Strategi Bimbingan Tokoh Agama dala Mengatasi Perceraian terhadap Pernikahan Usia Muda di Desa Julumate'ne Kecamatan Bontolempangan Kabupaten Gowa - Repositori UIN Alauddin Makassar

STRAT
TEGI BIMB
BINGAN TOKOH AG
GAMA DAL
LAM MEN
NGATASI
PERCE
ERAIAN TE
ERHADAP
P PERNIKA
AHAN USIIA MUDA DI DESA
JULUMA
ATE’NE KE
ECAMATA
AN. BONT
TOLEMPAN
NGAN KA
ABUPATEN
N
GOWA


Skripsi
Diajukan
D
un
ntuk Memen
nuhi Salah S
Satu Syarat Meraih Gellar
Sarjaana Sosial Isslam Jurusan
n Bimbingann dan Penyuuluhan Islam
m (BPI)
paada Fakultass Dakwah ddan Komuni kasi
UIN Alauddin
A
M
Makassar

Oleh::

SRII INDRA W
WAHYUNII

NIM:
N
502000111018

FAKU
ULTAS DAKWAH DA
AN KOMUN
NIKASI
UIN ALA
AUDDIN M AKASSAR
R

2015

KAT
TA PENGAN
NTAR

ِ
ِ ‫ﺎﷲ ِﻣﻦ ُﺷﺮوِر أَﻧْـ ُﻔ ِﺴﻨَﺎ وﺳﻴﺌ‬

ِ
ِ ْ ‫إِ ّن‬
ِ ِ
‫ﺎت أَ ْﻋ َﻤﺎﻟِﻨَﺎ َﻣ ْﻦ‬
َّ َ َ
ْ ُ ْ ‫اﳊَ ْﻤ َﺪِ ﷲ َْﳓ َﻤ ُﺪﻩُ َوﻧَ ْﺴﺘَﻌْﻴـﻨُﻪُ َوﻧَ ْﺴﺘَـ ْﻐﻔ ُﺮﻩُ َوﻧَـﻌُ ْﻮذُ ﺑ‬
ِ ْ ‫ﻀﻞ ﻟَﻪ وﻣﻦ ﻳ‬
ِ
ِِ
ِ
‫ي ﻟَﻪُ أَ ْﺷ َﻬ ُﺪ أَ ْن ﻻَ إِﻟﻪَ إِﻻّ اﷲُ َوأَ ْﺷ َﻬ ُﺪ أَ ّن ُﳏَ ّﻤ ًﺪا‬
ُ ْ َ َ ُ ّ ‫ﻳَـ ْﻬﺪﻩ اﷲُ ﻓَﻼَ ُﻣ‬
َ ‫ﻀﻠ ْﻞ ﻓَﻼَ َﻫﺎدد‬
... ‫َﻋْﺒ ُﺪﻩُ َوَر ُﺳ ْﻮﻟُﻪُ أ َّﻣﺎ ﺑَـ ْﻌ ُﺪ‬
Puji syukur penu
ulis panjatk
kan kehadiraat Allah swtt. yang telahh memberikkan
nikmat
n
yang

g begitu beesar terutam
ma nikmat kesehatan ssehingga peenyusun dappat
menyelesaik
m
kan karya ilm
miah ini. Saalam dan shhalawat keppada junjunggan Rasululllah
Muhammad
M
saw. yang diutus oleh Allah swt. ke permukaaan bumi inni sebagai suuri
tauladan
t
yan
ng patut dico
ontoh dan meenjadi rahmaat bagi semeesta alam.
Adap
pun skripsi ini
i merupakaan karya tuliis ilmiah yanng diajukan sebagai syaarat
guna
g
memperoleh gelarr Sarjana (S-1) pada UIIN Alauddinn Makassar pada Fakulttas

Dakwah
D
daan Komunik
kasi Jurusan
n Bimbingaan dan Penyuluhan IIslam. Penuulis
menyadari
m
bahwa
b
selesaainya skripsii ini tidak leepas dari banntuan dan kkerja sama ddari
semua
s
pihak
k yang deng
gan rela dan
n ikhlas turuut serta dalaam pembuattan skripsi iini.
Setulus
S
hatii penulis menyampaika
m

an ucapan teerima kasihh yang sedaalam-dalamnnya
kepada:
k
1. Prof. Dr. Musafir Pab
babbari M. Si
S selaku Reektor, besertta Wakil Rekktor I Prof. Dr

