UU 80 1958 dewan perancang nas

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 80 TAHUN 1958
TENTANG
DEWAN PERANCANG NASIONAL
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang:
a. bahwa telah sampailah Rakyat Indonesia yang berbahagia ketingkatan kemajuan
dapat menaiki jambatan-emas untuk membentuk masyarakat yang adil dan
makmur dengan melaksanakan pembangunan nasional yang berencana sebagai
nikmat kemerdekaan yang telah tercapai berkat hasil Perjuangan dan Revolusi
Kemerdekaan Indonesia sejak 17 Agustus 1945;
b. bahwa pembangunan nasional yang meliputi segala segi penghidupan Bangsa
Indonesia haruslah sesuai dengan kebutuhan dan kepribadian Rakyat Indonesia
serta dipimpin oleh pola yang penyelenggaraannya ditetapkan dengan undangundang pembiayaan, lengkap dibubuhi penjelasan yang sempurna;
c. bahwa agar supaya mempersiapkan rencana dan menilai penyelenggaraan
pembangunan-semesta itu dapat terlaksana dengan ikut-sertanya Rakyat
Indonesia yang berkepentingan dan berhasrat hendak menikmati pembangunan
itu perlu dibentuk suatu Dewan Perancang Nasional;
Mengingat:
a. Amanat Presiden Republik Indonesia tanggal 25 Juni dan 17 Agustus 1958
mengenai perlunya Dewan Perancang Nasional;

b. pasal-pasal 28, 36, 37, 38, 40, 41, 42 dan 43 Undang-undang Dasar Sementara
Republik Indonesia;
c. pasal 89 dan 90 ayat I Undang-undang Dasar Sementara Republik Indonesia;

Dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat
Memutuskan :
Menetapkan: UNDANG-UNDANG TENTANG DEWAN PERANCANG NASIONAL.
Pasal 1.
(1) Untuk mempersiapkan undang-undang pembangunan nasional yang berencana,
maka dibentuk sebuah Dewan Perancang Nasional.
(2) Dewan Perancang Nasional berkedudukan di Jakarta.
(3) Lembaga-lembaga untuk penyelidikan bagi kepentingan pembangunan nasional
boleh ditentukan oleh Pemerintah berkedudukan ditempat lain diluar kota
Jakarta.

Pasal 2.
Dewan Perancang Nasional membantu Dewan Menteri Republik Indonesia.
DOKUMENTASI DAN INFORMASI HUKUM, BAGIAN HUKUM, BIRO HUKUM DAN HUMAS

Pasal 3.

(1) Dewan Perancang Nasional bertugas :
a. Mempersiapkan rancangan undang-undang pembangunan nasional yang
berencana dan,
b. Menilai penyelenggaraan pembangunan itu.
(2) Dewan Perancang Nasional menyusun rencana pembangunan nasional dengan
memperhitungkan pembangunan segala kekayaan alam dan pengerahan tenaga
Rakyat serta meliputi segala segi penghidupan Bangsa Indonesia dalam bentuk
rancangan undang-undang pembangunan.
Pasal 4.
(1) Pola terbagi atas tiga bagian : rencana pembangunan, penjelasan rencana dan
rancangan pembiayaan pembangunan.
(2) Pola pembangunan yang sesuai dengan kepribadian Rakyat Indonesia diajukan
oleh Ketua Dewan Perancang Nasional kepada Dewan Menteri yang memutuskan
mengajukannya ke Dewan Perwakilan Rakyat.
(3) Penyelenggaraan pembangunan semesta dan berencana yang disusun oleh
Dewan Perancang Nasional bersandarkan undang-undang.
Pasal 5.
Dewan Menteri memberi kabar kepada Dewan Perancang Nasional tentang
keputusannya hendak mengajukan rancangan pembangunan yang dimaksud dalam
pasal 4 diatas kepada Dewan Perwakilan Rakyat.

