Hubungan Gambaran Foto Thorax dengan Hasil Pemeriksaan Sputum BTA pada Pasien dengan Klinis Tuberkulosis | Suganda | Jurnal Mutiara Medika 1051 3000 1 PB
ARTIKEL PENELITIAN
Mutiara Medika
Vol. 13 No. 1: 13-21, Januari 2013
Hubungan Gambaran Foto Thorax dengan Hasil Pemeriksaan Sputum BTA
pada Pasien dengan Klinis Tuberkulosis
The Correlation Chest Radiograph with The Result of Sputum’s Acid-Fast Bacilli
Smear Examination in Patient whose had Clinical Manifestation of Tubercculosis
Haqqi Pradipta Suganda1, Ana Majdawati2*
1
Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan,
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
2
Bagian Radiologi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan,
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
*Email: anamjdwt@yahoo.co.id
Abstrak
Tuberkulosis di Indonesia menjadi salah satu penyebab kematian terbanyak setelah penyakit
jantung dan saluran pernafasan. Diagnosis penunjang TB paru dapat ditegakkan dengan ditemukannya
kuman Mycobacterium tuberculosis di dalam sputum atau jaringan paru biakan, namun tidak ditemukan
di semua pasien Tuberkulosis sehingga harus ada pemeriksaan tambahan yaitu pemeriksaan foto ronsen
thorax untuk mendiagnosis Tuberkulosis paru. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara
hasil pemeriksaan gambaran foto thorax pada dengan hasil pemeriksaan sputum BTA pada pasien
dengan klinis Tuberkulosis di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan metode
observasional analitik dengan desain cross sectional menggunakan data sekunder dari catatan rekam
medis pasien RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta untuk semua kasus Tuberkulosis periode Januari
2010-Desember 2012. Data rekam medis yang digunakan adalah subyek penelitian pasien dengan
klinis Tuberkulosis yang mempunyai hasil pemeriksaan sputum BTA dan radiologi toraks. Jumlah sampel
sebanyak 51 pasien. Analisis data menggunakan uji Pearson Chi-Square. Hasil uji chi square didapatkan
nilai p 0,000 (p < 0,05), dengan r=0,470. Disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang cukup erat antara
gambaran foto thorax dengan hasil pemeriksaan sputum BTA pada pasien dengan klinis Tuberkulosis di
RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta.
Kata kunci: tuberkulosis, basil tahan asam, radiologi thoraks
Abstract
In Indonesia, tuberculosis become one of the most common cause of death after heart dissease
and respiratory track dissease. Pulmonal tuberculosis can be diagnosed by finding Mycobacterium tuberculosis in the sputum or pulmonal tissue culture. But can’t be found at all of the tuberculosis patient’s,
so must there any additional chest radiology examination to diagnose pulmonal tuberculosis. This research aims to know the correlation between chest radiograph with the result of sputum’s acid-fast bacilli
examination in patient whose had clinical manifestation of Tubercculosis in PKU Muhammadiah Hospital, Yogyakarta. This research uses observational analitic method, with cross sectional approach, using
secondary data from the medical records of PKU Muhammadiyah Hospital of Yogyakarta for all cases of
tuberculosis in the period january 2010-December 2012. Medical record data used in this study were
research subjects whose had clinical manifestation of Tubercculosis, sputum’s acid-fast bacilli smear
result and Chest Radiograph result. The sampel total is 51 subjects. Analizyng data using Pearson ChiSquare. The results of Chi-Square test p-value obtained p 0,000 ( 55 tahun adalah
tum negatif walaupun tidak jauh berbeda dengan
4,08. Hal ini dikarenakan pada penelitian tersebut
BTA sputum positif, dengan perbedaan 5,88%.
dilakukan di negara maju yang memiliki karakteris-
Hasil ini hampir sama dengan hasil penelitian yang
tik umur terbanyak pada usia lanjut.
dilakukan Lestari (2005)9 dimana 72,58% kasus
Terdapat perbedaan epidemiologi TB dari ne-
BTA sputum negatif dan 27,42% BTA sputum positif.