Mardan M.
M Ag., Pro
of. Dr. Lomb
ba Sultan M
MA selaku W
Wakil Rektoor II, Prof. S
Siti
Aisyah Kara
K
MA., PhD
P
selaku Wakil
W

Rektoor III UIN Alauddin M
Makassar yaang

vii 

 

telah menyediakan fasilitas belajar sehingga penulis dapat mengikuti kuliah
dengan baik.
2. Dr. H. Abd. Rasyid Masri, S. Ag., M. Pd., M. Si., M. M selaku Dekan, beserta

Wakil Dekan I Dr. Nurhidayat M. Said, M. Ag., Wakil Dekan II Drs. Muh.
Anwar, M. Hum., dan Wakil Dekan III Dr. Usman Jasad, S. Ag. M. Pd., Fakultas
Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar yang selama ini mengelola
Fakultas Dakwah dan Komunikasi dan memimpin dengan penuh tanggung jawab.
3. Dra. Hj. St. Tri Nurmi, M. Pd. I dan St. Rahamatiah, S. Ag., M. Sos. I sebagai

Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam (BPI)
serta Bapak dan Ibu dosen yang telah memberikan bimbingan dan wawasan
selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN

Alauddin Makassar.
4. Dr. Hj. Murniaty Sirajuddin, M. Pd dan Syamsidar, S. Ag., M. Ag sebagai

pembimbing I dan II yang telah meluangkan waktu dan memberikan arahan serta
bimbingan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan seperti saat ini.
5. Dr. A. Syahraeni, M. Ag dan Dr. Tasbih, M. Ag, sebagai munaqisy I dan

munaqisy II yang telah menguji dengan penuh kesungguhan untuk kesempurnaan
skripsi ini.
6. Masyarakat Desa Julumate’ne yang telah memberikan fasilitas waktu, tempat dan

rekomendasi penelitian.

viii 

 

7. Kepala Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Komunikasi serta Perpustakan UIN

Alauddin dan seluruh stafnya.

8. Orang tua tercinta, ayahanda Muh. Basri Madi dan Ibunda Nur Asia ucapan

terima kasih yang tak terhingga atas jerih payahnya yang telah membesarkan,
mencurahkan kasih sayangnya serta mendoakan, memberikan dukungan moril,
motivasinya dan membiayai pendidikan penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan studi. Kepada suamiku tercinta Muh. Tansir S.Pd. yang tak hentihentinya memberikan dukungan moril dan materil serta motivasi bagi penulis
untuk menyelesaikan studi. Serta adik-adikku tersayang Muh. Yusrin Nur
Syamsuri dan Muh. Yusran Jaya terima kasih atas dukungannya.
9. Sahabat-sahabat seperjuangan angkatan 2011, teman-teman KKN- Profesi

angkatan V di Desa Kanjilo Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa yang
menjadi tempat berbagi kehidupan selama menjalani masa-masa KKN selama (2
bulan). Terima kasih Untuk kebahagiaan, kesedihan, tawa dan canda kalian, yang
pernah dinikmati bersama. Seluruh Alumni, Senior dan Junior BPI yang tidak
dapat disebutkan satu persatu. Terima kasih atas kebersamaannya selama ini.
Kerendahan hati penulis menyadari semoga dengan bantuan yang penulis
terima selama ini bernilai ibadah disisi Allah swt. Amin. Akhir, Orang bijak
mengatakan bahwa setiap cabang disiplin ilmu itu hanya gambaran sebagian kecil
dari kenyataan yang serba luas dan serba rumit. Penulis sendiri masih dan tetap ingin
terus belajar. Dengan optimis menatap masa depan yang lebih baik, saya tutup


ix 

 

dengan “Vivat Academia, Vivat Professores” (Hidup Ilmu Pengetahuan, Hidup para
Guru/Pengajar).
Makassar,

September 2015

Penulis,

Sri Indra Wahyuni
NIM: 50200111018 



DAFTAR ISI
JUDUL ............................................................................................


i

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .......................................

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ……………………………….

iii

PENGESAHAN SKRIPSI .............................................................

iv

KATA PENGANTAR ....................................................................

v

DAFTAR ISI ..................................................................................

viii

DAFTAR TABEL ..........................................................................

ix

ABSTRAK ......................................................................................

x

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..………………………………

1

B. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus.............................