Pasal 6.
(1) Dewan Perancang Nasional terdiri dari sejumlah orang anggota dan diketuai
oleh seorang Ketua Dewan Perancang Nasional.
(2) Ketua, Wakil Ketua dan Anggota Dewan Perancang Nasional diangkat dan
diberhentikan oleh Presiden atas usul Dewan Menteri.
(3) Ketua Dewan Perancang Nasional mempunyai kedudukan dan penghargaan
sebagai seorang Menteri seperti dimaksud dalam Undang-undang Dasar
Sementara Republik Indonesia pasal 49.
(4) Ketua Dewan Perancang Nasional menghadiri sidang Dewan Menteri atas
undangan Dewan Menteri untuk ikut membicarakan soal-soal pembangunan dan
hal-hal yang menyangkut Dewan Perancang Nasional.
(5) Jika Ketua Dewan Perancang Nasional berhalangan, maka yang
menggantikannya yaitu Wakil Ketua I.
Pasal 7.
(1) Dewan Perancang Nasional dipimpin oleh seorang Ketua dan beberapa orang
Wakil Ketua.
(2) Jumlah Wakil Ketua Dewan Perancang Nasional ditetapkan oleh Pemerintah.
(3) Sekretariat Dewan Perancang Nasional dikepalai oleh seorang Sekretariat
Jenderal.
DOKUMENTASI DAN INFORMASI HUKUM, BAGIAN HUKUM, BIRO HUKUM DAN HUMAS


(4) Sekretariat Dewan Perancang Nasional meliputi juga segala sekretariat
seksi-seksi.
(5) Pengangkatan dan pemberhentian Sekretaris Jenderal dilakukan oleh
Pemerintah atas usul Ketua Dewan Perancang Nasional.
(6) Pengangkatan dan pemberhentian pegawai-pegawai lain dilakukan oleh
pimpinan Dewan Perancang Nasional, seperti dimaksud pada ayat 1 di atas.
Pasal 8.
(1) Pimpinan Dewan Perancang Nasional membentuk seksi-seksi pembangunan
semesta dan berencana untuk menyiapkan rancangan pembangunan dibidang
kemasyarakatan, kenegaraan, pertahanan dan ekonomi-keuangan.
(2) Seksi-seksi dipimpin oleh seorang Ketua Seksi, dan Wakil Ketua Seksi.
(3) Seksi-seksi mempunyai suatu sekretariat seksi dibawah
sekretaris tetap.

pimpinan

seorang

Pasal 9.

Para Anggota Dewan Perancang Nasional terdiri dari orang-orang ahli yang memiliki
hasrat dan semangat pembangunan sesuasi dengan jiwa bagian pertimbangan
undang-undang ini dan terbagi atas :
a. Sarjana, ahli ekonomi, ahli tehnik, ahli budaya dan sarjana- sarjana lain, yang
ahli dalam soal-soal pembangunan.
b. Orang-orang yang dapat mengemukakan soal-soal pembangunan di daerah
Swatantra Tingkat I dan yang ahli dalam soal-soal pembangunan.
c. Orang-orang dari golongan-golongan fungsional yang ahli dalam soal-soal
pembangunan;
d. Pejabat-pejabat sipil dan militer yang ahli dalam soal-soal pembangunan.
Pasal 10.
(1) Dewan Perancang Nasional mempunyai Peraturan Tata-Tertib yang ditetapkan
dengan peraturan Pemerintah.
(2) Dalam Peraturan Tata-Tertib diatur tugas dan Cara bekerja sidang-sidang yang
diadakan oleh Dewan Perancang Nasional.
(3) Demikian Pula diatur dalam Peraturan Tata-tertib peraturan-perselisihan serta
cara mengambil kebulatan dalam sidang-sidang.
Pasal 11.
Presiden Republik Indonesia setiap waktu dapat menyampaikan Amanatnya kepada
sidang Dewan Perancang Nasional.

