STRATEGI PEMBELAJARAN TAHFIDZUL QUR’AN KELAS III DI SD MIFTAHUSSA’ADAH GONDOSARI GEBOG KUDUS TAHUN PELAJARN 2016/2017 - STAIN Kudus Repository

BAB II LANDASAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Strategi pembelajaran a. Pengertian strategi pembelajaran Strategi berasal dari kata Yunani strategia yang berarti ilmu

  perang atau panglima perang. Berdasarkan pengertian ini, maka strategi adalah suatu seni merancang operasi di dalam peperangan, seperti cara-cara mengatur posisi atau siasat berperang, angkatan darat

  1 atau laut.

  Menurut Ensiklopedia pendidikan, strategi ialah suatu seni, yaitu seni membawa pasukan kedalam medan tempur dalam posisi

  

2

  yang paling menguntungkan. Sedangkan menurut Gagne yang dikutip oleh Iskandarwassid strategi adalah kemampuan internal seseorang

  3 untuk berfikir, memecahkan masalah, dan mengambil keputusan.

  Dalam konteks pengajaran, strategi adalah kemampuan internal seseorang untuk berfikir, memecahkan masalah, dan mengambil keputusan. Artinya, bahwa proses pembelajaran akan menyebabkan peserta didik berpikir secara unik untuk dapat

  4 menganalisis, memecahkan masalah di dalam mengambil keputusan.

  Strategi biasanya berkaitan dengan taktik. Taktik adalah segala cara dan daya untuk menghadapi sasaran tertentu dalam kondisi tertentu agar memperoleh hasil yang diharapkan secara maksimal. Dalam proses pendidikan, taktik tidak lazim digunakan, akan tetapi dipergunakan istilah metode atau teknik. Metode dan teknik mempunyai pengertian yang berbeda meskipun tujuannya sama.

  1 2 Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2013, hlm. 3 3 W. Gulo, Strategi Belajar Mengajar, PT Grasindo, Jakarta, 2002, hlm. 2 4 Iskandarwassid, Strategi Pembelajaran Bahasa, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2008, hlm 3 Iskandar Wasid dan Dadang Sunendar, Strategi Pembelajaran Bahasa, Remaja Rosdakarya,

  Metode adalah jalan yang harus dimulai untuk mencapai tujuan.

  5 Sedangkan teknik adalah cara mengerjakan sesuatu.

  Berdasarkan uraian diatas, dapat dikemukakan bahwa strategi adalah suatu pola yang direncanakan dan ditetapkan secara sengaja untuk melakukan kegiatan atau tindakan dengan mencakup tujuan kegiatan, siapa yang terlibat dalam kegiatan, isi kegiatan, proses kegiatan dan sarana penunjang kegiatan.

  Sedangkan pembelajaran merupakan terjemahan dari kata “instruction” yang dalam bahasa Yunani disebut instructus atau “intruere” yang berarti menyampaikan pikiran, dengan demikian arti instruksional adalah menyampaikan pikiran atau ide yang telah diolah

  6 secara bermakna melalui pembelajaran.

  Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik. Dalam interaksi tersebut banyak sekali faktor yang mempengaruhinya, baik faktor internal yang datang dalam diri individu, maupun faktor eksternal yang datang dari

  7 lingkungan.

  Jadi pembelajaran adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan.

  Strategi pendidikan pada hakikatnya adalah pengetahuan atau seni mendayagunakan semua faktor atau kekuatan untuk mengamankan sasaran kependidikan yang hendak dicapai melalui perencanaan dan pengarahan dalam operasionalisasi sesuai dengan situasi dan kondisi lapangan yang ada. Termasuk pula perhitungan 5 tentang hambatan-hambatannya baik berupa fisik maupun yang 6 , Arifin , Ilmu Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 2003, hlm. 39

Bambang Warsito, Teknologi Pembelajaran : Landasan dan aplikasinya, Rineka Cipta,

  Jakarta, 2008, hlm. 265 7 E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi Konsep, Karakteristik, Implementasi, Dan

  bersifat nonfisik (seperti mental spiritual dan moral baik dari subjek maupun lingkungan sekitar. Strategi pendidikan dapat diartikan sebagai kebijakan dan metode umum pelaksanaan proses

  8 kependidikan.

  Sedangkan strategi pembelajaran adalah perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pembelajaran. Strategi pembelajaran dapat juga diartikan sebagai ilmu atau seni dalam menggunakan sumber daya pembelajaran, sehingga kompetensi dan tujuan pembelajaran dapat tercapai dan terlaksana sesuai dengan perencanaan pembelajaran.dengan kata lain strategi pembelajaran dua makna.

  Pertama , strategi pembelajaran sebagai rencana tindakan atau

  kegiatan, termasuk penggunaan metode dan manfaat bebagai sumber daya, baik kekuatan maupun kelemahan, dalam pembelajaran. Kedua, strategi pembelajaran disusun untuk mencapai tujuan atau kompetensi

  9 tertentu.

  Strategi pembelajaran suatu kebutuhan bagi seorang pengajar, untuk melaksanakan tugas pembelajaran yang sehat, kreatif, bermutu, mempercepat proses pembelajaran dengan hasil yang maksimal, meningkatkan kemampuan dasar siswa, meningkatkan hasil belajar,

  10 dan meningkatkan masyarakat belajar yang efektif.

  Jadi dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Strategi pembelajaran meliputi kegiatan atau pemakaian teknik yang dilakukan oleh pengajar mulai dari perencanaan, pelaksanaan kegiatan sampai ketahap evaluasi, serta 8 program mencapai tujuan tertentu. 9 Arifin, Op. cit., hlm. 39 Andi Prastowo, Pengembangan Bahan Ajar Tematik, Diva press, Jogjakarta, 2013, hlm. 70-

  71 10 Martinis Yamin, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, Gaung Persada Press,

  b.

  Komponen-komponen strategi pembelajaran Komponen-komponen strategi pembelajaran meliputi: 1)

  Tujuan pengajaran Tujuan pengajaran merupakan faktor atau acuan yang harus

  11 dipertimbangkan dalam memilih strategi pembelajaran.

