INVENTARISASI MINERAL NON LOGAM DI KABUPATEN BIAK NUMFOR DAN KABUPATEN SUPIORI PROVINSI PAPUA

BUKU 2 : BIDANG MINERAL

II.16

INVENTARISASI MINERAL NON LOGAM DI KABUPATEN BIAK NUMFOR
DAN KABUPATEN SUPIORI, PROVINSI PAPUA

Irwan Muksin, Kusdarto
Kelompok Program Penelitian Mineral

SARI

“Inventarisasi dilakukan untuk mengetahui potensi sumber daya mineral non logam di Kabupaten Biak

Numfor dan Kabupaten Supiori, sehingga menghasilkan data dan informasi geologi serta sumber daya
mineral non logam yang bermanfaat untuk digunakan dalam menyusun neraca sumber daya mineral
non logam dan perencanaan wilayah pertambangan di Kabupaten Biak Numfor dan Kabupaten Supiori.

Kabupaten Biak Numfor tersusun oleh Formasi Auwewa (Teoa), Formasi Wainukendi (Tomw), Formasi
Wafordori (Tmw), Formasi Napisendi (Tmn), Formasi Korem (Tmk), Formasi Wardo (Tmpw), Formasi
Manokwari (Qpm), Formasi Mokmer (Qm), Endapan Pantai (Qc) dan Endapan Aluvial (Qa). Demikian

juga dengan daerah Kabupaten Supiori tersusun oleh satuan batuan yang hampir sama dengan Kabupaten
Biak Numfor, yaitu: Batuan Malihan Korido (S), Formasi Auwewa(Teoa), Formasi Wainukendi (Tomw),
Formasi Wafordori (Tmw), Formasi Napisendi (Tmn), Formasi Korem (Tmk), Formasi Wardo (Tmpw),
Formasi Mokmer (Qm) dan Endapan Pantai (Qc).
Mineral non logam yang terdapat di kedua kabupaten tersebut diatas, yang teramati secara langsung dalam
kegiatan lapangan ini adalah batugamping, lempung, serpentinit dan sirtu. Mineral non logam tersebut
cukup baik untuk digunakan bagi keperluan beberapa macam industri (semen,peleburan dan pemurnian
baja serta pertanian).
Sumber daya hipotetik mineral non logam yang terdapat di daerah Kabupaten Biak Numfor adalah
batugamping 2.770.000.000 ton, lempung 1.890.000.000 ton, serpentinit 1.080.000 ton dan sirtu 22.000.000
ton. Sedangkan sumber daya hipotetik mineral non logam yang terdapat di daerah Kabupaten Supiori adalah batugamping 17.390.000.000 ton, lempung 2.126.000.000 ton, dan sirtu 2.875.000 ton.

’’

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011

BUKU 2 : BIDANG MINERAL

PENDAHULUAN
Pelaksanaan penyelidikan di Kabupaten Biak

Numfor dan Kabupaten Supiori dimaksudkan
untuk mencari data primer dan data sekunder
sumber daya mineral non logam agar diperoleh
data yang lebih optimal, baik secara kualitatif
maupun kuantitatif. Dengan demikian akan
diketahui potensi sumberdaya serta gambaran
prospek pemanfaatan dan pengembangan dari
mineral non logam di kedua kabupaten tersebut.
Kabupaten Biak Numfor merupakan salah satu
kabupaten di Provinsi Papua yang berada di sebelah utara daratan Pulau Papua di daerah leher
burung, tepatnya di Teluk Cendrawasih. Kabupaten Biak Numfor terdiri dari dua pulau yaitu
Pulau Biak dan Pulau Numfor, serta lebih dari
42 buah pulau kecil lain yang termasuk ke dalam
Kepulauan Padaido.
Berdasarkan Undang – Undang Nomor 35 Tahun
2003, Kabupaten Supiori merupakan pemekaran
dari Kabupatan Biak Numfor, dengan Ibukota
kabupaten Sorendiweri.
Metoda penyelidikan yang digunakan berkaitan
dengan kegiatan inventarisasi ini antara lain:

1. Pengumpulan data sekunder
2. Pengumpulan data primer
3. Analisis Laboratorium
4. Pengolahan data

II.16

GEOLOGI DAN POTENSI BAHAN
GALIAN
Wilayah kedua kabupaten ini seluruhnya termasuk ke dalam peta geologi lembar Biak dan
Lembar Manokwari, Irian Jaya. Stratigrafi daerah penyelidikan (dari Tua – Muda) terdiri dari :
Batuan Malihan Korido (s), merupakan batuan
tertua telah mengalami ubahan yang cukup kuat
terdiri dari filit, kuarsit, rijang, meta tufa dan
meta sedimen. Diterobos retas basal. Berumur
Eosen.
Formasi Auwewa (Teoa), tersusun oleh lava
basal, tufa litis, tufa hablur, setempat terdapat breksi yang tersusun oleh andesit-basaltis.
Formasi ini menempati barat laut daerah penyelidikan, berumur Eosen dan secara tidak
selaras menutupi batuan malihan Korido. Berumur Eosen – Oligosen.

Formasi Wainukendi (Tomw), terdiri dari batugamping hablur, setempat lensa konglomerat
serta sisipan napal, batugamping berfosil dan
grewake berbutir kasar.Berumur Oligosen Akhir
– Miosen Awal.
Formasi Wafordori (Tmw), terdiri dari napal,
sebagian tufaan, bersisipan tipis batupasir dan
batugamping hablur. Berumur Miosen Awal.
Formasi Napisendi (Tmn), terdiri dari batugamping berlapis, batugamping klastik tufaan
berbutir halus hingga kasar dan sedikit batugamping pejal; ber sisipan konglomerat, breksi,
batugamping pasiran dan napal serta batupasir
berbutir halus hingga kasar, terletak selaras diatas Formasi Wafordori dan Formasi Wainukendi.
Berumur Miosen Awal.

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011

BUKU 2 : BIDANG MINERAL

Formasi Korem (Tmk), terdiri dari napal dan
napal kapuran; setempat bersisipan napal
pasiran dan batugamping napalan, tak selaras

di atas formasi yang lebih tua dan bagian atas
formasi ini menjemari dengan Formasi Wardo.
Berumur Miosen Akhir.
Formasi Wardo (Tmpw), hampir seluruhnya terdiri dari dari batugamping napalan dan pasiran,
setempat di bagian atas terutama terdiri dari
kapur, tertindih selaras oleh Formasi Mokmer
sedang bagian bawahnya menjemari dengan
Formasi Korem. Berumur Miosen Akhir – Pliosen.
Formasi Manokwari (Qpm), tersusun oleh
batugamping terumbu, kalsidurit, kalkarenit,
batupasir aneka bahan gampingan, konglomerat, breksi. Formasi batuan ini hanya terdapat
di Pulau Numfor sedangkan di Biak dan Supiori,
Formasi ini tidak tersingkap. Berumur Pliosen
Formasi Mokmer (Qm), terdiri dari batugamping
koral di bagian atas dan kapur di bagian bawah.
Berumur Pliosen
Endapan Aluvial (Qa), terdiri dari lumpur, pasir,
kerikil, bahan tumbuhan. Berumur Holosen.
Endapan Pantai (Qc), tersusun oleh lumpur,
pasir dan kerikil yang belum mampat. Berumur

Holosen.
Dari segi struktur dan tektonik, wilayah Kabupaten Biak Numfor dan Kabupaten Supiori harus
dianggap sebagai satu kesatuan. Sejarah tektoniknya dapat ditelusuri sejak kala Pra Eosen,
ketika alas yang berupa batuan malihan tersembul di permukaan. Ketika gunungapi selama

Eosen dan Oligosen kemudian menghasilkan
bahan yang diendapkan pada permukaan hasil
pengikisan tersebut. Setidaknya ada bagian daerah ini yang mengalami pelekukan, sehingga di
berbagai tempat tertentu menimbulkan keadaan
yang menguntungkan bagi pengendapan batuan
karbonat, misalnya di bagian selatan Supiori dan
di bagian utara Biak.
Selama Oligosen Akhir sampai Miosen Awal
seluruh daerah ini mengalami penurunan. Gerak
menurun ini berlangsung terus sampai Miosen
Tengah, pada saat mana mulai terjadi gerak yang
berlawanan. Gerak ini tentu disertai penyesaran.
Sesar yang membentuk Selat Sorendidori misalnya, menunjukkan gerak mendatar dan tegak
sehingga Pulau Biak kelihatan seperti tertinggal oleh Pulau Supiori yang berada di seberang
selat. Sesar tidak selalu harus nyata, tetap hanya

dapat dikenali sebagai kelurusan pada potret
udara.
Sejak Miosen Akhir, seluruh daerah ini mengalami penurunan secara perlahan dan terus
menerus. Penurunan ini berlangsung terus sampai Plistosen Akhir, ketika gerak berbalik arah
dan terjadi pengangkatan. Gerak naik yang sesekali terjadi secara tersendat-sendat ini masih
terus berlangsung hingga sekarang, sebagaimana terbukti dari adanya beberapa undak.

