Perda Jasa Usaha Kepriwisataan

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH
NOMOR 1 TAHUN 2007
TENTANG
RETRIBUSI IZIN USAHA KEPARIWISATAAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
WALI KOTA PRABUMULIH,
Menimbang

:

a. bahwa dengan telah diserahkanya sebagaian urusan pemerintahan di
bidang kepariwisataan kepada Pemerintah Kota Prabumulih
dipandang perlu untuk menggali, meningkatkan, membina dan
mengembangkan usaha – usaha dibidang kepariwisataan.
b. bahwa pembinaan sebagaimana dimaksud huruf a diatas adalah
pelayanan pemberian izin atas usaha – usaha kepariwisataan.
c. bahwa untuk memenuhi maksud tersebut perlu diatur dan ditetapkan
dengan Peraturan Daerah Kota Prabumulih.

Mengingat


:

1. Undang–Undang Nomor 09 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan
(Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 78,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3427);
2. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak dan Retribusi
Daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor
246, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4048);
3. Undang–Undang Nomor 6 Tahun 2001 tentang Pembentukan Kota
Prabumulih (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001
Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4113);
4. Undang–Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4389);
5. Undang–Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437 ) sebagaimana telah
diubah dengan Undang- Undang Nomor 8 Tahun 2005 (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4548);
6. Undang–Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4438);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah
Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten / Kota ( Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 86, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4738 );

2
8. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi
Daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor
119, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4139);
9. Peraturan Daerah Kota Prabumulih 30 Tahun 2003 tentang
Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kota
Prabumulih (Lembaran Daerah Kota Prabumulih Tahun 2003
Nomor 42);

Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA PRABUMULIH
dan
WALIKOTA PRABUMULIH
MEMUTUSKAN :
Menetapkan

:

PERATURAN DAERAH TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA
KEPARIWISATAAN
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
1.
2.
3.
4.

5.

Daerah adalah Daerah Kota Prabumulih.
Pemerintah Kota adalah Pemerintah Kota Prabumulih.
Walikota adalah Walikota Prabumulih
Wakil Walikota adalah Wakil Walikota Prabumulih
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota
Prabumulih
6. Dinas Pendidikan Nasional adalah Dinas Pendidikan Nasional Kota Prabumulih
7. Badan adalah suatu bentuk badan usaha yang meliputi Perseroaan Terbatas, Perseroan
Komanditer, Perseroan lainya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan nama
dan bentuk apapun, Persekutuan, Perkumpulan, Firma, Kongsi, Koperasi, Yayasan atau
organisasi yang sejenis, Lembaga dana Pensiun, bentuk usaha tetap serta badan
usaha lainnya
8. Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan penyelengaraan
pariwisata
9. Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk pengusaha
objek wisata dan daya tarik wisata.
10. Objek wisata adalah perwujudan dari pada ciptaan manusia, tata hidup, seni budaya serta
sejarah bangsa dan atau tempat atau keadaan alam yang mempunyai daya tarik wisata

untuk dikunjungi wisatawan.
11. Usaha Kawasan Pariwisata adalah setiap usaha komersil yang ruang lingkup kegiatannya
menyediakan prasarana dan sarana untuk pengembangan pariwisata.
12. Hotel adalah bangunan yang khusus disediakan bagi orang untuk dapat menginap /
istirahat, memperoleh pelayanan, dan / atau pasilitas lainya dengan dipungut bayaran,
termasuk bangunan lainya yng menyatu, dikelola dan dimiliki oleh pihak yang sama,
kecuali untuk pertokoan dan perkantoran.
13. Restoran dan Rumah Makan adalah setiap usaha komersil yang ruang lingkup
kegiatanya menyediakan hidangan makanan dan ditempat pengolahan.
14. Jasa Boga adalah setiap usaha yang menyediakan jasa pelayanan makanan dan
minuman untuk umum yang diatas dasar pesanan dan hidangan di tempat pengelolahan.
15. Bar adalah setiap usaha yang ruang lingkup kegiatannya minuman keras dan minuman
lainnya untuk diminum ditempat usahanya.
16. Rumah Bilyard adalah setiap usaha yang menyediakan jasa pelayanan sarana olah raga
Bilyard.

