BAB II TINJAUAN PUSTAKA - PERBANDINGAN PERHITUNGAN DEPRESIASI AKTIVA TETAP MENGGUNAKAN METODE GARIS LURUS DAN METODE SALDO MENURUN (Studi kasus Pada PT Madubaru Yogyakarta) - UMBY repository

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pengertian Aktiva Aktiva adalah harta atau kekayaan yang dimiliki oleh

  perusahaan yang digunakan dalam kegiatan atau operasi perusahaan yang sewaktu – waktu dapat dijual atau di pindah tangankan.

2.1.2. Pengertian Aktiva Tetap dan Aktiva Tetap Bergerak

  Menurut Baridwan (2004 : 271) aktiva tetap adalah aktiva- aktiva berwujud yang sifatnya relatif permanen yang digunakan dalam kegiatan perusahaan yang normal. Sedangkan menurut Sofyan (1999 : 20) aktiva tetap adalah aktiva yang menjadi hak milik perusahaan dan dipergunakan secara terus menerus dalam kegiatan menghasilkan barang dan jasa. Definisi aktiva tetap menurut PAI (Prinsip Akuntansi Indonesia) adalah berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun lebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun. Pengertian aktiva tetap dalam akuntansi adalah semua aktiva berwujud yang dimiliki dan digunakan oleh perusahaan untuk membantu perusahaan dalam

  (IAI) dalam Standar Akuntansi Keuangan (2004; 16.2) dikemukakan definisi aktiva tetap adalah sebagai berikut :

  “Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun lebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun” Kieso, Weygandt dan Warfield (2001 ; 500) mengemukakan :

  “property, plant, and equipment are properties of durable nature used in the regular operation of the business”

  Berdasarkan definisi di atas, dapat dijelaskan bahwa aktiva tetap memiliki masa manfaat terbatas sehingga pada saat aktiva tetap sudah tidak mampu memberikan manfaat secara ekonomis maka pada saat itulah aktiva dihentikan untuk diganti agar kegiatan operasi perusahaan dapat berjalan dengan lancar.

  Aktiva tetap memiliki beberapa unsur antara lain sebagai berikut : a.

  Masa manfaat adalah periode suatu aktiva diharapkan digunakan oleh perusahaan, atau jumlah produksi serupa yang diharapkan diperoleh dari aktiva oleh perusahaan.

  b.

  Biaya perolehan adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar imbalan lain yang diberikan untuk memperoleh suatu aktiva pada saat perolehan atau konstruksi sampai dengan aktiva tersebut dalam kondisi dan tempat yang siap untuk dipergunakan.

  c.

  Nilai wajar adalah suatu jumlah, untuk itu suatu aktiva mungkin ditukar atau suatu kewajiban diselesaikan antara pihak yang memahami dan berkeinginan untuk melakukan transaksi wajar.

  d.

  Jumlah tercatat (carryint amount) adalah nilai buku, yaitu biaya perolehan suatu aktiva setelah dikurangi akumulasi penyusutan depresiasi.

  e.

  Jumlah yang dapat diperoleh kembali (recoverable amount) adalah jumlah yang diharapkan dapat diperoleh kembali dari penggunaan suatu aktiva dimasa yang akan datang, termasuk nilai sisanya atas pelepasan aktiva.

  Aktiva tetap bergerak adalah aktiva yang secara fisik bisa dipindahkan dari suatu tempat ke tempat lainnya. Misalnya kendaraan, perlengkapan dan sebagainya.

2.1.3. Penggolongan Aktiva Tetap

  Aktiva tetap dapat dikelompokan dalam berbagai sudut antara lain sebagai berikut :

1. Sudut substansi, aktiva tetap dapat di bagi :

  a) Tangible assets atau aktiva berwujud seperti lahan, mesin, b) Intangible assets atau aktiva yang tidak berwujud seperti goodwill-patens, hak cipta dan lain-lain.

2. Sudut di susutkan atau tidak

  a) Depresiatet plant assets yaitu aktiva tetap yang di susutkan seperti bangunan, peralatan, mesin, infentaris, jalan dan lain - lain.

  b) Undepresiatet plant assets yaitu aktiva tetap yang tidak disusutkan seperti lahan dan lain - lain.

  3. Berdasarkan jenis - jenisnya, dalam aktiva tetap dapat dibagi antara lain sebagai berikut : a)

  Tanah Tanah yang dikelompokkan dalam aktiva tetap adalah tanah milik pemerintah yang digunakan untuk kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat. Contohnya jalan, irigasi serta bangunan.

  b) Peralatan dan mesin

  Peralatan dan mesin yang dikelompokan dalam aktiva tetap adalah peralatan dan mesin yang dimiliki oleh pemerintah dan dapat dipergunakan untuk kegiatan pemerintah dan di manfaatkan oleh masyarakat.

  Contohnya alat berat, alat kantor, alat angkutan, alat bengkel, dan lain sebagainya.

  c) Gedung dan bangunan

  Dikelompokan dalam aktiva tetap adalah gedung dan bangunan yang dimiliki oleh pemerintah untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat.

  d) Jalan, irigasi, dan jaringan

  Jalan, irigasi, dan jaringan yang dikelompokan dalam aktiva tetap adalah jalan, irigasi, dan jaringan yang dimiliki atau dikuasai oleh pemerintah untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum dan dalam kondisi yang digunakan. Contohnya aktiva tetap yang termasuk dalam klasifikasi ini mencakup antara lain : jalan dan jembatan, bangunan air, instalasi, dan jaringan.

  e) Aktiva tetap lainnya

  Aktiva tetap lainnya mencakup aktiva tetap yang tidak dapat dikelompokan ke dalam kelompok aktiva tetap diatas, tetapi memenuhi definisi aktiva tetap. Aktiva tetap lainnya ini dapat meliputi koleksi perpustakaan / buku dan barang bercorak.

  f) Konstruksi dalam pengajaran

  Konstruksi dalam pengajaran mencakup aktiva tetap yang sedang dalam proses pembangunan, yang pada tanggal neraca belum selesai dibangun seluruhnya.

