Perancangan Sistem Pendukung Keputusan Dengan Menggabungkan Metode Saw Dan Ahp Untuk Pemilihan Bedah Rumah (Studi Kasus: Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Dairi)
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1. Sistem Pendukung Keputusan
Pada dasarnya Sistem Pendukung Keputusan (SPK) ini merupakan pengembangan
lebih lanjut dari sistem informasi manajemen terkomputerisasi yang dirancang
sedemikian rupa sehingga bersifat interaktif dengan pemakainya. Sifat interaktif ini
dimaksudkan untuk memudahkan integrasi antara berbagai komponen dalam proses
pengambilan keputusan seperti prosedur, kebijakan, teknik analisis, serta pengalaman
dan wawasan manajerial guna membentuk suatu kerangka keputusan yang bersifat
fleksibel.
Menurut Litlle SPK adalah suatu sistem informasi bebasis komputer yang
menghasilkan berbagai alternatif keputusan untuk membantu manajemen dalam
menangani berbagai permasalahan yang terstruktur ataupun tidak terstruktur dengan
menggunakan data dan model. Kata berbasis komputer merupakan kata kunci, karena
hampir tidak mungkin membangun SPK tanpa memanfaatkan komputer sebagai alat
bantu, terutama untuk menyimpan data serta mengelola model.
2.1.1. Ciri-ciri SPK
Menurut Kosasi adapun ciri-ciri sebuah SPK seperti yang dirumuskan oleh Alters
Keen adalah sebagai berikut:
1. SPK ditujukan untuk membantu pengambilan keputusan-keputusan yang kurang
terstruktur dan umumnya dihadapi oleh para manajer yang berada di tingkat
puncak.
2. SPK merupakan gabungan antara kumpulan model kualitatif dan kumpulan data.
3. SPK memiliki fasilitas interaktif yang dapat mempermudah hubungan antara
manusia dengan komputer.
Universitas Sumatera Utara
7
4. SPK bersifat luwes dan dapat menyesuaikan dengan perubahan-perubahan yang
terjadi.
2.1.2. Karakteristik, Kemampuan dan Keterbatasan SPK
Sehubungan banyaknya definisi yang dikemukakan mengenai pengertian dan
penerapan dari sebuah SPK, sehingga menyebabkan terdapat banyak sekali pandangan
mengenai sistem tersebut. Selanjutnya Turban (1996), menjelaskan terdapat sejumlah
karakteristik dan kemampuan dari SPK [3] yaitu:
a. Karakteristik SPK
1. Mendukung seluruh kegiatan organisasi
2. Mendukung beberapa keputusan yang saling berinteraksi
3. Dapat digunakan berulang kali dan bersifat konstan
4. Terdapat dua komponen utama, yaitu data dan model
5. Menggunakan baik data eksternal dan internal
6. Memiliki kemampuan what-if analysis dan goal seeking analysis
7. Menggunakan beberapa model kuantitatif
b. Kemampuan SPK
1. Menunjang pembuatan keputusan manajemen dalam menangani masalah semi
terstruktur dan tidak terstruktur
2. Membantu manajer pada berbagai tingkatan manajemen, mulai dari
manajemen tingkat atas sampai manajemen tingkat bawah
3. Menunjang pembuatan keputusan secara kelompok maupun perorangan
4. Menunjang pembuatan keputusan yang saling bergantung dan berurutan
5. Menunjang tahap-tahap pembuatan keputusan antara lain intelligensi, desain,
choice, dan implementation
6. Menunjang berbagai bentuk proses pembuatan keputusan dan jenis keputusan
7. Kemampuan untuk melakukan adaptasi setiap saat dan bersifat fleksibel
8. Kemudahan melakukan interaksi sistem
9. Meningkatkan efektivitas dalam pembuatan keputusan daripada efisiensi
10. Mudah dikembangkan oleh pemakai akhir
Universitas Sumatera Utara
8
11. Kemampuan pemodelan dan analisis pembuatan keputusan
12. Kemudahan melakukan pengaksesan berbagai sumber dan format data
Di samping berbagai Karakteristik dan Kemampuan seperti dikemukakan di atas, SPK
juga memiliki beberapa keterbatasan, diantaranya adalah [1]:
1. Ada beberapa kemampuan manajemen dan bakat manusia yang tidak dapat
dimodelkan, sehingga model yang ada dalam sistem tidak semuanya
mencerminkan persoalan sebenarnya.
2. Kemampuan suatu SPK terbatas pada pembendaharaan pengetahuan yang
dimilikinya (pengetahuan dasar serta model dasar).
3. Proses-proses yang dapat dilakukan oleh SPK biasanya tergantung juga pada
kemampuan perangkat lunak yang digunakannya.
4. SPK tidak memiliki kemampuan intuisi seperti yang dimiliki oleh manusia.
Karena walau bagaimana pun canggihnya suatu SPK, hanyalah sautu kumpulan
perangkat keras, perangakat lunak dan sistem operasi yang tidak dilengkapi
dengan kemampuan berpikir.
2.1.3. Komponen - Komponen SPK
Sistem Pendukung Keputusan terdiri dari tiga komponen utama atau subsistem [1]
yaitu:
1. Subsistem Data (Data Subsistem)
Subsistem data merupakan komponen SPK penyedia data bagi sistem. Data
dimaksud disimpan dalam data base yang diorganisasikan oleh suatu sistem
dengan
sistem
manajemen
pangkalan
data
(Data
Base
Management
Sistem/DBMS). Melalui pangkalan data inilah data dapat diambil dan diekstrasi
dengan cepat.
2. Subsistem Model (Model Subsistem)
Keunikan dari SPK adalah kemampuannya dalam mengintegrasikan data dengan
model - model keputusan.
Model merupakan peniruan dari alam nyata. Hal lain yang perlu diperhatikan
adalah pada setiap model yang disimpan hendaknya ditambahkan rincian
Universitas Sumatera Utara
9
keterangan dan penjelasan yang komprehensif mengenai model yang dibuat,
sehingga pengguna atau perancang:
1. Mampu membuat model yang baru secara mudah dan cepat.
2. Mampu mengakses dan mengintegrasikan subrutin mode.l
3. Mampu menghubungkan model dengan model yang lain melalui pangkalan
data.
4. Mampu mengelola model base dengan fungsi manajemen yang analog dengan
manajemen data base (seperti mekanisme untuk menyimpan, membuat dialog,
menghubungkan, dan mengakses model).
3. Subsistem Dialog (User Sistem Interface)
Keunikan lain dari SPK adalah adanya fasilitas yang mampu mengintegrasikan
sistem terpasang dengan pengguna secara interaktif. Melaui subsistem dialog
inilah sistem diartikulasikan dan diimplementasikan sehingga pengguna dapat
berkomunikasi dengan sistem yang dirancang. Fasilitas yang dimiliki oleh
subsistem ini dapat dibagi menjadi tiga komponen [1], yaitu:
1. Bahasa
aktif
(Action
Language),
perangkat
yang
digunakan
untuk
berkomunikasi dengan sistem, seperti keyboard, joystick, panel-panel sentuh
lain, perintah suara atau key function lainnya.
