Website Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum BPK RI UU No.39 TH 2007

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 39 TAHUN 2007
TENTANG
PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1995
TENTANG CUKAI
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang

: a. bahwa Negara Kesat uan Republik Indonesia merupakan negara
hukum yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 bert uj uan unt uk
mewuj udkan t at a kehidupan bangsa yang aman, t ert ib, sej aht era,
dan berkeadilan;
b. bahwa cukai sebagai pungut an negara yang dikenakan t erhadap
barang-barang t ert ent u yang mempunyai sif at at au karakt erist ik
sesuai dengan undang-undang merupakan penerimaan negara guna
mewuj udkan kesej aht eraan bangsa;

c. bahwa dal am upaya unt uk lebih memberikan kepast ian hukum dan
keadilan sert a menggali pot ensi penerimaan cukai, perlu dilakukan
perubahan t erhadap beberapa ket ent uan dalam Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 1995 t ent ang Cukai;
d. bahwa berdasarkan pert imbangan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu membent uk Undang-Undang
t ent ang Perubahan at as Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1995
t ent ang Cukai;

Mengingat

: 1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (1), Pasal 23A, dan Pasal
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1995 t ent ang Cukai
Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 76;
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3613);

33 ayat (4)
1945;
(Lembaran

Tambahan

Dengan Perset uj uan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
dan
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Menet apkan

MEMUTUSKAN:
: UNDANG-UNDANG TENTANG PERUBAHAN
NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG CUKAI.

ATAS UNDANG-UNDANG

Pasal I
Beberapa ket ent uan dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1995
t ent ang Cukai (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995
Nomor 76; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3613) diubah sebagai berikut :

1. Ket ent uan Pasal 1 diubah sehingga Pasal 1 berbunyi sebagai
berikut :

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-2Pasal 1
Dalam undang-undang ini yang dimaksud dengan:
1.
Cukai adalah pungut an negara yang dikenakan t erhadap
barang-barang t ert ent u yang mempunyai sif at
at au
karakt erist ik yang dit et apkan dalam undang-undang ini.
2.
Pabrik adalah t empat t ert ent u t ermasuk bangunan, halaman,
dan lapangan yang merupakan bagian daripadanya, yang
dipergunakan unt uk menghasilkan barang kena cukai
dan/ at au unt uk mengemas barang kena cukai dalam kemasan
unt uk penj ualan eceran.
3.

Orang adalah orang pribadi at au badan hukum.
4.
Pengusaha pabrik adalah orang yang mengusahakan pabrik.
5.
Tempat penyimpanan adalah t empat , bangunan, dan/ at au
lapangan yang bukan merupakan bagian dari pabrik, yang
dipergunakan unt uk menyimpan barang kena cukai berupa
et il alkohol yang masih t erut ang cukai dengan t uj uan unt uk
disalurkan, dij ual, at au diekspor.
6.
Pengusaha t empat
penyimpanan adalah orang yang
mengusahakan t empat penyimpanan.
7.
Tempat penj ualan eceran adalah t empat unt uk menj ual
secara eceran barang kena cukai kepada konsumen akhir.
8.
Pengusaha t empat penj ualan eceran adalah orang yang
mengusahakan t empat penj ualan eceran.
9.

Penyalur adalah orang yang menyalurkan at au menj ual barang
kena cukai yang sudah dilunasi cukainya yang semat a-mat a
dit uj ukan bukan kepada konsumen akhir.
10. Dokumen cukai adalah dokumen yang digunakan dalam rangka
pelaksanaan undang-undang ini dalam bent uk f ormulir at au
melalui media elekt ronik.
11. Kant or adalah Kant or Direkt orat Jenderal Bea dan Cukai.
12. Direkt orat Jenderal Bea dan Cukai adalah unsur pelaksana
t ugas pokok dan f ungsi Depart emen Keuangan di bidang
kepabeanan dan cukai.
13. Ment eri adalah Ment eri Keuangan Republik Indonesia.
14. Direkt ur Jenderal adalah Direkt ur Jenderal Bea dan Cukai.
15. Pej abat bea dan cukai adalah pegawai Direkt orat Jenderal
Bea dan Cukai yang dit unj uk dalam j abat an t ert ent u unt uk
melaksanakan t ugas t ert ent u berdasarkan undang-undang ini.
16. Tempat penimbunan sement ara adalah bangunan dan/ at au
lapangan at au t empat lain yang disamakan dengan it u di
kawasan pabean unt uk menimbun barang sement ara
menunggu pemuat an at au pengeluarannya.
17. Tempat penimbunan berikat adalah bangunan, t empat , at au

kawasan yang memenuhi persyarat an t ert ent u yang digunakan
unt uk menimbun barang dengan t uj uan t ert ent u dengan
mendapat kan penangguhan bea masuk.
18. Daerah pabean adal ah wilayah Republik Indonesia yang
meliput i wilayah darat , perairan, dan ruang udara di at asnya,
sert a t empat -t empat t ert ent u di zona ekonomi eksklusif dan
landas kont inen yang di dalamnya berlaku undang-undang di
bidang kepabeanan.

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-319.

20.

Audit cukai adalah serangkaian kegiat an pemeriksaan laporan
keuangan, buku, cat at an dan dokumen yang menj adi bukt i
dasar pembukuan, dan dokumen lain yang berkait an dengan
kegiat an usaha, t ermasuk dat a elekt ronik, sert a surat yang

berkait an dengan kegiat an di bidang cukai dan/ at au sediaan
barang dalam rangka pelaksanaan ket ent uan perundangundangan di bidang cukai.
Surat t agihan adalah surat berupa ket et apan yang digunakan
unt uk melakukan t agihan ut ang cukai, kekurangan cukai,
sanksi administ rasi berupa denda, dan/ at au bunga.

2. Ket ent uan Pasal 2 ayat (1) diubah sehingga Pasal 2 berbunyi
sebagai berikut :
Pasal 2
(1) Barang-barang t ert ent u yang mempunyai sif at
at au
karakt erist ik:
a. konsumsinya perlu dikendalikan;
b. peredarannya perlu diawasi;
c. pemakaiannya dapat menimbul kan dampak negat if bagi
masyarakat at au lingkungan hidup; at au
d. pemakaiannya perlu pembebanan pungut an negara demi
keadilan dan keseimbangan,
dikenai cukai berdasarkan undang-undang ini.
(2) Barang-barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dinyat akan sebagai barang kena cukai.
3. Di ant ara Pasal 3 dan Pasal 4 disisipkan 2 (dua) pasal, yakni Pasal
3A dan Pasal 3B sehingga berbunyi sebagai berikut :
Pasal 3A
(1) Dokumen cukai dan/ at au dokumen pelengkap cukai
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) disampaikan
dalam bent uk t ulisan di at as f ormulir at au dalam bent uk dat a
elekt ronik.
(2) Dokumen cukai dan/ at au dokumen pelengkap cukai
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan al at bukt i
yang sah menurut undang-undang ini.
(3) Ket ent uan lebih lanj ut mengenai dokumen cukai dan/ at au
dokumen pelengkap cukai sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diat ur dengan at au berdasarkan perat uran ment eri.
Pasal 3B
Terhadap barang kena cukai berlaku seluruh
sebagaimana diat ur dalam undang-undang ini.