2.1.4. Pengakuan Aktiva Tetap

  Sesuai dengan klasifikasi aktiva tetap, suatu aktiva dapat diakui sebagai aktiva tetapi apabila berwujud dan memenuhi kriteria :

1. Mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan 2.

  Biaya perolehan aktiva dapat diukur secara andal 3. Tidak dimaksudkan untuk dijual dalam operasi normal entitas 4. Diperoleh / dibangun dengan maksud untuk digunakan

  Perusahaan mengakui suatu aktiva tetap apabila aktiva tetap tersebut telah diterima atau diserahkan hak kepemilikannya, dan atau pada saat penguasaannya berpindah. Oleh karena itu, apabila belum ada bukti bahwa suatu aktiva dimiliki atau dikuasai oleh suatu entitas maka aktiva tetap tersebut belum dapat dicantumkan dineraca. Prinsip pengakuan aktiva tetap pada saat aktiva tetap ini dimiliki atau dikuasai berlaku untuk seluruh jenis aktiva tetap, baik yang diperoleh secara individual ataupun gabungan, maupun diperoleh melalui pembelian, pembangunan, swakelola, pertukaran rampasan, atau dari hibah.

2.1.5. Dasar Pencatatan dan Penilaian Aktiva Tetap

  Aktiva tetap dicatat dan dinilai atas dasar harga perolehan (cost). Harga perolehan aktiva tetap merupakan pengeluaran - pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan untuk memperoleh aktiva tetap secara tunai sampai dengan aktiva tetap tersebut siap dipakai dalam operasi perusahaan. Harga perolehan aktiva tetap dapat ditentukan dengan menjumlahkan semua unsur - unsur pengeluaran untuk memperoleh aktiva tetap tersebut. Unsur-unsur pengeluaran dan perhitungannya menjadi harga perolehan tergantung pada jenis dan cara perolehan aktiva tetap.

  Aktiva tetap, dilihat dari segi jenisnya ada bermacam - macam, misalnya tanah, gedung, mesin, peralatan, dan sebagainya. Demikian pula dilihat dari cara perolehannya aktiva tetap dapat diperoleh dengan bermacam - macam cara, antara lain melalui pembelian tunai, pembelian kelompok, pembelian angsuran, pertukaran dengan investasi, dan pertukaran dengan aktiva tetap perusahaan. Dengan demikian, maka proses penentuan harga perolehan aktiva tetap dibagi dalam berbagai cara sebagai berikut :

  1. Penentuan harga perolehan aktiva tetap yang diperoleh dengan cara pembelian tunai.

  2. Penentuan harga perolehan aktiva tetap yang diperoleh dengan cara pembelian yang pembayarannya dilakukan dalam jangka panjang (misalnya, pembelian angsuran).

  3. Pembelian secara kelompok 4.

  Perolehan aktiva tetap dengan membangun sendiri.

  5. Penentuan harga perolehan aktiva tetap yang diperoleh dengan cara pertukaran dengan aktiva nonmoneter.

2.1.6. Perolehan Aktiva Tetap

  Aktiva tetap berwujud dapat diperoleh dengan berbagai cara, dimana masing – masing cara perolehan aktiva tetap berwujud akan mempengaruhi penentuan harga perolehan.

  Menurut Baridwan, Hartanto (2002 ; 323) dan Ainun Na’im perolehan aktiva tetap berwujud dengan berbagai cara diantaranya :

  1. Pembelian tunai / kontan Aktiva tetap yang diperoleh dari pembelian tunai dicatat sebesar uang yang dikeluarkan. Secara umum dapat dinyatakan bahwa, harga perolehan aktiva tetap adalah jumlah dari pengeluaran kas atau ekuivalennya yang dilakukan perusahaan untuk memperoleh aktiva tetap sampai dengan aktiva tetap tersebut siap dipakai dalam operasi perusahaan. Aktiva yang dibeli dengan kontan dicatat sebesar uang yang dikeluarkan untuk pembelian itu ditambah dengan biayabiaya lain sehubungan dengan pembelian aktiva itu, dikurangi potongan harga yang diberikan, baik karena pembelian dalam partai besar maupun karena pembayaran yang dipercepat. Perolehan beberapa aktiva dibeli secara bersamaan dengan suatu jumlah total pembayaran, tanpa dibuat penilaian harga masing – masing, maka perlu ditetukan besar nilai masing – masing aktiva yang didasarkan pada harga pasar.

  2. Pembelian dengan kontrak jangka panjang

  Saat ini kebanyakan transaksi pembelian aktiva tetap dilakukan dengan kredit jangka panjang. Sisa utang itu biasanya dibuktikan melalui notes, surat berharga, bukti utang hipotik dan lain - lain. Utang ini biasanya dibayar dalam beberapa kali angsuran ditambah dengan pembayaran bunga. Pembebanan bunga atas kredit ada dua kemungkinan :

  a) Secara flat

  b) Berdasarkan sisa utang 3.

  Pembelian dengan surat berharga seperti saham atau obligasi Jika aktiva tetap diperoleh dengan mengeluarkan saham atau obligasi, maka aktiva tetap itu harus dicatat sebesar harga pasar saham / obligasi pada saat pembelian. Nilai saham / obligasi dicatat seharga nilai pari. Jika harga pasar lebih besar dari harga pari selisihnya dicatat sebagai premium (agio saham) dan jika harga pasar lebih kecil dari harga pari selisihnya dicatat sebagai disagio saham (discount).

