- 2017 KUA 2017

i

DAFTAR ISI

Hal.
DAFTAR ISI ...........................................................................................................
NOTA KESEPAKATAN TENTANG KUA TAHUN 2017 .........................................

i
ii

BAB I

PENDAHULUAN ...................................................................................
1.1. Latar Belakang Penyusunan Kebijakan Umum APBK ..................
1.2. Tujuan Penyusunan Kebijakan Umum APBK ...............................
1.3. Dasar Hukum Penyusunan Kebijakan Umum APBK ....................

1
1
2

2

BAB II

KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH .........................................
2.1. Perkembangan Indikator Ekonomi Makro Daerah ........................
2.2. Rencana Target Ekonomi Makro ..................................................

4
4
12

BAB III

ASUMSI – ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN
RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN
BELANJA KABUPATEN (RAPBK) ......................................................
3.1. Asumsi Dasar yang digunakan dalam APBN ...............................
3.2. Laju Inflasi ....................................................................................
3.3. Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). .............

3.4. Lain – lain Asumsi ........................................................................

13
13
13
13
14

BAB IV

BAB V

KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN
PEMBIAYAAN DAERAH ......................................................................
4.1. Pendapatan Daerah .....................................................................
4.1.1. Kebijakan Perencanaan Pendapatan Daerah ...................
4.1.2. Proyeksi Pendapatan Daerah ............................................
4.1.3. Upaya – upaya Pemerintah Daerah dalam
Mencapai Target................................................................
4.2. Belanja Daerah .............................................................................

4.2.1. Kebijakan Terkait Dengan Perencanaan
Belanja Daerah ..................................................................
4.2.2. Proyeksi Perencanaan Belanja Daerah .............................
4.2.3. Prioritas Pembangunan Daerah.........................................
4.3. Pembiayaan Daerah .....................................................................
PENUTUP ...........................................................................................

KEBIJAKAN UMUM APBK ACEH TAMIANG TAHUN 2017

15
15
15
17
17
18
18
28
29
30
32


i

NOTA KESEPAKATAN
ANTARA
PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TAMIANG
DENGAN
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT
KABUPATEN ACEH TAMIANG

NOMOR

: 900 / 7488

TANGGAL : 29 November 2016
TENTANG
KEBIJAKAN UMUM
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA KABUPATEN
TAHUN ANGGARAN 2017
Yang bertanda tangan di bawah ini :

1. Nama

: Drs. H. M. ALI ALFATA, MM

Jabatan

: Plt. Bupati Aceh Tamiang

Alamat Kantor

: Jalan Ir. H. Juanda Karang Baru

bertindak selaku dan atas nama pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang
2. a. Nama

: JUANDA, S.IP

Jabatan

: Wakil Ketua DPRK Aceh Tamiang


Alamat Kantor

: Jalan Ir. H. Juanda Karang Baru

b. Nama

: NORAIDAHNITA, SE

Jabatan

: Wakil Ketua DPRK Aceh Tamiang

Alamat Kantor

: Jalan Ir. H. Juanda Karang Baru

sebagai Pimpinan DPRK bertindak selaku dan atas nama Dewan Perwakilan
Rakyat Kabupaten (DPRK) Aceh Tamiang.
Dengan ini menyatakan bahwa dalam rangka penyusunan Anggaran Pendapatan

dan Belanja Kabupaten (APBK) diperlukan Kebijakan Umum APBK yang
disepakati bersama antara DPRK dengan Pemerintah Kabupaten untuk
selanjutnya dijadikan sebagai dasar penyusunan prioritas dan plafon anggaran
sementara APBK Tahun Anggaran 2017.
Berdasarkan hal tersebut diatas, para pihak sepakat terhadap kebijakan umum
APBK yang meliputi asumsi-asumsi dasar dalam penyusunan Rancangan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Kabupaten (RAPBK) Tahun Anggaran 2017,
kebijakan pendapatan, belanja dan pembiayaan daerah, yang menjadi dasar
dalam penyusunan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara dan APBK TA 2017.
ii

Secara lengkap Kebijakan Umum APBK Tahun Anggaran 2017 disusun dalam
Lampiran yang menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan Nota
Kesepakatan ini.
Demikianlah Nota Kesepakatan ini dibuat untuk dijadikan dasar dalam penyusunan
Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) Tahun Anggaran 2017.

Karang Baru, 29 November 2016

Plt. BUPATI ACEH TAMIANG


Selaku,
PIHAK PERTAMA
TTD
(Drs. H. M. ALI ALFATA, MM)

PIMPINAN
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT
KABUPATEN ACEH TAMIANG
Selaku
PIHAK KEDUA
TTD
(JUANDA, S.IP)
WAKIL KETUA

TTD
(NORAIDAHNITA, SE)
WAKIL KETUA

iii


1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penyusunan Kebijakan Umum APBK
Salah satu tahapan dalam penyusunan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Kabupaten (APBK) adalah penyusunan Kebijakan Umum APBK (KUA).
Pasal 310 ayat 1 Undang undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah mengamanatkan bahwa Kepala Daerah menyusun KUA dan PPAS
berdasarkan RKPD. Hal ini sejalan dengan Pasal 34 Peraturan Pemerintah
Nomor 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah mengamanatkan
bahwa Kepala Daerah menyusun Kebijakan Umum APBK (KUA) dan Prioritas
dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS).
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
juga mengamanatkan bahwa dalam penyusunan KUA dan PPAS berpedoman
pada Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD). Hal ini berarti bahwa proses
penyusunan KUA harus mengikuti program dan kegiatan yang telah tercantum
pada RKPD. Dengan kata lain, dokumen KUA harus sinergis dengan RKPD.

Secara substansi dokumen KUA Tahun Anggaran 2017 adalah dokumen
yang memuat kebijakan bidang pendapatan, belanja, dan pembiayaan serta
asumsi yang mendasarinya untuk tahun 2017. Dengan demikian, maka
dokumen KUA tahun 2017 pada dasarnya memuat kebijakan umum daerah
tahun anggaran 2017 yang menjadi pedoman dan ketentuan umum dalam
penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Kabupaten (RAPBK)
2017. Kebijakan umum ini diharapkan dapat menjembatani antara arah dan
tujuan strategis dengan ketersediaan anggaran.
Dokumen KUA Tahun Anggaran 2017 selanjutnya disampaikan kepada
DPRK Aceh Tamiang untuk dibahas dan disepakati menjadi Nota Kesepakatan
KUA dan PPAS Tahun Anggaran 2017. Pasal 87 ayat (1) Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah mengamanatkan bahwa Rancangan KUA dan rancangan
PPAS

disampaikan

Kepala Daerah kepada DPRK


untuk dibahas dalam

pembicaraan pendahuluan RAPBK tahun anggaran berikutnya.
Selanjutnya Pasal 87 ayat (3) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21
Tahun 2011 juga mengamanatkan bahwa Rancangan KUA dan rancangan PPAS
selanjutnya disepakati menjadi KUA dan PPAS. Kemudian menurut Pasal 88
KEBIJAKAN UMUM APBK ACEH TAMIANG TAHUN 2017

1

2

ayat (1) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang
Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, KUA dan PPAS yang telah
disepakati masing-masing dituangkan ke dalam nota kesepakatan yang
ditandatangani bersama antara Kepala Daerah dengan pimpinan DPRK dalam
waktu bersamaan.
Berdasarkan nota kesepakatan tersebut, sesuai dengan Pasal 89
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan

Keuangan

Daerah,

Kepala

Daerah

menerbitkan

pedoman

penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Kabupaten
(RKA-SKPK) sebagai pedoman bagi SKPK dalam menyusun RKA-SKPK.
Dokumen

RKA-SKPK

tersebut

selanjutnya

akan

menjadi

bahan

dalam

penyusunan RAPBK Tahun Anggaran 2017.

