TAP.COM - HUBUNGAN SIKAP IBU NIFAS DALAM DETEKSI DINI KOMPLIKASI MASA NIFAS ... 49 97 1 SM

HUBUNGAN SIKAP IBU NIFAS DALAM DETEKSI DINI KOMPLIKASI
MASA NIFAS DENGAN KETEPATAN KUNJUNGAN NIFAS
DI BPM SRI LUMINTU JAJAR SURAKARTA
Nur Indramawati dan Wijayanti
Program Studi D III Kebidanan

STIKES PKU Muhammadiyah Surakarata
Email : wijaya.pw@gmail.com

ABSTRAK
Latar Belakang : Hasil SDKI 2012 Angka Kematian Ibu (AKI) mengalami kenaikan yaitu
359% per 100.000 kelahiran hidup. Kejadian kematian ibu paling banyak pada masa nifas
adalah perdarahan (atonia uteri) (30%), eklamsia (25%) dan infeksi (12%). Salah satu
penyebabnya yaitu kurangnya pengetahuan ibu nifas yang mempengaruhi sikap dan ketepatan
dalam kunjungan nifas. Masa nifas tidak akan menakutkan , kalau saja para ibu yang sedang
mengalami masa nifas meningkatkan sikap dan meningkatkan kunjungan nifas.
Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui hubungan sikap ibu nifas dalam deteksi komplikasi masa
nifas dengan ketepatan kunjungan nifas di BPM Sri Lumintu Jajar Surakarta
Metode Penelitian : Pada penelitian ini menggunakan metode survay analitik, dengan
pendekatan case control . Populasi adalah semua ibu nifas yang telah selesai melakukan
kunjungan nifas di BPM Sri Lumintu Jajar Surakarta, pengambilan sampel menggunakan teknik

purposive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 30 responden. Instrumen penelitian
menggunakan kuesioner. Analisa data menggunakan uji Chi Square untuk taraf signifikasi 95%
dan alpha 0,05.
Hasil : Sikap ibu nifas dalam deteksi kompikasi masa nifas yaitu sikap positif sama besarnya
dengan ibu nifas yang memiliki sikap negatif yitu 50%. Ketepatan kunjungan nifas yaitu tepat
sebanyak 26 responden (86,7%). Hasil uji chi square dengan hasil nilai X2 hitung (4,615) X2
tabel (3,841) artinya Ho ditolak dan Ha diterima sehingga ada hubungan antara sikap ibu nifas
dengan ketepatan kunjungan nifas.
Kesimpulan : Ada hubungan antara sikap ibu nifas dalam deteksi komplikasi masa nifas dengan
ketepatan kunjungan nifas di BPM Sri Lumintu Jajar Surakarta.
Kata Kunci: Sikap dalam deteksi dini, ketepatan, kunjungan nifas

THE RELATIONSHIP BETWEEN ATTITUDE IN HEMORRHAGE PERIOD IN ORDER
TO DETECT COMPLICATION WIH THE RIGHT VISITING DURING HEMORRHAGE
IN BPM SRI LUMINTU JAJAR SURAKARTA.
Nur Indramawati dan Wijayanti
Program Studi D III Kebidanan