4. Aktiva tetap yang dihadiakan atau ditemukan sendiri

  Jika aktiva tetap diperoleh dengan cara di hadiakan atau ditemukan sendiri maka transaksi ini disebut non reciprocal transfer atau transfer yang tidak memerlukan umpan balik. Aktiva ini harus dicatat sebesar harga pasar yang wajar atau berdasarkan penilaian yang dilakukan oleh pihak / perusahaan penilaian yang independen (Appraisal Company). Dan dikreditkan modal donasi (Donated Capital). PAI menggariskan pedoman sebagai berikut : Aktiva tetap yang diperoleh dari sumbangan harus dicatat sebesar harga taksiran atau harga pasar yang layak dengan mengkreditkan perkiraan modal yang berasal dari sumbangan.

  5. Aktiva tetap yang dibangun sendiri (self-construction) Semua biaya yang langsung (biaya variabel yaitu bahan dan upah langsung dan (overhead variable) digunakan untuk pembangunan ini harus dikapitalisasi. Sesuai PAI yang menyatakan bahwa harga perolehan aktiva tetap yang dibangun sendiri meliputi seluruh biaya yang terjadi berkenan dengan pembangunan aktiva tersebut hingga siap dipergunakan. Dalam persoalan aktiva yang dibangun sendiri ini ada tiga permasalahan :

  a) Tidak membebankan Biaya Overhead tetap ke aktiva tetap yang dibangun b)

  Membebankan sebagian dari seluruh biaya overhead pabrik ke aktiva tetap yang dibangun sendiri c)

  Biaya overhead pabrik dialokasikan ke aktiva tetap atas dasar biaya kesempatan untuk memproduksi barang

  6. Diperoleh secara pertukaran Aktiva tetap dapat diperoleh melalui pertukaran dengan aktiva non moneter lain. Perlakuan akuntansi terhadap pertukaran aktiva non moneter bermacam - macam. Beberapa akuntan berpendapat bahwa akuntansi pertukaran ini harus didasarkan pada harga pasar yang wajar dari aktiva yang diserahkan, sehingga ada kemungkinan diakuinya laba atau rugi pertukaran, yang timbul karena harga pasar aktiva tetap yang diserahkan lebih besar atau lebih kecil dibandingkan nilai bukunya. Sementara itu ada pula yang berpendapat bahwa akuntansi pertukaran harus didasarkan pada nilai buku, sehingga tidak ada laba atau rugi pertukaran yang diakui, dan ada yang berpendapat apabila terjadi rugi pertukaran harus diakui, sedangkan laba pertukaran tidak diakui.

  Dalam transaksi ini PAI memberikan pedoman sebagai berikut; Aktiva tetap yang diperoleh melalui transaksi pertukaran non moneter biasanya dinilai sebesar nilai wajar dari aktiva yang diperoleh atau aktiva yang diserahkan yang mana yang lebih layak berdasarkan data / bukti yang tersedia. Bila menyangkut pertukaran dengan aktiva yang tidak sejenis, perbedaan antara nilai buku aktiva tetap yang diserahkan dengan nilai wajar yang digunakan sebagai dasar pencatatan aktiva yang diperoleh pada tanggal transaksi terjadi harus diakui sebagai laba atau rugi pertukaran aktiva tetap, kecuali dalam hal pertukaran dengan aktiva sejenis dimana laba yang timbul akan ditangguhkan. Dalam aktiva tetap yang sejenis, laba tidak diakui, tetapi rugi harus diakui. Kecuali apabila dalam pertukaran ada kas yang harus diterima maka sebagian laba dapat diakui yang dihitung dengan formula tertentu, sehingga bagian laba yang diakui adalah sebanyak presentase tertentu dari jumlah kas yang diterima. Aktiva tetap menurut cara ini diperoleh dengan cara menukarkan aktiva tetap yang kita miliki dengan aktiva tetap lainnya yang dimiliki pihak lain. Transaksi pertukaran bersih tanpa tambahan - tambahan lain atau dapat juga ditambah dengan transaksi tambahan lainnya (boot) seperti kas misalnya. Dalam hal adanya kas dalam transaski tukar menukar tersebut maka kas ini disebut boot. Dalam masalah pertukaran ini ada digolongkan dua macam kasus yaitu :

  a) Kasus pertukaran yang bersifat khusus (Special Case)

  b) Kasus pertukaran yang umum (General Case) 2.1.7.

   Pengukuran Masa Manfaat Aktiva Tetap 1.

  Masa Manfaat Asset Tetap Berwujud Masa manfaat asset tetap didefenisikan sebagai :

  a) periode suatu asset diharapkan digunakan oleh perusahaan b) jumlah produksi atau unit serupa yang diharapkan diperoleh dari asset oleh perusahaan. Sedangkan manurut Mardiasmo (2009) adalah taksiran kapasitas atau manfaat yang dapat diberikan oleh asset tetap selama ia dapat dipakai, yang biasanya dinyatakan dalam tahun. Dalam menentukan masa manfaat suatu asset, faktor-faktor berikut harus dipertimbangkan : a)

  Penggunaan asset yang diharapkan oleh perusahaan Penggunaan dinilai dengan pedoman kapasitas asset yang diharapkan atau output fisik.

  b) Keuangan fisik yang diharapkan yang tergantung pada faktor operasional seperti jumlah pergantiaan kelompok kerja (shifts) dimana asset digunakan dan program perbaikan dan perawatan dari perusahaan dan perawatan asset pada saat menganggur (idle).

  c) Keusangan teknis yang timbul dari perubahan atau perbaikan produksi; atau dari perubahan permintaan pasar untuk produk jasa yang dihasilkan oleh asset; dan

  d) Pembatasan hukum atau yang serupa atas penggunaan asset seperti habisnya waktu dari sewa guna usaha yang berkaitan.

2.1.8. Pengertian Depresiasi ( Penyusutan )

  Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya bahwa aktiva tetap mempunyai peranan yang penting dalam pelaksanaan aktivitas organisasi. Dengan demikian diperlukan suatu pengelolaan atau kebijakan khusus, baik dalam penggunaan maupun pencatatan akuntansinya. Karena pentingnya aktiva tetap ini maka perlu diadakan aktiva tetap tersebut selama taksiran umur ekonomisnya. Menurut Niswonger, dkk (2002), penurunan harga perolehan karena menurutnya kegunaan sejalan dengan berlalunya waktu dalam penggunaan disebut penyusutan (depreciation). Pada umumnya nilai ekonomis suatu aktiva tetap akan menjalani penurunan yang disebabkan karena pemakaian dan kerusakan, keuangan karena faktor ekonomis dan teknis.

