PENGGUNAAN KONSELING KELOMPOK DENGAN PENDEKATAN REBT DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR PARA KADER HMI CABANG BANDAR LAMPUNG KOMISARIAT DAKWAH - Raden Intan Repository

PENGGUNAAN KONSELING KELOMPOK DENGAN PENDEKATAN REBT
DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR PARA KADER HMI
CABANG BANDAR LAMPUNG KOMISARIAT DAKWAH

Skripsi
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi
Syarat-Syarat Guna Mendapatkan Gelar Sarjana S1
dalam Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Oleh :
DEDE MISWANTO
NPM. 1111080030
Jurusan: Bimbingan dan Konseling Pendidikan Islam

Pembimbing I : Dr. Rifda Elfiah, M.Pd
Pembimbing II : Nova Erlina, S.I.Q, M.Ed

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
RADEN INTAN LAMPUNG
1438 H /2018 M


ABSTRAK
PENGGUNAAN KONSELING KELOMPOK DENGAN PENDEKATAN
REBT
DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR PARA KADER HMI
CABANG BANDAR LAMPUNG KOMISARIAT DAKWAH

Oleh :
Dede Miswanto
Npm : 1111080030
Kata kunci : Rational Emotive Behavior Therapy (REBT), Motivasi Belajar
Motivasi belajar memiliki peranan yang penting dalam kegiatan
belajar. Motivasi belajar menentukan seberapa jauh peserta didik akan belajar
dari kegiatan pembelajaran atau seberapa jauh peserta didik menyerap
informasi yang disajikan oleh pengajar. Begitu pentingnya peranan motivasi
belajar untuk dimiliki seorang peserta didik. Namun tidak semua peserta didik
memiliki motivasi belajar yang tinggi. Terdapat banyak faktor yang
mempengaruhi motivasi belajar, dimana salah satunya adalah presepsi kognitif
peserta didik itu sendiri mengenai kemampuannya dalam keberhasilan belajar.
Penelitian ini dilatar belakangi oleh 9 orang kader HMI Cabang Bandar

Lampung Komisariat Dakwah yang memiliki masalah terkait motivasi belajar.
Para kader tersebut memiliki semangat yang rendah, terutama dalam
mengikuti kegiatan perkuliahan. Penelitian ini dilakukan agar dapat
meningkatkan motivasi para kader tersebut, sehingga mendapatkan hasil
belajar yang maksimal.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penggunaan
konseling kelompok dengan pendekatan Rational Emotive Behavior
Therapy (REBT) ini efektif dalam meningkatkan motivasi belajar para kader
HMI Cabang Bandar Lampung Komisariat Dakwah. Berdasarkan hasil
perhitungan pretest 9 (Sembilan) sampel tersebut didapatkan hasil rata-rata
motivasi belajar para kader rendah dengan nilai 573:9=63,7. Setelah
dilakukan konseling kelompok dengan pendekatan Rational Emotive
Behavior Therapy (REBT) motivasi belajar para kader cenderung menigkat
menjadi tinggi dengan angka 1207:9=134,2. Anilisis data menggunakan
statistik. Dari hasil anlisis data kelompok dengan menggunakan perhitungan
spss.

ii

KEMENTERIAN AGAMA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
Jl. Let. Kol H. Endro Suratmin Sukarame Bandar Lampung Telp. 0721-703260

PERSETUJUAN
Judul Skripsi

Nama
NPM
Jurusan
Fakultas

: PENGGUNAAN KONSELING KELOMPOK DENGAN
PENDEKATAN REBT DALAM MENINGKATKAN
MOTIVASI BELAJAR PARA KADER HMI CABANG
BANDAR LAMPUNG KOMISARIAT DAKWAH
: Dede Miswanto
: 1111080030
: Bimbingan dan Konseling Pendidikan Islam
: Tarbiyah dan Keguruan

MENYETUJUI

Untuk di Munaqosyahkan dan dipertahankan dalam sidang Munaqosyah
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Intan Lampung

Pembimbing I

Pembimbing II

Dr. Hj. Rifda El Fiah, M.Pd
NIP. 196706221994032002

Nova Erlina, S.IQ, M.Ed,
NIP.19781114200912003

Mengetahui
Ketua Jurusan Bimbingan dan Konseling Pendidikan Islam

Dr.Andi Thahir, S.Psi.,MA.Ed.D
NIP. 197604272007011015


iii

KEMENTRIAN AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
Alamat : Jl Letnan Kolonel H. Endro Suratmin telp: 0721-704030 Sukarame 1 Bandar Lampung 35131

PENGESAHAN
Skripsi dengan judul : PENGGUNAAN KONSELING KELOMPOK
DENGAN PENDEKATAN REBT DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI
BELAJAR KADER HMI CABANG BANDAR LAMPUNG KOMISARIAT
DAKWAH, disusun oleh: Dede Miswanto, NPM: 1111080030, Program Studi:
Bimbingan dan Konseling Pendidikan Islam, telah Diujikan dalam Sidang
Munaqosah Fakultas Tarbiyah dan Keguruan pada Hari Jum’at, Tanggal 08 Juni
2018.

TIM / DEWAN PENGUJI :

Ketua


: Dr. Meriyati, M.Pd,

(………………)

Sekretaris

: Iip Sugiharta, M.Si,

(………………)

Penguji Utama

: Dr. Oki Dermawan, M.Pd,

(………………)

Penguji Pendamping I : Dr. Rifda Elfiah, M.Pd,

(………………)


Penguji Pendamping II : Nova Erlina, SIQ, M.Ed,

(………………)

Mengetahui,
Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

Prof. Dr.H. Chairul Anwar M.Pd
NIP.19560810 198703 1001

iv

MOTTO

         

Artinya :
“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, Padahal
kamulah orang-orang yang paling Tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang

beriman”.1(QS. Al-Imran : 139)

1

Al-Qur’an dan Terjemahan, Departemen Agama, Pustaka Al-Mubin, Jakarta Timur, 2013,

Hal.67

v

PERSEMBAHAN
Teriring do’a dan rasa syukur kepada Allah SWT, atas segala berkah, nikmat,
perlindungan dan pertolonganNya yang selalu memberikan kemudahan dan memaknai
kehidupan ini. Dengan segenap dan ketulusan hati, kupersembahkan karya sederhana ini kepada:
1. Kedua orang tua ku, Bapak Maman dan Ibu Saminah yang telah mencurahkan
pengorbanan tanpa pamrih, kasih sayang yang tulus, perhatian yang welas asih, dan do’a
mengalun syahdu yang selalu menyertai dan mengiri setiap langkahku.
2. Kakak-kakak ku tercinta, Istuti, Cecep Zainudin, Jum Nur Rohayati, Agus Sudrajat,
Sulastri, Arif Hidayat. Terimakasih saya ucapkan karena tak henti-hentinya memberi
nasehat, motivasi serta do’a agar diri ini selalu menjadi pribadi yang pantang menyerah,

rendah hati, jujur, dan selalu berfikir untuk terus maju.
3. Dosen Pembimbing Bunda Nova Erlina dan Bunda Rifda El-Fiah yang telah
membimbing, mengarahkan dan mengajarkan saya banyak hal sehingga saya dapat
menyelesaikan persoalan akademik dari semester satu sampai selesainya skripsi ini.
4. Bapak Oki Dermawan dan Bapak Andi Thahir selaku ketua jurusan,yang selalu memberi
bimbingan, motivasi, dukungan dan do’a sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini.
5. Sahabat-sahabatku yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Sahabat sekaligus adik ku Antoni, juga teman-teman di HMI Komisariat Dakwah Cabang
Bandar Lampung yang turut serta membantu dalam merampungkan skripsi ini.
7. Almamaterku UIN Raden Intan Lampung.