Potensi Mineral Non Logam, Kabupaten
Biak Numfor
• Batugamping
Batugamping di daerah Desa Mokmer dan
Desa Parai, Distrik Biak Kota mempunyai luas
sebaran 800 ha, dengan ketebalan rata-rata

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011

II.16

BUKU 2 : BIDANG MINERAL


40 m sumber daya hipotetiknya 800.000.000
ton; Desa Ruar, Distrik Biak Timur mempunyai
luas sebaran 150 ha, ketebalan 5 m sumber
daya hipotetiknya 18.750.000 ton; Desa Woniki,
Distrik Biak Timur mempunyai luas sebaran
20 ha, ketebalan 10 m sumber daya hipotetiknya 5.000.000 ton; Desa Bakkribo dan Desa
Sauri, Distrik Oridek mempunyai luas sebaran
2.250 ha, ketebalan 5 m sumber daya hipotetiknya 281.250.000 ton; Desa Tanjung Barari,
dan Desa Sawadori, Distrik Oridek mempunyai
luas sebaran 2.200 ha, ketebalan 3 m sumber
daya hipotetiknya 165.000.000 ton; Desa Adoki,
Distrik Yendidori mempunyai luas sebaran 200
ha, ketebalan 30 m sumber daya hipotetiknya
150.000.000 ton; Desa Manbesak, Distrik Biak
Utara mempunyai luas sebaran 400 ha, ketebalan 2 m sumber daya hipotetiknya 20.000.000
ton, mempunyai derajat keputihan sebesar 63
%; Desa Sumberker, Distrik Samofa mempunyai
luas sebaran 700 ha, ketebalan 7 m sumber
daya hipotetiknya 122.500.000 ton, mempunyai
derajat keputihan sebesar 48 %; Kampung Andei,

Distrik Biak Utara mempunyai luas sebaran 150
ha, ketebalan 8 m sumber daya hipotetiknya
30.000.000 ton; Kampung Inyobi, Distrik Warsa
mempunyai luas sebaran 100 ha, ketebalan
10 m sumber daya hipotetiknya 25.000.000 ton;
Desa Sansundi, Distrik Bondifuar mempunyai
luas sebaran 110 ha, ketebalan 10 m sumber
daya hipotetiknya 27.500.000 ton, berdasarkan
analisis petrografi di dalam sayatan tipis batuan
ini menunjukkan tekstur bioklastik, berbutir
sangat halus hingga berukuran 0,5 mm, bentuk
butir menyudut tanggung-membundar, disusun
oleh jejak-jejak fragmen fosil dan mineral opak
di dalam masa dasar mikrokristalin karbonat
(mikrit), batuan tampak berongga ; Kampung
Kornasoren, Distrik Numfor Timur mempunyai

II.16

luas sebaran 2.000 ha, ketebalan 5 m sumber daya hipotetiknya 250.000.000 ton; Kampung

Serbin, Distrik Numfor Barat mempunyai luas
sebaran 1.100 ha, ketebalan 4 m sumber
daya hipotetiknya 110.000.000 ton, conto Bn-25
mempunyai derajat keputihan sebesar 52,5 %;
Kampung Yanbeda dan Kampung Rawar, Distrik
Orkeri mempunyai luas sebaran 3.300 ha, ketebalan 3 m sumber daya hipotetiknya 247.500.000
ton; Kampung Mansamar, Kampung Mandori dan
Kampung Inasi, Distrik Bruyandori mempunyai
luas sebaran 3.600 ha, ketebalan 2 m sumber
daya hipotetiknya 180.000.000 ton, hasil analisis
petrografi menunjukan tekstur bioklastik, berbutir sangat halus hingga berukuran 0,3 mm,
bentuk butir menyudut tanggung-membundar,
disusun oleh jejak-jejak fragmen fosil dan mineral opak di dalam masa dasar mikrokristalin
karbonat (mikrit), batuan umumnya berongga;
Kampung Sandau dan Kampung Bawei, Distrik
Poiru mempunyai luas sebaran 3.000 ha, ketebalan 3 m sumber daya hipotetiknya 225.000.000
ton, mempunyai derajat keputihan sebesar 62,3
%; Kampung Andei, Distrik Poiru mempunyai
luas sebaran 1.500 ha, ketebalan 3 m sumber
daya hipotetiknya 112.500.000 ton. (Bj batugamping sebesar 2,5 ton/m3).Hasil analisis kimia