  Menurut Zaki Baridwan (2004), depresiasi adalah :

  “sebagian dari harga perolehan yang secara sistematis dialokasikan menjadi biaya setiap periode akuntansi”

  Dikatakan oleh Mardiasmo (2009), bahwa depresiasi adalah :

  “suatu jumlah yang dialokasikan perusahaan terhadap umur ekonomis aktiva tetap berwujud yang bersangkutan sebagai beban periode berjalan”

  Demikian Harahap (1999), menyatakan bahwa :

  “depresiasi menurut akuntansi pengalokasian harga pokok aktiva tetap selama masa penggunaannya. Atau dapat juga kita sebut sebagai biaya yang dibebankan terhadap produksi akibat penggunaan aktiva tetap itu dalam proses produksi”

  Menurut Standart Akuntansi Keuangan (2002 ; 17.1) definisi penyusutan sebagai berikut :

  “Penyusutan adalah alokasi jumlah suatu aktiva yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaat yang diestimasi. Penyusutan untuk periode akuntansi dibebankan ke pendapatan baik secara langsung maupun secara tidak langsung”

  Dengan demikian berdasarkan beberapa pengertian depresiasi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa depresiasi adalah suatu sistem akuntansi yang bertujuan untuk membagikan harga perolehan atau nilai dasar lain aktiva tetap berwujud, dikurangi nilai sisa (jika ada) selama umur kegunaan unit aktiva tersebut yang ditaksir secara sistematis dan rasional.

  Pembebanan penyusutan merupakan suatu pengakuan terhadap penurunan nilai ekonomis suatu aktiva tetap. Perbedaan pengakuan penyusutan sebagai beban (expense) pada umumnya merupakan beban yang tidak melibatkan pengeluaran kas (non cash expense).

  Pengorbanan sumber ekonomis atau kas terjadi pada saat perolehan aktiva tetap dan jumlah inilah yang dialokasikan sebagai beban penyusutan selama umur ekonomis aktiva tetap yang bersangkutan.

2.1.9. Faktor – Faktor yang Menentukan Beban Penyusutan

  Adapun faktor – faktor yang menentukan beban penyusutan adalah sebagai berikut :

1. Harga Pokok

  Harga pokok merupakan hal yang penting dalam menghitung biaya penyusutan. Harga pokok perolehan meliputi semua biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan suatu aktiva tetap. Semua biaya yang terjadi untuk memperoleh suatu aktiva tetap sampai tiba ditempat dan siap dipakai harus dimasukan sebagai bagian dari harga perolehan suatu aktiva tetap, tidak terbatas pada harga belinya saja. Termasuk dalam harga perolehal yaitu biaya pengiriman, asuransi, biaya pemasangan dan biaya balik nama. Sejalan dengan itu Mardiasmo (2009) mengemukakan bahwa harga perolehan aktiva tetap dihitung dari harga beli ditambah semua biaya yang dikeluarkan pada saat pembelian, sehingga aktiva tersebut dalam keadaan siap untuk digunakan dalam operasi, antara lain bea masuk, biaya angkut, biaya pemasangan, biaya percobaan, dan lain – lain. Harga perolehan tersebut akan dialokasikan pada periode dimana aktiva tersebut digunakan dalam operasi. Alokasi harga perolehan tersebut menjadi beban bagi setiap periode yang menikmati manfaat dari penggunaan aktiva tetap.

2. Nilai Residu

  Nilai residu adalah nilai taksiran realisasi (penjualan melalui kas) aktiva tetap tersebut setelah akhir penggunaannya atau pada saat mana aktiva tetap itu harus ditarik dari kegiatan produksi. Nilai residu ini tidak mesti harus ada, bisa saja harga pada saat dibesituakan adalah nihil.

3. Umur Teknis

  Teknis adalah taksiran jangka waktu penggunaan aktiva tetap itu dalam kegiatan produksi. Umur yang dimaksud disini ada dua yaitu umur fisik dan umur fungsional. Umur fisik berarti berapa lama aktiva tetap itu secara fisik mampu memberikan sumbangan terhadap kegiatan produksi. Umur fisik dapat berakhir disebabkan kerusakan, hancur, terbakar, meledak dan lain-lain. Sedangkan umur fungsional berarti berapa lama aktiva tetap itu mampu untuk memproduksi barang-barang yang dapat ditawarkan dan diterima masyarakat. Aktiva tetap yang secara teknis/fisik masih berjalan belum tentu dianggap memiliki umur fungsional, misalnya apabila produknya dianggap tidak laku atau sudah ketinggalan zaman.

2.1.10. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Metode Depresiasi

  Menurut Hendriksen yang bukunya diahli bahasakan oleh Widjajanto Nugroho (1991 ; 90) faktor – faktor yang harus diperhatikan dalam memilih suatu metode penyusutan adalah sebagai berikut : 1.

  Hubungan antara penurunan nilai aktiva dengan penggunaan a) Nilai waktu menurun karena penggunaan dan bukan sebagai fungsi terlewatnya waktu, gunakan metode beban variabel.

  b) Manfaat mendatang akan menurun sebagai fungsi waktu ketimbang sebagai fungsi penggunaan, gunakan metode garis lurus.

  2. Pengaruh keusangan Keusangan bukan merupakan faktor yang penting dalam menentukan usia, waktu, gunakan metode beban variabel.

  3. Pola biaya reparasi dan pemiliharaan

  a) Biaya reparasi dan pemeliharaan relatif proposional terhadap penggunaan, gunakan metode beban variabel.

  b) Biaya reparasi dan pemeliharaan relatif bersifat konstan sepanjang usia aktiva, gunakan metode garis lurus.

  c) Biaya reparasi dan pemeliharaan bersifat konstan atau menurun, gunakan metode garis lurus.

  d) Biaya reparasi dan pemeliharaan meningkat, gunakan metode beban menurun.