Pasal 12.
Undang-undang ini diatur

(1) Pelaksanaan
selanjutnya dengan peraturan
Pemerintah.
2) Aturan-aturan tentang pembiayaan Dewan Perancang Nasional, tentang
DOKUMENTASI DAN INFORMASI HUKUM, BAGIAN HUKUM, BIRO HUKUM DAN HUMAS

kedudukan keuangan Ketua, Wakil Ketua dan Anggota-anggota serta
pegawai-pegawai Dewan Perancang Nasional menurut Undang-undang ini
ditetapkan dengan peraturan Pemerintah.
Pasal 13.
(1) Undang-undang ini disebut "Undang-undang Dewan Perancang Nasional".
(2) Undang-undang ini mulai berlaku pada hari diundangkan.
Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
undang-undang ini dengan penempatan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.
Disahkan di Jakarta
pada tanggal 23 Oktober 1958.
Presiden Republik Indonesia,

ttd.
SOEKARNO.
Diundangkan
pada tanggal 31 Oktober 1958.
Menteri Kehakiman,
ttd.
G.A. MAENGKOM
Wakil Perdana Menteri I,
ttd.
HARDI.

DOKUMENTASI DAN INFORMASI HUKUM, BAGIAN HUKUM, BIRO HUKUM DAN HUMAS

MEMORI PENJELASAN
MENGENAI
USUL UNDANG-UNDANG TENTANG DEWAN PERANCANG NASIONAL.
PENJELASAN UMUM.
Adapun Dewan Perancang Nasional bertujuan hendak menyiapkan rencana
Pembangunan yang berjangka panjang dan yang akan ditetapkan pelaksanaan dan
pembiayaannya dalam undang-undang. Rencana, pembiayaan dan penjelasan

pembangunan dalam undang-undang itu dinamai pola, yang dinamai juga blue-print
atau cetakan-biru pembangunan. Pola itulah yang memimpin pembangunan yang
telah lama diidam-idamkan Rakyat, supaya terlaksana untuk kepentingan
masyarakat Indonesia yang berkat Revolusi Proklamasi sebagian besar telah
dibebaskan oleh Perjuangan Kemerdekaan Indonesia dari tindasan imperialismekolonialisme. Dengan Pembangunan semesta dan berencana dalam tingkatan
Revolusi yang belum selesai, Bangsa Indonesia hendak menyusun masyarakat yang
adil dan makmur di atas kemerdekaan yang telah tercapai berkat perjuangan
Rakyat. Bagian pembangunan itu hendak diwujudkan supaya dinikmati oleh seluruh
daerah Republik Indonesia. Maka supaya pola yang akan memimpin pembangunan
semesta dan berencana itu terjamin pelaksanaannya dalam waktu yang dijangkakan
lebih dahulu, dan supaya dapat dipertanggung-jawabkan secara tehnis, effisiency
dan bagi anggaran belanja Negara, maka perlulah Rencana Pembangunan itu
dirancangkan dengan saksama oleh suatu badan khusus, yang dinamai Dewan
Perancangan Nasional.
Bahan-bahan untuk mempersiapkan pembentukan Dewan Perancang itu ialah:
1. Isi Mukaddimah Konstitusi Proklamasi 1945 dan pesan-pesan yang, tersimpul
dalam kata Pembuka Konstitusi Republik Indonesia 1950 yang kini berlaku,
terutama yang berhasrat hendak membangun untuk membentuk masyarakat
yang adil dan makmur.
2. Pasal-pasal kemakmuran dalam Konstitusi Republik Indonesia 1950, yang

termaktub pada pasal 28, 36, 37, 38, 40, 41, 42 dan 43.
3. Usul-usul nasehat Dewan Nasional kepada Dewan Menteri yang berhubungan
langsung dengan Pembangunan dan pembentukan Dewan Perancang Nasional.
4. Diktat Musyawarah Nasional pada tanggal 10-14 September 1957 di Gedung
Proklamasi Jakarta, yang diterbitkan oleh Sekretariat Musyawarah Nasional.
5. Risalah Musyawarah Nasional Pembangunan di Jakarta sejak 25 Nopember 1957,
seperti diterbitkan oleh Sekretariat Musyawarah Nasional Pembangunan di
Jakarta (IV jilid).
6. Pelaksanaan pembangunan dalam Republik India, seperti diuraikan dalam buku
"The first Five Year Plan (1952)" dan "Programmes of Industrial Development
1951-1956" seperti diterbitkan oleh Planning Commission Pemerintah India.
7. Pengalaman-pengalaman dengan pelaksanaan Pembangunan berencana di tanah
R.R.T. Sovyet Uni, Cekoslowakia, dan Republik Pakistan, dan lain-lain seperti
diterbitkan dalam beberapa terbitan dalam bahasa Inggris.
8. Amanat-amanat Presiden Republik Indonesia Sukarno mengenai perlunya Dewan
Perancang Nasional.
Rancangan Pembangunan semesta dengan berjangka waktu beberapa tahun
itu diharapkan oleh Pemerintah supaya pada akhir tahun 1958 ini juga dapat dimulai
DOKUMENTASI DAN INFORMASI HUKUM, BAGIAN HUKUM, BIRO HUKUM DAN HUMAS