STIKES PKU Muhammadiyah Surakarata
Email : wijaya.pw@gmail.com


ABSTRACT
Background : Survey result of SDKI 2012 show that Maternal Mortality Rate (AKI) increase
359 each 100.000 live births. The cause of death in hemorrhage period are bleeding (atonia
uteri) (30%), eklamsia (25%) and infeksi (12%). One of the reason in the unknow of the mother
that the visit in hemorrhage is important. Actually the period of hemorrhage is not danger if the
mother realize the important of visiting during the hemorrhage and has the right attitude.
Purpose of Research : To knowing the relationship between attitude in hemorrhage period in
order to detect complication wih the right visiting during hemorrhage in BPM Sri Lumintu Jajar
Surakarta.
Research Methods : This research use methods of analytic survey, with case control
approximation. Population us all hemorrhage mother who had finished to do the visiting
hemorrhage in BPM Sri Lumintu Jajar Surakarta. Sample take using purposive sampling which
amount 30 sample respondent. The research instrument use questioner. Data analyzation use
Chi Square Test for signification degree 95% and alpha 0,05.
Result : The positive and negative attitude during hemorrhage period is equal in 50%. Right
visiting on hemorrhage exactly is 26 respondents (86,7%). Result of chi square test is using X2
count (4,615) > X2 table (3,841) in rejected Ho and Ha was received, so there is a correlation
between attitude of hemorrhage mother and right visiting during hemorrhage.
Conclutsion : There is a correlation between mother attitude on hemorrhage period with right

visiting during hemorrhage in BPM Sri Lumintu Jajar Surakarta.
\Key words : Attitude, Hemorrhage complication, Right hemorrhage visiting

PENDAHULUAN

Menurut data WHO (World Health Organization), sebanyak 99% kematian ibu akibat
masalah persalinan atau kelahiran terjadi di negara-negara berkembang. Rasio kehamilan
tahun di negara-negara berkembang merupakan yang tertinggi dengan 450 kematian ibu per
100.000 kelahiran bayi hidup jika dibandingkan dengan rasio kematian ibu di sembilan negara
maju dan 51 negara persemakmuran. Menurut WHO 81% AKI (Angka Kematian Ibu) akibat
komplikasi selama hamil dan bersalin, dan 25% selama masa postpartum (WHO, 2012 : 93).
Menurut Badan Penelitian dan Pengembangan DepkesRI, Angka Kematian Ibu (AKI) tahun
2010 mencapai 228 per100.000 kelahiran hidup. Menurut hasil Survey Demografi Kesehatan
Indonesia (SDKI) 2012 AKI mengalami kenaikan yang signifikan sebesar 359 per 100.000
kelahiran hidup. Tujuan MDGs (Millennium Development Goals) kelima yaitu mengurangi
angka kematian ibu. Target MDGs untuk AKI 2015 adalah sebesar 102 per 100.000 kelahiran
hidup. Adapun penyebab kematian ibu adalah perdarahan (atonia uteri) (30%), eklamsia (25%)
dan infeksi (12%) (SDKI, 2012, BPP Depkes, 2010 : 56).
Data dari Dinas Kesehatan Kota Surakarta pada tahun 2012 Angka Kematian Ibu (AKI)
sebesar 59,2 per 100.000 kelahiran hidup. AKI di tahun 2012 mengalami peningkatan bila

dibandingkan tahun 2011 yaitu sebesar 39,4 per 100.000 kelahiran hidup. Jika ditinjau dari
penyebab kematian para ibu, infeksi merupakan penyebab kematian terbanyak nomor dua setelah
perdarahan sehingga sangat tepat jika para tenaga kesehatan memberikan perhatian yang tinggi
pada masa ini. Adanya permasalahan pada ibu akan berimbas jika kepada kesejahteraan bayi
yang dilahirkannya karena bayi tersebut tidak akan mendapatkan perawatan maksimal dari
ibunya. Dengan demikian, angka morbiditas dan mortalitas bayi pun akan meningkat (DKK
Surakarta, 2013:34).

Masa nifas merupakan masa yang rawan karena ada beberapa risiko yang mungkin terjadi
pada masa nifas, antara lain: anemia, pre-eklampsia/eklampsia, perdarahan post partum, depresi
masa nifas, dan infeksi masa nifas. Diantara resiko tersebut ada dua yang paling sering
mengakibatkan kematian pada ibu nifas, yakni infeksi dan perdarahan. Adapun penyebab
langsung yang berkaitan dengan kematian ibu adalah komplikasi pada kehamilan, persalinan,
dan nifas tidak ditangani dengan baik dan tepat waktu.Kematian ibu pada masa nifas biasanya
disebabkan oleh infeksi nifas (10%), ini terjadi karena kurangnya perawatan pada luka,
perdarahan (42%) (akibat robekan jalan lahir, sisa plasenta dan atonia uteri), eklampsi (13%),
dan komplikasi masa nifas (11%) . Banyak ibu nifas yang mengalami masalah bahaya masa
nifas, yang tidak di ketahui atau terdeteksi oleh tenaga kesehatan. Penyebab tidak di ketahuinya
masalah bahaya masa nifas yaitu kurangnya pengetahuanibu nifas yang mempengaruhi sikap ibu
nifas . Dimana yang mempengaruhi sikap dari ibu nifas yaitu faktor (pengalaman pribadi,