1.2.

Tujuan Penyusunan Kebijakan Umum APBK
Penyusunan KUA Tahun Anggaran 2017 bertujuan untuk :
1. Menyusun kerangka ekonomi makro daerah tahun 2017 yang meliputi
pertumbuhan ekonomi, inflasi, dan indikator makro lainnya sebagai dasar
perencanaan pembangunan daerah pada APBK tahun anggaran 2017.
2. Menyusun asumsi dasar penyusunan APBK Aceh Tamiang Tahun Anggaran
2017 yang rasional dan realistis yang akan digunakan sebagai dasar
penyusunan APBK Aceh Tamiang tahun anggaran 2017.
3. Menyusun kebijakan pendapatan daerah, belanja daerah, dan pembiayaan
daerah yang komprehensif dan sistematis untuk dijadikan dasar dalam
penyusunan APBK tahun anggaran 2017.
4. Menyusun pedoman yang digunakan dalam penyusunan Prioritas dan
Plafon Anggaran Sementara Tahun Anggaran 2017 yang selanjutnya akan
dijadikan pedoman bagi seluruh SKPK dalam menyusun Rencana Kerja dan
Anggaran.

1.3.

Dasar Hukum Penyusunan Kebijakan Umum APBK
Dasar hukum penyusunan KUA Tahun Anggaran 2017, antara lain:
1. Undang – Undang No 11 tahun 2006 tentang Pemerintah Aceh
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
3. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
Antara Pemerintahan Pusat dan Pemerintahan Daerah;
KEBIJAKAN UMUM APBK ACEH TAMIANG TAHUN 2017

2

3

4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan;
6. Peraturan

Pemerintah

Nomor

58

Tahun

2005

tentang

Pengelolaan

Keuangan Daerah;
7. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah;
8. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2012 tentang Hibah Daerah;
9. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah;
10.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah beberapa kali diubah,
terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011;
11.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2012 tentang Perubahan
Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang
Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial Yang Bersumber Dari
Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah;
12.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 31 Tahun 2016 tentang Pedoman
Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun 2017;
13.Qanun Aceh Nomor 2 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Qanun Aceh
Nomor 2 Tahun 2008 tentang Tata Cara Pengalokasian Tambahan Dana
Bagi Hasil Minyak dan Gas Bumi dan Penggunaan Dana Otonomi Khusus;
14.Qanun Aceh No 10 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Qanun Aceh Nomor
1 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Keuangan Aceh.

KEBIJAKAN UMUM APBK ACEH TAMIANG TAHUN 2017

3

4

BAB II
KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH
2.1

Perkembangan Indikator Ekonomi Makro Daerah
Kondisi makro perekonomian Kabupaten Aceh Tamiang tercermin dari
beberapa indikator utama meliputi pertumbuhan ekonomi, PDRB per kapita,
dan inflasi yang akan ditampilkan pada tabel dibawah ini:
Tabel 2.1
Perkembangan Indikator Makro Ekonomi Kabupaten Aceh Tamiang
Indikator

1

2012

2013

2014

2015

Laju Pertumbuhan Ekonomi
3,96

5,04

2,38

2,87

4,37

5,44

3,74

4,26

0,39

8,27

8,53

2,44

dengan migas (%)
2

Laju Pertumbuhan Ekonomi
tanpa migas (%)

3

Inflasi (%)

4

PDRB per kapita ADHK 2010 dengan
migas (Rp.Juta)

17,61

18,16

18,37

18,49

5

PDRB per kapita ADHK 2010 non migas
(Rp.Juta)

15,07

15,61

16,00

16,31

6

PDRB ADHK 2010 dengan migas
(Rp.Juta)

4.651.203,2

4.885.618,6

5.001.671,8

5.145.111,8

7

PDRB ADHK 2010 non migas (Rp. Juta)

4.198.208,6

4.355.104,4

4.540.562,9

4.903.465,2

5.357.554,0

5.652.783,8

5.750.446,3

4.205.593,7

4.612.470,2

4.933.411,4

5.343.718,9

65,21

65,56

66,09

67,03

264.420

272.228

278.324

8

3.981.540,4

PDRB Atas Dasar Harga Berlaku
dengan Migas (Rp. Juta)

9

PDRB Atas Dasar Harga Berlaku
Tanpa Migas (Rp. Juta)

10

IPM

11

Jumlah Penduduk

261.125

Sumber : BPS, 2016

1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sebagai ukuran produktivitas
mencerminkan seluruh nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu wilayah
dalam satu tahun. PDRB secara umum dibagi ke dalam nilai atas dasar harga
berlaku dan nilai atas dasar harga konstan (harga konstan tahun 2010).
a. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB)
PDRB ADHB dengan migas rata-rata mengalami peningkatan sebesar
283,83 miliar rupiah tiap tahunnya. Tahun 2015 nilai PDRB ADHB dengan
migas mencapai sebesar 5,75 triliun rupiah. Hal ini menunjukkan peningkatan
dari tahun 2014 yang sebesar 5,65 triliun rupiah. Sebelumnya, nilai PDRB
ADHB juga meningkat dari sebesar 4,90 triliun rupiah menjadi 5,36 triliun
KEBIJAKAN UMUM APBK ACEH TAMIANG TAHUN 2017

4

5

rupiah selama tahun 2012-2013. Tanpa memperhitungkan migas, PDRB ADHB
juga selalu mengalami peningkatan dengan rata-rata peningkatan sebesar
7,85 persen atau 348,39 miliar rupiah per tahun. PDRB ADHB tanpa migas
tahun 2015 mencapai 5,34 triliun rupiah. Nilai ini meningkat sebesar 410,31
miliar rupiah dari tahun 2014 yang mencapai 4,93 triliun rupiah. Sebelumnya,
tahun 2012-2013, PDRB juga mengalami peningkatan dari 4,21 triliun rupiah
menjadi 4,61 triliun rupiah pada tahun 2013.
Tabel 2.2
PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku
Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2011–2015
Nilai PDRB ADHB (Rp. Juta)
NO

Sektor
2011

2012

2013

2014*

2015**

A

Pertanian, Kehutanan dan Perikanan

1.671.818,1

1.803.218,7

1.960.233,6

2.062.660,4

2.272.399,5

B

Pertambangan & Penggalian

1.011.471,1

1.022.190,8

1.116.160,0

1.112.069,0

744.949,8

C

Industri Pengolahan

232.643,3

245.364,1

268.782,0

297.335,2

322.612,4

D

Pengadaan Listrik,Gas & Air bersih

4.245,9

4.324,4

4.522,3

4.844,8

5.265,5

E

Pengadaan Air, Pengolahan Sampah,
Limbah dan Daur Ulang

1.469,9

1.619,9

1.801,3

1.988,1

2.328,1

F

Konstruksi

249.372,1

273.386,6

302.069,2

327.563,9

362.027,4

G

Perdagangan Besar dan Eceran;
Reparasi Reparasi Mobil dan Sepeda
Motor

465.305,3

482.531,8

521.175,7

553.903,4

608.533,9

Transportasi dan Pergudangan

180.139,0

198.504,3

217.615,8

233.495,0

252.476,2

43.754,0

47.937,5

53.304,9

59.801,0

66.115,6

155.426,4

168.597,6

186.791,4

202.372,0

223.798,6

38.343,8

42.578,6

51.276,4

62.103,0

70.090,1

146.248,2

156.748,8

168.693,1

177.853,1

193.773,3

14.893,2

15.563,4

16.234,1

16.799,1

17.165,3

150.455,5

166.164,7

180.438,6

202.421,6

230.705,8

69.039,1

72.436,1

79.482,3

85.343,6

96.059,0

108.758,9

116.937,6

127.415,2

136.187,5

148.538,2

67.230,7

73.378,4

81.722,0

88.839,9

94.667,7

PDRB ADHB

4.615.130,4

4.903.465,2

5.357.554,0

5.652.783,8

5.750.446,3

PDRB NON MIGAS

3.950.162,1

4.205.593,7

4.612.470,2

4.933.411,4

5.343.718,9

H
I

Penyediaan Akomodasi dan Makan
Minum

J

Informasi dan Komunikasi

K

Jasa Keuangan dan Asuransi

L

Real Estat

M,N

Jasa Perusahaan

O

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan
dan Jaminan Sosial Wajib

P

Jasa Pendidikan

Q

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

R,S,T,U

Jasa Lainnya

* Angka sementara
* Angka sangat sementara
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Tamiang, 2015.