  2) Pengajar

  Sebagai pengajar Guru merupakan salah satu faktor penentu

  12

  keberhasilan setiap upaya pendidikan. Setiap pengajar dituntut untuk menguasai berbagai kemampuan sebagai pengajar. Perbedaan dalam memilih strategi pembelajaran yang akan digunakan oleh seorang pengajar yang satu dengan pengajar yang lain pada tahap program, disebabkan oleh adanya perbedaan pengalaman, pengetahuan, kemampuan menyajikan pelajaran, gaya mengajar, pandangan hidup, dan wawasan masing-masing

  13 pengajar.

  3) Peserta didik

  Didalam kegiatan pembelajaran, peserta didik mempunyai latar belakang yang berbeda-beda. Seperti lingkungan sosial, lingkungan budaya, gaya belajar, keadaan ekonomi, dan tingkat kecerdasan. Makin tinggi kemajemukan masyarakat, makin besar pula perbedaan atau variasi ini di dalam kelas. Hal ini perlu dipertimbangkan dalam menyusun dan menentukan strategi

  14 pembelajaran yang tepat.

  4) Materi pelajaran

  Materi pelajaran dapat dibedakan anatara materi formal dan materi informal. Materi formal adalah materi pelajaran yang 11 terdapat dalam buku teks resmi (buku paket) di sekolah. 12 Iskandarwassid, Op.Cit,. hlm. 8 13 User Usman, Menjadi Guru Profesional, Remaja, Rosdakarya, Bandung, 2002, hlm 1 Iskandarwassid, Op.Cit,. hlm. 23

  Sedangkan materi informal ialah bahan-bahan pelajaran yang bersumber dari lingkungan sekolah yang bersangkutan. Bahan- bahan yang bersifat informal ini dibutuhkan agar pelajaran itu lebih relevan dan actual. Komponen ini termasuk masukan yang

  15 tentunya perlu dipertimbangkan dalam strategi pembelajaran.

  5) Metode pengajaran

  Adanya berbagai macam metode pengajaran perlu dipertimbangkan dalam strategi pembelajaran. Ini perlu karena pemakaian suatu metode akan mempengaruhi bentuk strategi

  16 pembelajaran.

  6) Media pengajaran

  Dewasa ini tersedia bermacam-macam media pengajaran, mulai yang tradisional sampai yang paling canggih, seperti peralatan laboratorium yang modern, computer, dan yang popular sekarang yaitu internet, dan lain-lain. Keberhasilan program pengajaran tidak tergantung dari canggih atau tidaknya media yang digunakan. Tetapi dari ketetapan dan keefektifan media yang digunakan oleh pengajar. Media yang tersedia akan berpengaruh pada pemilihan strategi pembelajaran. 7)

  Faktor administrasi dan finansial Faktor-faktor yang tidak boleh diabaikan dalam pemilihan strategi pembelajaran adalah segi administrasi dan finansial, seperti jadwal pelajaran, kondisi gedung, dan runag belajar. Pada intinya, sarana dan prasarana harus menjadi faktor penunjang yang benar-benar berfungsi selama proses pembelajaran berlangsung. Keberadaan variabel ini merupakan sebuah keharusan. Demikian pula, berkenaan dengan masalah pendanaan atau finansial,

  17 15 kelancaran proses belajarpun sering bergantung pada faktor ini. 16 Ibid, hlm 9 Iskandarwassid, Op.Cit,. hlm 24 Jadi dapat disimpulkan bahwa komponen-komponen strategi pembelajaran sangat penting dalam menentukan atau memilih strategi pembelajaran yang tepat.

2. Kajian tentang prestasi belajar a.

  Pengertian prestasi belajar Prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan), prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang

  18

  diberikan oleh guru. Sedangkan menurut Muhibbin Syah, prestasi

  19 adalah bukti keberhasilan usaha yang dapat dicapai.

  Prestasi belajar adalah sebuah kecakapan atau keberhasilan yang diperoleh seseorang setelah melakukan sebuah kegiatan dan proses belajar sehingga dalam diri seseorang tersebut mengalami perubahan tingkah laku sesuai dengan kompetensi belajarnya. Prestasi belajar juga dapat diartikan sebagai hasil yang telah dicapai atau diperoleh anak berupa nilai mata pelajaran. Ditambahkan bahwa prestasi belajar merupakan hasil yang mengakibatkan perubahan dalam dirin individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar. Dari pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah sesuatu yang merupakan hasil dari proses belajar yang mengakibatkan perubahan tingkah laku sesuai dengan kompetensi belajarnya.

  Suatu pengajaran dikatakan berhasil jika kegiatan belajar dapat mencapai tujuan yang dirumuskan, yang di dalamnya mengandung aspek:

  1) 18 Kognitif (pengetahuan)

  Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 2003, hlm. 700 19 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Remaja Rosdakarya,

  2) Afektif ( tingkah laku)

  20 b.

3) Psikomotorik (keterampilan).

  Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar Setelah kita mengetahui tentang pengertian prestasi belajar, maka kita juga harus mengerti apa saja faktor-faktor dari prestasi belajar. Menurut Nana Sudjana, hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni faktor dari dalam diri siswa itu dan faktor yang datang dari luar diri siswa tau faktor lingkungan. Faktor yang datang dari diri siswa terutama kemampuan yang dimilikinya. Faktor kemampuan siswa besar sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar yang dicapai. Seperti yang dikemukakan oleh Clark yang dikutip oleh Nana Sudjana, menyatakan bahwa hasil belajar siswa di sekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan.

  21 Faktor-faktor yang

  mempengaruhi prestasi belajar, yaitu: 1)

  Faktor dari dalam diri

  a) Kesehatan

  Apabila kesehatan anak terganggu dengan sering sakit kepala, pilek, demam dan lain-lain, maka hal ini dapat membuat anak tidak bergairah untuk mau belajar. Secara psikologi, gangguan pikiran dan perasaan kecewa karena konflik juga dapat mempengaruhi proses belajar.

  b) Intelegensi

  Faktor intelegensi dan bakat besar sekali pengaruhnya terhadap kemampuan belajar anak. Menurut Gardner dalam teori Multiple Intellegence, intelegensi memiliki tujuh dimensi yang semi otonom, yaitu linguistic, music, matematik logis, visual special, kinestetik fisik, sosial interpersonal dan intrapersonal. 20 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Bumi Aksara, Jakarta, 2002, hlm.

