I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - IDENTIFIKASI JENIS IKAN HASIL TANGKAPAN NELAYAN DI SUNGAI MEUREUBO KABUPATEN ACEH BARAT - Repository utu

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Perairan umum daratan Indonesia memiliki keanekaragaman jenis ikan yang tinggi, sehingga tercatat sebagai salah satu perairan dengan mega

  

biodiversity di Indonesia. Komisi Plasma Nutfah Indonesia melaporkan bahwa

  kekayaan plasma nutfah ikan di perairan umum daratan Indonesia mencapai 25% dari jumlah jenis ikan yang ada di dunia (Kartamihardja et al., 2008).

  Salah satu upaya dalam pengelolaan sumberdaya perikanan secara lestari sebagaimana diamanatkan dalam UU No 31 Tahun 2009 tentang Perikanan, maka diperlukan data dan informasi tentang kondisi stok ikan di suatu perairan. Survey akustik menggunakan echosounder kuantitatif telah umum digunakan untuk menduga kelimpahan dan biomass ikan untuk menyediakan data dan informasi bagi pengelolaan sumberdaya perikanan (Simmonds dan MacLennan, 2005).

  Aplikasi hidroakustik untuk menduga stok ikan dapat memberikan data dan informasi mengenai kepadatan ikan, kedalaman dan topografi dasar perairan (Wijopriono et al., 2006).

  Ikan dapat diidentifikasi dengan 2 (dua) cara, yakni identifikasi ikan secara ex-situ dan in situ. Identifikasi ikan secara ex situ atau secara taksonomi adalah suatu usaha untuk mengidentifikasi ikan dengan mengambil sampel ikan, dilihat ciri-ciri meristik dan morfometriknya (atau dilihat sampel DNA nya) serta mencocokannya dengan kunci identifikasi dan taksonomi. Identifikasi ikan secara mengidentifikasi ikan dengan gelombang suara pada suatu area tertentu, dan waktu tertentu tanpa menyentuh ikan tersebut (Fauziyah, 2005).

  Jenis ikan air tawar ekonomis penting yang banyak terdapat di perairan umum seperti waduk, sungai dan danau di Indonesia antara lain ikan nila (O.niloticus), ikan patin (P. hypothalmus) dan ikan mas (C. caprio) (Umar dan Kartamihardja, 2006). Keberhasilan introduksi jenis ikan air tawar di perairan umum Indonesia sangat menarik untuk dikaji sejauh mana dinamika stok ikan

  tersebut di habitat barunya.

  Sungai Meureubo terletak di kabupaten Aceh Barat yang panjang sungainya sampai ke gampong Pante Ceuremen. Sungai Meureubo dengan luas

2 DAS 1885Km dan panjang sungai utama kurang lebih 184 Km, memiliki

  topografi pada bagian hulu DAS yang curam dan pada bagian hilir sungai yang relatif datar merupakan daerah rendah dan rawan banjir. Sungai ini memiliki berbagai macam jenis ikan air tawar yang di tangkap oleh nelayan setempat sehingga menjadi sumber mata pencaharian nelayan sungai tersebut. Selain kegiatan perikanan juga terjadi kegiatan lain seperti galian-C.

  Pasca tsunami yang terjadi pada tahun 2004 silam yang memporak- porandakan bumi aceh khusus nya Aceh Barat, pada saat tsunami menerjang kota Meulaboh tanpa terkecuali mengenai sungai Meureubo. Sehingga sungai Meureubo pada saat itu terjadi percampuran air dengan air laut. Muara pada sungai Meureubo juga sudah terjadi pelebaran akibat terjangan gelombang tsunami di aceh.

  Selain ikan-ikan yang di tangkap oleh nelayan sungai masih ada jenis lain mengambil atau menangkap jenis kerang-kerangan yang memiliki nilai jual di pasaran kota Meulaboh. Biasanya nelayan yang ada di sungai Meureubo menjual hasil tangkapan nya langsung pada konsumen dan ada juga sebagian menjual melalui toke bangku apabila hasil tangkapan melimpah.

  Dengan demikian dilakukanlah penelitian dengan mengambil judul “Identifikasi Jenis Ikan Hasil Tangkapan Nelayan di Sungai Meureubo Kabupaten Aceh Barat .

  1.2 Perumusan Masalah

  Berdasarkan dari latar belakang, permasalahan yang terjadi bagaimana mengetahui jenis-jenis ikan yang ada di sungai Meureubo dari hilir sampai ke hulu melalui identifikasi hasil tangkapan nelayan sungai.

  1.3 Tujuan Penelitian

  Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis ikan sungai Meureubo yang tertangkap oleh nelayan serta untuk mengidentifikasi jenis- jenis ikan tersebut.

  1.4 Manfaat Penelitian

  Manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Memberikan informasi mengenai jenis-jenis ikan yang ada di sungai Meureubo.

3. Sebagai pedoman bagi instansi terkait.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

  Adapun ruang lingkup dalam penelitian ini yaitu untuk melihat jenis-jenis ikan yang tertangkap oleh nelayan sungai Meureubo, cara mengidentifikasi ikan secara baik serta mengetahui nilai ekonomis dari jenis-jenis ikan tersebut sehingga memberi kontribusi yang tepat dalam penelitian ini.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teknik Identifikasi ikan

  Identifikasi merupakan kegiatan untuk mencari dan mengenal ciri-ciri yang beraneka ragam dari individu-individu. Kemudian mencari perbedaan- perbedaan yang mantap sifatnya diantara individu-individu yang nampaknya sama. Identifikasi Ikan mungkin menjadi cukup sulit dilakukan oleh orang kebanyakan. Saat identifikasi hanya mengandalkan pola warna (colour pattern) hal ini tidak dapat dijadikan sebagai acuan, mengingat warna dapat saja berubah berdasarkan atas umur individu, maupun kondisi phisiologis dari ikan tersebut. Karakter penting untuk identifikasi ikan juga meliputi jumlah dari spine,dan rays pada sirip yang berbeda, jumlah sisik sepanjang linea lateralis, bentuk kepala, bentuk sirip, dan lain sebagainya (DKP, 2011).

  Seiring dengan perkembangan teknologi, godaan untuk menggantikan satu varietas ikan bermutu tinggi dengan alternatif ikan bermutu murah dapat menjurus kepada suatu kecurangan. Kesukaran membedakan antara species ikan yang berlainan bila hanya jaringan otot atau daging yang tersedia,sudah diketahui.

