S PLB 1101898 Chapter 3
35
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen
dengan pendekatan kuantitatif. Arikunto (2006, hlm. 3) mengemukakan
definisi metode eksperimen adalah sebagai berikut:
“Eksperimen adalah suatu cara untuk suatu hubungan sebab akibat antara
dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan meneliminasi atau
mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor lain yang bisa mengganggu.
Eksperimen selalu dilakukan dengan maksud untuk melihat akibat dari suatu
perlakuan”.
Tujuan penelitian ini untuk memperoleh data tentang pengaruh
memainkan alat music xilofon terhadap peningkatan kemampuan koordinasi
mata dan tangan pada aspek kekuatan dan ketepatan pada siswa tunadaksa di
SLB D YPAC Kota Bandung.
Penelitian yang bersifat eksperimen ini memiliki subjek tunggal dengan
pendekatan Single Subject Research (SSR). Adapun desain penelitian yang
digunakan adalah desain A-B-A yang terdiri dari tiga tahapan kondisi, yaitu
A-1 (baseline 1), B (intervensi), A-2 (baseline 2). Menurut Sunanto (2006,
hlm. 44), Desain A-B-A merupakan salah satu pengembangan dari desain
dasar A-B, desain A-B-A ini telah menunjukan adanya hubungan sebab-akibat
antara variabel terikat dan variabel bebas.
Target
behavior
Adapun desain A-B-A dapat digambarkan pada grafik dibawah ini :
Baseline 1 (A-1)
Intervensi (B)
Baseline 2 (A-2)
Grafik 3.1
Desain A-B-A
Fadiah Rusydinna, 2016
Pengaruh Memainkan Alat Musik Xilofon Terhadap Peningkatkan Kemampuan Koordinasi
Motorik Anak Cerebral Palsy Tipe Spastik Di Slb D Ypac Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
36
1.
Baseline 1 (A-1) merupakan suatu kondisi awal untuk mengetahui sejauh
mana kemampuan subjek dalam bahasa reseptif dan ekspresif sebelum
diberikan perlakuan atau intervensi.
2. Intervensi (B) merupakan tahap intervensi atau perlakuan. Yaitu kondisi
subjek selama diberikan lagu wajib nasional yang berbentuk penggalan
lirik lagu hallo-hallo Bandung. Intervensi ini dilakukan setelah
menemukan data stabil atau konsisten pada tahap baseline (A-1).
3. Baseline 2 (A-2) yaitu pengulangan kondisi baseline 1 sebagai evaluasi
sejauh mana intervensi yang diberikan dapat berpengaruh pada
kemampuan koordinasi motorik mata dan tangan anak cerebral palsy tipe
spastik sehingga memungkinkan untuk menarik kesimpulan adanya
hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Tahap ini dilakukan
setelah menemukan data stabil pada tahap baseline (B)
B. Definisi Operasional Variabel Penelitian
Variabel adalah suatu kondisi atau kejadian atau konsep yang memiliki
keragaman nilai. Dalam penelitian eskperimen, terdapat dua katagori variabel
berdasarkan fungsinya, yaitu variabel terikat dan variabel bebas. Variabel
terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Sebaliknya
variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel terikat. Dalam
penelitian dengan subjek tunggal variabel terikat sering disebut prilaku sasaran
(target behavior ) dan variabel bebas disebut intervensi (intervension).
(Sunanto, J, dkk, 2006, hlm.27).
Penelitian yang berjudul “ Pengaruh Memainkan Alat Musik Xilofon
Terhadap Peningkatan Kemampuan Koordinasi Motorik Anak Cerebral Palsi
Tipe Spastik di SLB – D YPAC Kota Bandung ” terdapat dua variabel yaitu :
1. Variabel bebas
Variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus, prediktor,
antecendent, Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau
yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat).
(Sugiyono, 2014, hlm 39). Variabel bebas pada penilitian ini adalah
memainkan alat music xilofon. Alat music xilofon memiliki rangkaian papan
nada diatonic yang dimainkan dengan cara memukulkan mallet pada papan
nada sesuai dengan melodi lagu sehingga menghasilkan irama yang harmonis.
Fadiah Rusydinna, 2016
Pengaruh Memainkan Alat Musik Xilofon Terhadap Peningkatkan Kemampuan Koordinasi
Motorik Anak Cerebral Palsy Tipe Spastik Di Slb D Ypac Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
37
Rangkaian nada yang dimaksud dalam penelitian ini adalah do, re, mi, fa,
sol, la, si, do dan melodi lagu yang digunkan adalah Twinkle – Twingkle Little
Star . Adapun langkah – langkah dalam memainkan alat music xilofon yaitu :
a. Postur yang benar dan nyaman agar anak merasa rileks ketika bermain
b. Gripping yang tepat agar anak dapat memukulkan mallet pada papan nada
dengan kontrol yang baik
c. Sticking yang sesuai disertai dengan control yang baik agar produksi suara
yang dihasilkan menjadi harmonis
d. Memukulkan mallet pada papan nada sesuai dengan rangkaian nada yang
telah ditentukan
2. Variabel terikat
Variabel ini sering disebut sebagai variabel output, kriteria, konsekuen.
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengeruhi atau menjadi akibat,
karena adanya variabl bebas. (Sugiyono, 2014, hlm 39). Dalam Single Subject
Research (SSR) merupakan tarhet behavior. Target behavior pada penelitian
ini adalah kemampuan koordinasi motoric mata dan tangan pada aspek
kekuatan dan ketepatan pada Cerebral Palsy tipe spastik. Matjan (2009, hlm.
21) menerangkan secara jelas bahwa :
Koordinasi adalah kemampuan seseorang dalam menjaga keselarasan
antara komponen kekuatan, ketahanan, kecepatan, ketepatan, fleksibelitas,
agilitas, dan keseimbangan atau suatu bentuk kerjasama dari susunan saraf
atau otot yang mempengaruhinya hingga menjadi suatu gerakan yang
terintegrasi serta dapat dilakukan dengan relative mudah.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan
kooordinasi seseorang merupakan suatu aktualisasi komponen – komponen
gerak yang bekerja secara serentak atau hampir bersamaan meliputi kontraksi
otot, saraf, dan persendian. Koordinasi mata dan tangan yang akan diukur
pada penelitian ini meliputi aspek kekuatan dan ketepatan..
Menurut Decaprio (2013, hlm. 34) “kekuatan didefinisikan sebagai
kapasitas untuk mendesak kekuatan otot kita melakukan suatu gerakan.”
Kekuatan otot umumnya diperlukan dalam melakukan aktivitas. Semua
gerakan yang dihasilkan merupakan hasil dari adanya peningkatan tegangan
Fadiah Rusydinna, 2016
Pengaruh Memainkan Alat Musik Xilofon Terhadap Peningkatkan Kemampuan Koordinasi
Motorik Anak Cerebral Palsy Tipe Spastik Di Slb D Ypac Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
38
otot sebagai respon motorik. Aspek kekuatan diukur melalui tes perbuatan
untuk mengukur nilai otot yang dimiliki subjek. Adapun kriteria penilaian
koordinasi mata dan tangan pada aspek kekuatan adalah sebagai berikut :
0 = Otot tidak dapa melakukan kontraksi yang bisa terlihat atau tidak dapat
bergerak sama sekali
1 = Terjadi kontraksi otot namun tidak ada gerakan. Otot tidak cukup kuat
untuk menggerakan sendi
2 = Otot dapat berkontraksi dan dapat menggerakkan sendi tetapi tidak
mampu melawan gravitasi atau tanpa tahanan
3 = Otot dapat berkontraksi dan menggerakkan sendi mampu melawan
gravitasi tetapi tidak mampu melawan tahanan
4 = Otot dapat berkontraksi dan menggerakan sendi mampu melawan
gravitasi dan tahanan minimal
5 = Otot dapat berkontraksi dan menggerakan sendi mampu melawan
gravitasi dan tahanan maksimal, otot berfungsi normal
Jumlah skor keseluruhan
: 45
Skor maksimal
:5
Nilai akhir
:∑=
x 100 %
Ketepatan merupakan kemampuan tubuh atau anggota tubuh untuk
mengarahkan sesuatu sesuai dengan sasaran yang dikehendaki. Ketepatan
gerak sangat menentukan terhadap hasil yang ingin dicapai dalam pelaksanaan
gerak. Ketepatan gerak dapat digambarkan sebagai kesatuan antara
perencanaan gerak dengan hasil yang diperoleh. Aspek ketepatan diukur
melalui kemampuan subjek dalam memainkan rangkaian nada dengan tepat
sesuai dengan yang telah ditetapkan dan ketepatan kontrol sticking subjek
untuk memukulkan mallet tepat di tengah papan nada (head) untuk
menghasilkan produksi suara yang harmonis. Hal ini dapat menggambarkan
kemampuan koordinasi subjek pada aspek ketepatan ketika dapat memukulkan
mallet pada papan nada dengan benar sesuai dengan rangkaian nada yang telah
Fadiah Rusydinna, 2016
Pengaruh Memainkan Alat Musik Xilofon Terhadap Peningkatkan Kemampuan Koordinasi
Motorik Anak Cerebral Palsy Tipe Spastik Di Slb D Ypac Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
39
ditetapkan. Adapun kriteria penilaian koordinasi mata dan tangan pada aspek
ketapatan adalah sebagai berikut :
a. Tes mengukur ketepatan memainkan nada
Nilai 1 jika papan nada yang dipukul dengan tepat sesuai dengan
rangkaian nada yang telah diberikan
Nilai 0 jika papan nada yang dipukul tidak tepat sesuai dengan rangkaian
nada yang telah diberikan
Jumlah skor keseluruhan
: 58
Skor maksimal
:1
Nilai akhir
:∑=
x 100 %
b. Tes mengukur ketepatan sticking
Nilai 1 jika papan nada yang dipukul tepat ditengah papan nada sesuai
dengan rangkaian nada yang telah diberikan
Nilai 0 jika papan nada yang dipukul tidak tepat ditengah papan nada
sesuai dengan rangkaian nada yang telah diberikan
Jumlah skor keseluruhan
: 58
Skor maksimal
:1
Nilai akhir
:∑=
x 100 %
C. Tempat dan Subjek Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SLB – D YPAC kota Bandung, yang
beralamat di jalan Mustang No. 46 kota Bandung.
2. Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi subjek adalah satu orang siswa
cerebral palsy tipe spastik diplegia yang duduk di bangku Sekolah
Menengah Pertama.
Fadiah Rusydinna, 2016
Pengaruh Memainkan Alat Musik Xilofon Terhadap Peningkatkan Kemampuan Koordinasi
Motorik Anak Cerebral Palsy Tipe Spastik Di Slb D Ypac Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
40
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian menurut Arikunto (2010, hlm.203) yaitu alat atau
fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar
pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti cermat, lengkap,
dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Instrumen penelitian merupakan
alat yang digunakan untuk mengumpulkan data yang dilakukan pada saat
penelitian untuk mengukur nilai variabel yang akan diteliti.
Penyusunan instrumen penelitian bertujuan untuk mengumpulkan data
yang dibuat berdasarkan variabel-variabel yang telah ditentukan peneliti dan
selanjutnya menetapkan indikator yang akan diukur dari setiap variabel
tersebut. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu instrument tes
perbuatan untuk mengetahui kemampuan koordinasi motorik mata dan tangan
pada aspek kekuatan dan ketepatan.
Adapun alat ukur yang digunakan terdiri dari tiga item tes yaitu:
1. Tes untuk mengukur kekuatan otot
Tes ini berfungsi untuk mengukur kemampuan koordinasi motorik subjek
pada aspek kekuatan otot. Dalam tes ini subjek diberikan perintah untuk
melakukan beberapa gerakan yang melibatkan kekuatan otot, misalnya
mengangkat kedua tangan ke atas, mengangkat kedua tangan kesamping, dsb.
Adapun tes kekuatan otot yang akan diberikan kepada subjek adalah sebagai
berikut:
Tabel 3.1
Tes untuk mengukur kekuatan otot
Aspek
Kekuatan Otot
Indikator
1. Mengangkat
kanan
2. Mengangkat
kiri
Instrumen
lengan 1.1 Mengangkat lengan
kanan ke atas
1.2 Mengangkat lengan
kanan ke samping
1.3 Mengangkat lengan
kanan ke depan
lengan 2.1 Mengangkat kengan
kiri ke atas
2.2 Mengangkat lengan
kiri ke samping
2.3 Mengangkat lengan
Fadiah Rusydinna, 2016
Pengaruh Memainkan Alat Musik Xilofon Terhadap Peningkatkan Kemampuan Koordinasi
Motorik Anak Cerebral Palsy Tipe Spastik Di Slb D Ypac Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
41
3. Mengangkat
lengan
kiri ke depan
kedua 3.1 Mengangkat kedua
lengan ke atas
3.2 Mengangkat kedua
lengan ke samping
3.3 Mengangkat kedua
lengan ke depan
Kriteria penilaian :
0 = Otot tidak dapa melakukan kontraksi yang bisa terlihat atau tidak dapat
bergerak sama sekali
1 = Terjadi kontraksi otot namun tidak ada gerakan. Otot tidak cukup kuat
untuk menggerakan sendi
2 = Otot dapat berkontraksi dan dapat menggerakkan sendi tetapi tidak
mampu melawan gravitasi atau tanpa tahanan
3 = Otot dapat berkontraksi dan menggerakkan sendi mampu melawan
gravitasi tetapi tidak mampu melawan tahanan
4 = Otot dapat berkontraksi dan menggerakan sendi mampu melawan
gravitasi dan tahanan minimal
5 = Otot dapat berkontraksi dan menggerakan sendi mampu melawan
gravitasi dan tahanan maksimal, otot berfungsi normal
Jumlah skor keseluruhan
: 45
Skor maksimal
:5
Nilai akhir
:∑=
x 100 %
2. Tes mengukur ketepatan
Tes perbuatan ini berfungsi untuk mengukur kemampuan koordinasi
motorik mata dan tanagan pada aspek ketepatan. Pada aspek ketepatan ini ada
dua hal yang akan diukur yaitu ketepatan memainkan rangkaian nada dan
ketepatan sticking (kontrol pukulan).
a. Tes mengukur ketepatan memainkan nada
Untuk mengukur ketapatan memainkan nada subjek diminta untuk
untuk memainkan rangkaian nada yang telah disiapkan. Satuan ukur
yang pakai adalah presentase. Dalam hal ini untuk mengukur berapa
Fadiah Rusydinna, 2016
Pengaruh Memainkan Alat Musik Xilofon Terhadap Peningkatkan Kemampuan Koordinasi
Motorik Anak Cerebral Palsy Tipe Spastik Di Slb D Ypac Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
42
persentase ketepatan subjek ketika memukul papan nada sesuai dengan
rangkaian nada dan irama. Presentase dalam tes ketepatan ini
menunjukkan jumlah papan nada yang berhasil dipukul oleh subjek
dengan tepat sesuai dengan rangkaian nada yang telah ditentukan.
Adapun tes ketepatan yang diberikan pada subjek adalah sebagai
berikut:
Tabel 3.2
Tes untuk mengukur ketepatan nada
Aspek
Ketepatan Nada
Instrumen
Indikator
1. Pola pemanasan
1.1
memainkan
rangkaian nada do
re mi fa sol la si dò
1.2
memainkan
rangkaian nada dò si
la sol fa mi re do
2. Pola lagu Twinkle – 2.1
memainkan
Twinkle Little Star
rangkaian nada pada
lagu Twinkle –
Twinkle Little Star
1) Pola Pemanasan
Tabel 3.3
Tes untuk mengukur ketepatan nada pada pola pemanasan
Rangkaian nada
do
re
mi
fa
sol
la
si
do.
do.