7

C. Rumusan Masalah............................................................

7

D. Kajian Pustaka ................................................................

8

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian .....................................

10

BAB II TINJAUAN TEORETIS
A. Bimbingan Keluarga Islami……………………………

12

B. Tokoh Agama …………………………………………

25

viii 

C. Batasan Pernikahan Usia Muda ……………………………

30

BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian dan Lokasi Penelitian………………………..

37

B. Pendekatan Penelitan…………………………………………

38

C. Sumber Data………………………………………………….

39

D. Metode Pengumpulan Data…………………………………..

40

E. Instrumen Penelitian…………………………………………

42

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data………………………

42

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Desa Julumate’ne……………………….

44

B. Strategi bimbingan tokoh agama dalam mengatasi
perceraian pernikahan usia muda di Desa Julumate’ne Kecamatan
Bontolempangan Kabupaten Gowa ……………………….

50

C. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perceraian pernikahan
usia muda di Desa Julumate’ne Kecamatan Bontolempangan
Kabupaten Gowa ………………………………………….

53

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………..

60

B. Implikasi Penelitian…………………………………………

61

DAFTAR PUSTAKA .............................................……..…………...

62

LAMPIRAN-LAMPIRAN…………………………………………..

65

DAFTAR RIWAYAT HIDUP………………………………………

73

viii 

 

viii 

 

DAFTAR TABEL
Tabel 1

: Batas-batas Desa Julumate’ne ………………………………… 43

Tabel 2

: Jumlah penduduk masing-masing Dusun di Desa Julumate’ne .. 45

Tabel 3

: Jumlah Infrastruktur Pendidikan Berdasarkan Dusun di Desa
Julumate’ne…………………………………………………….. 48

Tabel 4

: Sumber air bersih dan perubahan pemasokan dan mutu dalam 5
tahun terakhir di Desa Julumate’ne…………………………… 50

ix 

ABSTRAK
Nama

:

Sri Indra Wahyuni

NIM

:

50200111018

Judul

:

STRATEGI
BIMBINGAN
TOKOH
AGAMA
DALAM
MENGATASI PERCERAIAN TERHADAP PERNIKAHAN USIA
MUDA
DI
DESA
JULUMATE’NE
KECAMATAN
BONTOLEMPANGAN KABUPATEN GOWA 

Penelitian ini berjudul strategi bimbingan tokoh agama dalam mengatasi
perceraian terhadap pernikahan usia muda di Desa Julumate’ne Kecamatan
Bontolempangan Kabupaten Gowa. Judul tersebut selanjutnya dirumuskan beberapa
rumusan masalah atau pertanyaan penelitian, yaitu: 1) Bagaimana Strategi Bimbingan
Tokoh Agama dalam Mengatasi Perceraian Terhadap Pernikahan Usia Muda di Desa
Julumate’ne Kecamatan Bontolempangan Kabupaten Gowa ? 2) Faktor-Faktor Apa
yang Menyebabkan Perceraian Terhadap Pernikahan Usia Muda di Desa Julumate’ne
Kecamatan Bontolempangan Kabupaten Gowa ?
Jenis penelitian ini tergolong kualitatif dengan pendekatan penelitian yang
digunakan adalah: sosiologis, komunikasi dan psikologis. Adapun sumber data
penelitian ini adalah Imam Desa, Imam Dusun dan Kepala Kantor Urusan Agama
(KUA). Selanjutnya, metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi,
wawancara mendalam dan dokumentasi. Lalu, teknik pengolahan dan analisis data
dilakukan melalui tiga tahapan yaitu: reduksi data, penyajian data, dan penarikan
simpulan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 1) strategi bimbingan tokoh agama
dalam mengatasi perceraian terhadap pernikahan usia muda di Desa Julumate’ne
yaitu mengadakan suscating di Kantor Urusan Agama (KUA), Imam Desa
memberikan bimbingan tentang dasar-dasar ibadah, Imam Desa mengadakan
pertemuan sebelum dan sesudah pernikahan untuk memberikan pencerahanpencerahan tentang pernikahan, mengadakan pengulangan bimbingan yang diberikan
oleh Imam Dusun terhadap pasangan yang menikah usia muda, dan adanya kerjasama
antara Imam Desa dan para Imam Dusun untuk saling melengkapi materi satu sama
lain. 2) Faktor- faktor yang menyebabkan terjadinya perceraian terhadap pernikahan
usia muda di Desa Julumate’ne yaitu suami pemabuk, perselingkuhan yang dilakukan
oleh suami, ikut campur orang tua, tidak terpenuhi nafkah lahir batin, adanya
penyakit kelamin istri, dan karena tidak cocok lagi antara suami istri.