3
17. Karaoke adalah setiap usaha berupa ruangan yang menyediakan sarana hiburan yang
dilengkapi dengan fasilitas menyanyi.
18. Diskotik / Night Club adalah usaha jasa malam yang menampilkan musik hidup atau

penyanyi.
19. Cafe adalah usaha pangan sebagian atau seluruh bangunan yang permanen atau tidak
permanen / mobile / perpindahan yang dilengkapi untuk proses pembuatan, penyajian,
dan penjualan makanan dan minuman ringan serta hanya dilengkapi dengan hiburan
musik bagi umum ditempat usahanya.
20. Panti Pijat adalah usaha pemijatan tradisional / refleksi yang bersifat memberikan
kesehatan tubuh kepada konsumen.
21. Panti Mandi uap adalah usaha jasa relaksasi tubuh.
22. Play Station dan Video Game adalah usaha komersil yang menyediakan sarana
permainan anak – anak.
23. Salon Kecantikan adalah tempat yang menyediakan jasa kecantikan seperti perawatan
muka, rambut, perawatan tubuh bagi konsumen.
24. Barber Shop adalah usaha jasa perawatan rambut khusus ditujukan kepada konsumen
pria.
25. Pusat Kesehatan dan kebugaran adalah setiap usaha yang menyediakan sarana olah raga
seperti senam, fitnes, dan aerobik.
26. Padang Golf adalah suatu tempat yang menggunakan lahan yang luas sebagai tempat
rekreasi atau permainan golf.
27. Balai Pertemuan adalah suatu tempat yang representatif digunakan orang untuk
musyawarah / resepsi.

28. Tempat Pameran adalah tempat diselenggarakannya suatu even / kegiatan yang bertujuan
untuk memperkenalkan produk / jasa kepada konsumen.
29. Pertunjukan Panggung Terbuka adalah usaha jasa hiburan yang dipentaskan terbuka
untuk umum.
30. Pertunjukan Panggung Tertutup adalah usaha jasa hiburan yang dipentaskan didalam
dengan ruang tertutup.
31. Kolam renang adalah suatu tempat komersil yang menyediakan jasa olah raga renang
yang berupa kolam.
32. Kolam Pemancingan adalah usaha komersil yang menyediakan tempat berupa kolam
ikan yang digunakan sebagai sarana dan prasarana memancing.
33. Pentas Pertunjukan Sirkus adalah suatu kegiatan komersil yang menampilkan atraksi
baik orang maupun hewan pada tempat tersebut.
34. Biro Perjalanan Wisata adalah tempat usaha yang menyediakan dan merencanakan
perjalanan wisata atau jasa pelayanan wisata.
35. Usaha Jasa Impresariat adalah jasa pengurusan penyelenggaraan hiburan, baik berupa
mendatangkan, mengirim maupun mengembalikan serta membutuhkan tempat, waktu
dan jenis hiburan.
36. Promosi Pariwisata adalah upaya untuk kegiatan secara sistematik guna menarik
masyarakat untuk menggunakan waktu luangnya melakukan perjalanan wisata.
37. Usaha Jasa Konvensi, Perjalanan Intensif dan Pameran adalah usaha dengan kegiatan

pokok memberikan jasa pelayanan bagi pertemuan suatu kelompok orang (Negarawan,
Usahawan, Cendikiawan dan sebagainya) untuk membahas masalah–masalah yang
berkaitan dengan kepentingan bersama.
38. Mandala Wisata adalah tempat yang disediakan untuk penerangan wisata atau peragaan
kesenian dan kebudayaan.
39. Tamu adalah setiap orang yang berkunjung dan menggunakan jasa Kepariwisataan.