si
la
sol
fa
mi
re
do
Nilai
Rangkaian nada
Nilai
Fadiah Rusydinna, 2016
Pengaruh Memainkan Alat Musik Xilofon Terhadap Peningkatkan Kemampuan Koordinasi
Motorik Anak Cerebral Palsy Tipe Spastik Di Slb D Ypac Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
43
2) Pola lagu Twinkle – Twinkle Little Star
Gambar 3.1
Partitur lagu Twinkle – Twinkle Little Star aspek ketepatan nada
Tabel 3.4
Tes untuk mengukur ketepatan nada pada pola lagu
Rangkaian nada
Do
do
sol
sol
la
la
sol
Fa
fa
mi
mi
re
re
do
sol
sol
fa
fa
mi
mi
re
sol
sol
fa
fa
mi
mi
re
do
do
sol
sol
la
la
sol
fa
fa
mi
mi
re
re
do
nilai
Rangkaian nada
nilai
Rangkaian nada
nilai
Rangkaian nada
nilai
Rangkaian nada
nilai
Rangkaian nada
nilai
Kriteria penilaian :
Nilai 1 jika papan nada yang dipukul dengan tepat sesuai dengan
rangkaian nada yang telah diberikan
Fadiah Rusydinna, 2016
Pengaruh Memainkan Alat Musik Xilofon Terhadap Peningkatkan Kemampuan Koordinasi
Motorik Anak Cerebral Palsy Tipe Spastik Di Slb D Ypac Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
44
Nilai 0 jika papan nada yang dipukul tidak tepat sesuai dengan
rangkaian nada yang telah diberikan
Jumlah skor keseluruhan
: 58
Skor maksimal
:1
Nilai akhir
:∑=
x 100 %
b. Tes mengukur ketepatan sticking
Untuk mengukur ketapatan sticking subjek diminta untuk untuk
memainkan rangkaian nada yang telah disiapkan. Sticking yang sesuai
disertai dengan control yang baik agar produksi suara yang dihasilkan
menjadi harmonis. Untuk menghasilkan produksi suara yang baik
maka dibutuhkan kelenturan untuk memukulkan mallet tepat di tengah
papan nada. Satuan ukur yang pakai adalah presentase. Dalam hal ini
untuk mengukur berapa persentase ketepatan subjek ketika memukul
papan nada tepat di tengah (head) sesuai dengan rangkaian nada dan
irama. Presentase dalam tes ketepatan ini menunjukkan jumlah papan
nada yang berhasil dipukul tepat di tempat yang sesuai oleh subjek
dengan tepat sesuai dengan rangkaian nada yang telah ditentukan.
Adapun tes ketepatan sticking yang diberikan pada subjek adalah
sebagai berikut:
Tabel 3.5
Tes untuk mengukur ketepatan sticking
Aspek
Ketepatan Sticking
Instrumen
Indikator
3. Pola pemanasan
1.1
memainkan
rangkaian nada do
re mi fa sol la si dò
1.2
memainkan
rangkaian nada dò si
la sol fa mi re do
4. Pola lagu Twinkle – 2.1
memainkan
Twinkle Little Star
rangkaian nada pada
lagu Twinkle –
Twinkle Little Star
Fadiah Rusydinna, 2016
Pengaruh Memainkan Alat Musik Xilofon Terhadap Peningkatkan Kemampuan Koordinasi
Motorik Anak Cerebral Palsy Tipe Spastik Di Slb D Ypac Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
45
do.
do re mi fa sol la si
Papan Nada
Area yang harus dipukul
agar produksi suara yang
dihasilkan baik
Gambar 3.2
Papan Nada Untuk Mengukur Ketepatan Sticking
1) Pola Pemanasan
Tabel 3.6
Tes untuk mengukur ketepatan sticking pada pola
pemanasan
Rangkaian nada
do
re
mi
fa
sol la
si
do.
nilai
Rangkaian nada
do.
si
la
sol
fa
mi
re
nilai
Fadiah Rusydinna, 2016
Pengaruh Memainkan Alat Musik Xilofon Terhadap Peningkatkan Kemampuan Koordinasi
Motorik Anak Cerebral Palsy Tipe Spastik Di Slb D Ypac Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
do
46
2) Pola lagu Twinkle – Twinkle Little Star
Gambar 3.3
Partitur lagu Twinkle – Twinkle Little Star aspek ketepatan nada
Tabel 3.7
Tes untuk mengukur ketepatan sticking pada pola lagu
Rangkaian nada
Do
do
sol
sol
la
la
sol
Fa
fa
mi
mi
re
re
do
sol
sol
fa
fa
mi
mi
re
sol
sol
fa
fa
mi
mi
re
do
do
sol
sol
la
la
sol
fa
fa
mi
mi
re
re
do
nilai
Rangkaian nada
nilai
Rangkaian nada
nilai
Rangkaian nada
nilai
Rangkaian nada
nilai
Rangkaian nada
nilai
Kriteria penilaian :
Nilai 1 jika papan nada yang dipukul tepat ditengahpapan nada sesuai
dengan rangkaian nada yang telah diberikan
Nilai 0 jika papan nada yang dipukul tidak tepat ditengah papan nada
sesuai dengan rangkaian nada yang telah diberikan
Jumlah skor keseluruhan
: 58
Fadiah Rusydinna, 2016
Pengaruh Memainkan Alat Musik Xilofon Terhadap Peningkatkan Kemampuan Koordinasi
Motorik Anak Cerebral Palsy Tipe Spastik Di Slb D Ypac Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
47
Skor maksimal
:1
Nilai akhir
:∑=
x 100 %
E. Uji Validitas Instrumen
Instrumen yang telah dibuat yang berupa tes kemudian diuji validitasnya
dengan uji validitas isi (construct) berupa expert-judgement dengan teknik
penilaian oleh para ahli atau tenaga pengajar di SLB – D YPAC kota Bandung.
Menurut Sugiyono (2014, hlm, 125) “untuk menguji validitas konstrak, dapat
digunakan pendapat dari ahli (judgement experts)“.
Penilaian validitas instrumen dilakukan oleh dua orang dosen dan satu
orang guru di SLB – D YPAC kota Bandung. Penilai tersebut mencocokkan
indikator yang ada dalam kisi-kisi instrumen dengan butir soal yang dibuat oleh
penguji. Apabila penilai tersebut menilai indikator cocok maka diberi nilai 1
dan apabila indikator tidak cocok maka diberi nilai 0. Instrumen yang sudah di
judgement oleh ahli kemudian dihitung dengan rumus :
Keterangan :
P = Skor / presentase
F = Jumlah cocok
N = Jumlah Penilai
Kriteria butir validitas dibagi menjadi empat, yaitu :
1. Valid
= × 100% = 100%
2. Cukup Valid
=
3. Kurang Valid
= × 100% = 33,3%
4. Tidak Valid
= × 100% = 0%
× 100% = 66,6%
Berdasarkan hasil judgement oleh satu dosen dan satu guru diperoleh
hasil dengan presentasi 100%. Artinya dengan demikian instrumen yang
digunakan dapat dikatakan valid atau layak digunakan.
Fadiah Rusydinna, 2016
Pengaruh Memainkan Alat Musik Xilofon Terhadap Peningkatkan Kemampuan Koordinasi
Motorik Anak Cerebral Palsy Tipe Spastik Di Slb D Ypac Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
48
F. Teknik Pengumpulan Data
Menurut Sugiono ( 2014, hlm. 153 ) “ kualitas pengumpulan data
berkenaan dengan ketepatan cara – cara yang digunakan untuk mengumpulkan
data ”. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini dengan
cara tes, tes merupakan serentetan pertanyaan ataupun latihan serta alat
lainnya yang digunakan untuk dapat mengukur keterampilan pengetahuan dan
intelegensi kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh subjek. Tes yang
digunakan dalam penelitian ini adalah tes perbuatan, dengan cara pengamatan
atau observasi pada fase A-1 (baseline 1), fase B (intervensi), dan fase A-2
(baseline 2). Tes yang diberikan menggunakan dua macam tes yaitu tes untuk
mengukur kekuatan (otot) dan tes ketepatan. Teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Tes Perbuatan
Pemberian tes dilakukan untuk mengetahui kemampuan subjek dalam
koordinasi motoric mata dan tangan pada aspek kekuatan dan ketepatan.
Adapun yang dilakukan dalam pemberian tes adalah sebagai berikut.
a. Melakukan pengumpulan data pada fase baseline – 1. Pengumpuln
data pada fase baseline dilakukan untuk mengetahui kemampua awal
koordinasi mata dan tangan pada aspek kekutan dan ketepatan dari
subjek. Fase ini dilakukan selama empat sesi dan setiap sesinya
dilakukan selama 35 menit.
b. Setelah mendapat angka – angka yang stabil pada fase baseline – 1,
peneliti melakukan intervensi agar dapat meningkatkan kemampuan
koordinasi mata dan tangan paa aspek kekuatan dan ketepatan dengan
menjalankan latihan memainkan alat music xilofon. Fase intervensi ini
dilakukan selama delapan sesi yang setiap sesinya dilakukan selama 35
menit.
c. Setelah melakukan intervensi fase baseline – 2 dilakukan agar dapat
mengetahui apakah intervensi yang telah diberikan memberikan
pengaruh positif pada kemampuan koordinasi mata dan tangan pada
aspek kekuatan dan ketepatan dari subjek. Fase baseline – 2 ini
Fadiah Rusydinna, 2016
Pengaruh Memainkan Alat Musik Xilofon Terhadap Peningkatkan Kemampuan Koordinasi
Motorik Anak Cerebral Palsy Tipe Spastik Di Slb D Ypac Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
49
dilakukan sebanyak empat sesi dan setiap sesinya dilakukan selama 35
menit.
