PELABUHAN SUNGAI BANJARMASIN DAN PENYEBARAN ISLAM DI KALIMANTAN SELATAN

th

The 16 Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) 2016

PELABUHAN SUNGAI BANJARMASIN DAN PENYEBARAN ISLAM
DI KALIMANTAN SELATAN
Zulfa Jamalie
Fakultas Dakwah dan Komunikasi IAIN Antasari
Jl. A. Yani Km 4.5 Banjarmasin
Email: [email protected]

Abstract
Kawasan pelabuhan di Kalimantan Selatan yang umumnya terletak di persimpangan
sungai adalah daerah paling awal menerima Islam. Dalam sejarahnya, penyebaran
Islam dilakukan melalui daerah aliran sungai. Dimulai dari kawasan pelabuhan
Banjarmasin yang menjadi pelabuhan sentral dan terletak di muara Sungai Barito
menuju pelabuhan lokal yang terletak di daerah hulu sungai. Pelabuhan menjadi daerah
permukiman yang ramai dan pusat penyebaran Islam. Para muballigh membangun
basis dan meminta izin kepada para penguasa untuk tinggal di sekitar kawasan
pelabuhan untuk seterusnya mereka berlayar menyusuri sungai menuju pelabuhan yang
lain untuk mendakwahkan Islam sambil berdagang. Di antara mereka ada yang tinggal

di perkampungan pinggir sungai dan pelabuhan yang dilalui, kawin dengan penduduk
lokal, membangun tempat pengajaran, dan aktif mendakwahkan Islam. Pola dakwah
Islam ini berkesinambungan sehingga Islam diterima dalam kehidupan masyarakat
Banjar. Tidak hanya masyarakat yang dekat dengan pusat pemerintahan, tetapi juga
masyarakat yang jauh di pelosok perdalaman. Dalam konteks Indonesia, maka pola
dakwah Islam dari pelabuhan ke pelabuhan ini serupa dengan proses terbentuknya kotakota pelabuhan yang menjadi pusat perkembangan Islam, seperti Aceh, Palembang,
Banten, Gresik, Ampel. Berdasarkan kajian sejarah, maka keberadaan pelabuhan
sungai tidak hanya penting dan sebagai faktor penentu ditinjau dari segi ekonomiperdagangan dan politik, tetapi juga dari segi proses penyebaran Islam.
Key words: Pelabuhan sungai, daerah aliran sungai (DAS), dan penyebaran Islam.

1

th

The 16 Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) 2016

PENDAHULUAN

Sungai


dan

2

pelabuhannya

dalam

sejarah Banjarmasin juga menjadi penanda

A. Latar belakang
merupakan

identitas dan cikal-bakal berdirinya Kota

kawasan yang dipenuhi oleh banyak cabang

Banjarmasin dan beberapa daerah penting

dan anak sungai. Daerah pinggir atau


lainnya di Kalimantan Selatan. Sebagaimana

bantaran di sepanjang daerah aliran sungai

dijelaskan Atmojo (2004), kerajaan-kerajaan

(DAS)

tradisional yang berada di daerah aliran

Kalimantan

Selatan

menjadi

pusat

permukiman

sungai

Sungai Barito pada awalnya dimulai dari

sejumlah

komunitas kecil yang mendiami lembah-

pelabuhan lokal di sepanjang aliran sungai

lembah sungai di wilayah tersebut. Lokasi

tersebut (Atmojo, 2004).

komunitas kecil yang semula sederhana dan

penduduk.

Banyaknya


menyebabkan

aliran

tumbuhnya

Pelabuhan lokal tersebut digunakan

merupakan pelabuhan kecil, lama kelamaan

oleh para pedagang untuk memasarkan hasil

menjadi semakin maju. Syarat sebagai suatu

kerja mereka. Pajak yang dihasilkan dari

tempat yang ideal untuk suatu pelabuhan

pelabuhan lokal tersebut juga lumayan besar,


dapat dipenuhi di wilayah tersebut, yaitu

sehingga mampu mendukung gerak laju para

pada suatu sebuah teluk yang dalam dan

penguasa lokal untuk tetap bertahan pada

berair tenang atau di muara sungai besar,

posisinya.

atau di tepian sungai besar agak di

Dalam konteks sejarah, aliran sungai

perdalaman.

Terlihat


pada

awal

dan pelabuhan menjadi faktor pendukung

berdirinya

utama pesatnya perkembangan Kesultanan

pertama

Banjarmasin yang berpusat di tepi Sungai

Suriansyah adalah memindahkan bandar atau

Kuin dan bermuara kepada dua sungai besar,

pelabuhan sungai dari Marabahan ke Kuin-


yaitu Sungai Barito dan Sungai Martapura

Banjarmasin. Ternyata, hal serupa juga telah

(Saleh, 1958). Bahkan, terjadinya pergantian

dilakukan oleh penguasa sebelumnya.

kekuasaan

diawali

pengambilalihan

dari

penguasaan

Kesultanan


pula

yang

Banjarmasin,

dilakukan

oleh

hal

Sultan

terjadinya

Menurut Usman (1999), pelabuhan

terhadap


sungai yang ada di wilayah Kalimantan

dalam

Selatan, sejak dulu telah menjadi jalur utama

konteks ini penguasaan terhadap pelabuhan-

yang menghubungkan antara wilayah muara

pelabuhan

pelabuhan oleh para usurpator,

kepentingan

adalah

demi


sungai (Banjarmasin) dan daerah hulu sungai

ekonomi-perdagangan

yang

(Banua Lima) serta memiliki peranan yang

antara

lain

berimbas kepada kepentingan politik.

sangat strategis. Didukung oleh daerah
permukiman penduduk Kalimantan Selatan

th

The 16 Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) 2016

khususnya,

yang

mengelompok

3

dan

dinamika pertemuan budaya, karena melalui

berbanjar di sepanjang tepian sungai; baik

pelabuhan ini dihubungkan jalinan budaya

sungai besar, anak sungai, maupun di muara

antara

dan di daerah pelabuhannya. Sungai tidak

daratan. Dari seberang lautan budaya asing

hanya merupakan prasarana lalu lintas yang

masuk melalui pelabuhan dan di sinilah

menghubungkan antara satu daerah atau

interaksi budaya dengan segala implikasinya

kawasan dengan daerah atau kawasan yang

terjadi.

lain,

memunculkan kelompok-kelompok sosial

tetapi sungai juga mempengaruhi

wilayah

lautan

Interaksi

dengan

budaya

wilayah

ini

telah

perkembangan sosial budaya dan ekonomi

dari

masyarakat. Melalui sungai, terjadi kontak-

kampung-kampung etnis tertentu dengan

kontak perdagangan, kontak budaya, dan

akulturasi budaya mereka yang berkembang

ekspansi suatu kekuasaan. Bahkan, lebih dari

di sekitar pelabuhan (Indriyanto, 2005).

itu,

keterhubungan

antar

daerah

dan

berbagai

Melalui

etnis

jalur

dan

membentuk

sungai

dengan

kawasan permukiman di sepanjang tepian

menyinggahi satu pelabuhan sungai menuju

sungai dengan pelabuhannya, tidak hanya

pelabuhan sungai yang lain masyarakat

terhubung karena perkembangan ekonomi

Banjar saling berinteraksi dan membentuk

dan perdagangan, tetapi juga dalam konteks

kawasan baru pada puluhan cabang maupun

persebaran agama Islam, dan menjadi pintu

anak sungai. Karenanya, daerah permukiman

masuk untuk persebarannya sampai jauh ke

penduduk di sepanjang aliran Sungai Barito

perdalaman.