vi

RIWAYAT HIDUP

Dede Miswanto adalah nama lengkap penulis yang melakukan penelitian ini. Penulis
dilahirkan di Simpang Pematang Kabupaten Mesuji pada tanggal 08 April 1993, anak ke empat
dari empat bersaudara pasangan Bapak Maman dan Ibu Saminah.
Penulis masuk sekolah pertama kali pada tahun 1999 di SDN 01 Simpang Pematang
Kabupaten Mesuji dan lulus pada tahun 2005, kemudian melanjutkan di MTsN Seri Tanjung

Simpang Pematang Kabupaten Mesuji dan lulus pada tahun 2008, kemudian melanjutkan di
SMK Muhammadiyah 02 Metro dan selesai pada tahun 2011.
Pada tahun 2011 penulis diterima sebagai salah satu mahasiswa di Fakultas Tarbiyah
Jurusan Bimbingan Konseling Islam di Institut Agama Islam Negeri Raden Intan Lampung yang
saat ini menjadi Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung.

vii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur hanya milik Allah SWT karena atas pertolongan,
rahmat dan karunia-Nya, peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini guna memenuhi
salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada program studi Bimbingan dan
Konseling Pendidikan Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam
Negeri Raden Intan Lampung. Dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini tidak
terlepas dari bantuan, bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu
pada kesempatan ini penulis dengan tulus menyampaikan ucapan terima kasih kepada
yang terhormat:
1. Bapak Prof. Dr. H. Chairul Anwar, M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan UIN Raden Intan Lampung.

2. Bapak Dr. Andi Thahir, S.Psi.,MA.Ed.D selaku Ketua Jurusan Pendidikan
Matematika Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Intan Lampung.
3. Bunda Nova Erlina, S.I.Q, M.Ed, dan Bunda Rifda El-Fiah, M.Pd, selaku
Pembimbing yang telah mengarahkan dan mengajarkan saya banyak hal
sehingga saya dapat menyelesaikan persoalan akademik dari semester satu
sampai selesainya skripsi ini.
4. Bapak dan Ibu Dosen Bimbingan dan Konseling Pendidikan Islam Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung yang
telah membekali penulis dengan berbagai ilmu selama mengikuti perkuliahan
sampai akhir penulisan skripsi.

viii

5. Teman-teman di prodi Bimbingan dan Konseling Pendidikan Islam yang telah
memberikan banyak kenangan selama mengikuti perkuliahan sampai akhir
proses penyusunan skripsi.
Semoga Allah memberikan balasan dan ganjaran pahala kepada semua pihak
yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Hanya kepada Allah penulis
serahkan segalanya, mudah-mudahan hadirnya skripsi ini dapat bermanfaat
khususnya bagi penulis umumnya bagi kita semua. Aamiin.

Bandar Lampung,

DEDE MISWANTO
NPM. 1111080030

ix

November 2018

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................................... i
ABSTRAK ................................................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN................................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................... iv
MOTTO ....................................................................................................................... v
PERSEMBAHAN ....................................................................................................... vi
RIWAYAT HIDUP ................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR .............................................................................................. viii
DAFTAR ISI ................................................................................................................ x
DAFTAR TABEL..................................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ xiv

BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................................. 11
C. Batasan Makalah ...................................................................................... 12
D. Rumusan Masalah .................................................................................... 12
E. Tujuan Penelitian...................................................................................... 12
F. Manfaat Penelitian.................................................................................... 12
G. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................................ 14
BAB II . LANDASAN TEORI
A. Pengertian Bimbingan dan Konseling .................................................. 15
B. Layanan Konseling kelompok ............................................................... 23
1. Pengertian Layanan Konseling kelompok ...................................... 23
2. Tujuan Layanan Konseling kelompok ............................................ 25
3. Tahap-tahap Konseling kelompok .................................................. 26
4. Asas Dalam konseling kelompok ................................................... 28
5. Tahap Penyelenggaraan Layanan Konseling Kelompok ................ 29
C. Pendekatan Rational Emotive Behavior Therapy .................................. 33
1. Pengertian Pendekatan REBT......................................................... 33
2. Konsep Dasar REBT, ...................................................................... 35
3. Hakikat Manusia Menurut REBT ................................................... 36
4. Karakter Perilaku Bermasalah Menurut Pendekatan REBT ........... 40
5. Ciri-ciri Pendekatan REBT ............................................................. 41
6. Karakteristik Keyakinan Irasional Dalam Pendekatan REBT ........ 42
7. Tujuan Pendekatan REBT .............................................................. 44
8. Peran Dan Fungsi Konselor ............................................................ 45
x

D.

E.

F.
G.
H.

9. Teknik-teknik Pendekatan REBT ................................................... 46
10. Langkah-langkah Pendekatan REBT .............................................. 49
11. Kelebihan Dan Kekurangan REBT................................................. 50
Motivasi ................................................................................................. 52
1. Pengertian Motivasi ........................................................................ 52
2. Sifat-sifat Motivasi ........................................................................ 53
3. Macam-macam Motivasi ................................................................ 53
4. Peran Motivasi Dalam Belajar Dan Pembelajaran ........................ 54
5. Ciri-ciri Motivasi Belajar ................................................................ 54
Kader HMI ............................................................................................. 55
1. Pengertian HMI............................................................................... 55
2. Pengertian Kaderisasi ..................................................................... 56
3. Pengertian Kader............................................................................. 58
4. Maksud Dan TujuanKaderisasi ....................................................... 59
5. Arah Kaderisasi HMI ...................................................................... 60
Kerangka Berfikir .................................................................................. 61
Penelitian Yang Relevan, ....................................................................... 62
Hipotesis, ............................................................................................... 63

BAB III. METODE PENELITIAN
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.

