a. Pengertian - TITI NUR ARIFAH BAB II
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan
a. Pengertian
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behaviour). Pengetahuan diperlukan sebagai dukungan dalam menumbuhkan rasa percaya diri maupun sikap dan perilaku sehari
- – hari. Sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan merupakan fakta yang mendukung tidakan seseorang (Notoatmodjo, 2007).
Pengetahuan merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007).
Tingkat Pengetahuan di Dalam Domain Kognitif b.
1. Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat satu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
11
2. Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
3. Aplikasi (aplication) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi sebenarnya.
4. Analisis (analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalams suatu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5. Sintesis (syntesis) Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakan atau menghubungkan bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
6. Evaluasi (evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek (Notoatmodjo, 2007).
c. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengetahuan
1. Tingkat Pendidikan Pendidikan adalah upaya untuk memberikan tingkat pengetahuan sehingga terjadi perubahan perilaku positif yang meningkat.
2. Sosial Ekonomi Tingkat kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup.
3. Informasi dan Teknologi Seseorang mempunyai sumber informasi yang lebih banyak dan mempunyai pengetahuan yang luas.
4. Budaya Tingkah laku manusia atau kelompok manusia dalam memenuhi kebutuhan yang meliputi sikap dan kepercayaan.
5. Pengalaman d.
Cara Memperoleh Pengetahuan
Menurut Monk FJ (2009) pengetahuan dapat diperoleh dari :
1. Pendidikan Pendidikan mempengaruhi proses belajar, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Semakin banyak informasi yang masuk maka semakin banyak pula pengetahuan yang didapat.
2. Media Massa Sebagai sarana komunikasi bebagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah dan lainnya mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayaan orang. Adanya informasi baru mengenai suatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut.
3. Pemberian informasi/ penyuluhan Pemberian informasi mengenai suatu hal dapat menambah wawasan seseorang tentang suatu hal tersebut.
4. Lingkungan Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada didalam lingkungan tersebut.
5. Pengalaman Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi di masa lalu.
B. Perilaku a. Pengertian
Perilaku adalah respon individu terhadap suatu stimulus atau suatu tindakan yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan tujuan baik di sadari maupun tidak. Perilaku merupakan kumpulan berbagai faktor yang saling berinteraksi. Perilaku adalah hasil hubungan antara perangsang (stimulus) dan respon (Notoatmodjo, 2007).
Faktor yang mempengaruhi terbentuknya perilaku adalah aspek pengetahuan atau kognitif. Semakin tinggi tingkat tingkat pengetahuan seseorang akan akan dapat mempengaruhi pola fikir bersikap tentang sesuatu hal yang akhirnya akan mempengaruhi terjadinya perubahan perilaku (Notoatmodjo, 2007).
b. Faktor – faktor yang mempengaruhi terbentuknya perilaku
1. Faktor intern, mencakup : pengetahuan, kecerdasan, persepsi, emosi, motivasi dan sebagainya yang berfungsi untuk mengolah rangsangan dari luar.
2. Faktor ekstern, mencakup lingkungan sekitar, baik fisik maupun nonfisik (iklim, manusia, sosial ekonomi, kebudayaan dan sebagainya).
(Notoatmodjo, 2007). Terbentuknya perilaku baru terutama pada orang dewasa dimulai pada domain kognitif, dalam arti subjek tahu terlebih dahulu terhadap stimulus yang berupa materi atau subyek diluarnya. Menurut Skinner, perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons.
Pasien DM dalam mempraktekkan diet DM berhubungan dengan pengetahuan yang dimiliki pasien tentang diet DM, semakin baik pengetahuan pasien tentang diet DM maka semakin baik pula perilakunya dalam melakukan diet DM. Perilaku diet DM ini menurut Becker (2007), termasuk dalam perilaku kesehatan (health behavior) yaitu hal-hal yang berkaitan dengan tindakan seseorang dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku yaitu pengetahuan, motivasi dan emosi. Jadi perilaku pasien DM terhadap diet DM merupakan salah satu faktor perlindungan kesehatan untuk mencegah timbulnya komplikasi/ penyakit lain.