  116 21 Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, Sinar Bumi Algesindo, Bandung,

  c) Minat dan motivasi

  Minat yang besar terhadap sesuatu terutama dalam belajar akan mengakibatkan proses belajar lebih mudah dilakukan. Motivasi merupakan dorongan agar anak mau melakukan sesuatu. Motivasi bisa berasal dari dalam diri anak ataupun dari luar lingkungan.

  d) Cara belajar

  Perlu untuk diperhatikan bagaimana teknik belajar, bagaimana bentuk catatan buku, pengaturan waktu belajar, tempat serta fasilitas belajar. 2)

  Faktor dari lingkungan

  a) Keluarga Situasi keluarga sangat berpengaruh pada keberhasilan anak.

  Pendidikan orangtua, status ekonomi, rumah, hubungan dengan oarangtua dan suadara, bimbingan orangtua, dukungan orangtua, sangat mempengaruhi prestasi belajar anak.

  b) Sekolah

  Tempat, gedung sekolah, kualitas guru, perangkat kelas, relasi teman sekolah, rasio jumlah murid per kelas, juga mempengaruhi anak dalam proses belajar.

  c) Masyarakat

  Apabila masyarakat sekitar adalah masyarakat yang berpendidikan dan moral yang baik, terutama anak-anak mereka. Hal ini dapat sebagai pemicu anak untuk lebih giat belajar.

  d) Lingkungan sekitar

  Bangunan rumah, suasana sekitar, keadaan lalu lintas dan iklim juga dapat mempengaruhi pencapaian tujuan belajar.

  Berdasarkan faktor-faktor tersebut, jelas bahwa tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa tidak hanya dipengaruhi dalam diri siswa ataupun dari lingkungan siswa. Maka dari itu untuk dapat meningkatkan prestasi siswa, diharapkan ada keinginan dari dalam diri siswa dan juga dukungan ataupun motivasi dari keluarga dan lingkungan disekitarnya.

  22 Ada sembilan tahapan dalam peristiwa pembelajaran

  (8) Menilai unjuk kerja

  24 Menghafal

  Sehingga seseorang belum dikatakan hafal apabila tidak mampu mengucap kembali suatu materi yang sudah dipelajari dengan bantuan alat lain, semisal buku, catatan kecil dan lain sebagainya.

  Al- Qur’an. Didalam kamus besar bahasa Indonesia, hafalan mempunyai arti atau makna sesuatu yang dihafalkan, dapat mengucapkan diluar kepala (tanpa melihat buku atau catatan lain).

  Prestasi belajar (Hafalan Al-Qur’an) Prestasi belajar dalam hal ini dititik beratkan dengan hafalan

  23 c.

  (9) Meningkatkan retensi dan alih belajar.

  (7) Memberikan balikan informative

  yang diasumsikan sebagai cara-cara eksternal yang berpotensi mendukung proses-proses internal dalam kegiatan belajar adalah:

  (6) Mendorong untuk kerja

  (5) Memberikan bimbingan belajar

  (4) Menyajikan bahan perangsang

  (3) Merangsang ingatan pada prasyarat belajar

  (2) Memberitahukan tujuan pembelajaran terhadap siswa

  (1) Menarik perhatian

  bukanlah merupakan sesuatu yang mudah.menghafal adalah merupakan kemampuan memadukan cara kerja kedua otak yang dimiliki manusia, yakni otak kiri dan otak kanan. 22 Annurahman, Belajar dan pembelajaran, Alfabeta, Bandung, 2009, hlm. 101-102 23 Asri Budiningsih, Belajar dan Pembelajaran, Rineka Cipta, Jakarta, 2005, hlm. 90

  Seseorang cepat lupa dengan sesuatu yang telah dihafal apabila tidak sering diulang sampai menjadi semacam perilaku, karena dalam menghafal adalah dengan menggunakan kerja otak kiri. Kerja otak kiri sangatlah pendek hanya bisa bertahan selama enam jam. Artinya setelah enam jam orang menghafal, kemudian tidak diulang dan ulang lagi, maka yang terjadi adalah lupa.

  Pada dasarnya menghafal bukanlah hal yang asing dimata dunia pendidikan. Karena menghafal ditujukan untuk semua mata pelajaran. Dengan menghafal maka kita akan ingat dengan apa yang telah kit abaca dan kita pelajari. Dalam prestasi belajar, menghafal merupakan prestasi yang sangat bagus. Karena prestasi menghafal tidak dapat dengan mudah untuk didapatkan. Hal itu dikarenakan menghafal membutuhkan konsentrasi yang tinggi agar mendapatkan hasil yang maksimal. Prestasi belajar tidaklah hanya dalam ilmu pengetahuan umum, tetapi juga ilmu pengetahuan agama. Terutama menghafal Al-

  Qur’an. Dalam menghafal Al-

  Qur’an dibutuhkan ketulusan dan keikhlasan dalam hati agar dapat menjalaninya dengan senang hati, ridha, dan tentunya bisa mengatasi segala halangan yang merintangi dalam perjalanannya. Salah satu keistimewaan Al-

  Qur’an adalah kitab yang Allah mudahkan untuk dihafal dan diingat, sebagai firman Allah SWT dalam QS. Al Qamar ayat 17

  ارٍ لِ سَّ قُ ادْ لِ ادْ وَ وَفَ الِ دْ ذِّل لِااوَا دْ قُ دْا ا وَ دْ سَّ وَ ادْ وَ وَاوَ

  Artinya:

  “Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al Qur'an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran

  ?” Inilah jalan yang Allah persiapkan untuk memelihara Al-

  Qur’an dari segla bentuk pengubahan, modifikasi dan penghilangan, sebagai bentuk pembenaran terhadap firman Allah SWT dalam QS Al Hijr 9

  اوَا قُ لِ وَوَ اقُ وَاا سَّ لِ وَ اوَ دْ ذِّلا ا وَ دْاسَّ وَفَ اقُ دْوَ ا سَّ لِ

  Artinya: “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan

  25 Sesungguhnya kami benar- benar memeliharanya.”

  Begitu mulia orang yang dapat menghafal Al- Qur’an. Jadi dengan menghafal Al-

  Qur’an akan dapat menambah prestasi bagi

  26 siswa terutama dalam bidang agama islam.

  d.

