WARIS RU BAB II

  BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Jalan Jalan adalah. prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel (Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006).

  Jalan raya adalah jalur - jalur tanah di atas permukaan bumi yang dibuat oleh manusia dengan bentuk, ukuran - ukuran dan jenis konstruksinya sehingga dapat digunakan untuk menyalurkan lalu lintas orang, hewan dan kendaraan yang mengangkut barang dari suatu tempat ke tempat lainnya dengan mudah dan cepat (Clarkson H.Oglesby,1999).

  B. Definisi Kecelakaan Lalu Lintas Yang dimaksud dengan kecelakaan lalu lintas berdasarkan ketentuan yang ditetapkan dalam pasal 93 Peraturan Pemerintah Nomor 43 tahun 1993 ayat 1 adalah:

  “Suatu peristiwa dijalan yang tidak disangka-sangka dan tidak disengaja melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pemakai jalan lainnya mengakibatkan korban manusia atau kerugian harta benda” C. Pengolongan Kecelakaan Lalu Lintas

  1. Penggolongan Dan Penanganan Perkara Kecelakaan Lalu Lintas Penggolongan dan penanganan perkara kecelakaan lalu lintas dalam

  Undang-Undang no. 22 tahun 2009, pasal 229 menyebutkan bahwa:

  a. Kecelakaan lalu lintas digolongkan atas: 1) Kecelakaan lalu lintas ringan; 2) Kecelakaan lalu lintas sedang; 3) Kecelakaan lalu lintas berat.

  b. Kecelakaan lalu lintas ringan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a merupakan kecelakaan yang mengakibatkan kerusakan kendaraan dan/atau barang.

  c. Kecelakaan lalu lintas sedang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b merupakan kecelakaan yang mengakibatkan luka ringan dan kerusakan kendaraan dan/atau barang.

  d. Kecelakaan lalu lintas berat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c merupakan kecelakaan yang mengakibatkan korban meninggal dunia atau luka berat.

  e. Kecelakaan lalu lintas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat disebabkan oleh kelalaian pengguna jalan, ketidak laikan kendaraan, serta ketidak laikan jalan dan/atau lingkungan.

  2. Pertolongan dan perawatan korban kecelakaan diatur dalam Undang- Undang no. 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas.

  a. Pasal 231 UU no 22 tahun 2009 menyebutkan bahwa : 1) Pengemudi kendaraan bermotor yang terlibat kecelakaan lalu lintas, wajib:

  a) Menghentikan kendaraan yang dikemudikannya;

  b) Memberikan pertolongan kepada korban;

  c) Melaporkan kecelakaan kepada kepolisian negara Republik Indonesia terdekat; dan d) Memberikan keterangan yang terkait dengan kejadian kecelakaan. 2) Pengemudi kendaraan bermotor, yang karena keadaan memaksa tidak dapat melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf b, segera melaporkan diri kepada Kepolisian Negara Republik Indonesia terdekat.

  b. Pasal 232 UU no 22 tahun 2009 menyebutkan bahwa : Setiap orang yang mendengar, melihat, dan/atau mengetahui terjadinya kecelakaan lalu lintas wajib: 1) memberikan pertolongan kepada korban kecelakaan lalu lintas; 2) melaporkan kecelakaan tersebut kepada kepolisian negara Republik

  Indonesia; dan/atau 3) memberikan keterangan kepada kepolisian negara Republik Indonesia. c. Adapun penggolongan kecelakaan lalu lintas menurut Undang-Undang Republik Indonesia no. 14 Tahun 1992 tentang Lalu lintas dan angkutan jalan adalah:

  1) Kecelakaan Fatal Kecelakaan fatal merupakan suatu peristiwa di jalan yang tidak disangka- sangka dan tidak sengaja, melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pemakai jalan lainnya mengakibatkan korban meninggal dunia. 2) Kecelakaan Berat

  Kecelakaan berat merupakan suatu peristiwa di jalan yang tidak disangka- sangka dan tidak sengaja, melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pemakai jalan lainnya mengakibatkan korban luka berat. 3) Kecelakaan Ringan