Jenis Penelitian ...................................................................................... 70
Desain Penelitian ................................................................................... 71
Variabel Penelitian ................................................................................. 72
Difinisi Operasional ............................................................................... 74
Populasi Dan Sampel ............................................................................. 75
Teknik Pengumpulan Data..................................................................... 78
Pengembangan Instrumen Penelitian ..................................................... 81
Teknik Pengelolaan Data Dan Analisis Data ......................................... 84

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ...................................................................................... 88
1. Gambaran Umum Motivasi Belajar ................................................ 88
2. Penggunaan Konseling Kelompok Dengan Pendekatan REBT
dalam Meningkatkan Motivasi Belajar ........................................... 91
3. Hasil Uji Efektivitas Konseling Kelompok Dengan Pendekatan
REBT dalam Meningkatkan Motivasi
4. Belajar ............................................................................................. 96
B. Pembahasan ........................................................................................... 98
C. KeterbatasanPenelitian......................................................................... 102

xi

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan .............................................................................................. 104
B. Saran .................................................................................................... 105
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN - LAMPIRAN

xii

DAFTAR TABEL

Tabel
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Halaman

Data Kader HMI Yang Terindikasi Memiliki Motivasi Belajar Yang Rendah .... 9
Definisi operasional ............................................................................................ 73
Alternative jawaban ............................................................................................. 79
Kriteria Motivasi Belajar...................................................................................... 81
Hasil Pretest Motivasi Belajar ............................................................................ 82
Hasil Posttest Motivasi Belajar ............................................................................ 83
Deskripsi Data Pretest, Posttest, Score Peningkatan ........................................... 83
Hasil Uji t Paired Samples T-Test........................................................................ 93

xiii

DAFTAR GAMBAR
Gambar

Halaman

1. Pola One group pretest-posttest design ............................................................. 72
2. Grafik Hasil Pretest, Posttest ................................................................................ 92

xiv

1

BAB I
PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah
Kompetensi guru merupakan roh yang sangat penting dalam mencapai tujuan

akademis.1 Namun demikian, keberhasilan akademis maupun non akademis tidak
dapat tercapai tanpa keseriusan setiap mahasiswa. Berbagai cara perlu dilakukan
mahasiswa untuk mencapai keberhasilan tersebut, dengan demikian mahasiswa perlu
fokus dalam kegiatan perkuliyahan. Terdapat mahasiswa yang fokus dengan kuliyah
dan kegiatan luar kuliyah, dan ada yang fokus hanya pada kegiatan kuliyah.
Sememangnya, keberhasilan belajar mahasiswa terbentuk pada proses belajarnya,
yang dipengaruhi oleh macam-macam faktor, baik yang bersifat internal maupun
eksternal.2
Faktor internal yaitu faktor yang memberikan masukan bagi proses belajar
dari dalam diri sendiri yang berupa bakat, minat, motivasi, dan cara belajar. Faktor
eksternal yaitu masukan dari proses belajar yang berasal dari luar dirinya baik itu
faktor sosial seperti lingkungan, status interaksi dengan sesama, maupun faktor

1

Nova Erlina, dkk, Keterampilan Dasar Menjalankan Sesi Kaunseling Oleh Calon Guru-Guru
Kaunseling. The 4th International Conference on Islam and Higher Education (ICIHE-2016). Kolej
Yayasan Pahang 2017 | kypub@kyp.edu.my
2
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineke Cipta, 1995. h.5.

2

situsional seperti keadaan politik, ekonomi, waktu, tempat, musim dan iklim faktorfaktor yang mempengaruhi proses belajar.3
Salah satu contoh kegiatan pada fakor eksternal, yaitu organisasi. Peran
organisasi mahasiswa adalah untuk mengetahui: (1) Sebagai bentuk dan wadah
penyalur ide, kreasi, dan karya yang dapat menunjang kemampuan mahasiswa; (2)
Organisasi kemahasiswaan yang sifatnya ekstrakulikuler menunjang program
kulikuler (akademis); (3) Organisasi kemahasiswaan mempersiapkan mahasiswa agar
menjadi manusia yang berkualitas.4
Salah satu organisasi akademik adalah Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).
Yang merupakan sebuah cabang organisasi bagi mahasiswa Islam yang diprakarsai
oleh Lafran Pane. Cabang merupakan satu kesatuan yang dibentuk di kota besar atau
ibukota provinsi/kabupaten/kota yang terdapat di perguruan tinggi. 5 Organisasi ini
didirikan di Yogyakarta pada tanggal 14 Rabiul Awal 1366 Hijriyah bertepatan pada
5 Februari 1947 Masehi untuk waktu yang tidak ditentukan dan berkedudukan di
Pengurus Besar.6 Tujuan awal didirikannya HMI yaitu: (1) Mempertahankan Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan mempertinggi derajat rakyat Indonesia; (2)
Menegakkan dan mengembangkan ajaran agama Islam.7

3

Slameto, Ibid, h.5.
UPI, Pedoman Pengembangan Kemahasiswaan,Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia,
2015 h, 251.
5
Pengurus Besar HMI, Op. Cit, h. 76.
6
Hasil-hasil Kongres HMI XXVII, Pengurus Besar HMI, Depok : 2010. h. 58.
7
Agussalim Sitompul, Sejarah Perjuangan HMI (1947-1975), Surabaya: Penerbit Bina Ilmu
1976, h. 20.
4

3

Namun demikian, perilaku mahasiswa menunjukkan bahwa tujuan pendidikan
yang salah satu upaya pencapaiannya melalui proses pembelajaran, belum
sepenuhnya mampu menjawab atau memecahkan berbagai persoalan. Hal ini
mengindikasikan perlu adanya upaya pendekatan selain proses pembelajaran guna
memecahkan masalah tersebut. Upaya tersebut adalah melalui pendekatan bimbingan
dan konseling yang dilakukan diluar proses pembelajaran.8
Bimbingan diartikan sebagai bagian dari keseluruhan pendidikan yang
membantu menyediakan kesempatan-kesempatan pribadi dan layanan staf ahli,
dengan cara mengembangkan kemampuan-kemampuan dan kesanggupannya
sepenuh-penuhnya sesuai dengan ide-ide demokrasi yang terampil.9 Sedangkan
menurut Abdul Latif dalam proceeding Nova Erlina, konseling merupakan satu
proses menolong atau membantu klien dalam menghadapi, memahami dan menerima
dirinya serta interaksinya dengan individu lain supaya dapat membuat penyelesaianpenyelesaian yang baik terhadap berbagai permasalahan dalam kehidupan.10 Dengan
demikian, konseli tetap dalam keadaan aktif memupuk kesanggupannya didalam
memecahkan setiap masalah yang mungkin akan dihadapi dalam kehidupannya. 11

8

h. 2.

9

Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dan di Madrasah, Jakarta:Rajawali Pers 2013,

Prayitno dan Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta: Rineke Cipta Cet.
Ke-2 , 2008, h. 94.
10
Abdul Latiff, M. A.. Konsep bimbingan dan kaunseling. Kuala Lumpur: Federal Publication 2006.
Amla Salleh, Z. M. S. A. Bimbingan dan kaunseling sekolah. Selangor: Universiti Kebangsaan
Malaysia 2006.
11
Bimo Walgito, Bimbingan + Konseling (Studi & Karier), Yogyakarta: Penerbit Andi, 2010, h. 8.