menjadi tujuan utama para penyebar agama

Sungai dan pelabuhan menjadi pintu
masuk

terjadinya

persinggungan

dan

Islam waktu dulu. Tujuan utama mereka
sangat

jelas,

dalam rangka

melakukan

pengaruh kebudayaan, tidak hanya untuk

Islamisasi terhadap penduduk lokal. Strategi

masyarakat Banjar yang berdiam di kawasan

utama yang dipakai adalah melalui jalur

sepanjang sungai, tetapi juga masyarakat

perdagangan.

perdalaman;

tiap

Sungai Barito arah ke hulu sungai dengan

persimpangan sungai, seperti di sepanjang

puluhan anak sungainya, para penyebar itu

Sungai Barito, Sungai Martapura, dan

kemudian

Sungai

bentuk-bentuk

berdagang. Sebagian di antara mereka

pertemuan dan akulturasi budaya (Saleh,

bahkan ada yang menetap, kawin, dan

1958).

berkeluarga di daerah-daerah dakwah yang

Negara

Sedangkan

sehingga

terdapat

pada

pelabuhan

memang

menduduki posisi penting dalam proses

menjadi

Memudiki

mendakwahkan

tujuan

aliran

panjang

Islam

mereka.

sambil

Kawasan

permukiman penduduk di sepanjang sungai

th

The 16 Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) 2016

tersebut kemudian melahirkan identifikasi

4

B. Permasalahan dan Tujuan

dan penamaan untuk orang Banjar sebagai

Permasalahan utama dalam tulisan ini

orang ‘Batang Banyu’, dan orang Banjar

adalah bagaimana signfikansi dan integrasi

kemudian juga dikatakan sebagai masyarakat

pelabuhan sungai dalam konteks penyebaran

yang identik dan memiliki ‘budaya sungai’,

Islam; baik tentang sejarah dan dinamika

yang bercirikan; sungai merupakan tempat

pelabuhan sebagai pusat penyebaran Islam

konsentrasi permukiman penduduk; antara

maupun jalur

masuk, penyebaran, dan

masyarakat

perkembangan

Islam

dengan

sungainya

saling

melalui pelabuhan

berinteraksi, beradaptasi, dan saling mengisi

sungai sebagai bagian penting dari upaya

dalam kehidupan sehari-hari; dan sungai

pengkajian serta pelestarian nilai-nilai sejarah

telah menjadi jantung kehidupan masyarakat

tentang

Banjar (Atmojo, 2004).

penyebaran Islam di Kalimantan Selatan.

Mestinya, berbagai kenyataan di atas
menjadi

faktor

perkembangan
Kalimantan

penting
Islam

Selatan,

dan
ke

penentu

mengeksplorasi,

perdalaman

mendeskripsikan

sehingga

pengaruh

Masyarakat Banjar. Sayangnya bahwa kajian

Selatan.

pelabuhan

sungai

sebagai pusat penyebaran agama Islam
ataupun dalam fungsi dan peranan yang lain,
masih sangat terbatas dilakukan, bahkan bisa
dikatakan belum ada. Penelitian-penelitian
serupa lebih menitikberatkan keberadaan
pelabuhan sungai dilihat dari aspek politik,
ekonomi atau perdagangan.

untuk mengeksplorasi sejarah, peranan, dan
pelabuhan

kehidupan

masyarakat

sungai
Banjar

terhadap
sebagai

masyarakat ‘Batang Banyu’ dilihat dari
aspek penyebaran Islam.

proses

menemukan,

dan

fungsi dan kedudukan

konteks

sejarah

di

Kalimantan

C. Manfaat
Penelitian ini memberi sumbangsih
secara keilmuan maupun secara praktis.
Secara keilmuan memberikan sumbangan
terhadap perkembangan dan kajian-kajian
penting berkenaan dengan sejarah awal
penyiaran, penyebaran, dan perkembangan
Islam pada masyarakat Banjar di sepanjang

Berdasarkan kenyataan di atas, penting

signifikansi

dan

pelabuhan sungai terhadap penyebaran Islam
dalam

keberadaan

sungai

Sedangkan tujuannya adalah untuk

Islam meluas dan menjadi agama utama

terhadap

pelabuhan

daerah aliran sungai di Kalimantan Selatan,
kawasan pelabuhan sungai, dan kawasankawasan yang menjadi jalur masuk para
penyebar Islam. Kemudian secara praktis,
penelitian

ini

memberikan

terhadap

pokok-pokok

dan

konstribusi
gagasan

th

The 16 Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) 2016

5

pemikiran atau khazanah Islam Banjar,

yang digunakan sejarawan dalam tugas

berkenaan dengan pelabuhan sungai dan

meneliti sejarah (Kasdi, 2000). Karena itu,

penyebaran Islam sebagai unsur penting

pendekatan sejarah setidaknya diterapkan

masuk

melalui

dan

berkembangnya

Islam

di

Kalimantan Selatan.

empat

tahapan,

yaitu

tahap

pengumpulan data dan sumber sejarah
(heuristik); tahap melakukan kritik terhadap

METODE PENELITIAN

sumber

A. Pendekatan
Secara

penelitian

ini

yang dipadukan dengan studi kepustakaan
untuk melakukan analisis secara mendalam
naskah,

suatu

data

didapat

(verifikasi); tahap melakukan penafsiran dan

metodologis

menggunakan pendekatan sejarah (history)

terhadap

daimana

buku-buku,

laporan

merangkai fakta sejarah sehingga menjadi
satu kesatuan yang runtut (interpretasi); dan
tahap penulisan narasi atau penyusunan fakta
sejarah dalam bentuk narasi kronologis atau
uraian yang sistematis (historiografi).

penelitian, dan sejumlah tulisan lainnya
berkenaan dengan perkembangan maupun
peranan

pelabuhan

sungai

B. Beberapa Penelitian Terkait
Dalam beberapa tahun terakhir, seiring

terhadap

penyebaran Islam di Kalimantan Selatan.
Pelacakan terhadap sumber-sumber lisan
yang dimiliki oleh para akademisi, sejarawan,
maupun tokoh-tokoh masyarakat tertentu
juga akan dikaji guna mendapatkan dan
memperkaya data-data peneltian tertulis.
Pendekatan sejarah ini diaplikasikan
mengikut kepada model yang disarankan
oleh Gottschalk (1985), bahwa, penelitian
dengan menggunakan pendekatan sejarah
pada prinsipnya merupakan suatu proses
untuk menguji dan menganalisis secara kritis
sumber, rekaman dan peninggalan masa lalu
dengan merekonstruksi berdasarkan data
yang diperoleh dengan menempuh proses
historiografi. Dengan kata lain, pendekatan
sejarah merupakan alat, piranti atau prosedur

dengan aktualnya masalah kelautan atau
kemaritiman

didiskusikan,

telah

banyak

diterbitkan buku-buku yang membicarakan
tentang pelabuhan di Indonesia. Termasuk
tulisan dan penelitian tentang pelabuhan
Banjarmasin, antara lain:
1. J.