  Kecelakaan ringan merupakan suatu peristiwa di jalan yang tidak disangka- sangka dan tidak sengaja, melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pemakai jalan lainnya mengakibatkan korban luka ringan. 4) Kecelakan dengan Kerugian Harta Benda

  Kecelakaan dengan kerugian harta benda merupakan suatu peristiwa di jalan yang tidak disangka-sangka dan tidak sengaja, melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pemakai jalan lainnya mengakibatkan kerugian harta benda. D. Penggolongan Korban Kecelakaan Lalu Lintas Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 43 Tahun 1993, tentang Prasarana dan lalu lintas jalan, korban kecelakaan lalu lintas digolongkan sebagai berikut:

  1. Korban Meninggal Dunia Korban meninggal dunia merupakan korban yang dipastikan meninggal dunia sebagai akibat kecelakaan lalu lintas dalam jangka waktu paling lama

  30 hari setelah kecelakaan tersebut.

  a. Korban Luka Berat Korban luka berat merupakan korban yan luka-lukanya menderita cacat tetap atau harus dirawat dalam jangka waktu lebih dari 30 hari sejak terjadi kecelakaan.

  b. Korban Luka Ringan Kategori korban luka ringan merupakan korban yang tidak termasuk dalam kategori korban meninggal dunia dan korban luka berat.

  2. Faktot-Faktor Penyebab Kecelakaan Pada awalnya kecelakaan lalu lintas dianggap bersifat monokasual, yang mengandung pengertian bahwa kecelakaan lalu lintas hanya disebabkan oleh satu faktor penyebab. Berbeda dengan pendekatan monokasual, pendekatan multikasual berusaha menggungkapkan sebab terjadinya ke celakaan dan berbagai faktor yang saling berinteraksi. O’neil,Brian (2002) Mengatakan bahwa penyebab kecelakaaan lalu lintas terdiri dari tiga faktor, yaitu manusia, kendaraan dan lingkungan. Sehingga pendekataan ini dianggap lebih realistik jika dibandingkan dengan pendekatan pertama. Masalah yang masih sering timbul adalah mentukan interaksi dari tiga faktor tersebut. Dari beberapa penelitian dan pengajian dilapangan dapat disimpulkan bahwa kecelakaan lalulintas dapat dipengaruhi oleh faktor manusia, kendaraan dan lingkungan jalan, serta interaksi dan kombinasi dua atau lebih faktor tersebut di atas (austroads, 2002).

  a. Faktor Manusia Manusia sebagai pengendara yaitu orang yang melaksanakan pekerjaan mengemudi, mengendalikan, dan mengarahkan kendaraan ke suatu tempat tertentu.

  Manusia adalah faktor terpenting dan terbesar penyebab terjadinya kecelakaan lalu lintas. Mengemudi merupakan pekerjaan yang kompleks, yang memerlukan pengetahuan dan kemampuan tertentu karena pada saat yang sama pengemudi harus berhadapan dengan peralatan dan menerima pengaruh rangsangan dari keadaan sekelilingnya (Hobbs, 1995).

  Manusia sebagai pengendara memiliki faktor-faktor yang mempengaruhi dalam berkendara, yaitu faktor psikologis dan faktor fisiologis. Keduanya adalah faktor dominan yang mempengaruhi manusia dalam berkendara di jalan raya. Faktor psikologis dapat berupa mental, sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Sedangkan faktor fisiologis mencakup penglihatan, pendengaran, sentuhan, penciuman, kelelahan, dan sistem syaraf.