Skoring dilakukan berdasarkan kriteria penilaian yang ditetapkan
berdasarkan butir instrumen yang telah disusun. Setelah semua data
terkumpul, kemudian dijumlahkan. Jumlah tes perbuatan yang dilakukan
dengan benar dibagi jumlah skor keseluruhan dikalikan seratus (100%).
2. Dokumentasi
Teknik
dokumentasi
ini
merupakan
kegiatan
dimana
peneliti
menggunakan dokumen – dokumen untuk megumpulkan informasi mengenai
kemampuan koordinasi mata dan tangan pada aspek kekuatan dan ketepatan
dari subjek memalui hasil pemeriksaan.
G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
1. Teknik Pengolahan Data
Pengolahan data merupakan tahapan yang dilakukan dalam penelitian
untuk mengolah data yang didapat dari lapangan. Kegiatan ini merupakan
upaya yang dilakukan oleh peneliti agar
data yang telah terkumpul
mempunyai arti dan dapat ditarik suatu kesimpulan atau jawaban dari suatu
permasalahan yang diteliti. Teknik pengolahan data dalam penelitian ini
menggunakan pengukuran presentase. Persentase (%)
yaitu dengan cara
menghitung jumlah tes perbuatan yang dikerjakan dengan benar dibagi jumlah
maksimum dikalikan seratus.
∑=
x 100
Setelah data terkumpul kemudian diolah dan dianalisis ke dalam statistic
deskriptif dengan tujuan untuk memperoleh gambaran yang jelas tetntang hasil
intervensi dalam jangka waktu yang ditentukan. Menurut Sugiyono (2014,
hlm. 207) :
“
Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk
menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data
yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat
kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi”.
Fadiah Rusydinna, 2016
Pengaruh Memainkan Alat Musik Xilofon Terhadap Peningkatkan Kemampuan Koordinasi
Motorik Anak Cerebral Palsy Tipe Spastik Di Slb D Ypac Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
50
Gambaran perubahan prilaku yang lebih jelas tentang kemampuan
koordinasi motoric mata dan tangan pada aspek kekuatan dan ketahanan dari
subjek yang pada awalya berupa angka – angka dapat lebih mudah diahami
jika disajikan dalam bentuk grafik. “ Pada penelitian Subject Single Research,
grafik memegang peranan yang utama dalam proses analisis ” ( Sunanto,
2006, hlm. 30). Pembuatan grafik memiliki dua tujuan utama yaitu :
a. Membantu mengorganisasi data sepanjang proses pengumulan data
yang nantinya akan mempermudah untuk mengevaluasi, dan
b. Memberikan rangkuman data kuantitatif serta mendeskripsikan target
behavior yang akan membantu dalam proses penganalisa hubungan
antara variabel bebas dan variabel terikat.
Proses analisis dengan visual grafik dalam penellitian ini diharapkan dapat
lebih memperjelas gambaran stabilitas perkembangan koordinasi motik mata
dan tangan pada aspek kekuatan dan ketepatan anak Cerebral Palsy tipe
spastik dengan memainkan alat music Xilofon.
2. Analisis Data
Analisis data merupakan tahapan akhir dalam sebuah penelitian sebelum
menarik kesimpulan. Analisis data pada penelitian dengan subjek tunggal ini
menggunakan statistik deskriptif, yang disajikan dalam table dan grafik, grafik
yang digunakan yaitu grafik garis. Penggunaan tabel dan grafik diharapkan
dapat memperjelas dan mempermudah dalam memahami data hasil
kemampuan koordinasi mata dan tangan dalam aspek ketepatan dan kekuatan.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam menganalisis data-data
tersebut adalah:
a. Menskor hasil penilaian pada kondisi A-1 (baseline 1),.
b. Menskor hasil penilaian pada kondisi B (intervensi).
c. Menskor hasil penilaian pada kondisi A-2 (baseline 2).
d. Membuat tabel penelitian untuk skor yang telah diperoleh pada kondisi
A-1 (baseline 1), kondisi B (intervensi) dan A-2 (baseline 2).
e. Membandingkan hasil skor pada kondisi A-1 (baseline 1), skor B
(intervensi) dan A-2 (baseline 2).
Fadiah Rusydinna, 2016
Pengaruh Memainkan Alat Musik Xilofon Terhadap Peningkatkan Kemampuan Koordinasi
Motorik Anak Cerebral Palsy Tipe Spastik Di Slb D Ypac Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
51
f. Membuat analisis data bentuk grafik garis sehingga dapat dilihat secara
langsung perubahan yang terjadi dari ketiga tahap.
g. Membuat analisis dalam kondisi dan antar kondisi.
Komponen – komponen analisis data dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut.
a. Analisis dalam kondisi
Analisis perubahan dalam kondisi adalah menganalisis perubahan data
dalam suatu kondisi misalnya kondisi baseline atau kondisi intervensi,
sedangkan komponen yang akan di analisis meliputi :
1) Panjang kondisi (Condition length), adalah banyaknya data point
dalam kondisi yang menggambarkan banyaknya sesi pada setiap
kondisi (baseline dan intervensi)
2) Estimasi kecenderungan arah (Estimate of trend direction),
digambarkan oleh garis lurus yang melintasi semua data dalam
suatu kondisi. Terdapat dua carauntuk menentukan kecenderungan
arah grafik, yaitu dengan metode freehand dan metode split-middle.
Metode tangan bebas (freehand) adalah mengamati secara langsung
terhadap data point pada suatu kondisi kemudian menarik garis
lurus yang membagi data point menjadi dua bagian. Metode belah
tengah (dplit-middle) adalah meentukan kecenderungan arah grafik
berdasarkan median data pointnilai ordinatnya.
3) Kecenderungan stabilitas (Trend stability), menunjukkan tingkat
homogenitas data dalam suatu kondisi. Tingkat kestabilan data
dapat ditentukan dengan menghitung banyaknya data point yang
berbeda di dalam rentang, kemudian dibagi banyaknya data point,
dikalikan 100%.
4) Jejak data (Data path), yaitu perubahan data satu ke data lain dalam
suatu kondisi, yang dapat terjadi dalam tiga kemungkinan yaitu:
menaik, menurun, dan mendatar. Mnentukan kecenderungan jejak
data sama dengan menentukan estimasi kecenderungan arah.
5) Rentang (Range), yaitu selisih nilai terendah dan nilai tertinggi pada
setiap fase.
Fadiah Rusydinna, 2016
Pengaruh Memainkan Alat Musik Xilofon Terhadap Peningkatkan Kemampuan Koordinasi
Motorik Anak Cerebral Palsy Tipe Spastik Di Slb D Ypac Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
52
6) Perubahan level (Level change), mennjukkan besarnya perubahan
data dalam suatu kondisi dan dapat dilihat dari selisih antara data
terakhir dan data pertama pada setiap fase.
b. Analisis antar kondisi
Analisis antar kondisi adalah perubahan data antar kondisi, misalnya
dari kondisi baseline ke kondisi intervensi. Komponen – komponen anlisis
antar kondisi meliputi :
1) Jumlah variabel yang diubah, sebaiknya difokuskan pada suatu
variabel terikat.
2) Perubhan kecenderungan dan efeknya, menunjukkan makna
perubahan target behavior yang disebabkan oleh inrevensi.
3) Perubahan stabilitas, menunjukkan tingkat stabilitas perubahan dari
serentetan data.
4) Perubahan level data, menunjukkan seberapa besar data berubah
yang ditunjukkan oleh selisih antara data terakhir pada kondisi
pertama (baseline) dengan data pertama pada kondisi berikutnya
(intervensi)
5) Data overlap (tumpang tindih), yaitu terjadi data yang sama pada
pola
kedua
kondisi,
baseline
dengan
intervensi.
Hal
ini
menunjukkan tidak adanya perubahan pada kedua kondisi dan
semakin banyak data yang tumpang tindih, semakin menguatkan
dugaan tidak adanya perubahan pada kedua kondisi.