  4. Kemungkinan perubahan dalam pendapatan perusahaan terhadap penggunaan aktiva a)

  Pendapatan bersifat proposional terhadap penggunaan, gunakan metode beban variabel. b) Pendapatan relatif konstan sepanjang usia aktiva, gunakan metode garis lurus.

  c) Pendapatan bersifat konstan atau meningkat sepanjang usia aktiva, gunakan metode beban meningkat.

  d) Pendapatan menurun atau ketidakpastian mengenai pendapatan selama tahun – tahun belakangan, gunakan metode beban menurun.

5. Tingkat efisiensi operasi aktiva yang bersangkutan

  a) Efisiensi operasi relatif konstan sepanjang usia aktiva, gunakan metode garis lurus.

  b) Efisiensi operasi bersifat konstan atau meningkat sepanjang usia aktiva, gunakan metode beban meningkat.

  c) Efisiensi operasi menurun sepanjang usia aktiva, gunakan metode beban menurun.

2.1.11. Metode Penyusutan Aktiva Tetap

  Dalam Standar Akuntansi Keuangan (2004 ; 17.3) menyatakan bahwa :

  “jumlah yang dapat disusutkan dialokasikan ke setiap periode akuntansi selama masa manfaat aktiva dengan berbagai metode yang sistematis. Metode manapun yang dipilih, tanpa memandang tingkat profitabilitas perusahaan dan pertimbangan perpajakan, agar dapat menyediakan daya banding hasil operasi

  Aktiva tetap berwujud dapat disusutkan dalam beberapa metode, oleh karena itu pemilihan metode penyusutan yang akan dipakai terhadap suatu aktiva berwujud harus dipertimbangkan dengan baik. Metode penyusutan yang dipilih dan dianggap tepat untuk jenis aktiva tertentu, belum dapat dipastikan akan tepat untuk diterapkan pada jenis aktiva lain karena perbedaan sifat dan pola penggunaan aktiva tersebut.

  Beberapa metode penyusutan yang dapat digunakan untuk melakukan perhitungan beban penyusutan periodik menurut Standar Akuntansi Keuangan (2004 ; 17.3) antara lain : 1.

  Berdasarkan waktu

  a) Metode garis lurus (straight line method)

  Dalam metode garis lurus aktiva tetap dianggap sama penggunaannya sepanjang waktu, sehingga beban penyusutannya dihitung sama rata. Metode ini lebih melihat pada aspek waktu dari pada aspek kegunaan.

  Metode ini paling banyak diterapkan oleh perusahaan

  • – perusahaan karena paling mudah diaplikasikan dalam akuntansi. Dalam metode penyusutan garis lurus, beban penyusutan untuk tiap tahun nilainya sama besar dan tidak dipengaruhi dengan hasil yang diproduksi. Metode penyusutan ini mempunyai kelebihan dan kelemahan.

  Kelebihan dari metode ini adalah : 1.

  Mudah digunakan dalam praktek.

  2. Lebih mudah dalam menentukan tarif penyusutan. Kelemahan dari metode penyusutan ini adalah : 1.

  Beban pemeliharaan dan perbaikan dianggap sama setiap periode.

  2. Manfaat ekonomis aktiva setiap tahun sama.

  3. Beban penyusutan yang diakui tidak mencerminkan upaya yang digunakan dalam menghasilkan pendapatan.

  4. Laba yang dihasilkan setiap tahun tidak menggabarkan tingkat pengembalian yang sesungguhnya dari umur kegunaan aktiva dalam

  matching principle, beban penyusutan harus proposional pada penghasilan yang dihasilkan.

  b) Metode pembebanan yang menurun 1.

  Metode jumlah angka tahun (sum of the years digit

  method )

  Metode penyusutan ini menghasilkan tarif penyusutan yang menurun dengan dasar penurunan pecahan dari nilai yang dapat disusutkan (harga perolehan dikurangi dengan nilai sisa). Setiap pecahan menggunakan jumlah tahun sebagai bilangan penyebut. Misalnya (5+4+3+2+1=15) dan jumlah tahun akhir dari estimasi umur kegunaan sebagai penghitung. Pandangan yang dianut oleh metode ini adalah bahwa aktiva pada umur awalnya dianggap memberikan performance yang lebih besar pada perusahaan sehingga beban penyusutannya pada awal pemakainnyan lebih besar.

2. Metode saldo menurun (declining balance method)

  Dalam metode ini beban penyusutannya dihitung dengan presentase tertentu yang dihitung melalui rumus tertentu dan dikalikan terhadap nilai buku. Oleh karena itu penyusutan semakin lama semakin mengecil. Filosofinya sama dengan metode garis lurus. Tingkat penyusutan metode ini selalu tetap dan diaplikasikan untuk mengurangi nilai buku pada setiap akhir tahun. Tidak seperti metode lain, dalam metode saldo menurun nilai sisa tidak dikurangi dari harga perolehan dalam menghitung nilai yang dapat disusutkan.