  Perilaku manusia dipengaruhi oleh interaksi antara faktor lingkungan, kendaraan, dan manusia itu sendiri. Lalu kombinasi dari faktor fisiologis dan faktor psikologis menimbulkan reaksi dan aksi, yaitu timbulnya respon berkendara dari pengendara terhadap ransangan dari lingkungannya berkendara. Karakteristik dari pengendara yang berpengaruh terhadap terjadinya kecelakaan lalu lintas, yaitu: 1) Umur

  Umur merupakan salah satu karakteristik penting yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan lalu lintas. Orang yang berusia tua atau diatas 30 tahun biasanya lebih memiliki tingkat kewaspadaan lebih tinggi dalam berkendara daripada orang yang berusia muda, alasannya karena orang yang berusia tua lebih banyak memiliki pengalaman dalam berkendara danlebih bijak dalam berkendara dibanding dengan yang berusia muda yang terkadang menggebu-gebu dan tergesa-gesa dalam berkendara.

  2) Jenis kelamin Jenis kelamin laki-laki memiliki risiko lebih tinggi mengalami kecelakaan lalu lintas dan angka kematiannya lebih tinggi dibandingkan jenis kelamin perempuan. Hal ini dikarenakan mobilitas jenis kelamin laki-laki lebih tinggi daripada jenis kelamin perempuan di jalan raya dalam berkendara. 3) Perilaku

  Faktor perilaku juga mempunyai peranan penting dalam menentukan terjadinya kecelakaan lalu lintas pada pengendara kendaraan bermotor. Dimana pada pengendara yang berperilaku tidak baik ketika berkendara juga mempengaruhi keselamatan pengendara tersebut, seperti tidak memakai helm yang sesuai standar yang di anjurkan, tidak tertib ketika berkendara dengan melanggar rambu lalu lintas dan marka jalan. 4) Kepemilikan SIM

  SIM merupakan suatu tanda bukti bahwa pengendara sudah layak berkendara di jalan raya, surat izin mengemudi ini berlaku selama lima tahun dan dapat diperpanjang. SIM juga didapatkan dengan ujian yang meliputi teori dan praktek keterampilan mengemudi, selain itu juga pengemudi harus memenuhi beberapa syarat, yakni: dapat menulis dan membaca huruf latin, memiliki pengetahuan mengenai lalu lintas, memenuhi batas usia minimum, dan sehat jasmani maupun rohani. Semua faktor-faktor yang disebutkan diatas merupakan karakteristik pengemudi yang berpengaruh terhadap terjadinya kecelakaan lalulintas.

  Adapun faktor-faktor yang menjadi penyebab kecelakaan lalu lintas pada pengendara kendaraan bermotor adalah 5) Lengah

  Lengah adalah salah satu faktor penyebab yang berasal dari manusia dikarenakan pengemudi melakukan hal atau kegiatan lain ketika mengemudi, sehingga perhatiannya tidak fokus ketika berkendara. Lengah yang terjadi dapat berasal dari lingkungan ataupun perilaku pengemudi ketika berkendara, seperti pandangan tidak fokus atau berbincang di jalan raya sehingga tidak dapat mengantisipasi dalam menghadapi situasi lalu lintas dan tidak memperhatikan lingkungan sekitar yang dapat berubah mendadak.

  6) Mengantuk Mengantuk dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan lalu lintas karena pengemudi kehilangan daya reaksi dankonsentrasi akibat kurang istirahat (tidur) dan/atau sudah mengemudikan kendaraan lebih dari 5 jam tanpa istirahat (Warpani, 2002). Ciri-ciri pengemudi yang mengantuk adalah sering menguap, perih pada mata, lambat dalam bereaksi, berhalusinasi, dan pandangan kosong.

  7) Lelah Faktor kelelahan merupakan salah satu faktor penyebab kecelakaan,kelelahan dapat mengurangi kemampuan pengemudi dalam mengantisipasi keadaan lalu lintas dan mengurangi konsentrasi dalam berkendara.

  8) Mabuk Mabuk dapat disebabkan pengemudi kehilangan kesadaran antara lainkarena pengaruh obat-obatan, alkohol, dan narkotik. Warpani (2002) mengatakan, di Amerika Serikat dilaporkan 50% penyebab terjadinya kecelakaan fatal (meninggal dunia) adalah alkohol (Pignataro, 1973).