ket ent uan


4. Pasal 4 t et ap dengan perubahan penj elasan Pasal 4 ayat (2)
sehingga penj elasan Pasal 4 menj adi sebagaimana dit et apkan
dalam penj elasan pasal demi pasal undang-undang ini.
5. Ket ent uan Pasal 5 ayat (1), ayat (2), dan ayat (4) diubah dan
dit ambah 1 (sat u) ayat , yakni ayat (5) sehingga Pasal 5 berbunyi
sebagai berikut :

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-4-

(1)

(2)

(3)

(4)


(5)

Pasal 5
Barang kena cukai berupa hasil t embakau dikenai cukai
berdasarkan t arif paling t inggi:
a. unt uk yang dibuat di Indonesia:
1. 275% (dua rat us t uj uh puluh lima persen) dari harga
dasar apabila harga dasar yang digunakan adalah harga
j ual pabrik; at au
2. 57% (lima puluh t uj uh persen) dari harga dasar apabila
harga dasar yang digunakan adalah harga j ual eceran.
b. unt uk yang diimpor:
1. 275% (dua rat us t uj uh puluh lima persen) dari harga
dasar apabila harga dasar yang digunakan adalah nilai
pabean dit ambah bea masuk; at au
2. 57% (lima puluh t uj uh persen) dari harga dasar apabila
harga dasar yang digunakan adalah harga j ual eceran.
Barang kena cukai lainnya dikenai cukai berdasarkan t arif
paling t inggi:
a. unt uk yang dibuat di Indonesia:

1. 1. 150% (seribu serat us lima puluh persen) dari harga
dasar apabila harga dasar yang digunakan adalah harga
j ual pabrik; at au
2. 80% (delapan puluh persen) dari harga dasar apabila
harga dasar yang digunakan adal ah harga j ual eceran.
b. unt uk yang diimpor:
1. 1. 150% (seribu serat us lima puluh persen) dari harga
dasar apabila harga dasar yang digunakan adalah nilai
pabean dit ambah bea masuk; at au
2. 80% (delapan puluh persen) dari harga dasar apabila
harga dasar yang digunakan adalah harga j ual eceran.
Tarif cukai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
dapat diubah dari persent ase harga dasar menj adi j umlah
dalam rupiah unt uk set iap sat uan barang kena cukai at au
sebaliknya at au penggabungan dari keduanya.
Penent uan besaran t arget penerimaan negara dari cukai pada
Rancangan Anggaran Pendapat an dan Belanj a Negara (RAPBN)
dan alt ernat if kebij akan Ment eri dalam mengopt imalkan
upaya mencapai t arget penerimaan, dengan memperhat ikan
kondisi indust ri dan aspirasi pelaku usaha indust ri,
disampaikan kepada Dewan Perwakilan Rakyat Repubik
Indonesia (DPR RI) unt uk mendapat perset uj uan.
Ket ent uan lebih lanj ut mengenai besaran t arif cukai
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), sert a
perubahan t arif sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diat ur
dengan perat uran ment eri.

6. Ket ent uan Pasal 6 ayat (3) diubah sehingga Pasal 6 berbunyi
sebagai berikut :
Pasal 6
(1) Harga dasar yang digunakan unt uk perhit ungan cukai at as
barang kena cukai yang dibuat di Indonesia adalah harga j ual
pabrik at au harga j ual eceran.

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-5(2)

(3)

Harga dasar yang digunakan unt uk perhit ungan cukai at as
barang kena cukai yang diimpor adalah nilai pabean dit ambah
bea masuk at au harga j ual eceran.
Ket ent uan lebih lanj ut mengenai penet apan harga dasar
diat ur dengan perat uran ment eri.

7. Judul BAB III diubah sehingga BAB III berbunyi sebagai berikut :
BAB III
PELUNASAN, PENUNDAAN, DAN FASILITAS
8. Ket ent uan Bagian Pert ama diubah sehingga Bagian Pert ama
berbunyi sebagai berikut :
Bagian Pert ama
Pelunasan
9. Ket ent uan Pasal 7 ayat (3), ayat (4), ayat (5), dan ayat (8) diubah,
di ant ara ayat (3) dan ayat (4) disisipkan 2 (dua) ayat , yakni ayat
(3a) dan ayat (3b), sert a ayat (6) dan ayat (7) dihapus sehingga
Pasal 7 berbunyi sebagai berikut :
Pasal 7
(1) Cukai at as barang kena cukai yang dibuat di Indonesia,
dilunasi pada saat pengeluaran barang kena cukai dari pabrik
at au t empat penyimpanan.
(2) Cukai at as barang kena cukai yang diimpor dilunasi pada saat
barang kena cukai diimpor unt uk dipakai.
(3) Cara pelunasan cukai sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (2) dilaksanakan dengan:
a. pembayaran;
b. pelekat an pit a cukai; at au
c. pembubuhan t anda pelunasan cukai lainnya.
(3a) Pencet akan pit a cukai sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
huruf b dan pengadaan t anda pel unasan cukai lainnya
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf c dilaksanakan
oleh badan usaha milik negara dan/ at au badan at au lembaga
yang dit unj uk oleh Ment eri dengan syarat -syarat yang
dit et apkan.
(3b) Syarat -syarat yang dit et apkan sebagaimana dimaksud pada
ayat (3a) paling sedikit memenuhi asas keamanan,
kont inuit as, ef ekt ivit as, ef isiensi, dan memberi kesempat an
yang sama.
(4) Pit a cukai sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b dan
t anda pelunasan cukai lainnya sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) huruf c disediakan oleh Ment eri.
(5) Dalam hal pelunasan cukai dengan cara pelekat an pit a cukai
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b at au
pembubuhan t anda pelunasan cukai lainnya sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) huruf c, dalam pelaksanaannya t idak
sesuai dengan perat uran perundang-undangan di bidang
cukai, cukai dianggap t idak dilunasi.
(6) Dihapus.
(7) Dihapus.

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-6(8)

Ket ent uan lebih lanj ut mengenai pelunasan cukai diat ur
dengan at au berdasarkan perat uran ment eri.