Fadiah Rusydinna, 2016
Pengaruh Memainkan Alat Musik Xilofon Terhadap Peningkatkan Kemampuan Koordinasi
Motorik Anak Cerebral Palsy Tipe Spastik Di Slb D Ypac Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen
dengan pendekatan kuantitatif. Arikunto (2006, hlm. 3) mengemukakan
definisi metode eksperimen adalah sebagai berikut:
“Eksperimen adalah suatu cara untuk suatu hubungan sebab akibat antara
dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan meneliminasi atau
mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor lain yang bisa mengganggu.
Eksperimen selalu dilakukan dengan maksud untuk melihat akibat dari suatu
perlakuan”.
Tujuan penelitian ini untuk memperoleh data tentang pengaruh
memainkan alat music xilofon terhadap peningkatan kemampuan koordinasi
mata dan tangan pada aspek kekuatan dan ketepatan pada siswa tunadaksa di
SLB D YPAC Kota Bandung.
Penelitian yang bersifat eksperimen ini memiliki subjek tunggal dengan
pendekatan Single Subject Research (SSR). Adapun desain penelitian yang
digunakan adalah desain A-B-A yang terdiri dari tiga tahapan kondisi, yaitu
A-1 (baseline 1), B (intervensi), A-2 (baseline 2). Menurut Sunanto (2006,
hlm. 44), Desain A-B-A merupakan salah satu pengembangan dari desain
dasar A-B, desain A-B-A ini telah menunjukan adanya hubungan sebab-akibat
antara variabel terikat dan variabel bebas.
Target
behavior
Adapun desain A-B-A dapat digambarkan pada grafik dibawah ini :
Baseline 1 (A-1)
Intervensi (B)
Baseline 2 (A-2)
Grafik 3.1
Desain A-B-A
Fadiah Rusydinna, 2016
Pengaruh Memainkan Alat Musik Xilofon Terhadap Peningkatkan Kemampuan Koordinasi
Motorik Anak Cerebral Palsy Tipe Spastik Di Slb D Ypac Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
36
1.
Baseline 1 (A-1) merupakan suatu kondisi awal untuk mengetahui sejauh
mana kemampuan subjek dalam bahasa reseptif dan ekspresif sebelum
diberikan perlakuan atau intervensi.
2. Intervensi (B) merupakan tahap intervensi atau perlakuan. Yaitu kondisi
subjek selama diberikan lagu wajib nasional yang berbentuk penggalan
lirik lagu hallo-hallo Bandung. Intervensi ini dilakukan setelah
menemukan data stabil atau konsisten pada tahap baseline (A-1).
3. Baseline 2 (A-2) yaitu pengulangan kondisi baseline 1 sebagai evaluasi
sejauh mana intervensi yang diberikan dapat berpengaruh pada
kemampuan koordinasi motorik mata dan tangan anak cerebral palsy tipe
spastik sehingga memungkinkan untuk menarik kesimpulan adanya
hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Tahap ini dilakukan
setelah menemukan data stabil pada tahap baseline (B)
B. Definisi Operasional Variabel Penelitian
Variabel adalah suatu kondisi atau kejadian atau konsep yang memiliki
keragaman nilai. Dalam penelitian eskperimen, terdapat dua katagori variabel
berdasarkan fungsinya, yaitu variabel terikat dan variabel bebas. Variabel
terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Sebaliknya
variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel terikat. Dalam
penelitian dengan subjek tunggal variabel terikat sering disebut prilaku sasaran
(target behavior ) dan variabel bebas disebut intervensi (intervension).
(Sunanto, J, dkk, 2006, hlm.27).
Penelitian yang berjudul “ Pengaruh Memainkan Alat Musik Xilofon
Terhadap Peningkatan Kemampuan Koordinasi Motorik Anak Cerebral Palsi
Tipe Spastik di SLB – D YPAC Kota Bandung ” terdapat dua variabel yaitu :
1. Variabel bebas
Variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus, prediktor,
antecendent, Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau
yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat).
(Sugiyono, 2014, hlm 39). Variabel bebas pada penilitian ini adalah
memainkan alat music xilofon. Alat music xilofon memiliki rangkaian papan
nada diatonic yang dimainkan dengan cara memukulkan mallet pada papan
nada sesuai dengan melodi lagu sehingga menghasilkan irama yang harmonis.
Fadiah Rusydinna, 2016
Pengaruh Memainkan Alat Musik Xilofon Terhadap Peningkatkan Kemampuan Koordinasi
Motorik Anak Cerebral Palsy Tipe Spastik Di Slb D Ypac Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
37
Rangkaian nada yang dimaksud dalam penelitian ini adalah do, re, mi, fa,
sol, la, si, do dan melodi lagu yang digunkan adalah Twinkle – Twingkle Little
Star . Adapun langkah – langkah dalam memainkan alat music xilofon yaitu :
a. Postur yang benar dan nyaman agar anak merasa rileks ketika bermain
b. Gripping yang tepat agar anak dapat memukulkan mallet pada papan nada
dengan kontrol yang baik
c. Sticking yang sesuai disertai dengan control yang baik agar produksi suara
yang dihasilkan menjadi harmonis
d. Memukulkan mallet pada papan nada sesuai dengan rangkaian nada yang
telah ditentukan
2. Variabel terikat
Variabel ini sering disebut sebagai variabel output, kriteria, konsekuen.
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengeruhi atau menjadi akibat,
karena adanya variabl bebas. (Sugiyono, 2014, hlm 39). Dalam Single Subject
Research (SSR) merupakan tarhet behavior. Target behavior pada penelitian
ini adalah kemampuan koordinasi motoric mata dan tangan pada aspek
kekuatan dan ketepatan pada Cerebral Palsy tipe spastik. Matjan (2009, hlm.
21) menerangkan secara jelas bahwa :
Koordinasi adalah kemampuan seseorang dalam menjaga keselarasan
antara komponen kekuatan, ketahanan, kecepatan, ketepatan, fleksibelitas,
agilitas, dan keseimbangan atau suatu bentuk kerjasama dari susunan saraf
atau otot yang mempengaruhinya hingga menjadi suatu gerakan yang
terintegrasi serta dapat dilakukan dengan relative mudah.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan
kooordinasi seseorang merupakan suatu aktualisasi komponen – komponen
gerak yang bekerja secara serentak atau hampir bersamaan meliputi kontraksi
otot, saraf, dan persendian. Koordinasi mata dan tangan yang akan diukur
pada penelitian ini meliputi aspek kekuatan dan ketepatan..
Menurut Decaprio (2013, hlm. 34) “kekuatan didefinisikan sebagai
kapasitas untuk mendesak kekuatan otot kita melakukan suatu gerakan.”
Kekuatan otot umumnya diperlukan dalam melakukan aktivitas. Semua
gerakan yang dihasilkan merupakan hasil dari adanya peningkatan tegangan
Fadiah Rusydinna, 2016
Pengaruh Memainkan Alat Musik Xilofon Terhadap Peningkatkan Kemampuan Koordinasi
Motorik Anak Cerebral Palsy Tipe Spastik Di Slb D Ypac Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
38
otot sebagai respon motorik. Aspek kekuatan diukur melalui tes perbuatan
untuk mengukur nilai otot yang dimiliki subjek. Adapun kriteria penilaian
koordinasi mata dan tangan pada aspek kekuatan adalah sebagai berikut :
0 = Otot tidak dapa melakukan kontraksi yang bisa terlihat atau tidak dapat
bergerak sama sekali
1 = Terjadi kontraksi otot namun tidak ada gerakan. Otot tidak cukup kuat
untuk menggerakan sendi
2 = Otot dapat berkontraksi dan dapat menggerakkan sendi tetapi tidak
mampu melawan gravitasi atau tanpa tahanan
3 = Otot dapat berkontraksi dan menggerakkan sendi mampu melawan
gravitasi tetapi tidak mampu melawan tahanan
4 = Otot dapat berkontraksi dan menggerakan sendi mampu melawan
gravitasi dan tahanan minimal
5 = Otot dapat berkontraksi dan menggerakan sendi mampu melawan
gravitasi dan tahanan maksimal, otot berfungsi normal
Jumlah skor keseluruhan
: 45
Skor maksimal
:5
Nilai akhir
:∑=
x 100 %
Ketepatan merupakan kemampuan tubuh atau anggota tubuh untuk
mengarahkan sesuatu sesuai dengan sasaran yang dikehendaki. Ketepatan
gerak sangat menentukan terhadap hasil yang ingin dicapai dalam pelaksanaan
gerak. Ketepatan gerak dapat digambarkan sebagai kesatuan antara
perencanaan gerak dengan hasil yang diperoleh. Aspek ketepatan diukur
melalui kemampuan subjek dalam memainkan rangkaian nada dengan tepat
sesuai dengan yang telah ditetapkan dan ketepatan kontrol sticking subjek
untuk memukulkan mallet tepat di tengah papan nada (head) untuk
menghasilkan produksi suara yang harmonis. Hal ini dapat menggambarkan
kemampuan koordinasi subjek pada aspek ketepatan ketika dapat memukulkan
mallet pada papan nada dengan benar sesuai dengan rangkaian nada yang telah
Fadiah Rusydinna, 2016
Pengaruh Memainkan Alat Musik Xilofon Terhadap Peningkatkan Kemampuan Koordinasi
Motorik Anak Cerebral Palsy Tipe Spastik Di Slb D Ypac Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
39
ditetapkan. Adapun kriteria penilaian koordinasi mata dan tangan pada aspek
ketapatan adalah sebagai berikut :
a. Tes mengukur ketepatan memainkan nada
Nilai 1 jika papan nada yang dipukul dengan tepat sesuai dengan
rangkaian nada yang telah diberikan
Nilai 0 jika papan nada yang dipukul tidak tepat sesuai dengan rangkaian
nada yang telah diberikan
Jumlah skor keseluruhan
: 58
Skor maksimal
:1
Nilai akhir
:∑=
x 100 %
b. Tes mengukur ketepatan sticking
Nilai 1 jika papan nada yang dipukul tepat ditengah papan nada sesuai
dengan rangkaian nada yang telah diberikan
Nilai 0 jika papan nada yang dipukul tidak tepat ditengah papan nada
sesuai dengan rangkaian nada yang telah diberikan
Jumlah skor keseluruhan
: 58
Skor maksimal
:1
Nilai akhir
:∑=
x 100 %
C. Tempat dan Subjek Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SLB – D YPAC kota Bandung, yang
beralamat di jalan Mustang No. 46 kota Bandung.
2. Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi subjek adalah satu orang siswa
cerebral palsy tipe spastik diplegia yang duduk di bangku Sekolah
Menengah Pertama.
Fadiah Rusydinna, 2016
Pengaruh Memainkan Alat Musik Xilofon Terhadap Peningkatkan Kemampuan Koordinasi
Motorik Anak Cerebral Palsy Tipe Spastik Di Slb D Ypac Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
40
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian menurut Arikunto (2010, hlm.203) yaitu alat atau
fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar
pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti cermat, lengkap,
dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Instrumen penelitian merupakan
alat yang digunakan untuk mengumpulkan data yang dilakukan pada saat
penelitian untuk mengukur nilai variabel yang akan diteliti.
Penyusunan instrumen penelitian bertujuan untuk mengumpulkan data
yang dibuat berdasarkan variabel-variabel yang telah ditentukan peneliti dan
selanjutnya menetapkan indikator yang akan diukur dari setiap variabel
tersebut. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu instrument tes
perbuatan untuk mengetahui kemampuan koordinasi motorik mata dan tangan
pada aspek kekuatan dan ketepatan.
Adapun alat ukur yang digunakan terdiri dari tiga item tes yaitu:
1. Tes untuk mengukur kekuatan otot
Tes ini berfungsi untuk mengukur kemampuan koordinasi motorik subjek
pada aspek kekuatan otot. Dalam tes ini subjek diberikan perintah untuk
melakukan beberapa gerakan yang melibatkan kekuatan otot, misalnya
mengangkat kedua tangan ke atas, mengangkat kedua tangan kesamping, dsb.
Adapun tes kekuatan otot yang akan diberikan kepada subjek adalah sebagai
berikut:
Tabel 3.1
Tes untuk mengukur kekuatan otot
Aspek
Kekuatan Otot
Indikator
1. Mengangkat
kanan
2. Mengangkat
kiri
Instrumen
lengan 1.1 Mengangkat lengan
kanan ke atas
1.2 Mengangkat lengan
kanan ke samping
1.3 Mengangkat lengan
kanan ke depan
lengan 2.1 Mengangkat kengan
kiri ke atas
2.2 Mengangkat lengan
kiri ke samping
2.3 Mengangkat lengan
Fadiah Rusydinna, 2016
Pengaruh Memainkan Alat Musik Xilofon Terhadap Peningkatkan Kemampuan Koordinasi
Motorik Anak Cerebral Palsy Tipe Spastik Di Slb D Ypac Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
41
3. Mengangkat
lengan
kiri ke depan
kedua 3.1 Mengangkat kedua
lengan ke atas
3.2 Mengangkat kedua
lengan ke samping
3.3 Mengangkat kedua
lengan ke depan
Kriteria penilaian :
0 = Otot tidak dapa melakukan kontraksi yang bisa terlihat atau tidak dapat
bergerak sama sekali
1 = Terjadi kontraksi otot namun tidak ada gerakan. Otot tidak cukup kuat
untuk menggerakan sendi
2 = Otot dapat berkontraksi dan dapat menggerakkan sendi tetapi tidak
mampu melawan gravitasi atau tanpa tahanan
3 = Otot dapat berkontraksi dan menggerakkan sendi mampu melawan
gravitasi tetapi tidak mampu melawan tahanan
4 = Otot dapat berkontraksi dan menggerakan sendi mampu melawan
gravitasi dan tahanan minimal
5 = Otot dapat berkontraksi dan menggerakan sendi mampu melawan
gravitasi dan tahanan maksimal, otot berfungsi normal
Jumlah skor keseluruhan
: 45
Skor maksimal
:5
Nilai akhir
:∑=
x 100 %
2. Tes mengukur ketepatan
Tes perbuatan ini berfungsi untuk mengukur kemampuan koordinasi
motorik mata dan tanagan pada aspek ketepatan. Pada aspek ketepatan ini ada
dua hal yang akan diukur yaitu ketepatan memainkan rangkaian nada dan
ketepatan sticking (kontrol pukulan).
a. Tes mengukur ketepatan memainkan nada
Untuk mengukur ketapatan memainkan nada subjek diminta untuk
untuk memainkan rangkaian nada yang telah disiapkan. Satuan ukur
yang pakai adalah presentase. Dalam hal ini untuk mengukur berapa
Fadiah Rusydinna, 2016
Pengaruh Memainkan Alat Musik Xilofon Terhadap Peningkatkan Kemampuan Koordinasi
Motorik Anak Cerebral Palsy Tipe Spastik Di Slb D Ypac Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
42
persentase ketepatan subjek ketika memukul papan nada sesuai dengan
rangkaian nada dan irama. Presentase dalam tes ketepatan ini
menunjukkan jumlah papan nada yang berhasil dipukul oleh subjek
dengan tepat sesuai dengan rangkaian nada yang telah ditentukan.
Adapun tes ketepatan yang diberikan pada subjek adalah sebagai
berikut:
Tabel 3.2
Tes untuk mengukur ketepatan nada
Aspek
Ketepatan Nada
Instrumen
Indikator
1. Pola pemanasan
1.1
memainkan
rangkaian nada do
re mi fa sol la si dò
1.2
memainkan
rangkaian nada dò si
la sol fa mi re do
2. Pola lagu Twinkle – 2.1
memainkan
Twinkle Little Star
rangkaian nada pada
lagu Twinkle –
Twinkle Little Star
1) Pola Pemanasan
Tabel 3.3
Tes untuk mengukur ketepatan nada pada pola pemanasan
Rangkaian nada
do
re
mi
fa
sol
la
si
do.
do.
