sistem kurikulum untuk

semua siswa di seluruh Indonesia. Kurikulum ini bersifat kurikulum inti sehingga daerah yang
khusus dapat mengembangkan pengajaran sendiri disesuaikan dengan lingkungan dan kebutuhan
masyarakat sekitar.

·

Dalam pelaksanaan kegiatan, guru hendaknya memilih dan menggunakan strategi yang

melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik, dan sosial. Dalam mengaktifkan
siswa guru dapat memberikan bentuk soal yang mengarah kepada jawaban konvergen, divergen
(terbuka, dimungkinkan lebih dari satu jawaban), dan penyelidikan.
·

Dalam pengajaran suatu mata pelajaran hendaknya disesuaikan dengan kekhasan

konsep/pokok bahasan dan perkembangan berpikir siswa, sehingga diharapkan akan terdapat
keserasian antara pengajaran yang menekankan pada pemahaman konsep dan pengajaran yang
menekankan keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan masalah.
·

Pengajaran dari hal yang konkrit ke hal yang abstrak, dari hal yang mudah ke hal yang

sulit, dan dari hal yang sederhana ke hal yang komplek.
·

Pengulangan-pengulangan materi yang dianggap sulit perlu dilakukan untuk pemantapan

pemahaman siswa.
·

Selama dilaksanakannya kurikulum 1994 muncul beberapa permasalahan, terutama

sebagai akibat dari kecenderungan kepada pendekatan penguasaan materi (content oriented), di
antaranya sebagai berikut.
·

Beban belajar siswa terlalu berat karena banyaknya mata pelajaran dan banyaknya

materi/substansi setiap mata pelajaran
·

Materi pelajaran dianggap terlalu sukar karena kurang relevan dengan tingkat

perkembangan berpikir siswa, dan kurang bermakna karena kurang terkait dengan aplikasi
kehidupan sehari-hari.
Permasalahan di atas terasa saat berlangsungnya pelaksanaan kurikulum 1994. Hal ini
mendorong para pembuat kebijakan untuk menyempurnakan kurikulum tersebut. Salah satu
upaya penyempurnaan itu diberlakukannya Suplemen Kurikulum 1994. Penyempurnaan tersebut
dilakukan dengan tetap mempertimbangkan prinsip penyempurnaan kurikulum, yaitu
·

Penyempurnaan kurikulum secara terus menerus sebagai upaya menyesuaikan kurikulum

dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta tuntutan kebutuhan masyarakat.

·

Penyempurnaan kurikulum dilakukan untuk mendapatkan proporsi yang tepat antara

tujuan yang ingin dicapai dengan beban belajar, potensi siswa, dan keadaan lingkungan serta
sarana pendukungnya.
·

Penyempurnaan kurikulum dilakukan untuk memperoleh kebenaran substansi materi

pelajaran dan kesesuaian dengan tingkat perkembangan siswa.
·

Penyempurnaan kurikulum mempertimbangkan berbagai aspek terkait, seperti tujuan

materi, pembelajaran, evaluasi, dan sarana/prasarana termasuk buku pelajaran.
·

Penyempurnaan kurikulum tidak mempersulit guru dalam mengimplementasikannya dan

tetap dapat menggunakan buku pelajaran dan sarana prasarana pendidikan lainnya yang tersedia
di sekolah.
·

Penyempurnaan kurikulum 1994 di pendidikan dasar dan menengah dilaksanakan

bertahap, yaitu tahap penyempurnaan jangka pendek dan penyempurnaan jangka panjang.

5. Kurikulum Berbasis Kompetensi – Versi Tahun 2002 dan 2004
Usaha pemerintah maupun pihak swasta dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan terutama
meningkatkan hasil belajar siswa dalam berbagai mata pelajaran terus menerus dilakukan, seperti
penyempurnaan kurikulum, materi pelajaran, dan proses pembelajaran. Hal ini sesuai dengan
yang dikemukakan oleh Soejadi (1994:36), khususnya dalam mata pelajaran matematika
mengatakan bahwa kegiatan pembelajaran matematika di jenjang persekolahan merupakan suatu
kegiatan yang harus dikaji terus menerus dan jika perlu diperbaharui agar dapat sesuai dengan
kemampuan murid serta tuntutan lingkungan.
Implementasi pendidikan di sekolah mengacu pada seperangkat kurikulum. Salah satu bentuk
inovasi yang dikembangkan pemerintah guna meningkatkan mutu pendidikan adalah melakukan
inovasi di bidang kurikulum. Kurikulum 1994 perlu disempurnakan lagai sebagai respon
terhadap perubahan struktural dalam pemerintahan dari sentralistik menjadi desentralistik
sebagai konsekuensi logis dilaksanakannya UU No. 22 dan 25 tahun 1999 tentang Otonomi
Daerah.