Jahmin

dkk,

“Banjarmasin

Kota

Pelabuhan di Jalan Sutra”, Laporan
Penelitian

Universitas

Semarang,

1994.

menggambarkan

Diponegoro

Penelitian

ini

perkembangan

dan

peranan Banjarmasin sebagai pelabuhan
perdagangan

yang

mencapai

masa

keemasannya pada abad ke-17 dan 18 M.
Banjarmasin dianggap sebagai salah satu
bagian

penting

dari

jalur

sutera

perdagangan di Nusantara. Di samping

th

The 16 Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) 2016

6

itu, penelitian ini juga mengetengahkan

Pelabuhan Banjarmasin dan Pelabuhan

pembahasan beberapa hal terkait dengan

Batu Licin. Secara geografis, Pelabuhan

sejarah

Banjarmasin

pelabuhan

Banjarmasin

dan

adalah

pintu

gerbang,

dinamika yang terjadi di masanya, seperti

masuk-keluar kapal untuk pelayaran dan

barang atau komoditas dagang yang di-

perdagangan wilayah Barat Indonesia

perdagangkan,

masyarakat

(Pulau Jawa); sedangkan Pelabuhan Batu

Banjarmasin, dan keadaan sosial politik

Licin merupakan pintu masuk-keluar

serta ekonomi Banjarmasin waktu itu.

untuk pelayaran dan perdagangan wilayah

2. Endang

golongan

Susilowati,

“Pasang

Surut

Pelayaran Perahu Rakyat di Pelabuhan
Banjarmasin 1880-1990”, Program Studi
Ilmu

Sejarah

Universitas

Indonesia

Depok 2004. Disertasi ini mengkaji dan
berisikan pembahasan tentang sejarah
perkembangan pelayaran dengan perahu
rakyat dari Pelabuhan Lama Banjarmasin
(Pelabuhan Martapura) di era awal tahun
1900-an hingga pada masa pelabuhan
modern (Pelabuhan Trisakti). Tulisan ini
juga

menyoroti

keberadaan

tentang

Pelabuhan

fungsi dan
Banjarmasin

sebagai pusat pelayaran dan keluar masuk
kapal-kapal kecil dari berbagai daerah di
Kalimantan Selatan ketika memasarkan
barang-barang

dagangan

mereka

di

Banjarmasin.
3. Andi

Nuralang,

Timur Indonesia (Sulawesi, Kepulauan
Maluku, dan Papua).
Walaupun telah dihasilkan beberapa
penelitian dan tulisan tentang pelabuhan
sebagaimana dijelaskan di atas, namun
beberapa penelitian dan tulisan dimaksud
belum

ada

lagi

Sebagai

Penghubung Jalan Laut dan Darat: Studi

secara

khusus

menyoroti sejarah Pelabuhan Banjarmasin
dalam konteks persebaran Islam. Padahal,
sebagai pintu
Kalimantan

masuk

Selatan

dan

penghubung

dengan

berbagai

kawasan lain di Nusantara serta negaranegara Asia, pengaruh dan perkembangan
Islam diduga kuat bermula dari kawasan
pelabuhan, kemudian tumbuh dan merambah
daerah-daerah perdalaman dengan didukung
oleh saling keterhubungan antar pelabuhan
sungai yang.

“Pelabuhan

yang

Di mana Keterhubungan

pelabuhan

sungai

pelabuhan

utama

Banjarmasin
dengan

sebagai

pelabuhan-

Kasus Pelabuhan Banjarmasin dan Batu

pelabuhan sungai yang tersebar di sepanjang

Licin

aliran sungai dan anak sungai yang mengalir

Kalimantan

Selatan”,

Laporan

Penelitian Balai Arkeologi Banjarmasin,
2006. Dalam penelitiannya ini, Andi
Nuralang mendeskripsikan posisi penting

telah mempercepat proses penyebaran Islam
di Kalimantan Selatan sampai ke pelosok-

th

The 16 Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) 2016

7

pelosok daerah (hulu sungai Banjarmasin,

mengacu kepada fungsinya sebagai tempat

Sungai Negara dengan anak sungai dan

berlindung atau berteduh, sedangkan kata

cabangnya, wilayah tenggara Banjarmasin,

port digunakan dengan melihat fungsi dari

bahkan pula daerah-daerah hulu sepanjang

pelabuhan sebagai pintu gerbang, tempat

sungai Barito di Kalimantan Tengah).

kapal dan perahu keluar masuk, maksudnya
pelabuhan merupakan penghubung antara

KONSEP PELABUHAN

dunia

A. Pengertian
Secara

laut

dengan

daerah

perdalaman.

bahasa,

pelabuhan

berarti

tempat untuk kapal berlabuh (Tim Penyusun,
2008).

Berdasarkan beberapa pengertian di
atas, secara bahasa, pelabuhan berarti tempat
perahu atau kapal menurunkan jangkar atau

Dalam Bahasa Inggris, padanan kata
pelabuhan yang biasa digunakan adalah
harbour atau port yang berarti bandar,
tempat perlindungan, tempat tersembunyi,
atau tempat yang aman. Murphy (1989)
membedakan pengertian antara harbour
dengan port, yang dalam bahasa Indonesia
bisa diterjemahkan atau memiliki pengertian
yang sama dengan pelabuhan. Istilah harbour
pada dasarnya lebih mengacu pada konsep
fisik (physical concept) dari pelabuhan,
sehingga pelabuhan bisa diartikan sebagai
tempat berlindung atau berlabuh kapal-kapal
(a shelter for ships). Sedangkan istilah port
lebih

seberang

mengacu

(economical

pada
concept)

konsep

ekonomi

yang

artinya

pelabuhan dianggap sebagai tempat tukarmenukar

atau

tempat

keluar-masuknya

barang-barang komoditas antara hinterland
(daerah

perdalaman)

(daerah

seberang).

penggunaan

istilah

dengan
Dengan
harbour

foreland
kata

lain,

biasanya

sauh untuk berlabuh, berhenti, bersandar
atau bertambat setelah berlayar di lautan
atau

di sungai dalam waktu tertentu

lamanya.
Secara terminologi, pelabuhan adalah
daerah perairan yang terlindung terhadap
gelombang atau arus, sehingga kapal dapat
berputar (turning basin), bersandar atau
membuang sauh sehingga bongkar muat atas
barang dan perpindahan penumpang dapat
dilaksanakan (Kramadibrata, 2002).
Menurut

Triatmodjo

(1992),

pelabuhan adalah daerah perairan yang
terlindung

terhadap

gelombang,

yang

dilengkapi dengan fasilitas terminal laut
meliputi dermaga di mana kapal dapat
bertambat untuk bongkar muat barang,
gudang laut (transito), dan tempat-tempat
penyimpanan di mana barang-barang dapat
disimpan dalam waktu lebih lama selama
menunggu pengiriman ke daerah tujuan.
Pelabuhan juga merupakan suatu pintu

th

The 16 Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) 2016

8

gerbang untuk masuk ke suatu daerah

bandar dan dermaga. Bandar berarti kota

tertentu dan sebagai prasarana penghubung

pelabuhan; kawasan pelabuhan yang juga

antar daerah, antar pulau, bahkan antar

berfungsi sebagai tempat perniagaan; tempat

negara.

berjual beli di sekitar kawasan pelabuhan

Menurut Undang-Undang Nomor 17

(Tim Penyusun, 2008). Adapun dermaga

Tahun 2008 Pasal 1, pelabuhan adalah

berarti tembok di tepi pelabuhan yang

tempat yang terdiri atas daratan dan atau

berfungsi untuk pangkalan (kapal atau

perairan dengan batas-batas tertentu sebagai

perahu); tembok rendah yang memanjang di

tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan

tepi pantai, menjorok ke laut di kawasan

pengusahaan yang dipergunakan sebagai

pelabuhan (untuk pangkalan dan bongkar

tempat

turun

muat barang), tembok penahan ombak di

penumpang, dan atau bongkar muat barang,

pelabuhan (Tim Penyusun, 2008). Jadi,

berupa terminal dan tempat berlabuh kapal

dermaga adalah tempat kapal ditambatkan di

yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan

pelabuhan. Pada dermaga dilakukan berbagai

dan keamanan pelayaran dan kegiatan

kegiatan bongkar muat barang dan orang

penunjang pelabuhan serta sebagai tempat

dari dan ke atas kapal.

perpindahan

B. Fungsi

kapal

bersandar,

intra

dan

naik

antarmoda

transportasi.