 

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Islam sebagai agama universal diyakini selalu bersentuhan dengan ruang dan
waktu. Kultur sebagai konsekuensi kreativitas hidup manusia muncul ke permukaan,
maka harus benar dipahami bahwa religi harus bersifat primer sementara kultur
bersifat sekunder.1 Ini berarti konsepsi apa saja yang muncul dalam perkembangan
hidup dan kehidupan manusia paling tidak harus seirama dengan prinsip primer yang
dasarnya adalah wahyu dan Sunnah Rasul.
Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak pernah lepas dari kehadiran
orang lain di sekitarnya. Dalam memenuhi kebutuhannya perlu sumbangsih dan
keterlibatan orang lain. Kebutuhan manusia meliputi kebutuhan jasmani dan rohani.
Kebutuhan jasmani dapat diperoleh melalui bekerja agar berbagai kebutuhan sandang
dan pangan dapat terpenuhi. Namun kebutuhan rohani dapat diperoleh melalui
hubungan yang baik dengan Allah swt. dan hubungan yang harmonis dengan orangorang di sekitarnya. Dalam kehidupan bermasyarakat, pemenuhan rohani yang terbaik
dimulai dari lingkungan keluarga. Untuk membentuk keluarga tentunya manusia
dianjurkan untuk dapat saling mengenal satu sama lain, seperti firman Allah swt.
dalam QS. Al-Hujurat/49:13.

                                                            
1

Nurcholis Madjid, Islam Agama Kemanusiaan: Membangun Tradisi dan Visi Baru Islam
Indonesia (Jakarta: Paramadina, 1995), h.26




 

«!$# y‰ΨÏã ö/ä3tΒtò2r& ¨βÎ) 4 (#þθèùu‘$yètGÏ9 Ÿ≅Í←!$t7s%uρ $\/θãèä© öΝä3≈oΨù=yèy_uρ 4©s\Ρé&uρ 9x.sŒ ⎯ÏiΒ /ä3≈oΨø)n=yz $¯ΡÎ) â¨$¨Ζ9$# $pκš‰r'¯≈tƒ
∩⊇⊂∪ ×Î7yz îΛ⎧Î=tã ©!$# ¨βÎ) 4 öΝä39s)ø?r&

Terjemahnya:
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersukusuku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling
mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara
kamu. Sesungguhnya Allah maha mengetahui lagi maha mengenal.”2
Penjelasan ayat di atas, dapat dipahami bahwasanya dalam kehidupan ini
selalu ada perbedaan, olehnya itu manusia diharuskan untuk saling mengenal satu
sama lain, begitupun antara laki-laki dan perempuan yang diciptakan untuk
berpasang-pasangan dalam ikatan pernikahan .
Ikatan keluarga adalah produk dari sebuah perkawinan dan merupakan proses
pembauran antara laki-laki dan perempuan yang diikat oleh satu tali pernikahan yang
sah baik menurut konsepsi hukum negara maupun hukum agama. Istilah pembauran
atau penyatuan ini tidaklah sempit maknanya, akan tetapi pembauran sebagai proses
penyatuan kepentingan dan penyatuan perilaku berbeda.
Undang-undang pernikahan dan hukum pernikahan dalam Islam terdapat
ketentuan dan peraturan tentang dasar pernikahan:
a. Dasar hukum pernikahan tentang usia perkawinan menurut peraturan perundangundangan.
                                                            
2

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta: PT. Sygma Exa Grafika,
2014), h. 64


 

Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan tercantum dalam BAB
II pasal 6 dan 7 yaitu: 3
Pasal 6
1. Perkawinan harus didasarkan atas persetujuan kedua calon mempelai.
2. Untuk melangsungkan perkawinan seorang yang belum mencapai umur 21
(dua puluh satu) tahun harus mendapat izin kedua orang tua.
3. Dalam hal salah seorang dari kedua orang tua telah meninggal dunia atau
dalam keadaan tidak mampu menyatakan kehendaknya, maka izin dimaksud
ayat (2) pasal ini cukup diperoleh dari orang tua yang masih hidup atau dari
orang tua yang mampu menyatakan kehendaknya.
4. Dalam hal kedua orang tua telah meninggal dunia atau dalam keadaan tidak
mampu untuk menyatakan kehendaknya, maka izin diperoleh dari wali, orang
yang memelihara atau keluarga yang mempunyai hubungan darah dalam garis
keturunan lurus ke atas selama mereka masih hidup dan dalam keadaan dapat
menyatakan kehendaknya.
5. Dalam hal ada perbedaan pendapat antara orang-orang yang disebut dalam
ayat (2), (3) dan (4) pasal ini, atau salah seorang atau lebih diantara mereka
tidak menyatakan pendapatnya, maka pengadilan dalam daerah hukum tempat
tinggal orang yang akan melangsungkan perkawinan atas permintaan orang

                                                            
3

Undang- undang Republik Indonesia, No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan, bab II, pasal 6
dan 7. (Jakarta: t.p.h, 1974), h. 2


 

tersebut dapat memberikan izin setelah lebih dahulu mendengar orang-orang
tersebut dalam ayat (2), (3) dan (4) pasal ini.4
6. Ketentuan tersebut ayat (1) sampai dengan ayat (5) pasal ini berlaku
sepanjang hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu dari yang
bersangkutan tidak menentukan lain.
Pasal 7
1. Perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19
(sembilan belas) tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 (enam
belas) tahun.
2. Dalam hal penyimpangan terhadap ayat (1) pasal ini dapat meminta dispensasi
kepada pengadilan atau pejabat lain yang ditunjuk oleh kedua orang tua pihak
pria maupun pihak wanita.
3. Ketentuan-ketentuan mengenai keadaan salah seorang atau kedua orang tua
tersebut dalam Pasal 6 ayat (3) dan (4) Undang-undang ini, berlaku juga
dalam hal permintaan dispensasi tersebut ayat (2) pasal ini dengan tidak
mengurangi yang dimaksud dalam Pasal 6 ayat (6).
4. Hukum pernikahan dalam Islam terdapat ketentuan dan peraturan tentang
dasar pernikahan
b. Dalam Kompilasi Hukum Islam tentang perkawinan tercantum dalam BAB IV
pasal 15, 16, 17 dan 18 yaitu:
                                                            
4

Undang- undang Republik Indonesia, No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan, Bab II, Pasal
6 dan 7, h. 3


 

Pasal 15
1. Untuk kemaslahatan keluarga dan rumah tangga, perkawinan hanya boleh
dilakukan calon mempelai yang telah mencapai umur yang ditetapkan dalam
pasal 7 Undang-undang No.1 tahun 1974 yakni calon suami sekurangkurangnya berumur 19 tahun dan calon isteri sekurang- kurangnya berumur
16 tahun.5
2. Bagi calon mempelai yang belum mencapai umur 21 tahun harus mendapati
izin sebagaimana yang diatur dalam pasal 6 ayat (2),(3),(4) dan (5) UU No.1
Tahun 1974.
Pasal 16
1. Perkawinan didasarkan atas persetujuan calon mempelai.
2. Bentuk persetujuan calon mempelai wanita, dapat berupa pernyataan tegas
dan nyata dengan tulisan, lisan atau isyarat tapi dapat juga berupa diam dalam
arti selama tidak ada penolakan yang tegas.
Pasal 17
1. Sebelum berlangsungnya perkawinan Pegawai Pencatat Nikah menanyakan
lebih dahulu persetujuan calon mempelai di hadapan dua saksi nikah.
2. Bila ternyata perkawinan tidak disetujui oleh salah seorang calon mempelai
maka perkawinan itu tidak dapat dilangsungkan.
                                                            
5

Departemen Agama, Kompilasi Hukum Islam (Jakarta: Direktorat Pembinaan Peradilan
Agama Islam Ditjen Pembinaan Kelembagaan Islam, 2001), h. 3


 