Kurikukum yang dikembangkan saat ini diberi nama Kurikulum Berbasis Kompetensi.
Pendidikan berbasis kompetensi menitikberatkan pada pengembangan kemampuan untuk
melakukan (kompetensi) tugas-tugas tertentu sesuai dengan standar performance yang telah
ditetapkan. Competency Based Education is education geared toward preparing indivisuals to
perform identified competencies (Scharg dalam Hamalik, 2000: 89). Hal ini mengandung arti
bahwa pendidikan mengacu pada upaya penyiapan individu yang mampu melakukan perangkat
kompetensi yang telah ditentukan. Implikasinya adalah perlu dikembangkan suatu kurikulum
berbasis kompetensi sebagai pedoman pembelajaran.
Sejalan dengan visi pendidikan yang mengarahkan pada dua pengembangan, yaitu untuk
memenuhi kebutuhan masa kini dan kebutuhan masa datang, maka pendidikan di sekolah dititipi
seperangkat misi dalam bentuk paket-paket kompetensi.
Kompetensi merupakan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan
dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Kebiasaan berpikir dan bertindak secara konsisten dan
terus menerus dapat memungkinkan seseorang untuk menjadi kompeten, dalam arti memiliki
pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar untuk melakukan sesuatu (Puskur, 2002a).
Dasar pemikiran untuk menggunakan konsep kompetensi dalam kurikulum adalah sebagai
berikut.
(1) Kompetensi berkenaan dengan kemampuan siswa melakukan sesuatu dalam berbagai
konteks.
(2) Kompetensi menjelaskan pengalaman belajar yang dilalui siswa untuk menjadi kompeten.
(3) Kompeten merupakan hasil belajar (learning outcomes) yang menjelaskan hal-hal yang
dilakukan siswa setelah melalui proses pembelajaran.
(4) Kehandalan kemampuan siswa melakukan sesuatu harus didefinisikan secara jelas dan luas
dalam suatu standar yang dapat dicapai melalui kinerja yang dapat diukur.
(Puskur, 2002a).
Kurikulum Berbasis Kompetensi merupakan perangkat rencana dan pengaturan tentang
kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai siswa, penilaian, kegiatan belajar mengajar, dan
pemberdayaan sumber daya pendidikan dalam pengembangan kurikulum sekolah. Kurikulum

Berbasis Kompetensi berorientasi pada: (1) hasil dan dampak yang diharapkan muncul pada diri
peserta didik melalui serangkaian pengalaman belajar yang bermakna, dan (2) keberagaman yang
dapat dimanifestasikan sesuai dengan kebutuhannya (Puskur, 2002a).
Rumusan kompetensi dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi merupakan pernyataan apa yang
diharapkan dapat diketahui, disikapi, atau dilakukan siswa dalam setiap tingkatan kelas dan
sekolah dan sekaligus menggambarkan kemajuan siswa yang dicapai secara bertahap dan
berkelanjutan untuk menjadi kompeten.
Suatu program pendidikan berbasis kompetensi harus mengandung tiga unsur pokok, yaitu:
·

pemilihan kompetensi yang sesuai;

·

spesifikasi indikator-indikator evaluasi untuk menentukan keberhasilan pencapaian

kompetensi;
·

pengembangan sistem pembelajaran.

·

Kurikulum Berbasis Kompetensi memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

·

Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal.

·

Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman.

·

Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi.

·

Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi

unsur edukatif.
·

Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau

pencapaian suatu kompetensi. (Puskur, 2002a).
Struktur kompetensi dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi dalam suatu mata pelajaran memuat
rincian kompetensi (kemampuan) dasar mata pelajaran itu dan sikap yang diharapkan dimiliki
siswa. Mari kita lihat contohnya dalam mata pelajaran matematika, Kompetensi dasar
matematika merupakan pernyataan minimal atau memadai tentang pengetahuan, keterampilan,
sikap dan nilai-nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak setelah siswa
menyelesaikan suatu aspek atau subaspek mata pelajaran matematika. (Puskur, 2002b).
Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Matematika merupakan gambaran kompetensi yang