  Tipe-tipe hasil belajar Tujuan pendidikan yang ingin dicapai dalam setiap kegiatan belajar mengajar yang ingin dicapai dapat dikategorikan menjadi tiga bidang kognitif (penguasaan intelektual), bidang afektif (berhubungan dengan sikap atau nilai) serta bidang psikomotorik (kemampuan atau keterampilan bertindak atau bertingkah laku. Sebagai tujuan yang hendak dicapai, ketiganya harus nampak sebagai hasil belajar siswa di sekolah.oleh sebab itu ketiga aspek tersebut nampak dalam perubahan tingkah laku, secara tehnik dirumuskan dalam sebuah pernyataan verbal melalui tujuan pembelajaran. Dengan perkataan lain rumusan tujuan pembelajarn berisikan hasil belajar yang diharapkan dikuasai

  27 oleh siswa yang mencakup ketiga aspek tersebut.

  1) Tipe hasil belajar bidang kognitif, meliputi:

  a) Tipe hasil belajar pengetahuan hafalan (knowledge)

  Pengetahuan hafalan dimaksudkan sebagai terjemahan dari kata “knowledge” dari Bloom. Cakupan dalam pengetahuan hafalan termasuk pula pengetahuan yang bersifat factual, di samping pengetahuan yang mengenai hal-hal yang perlu diingat kembali seperti batasan, peristilahan, pasal, hukum, bab, ayat, rumus dan lain-lain.

25 Al-

  26 Qur’an dan Terjemahan, Karya insan Indonesia, Jakarta, 2002, hlm 355 Ahmad Salim Abdwilan, Panduan cepat menghafal Alqur’an, diva pres, Yogyakarta, 2010, hlm. 264-265 b) Tipe hasil belajar pemahaman

  Ada tiga macam pemahaman yang berlaku umum. Pertama, pemahaman terjemahan. Kedua, pemahaman penafsiran. Ketiga, pemahaman ektrapolasi berdasarkan ramalan-ramalan berdasarkan fenomena-fenomena atau peristiwa-peristiwa.

  c) Tipe hasil belajar penerapan (aplikasi)

  Aplikasi adalah kesanggupan menerapkan dan mengabstrasikan suatu konsep, ide, rumus, hukum dan situasi yang baru.

  d) Tipe hasil belajar analisis

  Analisis adalah kesanggupan memecah, mengurai suatu intregitas (kesatuan yang utuh) menjadi unsur atau bagian- bagian yang mempunyai arti atau mempunyai tingkat/hirarki.

  e) Tipe hasil belajar sintesis

  Sintesis adalah kesanggupan menyatukan unsur atau bagian- bagian menjadi satu integritas.

  f) Tipe hasil belajar bidang evaluasi

  Evaluasi adalah kesanggupan memberikan keputusan tentang nilai sesuatu berdasarkan judgment yang dimilikinya dan kriteria yang dipakainya. Faktor yang berpengaruh dalam perkembangan fungsi kognitif dibagi menjadi empat faktor, yaitu: (a) lingkungan fisik, (b) kematangan, (c) pengaruh sosial, (d) proses pengetahuan diri yang disebut ekuilibrasi. Keempat faktor tersebut esensial untuk perkembangan, tetapi tidak sendirian untuk mencukupi. 2)

  Tipe hasil belajar bidang afektif Bidang afektif berkenaan dengan sikap dan nilai tipe hasil belajar afektif tampak dalam berbagai tingkah laku seperti atensi/perhatian terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman sekelas, kebiasaan belajar lain-lain.

  Tingkatam-tingkatan dalam bidang afektif adalah: a) Recuing/attending, yaitu: semacam kesepakatan dalam menerima rangsangan (stimulus) dari luar yang datang pada siswa.

  b) Responding atau jawaban yakni reaksi yang diberikan terhadap stimulus yang datang dari luar.

  c) Valuing (penilaian), berkenaan dengan nilai dan kepercayaan

  28 terhadap gejala atau stimulus tadi.

  3) Tipe hasil belajar bidang psikomotorik

  Target dari hasil prestasi belajar psikomotorik tampak dalam bentuk keterampilan (skills) dan kemampuan bertindak individu. Beberapa ahli pendidikan mengklasifikasikan dan menyusun hirarki hasil belajar psikomotorik. hasil prestasi belajar disusun dalam urutan mulai dari yang paling rendah dan sederhana sampai yang paling tinggi dan kompleks. Hasil prestasi belajar tingkat yang lebih tinggi hanya dapat dicapai apabila peserta didik telah menguasai hasil belajar yang lebih rendah. Menurut Harrow: hasil belajar psikomotorik dapat diklasifikasikan menjadi enam, yaitu: gerakan reflex, gerakan fundamental dasar, kemampuan perseptual, kemampuan fisik, gerakan keterampilan dan komunikasi tanpa

  29 kata.

3. Kajian tentang Tahfidzul qur’an a.

  Pengertian Tahfidzul qur’an Sedangkan t ahfidzul Qur’an terdiri dari dua kata yaitu tahfidz dan Al-

  Qur’an. Kata tahfidz merupakan bentuk masdar ghoir mim dari kata yang mempunyai arti menghafalkan.

  ا– ا– ً يلِفدْوَتَ اقُظذِّفوَقُيُ اوَظسَّفوَح 28 Sedangkan menurut Abdul Aziz Abdul Rauf definisi tahfidz atau 29 Ibid, hlm. 50-54 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Remaja Rosdakarya, bandung, menghafal adalah proses mengulang sesuatu, baik dengan membaca

  30 atau mendengar.

  Secara etimologi al- Qur’an berasal dari kata qaraa-yaqrau yang berarti membaca. Sedangkan al-

  Qur’an sendiri adalah bentuk

  mashdar dari qara’a yang berarti bacaan. Qara’a juga berarti

  mengumpulkan atau menghimpun. Sesuai namanya, al- Qur’an juga berarti himpunan huruf-huruf dan kata-kata dalam satu ucapan yang

  31

  rapi. Hal itu dijelaskan oleh Al- Qur’an dalam Surah Al-Qiyamah ayat 17-18

  18

  17

  • Artinya: "Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya dan membacanya. Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu. (Q.S. Al-

  ) ا: اة ي ا ( ا.

  الِ وَ ﺫ اوَ ﺍ ا وَ دْ قُفَقادْعلِبسَّت وَ ا وَ ادْأوَ وَفَقا ا وَ دْ قُفَقوَ ا وَعدْوَجَا وَ دْفَيوَ وَعاسَّالِ

  

32

Qiyamah, 17-18).

  Sedangkan secara istilah Al- Qur’an adalah kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai mukjizat yang tertulis dalam lembaran-lembaran, yang diriwayatkan secara mutawattir, dan membacanya merupakan ibadah.