  Penggunaan analisis biokimia seperti elektroforesis dapat dimanfaatkan untuk membedakan species yang berlainan (DKP, 2011).

  Identifikasi juga sangat dibutuhkan untuk memperoleh informasi lahan baru yang tepat untuk kegiatan pembenihan/pengindukan dengan mempertimbangkan tidak hanya kondisi geomorfologi dan fisiografis juga pola

  Identifikasi atau determinasi pada umumnya dilakukan dengan urutan sebagai berikut, penggunaan kunci pendahuluan untuk mencari sub-kelas, ordo dan familia, penggunaan kunci untuk mencari genus dan species, apabila dapat memperoleh monografi atau publikasi fauna yang mutakhir, pencocokan atau penyesuaian dengan katalog dan bibliografi (sumber literatur) lain yang diterbitkan paling mutakhir, pencocokan dengan deskripsi yang asli, dan pembandingan dengan tipe specimen yang ada (DKP, 2011).

  Tugas identifikasi ini penting artinya ditinjau dari segi ilmiah, sebab seluruh urutan pekerjaan berikutnya bergantung seratus persen kepada identifikasi yang benar sesuatu species yang sedang diselidiki (DKP, 2011).

  Hal-hal yang harus diperhatikan untuk identifikasi ikan ialah sifat-sifat, ciri-ciri (tanda) bentuk ikan ataupun bagian-bagian anatomi ikan. Tujuan pemisahan hal-hal tersebut adalah untuk menyusun kunci identifikasi,sehingga dengan mudah menuju ke taxon-taxon (aturan) yang akan dicari,yaitu dengan cara melakukan pilihan-pilihan (alternatif) (DKP, 2011).

  Adapun skema dan perhitungan ikan ditunjukan pada Gambar 1 berikut ini.

  Menurut Haryono (2009), adapun cara pengukuran dan perhitungan ikan adalah sebagi berikut.

  • Panjang Total (PT): Merupakan ukuran tubuh terpanjang yang diukur mulai

  Pengukuran

  • moncong terdepan sampai jari-jari sirip ekor terpanjang.
  • taksonomis, diukur mulai moncong terdepan sampai pangkal sirip ekor.

  Panjang Standar (PS): Ukuran panjang ini banyak digunakan oleh para

  • termasuk sirip. Biasanya pada awal sirip punggung sampai ke pangkal sirip perut.

  Tinggi Badan (TB): Diukur pada bagian tubuh yang tertinggi namun tidak

  • dubur sampai pertengahan pangkal sirip ekor.

  Panjang Pangkal Ekor (PPE): Diukur mulai bagian akhir dari pangkal sirip

  • pangkal ekor.

  Tinggi Pangkal Ekor (TPE): Merupakan bagian yang paling rendah dari

  • sampai awal dari pangkal jari-jari sirip punggung pertama.

  Panjang di Depan Sirip Punggung (PDP): Diukur mulai moncong terdepan

  • Diukur mulai pangkal jari-jari pertama sampai pangkal jari-jari sirip terakhir.

  Panjang Pangkal Sirip Punggung (PPP) atau Sirip Dubur (PPD):

  • Diukur berdasarkan jari-jari sirip yang terpanjang mulai dari pangkal sampai ujungnya.

  Tinggi Sirip Punggung (TSP) atau Sirip Dubur (TSD):

  • Panjang Sirip Dada (PSD) atau Sirip Perut (PSP):

  Panjang ini diukur mulai dari pangkal sirip sampai ujung filamen terpanjang.

  • Panjang Kepala (PK): Diukur dari ujung bibir atas sampai bagian paling belakang dari tutup insang.
  • Lebar Kepala (LK): Merupakan bagian yang paling lebar dari jarak antar kedua tutup insang.
  • Tinggi Kepala (TK): Diukur mulai dari pertengahan kepala sampai pertengahan dada.
  • Panjang Moncong (PM): Diukur mulai ujung moncong sampai awal kelopak mata.
  • Diameter Mata (DM): Merupakan jarak paling lebar dari mata
  • Panjang Rahang Atas (PRA): Diukur mulai ujung bibir atas sampai bagian akhir tulang rahang atas
    • Penghitungan:

  • Sisik : Terdapat empat tipe sisik pada ikan yang ada di wilayah Indonesia, yaitu sikloid, stenoid, ganoid dan plakoid.
  • Gurat Sisi: Merupakan jumlah sisik berpori di sepanjang gurat sisi, bisa sempurna atau terputus, dihitung mulai sisik di belakang tutup insang sampai sisik pada pertengahan pangkal ekor.
  • Sisik Melintang Badan: Dihitung berdasarkan jumlah sisik di atas gurat sisi sampai pangkal sirip punggung, dan di bawah gurat sisi sampai pangkal
  • mulai dari pertangahan kepala sampai awal sirip punggung.

  Sisik Sebelum Sirip Punggung: Jumlah sisik pada pertengahan punggung

  Sisik Pada Pipi: Jumlah baris sisik antara mata dan preoperkulum.

  • Sisik Melingkar Pada Pangkal Ekor: Jumlah baris sisik yang melingkari
  • batang ekor pada bidang yang tersempit.
  • tunggal; sedangkan sirip dada dan perut disebut dengan pasangan sirip.

  Sirip : Sirip punggung, dubur dan ekor disebut dengan sirip tengah dan

  • bersekat dang mungkin mengeras

  Duri atau Jari-Jari Keras. Jari-jari sirip pada bagian depan yang tidak

  • bercabang.

  Jari-Jari Lemah. Bagian sirip yang lunak atau bersekat dan umumnya

2.2 Ikan Air Tawar

  Ikan air tawar adalah kurang dari 0,05%. Dalam banyak hal, lingkungan air tawar berbeda dengan lingkungan dan yang paling membedakan adalah tingkat salinitasnya. Untuk bertahan di air tawar, ikan membutuhkan ikan diketahui berada di air tawar. Hal ini karena yang cepat yang menjadikan habitat yang terpencar menjadi mungkin untuk ditinggali (Borgstrøm, Reidar & Hansen, Lars Petter, 2008). akan mendapatkan kelebihan air yang berdifusi ke dalam dan dapat menyebabkan kematian pada ikan (Borgstrøm, Reidar & Hansen, Lars Petter, 2008).