seharusnya dipahami, diketahui, dan dilakukan siswa sebagai hasil pembelajaran mata pelajaran
matematika. Kompetensi dasar tersebut dirumuskan untuk mencapai keterampilan (kecakapan)
matematika yang mencakup kemampuan penalaran, komunikasi, pemecahan masalah, dan
memiliki sikap menghargai kegunaan matematika.
Struktur kompetensi dasar Kurikulum Berbasis Kompetensi ini dirinci dalam komponen aspek,
kelas dan semester. Keterampilan dan pengetahuan dalam setiap mata pelajaran, disusun dan
dibagi menurut aspek dari mata pelajaran tersebut.
Pernyataan hasil belajar ditetapkan untuk setiap aspek rumpun pelajaran pada setiap level.
Perumusan hasil belajar adalah untuk menjawab pertanyaan, “Apa yang harus siswa ketahui dan
mampu lakukan sebagai hasil belajar mereka pada level ini?”. Hasil belajar mencerminkan
keluasan, kedalaman, dan kompleksitas kurikulum dinyatakan dengan kata kerja yang dapat
diukur dengan berbagai teknik penilaian.
Setiap hasil belajar memiliki seperangkat indikator. Perumusan indikator adalah untuk menjawab
pertanyaan, “Bagaimana kita mengetahui bahwa siswa telah mencapai hasil belajar yang
diharapkan?”. Guru akan menggunakan indikator sebagai dasar untuk menilai apakah siswa telah
mencapai hasil belajar seperti yang diharapkan. Indikator bukan berarti dirumuskan dengan
rentang yang sempit, yaitu tidak dimaksudkan untuk membatasi berbagai aktivitas pembelajaran
siswa, juga tidak dimaksudkan untuk menentukan bagaimana guru melakukan penilaian.
Misalkan, jika indikator menyatakan bahwa siswa mampu menjelaskan konsep atau gagasan
tertentu, maka ini dapat ditunjukkan dengan kegiatan menulis, presentasi, atau melalui kinerja
atau melakukan tugas lainnya.

6. Kurikulum Berbasis Kompetensi – Versi KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)
Pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan
mutu dan relevansi serta efisiensi manajemen pendidikan. Pemerataan kesempatan pendidikan
diwujudkan dalam program wajib belajar 9 tahun. Peningkatan mutu pendidikan diarahkan untuk
meningkatkan kualitas manusia Indonesia seutuhnya melalui olahhati, olahpikir, olahrasa dan
olahraga agar memiliki daya saing dalam menghadapi tantangan global. Peningkatan relevansi
pendidikan dimaksudkan untuk menghasilkan lulusan yang sesuai dengan tuntutan kebutuhan

berbasis potensi sumber daya alam Indonesia. Peningkatan efisiensi manajemen pendidikan
dilakukan melalui penerapan manajemen berbasis sekolah dan pembaharuan pengelolaan
pendidikan secara terencana, terarah, dan berkesinambungan.
Implementasi Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
dijabarkan ke dalam sejumlah peraturan antara lain Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan. Peraturan Pemerintah ini memberikan arahan tentang
perlunya disusun dan dilaksanakan delapan standar nasional pendidikan, yaitu: (1)standar isi,
(2)standar proses, (3)standar kompetensi lulusan, (4)standar pendidik dan tenaga kependidikan,
(5)standar sarana dan prasarana, (6)standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan (7)standar
penilaian pendidikan.
Kurikulum dipahami sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu, maka dengan terbitnya Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, pemerintah telah menggiring pelaku pendidikan untuk
mengimplementasikan kurikulum dalam bentuk kurikulum tingkat satuan pendidikan, yaitu
kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di setiap satuan pendidikan.
Secara substansial, pemberlakuan (baca: penamaan) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) lebih kepada mengimplementasikan regulasi yang ada, yaitu PP No. 19/2005. Akan
tetapi, esensi isi dan arah pengembangan pembelajaran tetap masih bercirikan tercapainya paketpaket kompetensi (dan bukan pada tuntas tidaknya sebuah subject matter), yaitu:
·

Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal.

·

Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman.

·

Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi.

·

Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi

unsur edukatif.
·

Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau

pencapaian suatu kompetensi.

Terdapat perbedaan mendasar dibandingkan dengan kurikulum berbasis kompetensi sebelumnya
(versi 2002 dan 2004), bahwa sekolah diberi kewenangan penuh menyusun rencana
pendidikannya dengan mengacu pada standar-standar yang telah ditetapkan, mulai dari tujuan,
visi – misi, struktur dan muatan kurikulum, beban belajar, kalender pendidikan, hingga
pengembangan silabusnya.

BAB II
PEMBAHASAN

1.

HAKIKAT KURIKULUM TINGKAT SATUAN PANDIDIKAN (KTSP)

A. Apa itu KTSP
KTSP merupakan singkatan dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, yang dikembangkan
sesuai dengan satuan pendidikan, potensi dan karakteristik sekolah/ daerah, sosial budaya
masyarakat setempat, dan karakteristik peserta didik. Sekolah dan komite sekolah
mengembangkan kurikumum tingkat satuan pendidikan dan silabus berdasarkan kerangka dasar
kurukulum dan standar kompetensi lulusan, di bawah supervisi dinas kabupaten/kota yang
bertugas di bidang pendidikan.
KTSP merupakan upaya untuk menempurnakan kuriklum agar lebih familiar dengan guru,
karena mereka banyak dilibatkan diarapkan memiliki tanggungjawab yang memadai.
Penyempurnaan kurilulum yang berkelanjutan merupakan keharusan agar sistam pendidikan
nasional selalu relevan dan kompetitif. Hal itu juga sejalan dengan Undang-Undang Nomer 20
Tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 35 dan 36 yang menekankan perlunya peningatan standar

nasional pendidikan sebagai acuan kurikulum secara berencana dan berkala dalam rangka
mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

B.

Konsep Dasar KTSP

Dalam Standar Nasional Pendidikan (SNP PAsal 1, ayat 15) dikemukakan bahwa Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan
oleh masing-masing satuan pendidikan. Penyusunan KTSP dilakukan oleh satuan pendidikan
dengan memperhatikan dan berdasarkan standar kompetensi serta kompetensi dasar yang
dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP)
KTSP disusun dan dikembangkan berdasarkan Undang-Undang Nomer 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional pasal 36 ayat 1), dan 2) sebagai berikut.
1)

Pengembangan kurikulum mengacu pada Standar Nasional Pendidikan untuk mewujudkan

Tujuan Pendidikan Nasional
2)

Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip

diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah dan peserta didik.
KTSP merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk mewujudkan sekolah yang efektif,
produktif dan berprestasi. KTSP merupakan paradigm baru pengembangan kurikulum, yang
memberikan otonomi luas pada setiap satuan pendidikan, dan pelibatan masyarakat dalam rangka
mengefektifkan potensi belajar mengajar di sekolah. Otonomi diberikan agar setiap satuan
pendidikan dan sekolah memiliki keleluasaan dalam mengelola sumber daya, sumber dana,
sumber belajar dan mengalolasikannya sesuai prioritas kebutuhan, serta lebih tanggap terhadap
kebutuhan setempat.
Dalam KTSP pengembangan kurikulum dilakukan oleh guru, kepala sekolah, serta komite
sekolah dewan pendidikan. Badan ini merupakan lembaga yang ditetapkan berdasarkan
musyawarah dari pejabat daerah setempat, komisi pendidikan pada dewan perwakilan rakyat
daerah (DPRD), pejabat pendidikan daereah, kepala sekolah, tenaga kependidikan, perwakilan
orangtua peserta didik dan tokoh masyarakat. Lembaga inilah yang menetapkan segala kebijakan
sekolah berdasarkan ketentuan-ketentuan tentang pendidikan yan berlaku. Selanjutnya komite

sekolah perlu merumuskan dan menetapkan visi, misi dan tujuan sekolah dengan berbagai
implikasinya terhadap program kegiatan operasional untuk mencapai tujuan sekolah.

C. Tujuan KTSP
Secara umum tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk mendirikan dan memberdayakan satuan
pendidikan melalui pemberikan kewenangan (otonomi) kepada lembaga pendidikan dan
mendorong sekolah tnuk melakukan pengambilan keputusan secara partisipatif dalam
pengembangan kurikulum.
Secara khusus tujuan diterapkanya KTSP adalah untuk:
1.

Menignkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam

mengembangkan kurikulum, mengelola dan memberdayakan sumber daya yang tersedia
2.

Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam pengembangan kurikulum

melalui pengambilan keputusan bersama
3.

Menignkatkan kompetensi yang sehat antar satuan pendidikan tentang kualitas pendidikan

yang akan dicapai.
Memahami tujuan di atas, KTSP dapat dipandang sebagai suatu pola pendekatan baru dalam
pengembangan kurikulum dalam konteks otonomi daerah yang sedang digulirkan dewasa ini.
Oleh karena itu, KTSP perlu dterapkan oleh setiap satuan pendidikan, terutama berkaitan dengan
tujuan hal sebagai berikut:
1.

Sekolah lebih mengetahui kekuatan, kelamahan, peluang, dan ancaman bagi dirinya

sehingga dia dapat mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya yang tersedia untuk memajukan
lembaganya
2.

Sekolah lebih mengetahui kebutuhan lembaganya, khususnya input pendidikan yang akan

dikembangkan dan didayagunakan dalam proses pendidikan sesuai dengan tingkat
perkembangan dan kebutuhan peserta didik.
3.

Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh sekolah lebih cocok untuk memenuhi

kebutuhan sekolah karena pihak sekolahlah yang paling tahu apa yagn terbaik bagi sekolahnya

4.

Keterlibatan semua warga sekolah dan masyarakat dalam pengembangan kurikulum

menciptakan transparasi dan demokrasi yang sehat, serta lebih efisien dan efektif bilamana
dikontrol oleh masyarakat setempat
5.

Sekolah dapat bertanggungjawab tentang mutu pendidikan masing-masing kepada

pemerintah, orang tua peserta didik, dan masyarakat pada umumnya, sehingga dia akan berupaya
semaksimal mungkin untuk melaksanakan dan mencapai sasaran KTSP
6.

Sekolah dapat melakukan persaingan yagn sehat dengan sekolah lain untuk meningkatkan

mutu pendidikan melalui upaya inovatif dengan dukungan orang tua peserta didik, masyarakat
dan pemerintah daerah setempat.
7.

Sekolah dapat secara cepat merespon aspirasi masyarakat dan lingkungan yang berubah

dengan cepat, serta mengakomodasinya dalam KTSP.

D.

Landasan Pengembangan KTSP

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dilandasi oleh undang-undang dan peraturan pemerintah
sebagai berikut
1.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentnag Sisdiknas

Dalam Undang-Undang Sisdiknas dikemukakan bahwa Satandar Nasional Pendidikan (SNP)
teridiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana,
pengelolaan, pembiayaan dan penilaian pendidikan yang harus ditingkatkan secara berencana
dan berkala. SNP digunakan sebagai acuan pengembangan kurikulum, tenaga kependidikan,
sarana dan prasarana, pengelolaan dan pembiayaan. Pengembangan standar nasional pendidikan
serta pemantauan dan pelaporan pencapaiannya secara nasional dilaksanakan oleh suatu badan
standarisasi, penjaminan dan pengendalian mutu pendidikan.

2.

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005

Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 adalah peraturan tentang standar Nasional Pendidikan
(SNP). SNP merupakan criteria minimal tentang system pendidikan di seluruh wilayah hokum

Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam peraturan tersebut dikemukakan bahwa kurikulum
adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara
yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai
tujuan pendidikan tertentu. Dalam peraturan tersebut dikemukakan bahwa KTSP adalah
kurikulum operasional yang dikembangkan berdasarkan standar kompetensi lulusan (SKL) dan
standar isi.

3.

Peraturan Menteri Pendidikan Nomor 22 Tahun 2006

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006 mengatur tentang standar isi untuk
satuan Pendidikan Dasar dan Menengah yang selanjutnya disebut Standar Isi, mencakup lingkup
materi minimal dan tingkat kompetensi minimal untuk mencapai kompetensi lulusan minimal
pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.

4.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional no. 23 Tahun 2006 mengatur Standar Kompetensi
Lulusan untuk satuan pendidikan dasar dan menengah digunakan sebagai pedoman penilaian
dalam menentukan kelulusan peserta didik. Standar Kopetensi Lulusan meliputi standar
kompetensi lulusan minimal satuan pendidikan dasar dan menengah, standar kompetensi lulusan
minimal mata pelajaran dan standar kompetensi lulusan minimal mata pelajaran, yang akan
bermuara pada kompetensi dasar.

5.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2006

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 24 Tahun 2006 mengatur tentang pelaksanaan SKL
dan Standar isi. Dalam peraturan ini dikemukakan bahwa satuan pendidikan dasar dan menengah
mengembangkan dan menetepkan kurikulum tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah
sesuai kebutuhan satuan pendidikan yang bersangkutan, berdasarkan pada:

a.

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentnag Sistem Pendidikan Nasional Pasal 36 sampai

dengan PAsal 38
b.

Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan pasal 5

sampai dengan pasal 18 dan pasal 25 sampai pasal 27
c.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 23 Tahun 2006 tentang standar kompetensi

lulusan untuk satuan pendidikan dasar dan menengah

E.

Karakteristik KTSP

KTSP merupakan bentuk operasional pengembangan kurikulum dalam konteks desentralisasi
pendidikan dan otonomi daerah, yang akan memberikan wawasan baru terhadap system yang
sedang berjalan salama ini. Karakteristik KTSP bisa diketahui antara lain dari bagaimana sekolah
dan satuan pendidikan dapat mengoptimalkan kinerja, proses pembelajaran, pengelolaan sumber
belajar, profesionalisme tenaga kependidikan, serta system penilaian. Berdasarkan uraian di atas
dapat dikemukakan beberapa karakteristik KTSP sebagai berikut:
1.

Pemberian Otonomi Luas Kepada Sekolah dan Satuan Pendidikan

KTSP memberikan otonomi luas kepada sekolah dan satuan pendidikan, disertai seperangkat
tanggungjawab untuk mengembangakan kurikulum sesuai dengan kondisi setempat. Selain itu
sekolah dan satuan pendidikan juga diberkan kewenangan untuk mengali dan engelola sumber
dana sesuai dengan prioritas kebutuhan.

2.

Partisipasi Masyarakat dan Orangtua yang Tunggi

Dlaam KTSP, pelaksanaan kurikulum didukung oleh partisipasi masyarakat dan orangtua peserta
didik yang tinggi, bukan hanya mendukung sekolah melalui bantuan keuangan, tetapi melalui
komite sekolah dan dewan pendidikan merumuskan serta mengembangkan program-program
yagn dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.

3.

Kepemimpinan yang Demokratis dan Profesional

Dalam KTSP, pengembangan danpelaksanaan kurikulum didukung oleh adanya kepemimpinan
sekolah yang demokratis dan professional. Kepala sekolah dan guru-guru sebagai tenaga
pelaksana kurikulum merupakan orang-orang yang memiliki kemampuan dan integritas
professional. Kepala sekolah adalah manajer pendidikan professional yang direkrut komite
sekolah untuk mengelola segala kegiatan sekolah berdasarkan kebijakan yang ditetapkan.

4.

Tim-Kerja yang Kompak dan Transparan

Dalam KTSP, keberhasilan pengembangan kurikulum dan pemelajaran didukung oleh kinerja
team yang kompak dan transparan dari berbagai pihak yang terlibat dalam pendidikan. Dalam
dewan pendidikan dan komite sekolah misalnya, pihak-pihak yang terlibat bekerja sama secara
harmonis sesuaidengan posisinya masing-masing utnuk mewujudkan suatu “sekolah yang dapat
dibanggakan” oleh semua pihak.

Disamping beberapa karakteristik di atas, terdapat beberapa factor penting yang perlu
diperhatikan dala pengembangan KTSP, terutama berkaitan dengan system informasi serta
system penghargaan dan hukuman.

F.

Akankah KTSP Mendongkrak Kualitas Pendidikan

Melalui KTSP, sekolah dan satuan pendidikan perlu dikembangkan menjadi lembaga yang diberi
wewenang dan tanggung jawab secara luas untuk mandiri, maju dan berkembang berdasarkan
strategi kebijakan manajemen pendidikan yang ditetapkan pemerintah. Persoalah yang muncul
adalah apakah kondisi actual satuan pendidikan dan sekolah di Indonesia beserta sumber
dayanya sudah memiliki kesiapan untuk mengembangkan dan melaksanakan KTSP yang akan
mengubah pola dan system pengembangan kurikulum. Sehubungan dengan itu, agar
pengembangan dan penerapan KTSP mampu mendongkrak kualitas pendidikan, perlu didukung
oleh perubahan mendasar dalam kebijakan pengelolaan sekolah yang menyangkut aspek berikut :
1.

Iklim Pembelajaran yang Kondusif

Pengembangan KTSP perlu didukung oleh iklim pembelajaran yang kondusif bagi terciptanya
suasana yagn aman, nyaman dan tertib, sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung dengan
tenang dan menyenangkan. Iklim yang demikian akan mendorong terwujudnya proses
pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan bermakna; yang lebih menekankan pada belajar
mengetahui, belajar berkarya, belajar menjadi diri sendiri dan belajar hidup bersama secara
harmonis.

2.

Otonomi Sekolah dan Satuan Pendidikan

Dalam pengembangan kurikulum sentralesasi, sekolah dan satuan pendidikan sebagai pelaksana
kurikulum, hampir tidak pernah diberi kewenangan untuk menentukan kurikulum atau system
evaluasi pembelajaran sesuai dengan situasi dan kondisi dan kebutuhan peserta didik secara
actual. Sekolah hanya berfungsi sebagai pelaksana kurikulum dari pusat, meskipun kadangkadang tidak sesuai dengan kondisi dan kebutuhan peserta didik.

3.

Kewajiban Sekolah dan Satuan Pendidikan

KTSP yang menawarkan keleluasaan dalam pengembangan kurikulum, memiliki potensi yang
besar dalam menciptakan kepala sekolah, guru dan pengelola satuan pendidikan secara
professional. Oleh karena itu, pelaksanaan KTSP perlu disertai seperangkat kewajiban serta
monitoring dan tuntutan pertanggung jawaban yang relative tinggi, untuk menjamin bahwa
sekolah selain memiliki otonomi juga mempunyai kewajiban melaksanakan kebijakan
pemerintah dan memenuhi harapan masyarakat. Dengan demikian sekolah dan satuan pendidikan
dituntut mampu mengembangkan kurikulum dan mengelola sumber daya secara transparan,
demokratis, dan bertanggung jawab baik terhadap masyarakat mampu pemerintah, dalam rangka
meningkatkan kapasitas pelayanan dan kualitas terhadap peserta didik.

4.

Kepemimpinan Sekolah yang Demokratis dan Profesional

Pelaksanaan KTSP memerlukan sosok kepala sekolah yang memiliki kemampuan manajerial dan
integritas professional yang tinggi, serta demokratis dalam proses pengambilan keputusan-

keputusan mendasar. Dalam implemantasi KTSP, kepala sekolah menuntut untuk memiliki visi
dan wawasan yang luas tentang pembelajaran yang efektif seta kemampuan professional yagn
memadai dalam bidang perencanaan, kepemimpinan, manajerial dan supervise pendidikan. Ia
juga harus memiliki kemampuan untuk mengembangkan kerjasama yang harmonis dengan
berbagai pihak yang terkait dengan kurikulum.

5.

Revitalisasi Partisipasi asyarakat dan Orangtua

Secara historis sekolah merupakan system pendidikan yagn berkembeng dari, oleh dan utnuk
masyarakat, sehingga masyarakat memiliki tanggungjawab yang sangat besar terhadap
eksisiensinya. Namun dalam perkembangan berikutnya, terutama sekolah yang dikelola oleh
pemerintah seolah-olah berada di luar masyarakat dan orang tua sehingga partisipasi mereka
menjadi pudar. Dalam pengembangan KTSP, partisipasi aktif berbagai kelompok masyarakat dan
pihak orang tua dalam perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan program
sekolah perlu dibangkitkan kembali. Wujud keterlibatan, bukan hanya dalam bantuan financial,
tetapi lebih dari itu dalam pemikiran untuk peningkatan kualitas pembelajaran.

6.

Menghidupkan serta Meluruskan KKG dan MGMP

Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) atau Musyawarah Guru Bidang Studi (MGBS) dan
Kelompok Kerja Guru (KKG) merupakan organisasi guru, yang pada saat inikeberadaannya pada
sebagian sekolah dan satuan pendidikan sudah mati suri. Dikatakan demikian, karena
kebanyakan organisasi tersebut pada saat ini sudah tidak memiliki dan tidak melakukan program
kerja sesuai dengan tujua awalnya. Tujuan MGMP dan KKG terutama adalah untuk
meningkatkan kompetensi dan professionalism guru dalam rangka meningkatkan kualitas
pendidikan. Selain itu kegiatan MGMP dan KKG yagn dilakukan dengan intensif, dapat
dijadikan sebagai wahana pengembangan diri guru untuk menignkatkan kapasitas dan
kemampuan guru serta menambah pengetahuan dan keterampilan dalam bidang yang diajarkan.

7.

Kemandirian Guru

dalam KTSP guru juga harus mampu bekerja mandiri untuk memperbaiki diri dalam
pembelajaran. Hal ini penting agar ia benar-benar menjadi guru yang mampu digugu dan ditiru.
Sehingga tidak saja mampu mengembangkan KTSP tetapi juga melaksanakannya
dalampembelajaran secara efektif dan menyenangkan. Kemandirian guru terutama diperlukan
dalam menghadapi dan memecahkan berbagai roblema yang sering muncul dalam pembelajaran.
Guru harus mampu mengambil tindakan terhadap berbagai permasalahan secara tepat waktu dan
tepat sasaran. Kemandirian guru juga akan menjadi figur bagi peserta didik, sehingga mereka
terbiasa untuk memecahkan masalah secara mandiri dan professional. Dengan demikian
implementasi KTSP yang ditunjang dengan kemandirian guru diharapkan dapat menciptakan
pemebelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM), yang akan bermuara
pada peningkatan prestasi belajar peserta didik dan prestasi sekolah secara keseluruah.

2.

MEMAHAMI DAN MEMAKNAI STANDAR ISI

Standanr isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalaam criteria
tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran dan silabus
pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tententu.
Standar isi memuat kerangka dasar, struktur kurikulum, beban belajar, kurikulum tingkat satuan
pendidikan dan kalender pendidikan.

A.

Kerangka Dasar Kurikulum

Kurikulum adalah seperangkat rncana dan pengetauan mengenai tujuan, kompetensi dasar,
materi standard an hasil belajar serta cara yan digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar dan tujuan pendidikan. Untuk jenis
pendidikan umum, kejuruan, dan khusus pada penjang pendidikan dasar dan meenngah terdiri
atas:
1)

Kelompok mata pelajaran agama dan akhak mulia yang dilaksanakan melalui kegiatan

keagamaan, kewarganegaraan, kepribadian, ilmu pengetahuan dan teknologi , estetika, jasmani,
oleh raga dan kesehatan

2)

Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian; yang dilaksanakan melalui

kegiatan agama, akhlak mulia, kewarganegaraan, bahasa, seni dan budaya serta pendidikan
jasmani
3)

Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi; yang dilaksanakan melalui

kegiatan bahasa, matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, kererampilan,
kejuruan, teknologi informasi dan komunikasi serta muatan local yang relevan
4)

Kelompok mata pelajaran estetika; yang dilaksanakan melaluikegiatan bahasa, seni dan

budaya, keterampilan dan muatan local yang relevan
5)

Kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga dan kesehatan; yang dilakukan melalui

kegiatan jasmani, olehraga, pendidikan kesehatan, ilmu pengetahuan alam dan muatan local yang
relevan

B.

Struktur Kurikulum

Struktur kurikulum merupakan pola dan susunan mata pelajaran yang harus ditempuh oleh
peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Kedalaman muatan kurikulum setiap mata pelajaran
pada setiap satuan pedidikan dituangkan dalam kompetensi yang harus dikuasai peserta didik
sesuai dengan beban belajar yang tercantum dalam struktur kurikulum. Kompetensi tersebut
terdiri atas standar kompetensi dan kopetensi lulusan.

3.

MEMAHAMI DAN MENJABARKAN STANDAR KOMPETENSI LULUSAN

A.

Standar Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan

Standar kompetensi lulusan (SKL) satuan pendidikan adalah kualifikasi kemampuan lulusan
yang mancakup pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diguanakan sebagai pedoman
penilaian dalam penentuan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan. SKL meluputi
kompetensi untuk seluruh mata pelajaran atau kelompok mata pelajaran
SKL pada jenjang pendidikan dasar bertujuan utnuk meletakan dasar kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan

lebih lant. SKL pada jenjang pendidikan mengengah umum bertujuan untuk meningkatkan
kecerdasan, pengerahuan, kepribadian, akhal mulia serta keterampilan untuk hidup mandiri dan
mengikti pendidikan lebih lanjut.