si
la
sol
fa
mi
re
do
Nilai
Rangkaian nada
Nilai
Fadiah Rusydinna, 2016
Pengaruh Memainkan Alat Musik Xilofon Terhadap Peningkatkan Kemampuan Koordinasi
Motorik Anak Cerebral Palsy Tipe Spastik Di Slb D Ypac Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
43
2) Pola lagu Twinkle – Twinkle Little Star
Gambar 3.1
Partitur lagu Twinkle – Twinkle Little Star aspek ketepatan nada
Tabel 3.4
Tes untuk mengukur ketepatan nada pada pola lagu
Rangkaian nada
Do
do
sol
sol
la
la
sol
Fa
fa
mi
mi
re
re
do
sol
sol
fa
fa
mi
mi
re
sol
sol
fa
fa
mi
mi
re
do
do
sol
sol
la
la
sol
fa
fa
mi
mi
re
re
do
nilai
Rangkaian nada
nilai
Rangkaian nada
nilai
Rangkaian nada
nilai
Rangkaian nada
nilai
Rangkaian nada
nilai
Kriteria penilaian :
Nilai 1 jika papan nada yang dipukul dengan tepat sesuai dengan
rangkaian nada yang telah diberikan
Fadiah Rusydinna, 2016
Pengaruh Memainkan Alat Musik Xilofon Terhadap Peningkatkan Kemampuan Koordinasi
Motorik Anak Cerebral Palsy Tipe Spastik Di Slb D Ypac Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
44
Nilai 0 jika papan nada yang dipukul tidak tepat sesuai dengan
rangkaian nada yang telah diberikan
Jumlah skor keseluruhan
: 58
Skor maksimal
:1
Nilai akhir
:∑=
x 100 %
b. Tes mengukur ketepatan sticking
Untuk mengukur ketapatan sticking subjek diminta untuk untuk
memainkan rangkaian nada yang telah disiapkan. Sticking yang sesuai
disertai dengan control yang baik agar produksi suara yang dihasilkan
menjadi harmonis. Untuk menghasilkan produksi suara yang baik
maka dibutuhkan kelenturan untuk memukulkan mallet tepat di tengah
papan nada. Satuan ukur yang pakai adalah presentase. Dalam hal ini
untuk mengukur berapa persentase ketepatan subjek ketika memukul
papan nada tepat di tengah (head) sesuai dengan rangkaian nada dan
irama. Presentase dalam tes ketepatan ini menunjukkan jumlah papan
nada yang berhasil dipukul tepat di tempat yang sesuai oleh subjek
dengan tepat sesuai dengan rangkaian nada yang telah ditentukan.
Adapun tes ketepatan sticking yang diberikan pada subjek adalah
sebagai berikut:
Tabel 3.5
Tes untuk mengukur ketepatan sticking
Aspek
Ketepatan Sticking
Instrumen
Indikator
3. Pola pemanasan
1.1
memainkan
rangkaian nada do
re mi fa sol la si dò
1.2
memainkan
rangkaian nada dò si
la sol fa mi re do
4. Pola lagu Twinkle – 2.1
memainkan
Twinkle Little Star
rangkaian nada pada
lagu Twinkle –
Twinkle Little Star
Fadiah Rusydinna, 2016
Pengaruh Memainkan Alat Musik Xilofon Terhadap Peningkatkan Kemampuan Koordinasi
Motorik Anak Cerebral Palsy Tipe Spastik Di Slb D Ypac Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
45
do.
do re mi fa sol la si
Papan Nada
Area yang harus dipukul
agar produksi suara yang
dihasilkan baik
Gambar 3.2
Papan Nada Untuk Mengukur Ketepatan Sticking
1) Pola Pemanasan
Tabel 3.6
Tes untuk mengukur ketepatan sticking pada pola
pemanasan
Rangkaian nada
do
re
mi
fa
sol la
si
do.
nilai
Rangkaian nada
do.
si
la
sol
fa
mi
re
nilai
Fadiah Rusydinna, 2016
Pengaruh Memainkan Alat Musik Xilofon Terhadap Peningkatkan Kemampuan Koordinasi
Motorik Anak Cerebral Palsy Tipe Spastik Di Slb D Ypac Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
do
46
2) Pola lagu Twinkle – Twinkle Little Star
Gambar 3.3
Partitur lagu Twinkle – Twinkle Little Star aspek ketepatan nada
Tabel 3.7
Tes untuk mengukur ketepatan sticking pada pola lagu
Rangkaian nada
Do
do
sol
sol
la
la
sol
Fa
fa
mi
mi
re
re
do
sol
sol
fa
fa
mi
mi
re
sol
sol
fa
fa
mi
mi
re
do
do
sol
sol
la
la
sol
fa
fa
mi
mi
re
re
do
nilai
Rangkaian nada
nilai
Rangkaian nada
nilai
Rangkaian nada
nilai
Rangkaian nada
nilai
Rangkaian nada
nilai
Kriteria penilaian :
Nilai 1 jika papan nada yang dipukul tepat ditengahpapan nada sesuai
dengan rangkaian nada yang telah diberikan
Nilai 0 jika papan nada yang dipukul tidak tepat ditengah papan nada
sesuai dengan rangkaian nada yang telah diberikan
Jumlah skor keseluruhan
: 58
Fadiah Rusydinna, 2016
Pengaruh Memainkan Alat Musik Xilofon Terhadap Peningkatkan Kemampuan Koordinasi
Motorik Anak Cerebral Palsy Tipe Spastik Di Slb D Ypac Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
47
Skor maksimal
:1
Nilai akhir
:∑=
x 100 %
E. Uji Validitas Instrumen
Instrumen yang telah dibuat yang berupa tes kemudian diuji validitasnya
dengan uji validitas isi (construct) berupa expert-judgement dengan teknik
penilaian oleh para ahli atau tenaga pengajar di SLB – D YPAC kota Bandung.
Menurut Sugiyono (2014, hlm, 125) “untuk menguji validitas konstrak, dapat
digunakan pendapat dari ahli (judgement experts)“.
Penilaian validitas instrumen dilakukan oleh dua orang dosen dan satu
orang guru di SLB – D YPAC kota Bandung. Penilai tersebut mencocokkan
indikator yang ada dalam kisi-kisi instrumen dengan butir soal yang dibuat oleh
penguji. Apabila penilai tersebut menilai indikator cocok maka diberi nilai 1
dan apabila indikator tidak cocok maka diberi nilai 0. Instrumen yang sudah di
judgement oleh ahli kemudian dihitung dengan rumus :
Keterangan :
P = Skor / presentase
F = Jumlah cocok
N = Jumlah Penilai
Kriteria butir validitas dibagi menjadi empat, yaitu :
1. Valid
= × 100% = 100%
2. Cukup Valid
=
3. Kurang Valid
= × 100% = 33,3%
4. Tidak Valid
= × 100% = 0%
× 100% = 66,6%
Berdasarkan hasil judgement oleh satu dosen dan satu guru diperoleh
hasil dengan presentasi 100%. Artinya dengan demikian instrumen yang
digunakan dapat dikatakan valid atau layak digunakan.
Fadiah Rusydinna, 2016
Pengaruh Memainkan Alat Musik Xilofon Terhadap Peningkatkan Kemampuan Koordinasi
Motorik Anak Cerebral Palsy Tipe Spastik Di Slb D Ypac Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
48
F. Teknik Pengumpulan Data
Menurut Sugiono ( 2014, hlm. 153 ) “ kualitas pengumpulan data
berkenaan dengan ketepatan cara – cara yang digunakan untuk mengumpulkan
data ”. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini dengan
cara tes, tes merupakan serentetan pertanyaan ataupun latihan serta alat
lainnya yang digunakan untuk dapat mengukur keterampilan pengetahuan dan
intelegensi kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh subjek. Tes yang
digunakan dalam penelitian ini adalah tes perbuatan, dengan cara pengamatan
atau observasi pada fase A-1 (baseline 1), fase B (intervensi), dan fase A-2
(baseline 2). Tes yang diberikan menggunakan dua macam tes yaitu tes untuk
mengukur kekuatan (otot) dan tes ketepatan. Teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Tes Perbuatan
Pemberian tes dilakukan untuk mengetahui kemampuan subjek dalam
koordinasi motoric mata dan tangan pada aspek kekuatan dan ketepatan.
Adapun yang dilakukan dalam pemberian tes adalah sebagai berikut.
a. Melakukan pengumpulan data pada fase baseline – 1. Pengumpuln
data pada fase baseline dilakukan untuk mengetahui kemampua awal
koordinasi mata dan tangan pada aspek kekutan dan ketepatan dari
subjek. Fase ini dilakukan selama empat sesi dan setiap sesinya
dilakukan selama 35 menit.
b. Setelah mendapat angka – angka yang stabil pada fase baseline – 1,
peneliti melakukan intervensi agar dapat meningkatkan kemampuan
koordinasi mata dan tangan paa aspek kekuatan dan ketepatan dengan
menjalankan latihan memainkan alat music xilofon. Fase intervensi ini
dilakukan selama delapan sesi yang setiap sesinya dilakukan selama 35
menit.
c. Setelah melakukan intervensi fase baseline – 2 dilakukan agar dapat
mengetahui apakah intervensi yang telah diberikan memberikan
pengaruh positif pada kemampuan koordinasi mata dan tangan pada
aspek kekuatan dan ketepatan dari subjek. Fase baseline – 2 ini
Fadiah Rusydinna, 2016
Pengaruh Memainkan Alat Musik Xilofon Terhadap Peningkatkan Kemampuan Koordinasi
Motorik Anak Cerebral Palsy Tipe Spastik Di Slb D Ypac Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
49
dilakukan sebanyak empat sesi dan setiap sesinya dilakukan selama 35
menit.