4
BAB II
PERIZINAN
Pasal 2
Setiap orang atau badan yang menyelenggarakan jasa usaha Kepariwisataan dalam Daerah harus
mendapat izin Walikota
Pasal 3
(1)

Untuk mendapat izin jasa usaha Kepariwisataan sebagaimana dimaksud Pasal 2 pemohon
terlebih dahulu harus mengajukan permohonan tertulis kepada Walikota.

(2)


Syarat–syarat pengajuan permohonan izin jasa usaha Kepariwisataan sebagaimana
dimaksud ayat (1), ditetapkan dengan Peraturan Walikota.
Pasal 4

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)

Izin jasa usaha Kepariwisataan diberikan atas nama penyelenggara.
Jangka waktu berlakunya izin jasa usaha Kepariwisataan ditetapkan selama usaha tersebut
masih berjalan.
Untuk pengendalian dan pengawasan izin jasa usaha Kepariwisataan sebagaimana
dimaksud ayat (1), penyelenggaraan jasa Kepariwisataan wajib melakukan daftar ulang
setiap 5 (lima) tahun terhitung sejak tanggal izin usaha Kepariwisataan ditetapkan.
Dalam izin jasa usaha Kepariwisataan dimuat ketentuan–ketentuan yang harus dipatuhi
oleh penyelenggaraan usaha Kepariwisataan.
Syarat–syarat pengajuan permohonan daftar ulang sebagaimana dimaksud ayat (3),

ditetapkan dengan Peraturan Walikota.
Pasal 5

Izin usaha Kepariwisataan sebagaimana dimaksud Pasal 2 dapat dicabut dan tidak berlaku,
apabila penyelenggara :
a. Tidak melakukan kegiatan pokok sesuai izin yang diberikan.
b. Tidak memenuhi ketentuan yang ditetapkan dalam izin usaha Kepariwisataan.
c. Melakukan perluasan tempat usaha tanpa izin dari Walikota
d. Memindahtangankan izin usaha Kepariwisataan kepada pihak lain.
e. Tidak melakukan daftar ulang.

BAB III
RETRIBUSI
Bagian Pertama
Objek, dan Subjek Retribusi
Pasal 6
Dengan nama retribusi izin usaha Kepariwisataan dipungut biaya atas pelayanan pemberian izin
jasa usaha Kepariwisataan.
Pasal 7
Objek Retribusi adalah pelayanan pemberian izin jasa usaha Kepariwisataan yang dilakukan oleh

Pemerintah Daerah yang meliputi :

5
1.

Usaha jasa pariwisata dan kebudayaan;
a. Biro perjalanan wisata;
b. Agen Perjalanan Wisata;
c. Pramuwisata;
d. Jasa angkutan wisata;
e. Jasa konvensi, perjalanan insentif, dan pameran;
f. Jasa impresariat;
g. Jasa konsultan pariwisata dan kebudayaan;
h. Jasa informasi pariwisata dan kebudayaan;

2.

Pengusahaan obyek dan daya tarik wisata (ODTW):
a. Pengusahaan obyek dan daya tarik wisata alam;
b. Pengusahaan obyek dan daya tarik wisata budaya;
c. Pengusahaan obyek dan daya tarik wisata minat khusus;
d. Pengusahaan tempat persinggahan (rest area);
e. Pengusahaan bumi perkemahan;

3.

Usaha sarana wisata dan kebudayaan:
a. Penyediaan sarana akomodasi:
1) Hotel, wisma, losmen dan pondok wisata;
2) Pondok remaja;
b. Penyediaan makanan dan minuman:
1) Restoran / Rumah Mkan / Café ;
2) Bar / Pub;
3) Katering / jasa boga;
c. Penyediaan sarana hiburan umum:
1)
Bioskop;
2)
Diskotik;
3)
Tempat Karaoke;
4)
Gelanggang permainan mekanik / elektronik (video games/ play station);
d. Penyediaan sarana olahraga:
1)
Gelanggang renang;
2)
Kolam pemancingan.
3)
Lapangan Bulutangkis (badminton);
4)
Padang golf;
5)
Lapangan sepak bola;
6)
Lapangan atletik;
7)
Lapangan tennis;
8)
Sanggar senam kebugaran (aerobic);
9)
Bola gelinding (Bowling);
10)
Bola Sodok (billiard);
e. Penyediaan sarana kesenian dan kebudayaan:
f. Penyediaan sarana lain-lain;
(1) Gedung pertemuan;
(2) Mandi uap / mandi sauna (spa);
(3) Panti pijat (massage);
(4) Salon kecantikan;
(5) Sanggar rias /dekorasi pengantin;

4.

Usaha jasa pariwisata dan kebudayaan lainnya:
a. Pemberian lisensi / rekomendasi organisasai seni dan identitas seniman ( kartu tanda
pengenal seniman);
b. Atraksi wisata, olah raga dan seni budaya;
c. Kegiatan lain yang bersifat temporer / permanent, bazaar, sirkus, pertunjukan keliling dan
kegiatan lain yang sejenis;

6
Pasal 8
Subjek Retribusi adalah orang pribadi dan atau badan usaha yang memperoleh izin usaha
Kepariwisataan.

Bagian Kedua
Golongan Retribusi
Pasal 9
Retribusi izin Jasa Usaha Kepariwisataan termasuk golongan Retribusi Perizinan tertentu.

Bagian Ketiga
Tingkat Pengguna Jasa
Pasal 10
Cara mengukur tingkat penggunaan jasa retribusi adalah dengan melihat jumlah izin yang
dikeluarkan.
Bagian Keempat
Prinsip yang Dianut dalam Penetapan Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi
Pasal 11
Prinsip yang dianut dalam penetapan tarif retribusi perizinan tertentu didasarkan pada tujuan
untuk menutupi sebagian atau seluruh biaya penyelenggaraan pemberian izin yang bersangkutan
dan pengawasan, pengendalian, pembinaan serta pendapatan daerah.

Bagian Kelima
Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi
Pasal 12
Struktur dan besarnya tarif retribusi izin jasa usaha Kepariwisataan adalah sebagai berikut :
No

Jenis Usaha

Retribusi Izin (Baru)
(Rp)

7
1

2

3

Objek Wisata
a. Wisata Alam
b. Wisata Sejarah/Budaya
Hotel
a.
b.
c.
d.

Hotel Bintang
Hotel melati 3
Hotel melati 2
Hotel melati 1

Restoran /Rumah Makan
a.
Kelas A
b.
Kelas B
c.
Kelas C

500.000,- /lokasi
250.000,-/lokasi
50.000,-/kamar
20.000,-/kamar
12.500,-/kamar
5.000,-/kamar
2.500,-/kursi
1.500,-/kursi
1.000,-/kursi

4

Jasa Boga

300.000,-/lokasi

5

Perjalanan Wisata

300.000,-/lokasi

6

Usaha Rekreasi/Hiburan Umum
a.
Taman Rekreasi
b.
Kolam pemancing
c.
Kolam renang
d.
Padang golf
e.
Pertunjukkan sirkus
f.
Sanggar seni
g.
Balai Pertemuan
a. 50 s/d 500 kursi
b. 501 s/d keatas
h.
Bar
i.
Klub Malam
j.
Diskotik
k.
Karaoke
a. Ruang tertutup/buka siang
b. Ruang tertutup/buka
malam
c. Ruang terbuka/buka siang
d. Ruang terbuka/buka
malam
l.

Play Station dan Vidio
Game

10.000,-/m2
10.000,-/m2
10.000,-/m2
15.000,-/m2
150.000,-/hari
100.000,-/lokasi
500.000,-/lokasi
750.000,-/lokasi
1.500.000,-/lokasi
1.500.000,-/lokasi
2.000.000,-/lokasi
1.000.000,-/lokasi
1.500.000,-/lokasi
750.000,-/lokasi
1.000.000,-/lokasi
10.000,-/unit
30.000,-/meja
250.000,-/lokasi

m.

Bilyard

n.

Olah raga/fitnes

o.

Festival

250.000,-/lokasi

p.

7

Pertunjukan/Aktrasi
a. Mancanegara
b. Nusantara
q.
Impresariat
r.
Perusahaan
Cinderamata

8

Cafe

9

Salon Kecantikan dan Barber
Shop

300.000,-/hari
100.000,-/hari
100.000,-/lokasi
100.000,-/lokasi
100.000,-/kursi
100.000,-/lokasi
100.000,-/lokasi
200.000,-/lokasi

8

Bagian Keenam
Wilayah Pemungutan
Pasal 13
Retribusi dipungut dalam Wilayah Daerah

Bagian Ketujuh
Tata Cara Pemungutan
Pasal 14
Pemungutan Retribusi dilakukan oleh Dinas / Instansi teknis yang ditetapkan Walikota.
Pasal 15
(1)
(2)
(3)

Retribusi tidak dapat diborongkan.
Retribusi dipungut dengan menggunakan Surat Ketetapan Retribusi Daerah atau Dokumen
lain yang dipersamakan.
Hasil pemungutan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disetor ke Kas Daerah melalui
bendahara khusus penerima Dinas Pendapatan Daerah.

Bagian Kedelapan
Sanksi Administrasi
Pasal 16
Dalam hal wajib Retribusi tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang membayar,
dikenakan sanksi administrasi berupa bunga 2 % ( dua persen) setiap bulan dari besarnya
retribusi terutang yang tidak atau kurang bayar dan ditagih dengan mengunakan STRD.

Bagian Kesembilan
Tata Cara Penagihan
Pasal 17

9
(1) Pelaksanaan penagihan retribusi dikeluarkan setelah 7 ( tujuh) hari sejak jatuh tempo
pembayaran dengan mengeluarkan surat bayar / penyetoran atau surat lainnya yang sejenis,
sebagai awal tindakan pelaksanaan penagihan.
(2) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal surat teguran / peringatan / surat lain yang
sejenis, Wajib Retribusi harus melunasi retribusi terutang.
(3) Surat teguran / penyetoran / surat lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikeluarkan
oleh pejabat yang ditunjuk.

Bagian Kesepuluh
Kadaluwarsa
Pasal 18

(1) Penagihan retribusi kadaluwarsa setelah melampaui jangka waktu 3 (tiga) tahun terhitung
sejak saat terutangnya retribusi, kecuali apabila Wajib Retribusi emalkukan tindak pidana
dibidang retribusi.
(2) Kadaluwarsa penagihan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tertangguh apabila:
a. Diterbitkan Surat Teguran dan Surat Paksa.
b. Ada pengakuan utang retribusi dari Wajib Retribusi baik langsung maupun tidak langsung.

Bagian Kesebelas
Keringanan, Pengurangan, dan Pembebasan Retribusi
Pasal 19
(1) Walikota dapat memberikan keringanan, pengurangan dan pembebasan retribusi.
(2) Pemberian keringanan, pengurangan dan pembebasan retribusi sebagaimana dimaksud ayat
(1) dengan memperhatikan kemampuan wajib retribusi.

BAB IV
PENYELENGGARAAN KEPARIWISATAAN
Pasal 20
(4) Penyelenggara jasa usaha Kepariwisataan bertanggung jawab atas ketertiban, kesusilaan,
kebersihan, keamanan dan kesehatan lingkungan yang berkaitan dengan usaha
Kepariwisataan.
(5) Dalam menjalankan usahanya, penyelenggara dapat berkoordinasi dengan Dinas / Instansi
terkait.
Pasal 21

10
Pengaturan tata ruang jasa usaha Kepariwisataan harus disesuaikan dengan peruntukannya dan
memenuhi persyaratan kesehatan serta ketertiban lingkungan.
Pasal 22
(1)
(2)

Memasang papan nama jasa usaha Kepariwisataan pada tempat yang mudah dibaca.
Menginformasikan tata tertib untuk setiap jenis jasa usaha Kepariwisataan.

Pasal 23
(1)
(2)

Setiap jasa usaha Kepariwisataan harus memiliki buku penerima dan pengeluaran uang
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang–undangan yang berlaku.
Setiap pelaksanaan transaksi harus menggunakan faktur / yang dipersamakan sebagai bukti
pembayaran.

Pasal 24
Untuk kelengkapan pelayanan, terhadap usaha Kepariwisataan khusus objek Restoran / Rumah
Makan harus menyediakan daftar menu makanan.

Pasal 25
Sebagai bahan monitoring dan pengawasan terhadap penyelenggara jasa usaha Kepariwisataan
berkewajiban menyampaikan laporan secara berkala, setiap bulan kepada Walikota melalui Dinas
Pendidikan Nasional mengenai perkembangan usaha, jumlah tamu atau pengunjung.

BAB V
KETENTUAN PIDANA
Pasal 26
(1)
(2)
(3)

Pelanggaran terhadap Pasal 2 dan Pasal 6 Peraturan Daerah ini diancam Pidana kurungan
paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak 4 ( empat ) kali jumlah retribusi
yang terutang
Tindak Pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran
Denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disetor ke Kas Daerah.

BAB VI
PENYIDIKAN
Pasal 27

(1)

(2)

11
Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu dilakukan Pemerintah Daerah diberi wewenang
khusus sebagai penyidik untuk melakukan tindakan pidana dibidang Retribusi Daerah
sebagaimana dimaksud dalam Undang–Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum
Acara Pidana.

Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah :
a. Menerima, mencuri, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan
dengan tindak pidana dibidang retribusi daerah agar keterangan atau laporan menjadi
lebih lengkap dan jelas.
b. Meneliti, mencuri dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan
tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana
retribusi daerah.
c. Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau sehubungan dengan tindak
pidana di bidang retribusi daerah.
d. Memeriksa buku–buku, catatan–catatan, dan dokumen–dokumen lain berkenaan
dengan tindak pidana dibidang dan retribusi daerah.
e. Melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan,
dan dokumen–dokumen lain, serta melakukan penyelidikan terhadap bukti tersebut.
f. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana
retribusi daerah.
g. Menyuruh berhenti atau melarang seseorang untuk meninggalkan ruangan atau tempat
pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang atau
dokumen yang dibawah sebagaimana dimaksud pada huruf e.
h. Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana retribusi daerah.
i. Memanggil orang untuk didengar keterangan dan diperiksa sebagai tersangka atau
saksi.
j. Memberhentikan penyidikan.
k. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana
dibidang perpajakan daerah dan retribusi menurut hukum yang dipertanggung
jawabkan.

(3)

Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahu dimulainya penyidikan dan
penyampaian hasil penyelidikan kepada Penuntut Umum, sesuai dengan ketentuan yang
diatur dalam Undang–Undang Nomor 8 tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.

BAB VIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 28

12
Hal–hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai pelaksanaanya akan
diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota

Pasal 29
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Prabumulih.

Ditetapkan di Prabumulih,
pada tanggal

2007

WALIKOTA PRABUMULIH

RACHMAN DJALILI
Diundangkan di Prabumulih,
pada tanggal
2007
SEKRETARIS DAERAH
KOTA PRABUMULIH

ABDUL LATIEF MENDIWO

LEMBAR DAERAH KOTA PRABUMULIH TAHUN 2007 NOMOR 1 SERI C