2. Berdasarkan penggunaan

  Metode ini digunakan untuk mengalokasikan beban penyusutan berdasarkan pada proporsi penggunaan aktiva yang sebenarnya. Metode ini beranggapan bahwa nilai aktiva tetap adalah merupakan sejumlah jam produksi, sehingga taksiran umur aktiva tetap itu tergantung pada jumlah jam kerja produksi yang dipakainya. Dalam hal ini beban penyusutan dihitung sesuai dengan penggunaan jam kerja aktiva itu yang dipakai dalam berproduksi. Kelemahan dari metode ini adalah ketika kapasitas produktif dari perusahaan menjadi berkurang karena adanya pesaing baru yang mungkin lebih efisien dan efektif, sehingga cepat atau lambat perusahaan dipaksa untuk mengakui kelemahan dari kapasitas produksinya. Selain itu metode jam-jasa mengakui beban penyusutan berdasarkan unit produksi, sehingga beban penyusutan yang diakui menjadi kecil pada saat produksi yang dihasilkan sedikit, yang selanjutnya akan menyebabkan overstatement terhadap laba yang dilaporkan oleh perusahaan.

  b) Metode jumlah unit produksi (productive-output method)

  Metode ini digunakan untuk mengalokasikan beban penyusutan berdasarkan pada proporsi penggunaan aktiva yang sebenarnya. Metode penyusutan ini menggunakan hasil produksi sebagai dasar pengalokasian beban penyusutan untuk tiap periode. Dalam metode ini beban penyusutan diperlakukan sebagai beban variabel sesuai dengan unit produksi yang dihasilkan tiap periode akuntansi, bukan beban tetap seperti dalam metode penyusutan garis lurus. Kelemahan dari metode ini adalah sama seperti kelemahan yang terdapat pada metode jam-jasa.

3. Berdasarkan kriteria lainnya

  a) Metode berdasarkan jenis jam kelompok (group and

  composite method )

  Metode penyusutan biasanya digunakan untuk satu aktiva tetap. Dalam keadaan tertentu bagaimanapun juga ada berbagai macam aktiva yang disusutkan dengan menggunakan satu tarif penyusutan. Ada dua metode penyusutan untuk aktiva yang beragam yaitu

  group dan composite method. Group mengindikasikan

  kumpulan dari aktiva yang memiliki jenis yang sama dan composite mengarah kepada kumpulan aktiva yang memiliki jenis yang berbeda. Metode group biasanya digunakan untuk kelompok aktiva yang hampir sama jenisnya dan memiliki umur kegunaan yang sama. yang bermacam-macam dan memiliki umur kegunaan yang berbeda-beda. Tarif penyusutan untuk composite

  method ditentukan dengan membagi penyusutan tiap tahun dengan nilai total dari aktiva yang disusutkan.

  Dalam metode ini tarif penyusutan didasarkan pada umur kegunaan kelompok aktiva. Laba / rugi dalam keadaan normal akibat aktiva tersebut dipensiunkan / tidak lagi digunakan, tidak diakui. Perbedaan antara nilai buku aktiva dan nilai sisa dibebankan atau dikurungkan pada akumulasi penyusutan.

  b) Metode anuitas (annuity method)

  Dalam metode anuitas ini beban penyusutan yang dihasilkan pada tahun / periode awal adalah rendah dan akan meningkat jumlahnya tiap periode berikutnya. Metode ini paling banyak digunakan dalam industri

  real estate dan beberapa penyedia jasa, tetapi metode

  ini bukanlah metode penyusutan yang secara umum dapat diterima. Prinsip akuntansi berterima umum sendiri tidak mengijinkan bentuk metode penyusutan ini.

  c) Sistem persediaan (inventory method)

  Metode penyusutan ini biasanya digunakan untuk menilai aktiva berwujud yang nilainya kecil. Kemudian jumlah beban penyusutan dapat dihitung dengan menggunakan nilai awal dari persediaan ditambah dengan beban yang dikeluarkan untuk memperoleh peralatan tersebut dikurangi dengan nilai akhir persediaan. Keberatan utama terhadap metode ini dikarenakan metode ini tidak sistematik dan rasional, karena tidak ada seperangkat formula yang digunakan. Pemilihan metode alokasi dan estimasi masa manfaat aktiva tetap yang dapat disusutkan merupakan masalah pertimbangan. Pengungkapan metode penyusutan yang digunakan dan estimasi masa manfaat akan berguna bagi para pemakai laporan keuangan, dalam menelah kebijakan yang dipilih manejemen dan dapat membuat perbandingan dengan perusahaan lain. Untuk alasan serupa, perlu untuk mengungkapkan jumlah yang dapat disusutkan yang dialokasikan dalam suatu periode dan akumulasi penyusutan pada akhir periode tersebut.

2.1.12. Pencatatan Depresiasi

  Beban depresiasi dicatat setiap akhir periode atau pada saat tertentu dengan jurnal penyesuaian, yaitu dengan mendebit rekening Rekening beban depresiasi merupakan rekening biaya, sedangkan rekening akumulasi depresiasi merupakan rekening pengurang aktiva tetap. Rekening akumulasi depresiasi ini disajikan disebelah debit neraca mengurangi nilai perolehan aktiva tetapnya.

  Apabila aktiva tetap yang didepresiasi adalah mesin pabrik atau aktiva tetap pabrik, maka biaya depresiasi dapat dibebankan pada rekening biaya overhead pabrik. Apabila aktiva tetap yang didepresiasi adalah aktiva tetap yang digunakan untuk beberapa macam fungsi, misalnya gedung yang sebagian digunakan untuk pabrik, sebagian untuk kantor, dan sebagian untuk penjualan, maka biaya depresiasi gedung tersebut harus dialokasikan dalam biaya overhead pabrik, biaya administrasi dan umum, dan biaya penjualan.