3. Bagi calon mempelai yang menderita tuna wicara atau tuna rungu persetujuan
dapat dinyatakan dengan tulisan atau isyarat yang dapat dimengerti.6
Pasal 18
Calon suami dan calon isteri yang akan melangsungkan pernikahan tidak
terdapat halangan perkawinan sebagaimana diatur dalam bab VI.
Keluarga terbentuk dari proses penyatuan hal yang berbeda , maka sudah
tentu pasangan suami istri hendaknya dapat saling mengerti, memahami kedudukan,
hak dan kewajibannya masing-masing dengan meletakkan rasa saling percaya sebagai
asas fundamental dalam perkawinan. Agar dalam rumah tangga tidak ada lagi yang
saling tidak percaya, yang akan melahirkan sebuah keluarga yang cekcok, saling
curiga mencurigai, yang muaranya berakibat fatal jika tidak secepatnya mencari jalan
keluarnya.
Pernikahan usia muda di Desa Julumate’ne telah meningkat sejak awal 2014.7
Hal ini disebabkan banyaknya remaja putus sekolah karena larut dalam pacaran yang
menyebabkan rasa malas untuk melanjutkan pendidikan, di samping itu kurangnya
pengawasan orang tua menyebabkan para remaja melakukan pergaulan bebas secara
terbuka sehingga para orang tua merasa malu lalu memutuskan untuk menikahkan
anaknya pada usia muda. Remaja yang menikah pada usia muda rentan dengan
perceraian namun ada juga yang bertahan. Kerentanan yang dimaksud dapat dilihat
                                                            
6

Departemen Agama, Kompilasi Hukum Islam, h. 3

7

Imam Sanusi (44 Tahun), Imam Desa Julumate’ne, wawancara oleh penulis, di Desa
Julumate’ne, 18 April 2015


 

dari segi kesehatan reproduksi seorang istri yang masih lemah, sikap ketergantungan
pada orang tua sehingga belum sanggup untuk hidup mandiri dengan tanggung jawab
besar dan berbagai dampak yang ditimbulkannya.
Adanya

fenomena

tersebut

dianggap

memerlukan

penanganan

bagi

pernikahan usia muda. Kurangnya pengetahuan mereka tentang hidup berkeluarga
setelah menikah dan kesiapan diri yang belum terbentuk, maka dianggap perlu
diberikan bimbingan. Bimbingan yang dapat digunakan adalah bimbingan agama,
yang merupakan suatu cara yang dapat ditempuh karena sesuai dengan ajaran agama
Islam.
Di Desa Julumate’ne Kecamatan Bontolempangan Kabupaten Gowa terdapat
fenomena pernikahan usia muda. Olehnya itu, penerapan strategi bimbingan tokoh
agama perlu diberikan pada pasangan pernikahan usia muda, strategi tersebut yaitu
memberikan pemahaman tentang bagaimana menjalani kehidupan rumah tangga agar
tetap harmonis dan sejalan dengan syariat agama Islam, sehingga tidak terjadi
perceraian pada pernikahan usia muda. Berdasarkan dari pemikiran di atas penulis
tertarik mengadakan penelitian dengan judul “Strategi Bimbingan Tokoh Agama
dalam Mengatasi Perceraian Terhadap Pernikahan Usia Muda di Desa
Julumate’ne Kecamatan Bontolempangan Kabupaten Gowa”.


 

B. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus
1. Fokus Penelitian
Penelitian ini akan difokuskan pada strategi bimbingan tokoh agama dalam
mengatasi perceraian pada pernikahan usia muda di Desa Julumate’ne Kecamatan
Bontolempangan Kabupaten Gowa.
2. Deskripsi Fokus
Berdasarkan pada fokus penelitian di atas, dapat dideskripsikan bahwa strategi
bimbingan imam Desa, dan imam Dusun

pada pernikahan usia muda yaitu

memberikan pemahaman tentang bagaimana menjalani kehidupan rumah tangga agar
tetap harmonis dan sejalan dengan syariat agama Islam, sehingga tidak terjadi
perceraian pada pernikahan usia muda di Desa Julumate’ne Kecamatan
Bontolempangan Kabupaten Gowa.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan

latar

belakang

masalah di atas, maka penulis dapat

mengemukakan permasalahan sebagai kerangka acuan guna mengarahkan pada
terlaksananya penelitian yang akan dilaksanakan. Adapun rumusan masalah yang
dimaksud yaitu:
1. Bagaimana strategi bimbingan tokoh agama dalam mengatasi perceraian pada
pernikahan usia muda di Desa Julumate’ne Kecamatan Bontolempangan
Kabupaten Gowa?