10. Di ant ara Bagian Pert ama dan Bagian Kedua disisipkan 1 (sat u)
bagian, yakni Bagian Pert ama A sehingga berbunyi sebagai berikut :
Bagian Pert ama A
Penundaan
Pasal 7A
(1) Pelunasan cukai sebagaimana di maksud dalam Pasal 7 ayat
(3) huruf a pembayarannya dapat diberikan secara berkala
kepada pengusaha pabrik dalam j angka wakt u paling lama 45
(empat puluh lima) hari sej ak t anggal pengeluaran barang
kena cukai t anpa dikenai bunga.
(2) Penundaan pembayaran cukai dapat diberikan kepada
pengusaha pabrik dalam j angka wakt u:
a. paling lama 90 (sembilan puluh) hari sej ak t anggal
pemesanan pit a cukai bagi yang melaksanakan pelunasan
dengan cara pelekat an pit a cukai sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 7 ayat (3) huruf b;
b. paling lama 45 (empat puluh lima) hari sej ak t anggal
pengeluaran barang kena cukai bagi yang melaksanakan
pelunasan dengan cara pembubuhan t anda pelunasan
cukai lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat
(3) huruf c.
(3) Penundaan pembayaran cukai dapat diberikan kepada
import ir barang kena cukai dalam j angka wakt u paling lama
60 (enam puluh) hari sej ak t anggal pemesanan pit a cukai bagi
yang melaksanakan pelunasan dengan cara pelekat an pit a
cukai sebagaimana dimaksud dal am Pasal 7 ayat (3) huruf b.
(4) Unt uk pembayaran secara berkala sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) pengusaha pabrik waj ib menyerahkan j aminan.
(5) Unt uk mendapat penundaan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) dan ayat (3), pengusaha pabrik at au import ir barang kena
cukai waj ib menyerahkan j aminan.
(6) Jenis dan besaran j aminan sebagaimana dimaksud pada ayat
(4) dan ayat (5) diat ur dengan at au berdasarkan perat uran
ment eri.
(7) Pengusaha pabrik yang pelunasan cukainya dengan cara
pembayaran berkala sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
yang t idak membayar cukai sampai dengan j angka wakt u
pembayaran secara berkala berakhir, waj ib membayar cukai
yang t erut ang dan dikenai sanksi administ rasi berupa denda
sebesar 10% (sepul uh persen) dari nilai cukai yang t erut ang.
(8) Pengusaha pabrik at au import ir barang kena cukai yang
mendapat penundaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dan ayat (3) yang t idak membayar cukai sampai dengan j at uh
t empo penundaan, waj ib membayar cukai yang t erut ang dan
dikenai sanksi administ rasi berupa denda sebesar 10%
(sepuluh persen) dari nilai cukai yang t erut ang.
(9) Ket ent uan lebih lanj ut mengenai pembayaran secara berkala
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan penundaan

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-7sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diat ur
dengan at au berdasarkan perat uran ment eri.
11. Ket ent uan Pasal 8 ayat (3) dan ayat (4) diubah, dan di ant ara ayat
(2) dan ayat (3) disisipkan 1 (sat u) ayat , yakni ayat (2a) sehingga
Pasal 8 berbunyi sebagai berikut :
Pasal 8
(1) Cukai t idak dipungut at as barang kena cukai sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) t erhadap:
a. t embakau iris yang dibuat dari t embakau hasil t anaman di
Indonesia yang t idak dikemas unt uk penj ualan eceran at au
dikemas unt uk penj ualan eceran dengan bahan pengemas
t radisional yang lazim dipergunakan, apabila dalam
pembuat annya t idak dicampur at au dit ambah dengan
t embakau yang berasal dari luar negeri at au bahan lain
yang lazim dipergunakan dalam pembuat an hasil
t embakau dan/ at au pada kemasannya at aupun t embakau
irisnya t idak dibubuhi merek dagang, et iket , at au yang
sej enis it u;
b. minuman yang mengandung et il alkohol hasil peragian
at au penyulingan yang dibuat oleh rakyat di Indonesia
secara sederhana, semat a-mat a unt uk mat a pencaharian
dan t idak dikemas unt uk penj ualan eceran.
(2) Cukai j uga t idak dipungut at as barang kena cukai apabila:
a. diangkut t erus at au diangkut lanj ut dengan t uj uan luar
daerah pabean;
b. diekspor;
c. dimasukkan ke dalam pabrik at au t empat penyimpanan;
d. digunakan sebagai bahan baku at au bahan penolong dalam
pembuat an barang hasil akhir yang merupakan barang
kena cukai;
e. t elah musnah at au rusak sebelum dikeluarkan dari pabrik,
t empat penyimpanan at au sebel um diberikan perset uj uan
impor unt uk dipakai.
(2a) Perubahan barang kena cukai yang t idak dipungut cukai
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan perubahan t uj uan
barang kena cukai yang t idak dipungut cukai sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dit et apkan oleh Ment eri.
(3) Pengusaha pabrik, pengusaha t empat penyimpanan, import ir
barang kena cukai, at au set iap orang yang melanggar
ket ent uan t ent ang t idak dipungut nya cukai sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dikenai sanksi administ rasi berupa
denda paling sedikit 2 (dua) kal i nilai cukai dan paling banyak
10 (sepuluh) kali nilai cukai yang seharusnya dibayar.
(4) Ket ent uan lebih lanj ut mengenai pelaksanaan ayat (1) dan
ayat (2) diat ur dengan at au berdasarkan perat uran ment eri.
12.

Ket ent uan Pasal 9 ayat (3) dan ayat (4) diubah, dan di ant ara ayat
(1) dan ayat (2) disisipkan 1 (sat u) ayat , yakni ayat (1a) sehingga
Pasal 9 berbunyi sebagai berikut :

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-8Pasal 9
Pembebasan cukai dapat diberikan at as barang kena cukai:
a. yang digunakan sebagai bahan baku at au bahan penolong
dalam pembuat an barang hasil akhir yang bukan
merupakan barang kena cukai;
b. unt uk keperluan penelit ian dan pengembangan ilmu
penget ahuan;
c. unt uk keperluan perwakilan negara asing besert a para
pej abat nya yang bert ugas di Indonesia berdasarkan asas
t imbal balik;
d. unt uk keperluan t enaga ahli bangsa asing yang bert ugas
pada badan at au organisasi int ernasional di Indonesia;
e. yang dibawa oleh penumpang, awak sarana pengangkut ,
pelint as bat as at au kiriman dari luar negeri dalam j umlah
yang dit ent ukan;
f . yang dipergunakan unt uk t uj uan sosial;
g. yang dimasukkan ke dalam t empat penimbunan berikat .
(1a) Perubahan t uj uan barang kena cukai yang diberikan
pembebasan cukai sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dit et apkan oleh Ment eri.
(2) Pembebasan cukai dapat j uga diberikan at as barang kena
cukai t ert ent u yait u:
a. et il alkohol yang dirusak sehingga t idak baik unt uk
diminum;
b. minuman yang mengandung et il alkohol dan hasil
t embakau, yang dikonsumsi ol eh penumpang dan awak
sarana pengangkut yang berangkat langsung ke luar
daerah pabean.
(3) Pengusaha pabrik, pengusaha t empat penyimpanan, import ir
barang kena cukai, at au set iap orang yang melanggar
ket ent uan t ent ang pembebasan cukai sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) at au ayat (2), dikenai sanksi administ rasi
berupa denda paling sedikit 2 (dua) kali nil ai cukai dan paling
banyak 10 (sepuluh) kali nilai cukai yang seharusnya dibayar.
(4) Ket ent uan lebih lanj ut mengenai t at a cara pembebasan cukai
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diat ur
dengan at au berdasarkan perat uran ment eri.
(1)

13.

Ket ent uan Pasal 10 ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diubah, dan di
ant ara ayat (2) dan ayat (3) disisipkan 3 (t iga) ayat , yakni ayat
(2a), ayat (2b), dan ayat (2c) sehingga Pasal 10 berbunyi sebagai
berikut :
Pasal 10
(1) Penagihan dilakukan at as:
a. ut ang cukai yang t idak dibayar pada wakt unya;
b. kekurangan cukai; dan/ at au
c. sanksi administ rasi berupa denda.
(2) Ut ang cukai, kekurangan cukai, dan sanksi administ rasi
berupa denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) waj ib
dibayar paling lama 30 (t iga puluh) hari sej ak t anggal
dit erima surat t agihan.