Penelitian Heri Pramono (2010), menunjukan hasil bahwa ada hubungan pengetahuan tentang diet DM dengan perilaku diet penderita DM. Data dilapangan menunjukkan perilaku penderita dengan kategori cukup baik karena adanya informasi formal maupun non formal tentang diet DM, dukungan dari keluarga dan masyarakat, dan faktor lingkungan yang mendukung. Untuk itu upaya untuk merubah perilaku dari cukup menjadi baik dan dari kurang menjadi cukup, tidak lain yaitu menciptakan lingkungan yang mendukung, dan dari pelayan kesehatan hendaknya memberikan penyuluhan kesehatan.
Proses terbentuknya perilaku dapat diilustrasikan sebagai berikut : Pengalaman, Keyakinan, Fasilitas, Sosio-budaya, Pengetahuan, Persepsi, Sikap, Keinginan, Kehendak, Motivasi, dan Niat. Untuk itu upaya yang harus dilakukan adalah pelayanan kesehatan harus mampu memberi penyuluhan kesehatan yang dapat meningkatkan pengetahuan serta merubah perilaku. Dukungan keluarga dan masyarakat juga tidak kalah penting untuk merubah perilaku seseorang.
.
C. Konsep Diet Diabetes Mellitus
Pengaturan makan/ diet merupakan pilar utama dalam pengelolaan diabetes mellitus, namun penderita diabetes mellitus sering memperoleh sumber informasi yang kurang tepat yang dapat merugikan penderita tersebut, seperti penderita tidak lagi menikmati makanan kesukaan mereka.
Sebenarnya anjuran makan pada penderita diabetes mellitus sama dengan anjuran makan sehat umumnya yaitu makan menu seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori masing-masing penderita diabetes mellitus.
Pengaturan makan/ diet diperlukan bagi semua penderita Diabetes Melitus, baik penderita Diabetes Melitus Tergantung Insulin (DMTI) maupun Diabetes melitus Tidak Tergantung Insulin ( DMTTI). Pada Diabetes Melitus Tergantung Insulin (DMTI) pengaturan makanan terutama ditujukan untuk menyesuaikan waktu dan jumlah makanan yang diberikan. Untuk penderita Diabetes Melitus Tidak Tergantung Insulin (DMTTI) pengaturan makanan terutama untuk mengembalikan penderita ke berat badan ideal. Disamping itu, pengaturan makan pada kedua tipe juga untuk mencegah terjadinya penyakit kardiovaskuler. (Pranadji, 2006).
Menurut Waspadji (2008), faktor yang berpengaruh pada respon glikemik makanan adalah cara memasak, proses penyiapan makanan, dan bentuk makan serta komposisi makanan (karbohidrat, lemak dan protein). Jumlah masukan kalori makanan yang berasal dari karbohidrat lebih penting dari pada sumber atau macam karbohidratnya. Gula pasir sebagai bumbu masakan tetap diijinkan pada keadaan kadar glukosa terkendali, masih diperbolehkan untuk mengkonsumsi sukrosa (gula pasir) sampai 5% kebutuhan kalori. Standar yang dianjurkan untuk pasien DM adalah makan dengan komposisi : Karbohidrat : 60- 70 %, Protein : 10- 15 %, Lemak : 20- 25 %.
Perencanaan makan pasien DM pada prinsipnya sama dengan perencanaan makan orang sehat, bedanya perencanaan makan orang DM sesuai prinsip 3 yaitu : tepat jumlah, jenis dan jadwal. Hal
- – hal yang penting harus diperhatikan dalam perencanaan makan adalah kebutuhan energi / kalori ditentukan berdasarkan umur, jenis kelamin, berat badan, aktifitas fisik, kehamilan/ menyusui.
Penatalaksanaan diet yang harus dilakukan pada penderita diabetes melitus yaitu sebagai berikut :
1. Prinsip Diet Prinsip pemberian makanan bagi penderita Diabetes Melitus adalah mengurangi dan mengatur konsumsi karbohidrat sehingga tidak menjadi beban bagi mekanisme pengaturan gula darah. Saat ini anjuran presentase karbohidrat berkisar antara 60-68% dari total energi makanan dengan anjuran penggunaan karbohidrat kompleks yang mengandung serat.