disusun oleh Dewan Perancang Nasional, sehingga berhubungan dengan itu
dengan segera rancangan Undang-undang yang akan menjadi dasar-hukum Dewan
tersebut diajukan kepada Dewan Perwakilan Rakyat untuk dibicarakan.
PENJELASAN KHUSUS
Bagian khusus menjelaskan konsiderans undang-undang dan bagian batangtubuh undang-undang pasal demi pasal.
A. KONSIDERANS.
Pemerintah menganggap perlu menempatkan kata-pembuka dibagian
konsiderans. Kata-pembuka itu terbagi atas tiga kalimat.
Kalimat I Pembangunan atas kemerdekaan yang telah tercapai dengan hasrat
hendak membentuk Masyarakat yang adil dan makmur di tanah-Indonesia, yang
sebagian besar telah bebas dari tindasan imperalisme dan kolonialisme, berkat
perjuangan Rakyat.
Kalimat II, Pembangunan nasional yang meliputi segala segi penghidupan
bangsa Indonesia dan sesuai dengan kepribadian Rakyat Indonesia sendiri.
Kalimat III, Rancangan Undang-undang Pembangunan Nasional berisi pola
atau blue-print (cetakan-biru) bersama-sama rencana penjelasan dan rencana
pembiayaan disediakan oleh suatu badan khusus berbentuk Dewan Perancang
Nasional. Pola itulah yang akan memimpin seluruh Pembangunan semesta dan
berencana.
B. BATANG-TUBUH UNDANG-UNDANG

Penjelasan bagian kedua ini tersusun dalam tiga belas pasal yang mengenai :
I.
Pembentukan dan kedudukan Dewan Perancang Nasional.
II. Hubungan Dewan Perancang Nasional dengan Dewan Menteri.
III. Tugas Dewan Perancang Nasional.
IV. Pola Pembangunan.
V. Rencana Pembangunan disampaikan kepada D.P.R.
VI. Ketua, Wakil Ketua dan Anggota Dewan Perancang Nasional.
VII. Pimpinan dan secretariat Dewan Perancang Nasional.
VIII. Seksi-seksi Pembangunan.
IX. Susunan Seksi-seksi Pembangunan.
X. Peraturan Tata-tertib Dewan Perancang Nasional.
XI. Presiden Republik Indonesia.
XII. Pelaksanaan Undang-undang Dewan Perancang Nasional.
XIII. Nama dan berlakunya Undang-undang Dewan Nasional.

I. PEMBENTUKAN DAN KEDUDUKAN DEWAN
PERANCANG NASIONAL.
Pasal I.
Organisasi-negara yang dibentuk bernama dengan selengkapnya Dewan
Perancang Nasional. Istilah Dewan Perancang Nasional adalah menurut susunan dan
tugas yang dikerjakan. Kata Pembangunan tak perlu ditambahkan, karena sudah
DOKUMENTASI DAN INFORMASI HUKUM, BAGIAN HUKUM, BIRO HUKUM DAN HUMAS