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-9(2a) Pembayaran ut ang cukai, kekurangan cukai, dan/ at au sanksi
administ rasi berupa denda sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), yang melebihi j angka wakt u sebagaimana dimaksud pada
ayat (2), dikenai bunga sebesar 2% (dua persen) set iap bulan
unt uk paling lama 24 (dua puluh empat ) bulan dari nilai ut ang
cukai, kekurangan cukai, dan/ at au sanksi administ rasi berupa
denda yang t idak dibayar.
(2b) Dalam hal t ert ent u, at as permint aan pengusaha pabrik,
Direkt ur Jenderal dapat memberikan kemudahan unt uk
mengangsur pembayaran t agihan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dalam j angka wakt u paling lama 12 (dua belas) bulan
dan dikenai bunga sebesar 2% (dua persen) set iap bulan.
(2c) Pembayaran ut ang cukai, kekurangan cukai, dan sanksi
administ rasi berupa denda sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) dan bunga sebagaimana dimaksud pada ayat (2a)
j umlahnya dibulat kan dalam ribuan rupiah.
(3) Ket ent uan lebih lanj ut mengenai t at a cara penagihan dan
pengangsuran diat ur dengan at au berdasarkan perat uran
ment eri.
14. Ket ent uan Pasal 12 diubah sehingga Pasal 12 berbunyi sebagai
berikut :
Pasal 12
(1) Pengembal ian cukai yang t elah dibayar diberikan dalam hal:
a. t erdapat
kelebihan pembayaran karena kesalahan
penghit ungan;
b. barang kena cukai diekspor;
c. barang kena cukai diolah kembali di pabrik at au
dimusnahkan;
d. barang kena cukai mendapat
pembebasan cukai
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9;
e. pit a cukai dikembalikan karena rusak at au t idak dipakai;
at au
f . t erdapat kelebihan pembayaran sebagai akibat put usan
Pengadilan Paj ak.
(2) Pengembal ian cukai sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan paling lama 30 (t iga puluh) hari sej ak
dit et apkannya kelebihan pembayaran.
(3) Apabila pengembalian cukai dil akukan set elah j angka wakt u
30 (t iga puluh) hari sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
pemerint ah memberikan bunga 2% (dua persen) perbulan,
dihit ung set elah j angka wakt u t ersebut berakhir sampai
dengan saat dilakukan pengembalian.
(4) Ket ent uan lebih lanj ut mengenai pengembalian cukai diat ur
dengan at au berdasarkan perat uran ment eri.
15. Ket ent uan Pasal 14 ayat (1), ayat (2), ayat (4), ayat (5), ayat (6),
ayat (7), dan ayat (8) diubah; di ant ara ayat (1) dan ayat (2)
disisipkan 3 (t iga) ayat , yakni ayat (1a), ayat (1b), dan ayat (1c);
di ant ara ayat (3) dan ayat (4) disisipkan 1 (sat u) ayat , yakni ayat

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

- 10 (3a); di ant ara ayat (5) dan ayat (6) disisipkan 2 (dua) ayat , yakni
ayat (5a) dan ayat (5b) sehingga Pasal 14 berbunyi sebagai berikut :

(1)

(1a)

(1b)

(1c)

(2)

(3)

(3a)

(4)

Pasal 14
Set iap orang yang akan menj alankan kegiat an sebagai:
a. pengusaha pabrik;
b. pengusaha t empat penyimpanan;
c. import ir barang kena cukai;
d. penyalur; at au
e. pengusaha t empat penj ualan eceran,
waj ib memiliki izin berupa Nomor Pokok Pengusaha Barang
Kena Cukai dari Ment eri.
Kewaj iban memiliki izin unt uk menj alankan kegiat an sebagai
penyalur sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d at au
pengusaha t empat penj ualan eceran sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf e berlaku unt uk et il alkohol dan minuman
yang mengandung et il alkohol .
Kewaj iban memiliki izin unt uk menj alankan kegiat an sebagai
penyalur at au pengusaha t empat penj ualan eceran selain et il
alkohol dan minuman yang mengandung et il alkohol
sebagaimana dimaksud pada ayat (1a) dit et apkan dengan
perat uran ment eri.
Import ir barang kena cukai yang t elah memiliki izin berupa
Nomor Pokok Pengusaha Barang Kena Cukai sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf c dapat melaksanakan impor
barang kena cukai.
Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan kepada:
a. orang yang berkedudukan di Indonesia; at au
b. orang yang secara sah mewakili badan hukum at au orang
pribadi yang berkedudukan di l uar Indonesia.
Dalam hal pemegang izin sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) huruf a adalah orang pribadi, apabila yang bersangkut an
meninggal dunia, izin dapat dipergunakan selama dua belas
bulan sej ak t anggal meninggal yang bersangkut an ol eh ahli
waris at au yang dikuasakan dan set elah lewat j angka wakt u
t ersebut , izin waj ib diperbaharui.
Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dibekukan,
dalam hal :
a. adanya bukt i permulaan yang cukup bahwa pemegang izin
melakukan pelanggaran pidana di bidang cukai;
b. adanya bukt i yang cukup sehingga persyarat an perizinan
t idak lagi dipenuhi; at au
c. pemegang izin berada dalam pengawasan kurat or
sehubungan dengan ut angnya.
Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dicabut
dalam hal :
a. at as permohonan pemegang izin yang bersangkut an;
b. t idak dilakukan kegiat an selama 1 (sat u) t ahun;
c. persyarat an perizinan t idak lagi dipenuhi;

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

- 11 d. pemegang izin t idak lagi secara sah mewakili badan
hukum at au orang pribadi yang berkedudukan di luar
Indonesia;
e. pemegang izin dinyat akan pailit ;
f . t idak dipenuhi ket ent uan sebagaimana dimaksud pada
ayat (3);
g. pemegang izin dipidana berdasarkan keput usan hakim
yang t elah mempunyai kekuat an hukum t et ap karena
melanggar ket ent uan undang-undang ini;
h. pemegang izin melanggar ket ent uan Pasal 30; at au
i. Izin berupa Nomor Pokok Pengusaha Barang Kena Cukai
dipindaht angankan, dikuasakan, dan/ at au dikerj asamakan
dengan orang/ pihak l ain t anpa perset uj uan Ment eri.
(5)
Dalam hal izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dicabut ,
t erhadap barang kena cukai yang belum dilunasi cukainya
yang masih berada di dalam pabrik at au t empat penyimpanan
harus dilunasi cukainya dan dikeluarkan dari pabrik at au
t empat penyimpanan dalam wakt u 30 (t iga puluh) hari sej ak
dit erimanya surat keput usan pencabut an izin.
(5a) Dalam hal ket ent uan sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
t idak dipenuhi, barang kena cukai sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 ayat (1) huruf a, huruf b, dan huruf c
dimusnahkan.
(5b) Dalam hal ket ent uan sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
t idak dipenuhi, barang kena cukai sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 ayat (1) huruf d diat ur l ebih lanj ut dengan
perat uran ment eri.
(6)
Ket ent uan mengenai pelunasan sebagaimana dimaksud pada
ayat (5) t idak berlaku bagi import ir barang kena cukai,
penyalur, dan pengusaha t empat penj ualan eceran.
(7)
Set iap orang yang menj alankan kegiat an sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) t anpa memiliki izin dikenai sanksi
administ rasi berupa denda paling sedikit Rp20. 000. 000, 00
(dua puluh j ut a rupiah) dan paling banyak Rp200. 000. 000, 00
(dua rat us j ut a rupiah).
(8)
Ket ent uan lebih lanj ut mengenai perizinan diat ur dengan
at au berdasarkan perat uran pemerint ah.
16. Judul BAB VI diubah sehingga BAB VI berbunyi sebagai berikut :
BAB VI
PEMBUKUAN DAN PENCACAHAN
17. Judul Bagian Pert ama diubah sehingga Bagian Pert ama berbunyi
sebagai berikut :
Bagian Pert ama
Pembukuan
18. Ket ent uan Pasal 16 diubah sehingga Pasal 16 berbunyi sebagai
berikut :