2. Tujuan Diet Makanan yang dimakan oleh penderita Diabetes Melitus sehari- hari disusun agar tujuan diet tercapai. Tujuan diet yaitu : a. Memperbaiki kesehatan umum penderita
b. Memperbaiki jumlah energi yang cukup untuk memelihara berat badan ideal/ normal c. Memberikan sejumlah zat gizi yang cukup untuk memelihara tingkat kesehatan optimal dan aktivitas normal.
d. Menormalkan pertumbuhan anak yang menderita Diabetes Melitus (DM)
3. Komposisi Diet Komposisi diet yang dianjurkan untuk penderita Diabetes Melitus berulang kali mengalami perubahan. Mula-mula mengacu pada diet
Diabetes Melitus di Negara barat dengan komposisi karbohidrat rendah, sekitar 40-50% dari total energi. Namun saat ini dianjurkan energi atau disebut juga diet B. Disamping anjuran mengenai karbohidrat , protein dan lemak, dianjurkan pula pemakaian karbohidrat kompleks yang mengandung banyak serat dan rendah kolesterol.
Tabel 2. 1 Jumlah kalori yang terkandung dalam zat makanan.
Zat Makanan Jumlah Kalori 1g Karbohidrat
4 Kalori 1g Protein
4 Kalori 1g Lemak
9 Kalori Sumber : Konsesus Pengelolaan Diabetes Melitus tipe 2 di Indonesia
2008
4. Jenis Diet Ada beberapa jenis diet dan jumlah kalori untuk penderita diabetes mellitus menurut kandungan energi, karbohidrat, protein dan lemak. e. Laksanakanlah diet dengan disiplin untuk mencapai BB normal.
d. Makanlah banyak sayur-sayuran dan buah-buahan yang tinggi serat.
53 VII 369
c. Untuk mendapatkan variasi menu, gunakanlah daftar penukar.
b. Makanlah sesuai dengan jumlah dan pembagian makanan yang telah ditentukan dalam daftar diet, terutama bagi penderita yang menggunakan insulin dan obat-obatan anti diabetes.
a. Untuk pertama kali sebaiknya makanan ditimbang sampai mencapai diet dan porsi yang sesuai.
5. Cara mengatur diet :
62 Sumber : Almatsier, 2006. Keterangan: - Jenis diet I s/d III diberikan kepada penderita yang terlalu gemuk.
80
59 VIII 396
73
62
Tabel 2.2. Jenis Diet Diabetes Mellitus Menurut Kandungan Energi,48 VI 319
60
IV 275 55,5 36,5 V 299
35 III 235 51,5 36,5
45
30 II 192
43
I 172
Karbohidrat, Protein dan Lemak Jenis Diet Karbohidrat (g) Protein (g) Lemak (g)
- Jenis diet IV s/d V diberikan kepada penderita diabetes tanpa komplikasi.
- Jenis diet VI s/d VIII diberikan kepada penderita kurus, diabetes remaja (juvenile diabetes) atau diabetes dengan komplikasi.
Peningkatan kadar gula darah dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu: jumlah dan jenis karbohidrat yang dikonsumsi. Semakin banyak jumlah karbohidrat yang dikonsumsi (dengan kata lain: semakin banyak Anda mengkonsumsi suatu jenis makanan), maka kadar glukosa darah akan semakin meningkat. Sedangkan jenis karbohidrat suatu makanan dapat diketahui berdasarkan indeks glikemik makanan tersebut. Makanan dengan indeks glikemik yang tinggi akan meningkatkan gula darah secara cepat. Jadi, bagi penderita diabetes disarankan untuk memilih makanan dengan indeks glikemik yang rendah.
40
71
69
66
60
60
58
58
58
43
42
41
40
Tabel 2.3 indeks glikemi dalam makanan40
33
33
31
30
30
18
16
10
10
10
Jenis Makanan Skala GI Teh Jamur Brokoli Kopi Kedelai Telur Mentega Kacang hijau Yoghurt Keju Apel Strawberry Jeruk Pir Kacang polong Anggur Pisang Bubur sumsum Madu Papaya Mangga Nanas Jagung Roti tawar Labu
75 Sumber : Karyadi , 2008
6. Menghitung Kebutuhan Kalori Sebelum menghitung beberapa kalori yang dibutuhkan seorang pasien Diabetes terlebih dahulu harus diketahui berapa berat badan ideal (idaman) seseorang. Yang paling mudah adalah dengan rumus Brocca: Berat Badan Idaman = 90% x (tinggi badan dalam cm
- – 100) x 1 kg
Catatan : Pada laki-laki dengan tinggi badan <160cm atau perempuan <150cm, berlaku rumus: Berat Badan Ideal (idaman): ( tinggi badan
dalam cm – 100) x 1 kg
Tabel 2.4. Daftar Kalori Yang Dikeluarkan Pada Berbagai AktivitasRingan Sedang Berat Mengendarai mobil Kerja rumah tangga Aerobic Memancing Bersepeda Memanjat Kerja Lab Bowling Menari Kerja Sekertaris Jalan cepat Lari Mengajar Berkebun Sumber : Pedoman Diet Diabetes Mellitus, 2006.