2.2. Sub Bab Penelitian Sebelumnya

  Penelitian sejenis yang telah dilakukan sebelumnya oleh Ludhi Rohadi N, tahun 2007 dengan judul penelitian “Analisis Penyusutan Aktiva Tetap Menurut Standar Akuntansi Keuangan dan Perpajakan Serta Pengaruhnya Terhadap Laporan Keuangan pada PDAM Kabupaten Dati II Nganjuk. Dalam penelitian ini penulis membatasi permasalahan atas aktiva tetap yang memiliki umur terbatas dan bila habis masa penggunaan bisa diganti dengan aktiva sejenis, membandingkan metode penyusutan aktiva tetap berdasar No 17 tahun 2000 tentang pajak Penghasilan. Data - data yang digunakan adalah daftar aktiva tetap yang dimiliki perusahaan, kebijakan akuntansi perusahaan terhadap aktiva tetap yang dimilikinya dan laporan keuangan perusahaan yang berakhir 31 Desember 2005. Data

  • data tersebut dianalisis dengan menggunakan metode penyusutan aktiva tetap berdasarkan Standar Akuntansi keuangan dan Undang - Undang Perpajakan no. 17 tahun 2000. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa Perusahaan Daerah Air Minum Nganjuk mencantumkan laba (rugi) bersih sesudah pajak menurut standar akuntansi keuangan sebesar (Rp. 329,658,141.58,-) sedangkan laba (rugi) bersih menurut Pajak (Rp. 559,687,312.80-) jadi ada selisih sebesar Rp. 230,029,171.22,-. Hal ini terjadi sebagai akibat adanya perbedaan metode dalam perhitungan penyusutan menurut SAK dan perpajakan. Hasil selisih sebesar Rp. 230,029,171.22,-. Dapat digolongkan sebagai beda waktu (timing difference ).

  Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Kanugrahan Raharjo tahun 2009, dengan judul Penelitian “Perbandingan Metode Penyusutan Aktiva Tetap Berdasarkan Undang - Undang Perpajakan dan Standar Akuntansi Keuangan Terhadap Pajak Penghasilan PT. Zena Pariwisata Nusantara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode penyusutan aktiva tetap berdasarkan perhitungan perusahaan, SAK dan Perpajakan berbeda tarifnya. Sehingga beban penyusutan yang perusahaan. Dan beban penyusutan menurut perpajakan lebih besar dibandingkan dengan perhitungan PSAK dan perusahaan. Sehingga laba (rugi) usaha menurut perhitungan perusahaan sebesar (Rp.21.318.216). Berdasarkan perhitungan PSAK laba (rugi) usaha sebesar (Rp. 22.047.382), sedangkan menurut Perpajakan laba (rugi) usaha sebesar (Rp. 43.245.300). Hal ini disebabkan oleh perusahaan membebankan penyusutan pada bulan berikutnya, sedangkan perolehan aktiva tetap pada awal bulan. Berdasarkan kesimpulan diatas, maka saran yang dapat diberikan kepada perusahaan adalah sebaiknya meninjau kembali tanggal perolehan aktiva tetap, sehingga alokasi pembebanan penyusutan bisa dibebankan dengan benar. Dan dalam melaporkan kepada pihak fiskal sebaiknya menggunakan ketentuan perpajakan.

  Penelitian yang dilakukan oleh Anggri Wulan Paa 2014, tentang “Analisis Perhitungan Metode Penyusutan Aktiva Tetap sesuai Ketentuan Perpajakan terhadap Laba Bersih CV Karya Indah. Perusahaan menggunakan metode penyusutan yang berbeda dengan ketentuan perpajakan dalam menyusun laporan keuangan komersialnya, maka laporan keuangan tersebut harus dilakukan rekonsiliasi atau penyesuaian dengan ketentuan perpajakan untuk kepentingan penyusunan laporan keuangan fiskal. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat beberapa jurnal pada tabel berikut ini :

Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu

  Nama Judul Variabel Hasil Penelitian Penelitian Penelitian Penelitian Ludhi Analisis penyusutan Akuntansi depresiasi Hasil perhitungan menunjukkan Rohadi, aktiva tetap menurut aktiva tetap menurut bahwa Perusahaan Daerah Air

(2007) standar akuntansi standart akuntansi Minum Nganjuk mencantumkan

keuangan dan perpajakan keuangan perpajakan laba (rugi) bersih sesudah pajak pengaruh pada laporan serta pengaruhnya menurut standar akuntansi keuangan pada PDAM terhadap laporan keuangan sebesar (Rp.

  Kabupaten Dati II keuangan. 329,658,141.58,-) sedangkan laba nganjuk. (rugi) bersih menurut Pajak (Rp.

  559,687,312.80-) jadi ada selisih sebesar Rp. 230,029,171.22,-. Hal ini terjadi sebagai akibat adanya perbedaan metode dalam perhitungan penyusutan menurut SAK dan perpajakan. Hasil selisih sebesar Rp. 230,029,171.22,-. Dapat digolongkan sebagai beda waktu (timing difference). Kanugrahan Perbandingan metode Metode penyusutan Hasil penelitian menunjukkan

Raharjo, penyusutan aktiva tetap aktiva tetap berdasarkan bahwa metode penyusutan aktiva

(2009) berdasarkan undang – undang –undang tetap berdasarkan perhitungan undang perpajakan dan perpajakan dan standar perusahaan, SAK dan Perpajakan standart akuntansi akuntansi keuangan serta berbeda tarifnya. Sehingga beban keuangan terhadap pajak pajak penghasilan. penyusutan yang sebenarnya penghasilan PT Zena menurut PSAK lebih besar Parawisata Nusantara. dibandingkan dengan perhitungan perusahaan. Dan beban penyusutan menurut perpajakan lebih besar dibandingkan dengan perhitungan PSAK dan perusahaan. Sehingga laba (rugi) usaha menurut perhitungan perusahaan sebesar (Rp.21.318.216).

  

Lanjutan Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu

Nama Penelitian Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian

  Anggri Wulan Paa, (2014) Analisis Perhitungan

  Metode Penyusutan Aktiva Tetap sesuai Ketentuan Perpajakan terhadap Laba Bersih CV Karya Indah.

  Besar laba bersih CV

Karya Indah setelah

dilakukan perhitungan penyusutan aktiva tetap dengan menggunakan metode penyusutan yang sesuai dengan ketentuan perpajakan.

  Hasil penelitian menunjukan bahwa Perusahaan menggunakan metode penyusutan yang berbeda dengan ketentuan perpajakan dalam menyusun laporan keuangan komersialnya, maka laporan keuangan tersebut harus dilakukan rekonsiliasi atau penyesuaian dengan ketentuan perpajakan untuk kepentingan penyusunan laporan keuangan fiscal. Sapna Pramesti, (2013) Analisa penerapan kebijakan akuntansi aktiva tetap dan pengaruhnya terhadap laba perusahaan pada PT Sermani Steel di Makasar .