4

Sehingga, dapat disimpulkan bahwa bimbingan konseling adalah proses
bantuan atau pertolongan yang diberikan oleh konselor kepada konseli melalui
pertemuan tatap muka atau hubungan timbal balik antara keduanya, agar konseli
memiliki kemampuan atau kecakapan melihat dan menemukan masalahnya serta
mampu memecahkan masalahnya sendiri.12 Hal senada di ungkapkan oleh Prayitno
bahwa “bimbingan dan konseling merupakan layanan bantuan kepada peserta didik,
baik secara perorangan maupun kelompok, agar mampu mandiri dan berkembang
secar optimal dalam bidang bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar
dan bimbingan karir, melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung,
berdasarkan norma-norma yang berlaku”.13
Proses konseling pada dasarnya

adalah usaha menghidupkan dan

mendayagunakan secara penuh fungsi-fungsi yang minimal pada diri konseli. Jika
fungsi ini berjalan dengan baik, dapat diharapkan dinamika hidup konseli akan
kembali berjalan mengarah kepada tujuan yang positif, karena melalui dinamika
kelompok inilah anggota kelompok dapat mengekspresikan perasaan, menunjukkan
perhatian dan melatih komunikasi konseli.14Menurut Rogers terjemahan Rifda ElFiah, bahwa “konseling adalah serangkaian hubungan langsung dengan individu yang
bertujuan untuk membantu dia untuk mengubah prilakunya”. 15

12

Tohirin, Op. Cit, h. 26 .
Prayitno dan Erman Amti, Op. Cit, h. 95.
14
Prayitno dan Erman Amti, Ibid, h, 106.
15
Rifda El-Fiah, Layanan Bimbingan dan Konseling, Fakultas Tarbiyah IAIN Raden Intan Lampung
2007, h. 7.
13

5

Pemberian bantuan yang seperti ini biasa disebut layanan konseling
kelompok. Pengertian konseling kelompok menurut Gazda dalam Namora Lumongga
Lubis, merupakan “hubungan antara beberapa konselor dan beberapa konseli yang
berfokus pada pemikiran dan tingkah laku yang disadari. Ia menyatakan bahwa
konseling kelompok ini bertujuan untuk memberi dorongan dan pemahaman pada
konseli untuk memecahkan masalah”.16 Sebagaimana firman Allah SWT yang
berbunyi:

ِ ‫ْخ ي رِ وي أْم رو َن بِا لْم ع ر‬
ِ
ِ
‫وف َويَ نْ َه ْو َن عَ ِن‬
َُْ
ُ ُ َ َ ْ َ ‫َولْتَ ُك ْن م نْ ُك ْم أُمَّ ةٌ يَ ْد عُ و َن إ لَى ا ل‬
ِ ‫ك ه م ال‬
ِ َٰ
‫ح و َن‬
ُ ‫ْم ْف ل‬
ُ ُ ُ َ ‫ْم نْ َك ِر ۚ َوأُولَ ئ‬
ُ ‫ال‬
Artinya: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma`ruf dan mencegah dari yang
munkar; merekalah orang-orang yang beruntung”.(Q.S. Al-Imran ayat 104 : 3)
Ayat tersebut memberikan makna bahwa manusia diharapkan saling
memberikan bimbingan sesuai dengan kemampuan dan kapasitas manusia itu sendiri,
sekaligus memberikan konseling agar tetap sabar dan tawakal dalam menghadapi
perjalanan kehidupan yang sebenarnya. 17 Tujuan pelaksanaan konseling kelompok ini
adalah untuk meningkatkan kepercayaan diri peserta didik. Kepercayaan diri dapat
ditinjau dalam kepercayaan diri peserta didik. Kepercayaan diri dapat ditinjau dalam

16

Namora Lumongga Lubis, Memahami Dasar-dasar Konseling Dalam Teori dan Praktik,
Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011, h. 198.
17
Fenti Hikmawati. Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011, h. 162.

6

kepercayaan diri lahir dan batin yang di implementasikan ke dalam tujuh ciri yaitu
cinta diri dengan gaya hidup dan perilaku untuk memelihara diri, sadar akan potensi
dan kekurangan yang dimiliki, memiliki tujuan hidup yang jelas, berfikir positif
dengan apa yang akan dikerjakan dan bagaimana penampilan diri yang baik, dan
memiliki pengendalian perasaan.18
Dalam pelaksanaan konseling kelompok, konselor harus memahami beberapa
beberapa komponen penting. Adapun komponen-komponen penting yang terdapat
pada layanan konseling kelompok adalah pemimpin kelompok dan anggota
kelompok. Menurut Prayitno, “pemimpin kelompok merupakan orang yang mampu
menciptakan suasana sehingga para anggota kelompok dapat belajar bagaimana
mengatasi masalah mereka sendiri”.19
Sedangkan anggota kelompok dalam konseling kelompok juga sangat
menentukan keberhasilan tujuan sebuah proses konseling. Ada berbagai macam
konseli yang terdapat dalam konseling kelompok. Konselor harus peka terhadap
karakteristik konseli seperti apakah yang sesuai dengan konseling kelompok, atau
bagaimana menyatukan konseli agar kompak dan memberikan umpan balik yang
positif. Karakteristik konseli yang sesuai mengikuti konseling kelompok atau tidak.
Salah satu tekhnik dalam layanan konseling kelompok yaitu menggunakan
pendekatan REBT (Rational Emotif Behavior Therapy). Menurut Albert Ellis,
“REBT adalah suatu rancangan terapeutik, dalam konseling dan psikoterapi,
18

Edi Kurnanto, Konseling Kelompok, Bandung: Alfabet 2013., h. 12.
Prayitno, Layanan Bimbingan Konseling Kelompok, (dasar dan Profil), Jakarta: Ghalia
Indonesia, 1995, h.39.
19

7

pemakain rancangan ini mementingkan berfikir irasional sebagai tujuan terapeutik,
menekan modifikasi atau pengubahan keyakinan irasional yang telah merupakan
berbagai konsekuensi emosional dan tingkah laku”.20 Hal senada di ungkapkan oleh
Latipun dalam Tri Jayanti, “REBT merupakan pendekatan yang bertujuan merubah
individu berkeyakinan irasional, dalam menghadapi berbagai peristiwa akan
mengalami hambatan emosional, seperti perasaan cemas, menganggap adanya bahaya
yang sedang mengancam, dan pada akhirnya akan melakukan atau mereaksikan
perisitiwa itu dengan tidak realistis”.21
Selanjutnya, REBT merupakan terapi yang berusaha menghilangkan cara
berpikir konseli yang tidak logis, tidak rasional dan menggantinya dengan dengan
sesuatu yang logis dan rasional dengan cara mengonfrontasikan konseli dengan
keyakinan-keyakinan irasionalnya serta menyerang, menentang, mempertanyakan,
dan membahas keyakinan-keyakinan yang irasional.22 Sehingga, konseling dengan
pendekatan REBT dapat digunakan untuk meningkatkan motivasi belajar yang di
latar belakangi oleh cara berpikir atau sistem keyakinan irasional. Sistem keyakinan

20
21

22

Andi Mapire, Pengantar Konseling dan Psikoterapi Edisi Kedua, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2011, h. 156.
Tri Jayanti, 2012, Mengurangi Perilaku Siswa Tidak Tegas Melalui Pendekatan REBT dengan
Tekhnik
Assertive
Training
Univ.
Negeri
Semarang,
(online)
Jurnal
(http://jurnal.ac.idartikel_sjujbk309358.pdf diakses pada pukul 20.00 WIB 27 Desember 2016.
Samsul Hadi, Konseling Kelompok Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) Dengan Nilai
Taffakur Untuk Meningkatkan Kecerdasan Emosional Tesis Program Bimbingan dan Konseling
Univ. Islam Negeri Sunan Kalijaga, Jogjakarta, 2013. Dapat diakses di http://digilib.uinsuka.ac.id/21375/2/1420410079_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf di akses pada
pukul 23.00 WIB Desember 2017.