2. Bahasa tampilan (Presentation Language), perangkat yang digunakan sebagai
sarana untuk menampilkan sesuatu, seperti printer, grafik display, plotter, dan
lainnya.
3. Basis pengetahuan (Knowladge Base), perangkat yang harus diketahui
pengguna agar pemakaian sistem bisa efektif.
2.1.4. Tahapan Proses Pengambilan Keputusan
Menurut Simon ada 4 tahap yang harus dilalui dalam proses pengambilan keputusan
[1] yaitu:
1. Penelusuran (intelligence)Tahap ini merupakan tahap pendefinisian masalah serta
identifikasi informasi yang dibutuhkan yang berkaitan dengan persoalan yang di
hadapi serta keputusan yang akan di ambil. Langkah ini sangat menentukan
tingkat ketepatan keputusan yang akan diambil, karena sebelum suatu tindakan
Universitas Sumatera Utara
10
diambil, tentunya persoalan yang diambil harus dirumuskan terlebih dahulu secara
jelas.
2. Perancangan (design)
Tahap ini merupakan tahap analisa dalam kaitan mencari atau merumuskan
alternatif-alternatif pemecahan masalah. Setelah permasalahan diputuskan dengan
baik, maka tahap berikutnya adalah merancang atau membangun model
pemecahan masalahnya dan menyusun berbagai alternatif pemecahan masalah.
3. Pemilihan (choise)
Dengan mengacu pada rumusan tujuan serta hasil yang diharapkan, selanjutnya
manajemen memilih alternatif solusi yang diperkirakan paling sesuai. Pemilihan
alternatif ini akan mudah dilakukan apabila hasil yang diinginkan terukur atau
memiliki nilai kuantitas tertentu.
4. Implementasi (implementation)
Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan dari keputusan yang telah diambil. Pada
tahapan ini perlu disusun serangkaian tindakan yang terencana, sehingga hasil
keputusan dapat dipantau dan disesuaikan apabila diperlukan perbaikan-perbaikan.
2.2. Analytical Hierarchy Process (AHP)
AHP merupakan suatu metode analisis yang digunakan untuk membuat suatu model
permasalahan yang tidak mempunyai struktur, serta dapat digunakan untuk
memecahkan masalah yang bersifat kuantitatif dan masalah yang memerlukan
pendapat. Selain itu, AHP dapat juga digunakan untuk memecahkan masalah pada
situasi yang kompleks. Masalah yang kompleks dapat diartikan bahwa kriteria dari
suatu masalah yang banyak (multikriteria), struktur masalah yang belum jelas,
ketidakpastiaan pendapat dari pengambil keputusan, pengambil keputusan lebih dari
satu orang, serta ketidakakuratan data yang tersedia. [5]
Metode AHP menguraikan masalah multikriteria yang kompleks menjadi suatu
hirarki yang melakukan pengukuran untuk menemukan skala rasio perbandingan
berpasangan, baik untuk data diskrit maupun berkelanjutan. Perbandinganperbandingan ini dapat diambil dari ukuran aktual atau skala dasar yang
mencerminkan kekuatan perasaan dan preferensi relatif si pengambil keputusan.
Universitas Sumatera Utara
11
AHP sering digunakan untuk memecahkan masalah pengambilan keputusan
yang kompleks dengan tingkatan kriteria yang lebih banyak dan beragam, karena :
1. AHP akan mengurutkan setiap alternatif yang tersedia dalam sebuah struktur
hirarki yang lengkap, selanjutnya mengarah kepada konsekuesi dari kriteria yang
akan dipilih (alternatif terbaik)
2. Memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi berbagai
kriteria dan alternatif yang dipilih oleh pengambil keputusan.
3. Memperhitungkan output dari setiap alternatif keputusan yang akan diambil,
sehingga dapat member gambaran yang jelas tentang alternatif terbaik yang akan
diarahkan pada sebuah keputusan. [9]
2.2.1. Prinsip Dasar AHP
Dalam menyelesaikan permasalahan dengan AHP ada beberapa prinsip yang harus
dipahami, diantaranya adalah: [9]
1. Decomposition
Adalah memecahkan atau membagi persoalan yang utuh menjadi unsur-unsurnya
ke dalam bentuk hirarki proses pengambilan keputusan, dimana setiap unsur atau
elemen saling berhubungan. Untuk mendapatkan hasil yang akurat, pemecahan
dilakukan terhadap unsur-unsur sampai tidak mungkin dilakukan pemecahan lebih
lanjut, sehingga didapatkan beberapa tingkatan dari persoalan yang hendak
dipecahkan.Struktur hirarki keputusan tersebut dapat dikategorikan sebagai
complete dan incomplete.
Suatu hirarki keputusan disebut complete jika semua elemen pada suatu tingkat
memiliki hubungan terhadap semua elemen yang ada pada tingkat berikutnya,
sementara hirarki keputusan incomplete kebalikan dari hirarki yang complete.
Universitas Sumatera Utara
12
Bentuk struktur decomposition yakni :
Tingkat pertama
: Alternatif Pilihan (Goal)
Tingkat kedua
: Kriteria-kriteria
Tingkat ketiga
: Alternatif pilihan
Alternatif
Pilihan
Kriteria 1
Kriteria 2
Kriteria 3
Kriteria i
Alternatif 1
Alternatif 2
Alternatif 3
Alternatif j
Gambar 2.1 Struktur Hirarki
Bobot dari tiap-tiap kriteria adalah 100% dibagi dengan bobot titik-titik kriteria
berdasarkan rating. Setiap alternatif dibandingkan dengan masing-masing kriteria.
2. Comparative judgment
Comparative Judgment dilakukan dengan membuat penilaian tentang kepentingan
relatif dua elemen pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya dengan tingkatan
diatasnya. Penilaian ini merupakan inti dari AHP karena akan berpengaruh
terhadap urutaan prioritas dari elemen-elemenya. Hasil dari penilaian ini lebih
mudah disajikan dalam bentuk matriks pairwise comparison yaitu matriks
perbandingan berpasangan memuat tingkat preferensi beberapa alternatif untuk
tiap kriteria. Menurut Saaty, untuk berbagai persoalan, skala 1 sampai 9 adalah
Universitas Sumatera Utara
13
skala terbaik untuk mengekspresikan pendapat. Skala 1 yang menunjukkan tingkat
yang paling rendah (equal importance) sampai dengan skala 9 yang menunjukkan
tingkatan yang paling tinggi (erxtreme importance).[9]
Pengisian nilai tabel perbandingan berpasangan dilakukan berdasarkan kebijakan
pembuat keputusan dengan melihat tingkat kepentingan antar satu elemen dengan
elemen
yang
lainnya.