  Karakteristik lainnya terkait ikan air tawar adalah yang berkembang dengan baik. Ginjal ikan air tawar berukuran besar karena banyak air yang melewatinya. Banyak spesies bdi air tawar namun menghabiskan sebagian besar kehidupannya di laut. Mereka dikenal dengan nama (Borgstrøm, Reidar & Hansen, Lars Petter, 2008).

  Spesies yang bermigrasi antara air laut dan air tawar membutuhkan adaptasi pada kedua lingkungan. Ketika berada di dalam air laut, mereka harus menjaga konsentrasi dalam tubuh mereka lebih rendah dari pada lingkungannya. Ketika berada di air tawar, mereka harus menjaga kadar garam berada di atas konsentrasi lingkungan sekitarnya. Banyak spesies yang menyelesaikan masalah ini dengan berasosiasi dengan habitat berbeda pada berbagai tahapan hidup. Belut, bangsa salmon, dan memiliki toleransi salinitas di berbagai tahap kehidupan mereka (Borgstrøm, Reidar & Hansen, Lars Petter, 2008).

2.3 Morfolgi Ikan

  bilateral, yang berarti jika ikan tersebut dibelah pada bagian tengah-tengah tubuhnya (potongan sagittal) akan terbagi menjadi dua bagian yang sama antara sisi kanan dan sisi kiri. Selain itu, ada beberapa jenis ikan yang mempunyai bentuk non-simetris bilateral, yang mana jika tubuh ikan tersebut dibelah secara melintang (cross section) maka terdapat perbedaan antara sisi kanan dan sisi kiri tubuh, misalnya pada ikan langkau (Psettodes erumei (Bloch & Schneider, 1801;

  

dalam Effendie, 1979)) dan ikan lidah (Cynoglossus bilineatus) (Lacepède, 1802;

dalam Djuhanda, 1981)

  Bagian-bagian tubuh ikan secara morfologi dapat d tunjukan pada Gambar 2 berikut ini.

  Gambar 2. Bagian-bagian tubuh ikan secara morfologi (Bond, 1979)

2.4 Fisiologi Ikan

  Ikan adalah anggota vertebrata poikilotermik (berdarah dingin) yang yang paling beraneka ragam dengan jumlah spesies lebih dari 27,000 di seluruh dunia. Secara taksonomi, ikan tergolong kelompok paraphyletic yang hubungan kekerabatannya masih diperdebatkan; biasanya ikan dibagi menjadi ikan tanpa rahang (kelas Agnatha, 75 spesies termasuk lamprey dan ikan hag), ikan bertulang rawan (kelas Chondrichthyes, 800 spesies termasuk hiu dan pari), dan sisanya tergolong ikan bertulang keras (kelas Osteichthyes). Ikan dalam berbagai bahasa daerah disebut iwak, jukut (Saanin, 1984).

  Fisiologi ikan mencakup proses osmoregulasi, sistem sirkulasi, sistem respirasi, bioenergetik dan metabolisme, pencernaan, organ-organ sensor, sistem saraf, sistem endokrin dan reproduksi (Fujaya,1999).

  Insang dimiliki oleh jenis ikan (pisces). Insang berbentuk lembaran- lembaran tipis berwarna merah muda dan selalu lembap. Bagian terluar dare insang berhubungan dengan air, sedangkan bagian dalam berhubungan erat dengan kapiler-kapiler darah. Tiap lembaran insang terdiri dare sepasang filamen, dan tiap filamen mengandung banyak lapisan tipis (lamela). Pada filamen terdapat pembuluh darah yang memiliki banyak kapiler sehingga memungkinkan O

  2

  berdifusi masuk dan CO

  2 berdifusi keluar. Insang pada ikan bertulang sejati

  ditutupi oleh tutup insang yang disebut operkulum, sedangkan insang pada ikan bertulang rawan tidak ditutupi oleh operkulum (Fujaya,1999).

  Insang tidak saja berfungsi sebagai alat pernapasan tetapi dapat pula berfungsi sebagai alat ekskresi garam-garam, penyaring makanan, alat pertukaran ion, dan osmoregulator. Beberapa jenis ikan mempunyai labirin yang merupakan sehingga ikan tahan pada kondisi yang kekurangan O

  2 . Contoh ikan yang

  mempunyai labirin adalah: ikan gabus dan ikan lele. Untuk menyimpan cadangan O

  

2 , selain dengan labirin, ikan mempunyai gelembung renang yang terletak di

dekat punggung (Fujaya,1999).

  Stickney (1979) menyatakan salah satu penyesuaian ikan terhadap lingkungan ialah pengaturan keseimbangan air dan garam dalam jaringan tubuhnya, karena sebagian hewan vertebrata air mengandung garam dengan konsentrasi yang berbeda dari media lingkungannya. Ikan harus mengatur tekanan osmotiknya untuk memelihara keseimbangan cairan tubuhnya setiap waktu.

  Insang tidak saja berfungsi sebagai alat pernapasan tetapi dapat pula berfungsi sebagai alat ekskresi garam-garam, penyaring makanan, alat pertukaran ion, dan osmoregulator. Beberapa jenis ikan mempunyai labirin yang merupakan perluasan ke atas dari insang dan membentuk lipatan-lipatan sehingga merupakan rongga-rongga tidak teratur. Labirin ini berfungsi menyimpan cadangan O

  2

  sehingga ikan tahan pada kondisi yang kekurangan O

  2 . Contoh ikan yang

  mempunyai labirin adalah: ikan gabus dan ikan lele. Untuk menyimpan cadangan O

  

2 , selain dengan labirin, ikan mempunyai gelembung renang yang terletak di

dekat punggung (Fujaya,1999).

  Mekanisme pernapasan pada ikan melalui 2 tahap, yakni inspirasi dan ekspirasi. Pada fase inspirasi, O

  2 dari air masuk ke dalam insang kemudian O

  2 diikat oleh kapiler darah untuk dibawa ke jaringan-jaringan yang membutuhkan.