8

dalam diri mahasiswa akan mempengaruhi emosi dan perilakunya menjadi lebih
negatif.23
Berdasarkan hasil wawancara pra survey, Ketua Umum HMI Cabang Bandar
Lampung Komisariat Dakwah saat ini, bahwa:
“sebagai Ketua Umum, saya harus bisa benar-benar mengembangkan
kemampuan dan potensi para kader sesuai dengan Anggaran Dasar HMI. Selain itu
juga saya harus bisa membimbing para kader agar termotivasi untuk tetap
berorganisai di HMI. Selain membimbing mereka dalam berorganisasi, saya juga
berusaha membantu mereka dalam menyelesaikan masalah mereka, salah satunya
masalah yang berkaitan dengan berorganisasi dan kegiatan perkuliahan”. 24
Berdasarkan keterangan di atas, jelas bahwa Ketua Umum HMI Komisariat
Dakwah berusaha mengembangkan kemampuan dan potensi para kader sesuai dengan
Anggaran Dasar HMI. Ketua Umum juga berusaha membimbing para kader agar
tetap termotivasi dalam berorganisai, dan juga membantu para kader untuk
memecahkan masalahnya. Salah satunya masalah dalam berorganisasi, khususnya
berorganisasi di HMI.
Namun berdasarkan hasil observasi prapenelitian, didapatkan masih ada kader
di HMI Cabang Bandar Lampung Komisariat Dakwah yang bermasalah terhadap
motivasi belajar. Padahal, penelitian menurut Anita Yulianti, “mengungkapkan

23

Desi Dwi haryanti, Jurnal Penerapan Konseling Kelompok Rational Emotif Behavior Therapy
Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Univ. Negeri Surabaya, dapat diakses di
http://ejournal.unesa.ac.id/article/9329/13/article.pdf diakses pada pukul 23.00 WIB 5 Januari
2017.
24
Antoni, Ketua Umum HMI Komisariat Dakwah Tahun 2016/2017, Interview, 12 Desember 2018

9

bahwa motivasi belajar dapat meningkatkan prestasi akademik 0,47 (47%)”.25
Berdasarkan pra survey peneliti mendapatkan beberapa mahasiswa yang memiliki
motivasi rendah, terdapat mahasiswa yang mengikuti organisasi mengedepankan
kegiatan eksternal daripada internal. Secara rinci dapat dilihat pada tabel 1 berikut.
Tabel 1
Data Kader HMI Cabang Bandar Lampung Komisariat Dakwah
Yang Memiliki Masalah Terkait Motivasi Belajar dalam Kegiatan Perkuliahan.
NO.

Nama Kader

Jenis Masalah

1.

DA

2.

OR

3.

MIM

4.

BE

5.

JP

6.

R

7.

DH

8.

DZ

9.

SE

Kegiatan dalam organisasi menurunkan motivasi belajar di
kampus.
Belum bisa membagi waktu antara kuliah dan kegiatan
organisasi.
Kegiatan berorganisasi belum dapat menunjang prestasi
belajar di kampus.
Kegiatan dalam organisasi di rasa menyita waktu
perkuliahan.
Kegitan organisasi di rasa kurang membantu dalam kegiatan
perkuliahan.
Merasa kegiatan organisasi dapat mengganggu kegiatan
perkuliahan, sehingga membuat motivasi belajar menurun.
Merasa kegiatan organisasi terkadang membuat lupa dengan
kegiatan perkuliahan.
Merasa lebih senang mengikuti kegiatan berorganisasi dari
pada kegiatan perkuliahan.
Merasa lebih senang mengikuti kegiatan berorganisasi dari
pada kegiatan perkuliahan.

Dari beberapa permasalahan tersebut, peneliti berinisiatif menawarkan
Konseling Kelompok Dengan Pendekatan REBT dalam Meningkatkan Motivasi

25

Anita Yulianti, Analisis Pengaruh Karakteristik Mahasiswa Dan Motivasi Belajar Terhadap
Prestasi Akademik. Skripsi Fakultas Ekonomi Dan Manajemen Institut Pertanian Bogor, 2010,
h. 56.

10

Belajar Para Kader di HMI Cabang Bandar Lampung Komisariat Dakwah. Mengingat
beberapa penelitian dinyatakan berhasil menggunakan pendekatan tersebut. Berikut
beberapa hasil penelitian terdahulu terkait pendekatan REBT.
Dalam penelitian Yahaya Lasiele Alabi, mengungkapkan bahwa salah satu
tujuan pendekatan REBT yaitu “mengurangi prilaku intimidasi remaja di sekolah di
Ilorin, Nigeria. Temuan tersebut mengungkapkan pengurangan yang signifikan dalam
perilaku intimidasi di sekolah melalui penggunaan pendekatan REBT”.26 Pada
penelitian Yasmin Othman Mydin, Fatimah Yusooff , mendapati bahwa “REBT dapat
membantu mengubah proses kognitif, kepercayaan dan perilaku dan banyak
digunakan untuk mengobati berbagai masalah psikologis seperti kepribadian dan
gangguan mood, maupun panik”.27
Dalam ruang lingkup pengobatan, REBT juga bermanfaat untuk mengobati
depresi pada remaja.28 Hasil ini konsisten dengan hasil penelitian Dubicka et al,
Goodyer et al, bahwa “pengobatan, psikoterapi, dan kombinasi mereka juga efektif

26

Yahaya Lasiele Alabi. 2015. Efficacy of Client-Centred and Rational-Emotive Behaviour Therapies
in Reducing Bullying Behaviour among in-School Adolescents in Ilorin, Nigeria. International
Journal of Instruction. e-ISSN: 1308-1470 . www.e-iji.net. January 2015 . Vol.8, No.1.
27
Yasmin Othman Mydin, Fatimah Yusooff. 2010. Psychological Counseling process: application of
rational emotive behaviour therapy to treat „Panic Attack‟ case. Procedia Social and Behavioral
Sciences 5 (2010) 301–305. doi:10.1016/j.sbspro.2010.07.115.
28
FeliciaIftene, Elena Predescu, Simona Stefan, Daniel David. 2015. Rational-emotive and cognitivebehavior therapy (REBT/CBT) versus pharmacotherapy versus REBT/CBT plus
pharmacotherapy in the treatment of major depressive disorder in youth; A randomized clinical
trial
.
Psychiatry
Research
225
(2015)
687–694.
http://dx.doi.org/10.1016/j.psychres.2014.11.021

11

dalam mengatasi depresi pada remaja”.29 Demikian pada penelitian Lim et al, bahwa
“pendekatan REBT telah dilihat sebagai pendekatan yang efektif untuk mengubah
harga diri di kalangan pelajar termasuk mahasiswa”.30 Inilah yang menjadi alasan
penulis untuk mengangkat tema tesebut dalam penulisan skripsi dengan judul
“Penggunaan

Konseling

Kelompok

Dengan

Pendekatan

REBT

Dalam

Meningkatkan Motivasi Belajar Para Kader HMI Cabang Bandar Lampung
Komisariat Dakwah”.