 

2. Faktor-faktor apa yang menyebabkan terjadinya perceraian pada pernikahan
usia muda di Desa Julumate’ne Kecamatan Bontolempangan Kabupaten
Gowa ?
D. Kajian Pustaka/Penelitian Terdahulu
1. Kaitannya dengan buku-buku
Adapun judul buku yang berkaitan dengan Strategi Bimbingan Tokoh Agama
dalam Mengatasi Perceraian terhadap Pernikahan Usia Muda penulis merasa perlu
menggambarkan beberapa pandangan atau tinjauan beberapa isi buku diantaranya:
Menurut Amir Syarifuddin dalam bukunya ”Garis-garis Besar Fiqh” berisi
tentang: ibadat, munakahat (perkawinan), faraidh (warisan), dan muamalat (interaksi
antara manusia).8
Menurut Thohari Musnamar, dalam bukunya ”Dasar- dasar Konseptual
Bimbingan dan konseling Islam” berisi tentang: pokok-pokok pikiran tentang
bimbingan dan konseling islami, bimbingan dan konseling pernikahan dan keluarga
islami, bimbingan dan konseling pendidikan islami, bimbingan dan konseling kerja
islami, serta bimbingan dan konseling keagamaan islami.9
Menurut Sri Lestari, dalam bukunya ”Psikologi Keluarga” berisi tentang
konsep keluarga, pengasuhan orang tua terhadap anak, sosialisasi nilai-nilai kepada

                                                            
8

Syarifuddin Amir, Garis-garis Besar Fiqh ( Jakarta: Prenada Media, 2003 ), h. 73

9

Thohari Musnamar, Dasar- dasar konseptual Bimbingan dan Konseling Islami ( Yogyakarta:
UII Press, 1992), h. 3

10 
 

anak, seluk-beluk konflik antara orang tua dan anak dan menguraikan potret keluarga
dalam masyarakat dengan fokus pada relasi orang tua dan anak.10
2. Hubungannya dengan penelitian sebelumnya
Judul yang penulis akan teliti ini belum pernah diteliti orang lain sebelumnya.
Karya ilmiah ini merupakan penelitian pertama yang dilakukan di Desa Julumate’ne
Kecamatan Bontolempangan Kabupaten Gowa yang mengkaji mengenai strategi
tokoh agama dalam memberikan bimbingan pada pernikahan usia muda.
Penelitian yang berjudul “Pernikahan Usia Muda dan Problematikanya
Terhadap Pembinaan Keluarga Sakinah di Desa Masago Kecamatan Patimpeng
Kabupaten Bone” yang disusun oleh Ni’mah jurusan Bimbingan dan Penyuluhan
Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar.
Pokok permasalahan dalam penelitiannya tersebut adalah faktor penyebab dan
akibat yang ditimbulkan serta upaya-upaya mencegah terjadinya pernikahan usia
muda. Lokasi penelitiannya di Desa Masago Kecamatan Patimpeng Kabupaten
Bone.11
Penelitian yang lainnya berjudul“Metode Terapi Agama Bagi Pasangan
Pernikahan Usia Dini di Desa Bontosunggu Kecamatan Bontonompo Selatan
Kabupaten Gowa” yang disusun oleh Nur Rakhmi Said jurusan Bimbingan dan
Penyuluhan Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar.
                                                            
10

Sri Lestari, Psikologi Keluarga ( Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), h. 3.

11

Ni’mah, “Pernikahan Usia Muda dan Problematikanya Terhadap Pembinaan Keluarga
Sakinah di Desa Masago Kecamatan Patimpeng Kabupaten Bone” Skripsi ( Makassar: Fak. Dakwah
dan Komunikasi UIN Alauddin, 2008 ), h. 6.

11 
 

Pokok permasalahan dalam penelitian tersebut adalah metode terapi agama
pada pernikahan usia dini di Desa Bontosunggu Kecamatan Bontonompo Selatan
Kabupaten Gowa. Terapi Agama dalam penelitian ini merupakan terapi Agama Islam
yang diberikan kepada kaum muslimin di Desa Bontosunggu baik melalui imam
Desa, Kantor Urusan Agama (KUA), orang tua maupun masyarakat sekitar.12
Sedangkan dalam penelitian ini, yang akan dibahas mengenai strategi bimbingan
tokoh agama dalam mengatasi perceraian terhadap pernikahan usia muda agar dapat
menjalani rumah tangga sesuai dengan ajaran Islam. Dengan strategi bimbingan
agama para pasangan pernikahan usia muda tersebut dapat menjalani bingkai rumah
tangganya seperti pernikahan pada umumnya yang telah mencapai masa kedewasaan
saat menjalani pernikahan. Sehingga tidak terdengar masalah dalam rumah tangga
mereka yang dihubungkan sebagai konsekuensi usia masing-masing pasangan untuk
mewujudkan rumah tangga yang sakinah mawaddah warahmah.
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui strategi tokoh agama dalam mengatasi perceraian terhadap
pernikahan usia muda di Desa Julumate’ne Kecamatan Bontolempangan
Kabupaten Gowa.