Sejak

Berdasarkan beberapa pengertian di
atas, maka disimpulkan bahwa pelabuhan
adalah pusat, terminal, atau pangkalan
perhentian kapal atau perahu yang berlabuh
setelah menempuh pelayaran di daerah
perairan (lautan atau sungai) dalam masa
tertentu untuk bersandar, bongkar muat
barang,

melakukan

jual

beli,

atau

menaikturunkan penumpang, dan berbagai
aktivitas lain yang terkait dengan fungsi dan
keberadaan pelabuhan.
Selain pelabuhan, istilah yang juga
sering dipakai dan memiliki kemiripan makna
maupun fungsinya dengan dan menjadi
bagian dari pelabuhan itu sendiri adalah

masa

dahulu,

pelabuhan

menjadi salah satu sarana penting yang
menghubungkan

alur

perdagangan

sumber

pertahanan

wilayah

kerajaan

di Indonesia.

Seiring

dan

berbagai
dengan

berkembangnya zaman, peranan dan fungsi
pelabuhan pun semakin diperlukan untuk
menunjang berbagai bidang di suatu negara.
Berdasarkan kenyataan demikian, maka
sudah seharusnya apabila pelabuhan dengan
segala aspek yang terkait dengan untuk
dikelola sebaik-baiknya.
Kehadiran pelabuhan yang memadai
berfungsi

dan

berperan

besar

dalam

menunjang mobilitas barang dan manusia.

th

The 16 Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) 2016

9

Secara umum, setidaknya ada empat fungsi

ke-17 dan 18 M banyak melakukan kontak

umum dari pelabuhan, yakni sebagai pintu

dagang dengan negeri Cina.

gerbang (gateway), penghubung (interface),

Demikian juga Reeves (1989) yang

mata rantai (link), dan kawasan Industri

menyatakan bahwa suatu kota pelabuhan

(industry entity).

atau pelabuhan sesungguhnya merupakan

Menurut Indriyanto (2005) mengingat

pusat jaringan ekonomi bahkan kekuasaan

peranan, fungsi, strategis keberadaannya,

antar

maka ada empat arti penting pelabuhan.

pelabuhan di sekitarnya. Dalam hal ini dapat

Pertama, arti ekonomis, karena pelabuhan

dimengerti bagaimana saling hubungan dan

mempunyai fungsi sebagai tempat ekspor-

ketergantungan antara pelabuhan atau kota

impor dan kegiatan ekonomi lainnya yang

pelabuhan dengan daerah-daerah hinterland,

saling berhubungan sebab akibat. Kedua, arti

yang

budaya, karena pelabuhan menjadi tempat

pelabuhan-pelabuhan

pertemuan

sehingga

Dengan demikian konsep pelabuhan itu

kontak-kontak sosial budaya dapat terjadi

mengacu kepada fungsi ekonominya, yang

dan

merupakan inti dari kota pelabuhan dan

berbagai

berpengaruh

setempat.

Ketiga,

bangsa,

terhadap
arti

masyarakat

termasuk

di

kota-kota

dalamnya
yang

lebih

atau

adalah
kecil.

karena

memegang peranan yang menentukan bagi

pelabuhan mempunyai nilai ekonomis dan

struktur dan fungsi pelabuhan itu sendiri baik

merupakan urat nadi negara, maka harus

dalam tata ruang (spatial arrangement),

dipertahankan.

sosial, budaya maupun politik (Lapian,

Keempat,

politis,

daerah-daerah,

arti geografis,

karena keterkaitannya dengan lokasi dan
syarat-syarat dapat berlangsungnya suatu
kegiatan pelabuhan.

2008).
Berbagai pendapat dan pemikiran di
atas menyiratkan pentingnya fungsi dan

Singh (1990) merumuskan

bahwa

peranan pelabuhan dalam perkembangan

pelabuhan

kehidupan suatu masyarakat dan kawasan

daerah

dilihat dari sudut pandang ekonomi dan

hinterlandnya. Hal ini terjadi pada kota

perdagangan. Bahkan, lebih dari itu, dilihat

pelabuhan Brunei yang berkembang menjadi

dari sudut pandang sejarah, pelabuhan juga

kota pelabuhan yang besar berkat dukungan

merupakan

daerah hinterland Sabah yang kaya akan

penyebaran Islam. Sehingga dalam sejarah

produk-produk ekspor. Namun demikian

panjangnya,

perkembangan itu juga didukung oleh lokasi

Nusantara

yang strategis dari Brunei yang pada abad

faktornya karena ditunjang dan memiliki

perkembangan
ditentukan

suatu
oleh

kota
dukungan

pintu

semua
menjadi

masuk

Kerajaan
besar,

dan

pusat

Islam
salah

di
satu

th

The 16 Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) 2016

sejumlah

pelabuhan

penting,

seperti

atau

Madinah.

10

Dalam

pelayaran

ke

Pelabuhan Perlak, Pasai, Demak, Tuban,

Nusantara, muballigh dari Timur Tengah ini

Gresik,

singgah di Gujarat dan menjadikan Gujarat

Cirebon,

Banten,

Ampel,

sebagai

Banjarmasin, dan lain-lain.

dan

pelabuhan

merupakan dua hal yang sangat penting
dalam konteks penyebaran Islam. Para ahli
sejarah pun sepakat, bahwa perdagangan
merupakan

jalur

utama

masuk

dan

penyebaran Islam di Indonesia. Hasil seminar
mengenai

sejarah

masuknya

Islam

ke

Indonesia, yang berlangsung di Medan tahun
1963 menguatkan kesimpulan ini bahwa
Islam masuk ke Indonesia melalui jalur
perdagangan; daerah pertama yang didatangi
Islam ialah daerah pesisir Sumatera dan
bahwa

setelah terbentuknya masyarakat

Islam, maka Kerajaan Islam yang pertama
berada di Aceh; muballigh-muballigh Islam
yang pertama selain sebagai penyebar Islam
merangkap juga sebagai saudagar; dalam
proses pengIslaman selanjutnya, orang-orang
Indonesia ikut aktif mengambil bagian; Islam
masuk dan disebarkan dengan cara damai;
dan

kedatangan

Islam

di

perdagangan

dan

penyebaran Islam, karena tujuan mereka

C. Pusat Penyebaran Islam
Perdagangan

pangkalan

Indonesia

membawa kecerdasan dan peradaban yang
tinggi dalam membentuk kepribadian bangsa
Indonesia (Zuhri, 1979).
Demikian pula dijelaskan bahwa para
muballigh atau penyebar Islam yang datang
pertama ke Indonesia langsung dari Mekkah

adalah dakwah Islam sambil berdagang.
Dalam

penyebaran

agama

Islam

di

Nusantara, orang Arab yang bertindak
sebagai

muballigh

memegang

peranan

sebagai pimpinan dan bukanlah orang India,
sekalipun mereka juga sebagai muballigh.
Muballgih bangsa India lebih memusatkan
perhatian mereka untuk menyebarkan agama
Islam kepada bangsa India sendiri yang
mayoritas beragama Hindu dan Budha pada
waktu itu (Ideham, 2003).
Berikutnya, tersebarnya agama Islam
menelusuri arus lalu lintas perdagangan laut.
Karena kota-kota perdagangan umumnya
berada di pinggir atau tepi laut atau sungai
yang dapat dilayari, maka agama Islam pun
berkembang pertama kali di daerah di mana
terjadinya komunikasi antara bangsa dan
komunikasi

perdagangan.