KEBIJAKAN UMUM APBK ACEH TAMIANG TAHUN 2017

5

6

b. PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010 (ADHK)
Nilai PDRB dengan mengabaikan faktor harga menunjukkan nilai PDRB
secara riil yang secara umum disebut sebagai PDRB ADHK. Adapun tahun dasar
yang ditetapkan adalah tahun 2010. Peningkatan yang kontinu menunjukkan
produktivitas Aceh Tamiang yang terus meningkat. Dalam kurun waktu lima
tahun terakhir, nilai PDRB ADHK dengan migas rata-rata mengalami peningkatan
167,76 miliar rupiah per tahun dari 4,47 triliun rupiah di tahun 2011 menjadi 5,15
triliun rupiah di tahun 2015. Sedangkan nilai PDRB ADHK tanpa mengikutkan
migas pada tahun 2011-2015 mengalami peningkatan rata-rata 181,47 miliar
rupiah tiap tahunnya, dengan nilai 4,54 triliun rupiah pada tahun 2015 atau
meningkat 725,89 miliar rupiah dari tahun 2011.

Terlihat bahwa rata-rata

kenaikan PDRB ADHB cenderung lebih besar daripada kenaikan PDRB ADHK yang
menunjukkan bahwa kenaikan harga lebih tinggi daripada kenaikan produktivitas.
Nilai dan kontribusi PDRB ADHK dari tahun 2011 sampai tahun 2015 disajikan
pada tabel berikut.
Tabel 2.3
PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2010
Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2011–2015
N
O

Nilai PDRB ADHK (Rp. Juta)
Sektor
2011

A

Pertanian, Kehutanan
dan Perikanan

B

2012

2013

2014*

2015**

1.639.002,6

1.703.360,9

1.793.507,9

1.833.552,7

1.953.327,0

Pertambangan &
Penggalian

959.997,2

996.718,3

1.039.523,3

1.007.837,4

919.321,6

C

Industri Pengolahan

223.128,5

226.737,5

231.764,9

245.708,0

254.397,9

D

Pengadaan Listrik dan
Gas

4.265,0

4.575,3

4.758,3

4.984,6

5.327,3

E

Pengadaan Air,
Pengolahan Sampah,
Limbah dan Daur Ulang

1.390,5

1.439,2

1.533,6

1.627,9

1.739,3

F

Konstruksi

240.226,9

255.392,0

267.471,7

279.669,5

297.569,0

G

Perdagangan Besar dan
Eceran; Reparasi
Reparasi Mobil dan
Sepeda Motor

459.455,1

470.920,4

493.898,3

515.669,7

532.851,5

Transportasi dan
Pergudangan

174.698,0

180.968,4

187.732,4

196.128,5

205.338,4

42.217,4

43.555,8

45.766,9

48.419,1

51.720,3

149.502,0

156.666,5

168.996,1

180.487,8

192.183,5

36.293,1

36.589,2

41.787,8

48.026,1

52.167,2

H
I

Penyediaan Akomodasi
dan Makan Minum

J

Informasi dan
Komunikasi

K

Jasa Keuangan dan
Asuransi

KEBIJAKAN UMUM APBK ACEH TAMIANG TAHUN 2017

6

7

L
M,N

Real Estat

146.248,2

156.748,8

168.693,1

177.853,1

193.773,3

14.893,2

15.563,4

16.234,1

16.799,1

17.165,3

147.044,9

155.711,0

164.379,3

173.289,5

183.219,0

68.759,7

71.668,3

75.538,4

79.164,2

83.146,2

102.831,2

107.862,2

113.098,5

118.367,1

124.569,5

64.122,6

66.726,0

70.843,0

74.087,6

77.295,6

PDRB ADHK

4.474.076,2

4.651.203,2

4.885.618,6

5.001.671,8

5.145.111,8

PDRB NON MIGAS

3.814.669,7

3.981.540,4

4.198.208,6

4.355.104,4

4.540.562,9

Jasa Perusahaan

O

Administrasi
Pemerintahan,
Pertahanan dan
Jaminan Sosial Wajib

P

Jasa Pendidikan

Q

Jasa Kesehatan dan
Kegiatan Sosial

R,
S,
T,
U

Jasa Lainnya

* Angka sementara
** Angka sangat sementara
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Tamiang, 2016.

2.

PDRB Per Kapita
Salah satu indikator yang sering digunakan adalah PDRB perkapita yang
menggambarkan rata-rata pendapatan yang diterima oleh setiap penduduk
selama setahun. Jika pertumbuhan PDRB lebih tinggi daripada pertumbuhan
penduduk pertengahan pada tahun yang sama, maka PDRB perkapitanya akan
semakin besar berarti tingkat kesejahteraan masyarakatnya semakin lebih baik
dan begitu juga sebaliknya.
Pertumbuhan perekonomian Kabupaten Aceh Tamiang yang terus
menguat

menunjukkan

peningkatan

kesejahteraan

masyarakat.

Hal

ini

ditandai dengan meningkatnya PDRB per kapita selama tahun 2011-2015.
PDRB per kapita ADHB dengan migas pada tahun 2015 telah menembus 20,66
juta rupiah. Capaian ini berarti menunjukkan adanya kontraksi sebesar 0,50
persen dibanding dengan tahun 2014 yang mencapai 20,76 juta rupiah.
Jadi dengan merujuk periode 2011-2015, rata-rata pertumbuhan PDRB
per kapita dengan migas mencapai 3,79 persen. Capaian ini masih perlu
ditingkatkan, mengingat masih berada dibawah PDRB per kapita Aceh, yakni
25,83

juta

rupiah.

Sedangkan

tinjauan

ADHK

2010

sebagai

indikasi

pendapatan riil, PDRB per kapita tahun 2015 sebesar 18,49 juta rupiah,
tumbuh sebesar 0,61 persen dibanding tahun 2014.
Sementara itu, tinjauan tanpa migas menggambarkan perkembangan
PDRB yang juga meningkat selama tahun 2011-2015. Bahkan rata-rata
KEBIJAKAN UMUM APBK ACEH TAMIANG TAHUN 2017

7

8

pertumbuhan per kapita tanpa migas lebih tinggi dibandingkan rata-rata
pertumbuhan PDRB per kapita dengan migas, baik ADHB maupun ADHK 2010
pada tahun 2011-2015. PDRB ADHB per kapita tanpa migas pada tahun 2015
mencapai 19,20 juta rupiah, sementara PDRB per kapita ADHB tanpa migas
tahun 2011-2014 masing-masing sebesar 15,26 juta rupiah, 15,92 juta rupiah,
17,15 juta rupiah dan 18,12 juta rupiah. Demikian juga dengan PDRB per
kapita ADHK 2010 tanpa migas pada tahun 2015 sebesar 16,31 juta rupiah
dan pada tahun 2014 sebesar 16,00 juta rupiah.
Selengkapnya PDRB per kapita di Kabupaten Aceh Tamiang dengan dan
tanpa migas tahun 2011-2015 disajikan pada tabel berikut.