  Mabukyang disebabkan alkohol memiliki peranan penting terhadap terjadinya kecelakaan lalu lintas. Oleh karena itu, pengendara dilarang mengkonsumsi alkohol sebelum berkendara atau tubuhnya mengandung alkohol ketika ingin berkendara.

  9) Tidak tertib Tidak tertib dalam berlalu lintas merupakan ketidak disiplinan pengendara dalam berkendara yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan lalu lintas. Tidak tertibnya pengendara itu dapat disebabkan oleh perilaku berkendara yang buruk dan kesadaran akan berlalu lintas dengan benar yangrendah, seperti melanggar marka atau rambu lalu lintas, mendahului kendaraan lain melalui jalur kiri, dan sebagainya.

  10) Kecepatan tinggi Kecepatan merupakan hal yang dapat dikontrol pengendara sesuai keinginannya, akan tetapi perilaku dari pengendara sering kali membawa kendaraannya dengan kecepatan tinggi. Faktor tersebutlah yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan lalu lintas, karena terkadang memacu kendaraan dengan kecepatan tinggi tanpa menghiraukan jarak kendaraan dengan depan ataupun samping. Jarak yang aman antara kendaraan yang dikemudikan dengan kendaraan yang ada di depan adalah selang waktu 2 detik, jarak itulah yang dapat ditoleril agar pengendara dapat mengerem kendaraannya dengan baik.

  b. Faktor Kendaraan Salah satu faktor yang berkontribusi pada kejadian kecelakaan lalu lintas adalah kendaraan bermotor yang digunakan. Kendaran bermotor adalah kendaraan yang digunakan oleh peralatan teknik yang berada pada kendaraan itu. Berdasarkan Undang-Undang Rebuplik Indonesia Nomer 44 Tahun 1993 tentang kendaraan dan pengemudi, kendaraan bermotor dikelompokan dalam beberapa jenis, yaitu: 1) Sepada motor adalah kendaraan bermotor beroda dua, attau tiga tanpa rumah-rumah baik dengan atau tanpa kereta samping.

  2) Mobil penumpang adalah setiap kendaraan bermotor yang dilengkapi sebanyak-banyaknya 8 (delapan) tempat duduk tidak termasuk tempat duduk pengemudi, baik dengan maupun tanpa perlengkapan pengangkutan bagasi.

  3) Mobil bus adalah setiap kendaraan bermotor yang dilengkapi lebih dari 8 (delapan) tempat duduk tidak termasuk tempat duduk pengemudi, baik dengan maupun tanpa perlengkapannya pengangkutan bagasi.

  4) Mobil barang adalah setiap kendaraan bermotor selain dari yaang termasuk dalam sepeda motor, mobil penumpang dan mobil bus.

  5) Kendaraan khusus adalah kendaraan bermotor selain dari pada kendaraan bermotor untuk penumpang dan kendaraan bermotor untuk barang, yang penggunaannya untuk keperluan khusus atau mengangkut barang-barang khusus.

  Faktor kendaraan, kendaraan bermotor sebagai hasil produksi suatu pabrik, telah dirancang dengan suatu nilai faktor keamanan harus siap pakai, oleh karena itu kendaraan harus dipelihra dengann baik sehingga semua bagian mobil berfungsi dengan baik, seperti mesin, rem kendali, ban, lampu, kaca spion, sabuk pengaman, dan alat-alat mobil. Dengan demikian pemeliharan kendaraan tersebut diharapkan dapat : a) Mengurangi jumlah kecelakaan

  b) Mengurangi jumlah korban kecelakaan pada pemakai jalan lainya c) Mengurangi besar kerusakan pada kendaraan bermotor.