Pesatnya

perkembangan agama Islam itu sangat
dipengaruhi oleh penguasa setempat. Kalau
di daerah itu

telah terbentuk sebuah

Kerajaan Islam, maka agama Islam pun ikut
berkembang dengan pesat (Ideham, 2003).
Memang,

dalam

catatan

sejarah,

terbukanya jalur sutera melalui laut yang
menghubungan Cina dengan Indonesia telah
membuat

perdagangan

semakin

ramai.

th

The 16 Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) 2016

11

Begitu pula ketika komoditi rempah-rempah

melalui para pedagang disampaikan dan

di pasaran Eropa melambung semakin

diterima dengan cara damai, bukan melalui

membuat terbukanya jaringan perdagangan

perang atau kekerasan, atau pula paksaan.

Indonesia dengan dunia luar. Sehingga, jalur

Sedangkan

sutera yang ada dalam benak kebanyakan

walaupun saudagar-saudagar Islam yang

orang

adalah lintasan perjalanan darat

datang ke Nusantara untuk berdagang

panjang dari Xi'an hingga ke Konstantinopel,

mencari untung dan menetap di tengah-

dan melintasi gurun Taklamakan dan daratan

tengah permukiman penduduk lokal, bukan

Eurasia;

orang

tetapi,

seiring

dengan

menurut

Hurgronje

suci atau terlalu

(1983),

saleh, namun

maritim di Abad

kebanyakan dari pedagang Muslim tersebut

Pertengahan, jalur sutera yang kuno ini pun

memperlihatkan kecenderungan yang kuat

meredup,

untuk menyebarkan Islam, terutama di

perkembangan

perdagangan

dunia

digantikan
baru

dari

oleh

lintasan

samudera

ke

kalangan penduduk lokal yang kurang

samudera. Rute inilah yang dikenal dengan

beradab.

Jalur Sutera Maritim. Para pedagang dari

mengharuskan

negeri Tiongkok melintasi Laut Tiongkok

demikian,

paling

Selatan, sampai ke Semenanjung Malaya,

Muslim

tersebut

melintasi Selat Malaka dan Selat Sunda, dan

lingkungan hidup yang lebih baik, terutama

menyeberangi Samudera Hindia hingga ke

lingkungan keluarga mereka sendiri.

pribadinya

mereka

untuk

tidak

para

ingin

pun

berbuat
pedagang

menciptakan

Stoddard (1966) juga menegaskan hal

Arabia, dan Indonesia berada pada jalur yang
sama

strategis ini (Sulistyono, 2012).

Kepentingan

tentang

semangat para saudagar

Seiring dengan terbukanya jalur sutera

Muslim dalam menyampaikan Islam kepada

melalui laut, maka Indonesia yang waktu itu

masyarakat Nusantara. Menurutnya setiap

merupakan

orang Islam, sekian jauhnya adalah orang-

daerah

potensial

penghasil

berbagai macam rempah, memicu masuk dan

orang

berdatangannya para pedagang dari berbagai

muballigh

kawasan. Misalnya, para pedagang yang

mendakwahkan

berasal dari Arab, Persia, Gujarat (India),

lingkungan tetangganya yang tidak beragama

dan Cina yang telah memeluk Islam, secara

Islam, sehingga pekerjaan penyiaran Islam

langsung mereka pun menyebarkan pengaruh

tidak hanya dilakukan oleh para pemimpin

Islam di Indonesia.

agama secara tertentu, melainkan juga

Glasse (2002) menyatakan bahwa
Islam datang ke Indonesia (Nusantara)

yang

kebanyakan

berpembawaan

dan

dengan
keyakinannya

orang

Muslim,

sebagai
sendirinya
kepada

misalnya

pengembara agama, pedagang, dan para

th

The 16 Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) 2016

pekerjaan pindahan yang sederhana. Dalam

ditegaskan

pada itu, banyak orang Muslim yang

pelabuhan-pelabuhan yang banyak terdapat

bersemangat dan memperjuangkan dengan

diberbagai

penuh

Indonesia merupakan tempat pertama yang

keikhlasan

serta

menyediakan

jiwaraganya untuk melakukan tugas suci

menjadi

tersebut.

Indonesia

Karenanya, menurut Johns (1987),

pula

12

oleh

kawasan

wilayah
yang

Sunanto

pesisir

pantai

penyebaran
dilakukan

(1991),

di

Islam
oleh

di
para

pedagang yang berasal dari Timur Tengah.

bukanlah suatu hal yang biasa untuk

Kawasan atau kota-kota yang menjadi

membayangkan bahwa pelaut-pelaut dan

pelabuhan tersebut, yang berada di wilayah

saudagar-saudagar

ke

pesisir pantai atau sungai juga merupakan

Nusantara sebagai penyebar agama. Tetapi

wilayah pertama masuk dan perkembangan

apabila kita membayangkan bahwa di antara

Islam. Para ahli menegaskan bahwa Islam

rombongan pedagang Muslim tersebut ada

pada mulanya berkembang secara pesat di

yang

dari gilda-gilda

kota-kota pelabuhan, di mana kota-kota

perdagangan kaum sufi dan pelayaran

pelabuhan tersebut sekaligus jadi ibukota

mereka disertai pula oleh syekh-syekh

atau pusat kerajaan, misalnya kerajaan

mereka, maka kita bisa mengganggap bahwa

Samudera Pasai, Kerajaan Malaka, demikian

peristiwa perdagangan dan pelayaran dengan

pula kerajaan-kerajaan di pesisir Jawa dan di

pelabuhan tempat sandarnya sebagai satu

kalimantan (Sunanto, 1991).

yang

menjadi anggota

berlayar

basis yang sangat penting dalam proses

Itulah

penyebaran Islam di Indonesia. Dalam

perkembangannya,

konteks ini, jelas bahwa jalur perdagangan

dukungan di kota-kota pelabuhan, pelabuhan

dan kaum pedagang memiliki peranan yang

menjadi basis kekuatan Islam seiring dengan

sangat besar terhadap tersebarnya Islam.

tumbuhnya berbagai kerajaan di pesisir

Selain daripada perdagangan, unsur

sebabnya,
Islam

pada

mula

mendapatkan

pantai, dan Istana Kerajaan menjadi pusat

lain yang juga perlu dicatat dari periode awal

pengembangan

masuknya

adalah

resmi penguasa (Sunanto, 1991). Istana

berkembangnya pelabuhan-pelabuhan yang

kerajaan yang berada di sekitar kawasan

menjadi pintu masuk pedagang Muslim

pelabuhan juga menjadi pusat pendidikan,

dalam rangka penyebaran Islam. Karena,

mencetak kader muballig dan kader politik.

proses berkembangnya agama Islam sejalan

Kader politik dimaksudkan yang kemudian

dengan perdagangan dan pelayaran yang

hari menjadi raja-raja penguasa (Sunanto,

berlabuh

1991).

Islam

di

ke

Indonesia

pelabuhan.