B.

Identifikasi Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah diatas, dapat diidentifikasikan

masalah sebagai berikut:
1. Terlihat ada beberapa kader yang malas ke kampus untuk mengikuti
kegiatan perkuliahan.
2. Terlihat beberapa kader jarang mengikuti kegiatan perkuliahan.
3. Sepertinya beberapa kader tidak memilik semangat dalam kegiatan
perkuliahan.
29

Dubicka, B.,Elvins,R.,Roberts,C.,Chick,G.,Wilkinson,P.,Goodyer,I.M.,2010. Combined treatment
with cognitive-behavioural therapy in adolescent depression: meta analysis.The British Journal
of Psychiatry 197,433–440.
Goodyer, I.M, Dubicka, B., Wilkinson, P., Kelvin, R., Roberts, C., Byford, S., et al., 2008. A
randomised controlled trial of cognitive behaviour therapy in adolescents with major
depression treated by selective serotonin reuptake inhibitors. The ADAPT trial. Health
Technology Assessment 12.
Vitiello, B.,2009. Combined cognitive-behavioural therapy and pharmaco therapy for adolescent
depression: does it improveout comes compared with mono- therapy?CNSDrugs. 23,271–280.
30
Lim, J. Y., Kim, M. A., Kim, S. Y., Kim, E. J., Lee, J. E., & Ko, Y. K. (2010). The effects of a
cognitive-behavioral therapy on career attitude maturity, decision making style, and self-esteem
of nursing students in Korea. Nurse Education Today, 30(8), 731–736.

12

4. Terlihat ada beberapa kader yang mengikuti kegiatan perkuliahan,
tetapi tidak semangat dalam kegiatan berorganisasi.
5. Sepertinya ada beberapa kader yang memiliki motivasi rendah dalam
mengikuti kegiatan perkuliahan.
6. Sepertinya ada pula beberapa kader yang aktif mengikuti kegiatan
perkuliahan, tetapi kurang aktif mengikuti kegiatan berorganisasi.

C.

Batasan Masalah
Agar pembahasan pada penelitian ini terarah dan tidak keluar dari

permasalahan yang ada, maka peneliti ini hanya membahas “Penggunaan Konseling
Kelompok Dengan Pendekatan REBT Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Para
Kader HMI Cabang Bandar Lampung Komisariat Dakwah”.

D.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka permasalahan yang dirumuskan

adalah sebagai berikut: “Apakah Penggunaan Konseling Kelompok Dengan
Pendekatan REBT Dapat Meningkatkan Motivasi Belajar Para Kader HMI Cabang
Bandar Lampung Komisariat Dakwah?”.

E.

Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan dari penelitian ini untuk

mengetahui Penggunaan Konseling Kelompok Dengan Pendekatan REBT dalam

13

Meningkatkan Motivasi Belajar Para Kader HMI Cabang Bandar Lampung
Komisariat Dakwah.
Selanjutnya, kegunaan dalam penelitian ini dibagi atas kegunaan secara
teoritis, dan praktis.
1.

Kegunana Secara Teoritis
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan memiliki kontribusi dalam
meningkatkan Penggunaan Konseling Kelompok Dengan Pendekatan REBT
Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Para Kader HMI Cabang Bandar
Lampung Komisariat Dakwah.

2.

Kegunana Secara Praktis
a. Bagi Penelitian Metodelogis
Hasil penelitian diharapkan dapat menambahan wawasan tentang
bimbingan konseling, khususnya tentang Penggunaan Konseling Kelompok
Dengan Pendekatan REBT Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Para Kader
HMI Cabang Bandar Lampung Komisariat Dakwah.
b. Bagi lembaga
Diharapkan hasil penelitian dapat memberikan kontribusi pada Ketua
Umum HMI Cabang Bandar Lampung Komisariat Dakwah dalam
meningkatkan motivasi belajar para kader melalui kegiatan organisasi.
c. Bagi Kader
Bagi kader, strategi ini dapat menjadikan kader semakin termotivasi dalam
meningkatkan prestasi belajarnya.

14

d. Bagi penulis
Dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan tentang penggunaan
konseling kelompok dengan menggunakan pendekatan REBT dalam
meningkatkan motivasi belajar.

F.

Ruang Lingkup Penelitian
Penulis membatasi ruang lingkup penelitian ini agar penelitian agar penelitian

ini lebih jelas dan tidak menyimpang dari tujuan yang di tetapkan, diantaranya
adalah:
1.

Ruang lingkup ilmu
Penelitian ini termasuk dalam ruang lingkup ilmu Bimbingan dan Konseling
dalam Layanan Konseling Kelompok.

2.

Ruang lingkup objek
Ruang lingkup objek dalam penelitian ini adalah mengenai bimbingan dan
konseling dapat digunakan terkait Penggunaan Konseling Kelompok Dalam
Meningkatkan motivasi Belajar Para Kader HMI Cabang Bandar Lampung
Komisariat Dakwah.

3.

Ruang lingkup subjek dan wilayah
Ruang lingkup subjek dan wilayah dalam penelitian ini adalah Kader HMI
Cabang Bandar Lampung di Komisariat Dakwah.

15

BAB II
LANDASAN TEORI
A.

Pengertian Bimbingan dan Konseling
Sangat banyak rumusan pengertian bimbingan dan konseling dapat ditemukan

dalam berbagai literatur. Umunya rumusan tentang bimbingan dan konseling yang
ada mempunyai benang merah yang mempertemukan antara satu pengertian ke
pengertian yang lainnya. Secara etimologis, bimbingan dan konseling terdiri atas dua
kata yaitu “bimbingan” (terjemah dari kata “guidance”) dan “konseling” (berasal dari
kata “counseling”). Dalam praktik, bimbingan dan konseling merupakan satu
kesatuan aktivitas yang tidak terpisahkan. Keduanya merupakan bagian yang integral.
Untuk memberikan pemahaman yang lebih jelas dalam uraian berikut,
pengertian bimbingan dan konseling diuraikan secara terpisah.1 Menurut Dewa Ketut
Sukardi, bahwa “bimbingan adalah merupakan proses pemberian bantuan kepada
seseorang atau kelompok orang secara terus menerus dan sistematik oleh guru
pembimbing agar individu menjadi pribadi yang mandiri”. 2
Menurut Crow and Crow, dalam Prayitno bimbingan adalah “bantuan yang
diberikan oleh seorang laki-laki atau perempuan yang memiliki kepribadian yang
baik dan pendidikan yang memadai dan terlatih dengan baik kepada individu-individu
1

Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi), (Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada Cet. Ke-5, 2013, h. 15.
2
Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di
Sekolah, Jakarta: Rineke Cipta, 2002, h. 20.