Proses
perbandingan
berpasangan,
dimulai
dari
perbandingan kriteria misalnya A1, A2, A3 dan A4. Maka susunan elemen-elemen
yang dibandingkan tersebut akan tampak seperti pada tabel di bawah ini:
Tabel 2.1 Contoh Matriks Perbandingan Berpasangan
A1
A1
A2
A3
A4
A2
A3
A4
1
1
1
1
Untuk menentukan nilai kepentingan relatif antar elemen digunakan skala
bilangan dari 1 sampai 9 yang dapat dilihat pada Tabel 2.3. Apabila suatu elemen
dibandingkan dengan dirinya sendiri maka diberi nilai 1. Jika elemen i
dibandingkan dengan elemen j mendapatkan nilai tertentu, maka elemen j
dibandingkan dengan elemen i merupakan kebalikannya. Pengujian konsistensi
dilakukan terhadap perbandingan antar elemen yang didapatkan pada tiap tingkat
hirarki. Konsistensi perbandingan ditinjau dari per matriks perbandingan dan
keseluruhan hirarki untuk memastikan bahwa urutan prioritas yang dihasilkan
didapatkan dari suatu rangkaian perbandingan yang masih berada dalam batasbatas preferensi yang logis. Setelah melakukan perhitungan bobot elemen,
langkah selanjutnya adalah melakukan pengujian konsistensi matriks.
Universitas Sumatera Utara
14
Tabel 2.2 Skala penilaian perbandingan berpasangan
Intensitas
Kepentingan
1
Keterangan
Kedua elemen sama pentingnya
9
Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen
yang lainnya
Elemen yang satu lebih penting daripada elemen yang
lainnya
Satu elemen jelas lebih mutlak penting daripada elemen
lainnya
Satu elemen mutlak penting daripada elemen lainnya
2,4,6,8
Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan yang berdekatan
Kebalikan
Jika untuk aktifitas i mendapat satu angka dibanding
dengan aktifitas j, maka j mempunyai nilai kebalikannya
dibanding nilai i
3
5
7
3. Synthesis of priority (Menentukan Prioritas)
Menentukan prioritas dari elemen-elemen kriteria dapat dipandang sebagai
bobot/kontribusi elemen tersebut terhadap tujuan pengambilan keputusan. AHP
melakukan analisis prioritas elemen dengan metode perbandingan berpasangan
antar dua elemen sehingga semua elemen yang ada tercakup. Prioritas ini
ditentukan
berdasarkan
pandangan
para
pakar
dan
pihak-pihak
yang
berkepentingan terhadap pengambilan keputusan, baik secara langsung (diskusi)
maupun secara tidak langsung (kuisioner).
4. Logical Consistency
Konsistensi memiliki dua makna. Pertama adalah bahwa obyek-obyek yang serupa
dapat dikelompokkan sesuai dengan keseragaman dan relevansinya. Kedua adalah
tingkat hubungan antara obyek-obyek yang didasarkan pada kriteria tertentu.
Universitas Sumatera Utara
15
2.2.2 Langkah-Langkah Analytical Hierarchy Process
Secara umum langkah-langkah yang harus dilakukan dalam menggunakan AHP untuk
pemecahan suatu masalah adalah sebagai berikut:
1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan, lalu menyusun
hierarki dari permasalahan yang dihadapi.
2. Menentukan prioritas elemen
a. Langkah pertama dalam menentukan prioritas elemen adalah membuat
perbandingan pasangan, yaitu membandingkan elemen secara berpasangan
sesuai kriteria yang diberikan.
b. Matriks perbandingan berpasangan diisi menggunakan bilangan untuk
merepresentasikan kepentingan relatif dari suatu elemen terhadap elemen
yang lainnya.
3. Sintesis
Pertimbangan-pertimbangan terhadap perbandingan berpasangan disintesis untuk
memperoleh keseluruhan prioritas. Hal-hal yang dilakukan dalam langkah ini
adalah:
a. Menjumlahkan nilai-nilai dari setiap kolom pada matriks
b. Membagi setiap nilai dari kolom dengan total kolom yang bersangkutan untuk
memperoleh normalisasi matriks.
c. Menjumlahkan nilai-nilai dari setiap baris dan membaginya dengan jumlah
elemen untuk mendapatkan nilai rata-rata.
4. Mengukur Konsistensi
Dalam pembuatan keputusan, penting untuk mengetahui seberapa baik konsistensi
yang ada karena kita tidak menginginkan keputusan berdasarkan pertimbangan
dengan konsistensi yang rendah. Hal-hal yang dilakukan dalam langkah ini adalah
sebagai berikut:
a. Kalikan setiap nilai pada kolom pertama dengan prioritas relatif elemen
pertama, nilai pada kolom kedua dengan prioritas relatif elemen kedua dan
seterusnya.
b. Jumlahkan setiap baris
c. Hasil dari penjumlahan baris dibagi dengan elemen prioritas relatif yang
bersangkutan
Universitas Sumatera Utara
16
d. Jumlahkan hasil bagi di atas dan dibagi dengan banyaknya elemen yang ada,
hasilnya disebut λ maks
5. Hitung Consistency Index (CI) dengan rumus:
� =
Dimana n = banyaknya elemen.
�
�� −
−�
6. Hitung Rasio Konsistensi/Consistency Ratio (CR) dengan rumus:
�� =
Dimana CR = Consistency Ratio
�
�
CI = Consistency Index
RI = Random Indeks
7. Memeriksa konsistensi hierarki. Jika nilainya lebih dari 10%, maka penilaian data
judgment harus diperbaiki. Namun jika Rasio Konsistensi (CI/CR) < 0,1, maka
hasil perhitungan bisa dinyatakan benar.[11]
Dimana RI : random index yang nilainya dapat dilihat pada table di bawah ini.
Tabel 2.3 Ratio Index
N
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
RI
0
0
0.58
0.90
1.12
1.24
1.32
1.41
1.45
1.49
2.2.3 Kelebihan dan Kelemahan AHP
Layaknya sebuah metode analisis, AHP pun memiliki kelebihan dan kelemahan dalam
sistem analisisnya. Kelebihan-kelebihan analisis ini adalah :
1. Kesatuan (Unity)
AHP membuat permasalahan yang luas dan tidak terstruktur menjadi suatu model
yang fleksibel dan mudah dipahami.
2. Kompleksitas (Complexity), AHP memecahkan permasalahan yang kompleks
melalui pendekatan sistem dan pengintegrasian secara deduktif.
Universitas Sumatera Utara
17
3. Saling ketergantungan (Inter Dependence)
AHP dapat digunakan pada elemen-elemen sistem yang saling bebas dan tidak
memerlukan hubungan linier.
4. Struktur Hirarki (Hierarchy Structuring)
AHP mewakili pemikiran alamiah yang cenderung mengelompokkan elemen
sistem ke level-level yang berbeda dari masing-masing level berisi elemen yang
serupa.
5. Pengukuran (Measurement)
AHP menyediakan skala pengukuran dan metode untuk mendapatkan prioritas.