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

- 12 Pasal 16
(1) Pengusaha pabrik, pengusaha t empat penyimpanan, import ir
barang kena cukai, at au penyalur yang waj ib memiliki izin
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) huruf a, huruf
b, huruf c, dan huruf d waj ib menyelenggarakan pembukuan.
(2) Dikecualikan dari kewaj iban sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) t et api waj ib melakukan pencat at an adalah pengusaha
pabrik skala kecil, penyalur skala kecil yang waj ib memiliki
izin, dan pengusaha t empat penj ual an eceran yang waj ib
memiliki izin.
(3) Pengusaha pabrik waj ib memberit ahukan secara berkala
kepada Kepala Kant or t ent ang barang kena cukai yang selesai
dibuat .
(4) Pengusaha pabrik, pengusaha t empat penyimpanan, import ir
barang kena cukai, at au penyalur yang waj ib memiliki izin,
yang t idak menyelenggarakan pembukuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi administ rasi berupa
denda sebesar Rp50. 000. 000, 00 (lima puluh j ut a rupiah).
(5) Pengusaha pabrik skala kecil, penyalur skala kecil yang waj ib
memiliki izin, dan pengusaha t empat penj ualan eceran yang
waj ib memiliki izin, yang t idak melakukan pencat at an
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dikenai sanksi
administ rasi berupa denda sebesar Rp10. 000. 000, 00 (sepuluh
j ut a rupiah).
(6) Pengusaha pabrik yang t idak memberit ahukan barang kena
cukai yang selesai dibuat sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dikenai sanksi administ rasi berupa denda sebesar 2 (dua) kali
nilai cukai dari barang kena cukai yang t idak diberit ahukan.
(7) Ket ent uan lebih lanj ut mengenai pencat at an sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dan pemberit ahuan mengenai barang
kena cukai yang selesai dibuat sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) diat ur dengan at au berdasarkan perat uran ment eri.
19.

Di ant ara Pasal 16 dan Pasal 17 disisipkan 2 (dua) pasal, yakni Pasal
16A dan Pasal 16B sehingga berbunyi sebagai berikut :
Pasal 16A
(1) Pembukuan waj ib diselenggarakan dengan baik yang
mencerminkan keadaan at au kegiat an usaha yang sebenarnya
dan sekurang-kurangnya t erdiri dari cat at an mengenai hart a,
kewaj iban, modal , pendapat an, biaya, dan arus keluar
masuknya barang kena cukai.
(2) Pembukuan waj ib diselenggarakan di Indonesia dengan
menggunakan huruf lat in, angka arab, mat a uang rupiah, sert a
bahasa Indonesia, at au dengan mat a uang asing dan bahasa
lain yang diizinkan oleh Ment eri.
(3) Laporan keuangan, buku, cat at an dan dokumen yang menj adi
bukt i dasar pembukuan, dan dokumen l ain yang berkait an
dengan kegiat an usaha sert a surat yang berkait an dengan
kegiat an di bidang cukai waj ib disimpan selama 10 (sepuluh)
t ahun pada t empat usahanya di Indonesia.

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

- 13 (4) Ket ent uan lebih lanj ut mengenai pedoman penyelenggaraan
pembukuan diat ur dengan at au berdasarkan perat uran
ment eri.
Pasal 16B
Pengusaha pabrik, pengusaha t empat penyimpanan, import ir
barang kena cukai, at au penyalur yang waj ib memiliki izin, yang
t idak melaksanakan ket ent uan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
16A dikenai
sanksi
administ rasi
berupa
denda
sebesar
Rp25. 000. 000, 00 (dua puluh lima j ut a rupiah).
20.

Ket ent uan Pasal 17 ayat (2) diubah sehingga Pasal 17 berbunyi
sebagai berikut :
Pasal 17
(1) Pej abat bea dan cukai waj ib menyelenggarakan buku rekening
barang kena cukai unt uk set iap pengusaha pabrik at au
pengusaha t empat penyimpanan mengenai barang kena cukai
t ert ent u yang masih t erut ang cukai dan berada di pabrik at au
t empat penyimpanan.
(2) Pej abat bea dan cukai mencat at barang kena cukai
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (3) dan Pasal 25
ayat (1) at au ayat (3) yang masih t erut ang cukai ke dalam buku
rekening barang kena cukai.
(3) Pengusaha pabrik at au pengusaha t empat penyimpanan
bert anggung j awab at as ut ang cukai dari barang kena cukai
yang ada menurut buku rekening barang kena cukai.

21. Ket ent uan Pasal 18 ayat (1) diubah sehingga Pasal 18 berbunyi
sebagai berikut :
Pasal 18
(1) Buku rekening barang kena cukai dit ut up pada set iap akhir
t ahun kalender.
(2) Buku rekening barang kena cukai j uga dit ut up set elah
dilakukan pencacahan at au at as permint aan pengusaha pabrik
at au pengusaha t empat penyimpanan.
(3) Ket ent uan t ent ang buku rekening barang kena cukai
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), sert a dalam
Pasal 17 ayat (1) dan ayat (2) diat ur lebih lanj ut oleh Ment eri.
22.

Ket ent uan Pasal 19 ayat (1) dan ayat (2) diubah, dan di ant ara ayat
(1) dan ayat (2) disisipkan 1 (sat u) ayat , yakni ayat (1a) sehingga
Pasal 19 berbunyi sebagai berikut :
Pasal 19
(1)
Pej abat bea dan cukai waj ib menyelenggarakan buku
rekening kredit unt uk set iap pengusaha pabrik yang
mendapat kan kemudahan pembayaran berkala sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7A ayat (1).
(1a) Pej abat bea dan cukai waj ib menyelenggarakan buku
rekening kredit unt uk set iap pengusaha pabrik at au import ir
barang kena cukai mengenai cukai yang mendapat kan

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

- 14 -

(2)

penundaan pembayaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal
7A ayat (2) dan ayat (3).
Ket ent uan lebih lanj ut mengenai buku rekening kredit
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (1a) diat ur
dengan at au berdasarkan perat uran ment eri.

23.

Pasal 20 t et ap dengan perubahan penj elasan Pasal 20 ayat (2)
sehingga penj elasan Pasal 20 menj adi sebagaimana dit et apkan
dalam penj elasan pasal demi pasal undang-undang ini.