  Sebaliknya pada fase ekspirasi, CO yang dibawa oleh darah dari jaringan akan

  2 Ikan memiliki bermacam ukuran, mulai dari paus hiu yang berukuran 14 meter (45 ft) hingga stout infantfish yang hanya berukuran 7 mm (kira-kira 1/4 inci). Ada beberapa hewan air yang sering dianggap sebagai “ikan”, seperti ikan paus, ikan cumi dan ikan duyung, yang sebenarnya tidak tergolong sebagai ikan (Djoko Suseno, 2000)

2.5 Nelayan

  Nelayan adalah istilah bagi orang-orang yang sehari-harinya bekerja menangkaplainnya yang hidup di dasar kolam maupun permukaanegara-negara berkembang seperti di masih banyak nelayan yang menggunakan peralatan yang sederhana dalam menangkap ikan. Nelayan di negara-negara maju biasanya menggunakan peralatan modern danyang besar yang dilengkapi teknologi canggih (Islam, 2006).

  Kehidupan nelayan miskin dapat dilihat dari tingkat pendidikan anak- anak, pola konsumsi sehari-hari dan tingkat pendapatan mereka. Karena tingkat pendapatan mereka rendah, maka adalah logis jika tingkat pendidikan anak-anak mereka juga rendah. Banyak anak yang harus berhenti sebelum lulus sekolah dasar atau kalaupun lulus, mereka tidak akan melanjutkan pendidikannya ke sekolah menengah pertama. Disamping itu, kebutuhan hidup yang paling mendasar bagi rumah tangga nelayan miskin adalah pemenuhan kebutuhan

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

  Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November sampai dengan bulan Desember 2012 di aliran sungai Meureubo (dari hilir sampai ke hulu) Meulaboh.

  Hilir meliputi desa Meureubo, tengah meliputi desa Keude Aron sedangkan hulu meliputi desa Pante Ceureumen. Selanjutnya proses identifikasi dilakukan di laboratorium Perikanan Universitas Teuku Umar dengan mengacu pada pedoman identifikasi ikan air tawar.

  Lokasi penelitian akan di tunjukan pada gambar 3 berikut ini.

  Lokasi penelitian di sungai Meureubo

  3.2 Alat dan Bahan

  Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini sebagai berikut : (1) Buku tulis; (2) Pena; (3); Penggaris; (4) Camera digital; (5) Buku identifikasi ikan air tawar (Effendi, 1979) dan (6) Sarung tangan.

  Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini sebagai berikut : (1) Formalin; (2) Alkohol 70% dan (3) Ikan sampel.

  3.3 Metode Penelitian

  Penelitian ini dilaksanakan dengan metode deskriptif yaitu metode penelitian untuk membuat gambaran mengenai sistem dan kejadian dengan pemeliharaan metode survei serta (Nazir, 1999).

  Tujuan penelitian deskriptif adalah untuk membuat pecandraan secara sitematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu. Tetapi para ahli dalam bidang penelitian tidak ada kesepakatan mengenai apa sebenarnya penelitian deskriptif itu. Sementara ahli memberikan arti penelitian deskriptif itu lebih luas dan mencakup segala macam bentuk penelitian kecuali penelitian historis dan penelitian eksperimental, dalam arti luas, biasanya digunakan istilah penelitian survei (Suryabrata, 2005).

  Tujuan studi kasus adalah untuk memberikan secara detail tentang latar belakang, sifat-sifat secara kerangka-kerangka yang langsung dari kasus. Metode survei yaitu suatu proses pengumpulan data primer dan data skunder dengan menanyakan pada responden untuk mendapatkan informasi yang ditanyakan

  3.4 Metode Pengumpulan Data

  Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung di lapangan oleh orang yang melakukan pengamatan atau yang bersangkutan yang memerlukannya. Data ini diperoleh secara langsung dengan melakukan pengamatan dan pencatatan dari hasil observasi, wawancara dan partisipasi aktif serta studi pustaka (Hasan, 2002).

  Pengumpulan data primer peneliti langsung turun ke lapangan , mengoleksi ikan sampel dari nelayan/penangkap ikan sungai. Metode mengoleksi berdasarkan Hasan (2010) yang menerangkan bahwa data primer tersebut. Pengumpulan data sekunder peneliti diperoleh dari sumber-sumber/referensi perpustakaan, data Dinas Kelautan dan Perikanan, data kecamatan dan data desa.

  Sebagai data penunjang dalam penelitian ini juga diukur parameter fisika dan kimia air yang meliputi pH air, kecerahan air, suhu air dan kandungan oksigen terlarut.

  3.5 Teknik Pengoleksian Sampel

  Karena berbagai alasan, tidak semua hal yang ingin dijelaskan atau diramalkan atau dikendalikan dapat diteliti. Penelitian ilmiah boleh dikatakan hampir selalu hanya dilakukan terhadap sebagian sajadari hal-hal yang sebenarnya mau diteliti. Jadi penelitian hanya dilakukan tehadap sampel, tidak terhadap populasi. Namun kesimpulan-kesimpulan penelitian mengenai sampel itu akan dikenakan atau digeneralisasikan terhadap populasi. Generalisasi dari sampel ke Makin tidak sama sampel itu dengan populasinya, maka makin besarlah kemungkinan kekeliruan dalam generalisasi itu. Karena hal yang demikian itulah maka teknik penentuan sampel itu menjadi sangat penting peranan nya dalam penelitian. Berbagai teknik penentuan sampel itu pada hakikatnya adalah cara- cara untuk memperkecil kekliruan generalisasi dari sampel ke populasi. Hal ini dapat dicapai kalau diperoleh sampel yang representatif, yaitu sampel yang benar- benar mencerminkan populasinya (Suryabrata, 2005).

  Di antara berbagai teknik penentuan sampel yang dianggap paling baik adalah penentuan sampel secara rambang (random sampling). Kebaikan teknik ini tidak hanya terletak pada teori yang mendasarinya, tetapi juga bukti-bukti empiris. Perkembangan teknologi komputer telah memungkinkan orang melakukan berbagai simulasi untuk membuktikan keunggulan teknik pengambilan sampel secara rambang itu. Di dalam penentuan sampel secara rambang semua anggota populasi, secara individual atau secara kolektif, diberi peluang yang sama untuk menjadi anggota sampel. Alat untuk mengambil sampel mengambil sampel secara rambang ini yang paling praktis (dan dianghap paling valid juga) ialah dengan menggunakan tabel bilangan rambang atau kalkulator yang mempunyai program untk bilangan rambang. Jika besarnya populasi terbatas, peluang rambang dapat diberikan kepada anggota-anggota populasi secara kelompok, dan kalau perlu dilanjutkan dengan rambang individual (Suryabrata, 2005).