Sebagaimana

Islam atas

perlindungan

th

The 16 Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) 2016

13

Antara perdagangan, pelabuhan, dan

masuknya Islam ke Kalimantan ada dua,

Islam kemudian saling berintegrasi dan

yakni melalui Gujarat, Tumasik, Malaka, dan

menjadi aspek yang saling terkait. Perpaduan

Singapura oleh pedagang Arab dan melalui

tersebut

daratan Cina oleh pedagang Cina.

telah

mendorong

tumbuhkembangnya ketiga aspek ini secara
simultan,

sehingga

saling

menguatkan

Hamka (1976) juga menyimpulkan
bahwa

tersebarnya

agama

Islam

di

keberadaan ketiganya dalam sejarah Islam di

Kalimantan Selatan terjadi lama sebelum

Indonesia

kejayaan

berdirinya Kesultanan Banjarmasin, yaitu

Kesultanan Islam diberbagai kawasan di

diperkirakan pada pertengahan/penghujung

Indonesia.

abad ke-14 M, sedangkan pembawa dan

D. Islam di Banjarmasin

penyebar Islam adalah para pedagang/ulama

pada

masa-masa

Kesultanan Banjarmasin merupakan
kerajaan Islam pertama yang berkembang di
Kalimantan Selatan. Agama Islam sangat
besar

pengaruhnya

di

Kesultanan

Banjarmasin, baik di bidang sosial, budaya,
pemerintahan, serta aspek-aspek kehidupan
masyarakat yang lainnya. Pengaruh Islam
yang

dominan

terhadap

kehidupan

di

Kesultanan Banjarmasin itu salah satunya
dipengaruhi

oleh

proses

masuk

dan

berkembangnya agama Islam di Kesultanan

Menurut Ras (1968) masuknya Islam
di Banjarmasin bersamaan dengan berdirinya

dan Aceh dengan Kerajaan Banjar, di mana
bandar kerajaan Muara Bahan merupakan
pelabuhan yang sangat ramai dikunjungi oleh
para pedagang dari berbagai kawasan,
terutama pada masa pemerintahan Raja Sari
Kaburangan dan Pangeran Tumenggung.
Jalur perdagangan merupakan jalur
utama awal masuknya pengaruh agama Islam
di Banjarmasin pada abad ke XV. Pengaruh

Namun, menurut Artha (1973) Islam
telah masuk dan berkembang di Banjarmasin
berdirinya

Muslim seperti Raden Paku (Sunan Giri).
Pemeluk agama Islam pertama diperkirakan
adalah golongan pedagang dan masyarakat

Kesultanan Banjarmasin.

sebelum

antara Singapura-Malaka, kemudian Pasai

Islam ini dibawa oleh pedagang-pedagang

Banjarmasin.

jauh

sebagai hasil dari hubungan timbal balik

Kesultanan

Banjarmasin, sangat mungkin masuknya
Islam ke Kalimantan sekitar tahun 1250 M
dan mulai berkembang tahun 1295 M; Jalur

yang tinggal di kawasan pinggiran sungai
dekat pelabuhan, yaitu orang-orang Melayu
dan orang-orang Ngaju.
Berkembangnya

agama

Islam

di

Kalimantan Selatan karena kedudukan atau
tempat

permukiman

yang

terletak

di

sepanjang sungai atau pantai. Kota atau

th

The 16 Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) 2016

14

tempat permukiman itu mendapat kunjungan

melakukan interaksi perdagangan,

yang ramai dari para pedagang dari segala

kelompok pedagang pula. Tetapi perlu

bangsa. Para muballigh yang juga adalah

diingat bahwa sebagian besar dari pelaku

para pedagang menggunakan kesempatan

perdagangan di kerajaan Indonesia dipegang

komunikasi transaksi perdagangan sambil

oleh

menyebarkan

Penduduk

modalnya adalah kaum bangsawan. Karena

setempat tertarik memasuki agama Islam,

itu adalah sangat mungkin sekali bahwa

karena budi pekerti dan tutur kata yang

pemeluk agama Islam yang pertama adalah

menunjukkan moral tinggi, akhlak mulia, dan

kelompok

cara berpakaian yang selalu bersih. Proses

bangsawan (Ideham, 2003).

agama

perkawinan

Islam.

PELABUHAN

yang

juga

pemilik

kaum

satu sebab mengapa Islam pesat berkembang
melebihi agama-agama lain. Jalur penyebaran
agama Islam di Indonesia menyelusuri jalur
perdagangan.

Kota-kota
tempat

pedagangan

terjadinya

interaksi

budaya dan agama di samping fungsinya
sebagai pusat kegiatan transaksi ekonomi.
Karena itulah, pemeluk agama Islam yang
pertama adalah di tempat-tempat kota
perdagangan di sepanjang pantai atau di
sepanjang sungai. Karena agama Islam
berkembangnya di sepanjang pantai atau di
jalur

perdagangan,

maka

pembawa agama Islam yang pertama kalinya
adalah golongan pedagang itu sendiri,
pedagang yang telah memeluk agama Islam
ataupun pedagang yang juga seorang ulama.
Kelompok pertama yang memeluk agama
adalah

DAN

PENYEBARAN

Adanya pelabuhan dan perdagangan

Dakwah yang efektif menjadi salah

Islam

pedagang

atau

ISLAM DI DAS KALIMANTAN

(Ideham, 2003).

sepanjang

bangsawan

merupakan salah satu cara

tersebarnya agama Islam di daerah ini

merupakan

kaum

yaitu

kelompok

yang

sering

mendorong Islam berkembang dengan pesat,
tidak hanya di pusat pemerintahan dan
daerah kota pelabuhan Banjarmasin, tetapi
juga memasuki daerah perdalaman melalui
perdagangan antar pelabuhan sungai di
sepanjang

jalur

Sungai Barito,

Sungai

Negara, dan sungai-sungai yang lainnya.
Pelabuhan juga menjadi faktor penting dan
telah memudahkan rakyat yang bermukim
jauh di perdalaman dapat dikunjungi oleh
para

penyebar

agama

Islam

sambil

berdagang. Interaksi antara guru agama yang
menyebarkan Islam dengan penduduk lokal
perdalaman mendorong semakin cepatnya
penyebaran Islam; karena pada akhirnya
penyebar agama Islam tersebut ada yang
tinggal, kawin dengan penduduk lokal, dan
sambil terus menyebarkan Islam mereka

th

The 16 Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) 2016

15

hidup dengan bertani, beternak, atau pun

mengembangkan kehidupan rakyatnya, yakni

mengail-nelayan (Basuni, 1986).

pusat kota pemerintahan, pelabuhan, dan

Berikutnya,

berkenaan

dengan

pasar (Kartodirjo, 1977).

perdagangan, posisi strategis Banjarmasin

Ketiga unsur ini bahkan menjadi

yang terletak di antara Laut Jawa di sebelah

karakteristik atau tiang utama jalannya

Selatan dan Selat Makassar di sebelah Timur

pemerintahan berbagai kesultanan yang ada

membuat Banjarmasin cepat berkembang

di Indonesia. Karena itu, wajar apabila

dan menjadi pusat

perdagangan pusat

sejumlah besar kesultanan di Nusantara

penyebaran

(Putuhena,

dikenal luas dan besar namanya seiring

Islam

2007).

Banyaknya pedagang-pedagang yang datang

dengan

dari luar seperti pedagang dari Jawa,

menjadi pusat aktivitas pemerintahannya.
Syamtasiyah

Sulawesi, Cina, Gujarat, dan India untuk
berniaga

di

Pelabuhan

Banjarmasin.

pelabuhan

yang

dibangun dan

(2012)

menjelaskan

bahwa, letak geografis kota-kota yang

sebagai

menjadi pusat kerajaan bercorak Islam di

pelabuhan dagang yang ramai dan mencapai

Nusantara, umumnya berada di pesisir dan

puncak

di

Perkembangan

Banjarmasin

kejayaannya

dengan

banyaknya

muara

sungai-sungai

besar,

seperti

kapal-kapal dagang dari berbagai kawasan di

Samudera Pasai, Pidie, Demak, Banten,

Nusantara bahkan luar negara yang singgah

Ternate, Sombaopu, Makassar, termasuk

dan

pula

berlabuh

di

Banjarmasin

pada

Banjarmasin

beserta

dengan

pertengahan abad ke-17 M. Banjarmasin di

pelabuhannya. Selain berfungsi sebagai pusat

Kalimantan Selatan.

pemerintahan

Secara teori, sebagaimana ditegaskan
para ahli, pelabuhan dan sungai merupakan
dua faktor utama yang sangat penting dan
menjadi urat

nadi kehidupan

berbagai

kesultanan yang ada di Nusantara pada masa
lalu.