24.

Ket ent uan Pasal 25 ayat (4) dan ayat (5) diubah, dan di ant ara ayat
(4) dan ayat (5) disisipkan 1 (sat u) ayat , yakni ayat (4a) sehingga
Pasal 25 berbunyi sebagai berikut :
Pasal 25
(1) Pemasukan at au pengeluaran barang kena cukai ke at au dari
pabrik at au t empat penyimpanan, waj ib diberit ahukan kepada
Kepala Kant or dan dilindungi dengan dokumen cukai.
(2) Pemasukan at au pengeluaran barang kena cukai sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan di bawah pengawasan
pej abat bea dan cukai.
(3) Dalam hal pemasukan at au pengeluaran barang kena cukai di
bawah pengawasan pej abat bea dan cukai, yang menj adi dasar
unt uk membukukan dalam buku rekening barang kena cukai
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 adalah yang didapat i
oleh pej abat bea dan cukai yang bersangkut an.
(4) Pengusaha pabrik at au pengusaha t empat penyimpanan yang
mengeluarkan barang kena cukai dari pabrik at au t empat
penyimpanan,
yang
t idak
melaksanakan
ket ent uan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi
administ rasi berupa denda sebesar 2 (dua) kali nilai cukai dari
barang kena cukai yang dikeluarkan.
(4a)
Pengusaha pabrik at au pengusaha t empat penyimpanan,
yang memasukkan barang kena cukai ke pabrik at au t empat
penyimpanan t anpa mengindahkan ket ent uan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi administ rasi berupa
denda paling sedikit Rp10. 000. 000, 00 (sepuluh j ut a rupiah) dan
paling banyak Rp50. 000. 000, 00 (lima puluh j ut a rupiah).
(5) Ket ent uan lebih lanj ut mengenai pemasukan at au pengeluaran
barang kena cukai sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat
(2), dan ayat (3) diat ur dengan at au berdasarkan perat uran
ment eri.

25. Ket ent uan Pasal 26 ayat (3) dan ayat (4) diubah sehingga Pasal 26
berbunyi sebagai berikut :
Pasal 26
(1) Dalam keadaan darurat , barang kena cukai yang belum dilunasi
cukainya dapat dipindahkan ke luar pabrik at au t empat
penyimpanan t anpa dilindungi dokumen cukai.
(2) Pemindahan barang kena cukai sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) harus segera dilaporkan kepada Kepala Kant or dalam
j angka wakt u yang dit et apkan.

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

- 15 (3) Pengusaha pabrik at au pengusaha t empat penyimpanan yang
t idak melaporkan pemindahan barang kena cukai yang belum
dilunasi cukainya karena keadaan darurat sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dikenai sanksi administ rasi berupa
denda paling sedikit Rp1. 000. 000, 00 (sat u j ut a rupiah) dan
paling banyak Rp10. 000. 000, 00 (sepuluh j ut a rupiah).
(4) Ket ent uan lebih lanj ut mengenai pelaksanaan ayat (1) dan
ayat (2) diat ur dengan at au berdasarkan perat uran ment eri.
26. Ket ent uan Pasal 27 ayat (3), ayat (4), dan ayat (5) diubah sehingga
Pasal 27 berbunyi sebagai berikut :

(1)
(2)
(3)

(4)

(5)

Pasal 27
Pengangkut an barang kena cukai yang belum dilunasi cukainya
harus dilindungi dengan dokumen cukai.
Pengangkut an barang kena cukai t ert ent u, walaupun sudah
dilunasi cukainya, harus dilindungi dengan dokumen cukai.
Set iap orang yang t idak memenuhi ket ent uan t ent ang
pengangkut an barang kena cukai yang belum dilunasi cukainya
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi
administ rasi berupa denda paling sedikit 2 (dua) kali nilai cukai
dan paling banyak 10 (sepuluh) kali nilai cukai yang seharusnya
dibayar.
Set iap orang yang t idak memenuhi ket ent uan t ent ang
pengangkut an barang kena cukai sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dikenai sanksi administ rasi berupa denda paling sedikit
Rp5. 000. 000, 00 (lima j ut a rupiah) dan paling banyak
Rp50. 000. 000, 00 (lima puluh j ut a rupiah).
Ket ent uan lebih lanj ut mengenai pengangkut an barang kena
cukai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diat ur
dengan at au berdasarkan perat uran ment eri.

27. Ket ent uan Pasal 29 ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diubah, dan di
ant ara ayat (2) dan ayat (3) disisipkan 1 (sat u) ayat , yakni ayat (2a)
sehingga Pasal 29 berbunyi sebagai berikut :
Pasal 29
Barang kena cukai yang pelunasan cukainya dengan cara
pelekat an pit a cukai at au pembubuhan t anda pelunasan cukai
lainnya hanya boleh dit awarkan, diserahkan, dij ual, at au
disediakan unt uk dij ual, set elah dikemas unt uk penj ualan
eceran dan dilekat i pit a cukai at au dibubuhi t anda pelunasan
cukai lainnya yang diwaj ibkan.
(2)
Barang kena cukai yang pelunasan cukainya dengan cara
pelekat an pit a cukai at au pembubuhan t anda pelunasan cukai
lainnya yang berada dalam t empat penj ualan eceran at au
t empat lain yang kegiat annya adalah unt uk menj ual dianggap
disediakan unt uk dij ual.
(2a) Pengusaha pabrik at au import ir barang kena cukai yang
melekat kan pit a cukai at au membubuhkan t anda pelunasan
cukai lainnya pada barang kena cukai yang t idak sesuai
(1)

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

- 16 -

(3)

dengan pit a cukai at au t anda pelunasan cukai lainnya yang
diwaj ibkan, yang menyebabkan kekurangan pembayaran
cukai, waj ib mel unasi cukainya dan dikenai sanksi
administ rasi berupa denda paling sedikit 2 (dua) kali nilai
cukai dan paling banyak 10 (sepul uh) kali nilai cukai dari nilai
cukai yang seharusnya dilunasi.
Ket ent uan lebih lanj ut mengenai pelaksanaan ayat (1) dan
ayat (2) diat ur dengan at au berdasarkan perat uran ment eri.

28. Ket ent uan Pasal 31 ayat (3) diubah sehingga Pasal 31 berbunyi
sebagai berikut :

(1)

(2)

(3)

Pasal 31
Di dalam t empat penyimpanan dilarang:
a. menyimpan barang kena cukai yang t elah dilunasi
cukainya at au yang mendapat kan pembebasan cukai;
b. menyimpan barang selain barang kena cukai yang
dit et apkan dalam surat izin bersangkut an.
Barang kena cukai yang t elah dilunasi cukainya at au yang
mendapat kan pembebasan cukai yang kedapat an berada di
dalam t empat penyimpanan dianggap bel um dilunasi cukainya
at au t idak mendapat kan pembebasan cukai.
Pengusaha t empat penyimpanan yang melanggar ket ent uan
mengenai larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b dikenai sanksi administ rasi berupa denda paling
sedikit Rp5. 000. 000, 00 (lima j ut a rupiah) dan paling banyak
Rp50. 000. 000, 00 (lima puluh j ut a rupiah).