  Banyak ulama yang mendefinisikan pengertian Al- Qur’an secara terminologi diantaranya

  Safi’ Hasan Abu Thalib yang menyebutkan Al- Qur’an adalah wahyu yang diturunkan dengan lafal Bahasa Arab dan maknanya dari Allah SWT melalui wahyu yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW, dia merupakan dasar dan sumber utama bagi syariat. Selain itu juga Zakaria al-Birri mendefinisikan Al-

  Qur’an adalah kalam Allah SWT, yang diturunkan kepada Rasul-Nya Muhammad SAW dengan lafal Bahasa Arab dinukil secara mutawatir dan tertulis pada lembaran-lembaran mushaf. Sedangkan Dawud al-Attar, mendefinisikan Al- 30 Qur’an adalah wahyu Allah yang diturunkan kepada

  Http//bukuinsfirasi.blogspot.com/2014/08/pengertian-tahfidz-al- qur’an.html diakses tanggal 17 Januari 2016 jam 09:41 31 Zaki Zamani dan Syukron Maksum, Metode cepat Menghafal Al- Qur’an, Al Barokah, Yogyakarta, 2014, hlm. 15 Nabi Muhammad secara lafaz (lisan), makna serta gaya bahasa (uslub)- nya, yang termaktub dalam mushaf yang dinukil secara mutawatir.

  Dari berbagai definisi Al- Qur’an menurut para ulama di atas mengandung beberapa kekhususan yaitu Al-

  Qur’an sebagai wahyu Allah, yaitu seluruh ayat Al-

  Qur’an adalah wahyu Allah, tidak ada satu kata pun yang datang dari perkataan atau pikiran Nabi. Al- Qur’an diturunkan dalam bentuk lisan dengan makna dan gaya bahasanya.

  Artinya isi maupun redaksi Al- Qur’an datang dari Allah sendiri. Dan Al-

  Qur’an terhimpun dalam mushaf, artinya Al-Qur’an tidak mencakup wahyu Allah kepada Nabi Muhammad dalam bentuk hukum-hukum yang kemudian disampaikan dalam bahasa nabi sendiri. Serta Al-

  Qur’an dinukil secara mutawatir, artinya Al- Qur’an disampaikan kepada orang lain secara terus-menerus oleh sekelompok orang yang tidak mungkin bersepakat untuk berdusta karena banyaknya jumlah orang dan berbeda-

  

33

bedanya tempat tinggal mereka.

  Setelah melihat pengertian tahfidz atau menghafal dan Al- Qur’an diatas dapat disimpulkan bahwa menghafal Al-

  Qur’an adalah suatu proses untuk memelihara, menjaga dan melestarikan kemurnian Al- Qur’an yang diturunkan kepada Rasulullah SAW diluar kepala agar tidak terjadi perubahan dan pemalsuan serta dapat menjaga dari kelupaan baik secara keseluruhan ataupun sebagiannya.

  b.

  Dasar dan hikmah menghafal Al-Qur’an Secara tegas banyak para ulama’ mengatakan, alasan yang menjadikan sebagai dasar untuk menghafal Al-

  Qur’an adalah sebagai berikut :

1) Jaminan kemurnian Al-Qur’an dari usaha pemalsuan.

  Sejarah telah mencatat bahwa Al- Qur’an telah dibaca oleh jutaan manusia sejak zaman dulu sampai sekarang. Para penghafal Al- 33 Qur’an adalah orang-orang yang di pilih Allah untuk menjaga

  Nur Kholis, Pengantar Studi Al- kemurnian Al- Qur’an dari usaha-usaha pemalsuannya. Sebagaimana firman Allah swt dalam QS. Al-Hijr ayat 9:

  اوَا قُ لِ وَوَ اقُ وَاا سَّ لِ وَ اوَ دْ ذِّلا ا وَ دْاسَّ وَفَ اقُ دْوَ ا سَّ لِ

  Artinya: “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran,

  34 dan Sesungguhnya kami benar- benar memeliharanya.”

2) Menghafal Al-Qur’an adalah fardhu kifayah.

  Melihat dari surat Al-Hijr ayat 9 diatas bahwa penjagaan Allah terhadap Al- Qur’an bukan berarti Allah menjaga secara langsung fase- fase penulisan Al-

  Qur’an, tetapi Allah melibatkan para hamba-Nya untuk ikut menjaga Al- Qur’an. Melihat dari ayat di atas banyak ahli

  Qur’an yang mengatakan bahwa hukum menghafal Al-Qur’an adalah

  fardhu kifayah , diantaranya adalah :

  Ahsin W. mengatakan bahwa hukum menghafal Al- Qur’an adalah fardhu kifayah. Ini berati bahwa orang yang menghafal Al-

  Qur’an tidak boleh kurang dari jumlah mutawatir sehingga tidak akan ada kemungkinan terjadinya pemalsuan dan pengubahan terhadap

  35

  ayat-ayat suci Al- Qur’an.

  Setelah melihat dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hukum menghafal Al- Qur’an adalah fardhu kifayah, yaitu apabila diantara kaum ada yang sudah melaksanakannya, maka bebaslah beban yang lainnya, tetapi sebaliknya apabila di suatu kaum belum ada yang melaksanakannya maka berdosalah semuanya.

  Jadi wajar jika manusia yang berinteraksi dengan Al- Qur’an menjadi sangat mulia, baik di sisi manusia apalagi di sisi Allah, di dunia dan di akhirat. Kemudian berikut ini ada beberapa faedah menghafal Al- Qur’an :

  a) Al-Qur’an menjanjikan kebaikan, berkah dan kenikmatan bagi 34 penghafalnya. Ini sesuai dengan firman Allah swt. yang berbunyi: 35 Al- Qur’an dan Terjemahan, Karya insan Indonesia, Jakarta, 2002, hlm 355 Ahsin W. Al-hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-

  الِا وَبدْاوَدْا ا قُا قُأاوَ سَّ وَلوَ وَيلِاوَ الِ لِت وَ ا قُ سَّفَ سَّ وَيلِاابٌ وَا وَبقُ اوَ دْيوَالِ اقُا وَ دْاوَ دْفَ وَأابٌا وَ لِ

  Artinya:

  ”Ini adalah sebuah Kitab yang kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatNya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai

  