Ada beberapa beberapa cara untuk menentukan jumlah kalori yang dibutuhkan seorang pasien diabetes : a. Menghitung kebutuhan basal dahulu dengan cara mengalikan berat badan ideal dengan sejumlah kalori :
Berat badan ideal dalam kg x 30 Kkal untuk laki-laki
Berat badan idaman dalam kg x 25 Kkal untuk perempuan
Kemudian ditambah dengan jumlah kalori yang diperlukan untuk kegiatan sehari-hari (lihat tabel 2.3). tampak pada tabel ada tiga jenis kegiatan, dari ringan sampai berat.
- Kerja ringan : tambah 10% dari kalori basal
- Kerja sedang : tambah 20% dari kalori basal
- Kerja berat : tambah 40-100% dari kalori basal Tambahkan kalori sekitar 20-30% pada kegiatan sebagai berikut :
- Pasien kurus
- Pasien masih tumbuh kembang
- Ada stres misalnya bila gemuk, hamil atau menyusui Kurangi kalori bila gemuk sekitar 20-30% tergantung kepada tingkat kegemukannya.
(1) Cara lain yaitu dengan rumus berdasarkan persentase Berat Badan Relatif (BBR)
Dengan kriteria : Kurus (underweight) : BBR < 90% Normal (ideal) : BBR 90
- –110% Gemuk (overweight) : BBR > 110% Obesitas : BBR > 120%
(2) Cara lain seperti tertera pada tabel 2.5 yang tampaknya lebih mudah. Tampak pada tabel bahwa seseorang dengan berat badan normal yang bekerja santai memerlukan 30Kkal/kg BB ideal. Yang kurus dan bekerja berat memerlukan 40-50 Kkal/kg BB ideal. Dengan cara ini tidak perlu ditambah- tambah lagi.
Kurus : BB x 40-60 kalori Normal : BB x 30 kalori Gemuk : BB x 20 kalori Obesitas : BB x 10
- –15 kalori (3) Untuk lebih mudah lagi, dengan cara menggunakan pegangan sebagai berikut :
- Pasien kurus : 2300
- – 2500 Kkal - Pasien normal : 1700
- – 2100 Kkal - Pasien gemuk : 1300
- – 1500 Kkal
Dewasa Kkal/ BB Kerja Ringan Kerja Sedang Kerja Berat
Gemuk
20
30
35 Normal
- – 25
30
35
40 Kurus
35 40 40- 50 Sumber : Pedoman Diet Diabetes Melitus, 2006
Makanan porsi kecil dalam waktu tertentu akan membantu mengontrol kadar gula darah. Makanan porsi besar menyebabkan peningkatan gula darah mendadak dan bila berulang-ulang dalam jangka panjang, keadaan ini dapat menimbulkan komplikasi diabetes mellitus. Oleh karena itu makanlah sebelum lapar karena makan disaat lapar sering tidak terkendali dan berlebihan. Agar kadar gula darah lebih stabil, perlu pengaturan jadwal makan yang teratur. Makanan dibagi dalam 3 porsi besar yaitu makan pagi (20 %), siang (30 %), sore (25 %) serta 2-3 kali porsi kecil untuk makanan selingan masing- kmasing (10-15 %).
Menurut Pranadji (2008) Pada dasarnya diet Diabetes Mellitus diberikan dengan interval waktu 3 jam, meliputi 3 kali makanan utama dan 3 kali makan selingan.