6. Konsistensi (Consistency)
AHP mempertimbangkan konsistensi logis dalam penilaian yang digunakan untuk
menentukan prioritas.
7. Sintesis (Synthesis)
AHP mengarah pada perkiraan keseluruhan mengenai seberapa diinginkannya
masing-masing alternatif.
8. Trade Off
AHP mempertimbangkan prioritas relatif faktor-faktor pada sistem sehingga orang
mampu memilih altenatif terbaik berdasarkan tujuan mereka.
9. Penilaian dan Konsensus (Judgement and Consensus)
AHP tidak mengharuskan adanya suatu konsensus, tapi menggabungkan hasil
penilaian yang berbeda.
10. Pengulangan Proses (Process Repetition)
AHP mampu membuat orang menyaring definisi dari suatu permasalahan dan
mengembangkan penilaian serta pengertian mereka melalui proses pengulangan.
Sedangkan kelemahan metode AHP adalah sebagai berikut:
1. Ketergantungan model AHP pada input utamanya. Input utama ini berupa persepsi
seorang ahli sehingga dalam hal ini melibatkan subyektifitas sang ahli selain itu
juga model menjadi tidak berarti jika ahli tersebut memberikan penilaian yang
keliru.
2. Metode AHP ini hanya metode matematis tanpa ada pengujian secara statistik
sehingga tidak ada batas kepercayaan dari kebenaran model yang terbentuk.
Universitas Sumatera Utara
18
2.3 Simple Additive Weighting (SAW)
Metode SAW sering juga dikenal istilah metode penjumlahan terbobot. Konsep dasar
metode SAW adalah mencari penjumlahan terbobot dari rating kinerja pada setiap
alternatif dari semua atribut. Metode SAW membutuhkan proses normalisasi matriks
keputusan (X) ke suatu skala yang dapat diperbandingkan dengan semua rating
alternatif yang ada.[3]
Diberikan persamaan sebagai berikut :
�
� =
ax �
i
� =
�
�
,
jika j atribut keuntungan (benefit)
,
jika j atribut biaya (cost)
Di mana � adalah rating kinerja ternormalisasi dari alternatif � pada atribut � ;
i=1,2,...,m dan j=1,2,...,n. Nilai preferensi untuk setiap alternatif (� ) diberikan sebagai
berikut:
� = nilai prefensi
� = ∑
=
�
= bobot rangking
�
= rating kinerja ternormalisasi [8]
Nilai � yang lebih besar mengindikasikan bahwa alternatif � lebih terpilih.
Langkah-langkah dari metode SAW adalah:
1. Menentukan kriteria-kriteria yang akan dijadikan acuan dalam pengambilan
keputusan, yaitu C.
2. Menentukan alternatif, yaitu � .
3. Menentukan rating kecocokan setiap alternatif pada setiap kriteria.
4. Membuat matriks keputusan berdasarkan kriteria (C), kemudian melakukan
normalisasi matriks berdasarkan persamaan yang disesuaikan dengan jenis
Universitas Sumatera Utara
19
atribut (atribut keuntungan ataupun atribut biaya) sehingga diperoleh matriks
ternormalisasi R.
5. Hasil akhir diperoleh dari proses perankingan yaitu penjumlahan dari
perkalian matriks ternormalisasi (R) dengan vector bobot sehingga diperoleh
nilai terbesar yang dipilih sebagai alternatif terbaik (A) sebagai solusi.[4]
Wibowo (2010) menyatakan bahwa total perubahan nilai yang dihasilkan oleh
metode SAW lebih banyak sehingga metode SAW sangat relevan untuk
menyelesaikan masalah pengambilan keputusan.[4]
Kelebihan dari model Simple Additive Weighting (SAW) dibandingkan
dengan model pengambilan keputusan yang lain terletak pada kemampuannya untuk
melakukan penilaian secara lebih tepat karena didasarkan pada nilai kriteria dan bobot
preferensi yang sudah ditentukan, selain itu SAW juga dapat menyeleksi alternatif
terbaik dari sejumlah alternatif yang ada karena adanya proses perankingan setelah
menentukan nilai bobot untuk setiap atribut.
2.4 Flowchart
Flowchart adalah suatu diagram alur (chart) yang menunjukkan alir (flow) di dalam
program atau prosedur sistem secara logika. Pada diagram alur, dapat dilihat secara
jelas arus pengendalian algoritma, yakni bagaimana rangkaian pelaksanaan kegiatan
program tersebut. Suatu diagram alur akan member gambaran dua dimensi berupa
symbol-simbol yang masing-masing symbol tersebut telah ditetapkan lebih dahulu
fungsi dan artinya.
Dua diantara beberapa flowchart yang menggambarkan proses dengan
komputer, yaitu :
1.
Sistem Flowchart
Bagan alir sistem (flowchart system) merupakan bagan yang menunjukkan arus
pekerjaan secara keseluruhan dari sistem. Bagan ini menjelaskan urut-urutan dari
prosedur-prosedur yang ada di dalam sistem.
Universitas Sumatera Utara
20
2.
Program Flowchart
Bagan alir program (flowchart program) merupakan bagan yang menjelaskan
secara rinci langkah-langkah dari proses program.
Berikut ini simbol-simbol diagram alur beserta fungsi dan manfaat yang
digunakan dalam pembuatan langkah algoritma pemrograman, yaitu :
Tabel 2.4 Simbol-simbol pada Flowchart
Simbol
Kegunaan
Simbol titik terminal digunakan untuk awal dan
Simbol titik Terminal
akhir suatu proses
Simbol input/output digunakan untuk mewakili data
input/output
Input/Output Sistem
Simbol proses digunakan untuk menunjukkan
pengeluaran yang dilakukan oleh komputer
Simbol Proses
Simbol proses definisi digunakan untuk
menunjukkan suatu operasi yang rinciannya
Simbol Proses Definisi
ditunjukkan di tempat lain
Simbol penghubung digunakan untuk menunjukkan
sambungan dari bagan alir yang terputus di
Simbol Penghubung
halaman yang masih sama
Simbol pemutus hubungan digunakan untuk masuk
dan keluarnya suatu prosedur pada lembar kertas
Simbol pemutus
yang lain
Hubungan
Universitas Sumatera Utara
21
Simbol magnetic digunakan untuk menunjukkan
database yang dipakai dalam program
Simbol Magnetic
Simbol keputusan digunakan untuk suatu
penyeleksian kondisi di dalam program
Simbol Keputusan
Simbol persiapan digunakan untuk mempersiapkan
penyimpanan yang akan digunakan sebagai tempat
Simbol Persiapan
pengolahan di dalam storage
Simbol dokumen merupakan simbol untuk
menunjukkan data yang berbentuk kertas maupun
Simbol Dokumen
informasi
Arus/flow dari prosedur yang dapat dilakukan dari
atas ke bawah, dari bawah ke atas, dari kiri ke
Garis Penghubung
kanan dan sebaliknya.