jelas yang dirancang ialah untuk kepentingan pembangunan, sedangkan kata
nasional memperingatkan bahwa dicabang pemerintahan pusat atau otonomi ada
pula dikenal pembangunan routine.
Rancangan Undang-undang pembangunan yang disusun oleh
Dewan Perancang Nasional adalah yang semesta (overall-planning) dan
memakan waktu bagi penyelenggaraannya lebih dari dua tahun. Pasal 114 Undangundang Dasar Sementara ayat 1.
Tempat kedudukan Dewan Perancang Nasional ialah di kota Jakarta;
lembaga-lembaga penyelidikan untuk kepentingan pembangunan boleh ditempatkan
Pemerintah di luar kota Jakarta.
II. HUBUNGAN DEWAN PERANCANG NASIONAL
DENGAN DEWAN MENTERI,
Pasal 2.
Dewan Perancang Nasional membantu Dewan Menteri.
III. TUGAS DEWAN PERANCANG NASIONAL
Pasal 3 ayat 1.
Tugas-kewajiban Dewan Perancang Nasional adalah dua; terutama tugasnya
terletak pada bidang perancangan undang-undang pembangunan yang berjangka
panjang, lebih dari dua tahun. Selain daripada tugas perancangan yang preventif itu
ada lagi tugas Dewan Perancang Nasional yang represif, yaitu menilai
penyelenggaraan pembangunan yang telah ditetapkan dengan Undang-undang. Kata
menilai sama maksudnya dengan evaluasi, yaitu berarti, bahwa Dewan Perancang
Nasional mempunyai wewenang memberitahukan kepada Pemerintah (Kementerian
atau Instansi yang bersangkutan) kekurangan-kekurangan, kekeliruan-kekeliruan dan
sebagainya yang terdapat dalam penyelenggaraan sesuatu rencana yang telah
dijadikan undang-undang.
Pasal 3 ayat 2.
Pekerjaan Dewan Perancang Nasional ditegaskan pada pasal 3 ayat 2, yaitu;
menyusun rencana pembangunan nasional, yang meliputi segala segi penghidupan
Bangsa Indonesia dan rencana itu disusun dalam rancangan undang-undang.
Rencana Pembangunan Nasional disusun dengan memperhitungkan
penggunaan segala kekayaan alam dan pengerahan tenaga Rakyat, tanpa memasuki
bidang eksekutif.

IV. POLA PEMBANGUNAN
Pasal 4.
Cukup jelas.
V. RENCANA PEMBANGUNAN DISAMPAIKAN
DOKUMENTASI DAN INFORMASI HUKUM, BAGIAN HUKUM, BIRO HUKUM DAN HUMAS

KEPADA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT.
Pasal 5.
Cukup jelas.
VI. KETUA, WAKIL KETUA DAN ANGGOTA DEWAN
PERANCANG NASIONAL.
Pasal 6.
Adapun Ketua Dewan mempunyai kedudukan seorang Menteri (Undangundang Dasar Sementara pasal 49), yang diangkat dan diberhentikan oleh Presiden,
atas usul Dewan Menteri.
Jumlah dan pengangkatan/pemberhentian Wakil Ketua Dewan Perancang
Nasional ditetapkan juga oleh Presiden atas usul Dewan Menteri.Apabila jumlah
Wakil Ketua Dewan Perancang Nasional lebih dari seorang maka Wakil Ketua I
menggantikan pucuk pimpinan Dewan, apabila Ketua berhalangan, Wakil Ketua
tidak mempunyai kedudukan seorang Menteri.
VII. PIMPINAN DAN SEKRETARIAT
DEWAN PERANCANG NASIONAL
Pasal 7.
Organisasi Dewan Perancang Nasional terbagi atas pimpinan Dewan dan
Pimpinan Seksi, yang diperhubungkan oleh badan Sekretariat Dewan di bawah
seorang Sekretaris Jenderal.
Sekretariat Dewan Perancang Nasional dan segala sekretariat Seksi-seksi
dikepalai oleh seorang Sekretariat Jenderal, yang diangkat oleh Pemerintah atas
usul Ketua Dewan.
VIII. SEKSI-SEKSI PEMBANGUNAN
Pasal 8.
Pimpinan semua Seksi dihubungkan oleh Sekretariat Jenderal dengan
Pimpinan Dewan. Pimpinan Seksi dipegang oleh Ketua Seksi, dan Wakil Ketua Seksi.
Sekretariat Seksi dipimpin oleh Sekretariat tetap.