gara-negara berkembang dan industri. Di negara-
Hal ini sangat bertolak belakang dengan penelitian
negara di mana standar hidup rendah dan sumber
yang dilakukan oleh Mulyadi, et al. (2011)10 yang
daya kesehatan yang buruk, risiko infeksi TB baru
menunjukkan hanya 14,7% kasus dengan hasil
80% terjadi pada usia produktif (15-59 tahun). Di
BTA negatif, yang berarti terdapat insidensi TB BTA
negara-negara ekonomi maju di mana sudah terjadi
positif lebih banyak, sedangkan penelitian
penurunan insidensi TB, mayoritas kasus TB mun-
Soesanti, et al. (2006)1 didapatkan BTA sputum
cul akibat dari reaktivasi endogen TB. Hal ini me-
negatif 50% kasus, begitu pula dengan BTA spu-
nyebabkan tingkat penyakit tertinggi terjadi pada
tum positif.
orang tua (>65 tahun).7
Peran laboratorium dalam memantau terapi TB
Gejala klinis yang sering muncul menurut ca-
salah satunya dengan memeriksa sputum BTA
tatan medis didapatkan hasil sebagai berikut, batuk
secara mikroskopis. Pemeriksaan apusan sputum
merupakan manifestasi klinis terbanyak pada sam-
BTA dengan mikroskop cahaya merupakan peme-
pel yang diambil pada penelitian ini yaitu terdapat
riksaan penunjang diagnostik utama di negara yang
24 sampel atau 47,06% dari seluruh sampel, disu-
sedang berkembang karena pemeriksaan dengan
sul sesak nafas 19 sampel atau 37,25%, lalu batuk
sarana tersebut paling efisien, mudah, murah dan
berdarah 17 sampel atau 33,33% dari seluruh sam-
cepat.11
pel.
Adanya BTA dalam sputum mempunyai arti
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
yang sangat penting untuk menegakkan diagno-
gelaja klinis yang muncul pada infeksi Tuberkulosis.
sis TB paru, namun untuk menemukan BTA terse-
17
Haqqi Pradipta Suganda, Hubungan Gambaran Foto Thorax dengan Hasil ...
but tidak mudah, karena terdapat beberapa faktor
kan sedikit bekas antara lain sarang Ghon, garis
yang mempengaruhi hasil pemeriksaan mikrosko-
fibrotik dan sarang perkapuran di hilus.13
pis BTA, diantaranya adalah pengambilan sputum
TB pasca primer terjadi bertahun-tahun setelah
yang tidak adekuat sehingga mengakibatkan terlalu
TB primer. TB pasca primer diawali dengan pem-
sedikit kuman yang ditemukan, cara dan metode
bentukan sarang dini (sarang pneumonia), umum-
pemeriksaan yang tidak adekuat dan pengaruh pe-
nya di segmen apikal lobus superior maupun infe-
10
ngobatan dengan pemberian obat anti TB (OAT).
rior. Sarang pneumonia tersebut dapat direabsorbsi
Hasil pembacaan foto thorax pada 51 sampel
dan sembuh tanpa cacat, meluas dan menyembuh
penderita TB ditemukan paling banyak sampel de-
dengan fibrotik dan perkapuran, atau meluas dan
ngan klinis TB dengan ronsen positif sebanyak 33
mengalami nekrosis kaseosa membentuk kavitas.
sampel atau 64,7% dari seluruh sampel yang di-
Kavitas tersebut dapat meluas dan membentuk
ambil, sedangkan ronsen negatif sebanyak 18 sam-
sarang pneumonia baru, membentuk tuberkuloma,
pel atau 35,3% dari seluruh sampel yang diambil.
atau menyembuh membentuk kavitas terbuka yang
Hasil ini hampir sama dengan penelitian yang dila-
sembuh.13
kukan oleh Soesanti, et al. (2006)1 dimana paling
Untuk sampel dengan BTA positif dapat digo-
banyak didapatkan sampel ronsen positif yaitu 80%
longkan menjadi (+), (++), (+++) untuk kejadian BTA
dari seluruh sampel, sedangkan yang paling sedikit
positif tersebut apabila dihubungkan dengan gam-
didapatkan 20% dari total 50 sampel yaitu sampel
baran foto thorax dengan klasifikasi menurut Na-
yang memiliki ronsen negatif.
tional Tuberculosis Association USA (1961) maka
Diagnosis radiografi TB primer dapat menun-
akan didapatkan hasil dari 24 sampel dengan BTA
jukkan adanya gambaran infiltrat kecil homogen,
(+) terdapat 7 (29,2%) dengan ronsen minimal, 5
pembesaran limfonodi hilus serta paratrakea, dan
(20,8%) dengan ronsen moderat, 2 (8,3%) dengan
atelektasis segmen. Efusi pleura dapat juga terjadi
ronsen lanjut dan 2 (8,3%) dengan ronsen negatif.
terutama pada penderita dewasa. Kompleks Ghon
Untuk sampel dengan BTA (++) terdapat 1 (4,2%)
(fokus klasifikasi primer) dan Ranke (fokus klasifi-
dengan ronsen minimal, 1 (4,2%) dengan ronsen
kasi primer dan klasifikasi limfonodi hilus) dapat
moderat, 3 (12,5%) dengan ronsen lanjut dan 0
menunjukkan bukti sisa penyembuhan Tuberku-
(0%) dengan ronsen negatif, sedangkan untuk
losis primer. Pada Tuberkulosis yang mengalami
sampel dengan BTA (+++) terdapat 1 (4,2%) de-
reaktivasi, pada pemeriksaan radiografi dapat me-
ngan ronsen minimal, 1 (4,2%) dengan ronsen mo-
nunjukkan gambaran fibrokavitasi apeks, nodul dan
derat, 1 (4,2%) dengan ronsen lanjut dan 0 (0%)
infiltrat pneumonia.
12
dengan ronsen negatif. Dengan hasil ini maka da-
Sarang primer ini dapat timbul di bagian mana
pat diketahui pada BTA (+) lesi ronsen terbanyak
saja dalam paru, berbeda dengan sarang reakti-
adalah lesi negatif 7 sampel atau (29,2%), untuk
vasi. Kompleks primer ini akan sembuh dengan ti-
BTA (++) lesi terbanyak terdapat pada lesi lanjut 3
dak meninggalkan cacat namun akan meninggal-
sampel atau (12,5%), sedangkan untuk BTA (+++)
18
Mutiara Medika
Vol. 13 No. 1: 13-21, Januari 2013
lesi minimal, moderat dan lanjut angka kejadianya
Menghitung keeratan dan arah hubungan an-
sama, namun pada BTA (+) tedapat 2 sampel
tar variabel dapat dilihat dari nilai koefisien konti-
(8,3%) dengan ronsen yang negatif.
ngensi (r). Jika hasil (r) > 0 atau positif maka dapat
Penelitian ini bertujuan mencari hubungan
ditarik kesimpulan bahwa arah korelasinya positif,
antara gambaran foto thorax dengan hasil pemerik-
yaitu semakin besar nilai suatu variabel semakin
saan sputum BTA pada pasien dengan klinis TB
besar pula nilai variabel lainya. Jika nilai (r) < 0
dengan metode penelitian menggunakan observa-
atau negatif maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
sional analitik dengan desain cross sectional.
arah korelasinya negatif, yaitu semakin besar nilai
Hasil analisis data terhadap 51 sampel pen-
suatu variabel, maka nilai variabel lainya semakin
derita TB paru dengan menggunakan uji Pearson
kecil. Hasil analisis data diketahui bahwa nilai r ada-
Chi-Square dan uji koefisien kontingensi, didapat-
lah 0,470 < 0 (positif), sehingga dapat ditarik kesim-
kan hasil nilai X2 hitung sebesar 14,429, nilai df
pulan bahwa semakin positif gambaran foto tho-
sebesar 1 nilai signifikansi (p) sebesar 0,000 nilai
rax, semakin positif pula hasil pemeriksaan spu-
korelasi (r) 0,470.