terhadap conto-conto batuan di daerah Kabupaten Biak Numfor dan sekitarnya mempunyai
kandungan CaO rata-rata sebesar 53.03 % dan
MgO rata-rata sebesar 0.60 %
• Lempung
Lempung di daerah Desa Busdori, Distrik
Swandiwe mempunyai luas sebaran 3.350
ha, ketebalan 10 m sumber daya hipotetiknya
670.000.000 ton, hasil uji bakar PS 14 (1410
°C) telah terbentuk massa gelas/leburan yang

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011

BUKU 2 : BIDANG MINERAL

menyebabkan wadah conto terkikis, tidak terdapat pori-pori, warna sebelum dibakar abu-abu
dan setelah dibakar abu-abu kehijauan. Dapat
dimanfaatkan untuk campuran pada pembuatan
keramik bodi berwarna dengan suhu pembakaran antara 800 – 900 °C ; Kampung Soppen,
Distrik Biak Barat mempunyai luas sebaran
3.050 ha, ketebalan 20 m sumber daya hipotetiknya 1.220.000.000 ton, hasil uji bakar PS 14
(1410 °C) belum terbentuk massa gelas/leburan
dan terdapat banyak pori-pori, warna sebelum
dan setelah dibakar abu-abu. Dapat dimanfaatkan untuk pembuatan keramik bodi berwarna
dengan suhu pembakaran diatas 1200 °C. (Bj
lempung sebesar 2 ton/m3).
• Serpentinit
Serpentinit di daerah Kampung Adibye mempunyai luas sebaran 5 ha, ketebalan 8 m sumber
daya hipotetiknya 1.080.000 ton.
hasil analisis kimia mengandung: SiO2 55.55 %,
Al2O3 10.01 %, Fe2O3 7.19 %, CaO 0.41 % dan MgO
11.81 %. Hasil analisis petrografi batuan ini telah
mengalami ubahan kuat, berbutir sangat halus
hingga berukuran 0,7 mm, menunjukkan struktur bastite, susunan mineralnya didominasi oleh
serpentin dengan sedikit mineral opak. (Bj Serpentinit sebesar 2,7 ton/m3).

sungai akan membawa material sirtu dari arah
hulu, yang merupakan hasil rombakan batuan
yang tererosi, yang umumnya berupa material
kuarsa berukuran pasir. Sirtu di Desa Anggaduber, Distrik Oridek mempunyai luas sebaran
100 ha ketebalan 1 m sumber daya hipotetiknya
2.500.000 ton; Desa Tanjung Barari, Distrik Oridek mempunyai luas sebaran 100 ha ketebalan
1 m sumber daya hipotetiknya 2.500.000 ton;
Desa Wombrisauw, Distrik Swandiwe mempunyai luas sebaran 50 ha ketebalan 1 m sumber
daya hipotetiknya 1.250.000 ton; Desa Napdori,
Distrik Swandiwe mempunyai luas sebaran 70
ha ketebalan 1 m sumber daya hipotetiknya
1.750.000 ton, hasil analisis mineral butir kandungan mineral kalsit 59,69 %; Desa Mardori,
Distrik Swandiwe mempunyai luas sebaran 100
ha ketebalan 1 m sumber daya hipotetiknya
2.500.000 ton; Desa Andei, Distrik Biak Utara
mempunyai luas sebaran 120 ha ketebalan
1 m sumber daya hipotetiknya 3.000.000 ton,
hasil analisis mineral butir kandungan mineral
kalsit 9,98 % ; Kampung Wansra, Distrik Orkeri
mempunyai luas sebaran 100 ha ketebalan 1
m sumber daya hipotetiknya 2.500.000 ton, hasil
analisis mineral butir kandungan mineral kalsit
10 %; Kampung Rarsibo, Distrik Numfor Timur
mempunyai luas sebaran 120 ha ketebalan 2 m
sumber daya hipotetiknya 6.000.000 ton. (Bj Sirtu
sebesar 2,5 ton/m3).