Universitas Sumatera Utara
LANDASAN TEORI
2.1. Sistem Pendukung Keputusan
Pada dasarnya Sistem Pendukung Keputusan (SPK) ini merupakan pengembangan
lebih lanjut dari sistem informasi manajemen terkomputerisasi yang dirancang
sedemikian rupa sehingga bersifat interaktif dengan pemakainya. Sifat interaktif ini
dimaksudkan untuk memudahkan integrasi antara berbagai komponen dalam proses
pengambilan keputusan seperti prosedur, kebijakan, teknik analisis, serta pengalaman
dan wawasan manajerial guna membentuk suatu kerangka keputusan yang bersifat
fleksibel.
Menurut Litlle SPK adalah suatu sistem informasi bebasis komputer yang
menghasilkan berbagai alternatif keputusan untuk membantu manajemen dalam
menangani berbagai permasalahan yang terstruktur ataupun tidak terstruktur dengan
menggunakan data dan model. Kata berbasis komputer merupakan kata kunci, karena
hampir tidak mungkin membangun SPK tanpa memanfaatkan komputer sebagai alat
bantu, terutama untuk menyimpan data serta mengelola model.
2.1.1. Ciri-ciri SPK
Menurut Kosasi adapun ciri-ciri sebuah SPK seperti yang dirumuskan oleh Alters
Keen adalah sebagai berikut:
1. SPK ditujukan untuk membantu pengambilan keputusan-keputusan yang kurang
terstruktur dan umumnya dihadapi oleh para manajer yang berada di tingkat
puncak.
2. SPK merupakan gabungan antara kumpulan model kualitatif dan kumpulan data.
3. SPK memiliki fasilitas interaktif yang dapat mempermudah hubungan antara
manusia dengan komputer.
Universitas Sumatera Utara
7
4. SPK bersifat luwes dan dapat menyesuaikan dengan perubahan-perubahan yang
terjadi.
2.1.2. Karakteristik, Kemampuan dan Keterbatasan SPK
Sehubungan banyaknya definisi yang dikemukakan mengenai pengertian dan
penerapan dari sebuah SPK, sehingga menyebabkan terdapat banyak sekali pandangan
mengenai sistem tersebut. Selanjutnya Turban (1996), menjelaskan terdapat sejumlah
karakteristik dan kemampuan dari SPK [3] yaitu:
a. Karakteristik SPK
1. Mendukung seluruh kegiatan organisasi
2. Mendukung beberapa keputusan yang saling berinteraksi
3. Dapat digunakan berulang kali dan bersifat konstan
4. Terdapat dua komponen utama, yaitu data dan model
5. Menggunakan baik data eksternal dan internal
6. Memiliki kemampuan what-if analysis dan goal seeking analysis
7. Menggunakan beberapa model kuantitatif
b. Kemampuan SPK
1. Menunjang pembuatan keputusan manajemen dalam menangani masalah semi
terstruktur dan tidak terstruktur
2. Membantu manajer pada berbagai tingkatan manajemen, mulai dari
manajemen tingkat atas sampai manajemen tingkat bawah
3. Menunjang pembuatan keputusan secara kelompok maupun perorangan
4. Menunjang pembuatan keputusan yang saling bergantung dan berurutan
5. Menunjang tahap-tahap pembuatan keputusan antara lain intelligensi, desain,
choice, dan implementation
6. Menunjang berbagai bentuk proses pembuatan keputusan dan jenis keputusan
7. Kemampuan untuk melakukan adaptasi setiap saat dan bersifat fleksibel
8. Kemudahan melakukan interaksi sistem
9. Meningkatkan efektivitas dalam pembuatan keputusan daripada efisiensi
10. Mudah dikembangkan oleh pemakai akhir
Universitas Sumatera Utara
8
11. Kemampuan pemodelan dan analisis pembuatan keputusan
12. Kemudahan melakukan pengaksesan berbagai sumber dan format data
Di samping berbagai Karakteristik dan Kemampuan seperti dikemukakan di atas, SPK
juga memiliki beberapa keterbatasan, diantaranya adalah [1]:
1. Ada beberapa kemampuan manajemen dan bakat manusia yang tidak dapat
dimodelkan, sehingga model yang ada dalam sistem tidak semuanya
mencerminkan persoalan sebenarnya.
2. Kemampuan suatu SPK terbatas pada pembendaharaan pengetahuan yang
dimilikinya (pengetahuan dasar serta model dasar).
3. Proses-proses yang dapat dilakukan oleh SPK biasanya tergantung juga pada
kemampuan perangkat lunak yang digunakannya.
4. SPK tidak memiliki kemampuan intuisi seperti yang dimiliki oleh manusia.
Karena walau bagaimana pun canggihnya suatu SPK, hanyalah sautu kumpulan
perangkat keras, perangakat lunak dan sistem operasi yang tidak dilengkapi
dengan kemampuan berpikir.
2.1.3. Komponen - Komponen SPK
Sistem Pendukung Keputusan terdiri dari tiga komponen utama atau subsistem [1]
yaitu:
1. Subsistem Data (Data Subsistem)
Subsistem data merupakan komponen SPK penyedia data bagi sistem. Data
dimaksud disimpan dalam data base yang diorganisasikan oleh suatu sistem
dengan
sistem
manajemen
pangkalan
data
(Data
Base
Management
Sistem/DBMS). Melalui pangkalan data inilah data dapat diambil dan diekstrasi
dengan cepat.
2. Subsistem Model (Model Subsistem)
Keunikan dari SPK adalah kemampuannya dalam mengintegrasikan data dengan
model - model keputusan.
Model merupakan peniruan dari alam nyata. Hal lain yang perlu diperhatikan
adalah pada setiap model yang disimpan hendaknya ditambahkan rincian
Universitas Sumatera Utara
9
keterangan dan penjelasan yang komprehensif mengenai model yang dibuat,
sehingga pengguna atau perancang:
1. Mampu membuat model yang baru secara mudah dan cepat.
2. Mampu mengakses dan mengintegrasikan subrutin mode.l
3. Mampu menghubungkan model dengan model yang lain melalui pangkalan
data.
4. Mampu mengelola model base dengan fungsi manajemen yang analog dengan
manajemen data base (seperti mekanisme untuk menyimpan, membuat dialog,
menghubungkan, dan mengakses model).
3. Subsistem Dialog (User Sistem Interface)
Keunikan lain dari SPK adalah adanya fasilitas yang mampu mengintegrasikan
sistem terpasang dengan pengguna secara interaktif. Melaui subsistem dialog
inilah sistem diartikulasikan dan diimplementasikan sehingga pengguna dapat
berkomunikasi dengan sistem yang dirancang. Fasilitas yang dimiliki oleh
subsistem ini dapat dibagi menjadi tiga komponen [1], yaitu:
1. Bahasa
aktif
(Action
Language),
perangkat
yang
digunakan
untuk
berkomunikasi dengan sistem, seperti keyboard, joystick, panel-panel sentuh
lain, perintah suara atau key function lainnya.