  Dalam penelitian ini dilakukan metode pengoleksian sampel terbagi pada 3 titik sungai yaitu 1 desa di hilir, 1 desa di tengah dan 1 desa di hulu. Sedangkan

  3.6 Teknik Identifikasi

  Sampel ikan yang telah di dapat, untuk selanjutnya dilakukan proses identifikasi yang merujuk pada pedoman identifikasi ikan seperti, the fishes of the Indo-Australian Archipelago III (Leiden, 1916) dan freshwater fishes of western Indonesia and Sulawesi (Kottelat et al, 1993). Identifikasi ikan dilakukan di dalam laboratorium Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universsitas Teuku Umar. Identifikasi yang dilakukan adalah menghitung panjang total, panjang baku, sisik ikan, kehidupan ikan serta lebar mulut ikan.

  Identifikasi adalah tugas untuk mencari dan mengenal ciri-ciri taksonomik individu yang beraneka ragam dan memasukkannya ke dalam suatu takson. Pengertian identifikasi berbeda sekali dengan pengertian klasifikasi. Identifikasi berkaitan erat dengan ciri-ciri taksonomik dan akan menuntun sebuah sampel ke dalam suatu urutan kunci identifikasi, sedangkan klasifikasi berhubungan dengan upaya mengevaluasi sejumlah besar ciri-ciri. Menurut Mayr dan Ashlock (1991), klasifikasi merupakan penataan hewan-hewan ke dalam kelompok-kelompok berdasarkan kesamaan dan hubungan di antara mereka. Ditinjau dari segi ilmiah, identifikasi sangat penting artinya karena seluruh urutan pekerjaan selanjutnya tergantung kepada hasil identifikasi yang benar dari suatu sampel yang sedang diteliti.

  3.7 Analisis Data struktur komunitas seperti derajat penting jenis ikan yang tertangkap, dapat digunakan indeks yang diuraikan dibawah ini.

  Indeks Keaneka Ragaman Jenis : Shanon & Waver : H’ =

  =1

  (n i /N) In (n i /N) H’ = indeks keanekaragaman S = jumlah jenis ikan N = jumlah individu ikan n

  i

  = jumlah individu ikan tiap jenis ke-i

3.8 Jadwal Penelitian

  Tabel 1. Rencana kerja penelitian No Kegitan

  Waktu (bulan)

  1

  Rencana kerja penelitian yang akan dilaksanakan pada sungai Meurebo dari hilir sampai ke hulu ini telah d rincikan seperti pada tabel 1.

  3

  4

  5

  1 Persiapan

  2 Pelaksanaan riset

  3 Analisis data

  4 Konsultasi + revisi laporan

  5 Seminar hasil

  2

  

IV. GAMBARAN UMUM

  4.1 Gambaran Lokasi Penelitian

  Kabupaten Aceh Barat terletak di bagian ujung pulau sumatera di pesisir

  o o

  barat Provinsi Aceh dengan letak geografis 04 06’ 36” Lintang Utara dan 95 52’

  o

  43” 96 16 45” Bujur Timur. Dengan luas wilayah kabupaten Aceh Barat

  2

  mencapai 2.927.95 Km atau seluas 292.795 Ha, sedangkan panjang garis pantai

  2 diperhitungkan 50,55 Km luas laut 233 Km .

  Sungai Meureubo terletak di kabupaten Aceh Barat yang panjang sungainya sampai ke gampong Pante Ceuremen. Sungai Meureubo dengan luas

2 DAS 1885Km dan panjang sungai utama kurang lebih 184 Km, memiliki

  topografi pada bagian hulu DAS yang curam dan pada bagian hilir sungai yang relatif datar merupakan daerah rendah dan rawan banjir. Pada lokasi penelitian mengambil tiga titik tempat pengambilan sampel di antaranya desa Meurebo, Alue Tampak dan Pante Ceureumen.

  Desa Meureubo merupakan ibukota kecamatan Meureubo, adapun gambaran umum Desa Meurebo memiliki batas-batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Pante Ceureumen, sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia, sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Johan Pahlawan serta sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Nagan Raya. Luas

  2

  desa Meurebo 2,17 Km , dimana luas lahan nya mencapai 217 Ha yang terdiri dari

  20 Ha sawah, 89 Ha bukan sawah serta 108 Ha non pertanian. Desa Meureubo penduduk desa Meureubo pada tahun 2010 mencapai 2045 jiwa sedangkan pada tahun 2011 mencapai 2092 jiwa sehingga terjadi pertambahan penduduk mencapai 2,30%. Pada tahun 2011 kegiatan perikanan memiliki produksi ikan yang berasal dari kolam/air tawar mencapai 28,08% sedangkan pada perairan umum mencapai 21,36% (BPS Aceh Barat, 2012).

  Desa Keude Aron merupakan desa dari kecamatan Kaway XVI, adapun gambaran umum Desa Keude Aron memiliki batas-batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan desa Beureugang, sebelah selatan berbatasan dengan desa Kampung Mesjid sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Johan Pahlawan serta sebelah timur berbatasan dengan Sungai Meureubo. Luas desa Keude Aron

  2

  3,03 Km , dimana luas lahan nya mencapai 303 Ha yang terdiri dari 15 Ha sawah, 188 Ha bukan sawah serta 100 Ha non pertanian. Desa Keude Aron merupakan desa yang definitif dan memiliki 3 dusun yang di pimpin oleh seorang geuchik. Jarak desa Keude Aron menuju ibukota kabupaten mencapai 12 Km. Jumlah penduduk desa Keude Aron pada tahun 2010 mencapai 579 jiwa sedangkan pada tahun 2011 mencapai 592 jiwa sehingga terjadi pertambahan penduduk mencapai 2,25%, sedangkan tinggi rata-rata diatas permukaan laut 18 m (BPS Aceh Barat, 2012).