Strategisnya kedudukan pelabuhan

misalnya

tergambar

dari keberadaannya

kota-kota

tersebut

juga

menjadi pusat perdagangan dengan bandar
atau pelabuhan yang dibangunnya sebagai
penanda

dari

kerajaan

maritim.

Berbeda

yang

dengan

bercorak

kota

pusat

kerajaan yang bercorak agraris, masyarakat
kota pusat maritim lebih menitikberatkan
kehidupannya pada perdagangan.

sebagai salah satu dari tiga unsur yang selalu

Pertumbuhan yang pesat dan ramainya

ada dan dibentuk oleh kesultanan-kesultanan

perdagangan antar pelabuhan di Nusantara

yang berada atau dekat dengan tepian sungai
atau

pesisir

pantai

dalam

rangka

dengan Kalimantan digambarkan dalam buku
Hikajat

Bandjar

menyebutkan

bahwa

yang

antara

pelabuhan

lain
utama

th

The 16 Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) 2016

16

Kerajaan Banjar, baik pada masa Kerajaan

betapa pentingnya posisi dari bandar sebagai

Negara Dipa, Kerajaan Negara Daha, hingga

pintu masuk persebaran agama Islam dan

terakhir di masa Kesultanan Banjarmasin,

terjadinya

pelabuhan

(Atmojo, 2004).

atau

bandar

selalu

ramai

dikunjungi oleh para pedagang lokal maupun

kontak

Melalui

dengan

sungai

dunia

dan

luar

pelabuhan,

pedagang dari luar, seperti Jawa, Melayu,

pengaruh agama Islam tersebar dan bergerak

Cina, Campa, maupun Keling. Bandar

jauh hingga ke daerah-daerah perdalaman di

Muara Bahan yang terletak di tepi sungai

sepanjang

Barito dan dekat dengan laut Jawa ramai

permukiman penduduk hingga ke daerah

dikunjungi oleh para pedagang dari berbagai

hulu

penjuru (Ras, 1968). Banyaknya orang-

sekarang). Kehadiran Islam bagi penduduk

orang yang menetap di wilayah Kerajaan

perdalaman

tidak

Daha dari berbagai penjuru terutama Gujarat

keyakinan,

pemahaman,

dan Melayu, memperkuat dugaan adanya

keagamaan, bahkan hingga cerita (folklore)

orang Islam yang bermukim di wilayah dan

atau mitologi rakyat yang hidup dan

tersebarnya agama Islam karena aktivitas

diwariskan secara turun-temurun dalam

dakwah dan perdagangan yang mereka

kehidupan masyarakat, seperti yang terjadi

lakukan. Apalagi hubungan dagang Bandar

pada mitologi penduduk lokal (Dayak Pitap,

Muara Bahan dengan bandar-bandar dari

Dayak Harakit, Dayak Banua Halat, dan

daerah lain pada waktu sangat luas dan

lain-lain)

intens (Anshary, 2002).

(Kabupaten

aliran

sungai

di

di

sungai

yang

Pergunungan

hanya

Meratus

mempengaruhi
dan

Pergunungan

Tapin).

menjadi

tradisi

Meratus

Dalam tutur

lisan

Penegasan yang sama dikemukakan

mereka diceritakan bahwa mereka adalah

Tjandrasasmita (1986), bahwa orang-orang

keturunan dari Nabi Adam dan Hawa.

Islam melakukan perjalanan dari Malaka ke

Bermula dari kehadiran anak-anak dan cucu

Maluku untuk pertamakali lewat pantai utara

Adam dan Hawa yang terdiri dari beberapa

Jawa dan kemudian melewati daerah-daerah

pasangan. Di antaranya dua bersaudara,

pesisir Kalimantan Selatan dan Sulawesi

yaitu Dayuhan atau Palui Tuha dan Intingan

Selatan. Karenanya bisa dikatakan bahwa

atau

pelabuhan di Kalimantan Selatan pada waktu

memeluk Islam dan membangun desa-desa

itu

pelabuhan

baru dengan anak keturunannya. Intingan

Muslim

juga membangun masjid-masjid di Kampung

sebelum meneruskan pelayaran

Banua Halat, Banua Parigi, Banua Gadung,

mereka. Kenyataan demikian, menunjukkan

dan Lokpaikat. Sedangkan Dayuhan tetap

menjadi

persinggahan
tersebut

salah
para

satu
pedagang

Palui

Anum.

Intingan

kemudian

th

The 16 Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) 2016

17

dengan keyakinan semula dan masuk lebih

hidup hingga sekarang dan dianggap sebagai

ke dalam daerah pergunungan Meratus

benar kejadiannya, yakni mitos tentang asal-

sambil

yang

muasal atau kejadian alam semesta; mitos

Mencabung,

tentang kejadian manusia pertama dan

Harakit, Balayawan, dan Danau Darah.

keturunannya; serta mitos tentang asal-

Namun,

orang

muasal padi sampai tumbuhnya konsep

bersaudara ini tetap baik dan harmonis.

filosofi tentang huma. Keyakinan dan mitos

Banua Halat menjadi daerah perbatasan

tersebut boleh dianggap sebagai nilai dasar

antara kedua saudara ini. Sekarang pun

yang potensial dan mampu mendorong

penduduk

Meratus

masyarakat perdalaman di Pergunungan

keturunan Dayuhan yang mendiami daerah

Meratus untuk mereka memeluk agama

Mencabung,

Islam.

membangun

dilewatinya,

seperti

Desa

hubungan

lokal

desa-desa

antara

dua

Pergunungan

Harakit,

Balayawan,

atau

Danau Darah dan masih bertahan dengan
keyakinan

mereka,

selalu

memanggil

Sungai bagi masyarakat Banjar dalam
perkembangannya,

secara

identitas,

penduduk yang berdiam di daerah Banua

kemudian juga melahirkan identifikasi dan

Halat dan kampung-kampung di sekitarnya

penamaan untuk orang Banjar sebagai

yang sudah beragama Islam atau pun orang-

kelompok masyarakat yang terkait dengan

orang Banjar yang datang dari perkotaan

sungai, yakni orang orang Banjar Kuala

dengan

(saudara

(muara sungai), orang Banjar Batang Banyu,

kandung). Mereka juga mentradisikan untuk

(sungai besar), dan orang Banjar Pahuluan

berziarah ke Masjid Banua Halat atau

(hulu sungai). Orang Banjar Kuala adalah

Gadung

kelompok orang Banjar yang mendiami

sebutan

yang

dangsanak

merupakan

peninggalan

saudara moyang mereka (Saleh, 1983).
Di samping itu, walaupun sebagian

daerah

kuala

dari

sungai-sungai

yang

mengalir di Banjarmasin sampai dengan

mendiami

daerah Martapura. Mereka berasal dari

Pergunungan Meratus sehingga sekarang

kesatuan etnik Ngaju; Orang Banjar Batang

ada yang tidak memeluk agama Islam,

Banyu

namun

Radam

tinggal dan berdiam di sepanjang Sungai

(2001), pengaruh Islam telah berpenetrasi

Tabalong dari muaranya di Sungai Barito

dalam kehidupan keberagamaan masyarakat

sampai dengan Kelua. Mereka berasal dari

Pergunungan Meratus sebagaimana tampak

kesatuan etnik Maanyan; Orang Banjar

pada keyakinan dan mitologi yang dianggap

Pahuluan adalah kelompok orang Banjar

sebagai ‘cerita suci’. Cerita tersebut masih

tinggal dan mendiami daerah hulu dari

masyarakat

perdalaman

sebagaimana

yang

dijelaskan

adalah kelompok orang Banjar

th

The 16 Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) 2016

Sungai

Tabalong,

kaki

18

Di samping itu, ekologi sungai telah

Pergunungan

Meratus, dari Tanjung sampai ke Pelaihari.