IX. SUSUNAN SEKSI-SEKSI PEMBANGUNAN
Pasal 9.
Undang-undang Dewan Perancang Nasional memberi kekuasaan kepada
Pimpinan Dewan Perancang Nasional untuk membentuk Seksi-seksi yang terletak di
bidang
1.
Kemasyarakatan.
2.
Kenegaraan.
DOKUMENTASI DAN INFORMASI HUKUM, BAGIAN HUKUM, BIRO HUKUM DAN HUMAS

3.
Pertahanan.
4.
Ekonomi-Keuangan.
Sebagian besar dari pembangunan di bidang kerohanian akan dipentingkan
dalam seksi-seksi yang masuk bidang kemasyarakatan.
Seksi-seksi akan dibentuk oleh Pimpinan Dewan Perancang Nasional. Untuk
mengarahkan fikiran, maka seksi-seksi yang akan dibentuk itu adalah sebagai misal
diantaranya seperti berikut :
Kenegaraan
Ekonomi.
Keuangan.
Pertahanan.
Statistik.
Industri
Perdagangan
Urusan bank.
Sosial.
Lalu-Lintas.
Transmigrasi.
Pertanian.
Pengairan.
Perkebunan.
Kehutanan.
Kehewanan.
Perikanan.
Pertambangan.
Kesehatan.
Bahan-makanan.
Pendidikan.
Kebudayaan.
Keolah-ragaan.
Tenaga Kerja (man-power).
Segala seksi di atas boleh ditambah atau dikurangi jumlahnya atau dibag-bagi
dalam beberapa anak seksi menurut kebijaksanaan Pemimpin Dewan Perancang
Nasional.
Tidak pula perlu segala seksi-seksi di atas dibentuk serentak; pembentukan
adalah dengan memperhatikan keperluan. Seksi dipimpin oleh Ketua Seksi dan
Wakil Ketua Seksi, yang dibantu oleh seorang Sekretaris-tetap seksi yang
mengepalai secretariat seksi. Sekretariat Seksi ialah satu bagian dalam keseluruhan
Sekretariat Dewan di bawah Sekretariat Jenderal. Sekretariat Seksi adalah pegawai
tetap.
Anggota-anggota Dewan terdiri dari ahli-ahli dalam soal-soal pembangunan,
terbagi atas 4 golongan, seperti dijelaskan pada pasal 9 :
a. Sarjana, ahli ekonomi, ahli tehnik, ahli budaya dan sarjana- sarjana lain;
b. Orang-orang dari golongan fungsionil yang dapat mengemukakan soal-soal
pembangunan di Daerah Swatantra Tingkat I.
c. Orang-orang dari golongan fungsionil.
DOKUMENTASI DAN INFORMASI HUKUM, BAGIAN HUKUM, BIRO HUKUM DAN HUMAS