36

fikiran”. (QS. As-Shaad: 29)

  b) Orang yang menghafal Al-Qur’an akan mendapatkan anugerah dari Allah berupa ingatan yang tajam dan pemikiran yang cemerlang.

  c) Penghafal Al-Qur’an memiliki identitas yang baik, akhlak dan perilaku yang baik.

  d) Penghafal Al-Qur’an mempunyai kemampuan mengeluarkan fonetik

  Arab dari landasannya secara thabi’I (alami), sehingga bisa fasih berbicara dan ucapannya benar.

  e) Jika penghafal Al-Qur’an mampu menguasai arti kalimat-kalimat di dalam Al-

  Qur’an, berarti telah banyak menguasai arti kosakata bahasa Arab, seakan-akan telah menghafalkan sebuah kamus bahasa Arab.

  f) Dalam Al-Qur’an banyak sekali ayat-ayat hukum. Seorang yang hafal Al-

  Qur’an akan dengan cepat pula menghadirkan ayat-ayat hukum yang diperlukan dalam menjawab satu persoalan hukum.

g) Orang yang menghafal Al-Qur’an akan selalu mengasah hafalannya.

  Dengan demikian otaknya akan semakin kuat untuk menampung

  37 berbagai macam informasi.

  c.

  Syarat menghafal Al-Qur’an Menghafal Al-

  Qur’an adalah pekerjaan yang sangat mulia. Akan tetapi menghafal Al- Qur’an tidaklah mudah seperti membalikan telapak tangan, oleh karena itu ada hal-hal yang perlu dipersiapkan sebelum menghafal agar dalam proses menghafal tidak begitu berat.

  Diantara beberapa hal yang harus terpenuhi sebelum seseorang memasuki periode menghafal Al- 36 Qur’an ialah :

  Al- Qur’an dan Terjemahan, Karya insan Indonesia, Jakarta, 2002, hlm 651

  1) Mampu mengosongkan benaknya dari pikiran - pikiran dan teori-teori, atau permasalahan-permasalahan yang sekiranya akan mengganggunya. Mengosongkan pikiran lain yang sekiranya mengganggu dalam proses menghafal merupakan hal yang penting.

  Dengan kondisi yang seperti ini akan memepermudah dalam proses menghafal Al- Qur’an karena benar-benar fokus pada hafalan Al- Qur’an.

  2) Niat yang ikhlas. Niat adalah syarat yang paling penting dan paling utama dalam masalah hafalan Al-

  Qur’an. Sebab, apabila seseorang melaukan sebuah perbuatan tanpa dasar mencari keridhaan Allah semata, maka amalannya hanya akan sia-sia belaka. 3)

  Tekad yang kuat dan bulat. Tekad yang kuat dan sungguh-sungguh akan mengantar seseorang ke tempat tujuan, dan akan membentengi atau menjadi perisai terhadap kendala-kendala yang mungkin akan datang merintanginya. Sebagaimana firman Allah swt berikut:

  ٰ ٰ

ًا قُكدْشوَ ادْمقُ قُفَيدْعوَساوَا وَ اوَ لِئ اوَو قُ وَ ابٌ لِ دْ قُ اوَ قُ وَ ا وَ وَفَيدْعوَسا وَوَ ا ىوَعوَسوَ اوَةوَ لِخ دْلْ اوَد وَاوَأادْ وَ وَ

  Arinya: “Dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan

  berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah mukmin, Maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya

  38 dibalasi dengan baik.” (QS. Al-Israa’: 19)

  4) Sabar. Keteguhan dan kesabaran merupakan faktor-faktor yang sangat penting bagi orang yang sedang dalam proses menghafal Al-

  Qur’an. Hal ini disebabkan karena dalam proses menghafal Al-

  Qur’an akan banyak sekali ditemui berbagai macam kendala. 5)

  Istiqamah. Yang dimaksud dengan istiqamah adalah konsisten, yaitu tetap menjaga keajekan dalam menghafal Al- Qur’an. Dengan perkataan lain penghafal harus senantiasa menjaga kontinuitas dan

  efisiensi terhadap waktu untuk menghafal Al- Qur’an.

  6) Menjauhkan diri dari maksiat dan perbuatan tercela. Perbuatan maksiat dan perbuatan tercela merupakan sesuatu perbuatan yang harus dijauhi bukan saja oleh orang yang sedang menghafal Al- Qur’an, tetapi semua kaum muslim umumnya. Karena keduanya mempengaruhi terhadap perkembangan jiwa dan mengusik ketenangan hati, sehingga akan menghancurkan istiqamah dan

  39 konseantrasi yang telah terbina dan terlatih sedemikian bagus.

  d.

  Strategi Menghafal Al-Qur’an Untuk membantu mempermudah membentuk kesan dalam ingatan terhadap ayat-ayat yang dihafal, maka diperlukan strategi menghafal yang baik. Ada beberapa strategi yang digunakan dalam menghafal Al-

40 Qur’an, yaitu:

  1) Strategi pengulangan ganda

  Untuk mencapai tingkat hafalan yang baik tidak cukup hanya dengan sekali proses menghafal saja, namun penghafalan itu harus dilakukan berulang-ulang. 2)

  Tidak beralih pada ayat-ayat berikutnya, sebelum ayat yang sedang dihafal benar-benar hafal Pada umumnya, kecenderungan seseorang dalam menghafal al-

  Qur’an ialah cepat-cepat selesai, atau cepat mendapat sebanyak- banyaknya, dan cepat mengkhatamkannya. Sehingga ketika ada ayat-ayat yang yang belum dihafal secara sempurna, maka ayat- ayat itu dilewati begitu saja, karena pada dasarnya ayat-ayat tersebut lafadznya sulit untuk dihafal, ketika akan mengulang kembali ayat tersebut, menyulitkan sendiri bagi penghafal. Maka dari itu usahakan lafadz harus yang dihafal harus lancar, sehingga mudah untuk mengulangi kembali. 3)

  Menghafal urutan-urutan ayat yang dihafalkannya dalam satu kesatuan jumlah setelah benar-benar hafal ayat-ayatnya.

  Untuk mempermudah proses ini, maka memakai al- Qur’an yang disebut dengan Al- 39 Qur’an pojok akan sangat membantu.