  Desa Pante Ceureumen merupakan desa dari kecamatan Pante Ceureumen yang juga merupakan ibukota dari kecamatan, adapun gambaran umum Desa Pante Ceureumen memiliki batas-batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan desa Kecamatan Sungai Mas, sebelah selatan berbatasan dengan Kecamtan

2 Ceureumen 10,25 Km , dimana luas lahan nya mencapai 1025 Ha yang terdiri dari

  35 Ha sawah, 55 Ha bukan sawah serta 935 Ha non pertanian. Desa Pante Ceureumen merupakan desa yang definitif dan memiliki 3 dusun yang di pimpin oleh seorang geuchik. Jarak desa Pante Ceureumen menuju ibukota kabupaten mencapai 43 Km. Jumlah penduduk desa Pante Ceureumen pada tahun 2010 mencapai 625 jiwa sedangkan pada tahun 2011 mencapai 640 jiwa sehingga terjadi pertambahan penduduk mencapai 2,40%, sedangkan tinggi rata-rata diatas permukaan laut 55 m merupakan daerah lembah/ daerah alioran sungai. Pada tahun 2011 kegiatan perikanan memiliki produksi ikan yang berasal dari kolam/air tawar mencapai 5,37% sedangkan pada perairan umum mencapai 11% (BPS Aceh Barat, 2012).

4.2 Kondisi Lingkungan Perairan Penelitian

  Pada penelitian ini di fokuskan pada di tiga kecamatan di antaranya kecamatan Meureubo, kecamatan Kaway XVI dan kecamatan Pante Ceureumen.

  Adapun desa-desa yang menjadi tempat lokasi penelitian di antarnya desa Meureubo, desa Keude Aron dan desa Pante Ceureumen.

  Kondisi sungai desa Meurebo sudah sedikit tercemar dikarenakan ada aktifitas pembuatan jembatan yang sebagian materialnya jatuh kedalam sungai serta pembuangann limbah rumah tangga sehingga air sungai terkontaminasi oleh bahan-bahan pencemaran tersebut. Warna air sungai tersebut agak kecoklatan di karenakan tekstur tanah dasar sungai ialah tanah liat, kedalaman sungai Meurebo

  Kondisi perairan sungai di desa Keude Aron dapat dikatakan masih bagus dikarenakan air di sungai terebut hanya sedikit terkontaminasi oleh limbah rumah tangga, maka perairan sungai Keude Aron masih dalam kategori baik. Warna air sungainya lumayan jernih karna tekstur tanah pada bagian dasar sungai ialah berpasir, kedalam sungai tersebut mencapai ± 3 meter, adapun lebar sungai nya adalah 100 meter.

  Kondisi perairan sungai di desa Pante Ceureumen dalam kategori baik dikarenkan kurangnya limbah rumah tangga yang masuk ke sungai tersbut, warna air pada sungai di kategorikan jernih karena tekstur tanah pada bagian dasar sungai ialah berpasir. Pada saat musim hujan debit air sungai dapat meningkat sehingga sisi kanan sungai terkikis oleh air sungai tersebut sedangkan pada sisi sebelah kiri sungai sudah ada ikatan batuan beronjong sehingga menjadi aman.

  Kedalaman sungai di desa Pante Ceureumen mencapai ±1,5 meter sedangkan lebar sungai mencapai 70 meter.

4.3 Kegiatan Perikanan Sungai

  Nelayan adalah orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan. Adapun pada penelitian ini menitik beratkan pada nelayan yang menangkap ikan di sungai dan disebut sebagai nelayan sungai.

  Nelayan sungai desa Meurebo mencari ikan di sungai tersebut dengan menggunakan armada tangkap berupa perahu tanpa motor yang alat penggerak nya berupa dayung yang terbuat dari kayu. Nelayan tersebut menggunakan alat sungai tersebut mencapai 30 Kg per hari, ikan-ikan tersbut langsung di jualkan kepada konsumen sekitar desa tersbut.

  Nelayan sungai desa Keude Aron mencari ikan di sungai tersebut dengan menggunakan armada tangkap berupa perahu tanpa motor yang alat penggerak nya berupa dayung yang terbuat dari kayu. Nelayan tersebut menggunakan alat tangkap berupa pancing ikan, jala/jaring dan tembak ikan. Hasil tangkapan rata- rata nelayan sungai tersebut mencapai 15 Kg per hari, ikan-ikan tersbut langsung di jualkan kepada konsumen sekitar desa tersbut.

  Nelayan sungai desa Pante Ceureumen mencari ikan di sungai tersebut dengan menggunakan armada tangkap berupa perahu tanpa motor yang alat penggerak nya berupa dayung yang terbuat dari kayu. Nelayan tersebut menggunakan alat tangkap berupa pancing ikan, jala/jaring serta tembak ikan.

  Hasil tangkapan rata-rata nelayan sungai tersebut mencapai 20 Kg per hari, ikan- ikan tersbut langsung di jualkan kepada konsumen sekitar desa tersbut.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil

  5.1.1 Jenis Ikan Tangkapan Desa Meureubo Jenis-jenis ikan hasil tangkapan nelayan desa Meurebo dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini.

  Tabel 2. Jenis ikan tangkapan desa Meureubo Nama Ikan Panjang Panjang Lebar Lebar

  No Klasifikasi Keterangan Poto

  Lokal Indonesia total baku badan Mulut

  1 Ikan kirong- Ikan kirong- Ordo : Percomorphi 14,5 cm 12,5 cm 3,9 cm 0,3 cm Ikan ini kirong kiorng Famili : Theraponidae merupakan

  Genus : Therapon jenis ikan

  Spesies : Terapon laut tetapi

  jarbua

  bisa hidup di bagian hilir sungai.

  2 Ikan pinang- Ikan Ordo : Percomorphi 19 cm 15,5 cm 4,9 cm 0,8 cm Ikan ini pinang kuniran Famili : Mullidae merupakan

  Genus : Upeneus jenis ikan

  Spesies : Upeneus laut tetapi

  sulphureus

  bisa hidup di bagian hilir sungai. Nama Ikan Panjang Panjang Lebar Lebar No Klasifikasi

  Keterangan Poto Lokal Indonesia total baku badan Mulut

  3 Ikan cikir Ikan kikik Ordo : Percomorphi 15 cm 12 cm 6 cm 0,3 cm Ikan ini api Famili : Leiognathidae merupakan

  Genus : Leiognathus jenis ikan

  Spesies : Leiognathus laut tetapi

   equulus

  bias hidup di bagian hilir sungai.