Tabel 2.4
PDRB Per Kapita Kabupaten Aceh Tamiang
Tahun 2011 – 2015
Tahun
NO

Uraian
2011

2012

2013

2014*

2015**

1

Jumlah Penduduk
(jiwa)

2

PDRB per kapita
ADHK dengan
migas (Rp)

17.281.364,74 17.607.055,95

18.270.225,87

18.410.911,12 18.486.051,51

3

PDRB per kapita
ADHK non migas
(Rp)

14.734.371,06 15.072.058,26

15.621.930,15

16.035.815,97 16.313.946,70

257,681

261.125

264.420

272.228

278.324

*Angka sementara
** Angka sangat sementara
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Tamiang, 2016.

3. Pertumbuhan Ekonomi
Dilihat

dari pertumbuhan

ekonominya,

kondisi

perekonomian

Aceh

Tamiang cenderung baik, dimana pertumbuhan ekonomi dalam kurun waktu
empat tahun terakhir selalu positif. Pertumbuhan ekonomi dengan migas
mengalami puncak pertumbuhannya pada tahun 2013 dengan nilai 5,04 persen.
Sedangkan pertumbuhan terendah sebesar 1,53 persen pada tahun 2011. Dari
tahun 2011 hingga 2013 pertumbuhannya semakin meningkat, tetapi pada
tahun 2014 pertumbuhannya melambat. Hal ini terjadi karena sektor migas
yang

banyak

memberikan

pengaruh

pada

pertumbuhan

ekonomi

terus

mengalami penurunan produksi. Pada tahun 2015, pertumbuhan ekonomi
dengan migas kembali meningkat menjadi 2,87 persen.
Begitu

juga

dengan

pertumbuhan

ekonomi

tanpa

migas

yang

menunjukkan bahwa tahun 2013 merupakan tahun dimana pertumbuhan
ekonomi tertinggi nilainya dibandingkan tahun-tahun lain dalam empat tahun
terkahir yaitu sebesar 5,44 persen. Setelah itu, pertumbuhan ekonomi tanpa
KEBIJAKAN UMUM APBK ACEH TAMIANG TAHUN 2017
8

9

migas juga bergerak melambat pada tahun 2014 yaitu sebesar 3,74 persen. Dan
kembali meningkat pada tahun 2015 menjadi 4,26 persen.
Gambar 2.1
Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Aceh Tamiang
Tahun 2012 – 2015 (Dalam Persen)

4. Kontribusi Sektor Perekonomian terhadap PDRB
Struktur perekonomian Kabupaten Aceh Tamiang dengan menyertakan
migas tetap menunjukkan bahwa leading sector perekonomian adalah kategori
sektor pertanian, kehutanan dan perikanan. Kategori ini memberikan kontribusi
sebesar 36,56 persen. Akan tetapi leading sector peringkat kedua telah terjadi
pergeseran berdasarkan metode baru perhitungan Produk Domestik Regional
Bruto

atas

dasar

harga

konstan

2010.

Dengan

metode

baru,

kategori

perdagangan, hotel dan restoran digantikan dengan kategori pertambangan dan
penggalian dengan kontribusi sebesar 19,68 persen.
Kategori dengan kontribusi terbesar ketiga lainnya pada tahun 2014 adalah
kategori perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan motor mencapai 9,68
persen. Kemudian disusul oleh kategori konstruksi yang mencapai 5,73 persen,
kategori industri pengolahan sebesar 5,20 persen dan kemudian diikuti oleh
kategori transportasi dan pergudangan yang mencapai 4,14 persen. Sementara
peranan kategori lainnya di bawah 4 persen. Selengkapnya dapat dilihat pada
tabel berikut ini.

KEBIJAKAN UMUM APBK ACEH TAMIANG TAHUN 2017

9

1

Tabel 2.5
Perkembangan Nilai dan Kontribusi Sektor-sektor
Terhadap PDRB Kabupaten Aceh Tamiang
Atas Dasar Harga Konstan 2010 Tahun 2012 -2015
2012
No

2013

2014*

2015**

Sektor
Rp. ( Juta )

A

Pertanian, Kehutanan dan
Perikanan

B

%

Rp. ( Juta )

%

Rp. ( Juta )

%

Rp. (juta)

%

1.703.360,9

39,62

1.793.507,9

36,49

1.832.552,7

36,56

1.953.327,0

37,96

Pertambangan & Penggalian

996.718,3

21,43

1.064.523,3

21,66

1.007.837,4

20,11

919.321,6

17,87

C

Industri Pengolahan

226.737,5

4,87

231.964,9

4,72

242.003,0

4,83

254.397,9

4,94

D

Pengadaan Listrik dan Gas

4.575,3

0,10

4.758,3

0,10

4.983,3

0,10

5.327,3

0,10

E

Pengadaan Air, Pengolahan
Sampah, Limbah dan Daur
Ulang

1.439,2

0,03

1.533,6

0,03

1.627,9

0,03

1.739,3

F

Konstruksi

255.392,0

5,49

267.471,7

5,44

279.669,5

5,58

297.569,0

G

Perdagangan Besar dan
Eceran; Reparasi Reparasi
Mobil dan Sepeda Motor

470.920,4

10,12

493.898,3

10,05

515.669,7

10,29

532.851,5

H

Transportasi dan
Pergudangan

180.968,4

3,89

187.732,4

3,82

196.128,5

3,91

205.338,4

I

Penyediaan Akomodasi dan
Makan Minum

43.555,8

0,94

45.766,9

0,93

48.419,1

0,97

51.720,3

1,01

J

Informasi dan Komunikasi

156.666,5

3,37

168.996,1

3,44

180.487,8

3,60

192.183,5

3,74

K

Jasa Keuangan dan Asuransi

36.589,2

0,79

45.787,8

0,93

63.026,1

1,26

52.167,2

1,01

L

Real Estat

156.748,8

3,37

168.693,1

3,43

177.853,1

3,55

193.773,3

3,77

15.563,4

0,33

16.234,1

0,33

16.799,1

0,34

17.165,3

0,33

155.711,0

3,35

164.379,3

3,34

173.289,5

3,46

183.219,0

71.668,3

1,54

75.538,4

1,54

79.164,2

1,58

83.146,2

1,62

107.862,2

2,32

113.098,5

2,30

118.367,1

2,36

124.569,5

2,42

66.726,0

1,43

70.843,0

1,44

74.087,6

77.295,6

1,50

M,N

Jasa Perusahaan

O

Administrasi Pemerintahan,
Pertahanan dan Jaminan
Sosial Wajib

P

Jasa Pendidikan

Q

Jasa Kesehatan dan
Kegiatan Sosial

R,S,
T,U

Jasa Lainnya

1,48

0,03

5,78

10,36

3,99

3,56

PDRB ADHK

4.651.203,2

100.00

4.914.818,6

100.00

5.011.965,5

100.00

5.145.111,8

100,00

PDRB NON MIGAS

4.651.203,2

85,60

4.202.408,6

85,50

4.365.398,1

87,10

4.540.562,9

88,25

Laju Pertumbuhan PDRB Dengan
Migas

3,96%

5,67%

1,98%

Laju Pertumbuhan PDRB Tanpa
Migas

4,37 %

5,55%

3,88%

2,87%

4,26%

* Angka sementara
** Angka sangat sementara
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Tamiang, 2015.