pengaruh orang lain, pengaruh kebudayaan, media masa, lembaga pendidikan dan agama,faktor
emosinal) dan juga konseling dari tenaga kesehatan selama kehamilan dan setelah persalinan.
Peneliti mengadakan kegiatan dalam upaya untuk meningkatkan kunjungan ulang masa nifas
secara rutin (Notoatmodjo, 2005, Siswono, 2005 : 85).
Agar tidak terjadi masalah pada saat masa nifas petugas kesehatan seharusnya melakukan
pengawasan yang intensif pada pasien pasca melahirkan apabila pasien tersebut masih dalam
perawatan di rumah sakit seperti melakukan kunjungan ulang nifas

4 kali sesuai standar

pelayanan pasca melahirkan untuk mendeteksi adanya perdarahan dan komplikasi lainnya yang
berhubugan dengan masa nifas, setelah pasien telah diperbolehkan pulang, petugas kesehatan
memberikan penyuluhan kepada pasien tentang tanda-tanda bahaya masa nifas agar pasien dapat
mengerti dan memahami bahwa hal tersebut harus membutuhkan tindakan segera di rumah sakit,
serta menganjurkan pasien kontrol sesuai dengan jadwal yang ditentukan untuk mengetahui sub

involusi telah berjalan dengan baik serta untuk mendeteksi secara dini adanya suatu komplikasi
(Sulistyowati, 2009 : 6).
Berdasarkan data rekam medis yang diperoleh di BPM Sri Lumintu Jajar Surakarta pada
tanggal 19 Februari 2014, pada tahun 2013terdapat ibu nifas 250jiwa, dari 250 ibu nifas tersebut

terdapat 159 ibu nifas yang melakukan kunjungan nifas dan 91 ibu nifas tidak melakukan
kunjungan nifas. Untuk

komplikasi ibu nifas terdapatterdapat 34 ibu nifas mengalami

perdarahan akibat robekan jalan lahir dan sisa plasenta, 42 ibu nifas mengalami bendungan
ASI,32 ibu nifas mengalami infeksi nifas, serta ibu nifas yang mengalami komplikasi dapat
ditangani oleh bidan sendiri.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode survey analitik

dengan pendekatan case control suatu

penelitian (survey) analitik yang menyangkut bagaimana faktor resiko dipelajari secara
retrospective yaitu tentang hubungan sikap ibu nifas dalam deteksi dini komplikasi masa nifas
dengan ketepatan kunjungan nifas .
Populasi adalah semua ibu nifas yang telah selesai melakukan kunjungan nifas di BPM Sri
Lumintu Jajar Surakarta pada periode

bulan Maret – Juni 2014., pengambilan sampel


menggunakan teknik purposive sampling dengan jumlah sampel sebanyak

30 responden.

Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan purposive sampling yaitu responden yang
telah menyelesaikan kunjungan nifas, dengan cara melihat buku KIA yang dimiliki ibu nifas dan
register kunjungan nifas.

Instrumen penelitian menggunakan kuesioner untuk mengukur sikap dan ketepatan dalam
kunjungan nifas. Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan person product moment dengan
nilai r hitung tertinggi tertinggi sebesar 0.752 dan nilai r terendah 0,017 dan uji reliabilitas

menggunakan Alpha Cronbach dengan nilai 0,932. Analisa data menggunakan uji Chi Square
dengan hasil X hitung > α. Maka Ha di terima.

HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Sikap Ibu Nifas Dalam Deteksi Dini Komplikasi Masa Nifas di BPM Sri Lumintu Jajar
Surakarta
Klasifikasi sikap responden dilakukan setelah mengetahui hasil skor T, yaitu

dikategorikan positif jika hasil skor T > 50 dan negatif jika hasil skor T ≤ 50.
Tabel 1. Distribusi responden berdasarkan sikap ibu nifas dalam deteksi dini komplikasi masa
nifas di BPM Sri Lumintu, Jajar, Surakarta
Sikap
Positif
Negatif
Total

Frekuensi
15
15
30

Prosentase
50%
50%
100%

Hasil penemuan di BPM Sri Lumintu Jajar, Surakarta diperoleh bahwa ibu nifas yang
memiliki sikap positif sama banyaknya dengan Ibu Nifas yang memiliki sikap negatif. Sikap

ibu nifas dalam deteksi dini komplikasi masa nifas dalam penelitian meliputi sikap positif
dan sikap negatif yang terdiri dari perdarahan post partum, endometritis, infeksi masa nifas,
peritonitis, bendungan ASI, septikemia, infeksi payudara thrombuflebitis dan luka perineum.
Notoatmodjo (2010: h. 52) menyatakan bahwa sikap adalah pernyataan evaluatif terhadap
objek, orang atau peristiwa. Hal ini mencerminkan perasaan seseorang terhadap sesuatu.
Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulasi atau objek tertentu, yang sudah
melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang, tidak senang, setuju-tidak
setuju, baik-tidak baik dan sebagainya).
Bentuk sikap dalam deteksi dini masa nifas terdiri dari dua macam, yaitu sikap positif dan
negatif. Menurut Azwar (2011) sikap positif dalam deteksi dini komplikasi masa nifas adalah

segera ke tempat layanan terdekat apabila ada tanda gejala masa nifas. Selain itu sikap positif
ditunjukkan dengan melakukan kunjungan nifas untuk memeriksakan kesehatannya di masa
nifas, sehingga apabila terjadi resiko pada masa nifas tersebut dapat ditangani secara dini dan
tepat oleh tenaga kesehatan. Sikap negatif ditunjukkan dengan ibu tidak segera ke tempat
layanan terdekat apabila ada tanda gejala masa nifas.
Sikap secara teori dipengaruhi oleh pengalaman pribadi, pengaruh orang lain, pengaruh
kebudayaan, media massa, lembaga pendidikan dan pengaruh emosional (Azwar, 20011).
Sikap dalam penelitian dipengaruhi oleh pengaruh orang lain. Pada tabel 4.2 menunjukkan
jumlah pada ibu nifas di BPM Sri Lumintu Jajar Surakarta sebagian besar

sebanyak

primipara

29 responden (96.7%) dan usia non produktif sebanyak 1 responden (3.3%).

Hal ini menunjukkan responden telah dipengaruhi oleh orang lain dalam mencari informasi.
Apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan mempengaruhi penghayatan
kita terhadap stimulasi social. Middlebrook (1974, dalam Azwar 2011) mengatakan bahwa
tidak adanya pengalaman sama sekali dengan suatu objek psikologi cenderung akan
membentuk sikap negatif terhadap objek tersebut.
Pengaruh orang lain yang dianggap penting, yang dimaksud disini adalah pengaruh
tenaga kesehatan pada saat ibu melakukan pemeriksaan kunjungan di masa nifas. Pada
umumnya individu cenderung untuk memiliki sikap orang yang dianggap penting. Keinginan
ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan bekeinginan untuk menghindar
konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut.
Pengalaman adalah suatu cara memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara
mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi
masa lalu (Notoatmodjo, 2010).