  Ahsin, Op. cit., hlm 48-52

  Dengan demikian penghafal akan lebih mudah membagi sejumlah ayat dalam rangka menghafal rangkaian ayat-ayatnya. 4)

  Menggunakan satu jenis mushaf Diantara strategi menghafal yang banyak membantu proses menghafal al-

  Qur’an ialah menggunakan satu jenis mushaf, walaupun tidak ada keharusan menggunakannya. Hal ini perlu diperhatikan, karena bergantinya penggunaan satu mushaf kepada mushaf lain akan membingungkan pola hafalan dalam bayangannya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa aspek visual sangat mempengaruhi dalam pembentukan hafalan baru. 5)

  Memahami (pengertian) ayat-ayat yang dihafalnya Memahami pengertian, kisah atau asbabun nuzul yang terkandung dalam ayat yang sedang dihafalnya merupakan unsur yang sangat mendukung dalam mempercepat proses menghafal al- Qur’an.

  6) Memperhatikan ayat-ayat yang serupa

  Ada beberapa ayat yang hamper sama, dimana sering terbolak-balik. Kalau penghafal tidak teliti dan tidak memperhatikan, maka dia akan sulit menghafalkannya. 7)

  Disetorkan pada seorang pengampu Menghafal al- qur’an memerlukan adanya bimbingan yang terus menerus dari seorang pengampu, baik untuk menambah setoran hafalan baru, atau untuk takrir, yakni mengulang kembali ayat-ayat yang telah disetorkannya terdahulu. Dengan strategi menghafal yang baik dalam proses pembelajaran menghafal al-

  Qur’an maka tujuan pembelajaran menghafal al- Qur’an tercapai. Selain strategi ada juga alat untuk menghafal Al-

  Qur’an, yang di maksudkan disini adalah alat bantu yang digunakan dalam proses pembelajaran guna membantu untuk mencapai suatu tujuan dapat digunakan sebagai tempat dimana bahan pengajaran itu didapat atau asal untuk belajar seseorang.

  Alat dan sumber pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran

  Tahfizul Qur’an di antaranya adalah alat multimedia

  seperti: (a) komputer/laptop beserta infocus; (b) televisi dan VCD Player ; (c) Tape dan kaset atau CD; (d) Proyektor atau OHP. Buatlah bagan, dengan menggunakan power point untuk diproyeksikan melalui OHP, namun jika tidak ada bisa langsung dengan dibuatkan di papan tulis.

  e.

  Metode dalam menghafal Al-Qur’an Metode dapat dikatakan sebagai cara yang digunakan untuk menjalankan rencana yang telah disusun dalam kegiatan yang nyata agar tujuan pembelajaran yang telah disusun dalam kegiatan yang nyata agar tujuan pembelajaran yang telah direncanakan dapat tercapai secara optimal.

41 Dapat diketahui, bahwa metode sangat berpengaruh besar dalam menentukan keberhasilan belajar mengajar seorang guru.

  Beberapa metode yang dapat diterapkan dalam proses menghafal Al- Qur’an:

  1) Metode ODOA (One Day One Ayat)

  Secara sederhana, Metode ODOA (One Day One Ayat) didefinisikan sebagai metode manghafal Al- Qur’an dengan cara satu hari satu ayat. Ringkasnya, cara kerja dari metode ini adalah menghafalkan satu ayat selama satu hari sampai benar-benar hafal di luar kepala dan kemudian pada hari ke-2 dilanjutkan menghafal ayat ke-2 sampai hafal di luar kepala, begitu seterusnya. Catatan pentingnya adalah sebelum melanjutkan atau menambah hafalan ayat ke-2, ke-3 dan seterusnya, seseorang penghafal harus juga diimbangi dengan muraja’ah agar hafalan hari kemarin yang sudah dihafal tidak lupa.

  2) Metode Turki Usmani

  Secara umum, metode ini didefinisikan sebagai teknik menghafal Al-Quran dengan tidak berdasarkan pada susunan juz, melainkan menghafal ayat Al-

  Qur’an secara acak tapi tetap sistematis. Secara teknis, cara kerja metode ini adalah dengan menghafal satu halaman dari suatu juz, lalu setelah itu pindah lagi pada satu halaman pada juz berikutnya, dan begitu seterusnya. Metode ini sengaja didesain agar para santri tidak merasa jenuh saat menghafal, sehingga bisa berganti-ganti juz. 3)

  Metode ODOP (One Day One Page) Secara ringkas, Metode ODOP (One Day One Page) adalah teknik menghafal Al- qur’an sehari satu halaman mushaf. Jadi satu hari, santri wajib membuat hafalan baru sebanyak 1 halaman.

  Teknisnya, halaman 1 dari juz 1 dihafal sampai lancar dalam waktu 1 hari, kemudian pada hari berikutnya dilanjutkan dengan menghafalkan halaman ke-2 dari juz 1 (ditambah murajaah

  42 halaman pertama yang sudah dihafal kemarin), begitu seterusnya.

  Menurut Ahsin Al-Hafidz ada beberapa metode yang bisa dikembangkan dalam rangka mencari alternatif terbaik untuk menghafal Al-

  Qur’an dan bisa memberikan bantuan kepada para penghafal dalam mengurangi kepayahan dalam menghafal Al- Qur’an.

  43 Metode-metode itu antara lain ialah :

  a) Metode (Thariqah) Wahdah

  Yang dimaksud dengan metode ini, yaitu menghafal satu persatu terhadap ayat-ayat yang hendak dihafalnya. Untuk mencapai hafalan awal, setiap ayat bisa dibaca sebanyak sepuluh kali, atau dua puluh kali, atau lebih sehingga proses ini mampu membentuk pola dalam bayangannya. Dengan demikian penghafal akan 42 mampu mengkondisikan ayat-ayat yang dihafalkannya bukan saja

  Ammar Machmud, Kisah Penghafal Al- Qur’an, Elex Media komputindo, Jakarta, 2015, hlm. 96-103 dalam bayangannya, akan tetapi hingga benar-benar membentuk gerak reflex pada lisannya. Setelah benar-benar hafal barulah dilanjutkan pada ayat-ayat berikutnya dengan cara yang sama, demikian seterusnya hingga mencapai satu muka.

  b) Metode (Thariqah) Kitabah

  Kitabah artinya menulis. Metode ini memberikan alternatif lain daripada metode yang pertama. Pada metode ini penulis terlebih dahulu menulis ayat-ayat yang akan dihafalnya pada secarik kertas yang telah disediakan. Kemudian ayat-ayat tersebut dibacanya sehingga lancar dan benar bacaannya, lalu dihafalkannya. Menghafalnya bisa dengan metode wahdah, atau dengan berkali-kali menuliskannya sehingga dengan berkali-kali menuliskannya ia dapat sambil memperhatikan dan sambil menghafalkannya dalam hati.

  c) Metode (Thariqah) Sima’i

  Sima’i artinya mendengar. Yang dimaksud dengan metode ini ialah mendengarkan sesuatu bacaan untuk dihafalkannya. Metode ini akan sangat efektif bagi penghafal yang mempunyai daya ingat ekstra, terutama bagi penghafal tunanetra, atau anak-anak yang masih di bawah umur yang belum mengenal tulis baca Al- Qur’an. Metode ini dapat dilakukan dengan dua alternatif:

  (1) Mendengar dari guru yang membimbingnya, terutama bagi penghafal tunanetra, atau anak-anak.