29. Ket ent uan Pasal 32 diubah sehingga Pasal 32 berbunyi sebagai
berikut :

(1)

(2)

Pasal 32
Di dalam pabrik, t empat usaha import ir barang kena cukai,
t empat usaha penyal ur, dan t empat penj ualan eceran, yang
pelunasan cukainya dengan cara pelekat an pit a cukai at au
pembubuhan t anda pelunasan cukai lainnya dilarang:
a. menyimpan at au menyediakan pit a cukai dan/ at au t anda
pelunasan cukai lainnya yang t elah dipakai; dan/ at au
b. menyimpan at au menyediakan pengemas barang kena cukai
yang t elah dipakai dengan pit a cukai dan/ at au t anda
pelunasan cukai lainnya yang masih ut uh.
Pengusaha pabrik, import ir barang kena cukai, penyal ur, at au
pengusaha t empat penj ualan eceran, yang pelunasan cukainya
dengan cara pelekat an pit a cukai at au pembubuhan t anda
pelunasan cukai lainnya, yang melanggar ket ent uan larangan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi
administ rasi berupa denda paling sedikit 2 (dua) kali nilai
cukai dan paling banyak 10 (sepuluh) kali nilai cukai dari pit a
cukai at au t anda pelunasan cukai lainnya yang didapat i t elah
dipakai.

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

- 17 30. Ket ent uan Pasal 33 diubah sehingga Pasal 33 berbunyi sebagai
berikut :

(1)

(2)

(3)

Pasal 33
Pej abat bea dan cukai berwenang:
a. mengambil t indakan yang diperlukan at as barang kena cukai
dan/ at au barang lainnya yang t erkait dengan barang kena
cukai berupa penghent ian, pemeriksaan, penegahan, dan
penyegelan unt uk melaksanakan undang-undang ini;
b. mengambil t indakan yang diperlukan berupa t idak melayani
pemesanan pit a cukai at au t anda pelunasan cukai lainnya;
dan
c. menegah barang kena cukai, barang lainnya yang t erkait
dengan barang kena cukai, dan/ at au sarana pengangkut .
Dalam melaksanakan kewenangan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) pej abat bea dan cukai dapat dilengkapi dengan
senj at a api yang j enis dan syarat -syarat penggunaannya diat ur
dengan perat uran pemerint ah.
Ket ent uan lebih lanj ut mengenai t at a cara penindakan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan
huruf b
sert a penegahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
diat ur dengan at au berdasarkan perat uran pemerint ah.

31. Ket ent uan Pasal 34 diubah sehingga Pasal 34 berbunyi sebagai
berikut :

(1)

(2)

32.

Pasal 34
Dalam melaksanakan t ugas berdasarkan undang-undang ini
pej abat bea dan cukai dapat memint a bant uan Kepolisian
Republik Indonesia, Tent ara Nasional Indonesia, dan/ at au
inst ansi lainnya.
At as permint aan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Kepolisian Republik Indonesia, Tent ara Nasional Indonesia,
dan/ at au inst ansi lainnya waj ib unt uk memenuhinya.

Judul Bagian Kedua pada Bab X diubah sehingga Bagian Kedua pada
BAB X berbunyi sebagai berikut :
Bagian Kedua
Pemeriksaan

33.

Ket ent uan Pasal 35 diubah sehingga Pasal 35 berbunyi sebagai
berikut :

(1)

Pasal 35
Pej abat bea dan cukai berwenang melakukan pemeriksaan
t erhadap:
a. pabrik, t empat penyimpanan, at au t empat lain yang
digunakan unt uk menyimpan barang kena cukai dan/ at au
barang lainnya yang t erkait dengan barang kena cukai, yang

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

- 18 -

(2)

(3)

(4)

belum dil unasi cukainya at au memperoleh pembebasan
cukai;
b. bangunan at au t empat lain yang secara langsung at au t idak
langsung berhubungan dengan bangunan at au t empat
sebagaimana dimaksud pada huruf a;
c. t empat usaha penyalur, t empat penj ual an eceran, at au
t empat lain yang bukan rumah t inggal , yang di dal amnya
t erdapat barang kena cukai; dan
d. barang kena cukai dan/ at au barang lainnya yang t erkait
dengan barang kena cukai yang berada di t empat
sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c.
Dalam melakukan pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), pej abat bea dan cukai berwenang mengambil cont oh
barang kena cukai.
Dalam melakukan pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf d, pej abat bea dan cukai berwenang memint a
cat at an sediaan barang, dokumen cukai, dan/ at au dokumen
pelengkap cukai, yang waj ib diselenggarakan berdasarkan
undang-undang ini.
Set iap orang yang menyebabkan pej abat bea dan cukai t idak
dapat mel aksanakan ket ent uan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) dikenai sanksi administ rasi
berupa denda paling sedikit Rp10. 000. 000, 00 (sepuluh j ut a
rupiah) dan paling banyak Rp100. 000. 000, 00 (serat us j ut a
rupiah).

34. Ket ent uan Pasal 36 ayat (1) dan ayat (2) diubah, dan di ant ara ayat
(1) dan ayat (2) disisipkan 1 (sat u) ayat , yakni ayat (1a) sehingga
Pasal 36 berbunyi sebagai berikut :
Pasal 36
(1) Pengusaha pabrik, pengusaha t empat penyimpanan, import ir
barang kena cukai, penyalur, pengusaha t empat penj ualan
eceran, pengguna barang kena cukai yang mendapat kan
f asilit as pembebasan cukai sebagaimana dimaksud dal am Pasal
9,
yang t erhadapnya dilakukan
pemeriksaan,
waj ib
menyediakan t enaga, peralat an, dan menyerahkan buku,
cat at an, dan/ at au dokumen yang waj ib diselenggarakan
berdasarkan undang-undang ini.
(1a) Dalam hal pengusaha pabrik, pengusaha t empat penyimpanan,
import ir barang kena cukai, penyalur, pengusaha t empat
penj ualan eceran, pengguna barang kena cukai yang
mendapat kan f asilit as pembebasan cukai sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9, yang t erhadapnya dilakukan
pemeriksaan, t idak berada di t empat at au berhalangan,
kewaj iban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) beralih
kepada yang mewakilinya.
(2) Pengusaha pabrik, pengusaha t empat penyimpanan, import ir
barang kena cukai, penyalur, pengusaha t empat penj ualan
eceran, pengguna barang kena cukai yang mendapat kan
f asilit as pembebasan cukai sebagaimana dimaksud dal am Pasal

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

- 19 9, yang t erhadapnya dilakukan pemeriksaan, yang t idak
menyediakan t enaga at au peral at an at au t idak menyerahkan
buku, cat at an, dan/ at au dokumen pada wakt u dilakukan
pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai
sanksi
administ rasi
berupa
denda
paling
sedikit
Rp25. 000. 000, 00 (dua puluh lima j ut a rupiah) dan paling
banyak Rp250. 000. 000, 00 (dua rat us lima puluh j ut a rupiah).
35. Ket ent uan Pasal 37 ayat (1) dan ayat (4) diubah sehingga Pasal 37
berbunyi sebagai berikut :

(1)

(2)

(3)

(4)

Pasal 37
Pej abat bea dan cukai berwenang unt uk menghent ikan dan
memeriksa sarana pengangkut sert a barang kena cukai
dan/ at au barang lainnya yang t erkait dengan barang kena
cukai yang berada di sarana pengangkut .
Pengangkut waj ib menunj ukkan dokumen cukai dan/ at au
dokumen pelengkap cukai yang diwaj ibkan menurut undangundang ini.
Sarana pengangkut yang disegel oleh dinas pos at au penegak
hukum lain, dikecualikan dari pemeriksaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1).
Set iap orang yang menyebabkan pej abat bea dan cukai t idak
dapat mel aksanakan ket ent uan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan pengangkut yang t idak mengindahkan ket ent uan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dikenai sanksi
administ rasi berupa denda paling sedikit Rp2. 500. 000, 00 (dua
j ut a
lima
rat us ribu
rupiah)
dan
paling banyak
Rp25. 000. 000, 00 (dua puluh lima j ut a rupiah).