1. Pukul 06.30 = Makan pagi.
2. Pukul 09.30 = Snack atau buah.
3. Pukul 12.00 = Makan siang.
4. Pukul 15.00 = Snack atau buah.
5. Pukul 19.00 = Makan malam
6. Pukul 21.00 = snack atau buah
Tabel 2.6. Contoh menu diet untuk penderita Diabetes Melitus (Diet dengan 1900 kalori)Jenis Makanan Berat (g) URT Energi (kalori) Makan Pagi
Nasi / penukar(nasi putih) 100 ¼ gls
90 Lauk hewani(ati ayam goreng) 50 1 bh
98 Lauk nabati (tempe bacem) 25 ½ ptg 78,5 Sayuran a (sayur asem) 100 1 gls
88 Jam 10.00 Buah (melon) 240 2 ptg sdg
92 Makan Siang Nasi/ penukar(nasi putih) 200 ½ gls 350 Lauk hewani(ati ayam goreng) 50 1 bh
98 Lauk nabati(tempe bacem) 50 1 ptg 157 Sayuran (sayur asem ) 100 1 gls
88 Buah (melon) 100 1 ptg
40 Jam 16.00 Buah (melon) 240 2 ptg sdg
92 Makan Malam Nasi/ penukar(kentang rebus) 150 1bh besar 125 Lauk hewani(bakso) 50 2 ptg 168 Lauk nabati(keripik tempe) 25 ½ gls
68 Sayuran B(tumis buncis) 100 1 gls
52 Buah(sawo) 100 1 bh
92 Sumber : Depkes, 2009
57,5
98 125
2 ptg sdg 1 ptg sdg 1 ptg sdg 1 ptg sdg
I bh sdg 1sdm
1bh 1bh 1 gls 1bh 2 bh bsr
1bh sdg 1 bh sdg ½ bh sdg
1bh kcl 90,2
166 217
32
38 175 128 146
22 168 253 296
1ptg 1 ptg 8 sdm 4 sdm 8 sdm 10 sdm 8 sdm 8 sdm
8,5 178 211
160,5 267 263 260
129,4 164,3
150 143,5
1,16 138
97
91
98 260
180,7 113,3 87,65
3 bj bsr 8 sdm 8 sdm 8 sdm
¼ gls 5 bh 1 ptg
Tabel 2.7. kalori makananAti ayam goreng Bakso daging sapi Ikan bandeng goreng Ikan bawal goreng Ikan kembung goreng Ikan lele goreng
Nama Makanan Berat (g) URT Kalori
Makanan pokok golongan AJagung rebus Kentang rebus Ketan putih Ketupat Lontong Nasi putih Roti tawar Singkong rebus Talas rebus Ubi rebus
Makanan pokok golongan B
Bubur Mi instan Nasi uduk
Makanan pokok golongan C
Bihun goring Bubur ayam Bubur sum
Lauk pauk golongan A
Ayam bakar bumbu kuning Ayam panggang Daging panggang Ikan mas pepes Sambal goreng tempe Telur asin rebus Telur ayam rebus Udang rebus
Lauk pauk golongan B
250 200 120 160 200 100
1/5 gls 1 bj sdg 1 bj bsr
50 100 100 100 100
50 100 150 100 100 150 100 100 100 150 100 100
- – sum Kentang goreng Mi goreng Nasi goreng Soun goreng Tape singkong
70 200
5
75
60 100
50 100 160 120
80
60 1 bh 2 bj bsr Ikan patin goreng Ikan teri goreng Ikan tuna goreng Tahu bacem Telur mata sap Tempe goreng Tempe bacem Udang goring
Lauk pauk golongan C
358,8 358,8
1 bh 1 gls 5 bj 1 bh
1 bh sdg 1 bh sdg 1 bh sdg 10 tsk
1 bh I bh 3 bh
3 bh 5 bh 1 bh
½ mangkuk ½ mangkuk ½ mangkuk ½ mangkuk ½ mangkuk ½ mangkuk
5sdm 7 sdm ½ mangkuk 5 sdm
252,7
66 110 147
40 157 118
68,25 158
63,6 147 338
1 ptg sdg 1 ptg sdg ½ gls
165,5 183
218,8 213
68 194,5
108 123
285,5 466 116
177,8 111 124 113 188
40
88 160 113 116
61
72
59 134
1gls 1 ptg sdg 1 ptg sdg 1 ptg sdg 1 ptg sdg 1 ptg sdg 1 ptg sdg 1 bh sdg
1 gls 1 ptg sdg 3 ptg 1 bh
Abon sapi Ayam goreng kecap Ayam panggang Sayap ayam Daging balado Dendeng balado Gulai ayam Gulai cumi Gulai limpa Ikan teri Keripik tempe Ayam Kentucky paha atas Perkedel jagung Perkedel kentang Rendang daging Sate ayam Ayam Kentucky sayap Semur ayam Tahu goreng Tahu isi Tahu sumedang Telur dadar
50
Sayuran golongan A
Bening bayam Sayur asem Sop bayam Sop mutiara jagung Sop telur puyuh
Sayuran golongan B
Sayur lodeh Tumis kacang panjang Tumis jagung putren Sop oyong telur puyuh Tumis buncis
200
50
60 100
60
50
50
80
75
75 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 1 bh sdg
80
50
50
60 100 100
60
50
25 150
50
50
75 100 150
50 100 150 100
52 Tumis daun singkong
Sayuran golongan C
157
7. Daftar Makanan Pengganti menurut Almatsier (2006)
55 Sumber : Karyadi, 2008
11 126
30 74,2
46
79
60
85
48
63,5
80 136,5
46
72 104
67
81 35,4
Buntil Gudeg
1 bh sdg 1 mangkuk 1 bh sdg 1 bh sdg 1 bh sdg 20 bj 4 bh sdg 1 bh bsr
Buah – buahan golongan A
Apel Apel merah Belimbing Duku Jambu air Jambu biji Jeruk Pontianak Mangga manalagi Nanas Papaya Pir Pisang rebus Salak Semangka
Buah-buahan golongan B
Alpukat Anggur Lengkeng Melon Mangga harum manis Pisang ambon Pisang mas Pisang raja Sirsak
120 100 150 160 140 160 200
60 320 150 100 200 100 200 125 150 150 100 125 100 120 100 100 125 150 125 10 sdm
1 bh ½ bh sdg ½ bh sdg 3 ptg sdg
80
1 bh 1 bh 2 bh 3 ptg sdg 1 bh 10 bj
10 bj 1 ptg sdg 2 ptg sdg 1 bh
1 bh 1 bh 2 ptg sdg
151 106 132
92
82
a. Pengganti Nasi dari Beras Nasi dan beras 100g mengandung 175 kalori yang terdiri dari protein 4g dan karbohidrat 40g. Nasi ini dapat diganti dengan beberapa macam bahan lain seperti ini :
100g nasi = 400g bubur beras = ⅓ gls
= 100g nasi jagung = ¼ gls = 200g kentang = 4 biji sdg = 100g singkong = 1 ptg sdg = 200g tales = ½ biji sdg = 150g ubi = 1 biji sdg = 80g roti putih = 1 biji sdg = 50g mie kering = 1gls direbus
b. Pengganti Daging Daging 50g mengandung 95 kalori yang terdiri dari 10g protein dan lemak 6g. Daftar dibawah ini menunjukan jumlah bahan makanan yang dapat digunakan untuk pengganti daging. 50g daging sapi = 50g daging ayam = 1 ptg sdg
= 75 telur ayam biasa = 2 butir = 60g telur ayam bebek = 1 btr = 50g ikan segar = 1 ptg sdg = 25g ikan asin = 1 ptg sdg = 25g ikan teri = 2 sdm = 100g bakso daging = 10 biji bsr
c. Pengganti Tempe Tempe 50g mengandung 80 kalori yang terdiri dari protein
6g, lemak 3g, dan karbohidrat 8g. Daftar dibawah ini menunjukan jumlah bahan makanan yang dapat digunakan unutk mengganti 50g tempe.
50g tempe = 100g tahu = 1 biji = 50g oncom = 2 ptg sdg = 25g kacang hijau = ½ direbus = 25g kedelai = 2 ½ sdm = 25g kacang merah = 2 ½ sdm = 20g kacang tanah = 2 sdm
d. Pengganti Sayuran Sayuran dapat digolongkan menjadi dua. Golongan pertama merupakan sayuran yang mengandung banyak kalori, protein dan karbohidrat. Dalam 100g sayuran golongan I mengandung 50g kalori, yang terdiri dari protein 3g dan karbohidrat 10g. Sayuran yang termasuk golongan I adalah sebagai berikut : Bayam, Buncis, Daun melinjo, Daun papaya, Labu siam, Daun ubi jalar, Daun singkong, Jantung pisang, Kacang panjang, Nangka muda, Wortel, Pare.
Sayuran golongan kedua mengandung sedikit kalori, protein dan karbohidrat. Sayuran ini dapat digunakan agak bebas tanpa diperhitungkan beratnya, asal dalam jumlah yang wajar. Contoh sayuran golongan II ini sebagai berikut : Kembang kol, Taoge, Mentimun, Rebung, jamur segar, Kol/kubis, Cabai hijau besar, Kecipir, Daun kacang panjang, Terung, Seledri, Pepaya muda, Daun labu siam, Kangkung, Tomat, Sawi e. Pengganti susu Susu 200g mengandung 110 kalori yang terdiri dari protein
7g, lemak 7g dan karbohidrat 7g. Daftar dibawah ini menunjukan jumlah bahan makanan yang tepat digunakan untuk pengganti 200g susu. 200g susu sapi - 100g susu kental tak bergula = 1 gls
- 20g tepung susu sari kedele = 4 sdm D.