  4 Ikan gabu Ikan kuwe Ordo : Perciformes 19 cm 16 cm 5,5 cm 2 cm Ikan ini geraong Famili : Carangidae merupakan

  Genus : Caranx jenis ikan

  Spesies : Caranx laut tetapi

  ignobilis

  bisa hidup di bagian hilir sungai.

  5 Ikan cicip Ikan teri Ordo : Clupeiformes 11 cm 9,5 cm 6,1 cm 0,4 cm Ikan ini pinggir Famili : Clupiedae merupakan

  Genus : Clupeichthys jenis ikan

  Spesies : laut tetapi

  

  bisa hidup di bagian hilir sungai.

  6 Ikan gepeng Ikan kerapu Ordo : Percomorphi 22 cm 19 cm 5,1 cm 0,6 cm Ikan ini Famili : Serranidae merupakan

  Genus : Epinephelus jenis ikan

  Species : Epinepheus sp laut/muara Nama Ikan Panjang Panjang Lebar Lebar No Klasifikasi

  Keterangan Poto Lokal Indonesia total baku badan Mulut

  7 Ikan rambe Ikan kuwe Ordo : Perciformes 17 cm 14 cm 6,1 cm 2,2 cm Ikan ini rambe Famili : Carangidae merupakan

  Genus : Caranx jenis ikan

  Spesies : Caranx laut tetapi sexfasciatus . bias hidup di bagian hilir sungai.

  8 Ikan cabe Ikan ketang Ordo : Perciformes 8 cm 5,5 cm 6 cm 0,3 cm Ikan ini bunga Family : Scatophagidae merupakan

  Genus : Scatophagus jenis ikan

  Spesies : Scatophagus laut tetapi

  argus

  bias hidup di bagian hilir sungai.

  5.1.2 Jenis Ikan Tangkapan Desa Keude Aron Jenis-jenis ikan hasil tangkapan nelayan desa Keude Aron dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini.

  Ordo : Ostariophysi Famili : Cyprinidae Genus : Leptobarbus Spesies : Leptobarbus

  niloticus

  4 Ikan nila Ikan nila Ordo : Percomophi Famili : Cichlidae Genus : Oreochromis Spesies : Oreochromis

  Ordo : Perciforines Famili : Mugilidae Genus : Mugil Spesies :cephalus 24 cm 20 cm 4,5 cm 0,2 cm Ikan ini merupakan jenis ikan air tawar yang hidup di sungai

  3 Ikan belanak Ikan belanak

  27 cm 22 cm 7 cm 0,4 cm Ikan ini merupakan jenis ikan air tawar yang hidup di sungai

  hoeveni

  2 Ikan serukan Ikan jelawat

  Tabel 3. Jenis ikan tangkapan desa Keude Aron No

  Ordo : Cypriniformes Famili : Cyprinidae Genus : Tor Spesies : Tor soro 30 cm 25 cm 7,5 cm 0,6 cm Ikan yang hidup di aliran deras sungai

  1 Ikan kerling Ikan garing

  Lokal Indonesia

  Mulut Keterangan Poto

  Lebar badan Lebar

  Panjang total Panjang baku

  Nama Ikan Klasifikasi

  23 cm 19 cm 8 cm 0,7 cm Ikan ini merupakan jenis ikan air tawar/ ikan budidaya

  5.1.3 Jenis Ikan Tangkapan Desa Pante Ceureumen Jenis-jenis ikan hasil tangkapan nelayan desa Pante Ceureumen dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini.

  Tabel 4. Jenis ikan tangkapan desa Pante Ceureumen Nama Ikan Panjang Panjang Lebar Lebar

  No Klasifikasi Keterangan Poto

  Lokal Indonesia total baku badan Mulut

  1 Ikan Ikan Ordo : Cypriniformes 18 cm 15 cm 6 cm 0,3 cm Ikan yang hidup kerling garing Famili : Cyprinidae di aliran deras

  Genus : Tor sungai

  Spesies : Tor soro

  2 Ikan Ikan Ordo : Ostariophysi 27 cm 20 cm 6,6 cm 0,4 cm Ikan yang hidup serukan jelawat Famili : Cyprinidae di sungai

  Genus : Leptobarbus Spesies : Leptobarbus

  hoeveni

  3 Ileh Ikan Ordo : Aguilliformes 50 cm 45 cm 2 cm 0,2 cm Ikan yang hidup belut Famili : Anguillidae di sungai/rawa

  Genus : Anguilla Spesies : Anguilla sp

  4 Limbek Ikan lele Ordo : Siluriformes 22 cm 19 cm 3 cm Ikan yang hidup Famili : Clariidae di sungai dan di

  Genus : Clarias rawa-rawa. Spesies : Clarias sp No Nama Ikan

  Klasifikasi Panjang total

  Panjang baku Lebar badan

  Lebar Mulut

  Keterangan Poto Lokal Indonesia

  5 Bace Ikan gabus Ordo : Famili : Genus :

  Spesies : Channa striata 27 cm 20,1 cm 4,5 cm 0,7 cm Ikan yang hidup di sungai dan di rawa-rawa

5.2 Pembahasan

5.2.1 Identifikasi Ikan Hasil Tangkapan a.

  Ikan Kirong-kirong Badan agak memanjang dan gepeng. Bagian belakang pra-penutup insang bergerigi, bagian belakang penutup insang berduri kuat dan lancip. Sisisk pada garis rusuk 45-49, sisik transversal diatas garis rusuk 7-8 dan 14-15 dibawahnya. Jari-jari keras sirip punggung 12 dan 10 lemah. Sirip dubur berjari- jari keras 3 dan 8 lemah serta sisik-sisik besar. Termasuk ikan buas, makanannya ikan-ikan kecil dan invertebrata. Hidup di perairan pantai, air payau, muara-muara sungai serta bergerombol. Dapat mencapai panjang 30 cm, umumnya 15-20 cm. Warna Bagian atas hijau pupus sedikit kebiruan, putih perak bagian bawah, terdapat 4 ban kuning sedikit gelap memanjang badan. Totol-totol gelap pada sebagian besar sisip punggung dan 5 ban warna hitam (gelap) pada sirip ekor.