KEBIJAKAN UMUM APBK ACEH TAMIANG TAHUN 2017

10

1

5.

Tingkat Inflasi
Inflasi adalah kenaikan harga - harga secara umum dan terus menerus.
Inflasi ini akan menggambarkan besarnya perubahan harga barang - barang
dan jasa yang beredar di pasaran. Inflasi merupakan hasil perbandingan
indeks harga akibat dari kenaikan harga. Besarnya inflasi dapat digambarkan
dengan perkembangan PDRB (perbandingan harga berlaku dengan harga
konstan) tiap tahun dan Indeks Harga Konsumen (IHK).
Tingkat perkembangan harga dapat dilihat dari perubahan indeks harga
konsumen

(IHK).

IHK

diperoleh

dari

survei

biaya

hidup

(SBH)

yang

dilaksanakan BPS di 82 ibu kota kabupaten/kota di seluruh Indonesia. Untuk
Provinsi Aceh, inflasi dihitung di Kota Banda Aceh, Kota Lhokseumawe dan
Kabupaten

Aceh

Barat.

Disebabkan

Kabupaten

Aceh

Tamiang

tidak

melaksanakan SBH, maka pendekatan penentuan inflasi tersebut mengikuti
Kabupaten/Kota terdekat yang telah menghitung inflasi berdasarkan SBH
dengan syarat masih dalam satu provinsi. Oleh karena itu, maka penentuan
inflasi yang terjadi di Kabupaten Aceh Tamiang mengikuti besarnya inflasi
yang terjadi di Kota Lhokseumawe, sehingga didapatkan perkembangan laju
inflasi Kota Lhokseumawe periode 2010-2015.

Tabel 2.6
Nilai inflasi rata-rata Tahun 2010-2015 Kota Lhokseumawe
(terdekat dengan Kabupaten Aceh Tamiang)
Uraian

2010

2011

2012

2013

2014

2015

Inflasi

7,19

3,55

0,39

8,27

8,53

2,44

Sumber : BPS Kabupaten Aceh Tamiang, 2016.

Laju inflasi yang terjadi pada tahun 2010 adalah sebesar 7,19 persen
dan pada tahun 2011 menurun menjadi 3,55 persen. Laju inflasi tertinggi
selama periode 2010 – 2015 adalah pada tahun 2014 yaitu sebesar 8,53
persen dan laju inflasi terendah Kota Lhokseumawe sepanjang periode
tersebut berada pada tahun 2012 yaitu sebesar 0,39 persen. Perkembangan
laju inflasi Kota Lhokseumawe periode 2010-2015 dapat dilihat pada gambar
berikut.

KEBIJAKAN UMUM APBK ACEH TAMIANG TAHUN 2017

11

1

Gambar 2.2
Grafik Perkembangan Laju Inflasi Kota Lhokseumawe
Tahun 2010-2015

Sumber : BPS, 2016.

2.2 Rencana Target Ekonomi Makro
Dari

uraian

diatas,

dapat

dijelaskan

bahwa

secara

umum

kondisi

perekonomian Kabupaten Aceh Tamiang dari tahun ke tahun semakin membaik,
namun kondisi tersebut tidak bisa terlepas dari kondisi perekonomian global.
Berbagai instrumen yang berpengaruh terhadap kondisi perekonomian antara
lain: stabilitas nilai tukar rupiah; fluktuasi tingkat suku bunga SBI; harga minyak
dunia serta kebijakan ekonomi nasional terkait dengan kebijakan fiskal maupun
kebijakan moneter. Berdasarkan pertimbangan kondisi makro tahun sebelumnya,
maka perkiraan kondisi ekonomi Tahun 2017 adalah sebagai berikut:
1. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2017 menurut harga
konstan tanpa migas diperkirakan akan dapat tumbuh sebesar 5 persen;
2. Inflasi pada Tahun 2017 diperkirakan mengikuti asumsi inflasi nasional
sebesar 3-5 persen.
3. Laju pertumbuhan penduduk pada Tahun 2017 diperkirakan sekitar 2,5
persen.
4. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Tahun 2017 diperkirakan dapat mencapai
67,5.

KEBIJAKAN UMUM APBK ACEH TAMIANG TAHUN 2017

12

1

BAB III
ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA KABUPATEN
(RAPBK)
3.1 Asumsi Dasar yang Digunakan dalam APBN
Sesuai

dengan

tema

RKP

Tahun

2017

“Memacu

Pembangunan

Infrastruktur dan Ekonomi untuk Meningkatkan Kesempatan Kerja serta
Mengurangi Kemiskinan dan Kesenjangan Antar Wilayah” maka sasaran yang
harus dicapai pada akhir tahun 2017 antara lain pencapaian target pertumbuhan
ekonomi sebesar 7,1 persen dengan sasaran per wilayah (Sumatera sebesar 6,5
persen), pencapaian target tingkat kemiskinan sebesar 8,5-9,5 persen dengan
sasaran per wilayah (Sumatera sebesar 8,8 persen), pencapaian tingkat
pengangguran sebesar 5,0-5,3 persen dengan sasaran per wilayah (Sumatera
sebesar 5,0 persen), Gini Ratio (index) sebesar 0,38, IPM sebesar 75,7 dan laju
inflasi 4,0 persen, suku bunga SPN 3 bulan sebesar 5,0 persen-6,0 persen,
harga minyak (ICP) Indonesia diproyeksikan pada kisaran 35-45 dolar AS per
barel, lifting minyak 740 ribu-760 ribu barel per hari dan lifting gas 1,05 juta1,15 juta barel per hari setara minyak karena adanya penurunan produksi
secara alamiah dan kendala ekplorasi akibat harga yang rendah.
3.2 Laju Inflasi
Inflasi merupakan indikator penting dalam perencanaan pembangunan
daerah. Fluktuasi inflasi daerah akan mempengaruhi tingkat kesejahteraan
masyarakat. Oleh karena itu, penentuan asumsi indikator inflasi merupakan
langkah strategis dan penting. Asumsi Laju Inflasi nasional ditetapkan sebesar
3,0 persen – 5,0 persen yang didukung oleh berbagai upaya stabilisasi harga
koordinasi yang baik antara sektor riil, otoritas moneter dengan pemerintah
daerah.

3.3 Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator penting dalam pembangunan
suatu Kabupaten. Pertumbuhan ekonomi diukur dengan Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) yang dihasilkan oleh Kabupaten tersebut. Secara umum,
pendorong pertumbuhan ekonomi Kabupaten Aceh Tamiang akan cenderung
konservatif, artinya perekonomian Kabupaten Aceh Tamiang didorong oleh
pertumbuhan konsumsi rumah tangga seperti tahun-tahun sebelumnya.
Pertumbuhan

ekonomi

Kabupaten

Aceh

Tamiang

tahun

2017

diproyeksikan berada pada kisaran 5% dimana kontribusi terbesar masih
KEBIJAKAN UMUM APBK ACEH TAMIANG TAHUN 2017

13

1

ditopang oleh sektor pertanian, yang merupakan sektor dominan dalam
perekonomian Aceh Tamiang. Dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, seluruh
pemangku kepentingan pembangunan Kabupaten Aceh Tamiang harus bekerja
sama agar perekonomian Kabupaten Aceh Tamiang dapat menunjukan kinerja
yang prima dalam rangka untuk memberikan manfaat bagi masyarakat Aceh
Tamiang.

