U dalam Dinamika Sosial dan Budaya Masyarakat Aceh di Awal Abad Kedua Puluh Satu | Nur | Humaniora 1032 1971 2 PB

No.30ktober2011

VOLUME 23

.

.

ACEH DI AWAL-ABM
KEDUA
PULUH SATU
"r.
4dhl Nyr*

Kkjkvkh: Acheh uIod, dq&, wah&

ABSTRAK

Kata Kunci: wlarna Aceh, dayld wdwbi

* SW pengajarJumsan Sejarah dan KebudayaanIslam, FakultasAdab lAlNAr-Raniry, BadeAceh.


Humaniora, Vol. 23, No. 3 OMober2011:315 - 325

struktur sosial kehidupan masyarakat (Gellner,
1995). Demikianpula diAceh, sejak periodeawal
penyebaran Islamdi nusantarahiqga masa kini,
ulama merupakanpemimpin infonnal masyarakat
dan selalu berdampingandengan posisipemimpin
formal. Bahkan, pada dataran tertentu, ulama di
Aceh dipandangsebagai pemimpinfimnal rnasyarakat. Hal ini terlihat pada peranyang dimainkan
oleh mereka dalam menggerakkanrakyatAceh
untuk menghadapi penjajah Belanda (Alfian,
1987; Sabi, 1995; Amiruddin, 1994). SGjarah
proses pengintegras&n Piceh ke dalam negara
kesatuan Republik lndonesia di masa awal
kemerdekaan, munjukkan bahwa ularna Aceh
sebagai representasirakyatAceti dewan tegas
rnenyatakanbergabungdenganmgarak e a t u m
Republik Indonesia(Edlbrahimy, 1981). Demikiin
pula dengan peristiia pemberontakan DITTII,

ulama menjadi tokoh sentral, baik ketika awal
terjadinya pemberontakan rnaupun dalam ha1
penghentianpemberontakan.
Strategisnya posisi ulama dalam kehidupan
sosial sehari-hari juga terefleksi dalam sistem clan
bentuk wilayah pemerintahan di Aceh. Wilayah
pemerintahanterkecil di Aceh disebut gampong
(desa) yang dipimpin oleh seorang keuchik.
Tugas utama keuchikadalahmengurus berbagai
persoalan yang berhubungan dengan administrasi, kebijakan pembangunan,dan kesejahteraan rnasyarakat.Masing-masinggampong ditandai
dengan berdirinya sebuah meunasah(mushalla)
sebagai tempat pelaksanaan ibadah salat lima
waktu dan ternpat berkumpulanggota rnasyarakat
untuk bermusyawarah(Polem, 1977: 97; Siegel,
1969:132). Meunasah dipimpin oleh seorang
imumlteungku (ulama) yang tugas utamanya
adalah mengurusberbagai ha1yang berhubungan dengan aktivitas keagamaan, seperti memimpin salat lima waktu, amil zakat, mengurus
jenazah, dan berbagai aktivitas kenduri. Posisi
teungku meunasah dengan keuchik dalam
memimpin rnasyarakatadalah setara dan kedua

sosok ini harus bekerja sama dalam setiap
kegiatan di gampong. Dengan demikian, terlihat
jelas bahwa posisi ulama demikian dominan
dalam struktur kehidupan masyarakat Aceh
(Ismuha, 1983).

Fokus bsfhamn tulisan ini adalah posisidan
peran ularna&lam kehidupanmasyarakatAceh
kq-Zl. Tujuan utama pendigkusian
nyaan: apakah
isidan perannya
sebagaimanaposisidan
? Dalam Winnya denganperubahanmasyarakat, bagaimana
masyarakat memandang dan mengapresiasi
ulama tersebut? Pertanyaan ini rnenjadi penting
untuk dijawab karena masyarakat Aceh terns
berdinamikadan mengalamip b a h a n . Banyak
peristiwa telah tejadi dl Aeeh ptada penghujung
abad ke-20 dan di swat abad ke-21. Semua
peristim itu dapat diang

mendorong terjadinya
sosial masyarakatAceh.
Untuk menjawab pertanyaan di atas, pokok
bahasan tulisan ini dibagi menjadi tiga bagian.
Pertama, peran ulama di masa konflik Aceh
(konflik antara Gerakan Aceh Merdeka (GAM)
dengan pemerintah Republik lndonesia (RI).
Padahal, jauh sebelum Lembaga Swadaya
Masyarakat(LSM) asing Mibat, ulamadan tokoh
sipil Aceh telah lebih dahulu meng-gagas dan
mengajak kedua pihakyang bertikaiunMc duduk
bersama di mejd perundingan. Kedua, posisi
ulama dalam kaitannya dengan aktivis LSM.
Ketiga, konflikantar ulamayang disebabkan OM
perbedaan faham keagamaan. Dengan melihat
peran ulama dari tiga situasi di atas, diharapkm
akan sampai kepada simpulantentang
dan
peran ulamaAceh dalam kehiupan ke-seharian
masyarakatAceh di awalabad ke-21.

ULAMA DAN KONFLIK ACEH
Mernasukimillenium ketigaabu &ad ke-21,
Provinsi Aceh sedang bwada dalam situasi,
konflik bersenjata antara Gerakan
(GAM) dengan pemerintah RepuMk
(RI). Konflik ini bermuladari keinginan
untuk memisahkanAceh dari Negara
Republik lndonesii (NKRI) deng
kan The Acheh-Sumatra Na
Front(ASNLF)yang lebih dike
GerakanAceh Merdeka (GAM) dan men

:

.. -

,

.


menaruh apresiasi terhadap kekuatm luar,

-

Aslam Nur Ufmw

sosiddan

keja yng d'igeluti okh u b m dm
qa yaw digellRi OMaktivis LSM.
-~ahposiisi~figur~arrg
mengwusi masyarakat datam hat yang
dengan kehidupan keagamn rreas e d w ~ q
ww pleppd pqsn edw!uaw
6 d ugpefay wades ewes J @ W ~6ueA eAuu!el
WHJw'!WPM =Jeurt?ln l + w e pw 6 w e w a
eq(xfuau# q t m y q d ~ Bureln
p
'ueeynuuad ay
m - p q c ~ l l a uu

1
-1
~ W ~Y!WYa d
' j q q q a ~no# u e u ~ 6 u e ~ e p u e u a d ~ s e d
'(OLOZ !unr s 1e66uweped !I=W
'Ml~ h e ==mpN)\
li!lel!qwe!P u!p!qe@w
dn el,vwaptf5w uesrunfjuaay !u! uey ! e ~ m
wlleq uewwn&ad wens ~e6uapla~
eqg-eqg
'umpumqel!p iewn[geles 6uela[ua~'!u! p![sw
!PWIn
l C'iePUeYeuwqw wm ~ U W y=v
P
!P !lSlWPJW
J = W * ~ yQw3d e ~ w a q
'ry! j w n [ ueq aped 'eAueuwey 'eAuu~nlaqas
n6f3u!w nies ye@ pqnu.~ay lnlnw gep ~ e w a q
~
p ueye k a u a l q!Jw

yew nl? p ! l s eAwqQJ!
'yeAep eweln m
y qefo esyed wqe~!pe6n[
ru~!ue~w-n
~b~w
RBW
m ' u e y a n m ~ pw e
p w n r gles eygay 'ewes 6ueA pey eped
'wsl
l u n ueyu~~ley6uaw
ueye,&d uqspy ew&e
ua6e !e6eqas de66ueip ne!aq yelepe Ies!ed
pqsn 6uwaAuaw yrqun ~e-p
6ueA ns! riles
c(qeS.Jnlaq AeqW -!4
I ~ W ~ wqasfal~eJ0
!P

-


Adam Nur U l m &&a Din-

t & ~

Ismuha. 1976. U k m Morn PbapeJaif Sejarah. 5eri
Monografi. Jakarta: Lembaga Ekonomi dan
Kemmyarakm, Mahnal, Lembaga llmu
Pq&m I ~ A .
Rahmany, Dyah. 200 1. Matinya Bont