2. Bahasa tampilan (Presentation Language), perangkat yang digunakan sebagai
sarana untuk menampilkan sesuatu, seperti printer, grafik display, plotter, dan
lainnya.
3. Basis pengetahuan (Knowladge Base), perangkat yang harus diketahui
pengguna agar pemakaian sistem bisa efektif.
2.1.4. Tahapan Proses Pengambilan Keputusan
Menurut Simon ada 4 tahap yang harus dilalui dalam proses pengambilan keputusan
[1] yaitu:
1. Penelusuran (intelligence)Tahap ini merupakan tahap pendefinisian masalah serta
identifikasi informasi yang dibutuhkan yang berkaitan dengan persoalan yang di
hadapi serta keputusan yang akan di ambil. Langkah ini sangat menentukan
tingkat ketepatan keputusan yang akan diambil, karena sebelum suatu tindakan
Universitas Sumatera Utara
10
diambil, tentunya persoalan yang diambil harus dirumuskan terlebih dahulu secara
jelas.
2. Perancangan (design)
Tahap ini merupakan tahap analisa dalam kaitan mencari atau merumuskan
alternatif-alternatif pemecahan masalah. Setelah permasalahan diputuskan dengan
baik, maka tahap berikutnya adalah merancang atau membangun model
pemecahan masalahnya dan menyusun berbagai alternatif pemecahan masalah.
3. Pemilihan (choise)
Dengan mengacu pada rumusan tujuan serta hasil yang diharapkan, selanjutnya
manajemen memilih alternatif solusi yang diperkirakan paling sesuai. Pemilihan
alternatif ini akan mudah dilakukan apabila hasil yang diinginkan terukur atau
memiliki nilai kuantitas tertentu.
4. Implementasi (implementation)
Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan dari keputusan yang telah diambil. Pada
tahapan ini perlu disusun serangkaian tindakan yang terencana, sehingga hasil
keputusan dapat dipantau dan disesuaikan apabila diperlukan perbaikan-perbaikan.
2.2. Analytical Hierarchy Process (AHP)
AHP merupakan suatu metode analisis yang digunakan untuk membuat suatu model
permasalahan yang tidak mempunyai struktur, serta dapat digunakan untuk
memecahkan masalah yang bersifat kuantitatif dan masalah yang memerlukan
pendapat. Selain itu, AHP dapat juga digunakan untuk memecahkan masalah pada
situasi yang kompleks. Masalah yang kompleks dapat diartikan bahwa kriteria dari
suatu masalah yang banyak (multikriteria), struktur masalah yang belum jelas,
ketidakpastiaan pendapat dari pengambil keputusan, pengambil keputusan lebih dari
satu orang, serta ketidakakuratan data yang tersedia. [5]
Metode AHP menguraikan masalah multikriteria yang kompleks menjadi suatu
hirarki yang melakukan pengukuran untuk menemukan skala rasio perbandingan
berpasangan, baik untuk data diskrit maupun berkelanjutan. Perbandinganperbandingan ini dapat diambil dari ukuran aktual atau skala dasar yang
mencerminkan kekuatan perasaan dan preferensi relatif si pengambil keputusan.
Universitas Sumatera Utara
11
AHP sering digunakan untuk memecahkan masalah pengambilan keputusan
yang kompleks dengan tingkatan kriteria yang lebih banyak dan beragam, karena :
1. AHP akan mengurutkan setiap alternatif yang tersedia dalam sebuah struktur
hirarki yang lengkap, selanjutnya mengarah kepada konsekuesi dari kriteria yang
akan dipilih (alternatif terbaik)
2. Memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi berbagai
kriteria dan alternatif yang dipilih oleh pengambil keputusan.
3. Memperhitungkan output dari setiap alternatif keputusan yang akan diambil,
sehingga dapat member gambaran yang jelas tentang alternatif terbaik yang akan
diarahkan pada sebuah keputusan. [9]
2.2.1. Prinsip Dasar AHP
Dalam menyelesaikan permasalahan dengan AHP ada beberapa prinsip yang harus
dipahami, diantaranya adalah: [9]
1. Decomposition
Adalah memecahkan atau membagi persoalan yang utuh menjadi unsur-unsurnya
ke dalam bentuk hirarki proses pengambilan keputusan, dimana setiap unsur atau
elemen saling berhubungan. Untuk mendapatkan hasil yang akurat, pemecahan
dilakukan terhadap unsur-unsur sampai tidak mungkin dilakukan pemecahan lebih
lanjut, sehingga didapatkan beberapa tingkatan dari persoalan yang hendak
dipecahkan.Struktur hirarki keputusan tersebut dapat dikategorikan sebagai
complete dan incomplete.
Suatu hirarki keputusan disebut complete jika semua elemen pada suatu tingkat
memiliki hubungan terhadap semua elemen yang ada pada tingkat berikutnya,
sementara hirarki keputusan incomplete kebalikan dari hirarki yang complete.
Universitas Sumatera Utara
12
Bentuk struktur decomposition yakni :
Tingkat pertama
: Alternatif Pilihan (Goal)
Tingkat kedua
: Kriteria-kriteria
Tingkat ketiga
: Alternatif pilihan
Alternatif
Pilihan
Kriteria 1
Kriteria 2
Kriteria 3
Kriteria i
Alternatif 1
Alternatif 2
Alternatif 3
Alternatif j
Gambar 2.1 Struktur Hirarki
Bobot dari tiap-tiap kriteria adalah 100% dibagi dengan bobot titik-titik kriteria
berdasarkan rating. Setiap alternatif dibandingkan dengan masing-masing kriteria.
2. Comparative judgment
Comparative Judgment dilakukan dengan membuat penilaian tentang kepentingan
relatif dua elemen pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya dengan tingkatan
diatasnya. Penilaian ini merupakan inti dari AHP karena akan berpengaruh
terhadap urutaan prioritas dari elemen-elemenya. Hasil dari penilaian ini lebih
mudah disajikan dalam bentuk matriks pairwise comparison yaitu matriks
perbandingan berpasangan memuat tingkat preferensi beberapa alternatif untuk
tiap kriteria. Menurut Saaty, untuk berbagai persoalan, skala 1 sampai 9 adalah
Universitas Sumatera Utara
13
skala terbaik untuk mengekspresikan pendapat. Skala 1 yang menunjukkan tingkat
yang paling rendah (equal importance) sampai dengan skala 9 yang menunjukkan
tingkatan yang paling tinggi (erxtreme importance).[9]
Pengisian nilai tabel perbandingan berpasangan dilakukan berdasarkan kebijakan
pembuat keputusan dengan melihat tingkat kepentingan antar satu elemen dengan
elemen
yang
lainnya.