3.5 Lain-lain Asumsi
1. Belanja Kabupaten diprioritaskan untuk mendanai belanja yang bersifat
mengikat dan belanja yang bersifat wajib untuk terjaminnya kelangsungan
pemenuhan pelayanan dasar masyarakat sesuai dengan kebutuhan Tahun
Anggaran 2017.
2. Belanja Kabupaten dialokasikan untuk memenuhi urusan wajib pelayanan
dasar, urusan wajib non pelayanan dasar, urusan keistimewaan dan
kekhususan Aceh, urusan pilihan, penunjang urusan pemerintahan dan
pendukung.
3. Mendorong kegiatan dalam bentuk kerjasama antar pemerintah dan/atau
swasta sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
4. Stabilitas ketentraman dan keamanan dapat terkendali dan terkelola dengan
baik sehingga aktivitas sosial ekonomi dapat berjalan dengan baik.

KEBIJAKAN UMUM APBK ACEH TAMIANG TAHUN 2017

14

1

BAB IV
KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN
PEMBIAYAAN DAERAH
Kebijakan anggaran Kabupaten Aceh Tamiang tahun 2017 secara umum
ditujukan dalam rangka mencapai target yang ditetapkan dalam RPJM Kabupaten
Aceh Tamiang Tahun 2013-2017. Kebijakan pengelolaan keuangan yang dilakukan
adalah dengan memprioritaskan pemenuhan belanja yang bersifat wajib dan
mengikat serta berdasarkan skala prioritas dalam mewujudkan visi misi Bupati dan
Wakil Bupati Aceh Tamiang.
Berkenaan dengan hal tersebut di atas, agar alokasi anggaran pada program
dan kegiatan SKPK lebih realistis, terukur serta akuntabel perlu disusun kebijakan
pendapatan, belanja dan pembiayaan daerah sebagai pedoman dalam penyusunan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Kabupaten Aceh Tamiang tahun 2017.

4.1 Pendapatan Daerah
4.1.1 Kebijakan Perencanaan Pendapatan Daerah
Perencanaan pendapatan daerah pada Tahun 2017 dihitung dengan asumsi
sebagai berikut :
1) Pendapatan

asli

daerah

dihitung

dengan

memperhatikan

realisasi

pendapatan, serta prakiraan masing-masing potensi jenis pendapatan asli
daerah;
2) Proyeksi

pendapatan

diasumsikan

berkurang

dibandingkan

Tahun

sebelumnya terutama dari komponen DAK dan Dana Bagi Hasil Pajak/Bukan
Pajak.
3) Dana Perimbangan berupa DAU, diasumsikan sama dengan tahun lalu.
4) Lain-lain pendapatan yang sah sementara diperhitungkan pada sumbersumber

pendapatan

yang

dapat

dipastikan.

Untuk

mewujudkan

peningkatan Pendapatan Daerah di Kabupaten Aceh Tamiang

dilakukan

langkah-langkah sebagai berikut:
a. Meningkatkan manajemen tata-kelola pemungutan dan penerimaan
Pendapatan Daerah sesuai dengan mekanisme dan standar baku serta
memanfaatkan teknologi terkini;
b. Meningkatkan

Pendapatan

Daerah

melalui

perluasan

obyek

dan

intensifikasi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah secara optimal;
c. Pendayagunaan asset daerah;
KEBIJAKAN UMUM APBK ACEH TAMIANG TAHUN 2017

15

1

5) Optimalisasi

hasil

usaha

Badan

Umum

Milik

Daerah

(BUMD)

agar

memberikan kontribusi yang optimal kepada Pendapatan Asli Daerah (PAD)
pada khususnya dan Penerimaan Daerah pada umumnya; dan
a. Mengadakan

peninjauan

kembali

(annual-review)

atas

berbagai

Peraturan Daerah yang sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan
zaman.
b. Dalam merencanakan target pendapatan daerah dari kelompok PAD
ditetapkan

secara

rasional

dengan

mempertimbangkan

realisasi

penerimaan tahun lalu, potensi, dan asumsi pertumbuhan ekonomi yang
dapat mempengaruhi serta rincian obyek penerimaan;
c. Dalam upaya peningkatan pendapatan asli daerah, pemerintah daerah
tidak menetapkan kebijakan yang memberatkan dunia usaha dan
masyarakat.
Tabel 3.1
Realisasi/Target Pendapatan Daerah
Tahun 2013-2017 Kabupaten Aceh Tamiang
Realisasi
Tahun 2013

Realisasi
Tahun 2014

Realisasi
Tahun 2015

Proyeksi /Target
Tahun 2017

Target
Tahun 2016

No.

Uraian

1
1.1.
1.1.1
1.1.2

669,865,698,728.79
42,592,561,279.66
9,921,003,473.00
20,086,443,750.63

925.342.445.748,25
97.374.583.496,36
8.358.791.910,00
71.737.834.711,70

1.115.346.582.147,46
100.454.203.156,60
8.369.007.319,00
50.107.562.713,00

1.335.218.252.016
128.611.726.827
11.005.330.475
72.818.129.262

1.241.189.077.119
128.487.288.004
16.755.503.520
11.536.969.506

2,568,557,375.96

2.806.500.356,53

4.264.941.292,00

6.364.937.098

6.364.937.098

1.1.4
1.1.5

PENDAPATAN
Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan Pajak daerah
Hasil Rietribusi daerah
Hasil pengelolaan keuangan
daerah yang dipisahkan
Zakat
Lain-lain PAD yang sah

2,168,666,151.50
7.849.065.528,57

3.670.024.081,50
10.801.432.436,63

8.904.639.934,00
28.808.051.898,60

6.500.000.000
31.923.329.992

10.000.000.000
83.829.877.880

1.2.
1.2.1
.
1.2.2
1.2.3

Dana Perimbangan
Dana bagi hasil pajak /bagi
hasil bukan pajak
Dana alokasi umum
Dana alokasi khusus

563,364,653,240

615.025.605.548,00

724.104.955.568,00

925.194.923.000

766.184.655.000

1.1.3

1.3.
1.3.1
1.3.2
1.3.3
1.3.4
1.3.5
1.3.6
1.3.7

Lain-Lain
Pendapatan
Daerah yang Sah
Hibah
Dana Darurat
Dana Bagi Hasil Pajak dari
Provinsi dan Pemerintah
Daerah Lainnya
Dana Penyesuaian dan
Otonomi Khusus
Bantuan Keuangan dari
Provinsi atau Pemerintah
Dana
Pendidikan
dari
Provinsi
Sumbangan Pihak Ketiga
(TBS)

-

98,680,125,240

101.809.271.548,00

84.039.542.568,00

83.196.550.000

80.458.436.000

423,677,588,000
41,006,940,000

467.034.124.000,00
46.182.210.000,00

486.741.323.000,00
153.324.090.000,00

542.165.803.000
299.832.570.000

542.165.803.000
143.560.416.000

63.908.484.209

212.942.256.703,89

290.787.423.422,86

281.411.602.189

346.517.134.115

-

-

-

-

-

12.540.694.209

14.242.189.627,89

23.877.065.979,86

20.584.689.308

27.284.689.308

51.336.590.000

198.340.067.076,00

266.910.357.443,00

260.826.912.881

319.232.444.807

-

360.000.000,00

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

Sumber : DPPKA, 2016

KEBIJAKAN UMUM APBK ACEH TAMIANG TAHUN 2017

16

1

4.1.2 Proyeksi Pendapatan Daerah
Berdasarkan tabel diatas, Pendapatan daerah Kabupaten Aceh Tamiang
Tahun 2017 diproyeksikan sebesar Rp. 1.241.189.077.119,- dengan rincian
sebagai berikut :
A. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Aceh Tamiang di targetkan sebesar
Rp. 128.487.288.004,- (10,35 persen dari total target pendapatan
daerah) dengan komponen terbesar pada Lain-lain Pendapatan Asli
Daerah yang Sah sebesar Rp. 83.829.877.880,- dan diikuti oleh
Pendapatan Pajak Daerah sebesar Rp. 16.755.503.520,-, Hasil Retribusi
Daerah

sebesar

Rp.