Pendidikan Kesehatan Melalui Media Poster
Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang dinamis, dimana perubahan tersebut bukan sekedar proses transfer materi atau teori dari seseorang ke orang lain, akan tetapi perubahan tersebut terjadi karena adanya kesadaran diri dalam diri individu atau kelompok masyarakat sendiri (Mubarak dan Chayatin, 2009).
Tujuan dari pendidikan kesehatan adalah agar orang mampu memutuskan kegiatan yang paling tepat guna untuk meningkatkan taraf hidup sehat dan
- – kesejahteraan masyarakat ( Mubarak dan Chayatin, 2009). Menurut Undang Undang Kesehatan No. 36 tahun 2009 maupun WHO tujuan dari pendidikan kesehatan adalah meningkatkan kemampuan masyarakat baik fisik, mental dan sosialnya sehingga produktif secara ekonomi maupun sosial, pendidikan kesehatan disemua program kesehatan, baik pemberantasan penyakit menular, sanitasi, lingkungan, gizi masyarakat, pelayanan kesehatan, maupun program kesehatan lainnya.
Media yang dapat digunakan salah satunya yaitu poster. Poster dapat digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan dalam bentuk tulisan dan gambar. Poster umumnya digunakan dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan tentang isu-isu kesehatan, karena poster memberikan informasi dengan spesifik, dan banyak digunakan sebagai media alternatif untuk dipelajari pada setiap saat bila seseorang menghendakinya.
Media poster menurut Ewles (2007) memiliki keunggulan sebagai berikut: 1. Klien dapat menyesuaikan diri belajar mandiri.
2. Pengguna dapat melihat isinya pada saat santai.
3. Informasi dapat dibagi dengan keluarga dan teman.
4. Mudah dibuat, diperbanyak dan diperbaiki serta mudah disesuaikan.
6. Dapat dibuat secara sederhana dengan biaya relatif murah.
Manfaat poster sebagai media komunikasi pendidikan kesehatan adalah : 1. Menimbulkan minat sasaran pendidikan.
2. Memotivasi sasaran pendidikan untuk meneruskan pesan-pesan yang diterima kepada orang lain.
3. Mempermudah penyampaian bahasa pendidikan.
4. Mempermudah penemuan informasi oleh sasaran pendidikan.
5. Mendorong keinginan orang untuk mengetahui lalu mendalami dan akhirnya mendapatkan pengertian yang lebih baik.
Namun ada juga kekurangan dari poster menurut Ewles (2007) yaitu :
1. Tidak dapat menimbulkan efek gerak, efek suara sehingga daya tarik kurang.
2. Mudah terlipat, mudah hilang E.
Kerangka Teori
Kerangka teori merupakan justifikasi ilmiah terhadap penelitian yang dilakukan dan memberi landasan kuat terhadap judul yang dipilih sesuai dengan identititas masalahnya (Alimul H, 2009).
Bagan 2.1 kerangka teoriKonsep diet Pemberian edukasi melalui media poster Perilaku Pengetahuan
Praktek diet pasien DM
Modifikasi Sumber : Notoatmodjo (2007), Pranadji (2006), Almatsiunita (2007), Smeltzer & Suzanne (2006), Sulaiman (2008) , Dan Karyadi (2008)
F. Kerangka Konsep
Kerangka konseptual penelitian merupakan suatu hubungan antara konsep satu terhadap konsep lainnya dari masalah yang ingin diteliti (Setiadi, 2007).
Bagan 2.2 kerangka konsepVariabel Bebas Variabel Terikat Pemberian edukasi menu Praktek diet pasien DM diet diabetes melalui media poster G.
Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara penelitian yang akan dilakukan dan kebenarannya akan dibuktikan disaat penelitian (Notoatmodjo, 2010).
Hipotesis dari penelitian ini adalah :
1. Ada perbedaan perilaku diet diabetes sebelum dan sesudah pemberian edukasi menu diet diabetes melalui media poster pada pasien DM di wilayah kerja Puskesmas I Rakit Banjarnegara.