Skoring dilakukan berdasarkan kriteria penilaian yang ditetapkan
berdasarkan butir instrumen yang telah disusun. Setelah semua data
terkumpul, kemudian dijumlahkan. Jumlah tes perbuatan yang dilakukan
dengan benar dibagi jumlah skor keseluruhan dikalikan seratus (100%).
2. Dokumentasi
Teknik
dokumentasi
ini
merupakan
kegiatan
dimana
peneliti
menggunakan dokumen – dokumen untuk megumpulkan informasi mengenai
kemampuan koordinasi mata dan tangan pada aspek kekuatan dan ketepatan
dari subjek memalui hasil pemeriksaan.
G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
1. Teknik Pengolahan Data
Pengolahan data merupakan tahapan yang dilakukan dalam penelitian
untuk mengolah data yang didapat dari lapangan. Kegiatan ini merupakan
upaya yang dilakukan oleh peneliti agar
data yang telah terkumpul
mempunyai arti dan dapat ditarik suatu kesimpulan atau jawaban dari suatu
permasalahan yang diteliti. Teknik pengolahan data dalam penelitian ini
menggunakan pengukuran presentase. Persentase (%)
yaitu dengan cara
menghitung jumlah tes perbuatan yang dikerjakan dengan benar dibagi jumlah
maksimum dikalikan seratus.
∑=
x 100
Setelah data terkumpul kemudian diolah dan dianalisis ke dalam statistic
deskriptif dengan tujuan untuk memperoleh gambaran yang jelas tetntang hasil
intervensi dalam jangka waktu yang ditentukan. Menurut Sugiyono (2014,
hlm. 207) :
“
Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk
menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data
yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat
kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi”.
Fadiah Rusydinna, 2016
Pengaruh Memainkan Alat Musik Xilofon Terhadap Peningkatkan Kemampuan Koordinasi
Motorik Anak Cerebral Palsy Tipe Spastik Di Slb D Ypac Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
50
Gambaran perubahan prilaku yang lebih jelas tentang kemampuan
koordinasi motoric mata dan tangan pada aspek kekuatan dan ketahanan dari
subjek yang pada awalya berupa angka – angka dapat lebih mudah diahami
jika disajikan dalam bentuk grafik. “ Pada penelitian Subject Single Research,
grafik memegang peranan yang utama dalam proses analisis ” ( Sunanto,
2006, hlm. 30). Pembuatan grafik memiliki dua tujuan utama yaitu :
a. Membantu mengorganisasi data sepanjang proses pengumulan data
yang nantinya akan mempermudah untuk mengevaluasi, dan
b. Memberikan rangkuman data kuantitatif serta mendeskripsikan target
behavior yang akan membantu dalam proses penganalisa hubungan
antara variabel bebas dan variabel terikat.
Proses analisis dengan visual grafik dalam penellitian ini diharapkan dapat
lebih memperjelas gambaran stabilitas perkembangan koordinasi motik mata
dan tangan pada aspek kekuatan dan ketepatan anak Cerebral Palsy tipe
spastik dengan memainkan alat music Xilofon.
2. Analisis Data
Analisis data merupakan tahapan akhir dalam sebuah penelitian sebelum
menarik kesimpulan. Analisis data pada penelitian dengan subjek tunggal ini
menggunakan statistik deskriptif, yang disajikan dalam table dan grafik, grafik
yang digunakan yaitu grafik garis. Penggunaan tabel dan grafik diharapkan
dapat memperjelas dan mempermudah dalam memahami data hasil
kemampuan koordinasi mata dan tangan dalam aspek ketepatan dan kekuatan.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam menganalisis data-data
tersebut adalah:
a. Menskor hasil penilaian pada kondisi A-1 (baseline 1),.
b. Menskor hasil penilaian pada kondisi B (intervensi).
c. Menskor hasil penilaian pada kondisi A-2 (baseline 2).
d. Membuat tabel penelitian untuk skor yang telah diperoleh pada kondisi
A-1 (baseline 1), kondisi B (intervensi) dan A-2 (baseline 2).
e. Membandingkan hasil skor pada kondisi A-1 (baseline 1), skor B
(intervensi) dan A-2 (baseline 2).
Fadiah Rusydinna, 2016
Pengaruh Memainkan Alat Musik Xilofon Terhadap Peningkatkan Kemampuan Koordinasi
Motorik Anak Cerebral Palsy Tipe Spastik Di Slb D Ypac Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
51
f. Membuat analisis data bentuk grafik garis sehingga dapat dilihat secara
langsung perubahan yang terjadi dari ketiga tahap.
g. Membuat analisis dalam kondisi dan antar kondisi.
Komponen – komponen analisis data dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut.
a. Analisis dalam kondisi
Analisis perubahan dalam kondisi adalah menganalisis perubahan data
dalam suatu kondisi misalnya kondisi baseline atau kondisi intervensi,
sedangkan komponen yang akan di analisis meliputi :
1) Panjang kondisi (Condition length), adalah banyaknya data point
dalam kondisi yang menggambarkan banyaknya sesi pada setiap
kondisi (baseline dan intervensi)
2) Estimasi kecenderungan arah (Estimate of trend direction),
digambarkan oleh garis lurus yang melintasi semua data dalam
suatu kondisi. Terdapat dua carauntuk menentukan kecenderungan
arah grafik, yaitu dengan metode freehand dan metode split-middle.
Metode tangan bebas (freehand) adalah mengamati secara langsung
terhadap data point pada suatu kondisi kemudian menarik garis
lurus yang membagi data point menjadi dua bagian. Metode belah
tengah (dplit-middle) adalah meentukan kecenderungan arah grafik
berdasarkan median data pointnilai ordinatnya.
3) Kecenderungan stabilitas (Trend stability), menunjukkan tingkat
homogenitas data dalam suatu kondisi. Tingkat kestabilan data
dapat ditentukan dengan menghitung banyaknya data point yang
berbeda di dalam rentang, kemudian dibagi banyaknya data point,
dikalikan 100%.
4) Jejak data (Data path), yaitu perubahan data satu ke data lain dalam
suatu kondisi, yang dapat terjadi dalam tiga kemungkinan yaitu:
menaik, menurun, dan mendatar. Mnentukan kecenderungan jejak
data sama dengan menentukan estimasi kecenderungan arah.
5) Rentang (Range), yaitu selisih nilai terendah dan nilai tertinggi pada
setiap fase.
Fadiah Rusydinna, 2016
Pengaruh Memainkan Alat Musik Xilofon Terhadap Peningkatkan Kemampuan Koordinasi
Motorik Anak Cerebral Palsy Tipe Spastik Di Slb D Ypac Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
52
6) Perubahan level (Level change), mennjukkan besarnya perubahan
data dalam suatu kondisi dan dapat dilihat dari selisih antara data
terakhir dan data pertama pada setiap fase.
b. Analisis antar kondisi
Analisis antar kondisi adalah perubahan data antar kondisi, misalnya
dari kondisi baseline ke kondisi intervensi. Komponen – komponen anlisis
antar kondisi meliputi :
1) Jumlah variabel yang diubah, sebaiknya difokuskan pada suatu
variabel terikat.
2) Perubhan kecenderungan dan efeknya, menunjukkan makna
perubahan target behavior yang disebabkan oleh inrevensi.
3) Perubahan stabilitas, menunjukkan tingkat stabilitas perubahan dari
serentetan data.
4) Perubahan level data, menunjukkan seberapa besar data berubah
yang ditunjukkan oleh selisih antara data terakhir pada kondisi
pertama (baseline) dengan data pertama pada kondisi berikutnya
(intervensi)
5) Data overlap (tumpang tindih), yaitu terjadi data yang sama pada
pola
kedua
kondisi,
baseline
dengan
intervensi.
Hal
ini
menunjukkan tidak adanya perubahan pada kedua kondisi dan
semakin banyak data yang tumpang tindih, semakin menguatkan
dugaan tidak adanya perubahan pada kedua kondisi.
Fadiah Rusydinna, 2016
Pengaruh Memainkan Alat Musik Xilofon Terhadap Peningkatkan Kemampuan Koordinasi
Motorik Anak Cerebral Palsy Tipe Spastik Di Slb D Ypac Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu