T1 202010153 Full text

PERSEPSI GURU MATEMATIKA KELAS X SMK NEGERI 2 SALATIGA
TERHADAP PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS KURIKULUM 2013

Ratna Setiyani, Kriswandani S.Si.,M.Pd, Erlina Prihatnani S.Si.,M.Pd

Program Studi S1 Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Kristen Satya Wacana
ABSTRAK

Keberhasilan implementasi Kurikulum 2013 di kelas X SMK Negeri 2 Salatiga sangat diutamakan karena
merupakan pilot project implementasi Kurikulum 2013 di Salatiga. Persepsi guru merupakan faktor yang
berkontribusi dalam keberhasilan implementasi Kurikulum 2013. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
persepsi guru matematika kelas X SMK Negeri 2 Salatiga terhadap pembelajaran matematika berbasis
Kurikulum 2013. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Metode yang digunakan adalah wawancara.
Subjek dalam penelitian ini berjumlah tiga orang yang berinisialkan A, N dan D. Penelitian ini memberikan
hasil bahwa guru SMK Negeri 2 Salatiga mendukung implementasi Kurikulum 2013 karena siswa akan dilatih
untuk aktif, kreatif, berpikir kritis dan dibekali dengan konsep pembelajaran sehingga mampu menyelesaikan
permasalahan ketika terjun dalam dunia kerja maupun masyarakat. Implementasi pada tahun ajaran 2013/2014
dirasa kurang tepat karena sarana pembelajaran belum lengkap. Guru dituntut untuk menyiapkan RPP, kajian
materi, alat peraga, bahan penilaian dan metode yang tepat sebelum melaksanakan proses pembelajaran. Metode
dan model yang dapat dikembangkan meliputi metode penemuan, pembelajaran berbasis alat peraga dan model

pembelajaran project dalam kelompok. Model tersebut mampu meningkatkan interaksi antar siswa dan
mempermudah siswa dalam melakukan penelitian. Waktu yang disediakan sangat kurang untuk menerapkan
metode atau model pembelajaran dengan pendekatan scientific karena siswa memiliki kemampuan yang berbeda
dalam menemukan konsep pembelajaran. Guru juga harus mengubah Mindset dari yang dulu sebagai nara suber
menjadi fasilitator, dari yang dulu menilai siswa segi pengetahuan menjadi pengetahuan, ketrampilan, dan sikap.
Sistem penilaian tersebut akan menuntut guru untuk mengamati siswa sedangkan guru memiliki keterbatasan
dalam melakukan pengamatan.
Kata Kunci : persepsi guru, pembelajaran matematika, Kurikulum 2013.

1

PENDAHULUAN
Kurikulum secara umum dapat diartikan sebagai sejumlah mata pelajaran yang harus
ditempuh atau diselesaikan oleh siswa dalam periode waktu yang sesuai ketentuan untuk
mencapai gelar atau ijazah tertentu (Tim Pengembangan Ilmu Pendidikan FIP-UPI, 2007:80).
Kurikulum tidak terbatas pada sejumlah mata pelajaran saja, melainkan meliputi segala
sesuatu yang dapat mempengaruhi perkembangan siswa, seperti bangunan sekolah, alat
pelajaran, perlengkapan, perpustakaan, gambar-gambar, halaman sekolah dan staf sekolah
(Hamalik, 2008:17). Kurikulum pendidikan kerap kali berganti disesuaikan dengan
perkembangan situasi serta kondisi (Kuncoro, 2013).

Dikti (2014:69-118) menuliskan beberapa pergantian kurikulum di Indonesia sejak
kemerdekaan hingga tahun 2006. Perubahan kurikulum di Indonesia dimulai tahun 1947 yang
dinamakan dengan Reenjana Pelajaran 1947. Pada tahun 1952 kurikulum 1947 mengalami
penyempurnaan dan diberi nama Rentjana Pelajaran Terurai 1952. Pada tahun 1964
kurikulum pendidikan diubah menjadi Rencana Pendidikan 1964 yang menitikberatkan
konsep pembelajaran yang bersifat aktif, kreatif dan produktif. Kurikulum 1968 merupakan
pembaharuan dari Kurikulum 1964. Pada tahun 1975 kurikulum diganti lagi menjadi
Kurikulum 1975. Pada tahun 1984, kurikulum diubah dengan nama Kurikulum 1984. Pada
tahun 1994 kurikulum diubah dengan nama Kurikulum 1994. Pada tahun 2004 kurikulum
diubah dengan diberi nama Rintisan Kurikulum Berbasis Komptensi (KBK). Pada tahun 2006
kurikulum diubah dengan nama Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). KTSP
mengalami penyempurnaan yang dikenal dengan nama Kurikulum 2013 (Latifah,2013).
Kurikulum 2013 diberlakukan secara bertahap mulai Tahun Ajaran 2013/2014. Kepala
Disdikpora Kota Salatiga, Tedjo Supriyanto dalam Fajar (2013) menyampaikan bahwa saat
ini belum semua sekolah di Salatiga telah menerapkan Kurikulum 2013. Sebagai pilot
project, implementasi kurikulum pendidikan 2013 telah diterapkan di 10 SD, 6 SMP, 1 SMA
dan 3 SMK. Kemendikbud dalam EPIK (2013) menuliskan SMA dan SMK yang menjadi
pilot project adalah SMA N 1 Salatiga dengan no NPSN 20328447, SMK N 1 Salatiga
dengan no NPSN 20328453.0, SMK N 2 Salatiga dengan no SPSN 20328460.0, SMK N 3
Salatiga dengan no NPSN 20338571.0. Implementasi Kurikulum 2013 pada tingkat Sekolah

Menengah Atas atau Kejuruan (SMA/SMK) dilakssiswaan terbatas untuk kelas X. SMK
Negeri 2 Salatiga pada kelas X juga harus menerapkan Kurikulum 2013 pada semua mata
pelajaran termasuk matematika.
Unsur terpenting dalam implementasi Kurikulum 2013 pada pembelajaran matematika
adalah kesiapan guru. Turmuzi (2013) menuliskan dalam menyiapkan kemampuan guru
2

harus dimulai dari upaya membangun persepsi bahwa perubahan kurikulum sebagai
perbaikan mutu pendidikan. Mengingat bahwa perubahan itu biasanya menghasilkan
“penolakan“ baik secara mental maupun sikap dan perilaku sehingga bisa berakhir menjadi
tidak efektif dalam pelaksanaan. Pola pikir menentukan situasi emosi dan perilaku dalam
pelaksanaan tugas membangun persepsi positif atas perubahan kurikulum harus didahulukan.
Membangun persepsi serta keterampilan bahwa perubahan kurikulum adalah upaya
efektivitas kegiatan pembelajaran harus dapat dihayati secara mendalam oleh para guru kita.
Berhasil tidaknya implementasi kurikulum yang diperbaharui cenderung ditentukan oleh
persepsi yang dimiliki oleh tenaga pengajar atau guru. Berdasarkan uraian tersebut, peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian di SMK Negeri 2 Salatiga dengan judul “Persepsi Guru
Matematika Kelas X SMK Negeri 2 Salatiga terhadap Pembelajaran Matematika Berbasis
Kurikulum 2013”.
Persepsi adalah penafsiran unik terhadap suatu situasi (Suyasa dkk, 2004:63). Persepsi

adalah bagaimana kita melihat dunia sekitar kita (Simamora, 2008:102). Ivancevich dkk
(2007:116) juga berpendapat bahwa persepsi adalah proses kognitif seseorang individu
memilih, mengorganisasikan dan memberi arti kepada stimulus lingkungan. Persepsi bersifat
relatif yang berarti walaupun objek yang dilihat sama akan menimbulkan persepsi yang
berbeda terhadap orang yang melihatnya sehingga akan berpengaruh terhadap tindakan orang
itu (Ivancevich, 2008:116).

Perbedaan persepsi tersebut dipengaruhi beberapa faktor.

Notoatmodjo (2012:138-139) menuliskan bahwa persepsi dipengaruhi oleh faktor eksternal
dan faktor internal. Faktor Eksternal meliputi kontras, perubahan Intensitas, pengulangan
(repetition), sesuatu yang baru (novelty) dan sesuatu yang menjadi perhatian orang banyak.
Faktor Internal meliputi pengalaman atau pengetahuan, harapan (expectation) dan kebutuhan.
Mengacu pada faktor tersebut, Kurikulum 2013 merupakan sesuatu yang baru dan menjadi
perhatian orang banyak sehingga akan menimbulkan suatu persepsi.
UU No. 20 Tahun 2003 menegaskan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
nasional. Badan pengembangan sumber daya manusia pendidikan dan kebudayaan dan
penjaminan mutu pendidikan (2013:128)


dalam materi pelatihan guru implementasi

Kurikulum 2013 SMA/MA dan SMK/MAK menuliskan pelaksanaan kurikulum di seluruh
sekolah dan jenjang pendidikan yaitu Juli 2013 Kelas I, IV, VII, dan X pada sekolah yang
menjadi pilot project. Terdapat beberapa perubahan pada Kurikulum 2013. Elemen yang

3

berubah di jenjang SMK pada mata pelajaran matematika secara rinci dapat dilihat pada
Tabel 1.
Tabel 1 Perubahan elemen jenjang SMK pada mata pelajaran matematika
Kurikulum 2013
Elemen
Deskripsi
Struktur
1) Penambahan jenis keahlian berdasarkan spektrum kebutuhan (6 progam
Kurikulum
keahlian, 40 bidang keahlian, 121 kompetensi keahlian).
(Mata pelajaran 2) Pengurangan adaptif dan normatif, penambahan produktif.

dan
alokasi 3) Produktif disesuaikan dengan trend perkembangan industri.
waktu)
(ISI)
Proses
1) Standar Proses yang semula terfokus pada Eksplorasi, Elaborasi, dan
pembelajaran
Konfirmasi dilengkapi dengan Mengamati, Menanya, Mengolah, Menyajikan,
Menyimpulkan, dan Mencipta.
2) Belajar tidak hanya terjadi di ruang kelas, tetapi juga di lingkungan sekolah
dan masyarakat
3) Guru bukan satu-satunya sumber belajar.
4) Sikap tidak diajarkan secara verbal, tetapi melalui contoh dan teladan
1) Kompetensi ketrampilan yang sesuai dengan standar industi.
Penilaian hasil 1) Penilaian berbasis kompetensi
belajar
2) Pergeseran dari penilain melalui tes [mengukur kompetensi pengetahuan
berdasarkan hasil saja], menuju penilaian otentik [mengukur semua kompetensi
sikap, keterampilan, dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil]
3) Memperkuat PAP (Penilaian Acuan Patokan) yaitu pencapaian hasil belajar

didasarkan pada posisi skor yang diperolehnya terhadap skor ideal (maksimal)
4) Penilaian tidak hanya pada level KD, tetapi juga kompetensi inti dan SKL
5) Mendorong pemanfaatan portofolio yang dibuat siswa sebagai instrumen utama
penilaian

METODOLOGI PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif.
Langkah dalam penelitian ini menggunakan langkah kualitatif. Zuriah (2006:11) menuliskan
langkah penelitian kualitatif mulai dari Identifying a research topic, Reviewing the literatur,
Selecting participants, Collecting data, Analyzing and interpreting data hingga Reporting and
evaluating the research. Subjek dalam penelitian ini berjumlah tiga orang guru matematika
SMK Negeri 2 Salatiga yang berinisialkan A, N dan D. Ketiga subjek tersebut merupakan
guru matematika yang mengajar di kelas X SMK Negeri 2 Salatiga dan telah mengikuti
pelatihan implementasi Kurikulum 2013. Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data
dalam penelitian ini adalah metode wawancara. Wawancara yang digunakan dalam penelitian
ini termasuk dalam kategori wawancara tidak terstruktur. Susunan pertanyaan dan susunan
kata dalam setiap pertanyaan dapat diubah pada saat wawancara disesuaikan dengan kondisi
dan kebutuhan saat wawancara (Mulyana, 2008:181). Teknik yang digunakan untuk
menganalisis data meliputi reduksi data (data reduction), paparan data (data display) dan
4


penarikan kesimpulan. Triangulasi data yang digunakan adalah triangulasi teoritik. Gunawan
(2013) menuliskan triangulasi teoritik mempunyai makna bahwa hasil akhir penelitian
kualitatif berupa sebuah rumusan informasi (thesis statement) akan dibandingkan dengan
perspektif teori yang relevan untuk menghindari bias individual peneliti atas temuan atau
kesimpulan yang dihasilkan.

HASIL DAN ANALISIS DATA
Guru matematika SMK Negeri 2 Salatiga memiliki persepsi implementasi Kurikulum
2013 memiliki kelebihan dan kekurangan. Tiga guru mengatakan bahwa Kurikulum 2013
baik untuk diterapkan pada saat sekarang ini karena dengan implementasi Kurikulum 2013
pada pembelajaran matematika, siswa akan dituntut lebih aktif, kreatif, berpikir kritis dan
mempersiapkan siswa sesuai kemampuan siswa itu sendiri. Hal ini sejalan dengan teori yang
diungkapkan badan pengembangan sumber daya manusia pendidikan dan kebudayaan dan
penjaminan mutu pendidikan (2013:84) dalam materi pelatihan guru implementasi
Kurikulum 2013 SMA/MA dan SMK/MAK yang menuliskan prinsip pembelajaran intra
kulikuler adalah proses pembelajaran dikembangkan atas prinsip pembelajaran siswa aktif
melalui kegiatan mengamati (melihat, membaca, mendengar, menyimak), menanya (lisan,
tulis), menganalis (menghubungkan, menentukan keterkaitan, membangun cerita/konsep),
mengkomunikasi-kan (lisan, tulis, gambar, grafik, tabel, chart, dan lain-lain). pembelajaran

matematika pada Kurikulum 2013 juga akan dipersiapkan sesuai dengan kemampuan siswa
karena prinsip pembelajarannya adalah tidak menekankan jawaban tunggal sehingga siswa
bisa menggali potensi untuk menyelelesaikan permasalahan sesuai dengan kemampuannya.
Pembelajaran pada Kurikulum 2013 menuju pembelajaran berbasis kompetensi yang akan
melihat kompetensi siswa sehingga yang dikembangkan pada pembelajaran adalah
kompetensi siswa tersebut.
Guru matematika kelas X SMK Negeri 2 salatiga memiliki persepsi yang sama bahwa
implementasi kuriulum 2013 mampu membekali siswa ketika terjun dalam dunia kerja dan
masyarakat. menurut pak A dan pak N, siswa akan dibekali dengan konsep pembelajaran
sehingga ketika terjun dalam dunia kerja dan masyarakat akan bisa menyelesaikan
permasalahan yang dihadapi. Mengacu Permendikbud No 65 tahun 2013 BAB I bahwa
pembelajaran pada Kurikulum 2013 dari peserta didik diberi tahu menuju peserta didik
mencari tahu dan melihat langkah dalam pembelajaran matematika yang berabsis ke
pendekatan scientific, maka konsep pembelajaran akan tertanam pada diri siswa. konsepkonsep pembelajaran yang telah tertanam pada diri siswa akan berguna ketika siswa
5

menyelesaikan masalah dalam dunia kerja maupun masyarakat.
Pak A dan pak N berpendapat bahwa Kurikulum 2013 juga memiliki kelemahan apabila
diterapkan pada tahun ajaran 2013/2014. Pak N mengungkapkan bahwa perlengkapan
pembelajaran pada tahun 2013 belum lengkap seperti buku paket pembelajaran. sedangkan

pak A mengungkapkan bahwa proses pembelajaran akan membutuhkan waktu yang lama
apabila diterapkan sesuai anjuran Kurikulum 2013. Hal ini bisa dilihat dari langkah metode
yang mengarah ke pendekatan scientific.
Guru SMK Negeri 2 Salatiga memiliki pendapat yang berbeda mengenai ketrampilan
dan kompetensi yang harus dimiliki untuk mengimplementasikan Kurikulum 2013 pada
pembelajaran matematika. Pak A dan pak D berpendapat kompetensi yang harus dimiliki
oleh seorang guru matematika untuk mengimplementasi Kurikulum 2013 adalah kompetensi
pedagogik, profesional, dan kompetensi sosial. Kompetensi itu sesuai dengan. UU no 14
tahun 2005 tentang guru dan dosen pada bab IV pasal 10 ayat 1 memberikan penjelasan
bahwa kompetensi yang harus dimiliki guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi professional. Pak A menjelaskan ketrampilan
yang dibutuhkan guru ketika proses pembelajaran ada beberapa macam, salah satunya adalah
ketrampilan mengevaluasi. Beliau juga menjelaskan yang terpenting bagi seorang guru SMK
adalah ketrampilan menghubungkan materi dengan jurusan yang sedang diajarnya. Pak D
juga mengemukakan bahwa kompetensi yang utama harus dimiliki guru dalam
mengimplementasikan Kurikulum 2013 pada pembelajaran matematika adalah kompetensi
membaca psikologi siswa. Pak N memiliki persepsi yang berbeda terkait kompetensi dan
ketrampilan yang harus dimiliki guru dalam mengimplementasikan Kurikulum 2013 pada
pembelajaran matematika. Beliau mengungkapkan bahwa kompetensi yang terpenting dalam
mengimplementasikan Kurikulum 2013 mengarah pada kompetensi yang dimiliki siswa.

Siswa harus bisa menemukan konsep-konsep yang berhubungan dengan materi pembelajaran
maka yang lebih utama adalah kompetensi siswa. Pak N juga mengemukakan kalau seorang
guru akan mengikuti anjuran pemerintah misalkan pemerintah meminta guru membuat soal
cerita maka kompetensi yang harus dimiliki guru adalah kompetensi pedagogik.
Kelancaran proses pembelajaran matematika dalam Kurikulum 2013 juga penting. Guna
menunjang kelancaran proses pembelajaran, diperlukan persiapan atau perencanaan. Guru
SMK Negeri 2 Salatiga memiliki persepsi bahwa bahan yang perlu dipersiapkan sebelum
melakukan proses pembelajaran adalah RPP, kajian materi, pemilihan metode yang tepat,
bahan untuk mengajar seperti alat peraga (apabila menggunakan alat peraga) dan bahan
penilaian baik soal, jawaban maupun rubik penialain. Hal ini sejalan dengan Permendikbud
6

No 65 tahun 2013 BAB II bahwa perencanaan pembelajaran meliputi penyusunan rencana
pelaksanaan pembelajaran dan penyiapan media dan sumber belajar, perangkat penilaian
pembelajaran, dan skenario pembelajaran. Penyusunan RPP disesuaikan pendekatan
pembelajaran yang digunakan. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana
kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih. RPP dikembangkan dari
silabus untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran peserta didik dalam upaya mencapai
Kompetensi Dasar (KD). Setiap pendidik pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun
RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, efisien, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan
bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Pak A dan pak N mengalami kendala dalam menyiapkan bahan-bahan tersebut. Pak A
mengalami kendala karena RPP pada KTSP tidak sama dengan RPP pada Kurikulum 2013.
Pak N juga menegaskan bahwa sebenarnaya KI.1 dan KI.2 tidak perlu dicantumkan dalam
RPP karena yang lebih penting dalam proses pembelajaran matematika adalah KI.3 dan KI.4.
permendikbud No 70 Tahun 2013 juga menuliskan Kompetensi Inti-1 (KI-1) untuk
kompetensi inti sikap spiritual; Kompetensi Inti-2 (KI-2) untuk kompetensi inti sikap sosial;
Kompetensi Inti-3 (KI-3) untuk kompetensi inti pengetahuan; dan Kompetensi Inti-4 (KI-4)
untuk kompetensi inti keterampilan. Jadi menurut pak N yang penting untuk dituliskan dalam
RPP adalah kompetensi pengetahuan dan ketrampilan.
Faktor lain yang menghambat dalam implementasi Kurikulum 2013 pada pembelajaran
matematika ada beberapa macam. Pak A mengungkapan Faktor yang menghambat dalam
implementasi Kurikulum 2013 pada pembelajaran matematika meliputi siswanya, keadaan
kelas, sistem penialain. Beliau menegaskan bahwa siswa merupakan salah satu faktor karena
pengetahuan siswa berbeda-beda sehingga kecepatan siswa dalam menemukan konsep
pembelajaran juga berbeda. Pak D memiliki persepsi bahwa yang menjadi faktor
pengahambat dalam implementasi Kurikulum 2013 adalah perubahan mindset. Perubahan
minset yang dimaksud oleh pak D adalah pada Kurikulum 2013 seorang guru hanya sebagai
pendamping dan seorang guru harus menilai siswa dari segi pengetahuan, ketrampilan dan
sosial. Hal ini sejalan dengan Permendikbud No 70 tahun 2013 menegaskan bahwa pola
pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi pembelajaran berpusat pada peserta didik.
Peserta didik harus memiliki pilihan-pilihan terhadap materi yang dipelajari untuk memiliki
kompetensi yang sama serta proses pembelajaran mengembangkan sikap, pengetahuan, dan
keterampilan jadi guru juga harus melakukan penilaian dari segi sikap, pengetahuan, dan
7

keterampilan.
Konten materi matematika kelas X yang barbasis Kurikulum 2013 tertuang dalam
kompetensi dasar. Kompetensi dasar adalah kompetensi yang terdiri atas sikap, pengetahuan
dan ketrampilan yang bersumber pada Kompetensi inti yang harus dikuasai peserta didik
(Permendikbud No 70 tahun 2013). Materi pemebelajaran matematika di SMA dan SMK
adalah sama. Persamaan tersebut dapat terlihat pada konten materi yang tertuang di dalam
permendikbud No 70 tahun 2013 tentang kerangaka dasar dan struktur kurikulum SMK dan
permendikbud No 69 tahun 2013 tentang kerangaka dasar dan struktur kurikulum SMA.
Materi pembelajaran matematika berbasis Kurikulum 2013 yang dimuat pada buku guru dan
buku siswa matematika kelas X SMA/SMK juga sama. menanggapi hal tersebut, guru SMK
Negeri 2 Salatiga memiliki persepsi yang berbeda.
Pak A dan pak N memiliki pendapat bahwa perubahan buku paket dan materi
pembalajaran matematika merupakan salah satu faktor penghambat dalam implementasi
Kurikulum 2013. Pak A mengemukakan bahwa dengan perubahan tersebut siswa harus
banyak belajar karena anatara SMA dan SMK buku serta materinya sama. Pak N
berpandangan bahwa materi di SMA dan SMK seharusnya berbeda karena di SMA adalah
ilmu murni sedangkan di SMK adalah ilmu terapan yang menjurus ke jurusan yang siswa
ambil. Ujian nasional antar SMA dan SMK juga memiliki tingkat kesulitan yang berbeda
jadi seharusnya materinya tidak sama. Pak N menjelaskan materi yang dipelajari semakin
bertambah karena pada kelas X KTSP ada 7 BAB sedangkan pada Kurikulum 2013 ada 12
BAB. Hal ini juga dituliskan pada silabus SMK Negeri 2 Salatiga pelajaran matematika dan
buku paket bahwa ada 12 BAB yang harus dipelajari dalam satu tahun. Beliau juga
menjelaskan bahwa belum ada batasan materi pembelajaran yang jelas dari pemerintah
sehingga anatara guru matematika yang satu dengan yang lain memiliki penafsiran yang
berbeda.
Pak N mengungkapkan buku pelajaran matematika pada Kurikulum 2013 memiliki isi
materi yang padat, singkat, dan kurang jelas untuk dipahami siswa. Pak N juga menegaskan
bahwa dalam buku paket matematika Kurikulum 2013 terdapat ketidaksesuaian anatara
materi dan soal-soal yang diberikan. Hal itu berlainan dengan penjelasan Nuh (2013) buku
Matematika Kelas X untuk Pendidikan menengah disusun dengan tujuan memberi
pengalaman konkret-abstrak kepada peserta didik. Pembelajaran matematika melalui buku
akan membentuk kemampuan peserta didik dalam menyajikan gagasan dan pengetahuan
konkret secara abstrak, menyelesaikan permasalahan abstrak yang terkait, dan berlatih
berfikir rasional, kritis dan kreatif.
8

Pak D memiliki pandangan positif bahwa siswa SMK juga bisa mempelajari materi
yang tingkat kesulitannya sama dengan SMA. Beliau mengungkapkan tidak ada kendala
dengan perubahan materi karena pada materi pembelajaran matematika berbasis Kurikulum
2013, BAB yang dipelajari sama hingga kelas XII. Perbedaan materi antara kelas X, XI, dan
XII terletak pada batasan kompetensinya. Terkait dengan perubahan buku paket
pembelajaran matematika pada Kurikulum 2013 pak D tidak memiliki kendala karena
menurut beliau ada modul pendamping dari buku paket yang dibuat oleh guru. Pembuatan
modul tersebut disesuaikan dengan kompetensi siswa. Yang menjadi kendala justru
mengarah kesiapan guru dalam membuat modul tersebut.
Guru SMK Negeri 2 Salatiga memiliki persepsi setuju dan tidak setuju bahwa guru
berpengaruh terhadap keberhasilan implementasi Kurikulum 2013. Pak A dan pak D
berpendapat bahwa guru memiliki pengaruh atau berkontribusi dalam menentukan
keberhsilan implementasi Kurikulum 2013 pada pelajaran matematika. Mereka berpendapat
guru akan memilii peran penuh dalam mendampingi dan memberi arahan kepada siswa.
Guru diibaratkan sebagi seorang pengemudi yang akan mengarahkan siswa dalam kegiatan
pembelajaran. salah satu faktor yang mempengaruhi berhasil tidaknya siswa dalam
pembelajaran adalah sosok seorang guru dalam mendampingi dan memberikan arahan. Hal
ini sesuai dengan Tim pengembangan ilmu pendidikan FIP-UPI (2007:119) menuliskan
bahwa guru merupakan faktor utama karena tanpa guru bagaimanapun bagusnya dan
idealnya suatu kurikulum, maka kurikulum itu tidak mungkin dapat diaplikasikan.
Keberhasilan implementasi suatu strategi pembelajaran tergantung dari kepiawaian guru
dalam menggunakan metode, teknik dan taktik pembelajaran.
Pak N memilik persepsi yang sama bahwa guru sebagai pendamping siswa dalam
proses pembelajaran. Beliau menegaskan yang berkontribusi besar dalam menentukan
keberhasilan implementasi Kurikulum 2013 pada pembelajaran matematika adalah siswa.
Siswa merupakan faktor utama karena siswalah yang aktif dalam proses pembelajaran untuk
menemukan konsep. Pak N mengukur keberhasilan implementasi Kurikulum 2013 dari
keberhasilan siswa dalam menemukan konsep yang berhubungan dengan materi yang sedang
dipelajari.
Guru SMK Negeri 2 Salatiga memiliki pendapat yang berbeda mengenai metode
pembelajaran matematika dan beban belajar matematika pada Kurikulum 2013. Pak A dan
pak N berpendapat perubahan metode dan waktu pembelajaran memiliki pengaruh dalam
keberhasilan implementasi Kurikulum 2013 pada pembelajaran matematika. Pak N memiliki
persepsi pembelajaran matematika berbasis scientific akan memiliki urutan mulai dari siswa
9

melakukan pengamatan, kemudian guru menanyakan, mengevaluasi dan membuat jejaring.
Pak D juga mengemukakan bahwa pembelajaran matematika berbasis scientific itu dimulai
dari pengertian pengalaman hingga ke konfirmasi. Hal itu sejalan dengan teori yang badan
pengembangan sumber daya manusia pendidikan dan kebudayaan dan penjaminan mutu
pendidikan (2014:65-69)

dalam materi pelatihan guru implementasi Kurikulum 2013

SMA/MA dan SMK/MAK tahun 2014 menuliskan langkah-langkah metode ilmiah dalam
mata pelajaran matematika ada lima langkah. Pertama, mengamati fakta (matematika) dalam
mengamati fakta matematika dapat dibagi menjadi dua pengertian yaitu pengamatan nyata
fenomena lingkungan misalnya pengamatan matematika kontekstual dan pengamatan objek
matematika. Langkah selanjutnya yaitu menanya (perwujudan dari berfikir divergen),
menalar (menentukan danmenemukan solusi selanjutnya), mencoba, dan menyimpulkan
(mengkaitkan dengan konsep lain).
Pak A mengungkapkan metode pembelajaran berbasis scientific itu memerlukan waktu
yang lama sehingga waktu yang disediakan dirasa kurang. Pak N menjelaskan dalam
pembelajaran siswa harus menemukan sendiri konsep pembelajaran dan kemampuan yang
dimiliki siswa berbeda sehingga waktu yang dibutuhkan akan berbeda pula. Apabila waktu
yang dibutuhkan oleh siswa lama, maka akan terkendala dalam menyelasaikan materi
pembelajaran matematika yang berjumlah 12 BAB dalam satu tahun. Siswa yang memiliki
kemampuan lemah akan sulit untuk melakukannya sehingga membutuhkan waktu yang lama.
Pak A juga mengemukakan bahwa metode pembelajaran berbasis scientific

juga bisa

dilakssiswaan apabila tidak ada tes akhir karena soal yang diberikan kepada siswa sama.
Pak D memiliki pendapat

yang berbeda bahwa perubahan watu pembelajaran

matematika dari 5 jam pelajaran per minggu menjadi 4 jam pelajaran per minggu tidak
berpengaruh terhadap keberhasilan implementasi Kurikulum 2013. Seorang guru juga harus
mengembangkan metode dalam pembelajaran matematika berbasis Kurikulum 2013. Hal itu
sejalan dengan Kusumah (2013) menuliskan beberapa model-model pembelajaran yang dapat
membuat peserta didik aktif dan dapat dijadikan acuan pengajaran keterampilan di kelas pada
Kurikulum 2013. Keberhasilan dalam implementasi Kurikulum 2013 cenderung ke pribadi
guru dalam menerapkan ke pendidikan matematikanya. Mulyana (2010:2-4) juga menuliskan
bahwa guru tidak hanya berperan sebagai model atau teladan bagi siswa yang diajarnya,
tetapi juga sebagai pengelola pembelajaran (manager of learning).
Guru SMK Negeri 2 Salatiga memiliki persepsi metode atau model yang baik untuk
diterapkan pada pelajaran matematika berbasis Kurikulum 2013 meliputi metode penemuan,
model pembelajaran berbasis alat peraga, model pembelajaran project dalam kelompok.
10

Kusumah (2013) juga menuliskan beberapa model-model pembelajaran yang dapat membuat
peserta didik aktif dan dapat dijadikan acuan pengajaran keterampilan di kelas pada
Kurikulum 2013 meliputi model pembelajaran kolaborasi, pembelajaran individu,
pembelajaran teman sebaya, pembelajaran sikap, pembelajaran kelompok, pembelajaran
mandiri dan pembelajaran multimodel. pak A akan melihat situasi dalam menerapkan model
pembelajaran. beliau berpendapat bahwa model pembelajaran berbasis scientific akan baik
digunakan pada kelas yang siswanya memiliki kemampuan intelektual menengah ke atas dan
gagal apabila diterapkan pada. model pembelajaran berbasis scientific akan melibatkan
aktifitas penelaran dan dalam penalaran dibutuhkan intelektual yang baik. Siswa yang
memilki kemempuan intelektual rendah akan kesulitan ketika menalar.
Pak N mengemukakan bahwa model atau metode pembelajaran yang sering beliau
gunakan adalah metode menemukan dan model pembelajaran berbasis alat peraga. Model
pembelajaran alat peraga dirasa baik karena akan mempermudah siswa ketia melakukan
pengamatan sehingga siswa dengan mudah mengetahui bagian-bagian yang ditelitinya.
Konsep materi juga akan lebih mudah untuk ditemaukan apabila siswa melakukan kegiatan
mencoba dan mengamati secara langsung terkait materi yang sedang dipelajari. Akan tetapi,
pak N juga mengalami beberapa kendala dalam menggunakan metode penemuan. Salah satu
kendala tersebut adalah siswa susah untuk menemukan konsep sendiri karena belum terbiasa.
Beliau menegaskan bahwa siswa yang belum terbiasa untuk menemukan konsep akan
memerlukan waktu yang lama ketika menemukan konsep sendiri.
Mengingat materi yang dipelajari, pak A danpak N dalam keadaan tertentu akan kembali
menggunakan metode ceramah untuk mengejar materi agar selesai tepat waktu. Seperti yang
telah dijelaskan bahwa pak A dan pak N memiliki persepsi waktu yang disediakan dirasa
kurang apabila semua pembelajaran menggunakan metode yang mengarah ke pendekatan
scientific. Sehingga untuk menyelesaikan materi yang berjumlah 12 BAB per tahun pak A
dan pak N menggunakan metode ceramah. Hal ini berlainan dengan konsep pembelajaran
pada Kurikulum 2013 bahwa pembelajaran berubah dari siswa yang diberi tahu menjadi
siswa mencari tahu.
Pak D menggunakan model pembelajaran project dalam kelompok. Model tersebut
dirasa baik karena dapat meningkatkan interaksi anatar siswa dan siswa tidak canggung lagi
untuk saling bertukar informasi. Hal ini sejalan dengan pendapat Kusumah (2013) bahwa
model pembelajaran kelompok (cooperative learning) sering digunakan pada setiap kegiatan
belajar-mengajar karena selain hemat waktu juga efektif, apalagi jika metode yang diterapkan
sangat memadai untuk perkembangan peserta didik. Metode yang dapat diterapkan antara lain
11

proyek kelompok, diskusi terbuka, bermain peran. Pak D akan memberi pengantar atau
konsep awal kepada siswa apabila materi yang dipelajari merupakan materi baru atau
sebelumnya belum pernah dipelajari. Setelah itu beliau akan menugaskan siswa dalam
kelompok untuk menemukan konsep selanjutnya. Guru dalam posisi ini bisa mengarahkan
siswa untuk menemukan materi dengan tema yang telah ditentukan atau mengarahkan siswa
untuk mencari di situs tertentu.
Pak D mengalami kendala dengan penerapan model tersebut untuk siswa yang secara
intelektualnya menengah ke bawah sehingga beliau harus memberi perhatian yang lebih
kepada siswa tersebut. Kusuma (2013) juga menjelaskan pembelajaran kolaborasi
(collaboration learning) menempatkan peserta didik dalam kelompok kecil dan memberinya
tugas di mana mereka saling membantu untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan kelompok.
Dukungan sejawat, keragaman pandangan, pengetahuan dan keahlian sangat membantu
mewujudkan belajar kolaboratif. Metode yang dapat diterapkan antara lain mencari
informasi, proyek, kartu sortir, turnamen, tim quiz.
Guru SMK Negeri 2 Salatiga memiliki persepsi sistem penilaian atau evaluasi akan
menghambat implementasi Kurikulum 2013 dalam pembelajaran matematika. Penyebabnya
adalah banyaknya jenis penilaian yang harus diselesaikan oleh guru. Badan pengembangan
sumber daya manusia pendidikan dan kebudayaan dan penjaminan mutu pendidikan
(2013:84) dalam materi pelatihan guru implementasi Kurikulum 2013 SMA/MA dan
SMK/MAK menuliskan prinsip pembelajaran intra kurikuler Penilaian hasil belajar
mencakup seluruh aspek kompetensi. Permendikbud NO 66 tahun 2013 juga menuliskan
Teknik dan instrumen digunakan dalam melakukan penilaian sikap, pengetahuan dan
ketrampilan. Pendidik melakukan penilaian kompetensi sikap melalui observasi, penilaian
diri, penilaian “teman sejawat” (peer evaluation) oleh peserta didik dan jurnal. Instrumen
yang digunakan untuk observasi, penilaian diri, dan penilaian antar peserta didik adalah
daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang disertai rubrik, sedangkan pada jurnal
berupa catatan pendidik. Pendidik menilai kompetensi pengetahuan melalui tes tulis, tes lisan,
dan penugasan. Pendidik menilai kompetensi keterampilan melalui penilaian kinerja, yaitu
penilaian yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu dengan
menggunakan tes praktik, projek, dan penilaian portofolio.
Guru SMK Negeri 2 Salatiga juga menegaskan seorang guru memiliki keterbatasan
dalam melakukan penilaian kepada siswa sedangkan pada Kurikulum 2013 guru akan
dituntut untuk mengamati secara jeli setiap siswa untuk penilaian sikap dan kerohaniannya.
Hal ini sejalan dengan Kartono (2010) mengungkapkan bahwa penilaian yang baik tidak
12

hanya dilakukan pada akhir suatu pokok bahasan melainkan setiap proses yang ada dalam
pembelajaran. Pendidik melakukan penilaian kompetensi sikap melalui observasi. Pak A
berpendapat bahwa penialaian dalam pembelajaran matematika berbasis Kurikulum 2013
dirasa sulit karena menuntut guru untuk lebih melakukan pengamatan kepada setiap siswa.
Guru tidak mungkin mengamati secara jeli satu per satu sehingga nilai yang diberikan kepada
siswa hanya tergantung dari sepengatahuan guru tersebut. Beliau juga menjelaskan dalam
pengisisn rubik seorang guru harus melihat keaktifan, keseriusan dan pengetahuan siswa
dalam belajar. Jika kelas yang diajarnya lebih dari satu, maka beliau harus menghafal nama
dan mengamati siswa yang jumlahnya banyak sehingga menyulitkan ketika melakukan
penilaian.
Terkait dengan masalah penilaian, Pak N belum melakssiswaan secara baik karena harus
menilai siswa dari segi pengetahuan, ketrampilan dan sikap. Seorang guru harus mengamati
satu per satu siswanya ketika ingin menilai ketrampilan serta sikapnya sedangkan guru
memiliki keterbatasan dalam mengamati tingkah laku siswa sehingga nilai yang diberikan
kepada siswa sebatas yang guru tahu . Beliau juga menegaskan bahwa setiap siswa memiliki
6 macam penilaian yang harus masuk ke rapor dan semua nilai tersebut harus didiskripsikan
sehingga pak N merasa keberatan dengan sistem evaluasi yang ada pada pembelajaran
matematika berbasis Kurikulum 2013. Enam jenis penilaiannya dan cara menilainya seperti
yang dilakukan pak N adalah yang pertama penilaian pengetahuan yang terbagi menjadi dua
dan cara penilaiannya dengan memberikan soal-soal evaluasi. Penilaian yang dilakukan
adalah dengan cara memberikan skor pada sola yang diberikan. Siswa yang mengerjakan tiga
cara yang benar akan mendapatkan tiga skor apabila total cara yang ada dalam soal tersebut
adalah empat. Apabila siswa mengerjakan benar dua maka akan diberi skor dua walaupun
hasil akhirnya benar. Beliau mengungkapkan yang dinilai adalah proses bagaimana siswa
menjawab jadi step by step dalam menjawab soal sangat diperhatikan. Hal ini sesuai dengan
teori Badan pengembangan sumber daya manusia pendidikan dan kebudayaan dan
penjaminan mutu pendidikan kementrian pendidikan dan kebudayaan (2013:6) Penilaian
pada hasil belajar harus memperkuat PAP (PenilaianAcuan Patokan) yaitu pencapaian hasil
belajar didasarkan pada posisi skor yang diperoleh terhadap skor maksimal. Penilaian tidak
hanya pada level KD tetapi juga kompetensi inti dan SKL. Memanfaatkan portofolio yang
dibuat siswa sebagai instrumen utama penilaian. Kedua, penilaian sikap yang terbagi menjadi
sikap sosial dan spiritual. Cara melakukan penilaian sikap adalah dengan cara melihat sikap
siswa dalam proses pembelajarannya maupun di lingkungan sekolah. Sikap sosial terbagi lagi
yang meliputi tekun, kerja sama dengan teman, tanggung jawab, toleran, kejujuran, sopan
13

santun dan responsif. Penilaian sikap spiritual terbagi menjadi memberi salam sebelum
pelajaran dan beribadah sesuai agama dan keyainan masing-masing siswa. Ketiga adalah
penilaian kreatifitas yang dinilai dari hasil, misalnya ketika membuat alat peraga ada siswa
yang membuat asal jadi dan ada siswa yang membuat sangat bagus dan kreatif jadi nilainya
berbeda.
Pak D berpendapat bahwa sistem penilaian pada pembelajaran matematika berbasis
Kurikulum 2013 masih rumit atau susah. Seorang guru juga harus mendiskripsikan dari
masing-masing nilai yang siswa dapat. Cara penilaian yang dilakukan adalah dengan cara
melihat form yang dibagikan untuk penilaian teman sejawat. Penilaian sikap dapat dilakukan
dengan cara melihat dari beberapa bagian siswa yang ada di kelas secara bergilir. Penilaian
ketrampilan dapat dilakukan dengan melihat topik pembelajaran, misalnya dalam apabila
topik yang dipelajari memungkinkan siswa untuk membuat alat peraga maka dilihat dari
hasilnya. Contoh lainnya adalah ketika siswa mengukur kolam maka bisa dilihat ketrampilan
siswa tersebut dalam melakukan pengukuran. Beliau juga menjelaskan dalam menilai
pengetahuan bentuk soal yang diberkan kepada siswa bisa dalam bentuk soal esai maupun
pilihan ganda. Pak D melakukan evalusi di setiap akhir pembelajaran kemudian ketika ingin
membuat diskripsi beliau merata-rata dari beberapa evalusi tersebut. Beliau akan melihat
standar minimal tiap siswa dalam melakukan evaluasi. Standar minimal tersebut dapat dilihat
dari kemampuan siswa dalam memahami materi pembelajaran. Pak D mengalami kendala
dengan fasilitas karena penilaian dan tugas-tugasbiasanya beliau lakukan dalam equit
sehingga membutuhkan vasilitas yang berbasis IT. Permendikbud No 65 tahun 2013 BAB III
juga menuliskan adanya penerapan teknologi informasi dan komunikasisecara terintegrasi,
sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi
Penilaian yang dilakukan guru SMK Negeri 2 Salatiga sejalan dengan teori
Permendikbud NO 66 tahun 2013 memuat Standar Penilaian merupakan standar nasional
pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil
belajar peserta didik. Standar penilaian pendidikan dalam Kurikulum 2013 menggunakan
prinsip dan pendekatan objektif, terpadu, ekonomis, transparan, akuntabel, edukatif. Teknik
dan instrumen digunakan dalam melakukan penilaian sikap, pengetahuan dan ketrampilan.
Pendidik melakukan penilaian kompetensi sikap melalui observasi, penilaian diri, penilaian
“teman sejawat” (peer evaluation) oleh peserta didik dan jurnal. Instrumen yang digunakan
untuk observasi, penilaian diri, dan penilaian antar peserta didik adalah daftar cek atau skala
penilaian (rating scale) yang disertai rubrik, sedangkan pada jurnal berupa catatan pendidik.
Pendidik menilai kompetensi pengetahuan melalui tes tulis, tes lisan, dan penugasan.
14

Pendidik menilai kompetensi keterampilan melalui penilaian kinerja, yaitu penilaian yang
menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu dengan menggunakan
tes praktik, projek, dan penilaian portofolio. Karakteristik penilaian pada Kurikulum 2013
adalah mengukur tingkat berfikir siswa mulai dari rendah sampai tinggi.

KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan dapat disimpulkan bahwa guru SMK Negeri 2 Salatiga
mendukung implementasi Kurikulum 2013. Beliau mengungkapkan bahwa dengan
implementasi Kurikulum 2013 pada pembelajaran matematika, siswa akan belajar menjadi
lebih aktif, kreatif, kritis, mandiri. Implementasi Kurikulum 2013 pada pembelajaran
matematika juga dirasa baik karena mampu membekali siswa ketika terjun pada dunia kerja
dan masyarakat. Siswa akan dibekali dengan

pemahaman konsep pada proses

pembelajarannya. Proses pembelajaran juga akan dikembangkan dengan melihat kompetensi
siswa, sehingga selain ditanamkan konsep pembelajaran, siswa akan terlatih untuk
menyelesaikan permasalahan dengan kompetensi yang dia miliki. Dengan demikan, siswa
akan lebih mudah dalam menemukan solusi ketika dihadapkan pada permasalahan yang
muncul pada dunia kerja dan masyarakat.
Guru SMK Negeri 2 Salatiga juga memiliki persepsi bahwa implementasi Kurikulum
2013 pada tahun ajaran 2013/2014

dirasa kurang tepat karena sarana pendukung

pembelajaran masih dirasa belum lengkap. Buku paket pembelajaran belum terpenuhi secara
sempurna sehingga akan menjadi kendala dalam implementasi Kurikulum 2013. Sarana
pendukung pembelajaran matematika lainnya seperri fasilitas berbasis IT juga belum
memadai untuk menerapkan Kurikulum 2013. Proses pembelajaran matematika pada
Kurikulum 2013 diarahkan untuk menggunakan fasilitas berbasis IT. Faktor penghambat
lainnya juga beraneka ragam mulai dari keadaan siswa, guru, buku pelajaran, materi
pelajaran, waktu pelajaran, metode pembelajaran dan sistem penilaian pembelajaran.
Guru SMK Negeri 2 Salatiga mempunyai persepsi bahwa metode pembelajaran
matematika berbasis scientific dirasa memerlukan waktu yang lama karena pengetahuan
siswa dan kecepatan siswa di SMK Negeri 2 Salatiga tergolong menengah ke bawah.
Keadaan siswa merupakan faktor yang menghambat karena dengan pengetahuan dan
ketrampilan yang berbeda maka kecepatan siswa dalam menemukan konsep pembelajaran
juga berbeda. Bila waktu yang digunakan siswa untuk menemukan konsep relatif lama maka
waktu yang tersedia dirasa kurang untuk mempelajari materi yang berjumlah 12 BAB dalam
satu tahun. Siswa juga akan merasa kesulitan apabila dimnta belajar dari buku paket
15

pembelajaran matematika berbasis Kurikulum 2013. Kesulitan itu disebabkan oleh isi materi
yang padat, kebiasaan siswa yang menggunakan buku tipe lama, bahasa dalam buku yang
sulit untuk dipaham siswa dan adanya ketidak sesuaian anatara materi yang sedang dipelajari
dan contoh soal yang diberikan. Selain itu juga belum ada keterbatasan materi yang jelas dari
pemerintah sehingga guru di SMK Negeri 2 Salatiga memiliki penafsiran yang berbeda. Guru
SMK Negeri 2 Salatiga memilik persepsi bahwa materi SMK dan SMA seharusnya berbeda
dengan alasan SMK seharusnya lebih menjurus ke jurusannya. Akan tetapi, mereka meyakini
bahwa siswa SMK juga bisa mempelajari materi yang taraf kesulitannya sama dengan siswa
SMA.
Perubahan mindset guru juga menjadi salah satu faktor dalam menghambat implementasi
Kurikulum 2013. Seorang guru juga perlu belajar mengubah suatu kebiasaan dari yang dulu
merupakan nara sumber menjadi pendamping dan fasilitator, dari yang dulu melakukan
penilaian kepada siswa dari segi pengetahuan menjadi tiga ranah yaitu pengetahuan,
ketrampilan dan sosial. Guru SMK Negeri 2 Salatiga memiliki persepsi bahwa sistem
penilaian pada kuriulum 2013 dirasa sulit. Guru harus mengamati siswa baik di dalam proses
pembelajaran maupun di lingkungan sekolah untuk menilai sikap siswa. Penilaian terhadap
ketrampilan siswa juga akan menuntut guru untuk mengamati proses siswa dalam
menyelesaikan tugas yang diberikan serta hasil pekerjaan siswa tersebut. Selain itu, beliau
juga merasa kesulitan apabila harus mendiskripsikan nilai setiap siswa dan setiap aspek
penilaian. Penilaian aspek pengatahuan, ketampilan dan sosial harus didiskripsikan sesuai
dengan kemampuan masing-masing siswa.
Guru SMK Negeri 2 Salatiga memiliki persepsi bahwa kompetensi guru yang dibutuhkan
untuk mengimplementasikan Kurikulum 2013 adalah kompetensi pedagogik, profesional dan
sosial. Kompetensi pedagogik yang terpenting adalah menghubungkan materi dengan jurusan
kelas yang di ajarnya dan mengetahai kompetensi siswa. Selain kompetensi guru, kompetesi
siswa juga sangat penting karena siswa merupakan tokoh utama dalam proses pembelajaran.
Peran guru dalam pembelajaran sangat penting karena guru akan berfungsi untuk
mengarahkan dan mendampingi siswa dalam proses pembelajaran. Guru SMK Negeri 2
Salatiga juga mengungkapkan seorang guru harus menyiapkan beberapa bahan yang
menunjang kelancaran pembelajaran. Bahan tersebut meliputi RPP, kajian materi, bahan
untuk mengajar seperti alat peraga (apabila menggunakan alat peraga), bahan penilaian baik
soal, jawaban maupun rubik penialain dan pemilihan metode yang tepat. Metode yang dapat
dikembangkan dalam implementasi Kurikulum 2013 meliputi metode penemuan, model
pembelajaran berbasis alat peraga dan model pembelajaran project dalam kelompok.
16

DAFTAR PUSTAKA
Badan pengembangan sumber daya manusia pendidikan dan kebudayaan dan penjaminan
mutu pendidikan kementrian. 2013. Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum
2013 SMA/MA dan SMK/MAK matematika. Jakarta: Kemendikbud
_____. 2014. Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013 SMA/MA dan
SMK/MAK matematika. Jakarta: Kemendikbud
Dikti.

perkembangan

2014.

kurikulum.

http://pjjpgsd.dikti.go.id/file.php/1/repository/dikti/Revisi_Bahan_Ajar_Cetak/BAC_
Pengkur_SD/UNIT-4_PERKEMBANGAN_KURIKULUM_.pdf, Diunduh pada 29
januari 2014 pukul 23.00 WIB
EPIK.

2013.

Sekolah

Sasaran

:

Jawa

Tengah/

SMA.

http://kurikulum.kemdikbud.go.id/public/school/03/402882993e7dc3fc013e7dcf88f50
001, diunduh 29 januari pukul 22.00 WIB.
_____.

2013.

Sekolah

Sasaran

:

Jawa

Tengah/

SMK.

http://kurikulum.kemdikbud.go.id/public/school/03/ff8081813e7d1548013e7d15facd0
000, diunduh pada 29 januari pukul 22.15 WIB.
Fajar.

2013.

Dewan

Pertimbangan

Presiden

Kunjungi

Salatiga.

http://salatigakota.go.id/InfoBerita.php?id=597&Senin,%209%20September%202013
, diunduh 29 januari 2014 pukul 09.00 WIB
Gunawan, Imam. 2013. MetodePenelitian Kualitatif Teori dan Praktik. Jakarta: Bumi Aksara
Hamalik, Oemar. 2008.Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara
Ivancevich, John M. 2008. Perilaku dan Manajemen Organisasi Jilid 1 Edisi 7. Jakarta:
Erlangga
Kartono, ST dkk. 2010. Reformasi Pendidikan Sebuah Rekomendasi. Yogyakarta: Kanisius
Kuncoro.

2013.

Pentingnya

kurikulum

berbasis

kewirausahaan.

http://edukasi.kompasiana.com/2013/04/03/pentingnya-kurikulum-berbasiskewirausahaan--542473.html. Diunduh pada 28 januari 2014 pukul 11.00 WIB.
17

Kusuma, Deden Cahaya. 2013. Komponen Pengembangan Kurikulum 2013 pada bahan Uji
Publik Kurikulum 2013. http://berita.upi.edu/2013/04/01/komponen-pengembangankurikulum-2013-pada-bahan-uji-publik-kurikulum-2013/

diunduh pada 5 februari

2014
Kusuma,

Wijaya.

2013.

Contoh

Model

Pembelajaran

di

Kurikulum

2013.

http://edukasi.kompasiana.com/2013/09/23/contoh-model-pembelajaran-di-kurikulum
-2013-594247.html. Diunduh 7 Mei 2014
Latifah.

2013.

Perubahan

atau

Pergeseran

Paradigma

Belajar

abad

21.

http://kaltim.tribunnews.com/2013/06/07/kurikulum-2013-perubahan-ataupergeseran-paradigma-belajar-abad-21. diunduh pada 28 januari 2014
Mulyana, Dedi. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif:Paradigma Baru Ilmu Komunikasi
dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung: Remaja Rosdakarya
Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Kesehatan Masyarakat dan Ilmu Seni. Jakarta: Rineka Cipta
Nuh,

Mohamad.
2013.
Kurikulum
Http://edukasi.kompas.co./read/2013/03/08/08205286/kurikulum2013.
maret 2014

2013.
Diunduh 3

Peraturan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No 65 tahun 2013
Peraturan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No 66 tahun 2013
Peraturan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No 69 tahun 2013
Peraturan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No 70 tahun 2013
Simamora, Bilson. 2008. Panduan Riset Perilaku Konsumen. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama
Suyasa, YS, dkk. 2004. Persepsi terhadap Dukungan Orang Tua dan Pembuatan Keputusan
Karir Remaja. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
Tim Pengembangan Ilmu Pendidikan FIP-UPI. 2007. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan bagian
III. Jakarta: PT Imperial Bhakti Utama

18

Turmuzi, Ahmad. 2013. Membangun Persepsi Guru dalam Menyongsong Penerapan
Kurikulum 2013. http://edukasi.kompasiana.com/2013/01/31/membangun-persepsiguru-dalam-menyongsong-penerapan-kurikulum-2013-529713.html . Diunduh 13
januari 2014
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
Zuriah, Nurul. 2006. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan Teori-Aplikasi. Jakarta:
Bumi Aksara

19