• Sirtu
sirtu di daerah Kabupaten Biak Numfor dijumpai berupa endapan alluvial sungai dan pantai,
sumberdaya endapan sirtu di daerah aliran sungai dan pantai sifatnya “renewable resources”,
karena setelah ditambang akan datang lagi,
khususnya bila musim hujan tiba, sistim aliran

Potensi Mineral Non Logam, Kabupaten
Supiori
• Batugamping
Batugamping di daerah Kampung Syurdori,

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011

II.16

BUKU 2 : BIDANG MINERAL

Distrik Supiori Timur; Kampung Duber dan Kampung Piyabo, Desa Waryesi, Distrik Supiori Timur
mempunyai luas sebaran 2.200 ha, ketebalan
8 m sumber daya hipotetiknya 440.000.000 ton,
hasil analisis petrografi menunjukkan tekstur
klastik, berbutir sangat halus hingga berukuran
0,5 mm, bentuk butir menyudut tanggung-membundar, disusun oleh fragmen-fragmen fosil di
dalam masa dasar/semen mikrokristalin karbonat (mikrit), disamping itu terdapat sparry
calcite yang cenderung mengisi rongga-rongga,
batuan tampak berongga; Desa Amyas dan
Desa Rusweri, Distrik Supiori Barat mempunyai luas sebaran 14.320 ha, ketebalan 30
m sumber daya hipotetiknya 10.740.000.000 ton,
mempunyai derajat keputihan sebesar 80,5 %;
Kampung Aminweri dan Kampung Ramerdori,
Distrik Supiori Timur mempunyai luas sebaran
24.840 ha, ketebalan 10 m sumber daya hipotetiknya 6.210.000.000 ton, hasil analisis petrografi
menunjukkan tekstur holokristalin, berbutir sangat halus hingga berukuran 0,1 mm, bentuk butir
anhedral, susunan mineralnya didominasi oleh
karbonat dengan sedikit mineral opak, batuan
tampak berongga. Hasil analisis kimia terhadap
conto-conto batuan di daerah Kabupaten Supiori
dan sekitarnya mempunyai kandungan CaO ratarata sebesar 53.70 % dan MgO rata-rata sebesar
0.41 %.
• Lempung
Lempung di Kampung Syurdori, Distrik Supiori
Timur mempunyai luas sebaran 900 ha, ketebalan 7 m sumberdaya hipotetik nya 126.000.000
ton, hasil uji bakar PS 14 (1410 °C) telah terbentuk massa gelas/leburan, tidak terdapat
pori-pori, warna sebelum dibakar abu-abu dan
setelah dibakar coklat tua. Dapat dimanfaatkan

II.16

untuk campuran pada pembuatan keramik bodi
berwarna dengan suhu pembakaran antara 800
– 900 °C; Kampung Wakre, Desa Masram, Distrik
Supiori Timur mempunyai luas sebaran 20.000
ha, ketebalan 5 m sehingga diperkirakan sumber daya hipotetiknya 2.000.000.000 ton.
• Sirtu
Sirtu di Desa Wapor, Distrik Supiori Timur
mempunyai luas sebaran 70 ha, ketebalan 1
m sumberdaya hipotetik nya 1.750.000 ton;
Kampung Sorendiweri, Distrik Supiori Timur
mempunyai luas sebaran 25 ha, ketebalan 1
m sumberdaya hipotetik nya 625.000 ton, hasil
analisis mineral butir kandungan mineral kalsit
79,97 %; Kampung Ababiadi, Distrik Supiori Selatan mempunyai luas sebaran 20 ha, ketebalan
1 m sumberdaya hipotetik nya 500.000 ton.