menimbulkan

Mereka berasal dari kesatuan etnik Bukit

terhadap penilaian sikap hidup manusia yang

atau Pergunungan Meratus (Saleh, 1983:

mengandung nilai-nilai moral dan sosial

Daud, 1997).

kemasyarakatan,

Berdasarkan kenyataan yang demikian,

tercermin

pola

dalam

pengaruh

tertentu

sebagaimana

yang

ungkapan

bahasa

menyebabkan para ahli menyatakan bahwa

(pribahasa) sehari-hari masyarakat Banjar,

orang Banjar adalah kelompok masyarakat

seperti:

yang identik dan memiliki ‘budaya sungai’;

ambak-ambak bakut sakalinya maharayani

sungai

konsentrasi

jua; liur Baungan; dan lain-lain (Zulkifli,

permukiman penduduk; antara masyarakat

2010). Ungkapan tradisional atau pribahasa

dengan

berinteraksi,

dimaksud dalam konteks religi juga terkait

mengisi dalam

dengan nilai-nilai dan ajaran Islam dan

kehidupan sehari-hari; dan sungai telah

biasanya berkenaan dengan pelaksanaan

menjadi

ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari

merupakan

tempat

sungainya

beradaptasi,

dan

saling
saling

jantung

kehidupan

masyarakat

Banjar (Atmojo, 2004).

ma

ilung

larut;

manimpakul;

masyarakat Banjar. Misalnya ungkapan yang

Masyarakat Banjar dengan kebudayaan

menyatakan

balang

kambingan

(malas

sungainya juga berkembang dan memiliki

melaksanakan shalat); mancaricit (lancar

karakteristik

dan fasih dalam membaca Alquran); bajuju

karakteristik

tersendiri.

oleh

(tidak lancar dan tidak fasih dalam membaca

pengaruh

Alquran); bunyi paalimnya (sombong dan

perkembangan geomorfologi Kalimantan;

merasa lebih pintar, lebih tahu, daripada

pengaruh ekosistem yang dibentuk oleh alam

orang lain); hatinya barasih (bersangka baik,

dan

(sosio,

bersikap tulus dan ikhlas); sudah nasibnya

ekonomis, dan politis); pengaruh kontak-

(pasrah dengan nasib atau takdir sehingga

kontak kebudayaan yang ditimbulkan oleh

berputus asa); purici (suka kotor, tidak

letak geografi Banjar dengan Sulawesi

menjaga kebersihan); banyak kolehan tapi

Selatan,

(sosio-

kada babarkat (hasil pekerjaan bercampur

kultural); amalgamasi antar suku-suku asal

dengan yang tidak halal); kolehan sadikit

dan pendatang sebagai evolusi historis; dan

tapi

pengaruh dari agama Islam sebagai faktor

pekerjaan), bisa dua kulit (bersifat munafik

religi dan politik yang bersifat menyatukan

atau tidak jujur); asal dikiyau inya datang

dan memisahkan (Saleh, 1983).

(senang bersilaturrahmi); mawiwir anggit

berbagai

tersebut

Munculnya

faktor,

lingkungan

Jawa,

disebabkan
seperti

Kalimantan

dan

Sumatera

babarkat

(menjaga

kehalalan

th

The 16 Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) 2016

19

urang (suka mengambil milik orang lain);

tempat-tempat untuk berlabuh dengan nama

dan lain-lain (Zulkifli, 2010).

labuhan, seperti daerah Labuhan Amas

Dalam konteks yang lain, secara
geografis,

pengaruh

kebudayaan

(Barabai),

Labuhan

Atas

(Birayang),

dan

Tungkaran (Martapura), Pemuatan (Gunung

keberadaan sungai dan pelabuhan terhadap

Pematon), Karamian (Gunung Karamian,

masyarakat Banjar sangat kuat, hal ini dapat

berarti pelabuhan yang ramai disinggahi

dilihat dari nama-nama daerah yang terkait

(Saleh, 1983).

dengan kosa kata sungai dan pelabuhan yang

Pentingnya pelabuhan sungai terhadap

menjadi lokasinya, padahal, pada masa

penyebaran Islam semakin terlihat pada

sekarang kawasan atau daerah tersebut

pertengahan

apabila diperhatikan letaknya jauh dari

sampai dengan masuknya pengaruh kolonial.

kawasan pinggiran atau pesisir sungai karena

Semula,

di perdalaman. Kenyataan ini menunjukkan

pelabuhan untuk perdagangan insuler dan

terjadinya

perdagangan

suatu

proses

perkembangan

masa

perkembangan

Banjarmasin

Islam

merupakan

antarpulau.

kota

Kapal-kapal

geomorfologi yang luas sekali di wilayah

dagang

Kalimantan

hingga

melakukan kegiatan perdagangan keberbagai

sekarang. Nama-nama kawasan dimaksud

kawasan; sebelah Utara sampai dengan

yang berhubungan dengan sungai, misalnya

Semenanjung Malaysia, Brunei, Thailand,

Muara

Muara

dan Filipina; ke Selatan sampai dengan

Tapus, Muara Rampiau, Pantai Hambawang,

Kepulauan Nusa Tenggara, Jawa, Bali, dan

Teluk Tiram, Teluk Dalam, Teluk Masjid,

Australia. Kemudian pada waktu kegiatan

Teluk Haur, Sungai Bilu, Sungai Mesa,

perdagangan lada di Kesultanan Banjarmasin

Sungai Lulut, dan lain-lain. Semua ini

mencapai puncak kejayaan serta masuknya

menunjukkan

letak

komoditas perdagangan karet dengan pangsa

kawasan tertentu yang dihubungan dengan

pasar yang luas disertai tingkat permintaan

air. Sehingga timbul satu kebiasaan bagi

yang tinggi untuk memenuhi kebutuhan

orang Banjar, di mana apabila orang mau ke

pabrik besar automotif di Eropa (Inggris,

arah sungai maka ia katakan mau ke laut,

Perancis) pada awal abad ke-19, Belanda

kemudian apabila ia mau ke tebing sungai,

kemudian

maka ia katakan mau ke darat (Saleh, 1983).

monopoli perdagangan (Atmojo, 2004).

Selatan

Bahan,

dari

dulu

Muara Muning,

nama

tempat

atau

Banjar

pada

membatasi

waktu

dan

itu

telah

melakukan

Di samping itu, aliran-aliran sungai

Mengikut kepada berbagai uraian di

masih dihubungkan dengan asosiasi laut

atas, jelas bahwa pelabuhan dan sungai

seperti pantai, teluk, tanjung, pulau, atau

dalam peradaban dan sejarah kehidupan

th

The 16 Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) 2016

20

orang Banjar pada masa dulu memiliki

pelabuhan

peranan dan fungsi yang sangat penting;

pelabuhan sungai yang lain, sehingga Islam

tidak

perkembangan

dapat masuk secara luas dan bersambung

ekonomi dan perdagangan atau pun politik

dalam satu jaringan; pelabuhan sebagai pusat

kekuasaan, tetapi pelabuhan sungai juga

permukiman para pendatang (pedagang dan

berperan

memberikan

penyebar Islam) dan kemudian berinteraksi

konstribusi terhadap perkembangan dan