  Pengadaan aktiva tetap yang diterapkan dapat mendukung peningkatan

laba usaha dan

penyusustan aktiva tetap sesuai dengan standar akuntansi keuangan.

  Dari hasil penelitian menunjukan bahwa dengan standar akuntansi keuangan metode penyusutan aktiva tetap yang baik digunakan oleh perusahaan dalam mendapatkan laba yang setinggi-tingginya bagi perusahaan. Maria Florensina DaRato, (2014)

  Perhitungan penyusutan aktiva tetap serta pengaruh terhadap laporan keuangan CV. SDM menurut akuntansi keuangan undang – undang perpajakan.

  

Metode penyusutan

aktiva tetap berdasarkan

undang –undang

perpajakan dan standar akuntansi keuangan serta

pajak penghasilan.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode penyusutan aktiva tetap berdasarkan perhitungan perusahaan, SAK dan Perpajakan berbeda tarifnya. Sehingga beban penyusutan yang sebenarnya menurut PSAK lebih besar dibandingkan dengan perhitungan perusahaan. Dan beban penyusutan menurut perpajakan lebih besar dibandingkan dengan perhitungan PSAK dan perusahaan.

2.3. Kerangka Pemikiran

  Setiap perusahaan memiliki aktiva tetap dengan maksud untuk kelancaran operasional perusahaan. Wujud dari aktiva tetap pada dasarnya adalah barang – barang fisik yang dimiliki perusahaan untuk memperlancar proses produksi atau untuk menyediakan jasa bagi perusahaan dalam kegiatan normal perusahaan yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam buku standar Akuntansi Keuangan (2012 : 16.1) “aktiva tetap adalah asset berwujud yang (a) dimiliki untuk disediakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan yang administratif ; dan (b) diperkirakan untuk digunakan lebih dari satu periode”. Menurut Akbar dalam buku Akuntansi Pengantar (2004 : 237) “aktiva tetap merupakan jenis aktiva yang digunakan untuk jangka panjang dan relatif permanen dalam operasi bisnis normal. Aktiva ini dikuasai oleh perusahaan dan tidak untuk dijual dalam operasi normal perusahaan. Aktiva yang dikategorikan sebagai Aktiva tetap harus memberikan manfaat lebih dari satu tahun.

  Setiap perusahaan selalu menghitung aktiva tetap yang dimiliki sehingga dapat diketahui berapa besar penyusutan aktiva oleh perusahaan tersebut selama masa manfaatnya. Menurut Ainun Na’im (1999 : 39) dalam buku Akuntansi Keuangan 2 , Penyusutan atau selama pemakaian umur aktiva tetap, bukan pengurangan nilai pasar aktiva tetap.

  Dalam perhitungan depresiasi aktiva tetap terdapat beberapa metode yang seringkali digunakan oleh perusahaan. Tetapi ada bebarapa perusahaan yang menngunakan metode depresiasi tanpa mengetahui metode tersebut menguntungkan atau merugikan bagi perusahaan. Metode yang biasanya dipakai dalam perhitungan depresiasi aktiva tetap yaitu :

1. Metode garis lurus, 2.

  Metode saldo menurun 3. Metode jumlah angka tahun, 4. Metode kapasitas, dan 5. Metode khusus

  Kerangka Pemikiran pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.2 Berikut ini.

Gambar 2.2. Kerangka Pemikiran Penelitian

  PERBANDINGAN PERHITUNGAN DEPRESIASI AKTIVA TETAP METODE GARIS LURUS METODE SALDO MENURUN GANDA ANALISIS DATA KESIMPULAN

Dokumen yang terkait

METODE DEPRESIASI AKTIVA TETAP BERWUJUD DAN DAMPAKNYA PADA DENGAN LAPORAN LABA RUGI (Studi Kasus pada PT Intiroda Makmur di Tangerang) Iskandar Efendi Syamsu Rizal Abstrak - Metode Depresiasi Aktiva Tetap Berwujud Dan Dampaknya Pada Laporan Laba Rugi (Stu

0 1 16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 - ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT KESEHATAN BANK MENGGUNAKAN METODE RGEC (Studi pada Bank Jatim dan Bank Jateng Tahun 2011-2015) - Perbanas Institutional Repository

0 0 30

APLIKASI PENILAIAN ASSET DENGAN MENGGUNAKAN METODE GARIS LURUS DAN SALDO MENURUN GANDA (DOUBLE DECLINING)

0 0 22

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - PERENCANAAN PEMELIHARAAN MESIN PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE MARKOV CHAIN DI PT. ADIPRIMA SURAPRINTA-GRESIK

1 1 110

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - PENDETEKSIAN KULIT MANUSIA DENGAN METODE HSV

0 0 53

ANALISIS PERBANDINGAN PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN METODE TRADISIONAL DAN METODE ACTIVITY BASED COSTING (Studi Kasus Pada PT. Sinar Bintang Aluminium Di Kabupaten Banyuasin) -

0 2 95

BAB II KAJIAN PUSTAKA - SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN PRIORITAS PEMBANGUNAN DESA MENGGUNAKAN METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING (SAW) - repository perpustakaan

0 0 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. SISTEM PAKAR - SISTEM PAKAR UNTUK MENDIAGNOSA PENYAKIT HATI MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING - repository perpustakaan

0 1 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Bioetanol - OPTIMASI FERMENTASI BONGGOL POHON PISANG ( Musa Paradisiaca L) MENJADI BIOETANOL DENGAN MENGGUNAKAN METODE RESPON SURFACE - repository perpustakaan

0 0 24

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - EFEKTIVITAS METODE CBIA DAN FGD UNTUK MENINGKATKAN PENGETAHUAN MASYARAKAT KECAMATAN PURWOKERTO UTARA TENTANG OBAT GENERIK - repository perpustakaan

0 1 13