  (Dephub, 2006) Hampir 50% dari kendaraan yang digunakan tidak dalam kondisi aman untuk dikendarai. Kecelakaan dapat timbul karena perlengkapan kendaran yang kurang bagus, kondisi penerangan kendaraan, mesin kendaraan, pengamanan kendaran dan lainya. Segi-segi yang perlu diperhatikan dalam konsep desain dan pemeliharaan kendaraan bermotor adalah mengurangi jumlah kecelakaan lalu lintas, mengurangi jumlah korban kecelakaan pada pemakai jalan lainya, mengurangi besar kerusakan pada kendaran bermotor (O’neil, 2002). Pemakaian kendaraan yang terlalu dipaksakan akan mempermudah menurunkan kemampuan kendaraan yang dapat berakibat fataal yaitu terjadianya kecelakaan.

  c. Faktor Lingkungan dan Jalan Faktor kondisi jalan, sangat berpengaruh sebagai penyebab kecelakaan lalu lintas. Kondisi jalan yang rusak dapat menyebabkan kecelakan lalu lintas. Begitu juga tidak berfungsinya marka, rambu dan sinyal lalu lintas dengan optimal juga dapat menyebabkan kecelakaan lalu lintas. Ahlli jalan raya dan ahli lalu lintas merencanakan jalan dan rambu-rambu dengan spesifikasi standar, dilaksanakan dengan cara yang benar dan perawatan secukupnya, dengan harapaan keselamatan akan didapat dengan cara demikian.

  Faktor lingkungan jalan, jalan dibuat untuk menghubungkan suatu tempat ke tempat lain dari berbagaii lokasi baik didalam kota maupun di luar kota. Berbagai faktor lingkungan jalan yang sangat berpengaruh dalam kegiatan berlalu lintas. Hal ini mempengaruhi pengemudi dalam mengatur kecepatan (mempercepat, memperlambat, berhenti) jika menghadapi situasi seperti: 1) Lokasi jalan: 1) didalam kota (di daerah pasar, pertokoan, perkantoran, sekolahan, perumahan), 2) di luar kota (pedesaan) 2) Iklim Indonesia mengalami musim hujan dan musim kemarau yang harus diperhatikan pengemudi untuk waspada dalam mengemudikan kendarannya. 3) Volume lalu lintas, berdasarkan pengamatan deketahui bahwa makin padat lalu lintas jalan, makin banyak pula kecelakaan yang terjadi, akan tetapi kerusakan tidak fatal, makin sepi lalu lintas makin sedikit kemungkinan kecelakaan akan tetapi fatalitas akan sangat tinggi.

  Adanya komposisi lalu lintas seperti tersebut di atas, diharapkan pada pengemudi yang sedang mengendarai kendarannya agar selalu berhati- hati dengan keadaan tersebut (santoso,1983). d. Peraturan perundangan keselamatan jalan Undang-undang nomer 22/2009 tentang lalu lintas angkutan jalan raya merupakan merupakan satu-satunya produk hukum undang-undang yang mengatur seluruh aspek lalu lintas dan transpotasi. Pada dasarnya undang- undang ini merupakan pembaruan dari produk hukum peninggalan pemerintah kolonial belanda tahun 1930an yang diadopsi oleh pemerintah pada tahun 1951,diperbaharui pada tahun 1965 dan 1992, kemudian terakhir diperbaharui kembali pada tahun 2009. Undang-undang ini dipersiapkan untuk mengkomidir berbagai perkembangan baru, terutama konsep-konsep dan teknologi baru dalam manajemen dan rekayasa lalulintas.

  E. Identifikasi daerah rawan kecelakaan lalu lintas Identifikasi daerah rawan kecelakaan lalu lintas meliputi dua tahapan diantaranya sejarah kecelakaan (accident history) dari seluruh wilayah studi dipelajari untuk memilih beberapa lokasi yang rawan terhadap kecelakaan dan lokasi terpilih dipelajari secara detail untuk menentukan penanganan yang dilakukan. Daerah rawan kecelakaan dikelompokan menjadi tiga diantaranya tampak rawan kecelakaan (hazardous sites) rute rawan kecelakaan (hazardous routes) dan wilayah rawan kecelakaan (hazardous area) (pusdikat perhubungan darat, 1998).

  F. Lokasi daerah rawan kecelakaan (Hazardous Sites) Untuk daerah rawan kecelakaan dapat diindentifikasikan dari kejadian kecelakaan dengan mengelompokan kejadian kecelakaan tersebut:

  1. Black area, adalah wilayah dimana jaringan jalan mengalami frekuensi kecelakaan, atau kematian,atau kriteria kecelakaan lain, per tahun yang lebih besar dari jumlah minimal yang ditentukan, black

  area dilakukan apabila pada suatu lokasi sering terjadi kecelakaan pada suatu titik yang berbeda.

  2. Black link/balck section adalah panjang jalan yang mengalami tingkat kecelakaan, atau kematian, atau kecelakaan dengan kriteria lain per kilometer per tahun, atau per kilometer kendaraan yang lebih besar dari pada jumlah minimal yang telah ditentukan. Black link/black

  section dilakukan apabila pada suatu ruas jalan terjadi kecelakaan

  pada titik-titik yang berbeda, biasanya disebabkan oleh geometri jalan, alinyemen atau radius putar jalan yang salah.

  3. Black spot adalah lokasi jaringan jalan dimana frekuensi kecelakaan atau jumlah lecelakaan lalulintas dengan korban mati, atau kriteria kecelakaan lainya, pertahun lebih besar dari pada jumlah minimal yang ditentukan. Black spot dilakukan apabila disuatu lokasi sudah terjadi 5 kali kecelakaan pada titik yang sama dalam kurun tahun.

  Adapun lokasi atau site adalah daerah-daerah tertentu yang meliputi pertemuan jalan, access point dan ruas jalan yang pendek. Berdasarkan panjangnya tampak rawan kecelakaan (hazardous sites) dapat dikelompokan menjadi dua (Pusdikat Perhubungan Darat, 1998),yaitu: a. Black sites/section merupaakan ruas rawan kecelakaan lalu lintas.

  b. Black spot merupakan titik pada ruas rawan kecelakaan lalu lintas (0,3 kilometer sampai dengan 1,0 kilometer).

  Untuk menentukan tampak rawan kecelakaan (hazardous sites) dapat digunakan kriteria sebagai berikut: 1) Jumlah kecelakaan (kecelakaan/kilometer) untuk periode waktu tertentu melebihi suatu nilai tertentu.

  2) Tingkat kecelakaan (per kendaraan-kilometer) untuk periode waktu tertentu melebihi suatu nilai tertentu.

  3) (a) dan (b) melebihi suatu nilai tertentu. 4) Tingkat kecelakaan melebihi nilai kritis yang diturukan dari analisis statistik data tersedia. G. Rute rawan kecelakaan (hazardous routes) Panjang rute kecelakaan biasanya ditetapkan lebih dari 1 kilometer.

  Kriteria yang dipakai dalam menentukan rute rawan kecelakaan (hazardous route) adalah sebagai berikut (pusdikat perhubungan darat, 1998) :

  1. Jumlah kecelakaan melebihi suatu nilai tetentu dengan mengabaikan variasi panjang rute dan variasi volume kecelakaan.

  2. Jumlah kilometer melebihi suatu nilai tertentu dengan mengabaikan volume kendaraan.

  3. Tingkat kecelakaan ( per kendaraan-kilometer ) melebihi nilai tertentu.

  H. Wilayah rawan kecelakaan (hazardous area) Luas wilayah rawan kecelakaan (hazardous area) biasnya ditetapkan

  2

  berkisar 5 km . Kriteria dipakai dalam penentuan wilayah rawan kecelakaan adalah sebagai berikut :

  2

  1. Jumlah kecelakaan per km per tahun dengan mengabaikan variasi panjang jalan dan variasi volume lalu lintas.

  2. Jumlah kecelakaan per penduduk dengan mengabaikan variasi panjang jalan dan variasi volume kecelakaan.

  3. Jumlah kecelakaan per kilometer jalan dengan mengabaikan volume lalu lintas.

  4. Jumlah kecelakaan per kendaraan yang dimiliki oleh penduduk di daerah tersebut ( hal ini memasukan faktor volume lalu lintas secara kasar ). I. Teknik Analisis Data Kecelakaan Lalu Lintas Pada penelitian tugas akhir ini menggunakan metode analisis cusum.

  Cusum (comulaltive summary) adalah suatu prosedur yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi kan black spot. Grafik cusum merupakan suatu prosedur statistik standar sebagai kontrol kualitas untuk mengidentifikasi perubahan dari nilai mean. Nilai cusum dapat dicari dengan rumus (austrodas, 1992 dalam isa, 2013)

  1. Mencari nilai mean (w) : ………………………………………………...…………(2.1)

  Dimana : W =Nilai Mean ∑xi

  =Jumlah Kecelakaan L =Jumlah setasion T =Waktu/periode

  2. Mencari Nilai Cusum kecelakaan tahun pertama Perhitungan untuk mencari nilai cusum kecelakaan tahun pertama adalah dengan mengurangi jumlah kecelakaan tiap tahun dengan nilai

  mean .

  S o = ( X i

  • – W )……………………………………………………….(2.2) Dimana : S = Nilai cusum kecelakaan untuk tahun pertama

  o

  X i = jumlah kecelakaan tiap tahun W = Nilai mean

  3. Mencari nilai cusum selanjutnya Untuk mencari nilai cusum selanjutnya adalah dengan menjumlahkan nilai cusum tahun pertama dengan hasil pengurangan juamlah kecelakaan dan nilai mean pada tahun selanjutnya, yaitu :

  S { S + (X -W)}

  1 = O i

  …………………………………………………..(2.3) Dimana : S

  1 = Nilai cusum kecelakaan

  S = Nilai cusum kecelakaan untuk tahun pertama

  O

  X i = Jumlah kecelakaan W = Nilai mean J. Kriteria Penanganan Lokasi Kecelakaan Lalu Lintas

  1. Kriteria Penanganan Lokasi Tunggal Penanganan lokasi tunggal merupakan penanganan persimpangan atau segmen ruas jalan tertentu (Wedasana, 2011). Kriteria lokasi tunggal antara lain:

  a) Lokasi penanganannya merupakan titik (persimpangan) atau segmen ruas jalan sepanjang 200 m sampai dengan 300 m.

  b) Lokasi kecelakaannya relatif mengelompok (clustered).

  c) Memiliki faktor penyebab yang relatif sama yang terjadi secara berulang dalam suatu ruang dan rentang waktu yang relatif sama.

  d) Identifikasi lokasi kecelakaan didasarkan atas tingkat kecelakaan dan tingkat fatalitas kecelakaan tertinggi yang dilakukan dengan teknik analisis statistik tertentu serta berdasarkan peringkat kecelakaan.

  e) Rata-rata tingkat pengurangan kecelakaan dengan pendekatan ini umumnya mencapai 33% dari total kecelakaan.

  2. Kriteria Penanganan Ruas Kecelakaan Lalu Lintas (Route) Penanganan ruas atau route jalan merupakan penanganan terhadap ruas-ruas jalan dengan kelas atau fungsi tertentu dan tingkat kecelakaannya di atas rata-rata (Wedasana,2011). Kriteria penanganan ruas atau rute antara lain : a) Lokasi penanganan merupakan ruas jalan atau segmen ruas jalan (minimum 1km). b) Memiliki tingkat kecelakaan yang tinggi dibandingkan segmen ruas jalan lain.

  c) Identifikasi lokasi kecelakaan didasarkan atas tingkat kecelakaan atau tingkat fatalitas kecelakaan tertinggi per km ruas jalan.

  Rata-rata pengurangan tingkat kecelakaan dengan pendekatan ini mencapai 15% dari total kecelakaan.

  K. Studi Terdahulu Ada beberapa skripsi terdahulu yang memiliki kaitan dengan studi kali ini diantaranya :

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

  No Penelitian Terdahulu Metode Hasil Hasil analisis daerah rawan kecelakaan (balck spot) dan di dapat balck spot pada Jalan Tambak

  • – Buntu untuk daerah 1 titik rawan di jalur tambak- sumpiuh berada di STA 4+000 Analisis Identifikasi dan STA 5+000 Banyumas.

    Lokasi Daerah Rawan Dengan perhitungan cussum

    Kecelakaan Lalu Lintas tertinggi 15.524 pada STA 4+000,

    Di Jalan Nasional untuk daerah 2 titik rawan jalur

    Tambak Metode Analisis Cusum sumpiuh-kemrajen berada di STA
  • – Buntu

  1 Kabupaten Banyumas ( (Cumulative Summary) 1+000 dan STA 2+000

Krisna Ditia Bhina Sakti Banyumas. Dengan perhitungan

Universitas cussum tertinggi 15.200 di STA

Muhammadiyah 1+1000 dan untuk daerah 3 titik

Purwokerto, tahun 2015 ) rawan kecelakaan jalur kemranjen-buntu berada di STA

  1+000, STA 2+000, STA 3+000, STA 4+000, STA 6+000 dan STA 7+000. Dengan perhitungan cussum tertinggi 8.524 pada STA 6+000.

  Hasil penelitian terlihat bahwa ada peningkatan kecelakaan lalu lintas di jalan tol purbaleunyi Gambaran Faktor-Faktor tahun 2010-201, faktor penyebab Penyebab Kecelakaan kecelakaan terdiri dari faktor Lalu Lintas Di Jalan Tol

  Metode kuantitatif dengan manusia, faktor kendaraan dn

  2 Purbaleunyi Tahun 2010 pengmbilan data sekunder faktor lingkungan, berdasarkan

  • – 2011 (Kezia Adelaide hasil penelitian kecelakaan dijalan Universitas Indonesia, tol purbaleunyi tahun 2010-2011 tahun 2012) sebagian besar disebabkan oleh faktor manusia, kemudian faktor kendaraan dan lingkungan. Sebab kecelakaan terbesar berasal dari sikap manusia yang lalai atau kurang konsentrasi saat mengendarai kendaraan, kemudian tidak tersedianya rambu/marka jalan dilokasi kecelakaan. Kecelakaan juga banyak terjadi pada jalan lurus yaitu 55.07%. Dari 207 orang responden, 90,34% mengalami luka ringan dan 9,66% mengalami luka berat, hal ini terjadi karena kesadaran responden untuk Studi Kelecalakaan Lalu menggunakan proteksi sudah Lintas Dengan Metode Metode penelitan ini cukup tinggi yaitu 61,81%. Dari

  Prevealed Preference Di 3 mengunakan metode hasil uji Chi-kuadrat diperoleh Kota Padang (Wiwin

  Prevealed Preference kesamaan pola kecelakaan pada Putri Zayu Universitas variabel tes kepemilikan SIM, Andalas, tahun 2012 ) kemudian peran saat kecelakaan, jenis perkerasan di lokasi kecelakaan yaitu perkerasan aspal dan fatalitas kecelakaan. Agar tingkat kecelakaan dapat dikurangi maka perlu dilakukan langkah-langkah seperti pembatasan kecepatan pada jalan lurus, peningkatan sarana dan prasarana jalan seperti ketersediaan rambu dan marka jalan, realisasi peraturan lalu lintas di jalan raya.

  Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ban, rem dan peralatan, tidak berpengaruh signifikan terhadap faktor penyebab

  Analisis Faktor kecelakaan. Namun, variabel Konfirmasi Kecelakaan lainnya yaitu lampu, mesin, Akibat Aspek Sepeda Metode analisis yang chassis, cermin dan konspiranitas Motor Di Daerah digunakan dalam penelitian ini

  4 1 berpengaruh signifikan terhadap Perkotaan ( Aji Suraji , adalah Confirmatory Factor 2 risiko kecelakaan lalu lintas. Hasil Tjah Ngudi jono Analysis pemodelan akhir yang didapat

  University of Widyagama menunjukkan bahwa faktor-faktor

  Malang 2011) yang menyebabkan kecelakaan motor adalah sebagai berikut: lampu, mesin, chassis, cermin, dan konspirasi.