Proses
perbandingan
berpasangan,
dimulai
dari
perbandingan kriteria misalnya A1, A2, A3 dan A4. Maka susunan elemen-elemen
yang dibandingkan tersebut akan tampak seperti pada tabel di bawah ini:
Tabel 2.1 Contoh Matriks Perbandingan Berpasangan
A1
A1
A2
A3
A4
A2
A3
A4
1
1
1
1
Untuk menentukan nilai kepentingan relatif antar elemen digunakan skala
bilangan dari 1 sampai 9 yang dapat dilihat pada Tabel 2.3. Apabila suatu elemen
dibandingkan dengan dirinya sendiri maka diberi nilai 1. Jika elemen i
dibandingkan dengan elemen j mendapatkan nilai tertentu, maka elemen j
dibandingkan dengan elemen i merupakan kebalikannya. Pengujian konsistensi
dilakukan terhadap perbandingan antar elemen yang didapatkan pada tiap tingkat
hirarki. Konsistensi perbandingan ditinjau dari per matriks perbandingan dan
keseluruhan hirarki untuk memastikan bahwa urutan prioritas yang dihasilkan
didapatkan dari suatu rangkaian perbandingan yang masih berada dalam batasbatas preferensi yang logis. Setelah melakukan perhitungan bobot elemen,
langkah selanjutnya adalah melakukan pengujian konsistensi matriks.
Universitas Sumatera Utara
14
Tabel 2.2 Skala penilaian perbandingan berpasangan
Intensitas
Kepentingan
1
Keterangan
Kedua elemen sama pentingnya
9
Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen
yang lainnya
Elemen yang satu lebih penting daripada elemen yang
lainnya
Satu elemen jelas lebih mutlak penting daripada elemen
lainnya
Satu elemen mutlak penting daripada elemen lainnya
2,4,6,8
Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan yang berdekatan
Kebalikan
Jika untuk aktifitas i mendapat satu angka dibanding
dengan aktifitas j, maka j mempunyai nilai kebalikannya
dibanding nilai i
3
5
7
3. Synthesis of priority (Menentukan Prioritas)
Menentukan prioritas dari elemen-elemen kriteria dapat dipandang sebagai
bobot/kontribusi elemen tersebut terhadap tujuan pengambilan keputusan. AHP
melakukan analisis prioritas elemen dengan metode perbandingan berpasangan
antar dua elemen sehingga semua elemen yang ada tercakup. Prioritas ini
ditentukan
berdasarkan
pandangan
para
pakar
dan
pihak-pihak
yang
berkepentingan terhadap pengambilan keputusan, baik secara langsung (diskusi)
maupun secara tidak langsung (kuisioner).
4. Logical Consistency
Konsistensi memiliki dua makna. Pertama adalah bahwa obyek-obyek yang serupa
dapat dikelompokkan sesuai dengan keseragaman dan relevansinya. Kedua adalah
tingkat hubungan antara obyek-obyek yang didasarkan pada kriteria tertentu.
Universitas Sumatera Utara
15
2.2.2 Langkah-Langkah Analytical Hierarchy Process
Secara umum langkah-langkah yang harus dilakukan dalam menggunakan AHP untuk
pemecahan suatu masalah adalah sebagai berikut:
1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan, lalu menyusun
hierarki dari permasalahan yang dihadapi.
2. Menentukan prioritas elemen
a. Langkah pertama dalam menentukan prioritas elemen adalah membuat
perbandingan pasangan, yaitu membandingkan elemen secara berpasangan
sesuai kriteria yang diberikan.
b. Matriks perbandingan berpasangan diisi menggunakan bilangan untuk
merepresentasikan kepentingan relatif dari suatu elemen terhadap elemen
yang lainnya.
3. Sintesis
Pertimbangan-pertimbangan terhadap perbandingan berpasangan disintesis untuk
memperoleh keseluruhan prioritas. Hal-hal yang dilakukan dalam langkah ini
adalah:
a. Menjumlahkan nilai-nilai dari setiap kolom pada matriks
b. Membagi setiap nilai dari kolom dengan total kolom yang bersangkutan untuk
memperoleh normalisasi matriks.
c. Menjumlahkan nilai-nilai dari setiap baris dan membaginya dengan jumlah
elemen untuk mendapatkan nilai rata-rata.
4. Mengukur Konsistensi
Dalam pembuatan keputusan, penting untuk mengetahui seberapa baik konsistensi
yang ada karena kita tidak menginginkan keputusan berdasarkan pertimbangan
dengan konsistensi yang rendah. Hal-hal yang dilakukan dalam langkah ini adalah
sebagai berikut:
a. Kalikan setiap nilai pada kolom pertama dengan prioritas relatif elemen
pertama, nilai pada kolom kedua dengan prioritas relatif elemen kedua dan
seterusnya.
b. Jumlahkan setiap baris
c. Hasil dari penjumlahan baris dibagi dengan elemen prioritas relatif yang
bersangkutan
Universitas Sumatera Utara
16
d. Jumlahkan hasil bagi di atas dan dibagi dengan banyaknya elemen yang ada,
hasilnya disebut λ maks
5. Hitung Consistency Index (CI) dengan rumus:
� =
Dimana n = banyaknya elemen.
�
�� −
−�
6. Hitung Rasio Konsistensi/Consistency Ratio (CR) dengan rumus:
�� =
Dimana CR = Consistency Ratio
�
�
CI = Consistency Index
RI = Random Indeks
7. Memeriksa konsistensi hierarki. Jika nilainya lebih dari 10%, maka penilaian data
judgment harus diperbaiki. Namun jika Rasio Konsistensi (CI/CR) < 0,1, maka
hasil perhitungan bisa dinyatakan benar.[11]
Dimana RI : random index yang nilainya dapat dilihat pada table di bawah ini.
Tabel 2.3 Ratio Index
N
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
RI
0
0
0.58
0.90
1.12
1.24
1.32
1.41
1.45
1.49
2.2.3 Kelebihan dan Kelemahan AHP
Layaknya sebuah metode analisis, AHP pun memiliki kelebihan dan kelemahan dalam
sistem analisisnya. Kelebihan-kelebihan analisis ini adalah :
1. Kesatuan (Unity)
AHP membuat permasalahan yang luas dan tidak terstruktur menjadi suatu model
yang fleksibel dan mudah dipahami.
2. Kompleksitas (Complexity), AHP memecahkan permasalahan yang kompleks
melalui pendekatan sistem dan pengintegrasian secara deduktif.
Universitas Sumatera Utara
17
3. Saling ketergantungan (Inter Dependence)
AHP dapat digunakan pada elemen-elemen sistem yang saling bebas dan tidak
memerlukan hubungan linier.
4. Struktur Hirarki (Hierarchy Structuring)
AHP mewakili pemikiran alamiah yang cenderung mengelompokkan elemen
sistem ke level-level yang berbeda dari masing-masing level berisi elemen yang
serupa.
5. Pengukuran (Measurement)
AHP menyediakan skala pengukuran dan metode untuk mendapatkan prioritas.