11.536.969.506,-,

Zakat

sebesar

Rp. 10.000.000.000,-, serta Hasil Pengelolaan keuangan daerah yang
dipisahkan sebesar Rp. 6.364.937.098,-.
B. Dana Perimbangan
Dana perimbangan diperkirakan sebesar Rp.766.184.655.000,- (61,73
persen dari total target pendapatan daerah) yang terdiri dari Dana Bagi
Hasil

Pajak/Bagi

Rp.80.458.436.000,Rp.542.165.803.000,-,

Hasil
dan

Bukan

Dana

Dana

Alokasi

Alokasi

Pajak
Umum

Khusus

(DAU)

sebesar
sebesar

(DAK)

sebesar

diperkirakan

sebesar

Rp.143.560.416.000,-.

C. Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah
Lain-lain

Pendapatan

Daerah

Yang

Sah

Rp. 346.517.134.115,- (27,92 persen dari total target pendapatan
daerah) terdiri dari Bagi Hasil Pajak Dari Provinsi dan Dari Pemerintah
Daerah Lainnya sebesar Rp. 27.284.689.308,-, Transfer Bagian Dana
Otonomi Khusus Aceh sebesar Rp. 319.232.444.807,- dan Pendapatan
Lainnya sebesar Rp. 7.500.000.000,-.

4.1.3. Upaya-Upaya Pemerintah Daerah dalam Mencapai Target.
Upaya-upaya pemerintah daerah Kabupaten Aceh Tamiang dalam mencapai
target pendapatan Tahun 2017 adalah :
1. Dalam merencanakan target pendapatan daerah dari kelompok PAD
ditetapkan

secara

rasional

dengan

mempertimbangkan

realisasi

penerimaan tahun lalu, potensi, dan asumsi pertumbuhan ekonomi yang
dapat mempengaruhi serta rincian obyek penerimaan;

KEBIJAKAN UMUM APBK ACEH TAMIANG TAHUN 2017

17

1

2. Dalam upaya peningkatan pendapatan asli daerah, pemerintah daerah
tidak

menetapkan

kebijakan

yang

memberatkan

dunia

usaha

dan

masyarakat;
3. Melakukan intensifikasi dan ekstensifikasi potensi pendapatan daerah yang
berkaitan dengan perluasan obyek pajak daerah/retribusi daerah dengan
mengacu pada Undang-undang nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah.
4. Menyederhanakan birokrasi untuk kemudahan investasi (sistem perizinan
online) dan menetapkan standar pelayanan.
4.2. Belanja Daerah
4.2.1. Kebijakan terkait dengan perencanaan belanja daerah
Arah kebijakan belanja daerah digunakan untuk mengatur pendanaan
pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan kabupaten.
Kebijakan anggaran belanja berdasarkan prioritas, sehingga tidak semua
tugas dan fungsi harus dibiayai secara merata. Belanja daerah diprioritaskan
mendanai program-program prioritas sesuai visi dan misi Bupati dan Wakil
Bupati Aceh Tamiang pada RPJMD Tahun 2013-2017 serta mendukung
pencapaian target/sasaran agenda prioritas nasional (NAWA CITA) pada
RPJMN

2015-2019.

memastikan

bahwa

Teknis
tujuan

perencanaan

dan

pembangunan

penganggaran

dapat

dicapai

adalah
dengan

mengoptimalkan seluruh sumber daya serta meningkatkan efisiensi dan
efektivitas belanja.
Kebijakan belanja juga diarahkan untuk mendanai program dalam
rangka pemenuhan Standar pelayanan Minimal (SPM). Adapun urusan wajib
yang menjadi kewenangan Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang mengacu
kepada Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat
Daerah meliputi Urusan Wajib Pelayanan Dasar terdiri dari Pendidikan,
Kesehatan, Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, Perumahan Rakyat dan
Kawasan

Permukiman,

Ketenteraman

dan

Ketertiban

Umum

serta

Perlindungan Masyarakat, dan Sosial. Urusan Wajib Non Pelayanan Dasar
meliputi Tenaga Kerja, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak;
Pangan; Pertanahan; Lingkungan Hidup; Administrasi Kependudukan dan
Pencatatan Sipil; Pemberdayaan Masyarakat dan Desa; Pengendalian
Penduduk

dan

Keluarga

Berencana;

Perhubungan;

Komunikasi

dan

Informatika; Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah; Penanaman Modal,

KEBIJAKAN UMUM APBK ACEH TAMIANG TAHUN 2017

18

1

Kepemudaan dan Olahraga; Persandian; Kebudayaan; Perpustakaan; dan
Kearsipan.
Urusan Keistimewaan dan Kekhususan Aceh meliputi Pendidikan;
Kebudayaan;Kebudayaan; Keagamaan. Urusan Pilihan terdiri atas Kelautan
dan Perikanan; Pariwisata; Pertanian; Perdagangan; Perindustrian dan;
Transmigrasi.

Penunjang

Urusan

Pemerintahan

meliputi

Perencanaan;

Keuangan; Kepegawaian serta Pendidikan dan Pelatihan; dan Bencana.
Selanjutnya Pendukung meliputi Pemerintahan Umum.
Arah kebijakan belanja Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2017 :
1. Menitikberatkan pada urusan yang menjadi kewenangan kabupaten sesuai
dengan prioritas pembangunan Kabupaten Aceh Tamiang.
2. Menjalankan program yang bersifat pelayanan publik untuk isu-isu dominan
antara lain infrastruktur transportasi, pendidikan dan kesehatan.
3. Melakukan efisiensi belanja, melalui penghematan belanja.
4. Belanja daerah disusun berdasarkan sasaran dan target kinerja SKPK yang
harus dicapai setiap tahun.
5. Memberikan bantuan keuangan untuk penguatan pemerintahan desa.
6. Menetapkan belanja dan pagu alokasi dari setiap SKPK.
Penganggaran Belanja mengacu kepada Permendagri Nomor 31 Tahun 2016
tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Tahun Anggaran 2017 sebagai berikut :
a. Belanja Tidak Langsung
Penganggaran belanja tidak langsung memperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
1) Belanja Pegawai
a) Penganggaran untuk gaji pokok dan tunjangan Pegawai Negeri Sipil
Daerah (PNSD) disesuaikan dengan ketentuan peraturan perundangundangan serta memperhitungkan rencana kenaikan gaji pokok dan
tunjangan PNSD serta pemberian gaji ketiga belas dan keempat
belas.
b) Penganggaran belanja pegawai untuk kebutuhan kenaikan gaji
berkala, kenaikan pangkat, tunjangan keluarga dan mutasi pegawai
dengan memperhitungkan acress yang besarnya maksimum 2,5%
(dua koma lima persen) dari jumlah belanja pegawai untuk gaji
pokok dan tunjangan.
d) Penganggaran penyelenggaraan jaminan kesehatan bagi Kepala
Daerah/Wakil Kepala Daerah, Pimpinan dan Anggota DPRD serta
PNSD dibebankan pada APBD Tahun Anggaran 2017 dengan
KEBIJAKAN UMUM APBK ACEH TAMIANG TAHUN 2017