b. Ikan pinang-pinang/ikan kuniran

  Ikan kuniran merupakan jenis ikan yang memiliki bentuk badan memanjang sedang, pipih samping dengan penampang melintang bagian depan punggung, serta ukurannya tubuhnya yang mencapai 20 cm. Jenis ikan ini hidup di daerah dangkal berpasir di sekitar terumbu karang. Bentuk badan memanjang sedang, pipih samping dengan penampang melintang bagian depan punggung beberapa garis bengkok yang dalam dan kepala tumpul. Mempunyai pita gelap berwarna coklat kemerahan memanjang di atas gurat sisi mulai dari moncong melewati mata sampai ke pertengahan dasar pangkal ekor.

  c. Ikan cikir/ikan kikik api/ikan petek

  Ikan petek memiliki mulut yang kecil, miring ke bawah dan jika sepenuhnya disembulkan akan membentuk tabung yang mengarah ke bawah. Jika mulut dalam keadaan terkatup, tulang rahang bawah miring membentuk sudut 30 -45 . Kepala seluruhnya tidak bersisik. Panjang tubuh kurangt dari tiga kali tinggi. Ujung hidung tegak, penampang atas dari hidung hingga cekungan antara mata melengkung dan terdapat duri dibagian tengkuknya. Sisik dada sangat tipis dan cerah sehingga dada terlihat seperti tidak bersisik.

  Bagian dada ikan petek terdapat sisik berukuran besar yang mudah sekali lepas. Pipi tidak bersisik, terdapat titik hitam di pangkal ekor, dan jari-jari lemah sirip dorsal bergaris hitam. Bagian tepi sirip ekor berwarna kehitaman dab hamper semua sirip lain nya tidak berwarna atau berwarna sedikit kelabu. Ikan ini memiliki punggung yang sangat melengkung dengan satu buah garis linea literalis dan posisi mulut yang terminal, ukuran panjang maksimumnya mencapai 25 cm.

  d. Ikan gabu/ikan kuwe gerong/ikan belitong

  Belitong mudah dikenali dengan kepala cembung besar dan pedunkel kaudal sempit dengan 2 lunak (keels) terdiri daripada kepingan-kepingan kurus timbul pada kedua bahagian akhit garis garis sisi. Terdapat bahagian bersisik bulat kecil pada bahagian dada di hadapan sirip perut. Sirip dorsal pertama mempunyai 8 duri dan sirip dorsal kedua 17-20 duri lembut. Sirip dubur mempunyai 3 duri dan 15-17 duri lembut, ekornya bercabang. Warnanya berbeda-beda tetapi biasanya kelabu biru dengan kecoklat-coklatan di belakang. Diapit oleh warna

  e. Ikan cicip/ikan teri pinggir

  Ikan teri atau ikan bilis adalah sekelompok ikan laut kecil anggota Engraulidae. Nama ini mencakup berbagai ikan dengan warna tubuh perak kehijauan atau kebiruan. Walaupun anggota Engraulidaei ada yang memiliki panjang maksimum 23 cm, nama ikan teri biasanya diberikan bagi ikan dengan panjang maksimum 5 cm. Moncongnya tumpul dengan gigi yang kecil dan tajam pada kedua-dua rahangnya. Mangsa utama ikan teri ialah

  f. Ikan Kerapu

  Ikan Kerapu (Epinephelus sp) umumnya dikenal dengan istilah "groupers" dan merupakan salah satu komoditas perikanan yang mempunyai peluang baik dipasarkan domestik maupun padar internasional dan selain itu nilai jualnya cukup tinggi.

  Ikan kerapu bentuk tubuhnya agak rendah, moncong panjang memipih dan menajam, maxillarry lebar diluar mata, gigi pada bagian sisi dentary 3 atau 4 baris, terdapat bintik putih coklat pada kepala, badan dan sirip, bintik hitam pada bagian dorsal dan poterior.

  g. Ikan kuwe rambe

  Ikan Kuwe hidup di perairan dangkal, terumbu karang, membentuk gerombolan kecil, dapat mencapai panjang ikan 75 cm, umumnya 50 cm.

  Termasuk ikan buas, makanannya ikan-ikan kecil, krustasea, penangkapan dengan pancing, bubu, jaring klotok, moroami jaring insang. Daerah penyebaran; sepanjang pantai dangkal, perairan karang Indonesia serta muara sungai. Indian

  Ikan Kuwe (Caranx Sexfasciatus) atau yang lebih dikenal dengan nama bluefin treavllyu, termasuk ikan dasar dari golongan predator. Ikan kuwe paling dibedakan oleh pewarnaan nya, memiliki sirip punggung gelap kedua dengan ujung putih pada lobus. Anatomi rinci lain yang lebih fitur juga menetapkan spesies terpisah dari anggota lain dari Caranx. Spesies ini diketahui tumbuh dengan panjang 120 cm dan 18 kg.

h. Ikan cabe/ikan ketang bunga

  Bentuk ikan ketang bunga/kiper mirip dengan ikan discus sehinga ikan kiper juga dijadikan ikan hias bagi sebagian orang. Ikan ini mempunyai bercak totol-totol hitam pada tubuhnya dan ketika dewasa bercak totol-totol hitam ini akan sedikit memudar. Tubuhnya pipih agak berbentuk segiempat. Mata cukup besar, diameternya sedikit lebih kecil daripada panjang mulut. Ikan kiper secara umum memiliki panjang 20 cm dan maksimum pada 38 cm. Ketika memasuki fase matang gonad ikan kiper berukuran sekitar 14 cm. Pada bagian sirip dorsal terdapat jari-jari keras sejumlah 10-11 dan 4 di bagian irip anal.

i. Ikan Kerling/ikan garing

  Ikan garing memiliki duri punggung lunak Keseluruhan total 11; Sirip dubur lunak 8. Panjang ikan ini bisa mencapai 70 cm. Di Indonesia ikan ini dapat dijumpai di Jawa, Sumatra dan Kalimantan. Ikan ini tergolong ikan yang dapat memijah sepanjang tahun, akan tetapi musim pemijahannya cenderung ketika permulaan musim penghujan.

  j. Ikan serukan/ikan jelawat melawan arus menuju ke hulu (Ditjenkan, 1999). Bentuk tubuhnya yang agak bulat dan memanjang, mencerminkan bahwa ikan ini termasuk perenang cepat.