d. Pejabat-pejabat sipil dan militer;
Adapun golongan fungsionil ialah sama dengan golongan fungsionil dalam
Dewan Nasional. Yang diutamakan yaitu fungsinya bagi kepentingan pembangunan.
Syarat-syarat yang diharapkan kepada pimpinan dan para anggota Dewan
Perancang Nasional, ialah supaya mereka benar-benar ternyata memiliki hasrat dan
semangat pembangunan, seperti yang menjadi intisari konsiderans Undang-undang
Dewan Perancang Nasional.
Dengan organisasi seperti di atas maka seluruh Dewan Perancang Nasional
berhubungan langsung dengan tenaga masyarakat di Daerah Swatantra Tingkat I dan
dengan segala aliran fungsionil; lagi pola tenaga Rakyat dan kekayaan alam telah
dipentingkan kegunaannya oleh Dewan Perancang Nasional untuk kepentingan
pembangunan (pasal 3 ayat 2).
Telah dipikirkan oleh Pemerintah, bahwa masing-masing Daerah Swatantra
Tingkat I akan mengajukan calon untuk duduk dalam Dewan Perancang Nasional.
Prosedur penunjukan dan jumlahnya yang maximal bagi anggota tiap-tiap, Daerah
Swatantra Tingkat I akan ditetapkan oleh Pemerintah.
Diharapkan jumlah anggota Sidang-pleno Dewan Perancang Nasional, yaitu
teoritis sidang yang paling besar, akan beranggotakan kurang lebih 60 orang,
dengan perhitungan bahwa pada ketika ini sudah ada lebih dari 19 Swatantra
Tingkat I atau propinsi.
X. PERATURAN TATA-TERTIB DEWAN
PERANCANG NASIONAL.
Pasal 10.
Dengan memperhatikan organisasi di atas, maka akan ada lima macam sidang
yang dikenal Dewan Perancang Nasional, yang masing-masing mempunyai tugas dan
kekuasaan sendiri, yang nanti akan ditetapkan dalam Peraturan Tata-tertib.
Sidang-sidang itu ialah:
1. Sidang Pimpinan Harian Dewan Perancang Nasional.
2. Sidang Pimpinan Dewan.
3. Sidang Pimpinan Seksi.
4. Sidang-pleno Seksi.
5. Sidang-pleno Dewan Perancang Nasional.
Kekuasaan, cara bekerja, peraturan-perselisihan dan cara mencari kebulatan
dalam kelima macam Sidang di atas serta tentang hak-suara akan diatur dalam
Peraturan Tata-tertib Dewan Perancang Nasional.
XI. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
Pasal 11.
Untuk memenuhi hasrat Rakyat Indonesia supaya cita-cita Bung Karno
dilaksanakan dibidang pembangunan, maka hal itu dinyatakan dua kali dalam
Undang-undang Dewan Perancang Nasional yakni :
1. Dalam bagian Konsiderans diminta perhatian untuk Amanat-amanat Presiden
Republik Indonesia Sukarno mengenai perlu- nya Dewan Perancang Nasional.
2. Presiden setiap waktu dapat menyampaikan saran, pemandangan atau anjuran
DOKUMENTASI DAN INFORMASI HUKUM, BAGIAN HUKUM, BIRO HUKUM DAN HUMAS

yang keseluruhannya dinamai Amanat tentang pembangunan kepada
sidang-sidang Dewan Perancang Nasional.
Amanat itu dapat disampaikan dengan tertulis atau dengan lisan kepada
Dewan Perancang Nasional.
Semuanya hal itu akan diatur dalam Peraturan Tata-tertib.
Dalam peraturan Pemerintah yang dimaksud pada pasal 12 ayat 1 akan
ditempatkan kalimat :
"Amanat menurut pasal 11 Undang-undang Dewan Perancang Nasional ialah
fatwa Presiden yang dapat dipergunakan sebagai pedoman dalam bidang
pembangunan-berencana".
Selanjutnya dalam peraturan Pemerintah itu juga akan diatur, bahwa
Menteri-menteri setiap waktu boleh menghadiri sidang-sidang Dewan Perancang
Nasional dan boleh pula memberikan petunjuk tentang pembangunan berencana
dalam sidang yang dihadirinya.
XII. PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG
DEWAN PERANCANG NASIONAL.
Pasal 12.
Undang-undang ini menjadi dasar bagi tiga macam Peraturan Pemerintah,
yaitu :
1. Peraturan Tata-tertib (pasal. 10 ayat 1),
2. Peraturan Pemerintah untuk melaksanakan Undang-undang ini (pasal 12 ayat
(1),
3. Peraturan Pemerintah untuk keperluan lain yang dibutuhkan oleh Undangundang ini, selainnya yang disebutkan pada angka 1 dan 2 (pasal ayat 2).
Pemerintah akan menyediakan segala Peraturan Pemerintah yang tersebut di
atas Pemerintah berpengharapan penuh, supaya pada akhir tahun 1958 telah
dapat terbentuk Dewan Perancang Nasional yang dengan segera dapat bekerja
menunaikan tugas menurut Undang-undang ini yang begitu penting bagi
Pembangunan-berencana yang hasilnya dapat dinikmati oleh Rakyat Indonesia.

XIII. NAMA DAN BERLAKUNYA
UNDANG-UNDANG DEWAN PERANCANG NASIONAL
pasal 13
Cukup jelas

DOKUMENTASI DAN INFORMASI HUKUM, BAGIAN HUKUM, BIRO HUKUM DAN HUMAS