19

2

mempedomani Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang
Sistem Jaminan Sosial Nasional, Undang-Undang Nomor 24 Tahun
2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) dan
Peraturan

Presiden

Nomor

12

Tahun

2013

tentang

Jaminan

Kesehatan sebagaimana diubah dengan Peraturan Presiden Nomor
111 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor
12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan. Terkait dengan hal
tersebut,

penyediaan

anggaran

untuk

pengembangan

cakupan

penyelenggaraan jaminan kesehatan bagi Kepala Daerah/Wakil
Kepala Daerah, Pimpinan dan Anggota DPRD serta PNSD di luar
cakupan penyelenggaraan jaminan kesehatan yang disediakan oleh
BPJS, tidak diperkenankan dianggarkan dalam APBD.
e) Penganggaran penyelenggaraan jaminan kecelakaan kerja dan
kematian bagi Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah, Pimpinan dan
Anggota

DPRD

serta

PNSD

dibebankan

pada

APBD

dengan

mempedomani Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004, UndangUndang Nomor 24 Tahun 2011, Peraturan Pemerintah Nomor 84
Tahun

2013

Pemerintah

tentang

Nomor

14

Perubahan
Tahun

Kesembilan

1993

tentang

Atas

Peraturan

Penyelenggaraan

Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja dan Peraturan Presiden Nomor
109 Tahun 2013 tentang Penahapan Kepesertaan Program Jaminan
Sosial.
f)

Penganggaran Tambahan Penghasilan PNSD harus memperhatikan
kemampuan keuangan daerah dengan persetujuan DPRD sesuai
amanat Pasal 63 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun
2005. Kebijakan dan penentuan kriterianya ditetapkan terlebih
dahulu dengan peraturan kepala daerah sebagaimana diatur dalam
Pasal 39 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006,
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011.

g) Penganggaran Insentif Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah mempedomani Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2010
tentang Tata Cara Pemberian dan Pemanfaatan Insentif Pemungutan
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
h) Tunjangan profesi guru PNSD dan dana tambahan penghasilan guru
PNSD yang bersumber dari APBN Tahun Anggaran 2016 melalui
dana transfer ke daerah dianggarkan dalam APBD pada jenis belanja

KEBIJAKAN UMUM APBK ACEH TAMIANG TAHUN 2017

20

2

pegawai, dan diuraikan ke dalam obyek dan rincian obyek belanja
sesuai dengan kode rekening berkenaan.

4) Belanja Hibah dan Bantuan sosial
Penganggaran belanja hibah dan bantuan sosial yang bersumber dari
APBD mempedomani peraturan kepala daerah yang telah disesuaikan
dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang
Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial Yang Bersumber dari
APBD, sebagaimana telah diubah dengan

Peraturan Menteri Dalam

Negeri Nomor 39 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas

Peraturan

Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman
Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial Yang Bersumber dari APBD, serta
peraturan perundang- undangan lain di bidang hibah dan bantuan
sosial. Belanja Hibah Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2017 diberikan
dalam rangka mensukseskan pelaksanaan Pilkada Tahun 2017.
5) Belanja Bagi Hasil Pajak
a)

Penganggaran dana Bagi Hasil Pajak Daerah yang bersumber dari
pendapatan pemerintah provinsi kepada pemerintah kabupaten/kota
harus mempedomani Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009. Tata
cara penganggaran dana bagi hasil tersebut harus memperhitungkan
rencana pendapatan pajak daerah pada Tahun Anggaran 2017,
sedangkan pelampauan target Tahun Anggaran 2016 yang belum
direalisasikan

kepada pemerintah kabupaten ditampung dalam

Perubahan APBD Tahun Anggaran 2017 atau dicantumkan dalam
LRA bagi Pemerintah Daerah yang tidak melakukan Perubahan APBD
Tahun Anggaran 2017.
b) Dalam rangka pelaksanaan Pasal 72 ayat (1) huruf c dan ayat (3)
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014, pemerintah kabupaten
menganggarkan belanja Bagi Hasil Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah kepada pemerintah desa paling sedikit 10% (sepuluh per
seratus) dari pajak daerah dan retribusi daerah kabupaten/kota.
c) Dari aspek teknis penganggaran, pendapatan Bagi Hasil Pajak
Daerah dari pemerintah provinsi untuk pemerintah kabupaten/kota
dan pendapatan Bagi Hasil Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dari
pemerintah kabupaten untuk pemerintah desa dalam APBD harus
diuraikan

ke

dalam

daftar

nama

pemerintah

kabupaten

dan

pemerintah desa selaku penerima sebagai rincian obyek penerima
KEBIJAKAN UMUM APBK ACEH TAMIANG TAHUN 2017

21

2

bagi hasil pajak daerah dan retribusi daerah sesuai kode rekening
berkenaan.

6) Belanja Bantuan Keuangan
a) Bantuan keuangan kepada partai politik dianggarkan pada jenis
belanja bantuan keuangan, obyek belanja bantuan keuangan kepada
partai politik dan rincian obyek belanja nama partai politik penerima
bantuan

keuangan.

Besaran

penganggaran

bantuan

keuangan

kepada partai politik berpedoman kepada Peraturan Menteri Dalam
Negeri

Nomor

24

Tahun

2009

tentang

Pedoman

Tata

Cara

Penghitungan, Penganggaran Dalam APBD, Pengajuan, Penyaluran,
dan Laporan Pertanggungjawaban Penggunaan Bantuan Keuangan
Partai Politik sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 26 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Dalam Negeri

Nomor 24 Tahun 2009 tentang

Pedoman Tata Cara Penghitungan, Penganggaran Dalam APBD,
Pengajuan,

Penyaluran,

dan

Laporan

Pertanggungjawaban

Penggunaan Bantuan Keuangan Partai Politik.
b) Dalam rangka pelaksanaan Pasal 72 ayat (1) huruf b dan ayat (2)
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014, pemerintah kabupaten
menganggarkan alokasi dana untuk desa yang diterima dari APBN
dalam jenis belanja bantuan keuangan kepada pemerintah desa
dalam APBD kabupaten/kota Tahun Anggaran 2017 untuk membiayai
penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan serta pemberdayaan
masyarakat,

dan

kemasyarakatan.

Selain

itu,

pemerintah

kabupaten/kota menganggarkan Alokasi Dana Desa (ADD) untuk
pemerintah desa dalam jenis belanja bantuan keuangan kepada
pemerintah desa dalam APBD Tahun Anggaran 2017 sebagaimana
diatur dalam Pasal 72 ayat (4) dan ayat (6) Undang-Undang Nomor
6 Tahun 2014. Selanjutnya, pemerintah kabupaten memberikan
bantuan keuangan lainnya kepada pemerintah desa, sebagaimana
diatur dalam Pasal 72 ayat (1) huruf e Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2014.
c) Dari aspek teknis penganggaran, dalam APBD pemberi bantuan
keuangan, belanja bantuan keuangan tersebut harus diuraikan daftar
nama pemerintah daerah/desa selaku penerima bantuan keuangan

KEBIJAKAN UMUM APBK ACEH TAMIANG TAHUN 2017

22

2

sebagai rincian obyek penerima bantuan keuangan sesuai kode
rekening berkenaan.

7) Belanja Tidak Terduga
Penganggaran belanja tidak terduga dilakukan secara rasional dengan
mempertimbangkan realisasi Tahun Anggaran 2016 dan kemungkinan
adanya kegiatan-kegiatan yang sifatnya tidak dapat diprediksi sebelumnya,
diluar kendali dan pengaruh pemerintah daerah. Bela