36. Ket ent uan Pasal 39 ayat (1) dan ayat (2) diubah, dan di ant ara ayat
(1) dan ayat (2) disisipkan 3 (t iga) ayat , yakni ayat (1a), ayat (1b),
dan ayat (1c), sert a dit ambah 1 (sat u) ayat , yakni ayat (3) sehingga
Pasal 39 berbunyi sebagai berikut :
Pasal 39
(1)
Pej abat bea dan cukai berwenang melakukan audit cukai
t erhadap pengusaha pabrik, pengusaha t empat penyimpanan,
import ir barang kena cukai, penyalur, dan pengguna barang
kena cukai yang mendapat kan f asilit as pembebasan cukai
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9.
(1a) Dalam melaksanakan audit cukai sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), pej abat bea dan cukai berwenang:
a. memint a l aporan keuangan, buku, cat at an dan dokumen
yang menj adi bukt i dasar pembukuan, dan dokumen lain
yang berkait an dengan kegiat an usaha, t ermasuk dat a
elekt ronik sert a surat yang berkait an dengan kegiat an di
bidang cukai;
b. memint a ket erangan lisan dan/ at au t ert ulis kepada
pengusaha pabrik,
pengusaha t empat penyimpanan,
import ir barang kena cukai, penyalur, pengguna barang

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

- 20 kena cukai yang mendapat kan f asilit as pembebasan cukai
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9, dan/ at au pihak
lain yang t erkait ;
c. memasuki bangunan at au ruangan t empat unt uk
menyimpan laporan keuangan, buku, cat at an dan
dokumen yang menj adi bukt i dasar pembukuan, dan
dokumen l ain yang berkait an dengan kegiat an usaha,
t ermasuk sarana/ media penyimpan dat a elekt ronik, pit a
cukai at au t anda pelunasan cukai lainnya, sediaan
barang, dan/ at au barang yang dapat memberi pet unj uk
t ent ang keadaan kegiat an usaha dan/ at au t empat lain
yang dianggap pent ing, sert a melakukan pemeriksaan di
t empat t ersebut ; at au
d. melakukan t indakan pengamanan yang dipandang perlu
t erhadap bangunan at au ruangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf c.
(1b) Pengusaha pabrik, pengusaha t empat penyimpanan, import ir
barang kena cukai, penyalur, at au pengguna barang kena
cukai yang mendapat kan f asilit as pembebasan cukai
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9, yang t erhadapnya
dilakukan audit cukai, waj ib memberikan ket erangan lisan
dan/ at au t ert ulis, menyediakan t enaga, peralat an, dan
menyerahkan laporan keuangan, buku, cat at an dan dokumen
yang menj adi bukt i dasar pembukuan, dan dokumen l ain yang
berkait an dengan kegiat an usaha, t ermasuk dat a el ekt ronik
sert a surat yang berkait an dengan kegiat an di bidang cukai.
(1c) Dalam
hal
pengusaha
pabrik,
pengusaha
t empat
penyimpanan, import ir barang kena cukai, penyalur, at au
pengguna barang kena cukai yang mendapat kan f asilit as
pembebasan cukai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9,
yang t erhadapnya dilakukan audit cukai, t idak berada di
t empat at au berhalangan, kewaj iban sebagaimana dimaksud
pada ayat (1b) beralih kepada yang mewakil inya.
(2)
Set iap orang yang menyebabkan pej abat bea dan cukai t idak
dapat menj alankan kewenangan audit cukai dikenai sanksi
administ rasi berupa denda sebesar Rp75. 000. 000, 00 (t uj uh
puluh lima j ut a rupiah).
(3)
Ket ent uan lebih lanj ut mengenai audit cukai sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diat ur dengan at au berdasarkan
perat uran ment eri.
37. Ket ent uan Pasal 40 diubah sehingga Pasal 40 berbunyi sebagai
berikut :
Pasal 40
Pej abat bea dan cukai berwenang unt uk mengunci, menyegel,
dan/ at au melekat kan t anda pengaman yang diperl ukan t erhadap
bagian-bagian dari pabrik, t empat penyimpanan, t empat usaha
import ir barang kena cukai, t empat usaha penyalur, t empat
penj ualan eceran, t empat lain, at au sarana pengangkut yang di
dalamnya t erdapat barang kena cukai guna pengamanan cukai.

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

- 21 38. Set elah Bagian Ket iga pada BAB X dit ambah 1 (sat u) bagian, yakni
Bagian Keempat yang berbunyi sebagai berikut :
Bagian Keempat
Kewenangan Khusus Direkt ur Jenderal
Pasal 40A
(1) Direkt ur Jenderal karena j abat an at au at as permohonan dari
orang yang bersangkut an dapat :
a. membet ulkan surat t agihan at au surat keput usan
keberat an, yang dalam penerbit annya t erdapat kesalahan
t ulis, kesalahan hit ung, dan/ at au kekeliruan dalam
penerapan ket ent uan undang-undang ini; at au
b. mengurangi at au menghapus sanksi administ rasi berupa
denda dal am hal sanksi t ersebut dikenakan pada orang
yang dikenai sanksi karena kekhilaf an at au bukan karena
kesalahannya.
(2) Ket ent uan lebih lanj ut mengenai t at a cara pengaj uan
permohonan, pembet ulan, pengurangan, at au penghapusan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diat ur dengan at au
berdasarkan perat uran ment eri.
39. Judul BAB XI diubah sehingga BAB XI berbunyi sebagai berikut :
BAB XI
KEBERATAN, BANDING, DAN GUGATAN
40. Judul Bagian Pert ama diubah sehingga Bagian Pert ama berbunyi
sebagai berikut :
Bagian Pert ama
Keberat an
41. Ket ent uan Pasal 41 ayat (1) dihapus, ayat (2), ayat (3), ayat (4),
ayat (5), ayat (6), dan ayat (7) diubah, dan dit ambah 1 (sat u) ayat ,
yakni ayat (8) sehingga Pasal 41 berbunyi sebagai berikut :
Pasal 41
(1) Dihapus.
(2) Orang yang berkeberat an at as penet apan pej abat bea dan
cukai
dalam
penegakan
undang-undang
ini,
yang
mengakibat kan kekurangan cukai dan/ at au sanksi administ rasi
berupa denda, dapat mengaj ukan keberat an secara t ert ulis
kepada Direkt ur Jenderal dalam j angka