P R O S P E K P E M A N FA ATA N DA N
PENGEMBANGAN BAHAN GALIAN
Kabupaten Biak Numfor
Batugamping merupakan salah satu mineral
industri yang banyak digunakan oleh sektor
industri ataupun konstruksi dan pertanian, antara
lain untuk bahan bangunan, pengapuran untuk
pertanian, bahan keramik, industri kaca, industri
semen, pembuatan karbid, untuk peleburan dan
pemurnian baja, untuk bahan pemutih dalam
industri kertas pulp dan karet, untuk pembuatan
soda abu, untuk penjernihan air, untuk proses
pengendapan bijih logam non-ferous dan industri gula.Sumber daya mineral ini cukup besar,
sehingga pengembangan industri pertamban-

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011

BUKU 2 : BIDANG MINERAL

gannya memiliki prospek yang baik.
• Peleburan dan Pemurnian Baja
Dalam peleburan dan pemurnian besi atau logam
lainnya, batu batugamping berfungsi sebagai
imbuh pada tanur tinggi. Bijih besi mengandung
silika dan alumina sebagai unsur tambahan,
dalam proses peleburan unsur-unsur tersebut
bersenyawa dengan bahan pengimbuh berupa
terak cair (slag) yang mengapung di atas lelehan
besi, sehingga mudah dipisahkan. Di samping itu,
batugamping diperlukan untuk mengikat gasgas seperti SO2, dan H2S. Untuk itu batugamping
yang diperlukan harus mempunyai kadar CaO
yang tinggi, dan batuan tersebut harus sarang
dan keras. Syarat umum yang harus dipenuhi :
Untuk batugamping:
– CaO minimum 52%;
– SiO2 maksimum 4% (1,5 – 4%);
– Al2O3 + Fe2O3 maksimum 3%;
– MgO maksimum 3,5%;
– Fe2O3 maksimum 0,65%;
– P maksimum 0,1%.
• Pertanian
Kesuburan tanah akan lebih baik bila keasamannya (pH) diturunkan melalui pengapuran. Setiap
jenis tanaman memerlukan tingkat keasaman
yang berbeda; kacang-kacangan, gandum, dan
kentang misalnya, memerlukan tingkat keasa-

man (pH) antara 6 – 7,5; 5,75 – 7,5; dan 5 – 6,45.
Batugamping yang digunakan dalam pertanian,
dapat berupa serbuk yang ditaburkan atau batugamping tohor (hydrated lime). Untuk serbuk
batugamping diharapkan mempunyai kadar
MgCO 3 maksimum 10% dan ukuran butiran
lebih kecil dari 5 mm dengan 95% di dalamnya
berukuran kurang dari 3 mm. Pengapuran dapat
memberikan beberapa keuntungan. Dengan
menurunkan keasaman tanah (pH), pengapuran
memungkinkan nutrient lain lepas dari pupuk.
Tingkat keasaman yang rendah juga memperbaiki peningkatan mikrobiologi alam dari tanah
melalui penghancuran bahan organik (penggemburan tanah). Batugamping pada tanah liat (clay)
dapat memperbaiki struktur fisik, sehingga dapat
membantu pertumbuhan akar. Batugamping
juga memberikan kontribusi kalsium terhadap
tanaman tingkat magnesiumnya rendah/hilang
akibat panenan atau erosi. Untuk melaksanakan
proses pengapuran, jumlah batugamping yang
diperlukan sangat bervariasi. Menurut Goeswono
Supardi (1978), jumlah batugampingyang diperlukan sekitar 400 kg untuk setiap hektar tanah,
sedangkan sumber lain menyebutkan antara 2
ton sampai dengan 4 ton untuk setiap hektar,
bahkan sampai 5 ton per hektar. Untuk disinfektan dan pembuatan kompos batugamping yang
digunakan berupa batugamping padam. Secara
teoritis batugamping dapat juga dimanfaatkan
untuk keperluan pakan ternak, berupa kalsium
hidrofosfat (CaHPO4) dan pembuatan soda abu.
Pembuatan pakan ternak dilakukan dengan
memanfaatkan batugamping tohor direaksikan dengan asam fosfat berkadar fluor rendah
tersintesa produk CaHPO4. Pembuatan soda abu
diawali dengan mereaksikan garam laut dengan asam sulfat membentuk Na2SO4. Produk ini
direduksi menjadi Na2S. Na2S direaksikan dengan

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011

II.16

BUKU 2 : BIDANG MINERAL

gamping dalam dapur suhu tinggi, selanjutnya ditambahkan air membentuk Na2CO3.nH2O.
Akhirnya setelah diuapkan air kristalnya hilang
terbentuk Na2CO3 (Soda ash). Pembuatan kedua
produk tersebut belum bisa dilakukan dalam
skala industri, masih memerlukan penelitian
tahap lanjut. Pembuatan kedua macam produk
ini untuk industri dapat dikonsultasikan (kerjasama) dengan dinas perindustrian setempat,
karena kedua produk tersebut mempunyai nilai
tambah yang besar, baik dari segi konsumsinya
maupun manfaatnya. Produk kalsium hidrofosfat dapat dimanfaatkan sebagai nutrisi kalsium
dan fosfor pada ternak, sehingga ternak menjadi
sehat, kuat dan pertumbuhannya sempurna.