Sikap positif dari ibu nifas dalam deteksi dini komplikasi masa nifas ini dipengaruhi
adanya informasi dari tenaga kesehatan dan pengaruh dari orang lain yang sudah
berpengalaan. Informasi dari tenaga kesehatan yang didapat ibu dalam hal ini adalah paritas
ibu yang mayoritas telah mempunyai primipara sehingga dapat bersikap positif terhadap
masa nifas sedangkan pengaruh dari orang lain berasal dari informasi baik secara langsung
yang diperoleh dari dokter atau bidan pada saat kunjungan maupun melalui media masa
sehingga ibu dapat bersikap positif dalam deteksi dini komplikasi masa nifas serta di
pengaruhi oleh usia ibu, dalam hal ini adalah paritas ibu yang mayoritas telah berumur 21- 35
tahun. Sedangkan ibu nifas yang multipara dan grademultipara sudah memiliki banyak
pengalaman yang telah dilalui saat masa nifas. Sehingga ibu nifas tersebut sudah mengetahui
tentang komplikaasi masa nifas dan dirasa umur telah memberikan pengalaman.
Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Azwar (2011; h: 30-38) bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi pembentukan sikap atara lain adalah pengalaman pribadi, pengaruh orang lain
dan informasi yang didapat dari tenaga kesehatan.
2. Ketepatan Kunjungan Nifas di BPM Sri Lumintu Jajar Surakarta
Klasifikasi ketetapan kunjungan dinilai tepat jika ibu nifas melakukan kunjungan
nifas tepat frekuensi dan waktu sesuai jadwal yaitu kunjungan nifas pertama 6-8 jam,
kunjungan kedua 6 hari, kunjungan ketiga 2 minggu, kunjungan keempat 6 minggu dan
tidak tepat jika melakukan kunjungan nifas tidak tepat frekuensi dan waktunya serta tidak
sesuai jadwal
Tabel 2. Distribusi responden berdasarkan ketepatan kunjungan nifas di BPM Sri Lumintu,
Jajar, Surakarta
Ketepatan
Frekuensi
Prosentase
Tepat
26
86,7%
Tidak Tepat
4
13,3%
Total
30
100%

Sehingga dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden yang melakukan kunjungan nifas
1-4 dengan tepat yaitu sebanyak 26 responden (86,7%).
Ketepatan dalam kunjungan nifas dalam penelitian ini dinilai dari kempuan ibu nifas
untuk melakukan kunjungan nifas secara tepat yaitu Kunjungan Nifas I, II, III dan IV.
Hasil penelitian di BPM Sri Lumintu Jajar Surakarta diperoleh bahwa sebagian besar ibu
nifas melakukan kunjungan nifas sebanyak 4 kali dimulai dari kunjungan yang 1 sampai ke
4 dengan tepat waktu yaitu kunjungan nifas ke 1 pada 6-8 jam, kunjungan nifas ke 2 pada 6
hari post partum, kunjungan ke 3 pada 2 minggu postpartum dan kunjungan ke 4 pada 6
minggu post partum. Hal ini dimungkinkan adanya kesadaran dari masyarakat di sekitar
BPM Lumintu tentang kesehatan ibu pada masa nifas. Pada masa nifas merupakan masa
yang rawan karena ada beberapa resiko yang mungkin terjadi pada masa tersebut. Macammacam resiko tersebut antara lain anemia, pre-eklampsia/ eklampsia, perdarahan post
partum, depresi masa nifas, dan infeksi masa nifas. Diantara resiko tersebut ada dua yang
paling sering mengakibatkan kematian pada ibu nifas, yakni infeksi dan perdarahan.
Berdasarkan

dari jumlah anak yang dimiliki ibu nifas yang terdiri dari primipara,

multipara, dan grade multipara. Ibu yang primipara belum memiliki pengalaman yang
banyak di bandingkan ibu multipara dan grademultipara yang memiliki pengalaman yang
lebih, sehingga mereka lebih mengetahui dan tidak tabuh lagi. Ketepatan yang dilihat dari ibu
nifas multipara, grademultipara dan primipara berkaitan dengan usia, karena usia yang
semakin matang akan mempengaruhi Sikap dan memberikan pengalaman pada ibu nifas.
Masalah-masalah nifas diatas sudah ditangani oleh petugas kesehatan baik dengan
dengan memberikan pengarahan maupun informasi-informasi yang penting termasuk di
dalamnya kapan waktunya kunjungan nifas. Namun demikian Petugas kesehatan masih perlu
melakukan beberapa hal yang perlu. Karena di BPM Sri Lumintu Jajar, Surakarta masih