  (2) Merekam terlebih dahulu ayat-ayat yang akan dihafalkannya ke dalam pita kaset sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya. Kemudian kaset diputar dan didengar secara saksama sambil mengikutinya secara berlahan-lahan.

  d) Metode (Thariqah) Gabungan

  Metode ini merupakan gabungan antara metode pertama dan metode kedua, yakni metode wahdah dan metode kitabah. Hanya uji coba terhadap ayat-ayat yang telah dihafalnya. Maka dalam hal ini, setelah penghafal selesai menghafal ayat yang dihafalnya, kemudian ia mencoba menuliskannya di atas kertas yang telah disediakan untuknya dengan hafalan pula.

  e) Metode (Thariqah) Jama’

  Yang dimaksud dengan metode ini, ialah cara menghafal yang dilakukan secra kolektif, yakni ayat-ayat yang dihafal dibaca secara kolektif, atau bersama-sama, dipimpin oleh instruktur. Pertama, instruktur membacakan satu ayat atau beberapa dan siswa menirukan secara bersama-sama. Kemudian instruktur membimbingnya dengan mengulang kembali ayat-ayat tersebut dan siswa mengikutinya. Setelah ayat-ayat itu dapat dibaca dengan baik dan benar, selanjutnya mereka mengikuti bacaan instruktur dengan sedikit demi sedikit mencoba melepaskan mushaf (tanpa melihat mushaf) dan demikian seterusnya sehingga ayat-ayat yang sedang dihafalnya itu benar-benar sepenuhnya masuk dalam bayangannya.

  Selain metode-metode yang telah dipaparkan diatas, ada beberapa metode yang mengoptimalkan salah satu kecerdasan atau menggabungkan seluruh kecerdasan seseorang yaitu metode quantum tahfidz. Metode quantum tahfidz disusun berdasarkan kecerdasan. Secara garis besar kecerdasan tercakup dalam tiga kecerdasan yaitu visual, auditorial, dan kinestetik. Beberapa metode quantum tahfidz adalah sebagai berikut:

  (a) Metode audio/talaqqi

  Metode audio/talaqqi adalah metode pertama yang dilakukan Rasul dalam mengajarkan Al-

  Qur’an kepada sahabat. Rasul menerima Al- Qur’an dari Jibril dengan cara mendengar bacaan

  Jibril, sebagaimana Jibril menerima ayat-ayat Al- Qur’an pertama kali dari Allah SWT.

Dokumen yang terkait

STUDI ANALISIS METODE PEMBELAJARAN TAHFIDHUL QUR’AN DI PONDOK TAHFIDH PUTRI ANAK-ANAK YANAABII’UL QUR’AN KARANGMALANG GEBOG KUDUS - STAIN Kudus Repository

0 0 7

STUDI ANALISIS METODE PEMBELAJARAN TAHFIDHUL QUR’AN DI PONDOK TAHFIDH PUTRI ANAK-ANAK YANAABII’UL QUR’AN KARANGMALANG GEBOG KUDUS - STAIN Kudus Repository

0 0 24

A. Jenis Penelitian dan Pendekatan Penelitian - STUDI ANALISIS METODE PEMBELAJARAN TAHFIDHUL QUR’AN DI PONDOK TAHFIDH PUTRI ANAK-ANAK YANAABII’UL QUR’AN KARANGMALANG GEBOG KUDUS - STAIN Kudus Repository

0 0 13

STRATEGI GURU DALAM MENGEMBANGKAN INSTRUMEN EVALUASI SKALA SIKAP PADA MATA PELAJARAN AQIDAH AKHLAK DI MTS. MANBA’UL ULUM GONDOSARI GEBOG KUDUS TAHUN PELAJARAN 2016/2017 - STAIN Kudus Repository

0 0 7

STRATEGI GURU DALAM MENGEMBANGKAN INSTRUMEN EVALUASI SKALA SIKAP PADA MATA PELAJARAN AQIDAH AKHLAK DI MTS. MANBA’UL ULUM GONDOSARI GEBOG KUDUS TAHUN PELAJARAN 2016/2017 - STAIN Kudus Repository

0 0 37

STRATEGI GURU DALAM MENGEMBANGKAN INSTRUMEN EVALUASI SKALA SIKAP PADA MATA PELAJARAN AQIDAH AKHLAK DI MTS. MANBA’UL ULUM GONDOSARI GEBOG KUDUS TAHUN PELAJARAN 2016/2017 - STAIN Kudus Repository

0 0 33

PENERAPAN STRATEGI VIDEO CRITIC PADA PEMBELAJARAN FIQIH DI MA NU IBTIDAUL FALAH SAMIREJO DAWE KUDUS TAHUN PELAJARAN 2016/2017 - STAIN Kudus Repository

0 1 27

PENERAPAN STRATEGI VIDEO CRITIC PADA PEMBELAJARAN FIQIH DI MA NU IBTIDAUL FALAH SAMIREJO DAWE KUDUS TAHUN PELAJARAN 2016/2017 - STAIN Kudus Repository

0 0 12

PENERAPAN STRATEGI VIDEO CRITIC PADA PEMBELAJARAN FIQIH DI MA NU IBTIDAUL FALAH SAMIREJO DAWE KUDUS TAHUN PELAJARAN 2016/2017 - STAIN Kudus Repository

0 0 25

STRATEGI PEMBELAJARAN TAHFIDZUL QUR’AN KELAS III DI SD MIFTAHUSSA’ADAH GONDOSARI GEBOG KUDUS TAHUN PELAJARN 2016/2017 - STAIN Kudus Repository

0 0 7