16

setiap usia untuk membantunya mengatur kegiatan hidupnya sendiri, membuat
keputusan sendiri, dan menanggung bebannya sendiri.3 Menurut Jones, Staffire, dan
Steward, bimbingan adalah “bantuan yang diberikan kepada individu dalam membuat
pilihan-pilihan

dan

penyesuaian-penyesuaian

yang

bijaksana.

Bantuan

itu

berdasarkan atas prinsip demokrasi yang merupakan tugas dan hak setiap individu
untuk memilih jalan hidupnya sendiri sejauh tidak mencampuri hak orang lain.
Kemampuan seperti itu tidak diturunkan (diwarisi), tetapi harus dikembangkan. 4
Dari beberapa definisi bimbingan yang telah dikemukakan oleh para ahli di
atas, tampaknya bimbingan mengalami perkembangan yang cukup berarti dari masa
ke masa. Merangkum keseluruhan isi yang terdapat didalam semua rumusan tentang
bimbingan tersebut, dapat dikemukakan unsur-unsur pokok bimbingan sebagai
berikut:
1.

Pelayanan bimbingan merupakan suatu proses. Ini berarti bahwa pelayanan
bimbingan bukan suatu yang sekali jadi, melainkan melalui liku-liku tertentu
sesuai dengan dinamika yang terjadi pada pelayanan ini.

2.

Bimbingan meruapakan proses pemberian bantuan. Bantuan disini tidak
diartikan sebagai bantuan materi (seperti uang, hadiah, sumbangan, dan lainlain). Melainkan bantuan yang bersifat menunjang bagi bagi pengembangan
pribadi individu yang dibimbing.

3

Hallen. A, Bimbingan dan Konseling, Jakarta: Ciputat Pers, 2002, h. 4.
Prayitno dan Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta: Rineke Cipta
Cet.Ke-2, 2008, h. 95 .

4

17

3.

Bantuan itu diberikan kepada individu, baik perseorangan maupun kelompok.
Sasaran pelayanan bimbingan adalah orang yang diberi bantuan, baik secara
individual atau secara kelompok.

4.

Pemecahan masalah dalam bimbingan dilakukan oleh dan atas kekuatan
konseli

sendiri.

Dalam

kaitan

ini,

tujuan

bimbingan

adalah

memperkembangkan kemampuan konseli (orang yang dibimbing) untuk dapat
mengatasi sendiri masalah-masalah yang dihadapinya, dan akhirnya dapat
mencapai kemandirian.
5.

Bimbingan dilaksanakan dengan menggunakan berbagai bahan, interaksi,
nasihat, ataupun gagasan, serta alat-alat tertentu baik yang berasal dari klien
sendiri, konselor (orang yang membimbing) maupun dari lingkungan. Bahanbahan yang berasal dari konseli sendiri dapat berupa masalah-masalah yang
sedang dihadapi, serta sumber-sumber yang dimilikinya. Sedangkan bahanbahan yang berasal dari lingkungannya dapat berupa informasi tentang
pendidikan, informasi tentang jabatan, informasi tentang keadaan sosial
budaya, dan latar belakang kehidupan keluarga, dan lain-lain. Interaksi yang
dimaksudkan suasana hubungan antara orang yang satu dengan yang lainnya.
Dalam

interaksi

ini

dapat

berkembang

dan

dipetik

hal-hal

yang

menguntungkan bagi individu yang dibimbing. Nasihat biasanya berasal dari
konselor (orang yang membimbing), sedangkan gagasan dapat muncul baik
dari pembimbing maupun dari orang yang dibimbing. Alat-alat dapat berupa

18

sarana penunjang yang dapat lebih memperlancar atau mempercepat proses
pencapaian suatu tujuan.
6.

Bimbingan tidak hanya diberikan untuk kelompok-kelompok umur tertentu
saja, tetapi meliputi semua usia, mulai dari anak-anak, remaja, dan orang
dewasa. Dengan demikian bimbingan dapat diberikan disemua lingkungan
kehidupan, didalam keluarga, di sekolah, dan diluar sekolah.

7.

Bimbingan diberikan oleh orang-orang yang ahli, yaitu orang-orang yang
memilik kepribadian yang terpilih dan telah memperoleh pendidikan serta
latihan yang memadai dalam bidang bimbingan dan konseling.

8.

Pembimbing tidak selayaknya memaksakan keingingan-keinginannya kepada
konseli karena konseli mempunyai hak dan kewajiban untuk menentukan arah
dan jalan hidupnya sendiri, sepanjang dia tidak mencampuri hak-hak orang
lain.

9.

Suatu hal yang belum tersurat secara langsung dalam rumusan-rumusan diatas
ialah: bimbingan dilaksanakan sesuai dengan norma-norma yang berlaku.
Dalam kaitan ini, upaya bimbingan, baik bentuk, isi dan tujuan, serta aspekaspek penyelenggaraannya tidak boleh bertentangan dengan norma-norma
yang berlaku, bahkan justru menunjang kemampuan konseli untuk dapat
mengikuti norma-norma tersebut. Norma tersebut berupa berbagai aturan,
nilai dan ketentuan yang bersumber dari agama, adat, hukum, ilmu dan
kebiasaan yang diberikan dan berlaku dimasyarakat.

19

Berdasarkan butir-butir pokok tersebut maka yang dimaksud dengan
bimbingan adalah proses pemberian pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang
yang ahli kepada seseorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja,
maupun dewasa, agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan
dirinya sendiri dan mandiri dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana
yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku.5
Manusia

diharapkan

saling

memberikan

bimbingan

sesuai

dengan

kemampuan dan kapasitas manusia itu sendiri, sekaligus memberi konseling agar
tetap tawakal dalam menghadapi perjalanan kehidupan yang sebenarnya. Firman
Allah SWT. (Q.S Al-Ashr [103]: 1-3):

ِّ ‫ص ْىا ِب ْبل َح‬
‫ق‬
َ ‫) ِإ ََّّل الَّ ِذ‬2( ‫ْر‬
َ ‫اْل ْو َس‬
َ ‫ت َوتَ َىا‬
ِ ‫يه آَ َمىُىا َو َع ِملُىا الصَّبلِ َحب‬
ِ ْ ‫) ِإ َّن‬1( ‫َو ْال َعصْ ِر‬
ٍ ‫بن لَفِي ُخس‬
َّ ‫اص ْىا ِببل‬
‫صب ِْر‬
َ ‫َوتَ َى‬
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orangorang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya
mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS. Al
„Ashr: 1-3)
Ayat tersebut menunjukkan agar manusia selalu mendidik diri sendiri maupun
orang lain, dengan kata lain membimbing ke arah mana seseorang itu akan menjadi
baik ataupun buruk. Proses pendidikan dan pengajaran agama tersebut dapat
dikatakan sebagai “bimbingan” dalam bahasa psikologi. Nabi Muhammad SAW,
menyuruh manusia muslim untuk menyebarkan atau menyampaikan ajaran Islam

5

Prayitno dan Erman Amti, Ibid, h. 97-99.

20

yang diketahuinya. Dengan demikian, dapat dikatakan nasihat agama itu ibarat
bimbingan (guidance) dalam pandangan psikologi.6
Adapun pengertian konseling berasal dari bahasa inggris “to counsel” yang
secara etimologis “to give advice” artinya memberi saran dan nasihat.7 Dalam
bukunya, Winkel memaparkan pengertian konseling (counseling) dikaitkan dengan
kata “counsel yang diartikan nasihat (to obtain counsel), anjuran (to give counsel),
dan pembicaraan (to take counsel)”. Dengan demikian pengertian konseling diatas
dapat ditarik kesimpulan bahwa konseling dapat diartikan sebagai pemberian anjuran
dalam pembicaraan dengan bertukar pikiran. 8
Seperti halnya pengertian bimbingan (guidance), pngertian konseling juga
terdapat beberapa definisi menurut para ahli, yang mana inti dari definisi tersebut
mengarah pada satu hal yang sama.
Rogers mengemukakan sebagai berikut: Counseling is series of dereet contact
the individual which ains to after him assiestance in changing his attitude and
behavior.
Makna yang diambil dari definisi diatas adalah konseling adalah hubungan
langsung dengan individu yang bertujuan untuk membantu dia mengubah sikap dan
prilakunya.9

6

Fenti Hikmawati, Bimbingan Konseling, Jakarta: Rajawali Pers,2011, h. 189.
Hellen A, Op. Cit, h. 7.
8
W.S Winkel, Bimbingan dan Konseling di Institut Pendidikan, Jakarta: Gramedia, 1991, h.
62.
9
Rifda El Fiah, “Layanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah” (Disertai Program Studi
Bimbingan dan Konseling Tarbiyah IAIN Raden Intan, Lampung, 2007, h. 7.
7

21

Abu Bakar Braja mengartikan konseling bahwa suatu hubungan profesional
antara seseorang konselor terlatih dengan seorang konseli. Hubungan ini biasanya
orang per orang, meskipun sering sekali melibatkan lebih dari dua orang. Hubungan
tersebut dirancang untuk membantu para konseli memahami dan memperjelas
pandangan hidupnya, dan belajar mencapai tujuan yang ditentukan sendiri melalui
pilihan-pilihan yang bermakna dan penyelesaian masalah-masalah emosional atau
antar pribadi.10
Dari pengertian tersebut menjelaskan bahwa adanya hubungan yang harmonis
antara konselor dan konseli yang nantinya tercipta proses yang dirancang atau
direncanakan untuk membantu konseli membuat pilihan-pilihan dalam mengarahkan
masalah.
Menurut Prayitno dan Erman Amti “konseling adalah hubungan pribadi yang
dilakukan secara tatap muka antara dua orang dalam mana konselor melalui
hubungan

itu

dengan

kemampuan-kemampuan

khusus

yang

dimilikinya.

Menyediakan situasi belajar. Dalam hal inin konseli dibantu untuk memahami diri
sendiri, keadaan sekarang, dan keadaannya masa depan yang dapat dimiliknya, demi
untuk kesejahteraan pribadi maupun masyarakat. Lebih lanjut konseli dapat belajar
bagaimana menemukan kebutuhan-kebutuhan yang akan datang.”11
Sementara Dewa Ketut Sukardi menjelaskan bahwa “konseling adalah
bantuan yang diberikan kepada konseli dalam memecahkan masalah kehidupan,
10

Abu Bakar Braja, Psikologi dan Tekhnik Konseling, Jakarta: Studi Press Cet. Ke-1, 2004 h.
10
11
Prayitno dan Erman amti, Op. Cit, h. 101.

22

dengan wawancara yang dilakukan face to face, atau dengan cara-cara yang sesuai
dengan keadaan konseli yang dihadapi untuk mencapai kesejahteraan hidup”. 12 Dari
beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Konseling adalah proses pemberian
bantuan

yang

dilakukan

melalui

wawancara

konseling

oleh seorangahli

(disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami sesuatu masalah
(disebut konseli) yang bermuara pada

Dokumen yang terkait

PARTAI POLITIK ISLAM DALAM PERSPEKTIF KADER HMI CABANG BANDAR LAMPUNG - Raden Intan Repository

1 2 114

KADERISASI KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM KOHATI (KORPS HMI WATI) CABANG BANDAR LAMPUNG - Raden Intan Repository

0 0 92

PENGGUNAAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN PERCAYA DIRI PESERTA DIDIK KELAS VIII SMPN 28 BANDAR LAMPUNG - Raden Intan Repository

0 0 79

EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK MENGGUNAKAN PENDEKATAN RATIONAL EMOTIVE BEHAVIOR THERAPY (REBT) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS VIII SMP PGRI 6 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2018/2019 - Raden Intan Repository

0 0 158

BAB I PENDAHULUAN A. Penegasan Judul - GAYA KEPEMIMPINAN KETUA UMUM HMI KOMISARIAT DAKWAH IAIN RADEN INTAN LAMPUNG PERIODE 2015-2016 DALAM MENINGKATKAN PRESTASI AKADEMIK KADER - Raden Intan Repository

0 0 18

BAB II KEPEMIMPINAN DAN PRESTASI AKADEMIK A. Kepemimpinan - GAYA KEPEMIMPINAN KETUA UMUM HMI KOMISARIAT DAKWAH IAIN RADEN INTAN LAMPUNG PERIODE 2015-2016 DALAM MENINGKATKAN PRESTASI AKADEMIK KADER - Raden Intan Repository

0 0 22

BAB III GAMBARAN UMUM HMI KOMISARIAT DAKWAH IAIN RADEN INTAN LAMPUNG A. Sekilas Sejarah HMI Komisariat Dakwah IAIN Raden Intan Lampung - GAYA KEPEMIMPINAN KETUA UMUM HMI KOMISARIAT DAKWAH IAIN RADEN INTAN LAMPUNG PERIODE 2015-2016 DALAM MENINGKATKAN PREST

0 0 22

BAB IV GAYA KEPEMIMPINAN KETUA UMUM HMI KOMISARIAT DAKWAH IAIN RADEN INTAN LAMPUNG PERIODE 2015-2016 DALAM MENINGKATKAN PRESTASI AKADEMIK KADER A. Gaya Kepemimpinan HMI Komisariat Dakwah IAIN Raden Intan Lampung dalam Meningkatkan Prestasi Akademik Kader

0 0 10

GAYA KEPEMIMPINAN KETUA UMUM HMI KOMISARIAT DAKWAH IAIN RADEN INTAN LAMPUNG PERIODE 2015-2016 DALAM MENINGKATKAN PRESTASI AKADEMIK KADER - Raden Intan Repository

0 0 18

EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK DENGAN TEKNIK MODELING DALAM MENINGKATKAN KEMANDIRIAN BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS VII SMP NEGERI 9 BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2017/2018 - Raden Intan Repository

0 0 114