terjadi beberapa kasus pendarahan akibat robekan jalan lahir dan sisa plasenta, ibu nifas
mengalami bendungan ASI, dan infeksi nifas.

3. Hubungan antara sikap ibu nifas dalam deteksi dini komplikasi masa nifas dengan
ketepatan kunjungan nifas
Tabel 3.Tabulasi silang antara sikap ibu nifas dengan ketepatan kunjungan nifas di BPM Sri
Lumintu, Jajar, Surakarta
Kunjungan Nifas
Total (%)
tidak tepat
tepat
Sikap
Negatif
4
11
15
Positif
0
15
15
Total
4
26
30
Hubungan antara sikap ibu nifas dalam deteksi dini komplikasi masa nifas dengan
ketepatan kunjungan nifas di BPM Sri Lumintu, Jajar Surakarta dianalisis dengan
menggunakan chi square test dengan taraf signifikasi 95% dengan hasil sebagai berikut:
Tabel 4. Hasi Uji statistic Chi – Square
Pearson Chi-Square
Continuity Correction
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear Association
N of Valid Cases
b

Valu
Asymp. Sig. (2df
e
sided)
4.615
1
.032
a

2.596
6.163

1
1

.107
.013

4.462
30

1

.035

Hasil uji statistik menggunakan pearson chisquare diperoleh nilai pearson chi square (χ2hitung) sebesar 4.615 dengan nilai probabilitas sebesar 0.032. Kedua variabel dikatakan
berhubungan jika nilai χ2 hitung > χ2 tabel. Nilai χ2 tabel pada taraf signifikansi (α) = 0,05
dan derajat kebebasan (df) = 1 adalah 3.841 dimana 4.615 3.841 artinya Ho ditolak dan Ha

diterima sehingga dapat disimpulkan ada hubungan antara sikap ibu nifas dengan kunjungan
nifas.
Hubungan sikap ibu nifas dalam deteksi dini komplikasi masa nifas dengan ketepatan
kunjungan nifas dapat dilihat pada tabel 4 yang menunjukkan ibu nifas dengan sikap baik
semuanya dengan kunjungan nifas yang tepat. Ibu nifas dengan sikap cukup sama imbang
antara sikap positif dan negatif. Hal ini menunjukkan semakin tinggi sikap positif ibu nifas
maka semakin tepat dalam kunjungan nifas dan semakin tinggi sikap negatif ibu nifas maka
semakin tinggi ketidak tepatan dalam kunjungan nifas. Adanya hubungan ini juga berguna
untuk meningkatkan kesadaran ibu nifas untuk tepat dalam kunjungan nifas. Yaitu dengan
memperbaiki sikap ibu nifas maka ibu nifas yang melakukan kunjungan nifas secara tepat
akan lebih banyak. Maka macam-macam resiko selama nifas baik itu perdarahan, bendungan
ASI, maupun infeksi nifas dapat segera ditangani oleh pihak petugas kesehatan.
Hasil uji statistic dengan menggunakan Chi Square dengan hasil
X2 tabel (3.841) dan p (0,032)

X2 Hitung (4.615)