6. Konsistensi (Consistency)
AHP mempertimbangkan konsistensi logis dalam penilaian yang digunakan untuk
menentukan prioritas.
7. Sintesis (Synthesis)
AHP mengarah pada perkiraan keseluruhan mengenai seberapa diinginkannya
masing-masing alternatif.
8. Trade Off
AHP mempertimbangkan prioritas relatif faktor-faktor pada sistem sehingga orang
mampu memilih altenatif terbaik berdasarkan tujuan mereka.
9. Penilaian dan Konsensus (Judgement and Consensus)
AHP tidak mengharuskan adanya suatu konsensus, tapi menggabungkan hasil
penilaian yang berbeda.
10. Pengulangan Proses (Process Repetition)
AHP mampu membuat orang menyaring definisi dari suatu permasalahan dan
mengembangkan penilaian serta pengertian mereka melalui proses pengulangan.
Sedangkan kelemahan metode AHP adalah sebagai berikut:
1. Ketergantungan model AHP pada input utamanya. Input utama ini berupa persepsi
seorang ahli sehingga dalam hal ini melibatkan subyektifitas sang ahli selain itu
juga model menjadi tidak berarti jika ahli tersebut memberikan penilaian yang
keliru.
2. Metode AHP ini hanya metode matematis tanpa ada pengujian secara statistik
sehingga tidak ada batas kepercayaan dari kebenaran model yang terbentuk.
Universitas Sumatera Utara
18
2.3 Simple Additive Weighting (SAW)
Metode SAW sering juga dikenal istilah metode penjumlahan terbobot. Konsep dasar
metode SAW adalah mencari penjumlahan terbobot dari rating kinerja pada setiap
alternatif dari semua atribut. Metode SAW membutuhkan proses normalisasi matriks
keputusan (X) ke suatu skala yang dapat diperbandingkan dengan semua rating
alternatif yang ada.[3]
Diberikan persamaan sebagai berikut :
�
� =
ax �
i
� =
�
�
,
jika j atribut keuntungan (benefit)
,
jika j atribut biaya (cost)
Di mana � adalah rating kinerja ternormalisasi dari alternatif � pada atribut � ;
i=1,2,...,m dan j=1,2,...,n. Nilai preferensi untuk setiap alternatif (� ) diberikan sebagai
berikut:
� = nilai prefensi
� = ∑
=
�
= bobot rangking
�
= rating kinerja ternormalisasi [8]
Nilai � yang lebih besar mengindikasikan bahwa alternatif � lebih terpilih.
Langkah-langkah dari metode SAW adalah:
1. Menentukan kriteria-kriteria yang akan dijadikan acuan dalam pengambilan
keputusan, yaitu C.
2. Menentukan alternatif, yaitu � .
3. Menentukan rating kecocokan setiap alternatif pada setiap kriteria.
4. Membuat matriks keputusan berdasarkan kriteria (C), kemudian melakukan
normalisasi matriks berdasarkan persamaan yang disesuaikan dengan jenis
Universitas Sumatera Utara
19
atribut (atribut keuntungan ataupun atribut biaya) sehingga diperoleh matriks
ternormalisasi R.
5. Hasil akhir diperoleh dari proses perankingan yaitu penjumlahan dari
perkalian matriks ternormalisasi (R) dengan vector bobot sehingga diperoleh
nilai terbesar yang dipilih sebagai alternatif terbaik (A) sebagai solusi.[4]
Wibowo (2010) menyatakan bahwa total perubahan nilai yang dihasilkan oleh
metode SAW lebih banyak sehingga metode SAW sangat relevan untuk
menyelesaikan masalah pengambilan keputusan.[4]
Kelebihan dari model Simple Additive Weighting (SAW) dibandingkan
dengan model pengambilan keputusan yang lain terletak pada kemampuannya untuk
melakukan penilaian secara lebih tepat karena didasarkan pada nilai kriteria dan bobot
preferensi yang sudah ditentukan, selain itu SAW juga dapat menyeleksi alternatif
terbaik dari sejumlah alternatif yang ada karena adanya proses perankingan setelah
menentukan nilai bobot untuk setiap atribut.
2.4 Flowchart
Flowchart adalah suatu diagram alur (chart) yang menunjukkan alir (flow) di dalam
program atau prosedur sistem secara logika. Pada diagram alur, dapat dilihat secara
jelas arus pengendalian algoritma, yakni bagaimana rangkaian pelaksanaan kegiatan
program tersebut. Suatu diagram alur akan member gambaran dua dimensi berupa
symbol-simbol yang masing-masing symbol tersebut telah ditetapkan lebih dahulu
fungsi dan artinya.
Dua diantara beberapa flowchart yang menggambarkan proses dengan
komputer, yaitu :
1.
Sistem Flowchart
Bagan alir sistem (flowchart system) merupakan bagan yang menunjukkan arus
pekerjaan secara keseluruhan dari sistem. Bagan ini menjelaskan urut-urutan dari
prosedur-prosedur yang ada di dalam sistem.
Universitas Sumatera Utara
20
2.
Program Flowchart
Bagan alir program (flowchart program) merupakan bagan yang menjelaskan
secara rinci langkah-langkah dari proses program.
Berikut ini simbol-simbol diagram alur beserta fungsi dan manfaat yang
digunakan dalam pembuatan langkah algoritma pemrograman, yaitu :
Tabel 2.4 Simbol-simbol pada Flowchart
Simbol
Kegunaan
Simbol titik terminal digunakan untuk awal dan
Simbol titik Terminal
akhir suatu proses
Simbol input/output digunakan untuk mewakili data
input/output
Input/Output Sistem
Simbol proses digunakan untuk menunjukkan
pengeluaran yang dilakukan oleh komputer
Simbol Proses
Simbol proses definisi digunakan untuk
menunjukkan suatu operasi yang rinciannya
Simbol Proses Definisi
ditunjukkan di tempat lain
Simbol penghubung digunakan untuk menunjukkan
sambungan dari bagan alir yang terputus di
Simbol Penghubung
halaman yang masih sama
Simbol pemutus hubungan digunakan untuk masuk
dan keluarnya suatu prosedur pada lembar kertas
Simbol pemutus
yang lain
Hubungan
Universitas Sumatera Utara
21
Simbol magnetic digunakan untuk menunjukkan
database yang dipakai dalam program
Simbol Magnetic
Simbol keputusan digunakan untuk suatu
penyeleksian kondisi di dalam program
Simbol Keputusan
Simbol persiapan digunakan untuk mempersiapkan
penyimpanan yang akan digunakan sebagai tempat
Simbol Persiapan
pengolahan di dalam storage
Simbol dokumen merupakan simbol untuk
menunjukkan data yang berbentuk kertas maupun
Simbol Dokumen
informasi
Arus/flow dari prosedur yang dapat dilakukan dari
atas ke bawah, dari bawah ke atas, dari kiri ke
Garis Penghubung
kanan dan sebaliknya.
Universitas Sumatera Utara