                                                            
12

Nur Rakhmi Said, “Metode Terapi Agama Bagi Pasangan Pernikahan Usia Dini di Desa
Bontosunggu Kecamatan Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa” Skripsi ( Makassar: Fak. Dakwah
dan Komunikasi UIN Alauddin, 2012 ), h. 5.

12 
 

b. Untuk mengetahui faktor-faktor apa yang menyebabkan terjadinya perceraian
terhadap pernikahan usia muda di Desa Julumate’ne Kecamatan Bontolempangan
Kabupaten Gowa
2.

Kegunaan Penelitian

a. Segi teoritis
1) Menjadikan referensi tentang

strategi tokoh agama dalam memberikan

bimbingan terhadap pernikahan usia muda.
2) Memberikan pengetahuan kepada calon yang akan menikah pada usia muda
tentang perceraian.
b. Segi praktis
1) Dapat memberikan referensi kepada pihak yang terkait mengenai strategi
bimbingan tokoh agama yang dapat diberikan kepada pernikahan usia dini.
2) Dapat menjadi sumber pengetahuan mengenai perjalanan kehidupan rumah
tangga pernikahan usia muda.

 

 

BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Bimbingan Keluarga Islami
1. Pengertian bimbingan keluarga Islami
Secara etimologis kata bimbingan merupakan terjemahan dari bahasa Inggris
“guidance”. Kata “guidance” adalah kata dalam bentuk mashdar (kata benda) yang
berasal dari kata kerja “to guide” artinya menunjukkan, membimbing, atau menuntun
orang lain ke jalan yang benar.1
H. Abu Ahmadi dan Akhmad Rohani dalam bukunya “Bimbingan dan
Konseling di Sekolah” memberikan batasan bimbingan, sebagai berikut: Bimbingan
adalah suatu proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis kepada
individu dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, agar tercapai kemampuan
untuk mengarahkan dirinya sesuai dengan potensi atau kemampuannya dalam
penyesuaian diri dengan lingkungan baik keluarga sekolah maupun masyarakat.

2

Hallen A dalam bukunya “Bimbingan dan Konseling” bimbingan merupakan
proses pemberian bantuan yang terus menerus dari seorang pembimbing, yang
dipersiapkan kepada individu yang membutuhkannya dalam rangka mengembangkan
seluruh potensi yang dimilikinya secara optimal dengan menggunakan berbagai
macam media teknik bimbingan dalam suasana asuhan yang normatif agar tercapai
                                                            
1

Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam (Jakarta: Amzah, 2010), h. 3

2

Abu Ahmadi dan Akhmad Rohani, Bimbingan dan Konseling di Sekolah (Jakarta: Rineka
Cipta, 1991), h. 5.

13 
 

14 
 

kemandirian sehingga individu dapat bermanfaat baik bagi dirinya sendiri
maupun lingkungannya.3
Bimbingan islami adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar
mampu hidup selaras dengan ketentun dan petunjuk Allah, sehingga dapat
mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.4
Bimbingan islami merupakan proses bimbingan sebagaimana
kegiatan bimbingan lainnya, tetapi dalam seluruh seginya berlandaskan ajaran
Islam, artinya berlandaskan al-Quran dan Sunnah Rasul. Sebagaimana firman
Allah swt. dalam QS. Asy-Syura /42: 52
#Y‘θçΡ çμ≈oΨù=yèy_ ⎯Å3≈s9uρ ß⎯≈yϑƒM}$# Ÿωuρ Ü=≈tGÅ3ø9$# $tΒ “Í‘ô‰s? |MΖä. $tΒ 4 $tΡÌøΒr& ô⎯ÏiΒ %[nρâ‘ y7ø‹s9Î) !$uΖø‹ym÷ρr& y7Ï9≡x‹x.uρ

∩∈⊄∪ 5ΟŠÉ)tGó¡•Β :Þ≡uÅÀ 4’n