Kabupaten Supiori
Melihat sebaran batugamping dan lempung serta
infrastruktur yang ada, daerah prospek untuk
pendirian industri semen di Kabupaten Supiori
adalah antara Kampung Wakre, Desa Masram
dan Kampung Aminweri, Distrik Supiori Timur.

KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan inventarisasi mineral non logam di
daerah Kabupaten Biak Numfor dan Kabupaten
Supiori, Provinsi Papua, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut:
Kabupaten Biak Numfor terdapat mineral non
logam berupa batugamping dengan sumberdaya
hipotetik sebesar 2.770.000.000 ton, lempung dengan sumberdaya hipotetik sebesar
1.890.000.000 ton, serpentinit dengan sumberdaya hipotetik sebesar 1.080.000 ton dan

II.16

sirtu dengan sumberdaya hipotetik sebesar
22.000.000 ton.
Di Kabupaten Supiori terdapat mineral non
logam berupa batugamping dengan sumberdaya
hipotetik sebesar 17.390.000.000 ton, lempung dengan sumberdaya hipotetik sebesar
2.126.000.000 ton dan sirtu dengan sumberdaya
hipotetik sebesar 2.875.000 ton.
Batugamping di wilayah Kabupaten Biak Numfor
dan Kabupaten Supiori dapat digunakan dalam
industri: semen, peleburan dan pemurnian baja
serta pertanian. Daerah prospek untuk pendirian
industri semen di Kabupaten Supiori adalah
antara Kampung Wakre, Desa Masram dan Kampung Aminweri, Distrik Supiori Timur.

Saran
Dikaitkan dengan adanya berbagai aktifitas
pembangunan di Kabupaten Biak Numfor dan
Kabupaten Supiori, sudah pasti membawa konsekwensi dibutuhkannya beberapa bahan galian
dengan sumberdaya yang jelas. Mempertimbangkan hal tersebut, maka disarankan untuk
dilakukan penyelidikan lebih lanjut dengan
skala yang lebih besar terutama terhadap bahan
galian yang memiliki potensi yang cukup besar
dan prospek yang baik untuk diusahakan dan
dikembangkan.
Untuk penambangan pasir dan batu diperlukan pengawasan yang ketat, karena umumnya
para penambang kurang memperhatikan faktor
lingkungan. Hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan tambang dan minimnya bimbingan yang

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011

BUKU 2 : BIDANG MINERAL

dilakukan instansi terkait, sehingga seringkali
mempercepat proses kerusakan lingkungan.

Suhala, S. dan Arifin, M., 1997, Bahan Galian
Industri, PPTM, Bandung

DAFTAR PUSTAKA

--------------------------------------------------, 2010, Kabupaten Biak Numfor dalam Angka,
Kantor Statistik Kabupaten Biak Numfor, Papua

Masria, Ratman, N., dan Suwitodirdjo ,K.,1981,
Peta Geologi Lembar Biak, Irian Jaya (3115),
skala 1 : 250.000, P3G Bandung.

-------------------------------------------------- ,2010, Kabupaten Supiori dalam Angka,
Kantor Statistik Kabupaten Supiori, Papua

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------, Peta Geologi Lembar
Manokwari, Irian Jaya (3015) skala 1 : 250.000,
P3G, Bandung.
Sukandarrumidi, 1998, Bahan Galian Industri,
Gadjah Mada Unversity Press, Yogyakarta

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011

II.16

BUKU 2: BIDANG MINERAL

Gambar 1. Peta Lokasi Keterdapatan Mineral Non Logam Kabupaten Biak Numfor,
Provinsi Papua

Gambar 2. Peta Lokasi Keterdapatan Mineral Non Logam Kabupaten Supiori, Provinsi
Papua

II.16

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011