0.005 artinya ada hubungan positif dan signifikan antara

sikap ibu nifas dalam deteksi dini komplikasi masa nifas dengan ketepatan kunjungan nifas
di BPM Sri Lumuntu Jajar Surakarta. Hal ini membuktikan sikap berpengaruh signifikan
terhadap ketepatan kunjungan yang berarti semakin baik sikap ibu maka ibu nifas akan
cenderung tepat dalam kunjungan nifas. Prawirohardjo (2002) mengatakan bahwa ketepatan
kunjungan nifas adalah ketepatan yang dilakukan ibu nifas dalam melakukan kunjungan
nifas. Kunjungan masa nifas paling sedikit 4 kali dilakukan untuk menilai status ibu dan
bayi baru lahir, untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalah-masalah yang terjadi.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati (2009) ada
hubungan tingkat pengetahuan ibu nifas dengan kunjungan nifas yang dilakukan ibu dengan
tepat dalam kunjungan nifas. Hal ini sesuai dengan teori Suheimi (2006) yang menyatakan

bahwa tidak ada seorang wanita ingin mengalami salah satu dari sekian banyak keluhan pada
masa nifas, komplikasi masa nifas. Jika beberapa komplikasi masa nifas muncul bersamaan,
bisa dibayangkan betapa meningkatnya angka kematian pada ibu nifas. Hasil penelitian ini
juga di dukung oleh penelitian Bascometra (2011) yang membuktikan terdapat hubungan
antara tingkat pendidikan, umur dan paritas ibu nifas dengan ketepatan kunjungan nifas.
Berdasarkan hasil penelitian yang menunjukkan ada hubungan sikap ibu nifas dalam
deteksi dini komplikasi masa nifas dengan ketepatan kunjungan nifas di BPM Sri Lumintu
Jajar Surakarta.

SIMPULAN
1.

Sikap ibu nifas positif sama besarnya dengan ibu nifas yang memiliki sikap negatif yaitu
yaitu sebayak 50%.

2.

Ketepatan kunjungan nifas sebagian besar ibu nifas dengan tepat melakukan kunjungan nifas
yaitu sebanyak 86,7%.

3.

Ada hubungan antara sikap ibu nifas dalam deteksi dini komplikasi masa nifas dengan
ketepatan kunjungan nifas di BPM Sri Lumintu Jajar, Surakarta (nilai χ2 hitung (4.615) > χ2
tabel (3.841).

DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, Y., 2010. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Yogyakarta: Pustaka Rihama
Azwar, S., 2011. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya Edisi Kedua. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Bacometra.
2011.
Hubungan
Antara
Tingkat
Pendidikan
http://bascometro.wordpress.com/2011/10/.html. dilihat pada tanggal 21 Februari 2014

Umur.

Depkes,
RI.,
2012.
http://www.wartapedia.com/kesehatan/1456-depkes-target-mdgs-bidangkesehatan.html. dilihat tanggal 14 Februari 2014 pada jam 15:30 WIB
Depkes, RI., 2012. http://www.dinkesjatengprov.go.id. dilihat tanggal 14 Februai 2014 pada jam 12.30
WIB
Dinas Kesehatan Kota Surakarta. 2013. Profil Kesehatan Kota Surakarta Tahun 2012. Surakarta
Notoatmodjo, S., 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Asdi Mahasatya
Rahmawati.
2009.
Hubungan
Pengetahuan
dan
Sikap
Ibu.
bidanindonesia.wordpress.com/2011/07/.html. dilihat pada tanggal 2 Februari 2014

http://kti-

Prawirohardjo, S., 2010. Ilmu Kebidanan Edisi Keempat. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Prawirohardjo, S., 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Prawirohardjo, S., 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta:
YBS-SP
Prawirohardjo, S., 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Silvia,
M.,
2013.
Deteksi
Dini
Komplikasi
pada
bu
Masa
Nifas.
http://silviamona.wordpress.com/2013/07/22/. Diakses pada tanggal 12 Februari 2014 pada jam
19.15 WIB
Sulistyawati, A., 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas .Yogyakarta: Andi
Sujiantini, dkk. 2009. Asuhan Patologi Kebidanan. Yogyakarta : Nuha Medika
Wawan, A dan Dewi, M. 2011. Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Manusia Edisi Kedua. Yogyakarta:
Nuha Medika