B.

Standar Kompetensi Kelompok Mata Pelajaran

Kulaifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan pengauasaan sikap,
pengetahuan dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada stiap tingkat dan atau semserter
untuk kolampok mata pelajaran tertentu.
Standar kompetensi Kelompok Mata Pelajaran terdiri atas kelompok-kelompok mata pelajaran:
agama dan akhlak mulia, kewarganegaraan dan kepribadian, ilmu pengetahuan dan teknologi,
estetika, dan jasmani rohani dan kesehatan.

C.

Standar Kompetesnsi dan Kompetensi Dasar

Standar kompetensi dan kompetensi dasar merupakan arah dan landasan untuk mengembangkan
materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indicator pencapaian kompentensi untuk penilaian.
Sedangkan dalam merancang kegiatan pembelajaran dan penilaian perlu memperhatikan standar
proses dan standar penilaian. Dalam kaitannya dengan KTSP, Depdiknas telah menyiapkan
Standar Kompetensi dan Kompetansi Dasar (SKKD) berbagai mata pelajaran, untuk dijadikan
acuan oleh guru dalam mengembangkan KTSP pada satuan pendidikan masing-masing.
Dengan demikian tugas utama guru dalam KTSP adalah menjabarkan, menganalisis,
mengambangkan indicator, dan menyesuaikan SKKD dengan karakter dan perkembangan
peserta didik, situasi dan kondisi sekolah, serta kondisi dan kebutuhan daerah. Selanjutnya
megemas hasil analisis terhadap SKKD tersebut ke dalam KTSP, yang didalamnya mengcakup
silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).

4.

MENGEMBANGKAN KTSP

A.

Pengambangan kurikulum Tingkat Nasional

Dalam kaitannya dengan KTSP, pengembangan kurilulum tingkat nasional dilakukan dalam
rangka mengembangkan Standar Nasional Pendidikan, yang pada saat ini mencakup standar
kompetnasi lulusan (SKL) dan Standar Isi (SI) untu setiap satuan pendidikan pada masingmasing jenjang dan jenis pendidikan terutama pada jalur pendidikan sekolah.

B.

Pengembangan KTSP

Pada tingkat ini dibahas pengembangan kurikulum untuk setiap satuan pendidikan. Kegiatan
yang dilakukan pada tap ini antara lain:
a.

Megnanalisis, mengambangkan standar kompetensi luusan dan standar isi

b.

Merumuskan visi dan misi serta merumuskan tujuan pendidikan pada tingkat satuan

pendidikan
c.

Berdasarkan SKL,standar isi, visi, misi serta tujuan pendidikan pada tingkat satuan

pendidikan di atas selanjutnya dikembangkan bidang studi-bidang yang akan diberikan untuk
merealisasikan tujuan tersebut.
d.

Mengambangkan dan mengidentifikasi tenaga-tenaga kepandidikan sesuai kualifikasi yang

diperlukan.
e.

Mengidentifikasi fasilita pembelajaran yang diperlukan untuk member kemudakah belajar

sesuai dengan standar sarana dan prasarana pendidikan yang ditetapkan BSNP

C.

Prinsip Pengembangan KTSP

Kurikulum tingkat satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar dan menengah dikembangkan
oleh sekolah dan kemite sekolah berpedoman pada standar kompertensi lulusan dan standar isi
serta penduan penyusunan kurikulum yang dibuat oleh BSNP, dengan memperhatikan prinsipprinsip sebagai berikut (Permendiknas, No. 22 Tahun 2006)
1.

Berpusat pada potensi, perkembangan serta kebutuhan peserta didik dan lingkungan

2.

Beragam dan terpadu

3.

Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni

4.

Relevansi dengan kebutuhan

5.

Menyeluruh dan berkesinambungan

6.

Belajar sepanjang hayat

7.

Seimbang antara kepentingan global nasional dan local

D.

Strategi Pengambangan KTSP

Terdapat beberapa stategi yang perlu diperhatikan dalam pengambangan dan pelaksanaan KTSP,
terutama berkaitan dengan sosialisasi KTSP di sekolah, menciptakan suasana yang kondusif,
mengambangkan fasilitas dan sumber belajar, membina disiplin, mengambangkan kemandirian
kepala sekolah, mangubah paradigma (pola pikir) guru, serta memberdayakan staff.

E.

Pengembangan Silabus

1. Pengertian Silabus
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu
yang mencakup standar kompetensi , kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian, penilaian, alokasi waktu, dan
sumber belajar.
2. Prinsip Pengembangan Silabus
a.

Ilmiah

Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus harus benar dan dapat
dipertanggungjawabkan secara keilmuan.
b.

Relevan

Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian materi dalam silabus sesuai dengan
tingkat perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional, dan spritual p