tum BTA pada pasien dengan klinis TB. Untuk ke-
Pengambilan kesimpulan pada uji Pearson
eratan hubunganya ditarik kesimpulan dengan
Chi-Square dapat ditempuh dengan dua cara, yang
menghitung nilai (r) pula. Semakin nilai (r) mende-
2
pertama dengan membandingkan antara nilai X
kati angka 1 semakin kuat pula hubungan keeratan
hitung dengan X2 tabel, dimana dikatakan bila nilai
antar variabel tersebut. Hasil analisis SPSS nilai
2
2
X hitung > nilai X tabel, maka Ha diterima atau
r= 0,470 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat
dapat dikatakan bahwa ada hubungan antara varia-
hubungan yang cukup erat antara gambaran foto
bel yang diteliti. Berdasarkan hasil uji tersebut,
dengan hasil pemeriksaan sputum BTA pada pa-
didapatkan bahwa nilai X2 hitung (14,429) > nilai
sien dengan klinis TB.
2
X tabel (3,841), sehingga, dapat disimpulkan bah-
Hasil uji Pearson Chi-Square, menunjukkan
wa terdapat hubungan antara gambaran foto tho-
OR 16,00 yang berarti pada sampel yang memiliki
rax dengan hasil pemeriksaan sputum BTA pada
foto ronsen positif memiliki kecenderungan untuk
pasien dengan klinis TB (Ho ditolak).
mempunyai BTA positif 16,00 kali lebih besar diban-
Cara yang kedua yaitu dengan melihat tingkat
signifikansi (p), dengan membandingkan antara ni-
dingkan dengan sampel yang memiliki ronsen
negatif.
lai signifikansi (p) dengan koefisien ± (0,05), di
Pemeriksaan radiologi dapat menunjukkan
mana dikatakan bila nilai p < 0,05 maka Ha diterima
bahwa transmisi basil TB pada penderita menye-
atau ada hubungan antar variabel yang diteliti. Ber-
babkan beberapa kelainan spesifik, tetapi gambar-
dasarkan hasil uji Pearson Chi-Square, didapatkan
an radiologi tidak dapat menilai apakah proses aktif
bahwa nilai p (0,000) < 0,05, maka dapat disimpul-
atau tidak, sehingga dalam menilai suatu kasus
kan bahwa terdapat hubungan antara gambaran
yang dicurigai TB paru perlu kombinasi antara
foto dengan hasil pemeriksaan sputum BTA pada
pemeriksaan Sputum BTA, pemeriksaan radiologi
pasien dengan klinis TB (Ha diterima).
dan pemeriksaan lainnya.5
19
Haqqi Pradipta Suganda, Hubungan Gambaran Foto Thorax dengan Hasil ...
Hasil penelitian menyebutkan bahwa terdapat
SIMPULAN
Terdapat hubungan yang cukup erat antara
hubungan yang cukup erat antara gambaran foto
dengan hasil pemeriksaan sputum BTA pada pasien dengan klinis TB. Hal ini menunjukkan bahwa
pemeriksaan Mycobacterium tuberculosis (BTA)
gambaran foto thorax dengan hasil pemeriksaan
sputum BTA pada pasien dengan klinis TB di RS
PKU Muhammadiyah Yogyakarta.
Perlu penelitian lanjutan dengan metode pene-
ataupun pemeriksaan foto ronsen sama efektifnya
untuk mendiagnosis TB. Walaupun pada hasil sampel yang didapatkan terdapat 2 sampel dengan BTA
positif namun ronsen negatif hal itu kemungkinan
dikarenakan oleh beberapa faktor terkait. Salah
satunya karena lesi TB paru dapat sembuh kembali
tanpa meninggalkan cacat sarang tadi mula mula
meluas, tetapi segera terjadi proses penyembuhan
dengan penyebukan jaringan fibrosis. Selanjutnya
litian yang lebih spesifik, misalnya variabel yang
diteliti diperiksa secara mandiri untuk menghindari
bias penelitian serta dengan sampel yang lebih
spesifik, meliputi jenis kelamin dan rentang umur
yang sama, karena terdapat perbedaan mekanisme imunitas tubuh ketika terjadi proses infeksi TB.
DAFTAR PUSTAKA
1.
akan membungkus diri menjadi lebih keras, terjadi
Hubungan Antara Hasil Pemeriksaan Myco-
perkapuran dan akan sembuh dalam bentuk perka-
bakterium Tuberculosis dengan Hasil Peme-
puran.13
riksaan Foto Rontgen pada Penderita TB Paru
Faktor lain yang menyebabkan terjadinya hal
di Rumah Sakit Paru Pamekasan Madura
tersebut adalah dikarenakan kesalahan pada pemeriksaan BTA hal itu dapat dipengaruhi oleh cara
Tahun 2006. 2006.
2.
pengambilan sputum, pembuatan apusan dan pe-
1). Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Hasil penelitian ini diperkuat dengan penelitian
Indonesia. 2010.
3.
hasilnya terdapat hubungan antara pemeriksaan
losis. Jakarta: Departemen Kesehatan Repu-
0,006. Namun hasil penelitian ini berbeda dengan
blik Indonesia. 2006.
4.
(2011)10 dengan hasil tidak terdapat hubungan
2007: From Basic Science to Patient Care (1
radiologi toraks pada penderita TB paru di RSUD
0,809 (>0,05).
20
Kritski, A.d. Tuberculosis in adults. Dalam J.
Palomio, S. Leao, & V. Ritacco, Tuberculosis
antara tingkat kepositifan BTA dengan gambaran
Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh, dengan p-value
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberku-
BTA dengan hasil foto ronsen dengan nilai (p)
penelitian yang dilakukan oleh Mulyadi, et al.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Laporan Subdit TB Depkes RI 2000-2010(Tw-
meriksaan mikriskopis BTA itu sendiri.10
yang dilakukan oleh Soesanti, et al. (2006)1 dimana
Soesanti, I., Woelansari, E.D., & Nurhayati.
ed.). Brazil. 2007. hal. 478-524
5.
Sembiring, H. Hubungan Pemeriksaan Dahak
Dengan Kelainan Radiologis Pada Penderita
Mutiara Medika
Vol. 13 No. 1: 13-21, Januari 2013
6.
TBC Paru Dewasa. Bagian Paru Fakultas
10. Mulyadi, Mudatsir & Nurlina. Hubungan Tingkat
Kedokteran Universitas Sumatera Utara , 1-2.
Kepositivan Pemeriksaan Basil Tahan Asam
2005.
(BTA) dengan Gambaran Luas Lesi Radiologi
Gustafson P, Gomes VF, Vieira CS, Rabna P,
Toraks pada Penderita Tuberkulosis Paru yang
Seng R, Johansson P., et al. Tuberculosis in
Dirawat Di SMF Pulmonologi RSUDZA Banda
Bissau: incidence and risk factors in an urban
Aceh. J Respir Indo, 2011; 31 (3): 133-137.
community in sub-Saharan Africa. Int J Epidemiol. 2004; 33 (1): 163-72.
7.
Leung, A.N. Pulmonary Tuberculosis: The Essentials. Radiology, 1999; 210: 307–322
8.
Icksan, A.G., & Luhur, R. Radiologi Toraks Tuberculosis Paru. (A. Pradana, Penyunt.) Jakarta, Indonesia: CV. Sagung Seto. 2008.
9.
11. World Health Organization. Specimen collection and transport for microbiological investigation. Specimen collection and transport for
microbiological investigation. WHO Regions
publications. Eastern Mediterranean. Alexandria-Egypt: WHO Regions Publications. 1995.
12. Tierney, L.M., McPhee, S.J., & Papadakis, M.A.
Diagnosis dan Terapi Kedokteran Ilmu Penya-
Lestari, E. Nilai Diagnostik Pemeriksaan Mi-
kit Dalam (Vol. 1). (A. Ghofir, Penerj.) Jakarta:
kroskopis Basil Tahan Asam Metoda Konsen-
Salemba Medika. 2002.
trasi Dibandingkan dengan Kultur Pada Spu-
13. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Tubercu-
tum Tersangka Tuberculosis Paru. Semarang:
losis. Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.
Di Indonesia. Jakarta: Perhimpunan Dokter
p. 9. 2005.
Paru Indonesia. 2002.
21
Mutiara Medika
Vol. 13 No. 1: 13-21, Januari 2013
Hubungan Gambaran Foto Thorax dengan Hasil Pemeriksaan Sputum BTA
pada Pasien dengan Klinis Tuberkulosis
The Correlation Chest Radiograph with The Result of Sputum’s Acid-Fast Bacilli
Smear Examination in Patient whose had Clinical Manifestation of Tubercculosis
Haqqi Pradipta Suganda1, Ana Majdawati2*
1
Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan,
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
2
Bagian Radiologi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan,
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
*Email: anamjdwt@yahoo.co.id
Abstrak
Tuberkulosis di Indonesia menjadi salah satu penyebab kematian terbanyak setelah penyakit
jantung dan saluran pernafasan. Diagnosis penunjang TB paru dapat ditegakkan dengan ditemukannya
kuman Mycobacterium tuberculosis di dalam sputum atau jaringan paru biakan, namun tidak ditemukan
di semua pasien Tuberkulosis sehingga harus ada pemeriksaan tambahan yaitu pemeriksaan foto ronsen
thorax untuk mendiagnosis Tuberkulosis paru. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara
hasil pemeriksaan gambaran foto thorax pada dengan hasil pemeriksaan sputum BTA pada pasien
dengan klinis Tuberkulosis di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan metode
observasional analitik dengan desain cross sectional menggunakan data sekunder dari catatan rekam
medis pasien RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta untuk semua kasus Tuberkulosis periode Januari
2010-Desember 2012. Data rekam medis yang digunakan adalah subyek penelitian pasien dengan
klinis Tuberkulosis yang mempunyai hasil pemeriksaan sputum BTA dan radiologi toraks. Jumlah sampel
sebanyak 51 pasien. Analisis data menggunakan uji Pearson Chi-Square. Hasil uji chi square didapatkan
nilai p 0,000 (p < 0,05), dengan r=0,470. Disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang cukup erat antara
gambaran foto thorax dengan hasil pemeriksaan sputum BTA pada pasien dengan klinis Tuberkulosis di
RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta.
Kata kunci: tuberkulosis, basil tahan asam, radiologi thoraks
Abstract
In Indonesia, tuberculosis become one of the most common cause of death after heart dissease
and respiratory track dissease. Pulmonal tuberculosis can be diagnosed by finding Mycobacterium tuberculosis in the sputum or pulmonal tissue culture. But can’t be found at all of the tuberculosis patient’s,
so must there any additional chest radiology examination to diagnose pulmonal tuberculosis. This research aims to know the correlation between chest radiograph with the result of sputum’s acid-fast bacilli
examination in patient whose had clinical manifestation of Tubercculosis in PKU Muhammadiah Hospital, Yogyakarta. This research uses observational analitic method, with cross sectional approach, using
secondary data from the medical records of PKU Muhammadiyah Hospital of Yogyakarta for all cases of
tuberculosis in the period january 2010-December 2012. Medical record data used in this study were
research subjects whose had clinical manifestation of Tubercculosis, sputum’s acid-fast bacilli smear
result and Chest Radiograph result. The sampel total is 51 subjects. Analizyng data using Pearson ChiSquare. The results of Chi-Square test p-value obtained p 0,000 ( 55 tahun adalah
tum negatif walaupun tidak jauh berbeda dengan
4,08. Hal ini dikarenakan pada penelitian tersebut
BTA sputum positif, dengan perbedaan 5,88%.
dilakukan di negara maju yang memiliki karakteris-
Hasil ini hampir sama dengan hasil penelitian yang
tik umur terbanyak pada usia lanjut.
dilakukan Lestari (2005)9 dimana 72,58% kasus
Terdapat perbedaan epidemiologi TB dari ne-
BTA sputum negatif dan 27,42% BTA sputum positif.
gara-negara berkembang dan industri. Di negara-
Hal ini sangat bertolak belakang dengan penelitian
negara di mana standar hidup rendah dan sumber
yang dilakukan oleh Mulyadi, et al. (2011)10 yang
daya kesehatan yang buruk, risiko infeksi TB baru
menunjukkan hanya 14,7% kasus dengan hasil
80% terjadi pada usia produktif (15-59 tahun). Di
BTA negatif, yang berarti terdapat insidensi TB BTA
negara-negara ekonomi maju di mana sudah terjadi
positif lebih banyak, sedangkan penelitian
penurunan insidensi TB, mayoritas kasus TB mun-
Soesanti, et al. (2006)1 didapatkan BTA sputum
cul akibat dari reaktivasi endogen TB. Hal ini me-
negatif 50% kasus, begitu pula dengan BTA spu-
nyebabkan tingkat penyakit tertinggi terjadi pada
tum positif.
orang tua (>65 tahun).7
Peran laboratorium dalam memantau terapi TB
Gejala klinis yang sering muncul menurut ca-
salah satunya dengan memeriksa sputum BTA
tatan medis didapatkan hasil sebagai berikut, batuk
secara mikroskopis. Pemeriksaan apusan sputum
merupakan manifestasi klinis terbanyak pada sam-
BTA dengan mikroskop cahaya merupakan peme-
pel yang diambil pada penelitian ini yaitu terdapat
riksaan penunjang diagnostik utama di negara yang
24 sampel atau 47,06% dari seluruh sampel, disu-
sedang berkembang karena pemeriksaan dengan
sul sesak nafas 19 sampel atau 37,25%, lalu batuk
sarana tersebut paling efisien, mudah, murah dan
berdarah 17 sampel atau 33,33% dari seluruh sam-
cepat.11
pel.
Adanya BTA dalam sputum mempunyai arti
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
yang sangat penting untuk menegakkan diagno-
gelaja klinis yang muncul pada infeksi Tuberkulosis.
sis TB paru, namun untuk menemukan BTA terse-
17
Haqqi Pradipta Suganda, Hubungan Gambaran Foto Thorax dengan Hasil ...
but tidak mudah, karena terdapat beberapa faktor
kan sedikit bekas antara lain sarang Ghon, garis
yang mempengaruhi hasil pemeriksaan mikrosko-
fibrotik dan sarang perkapuran di hilus.13
pis BTA, diantaranya adalah pengambilan sputum
TB pasca primer terjadi bertahun-tahun setelah
yang tidak adekuat sehingga mengakibatkan terlalu
TB primer. TB pasca primer diawali dengan pem-
sedikit kuman yang ditemukan, cara dan metode
bentukan sarang dini (sarang pneumonia), umum-
pemeriksaan yang tidak adekuat dan pengaruh pe-
nya di segmen apikal lobus superior maupun infe-
10
ngobatan dengan pemberian obat anti TB (OAT).
rior. Sarang pneumonia tersebut dapat direabsorbsi
Hasil pembacaan foto thorax pada 51 sampel
dan sembuh tanpa cacat, meluas dan menyembuh
penderita TB ditemukan paling banyak sampel de-
dengan fibrotik dan perkapuran, atau meluas dan
ngan klinis TB dengan ronsen positif sebanyak 33
mengalami nekrosis kaseosa membentuk kavitas.
sampel atau 64,7% dari seluruh sampel yang di-
Kavitas tersebut dapat meluas dan membentuk
ambil, sedangkan ronsen negatif sebanyak 18 sam-
sarang pneumonia baru, membentuk tuberkuloma,
pel atau 35,3% dari seluruh sampel yang diambil.
atau menyembuh membentuk kavitas terbuka yang
Hasil ini hampir sama dengan penelitian yang dila-
sembuh.13
kukan oleh Soesanti, et al. (2006)1 dimana paling
Untuk sampel dengan BTA positif dapat digo-
banyak didapatkan sampel ronsen positif yaitu 80%
longkan menjadi (+), (++), (+++) untuk kejadian BTA
dari seluruh sampel, sedangkan yang paling sedikit
positif tersebut apabila dihubungkan dengan gam-
didapatkan 20% dari total 50 sampel yaitu sampel
baran foto thorax dengan klasifikasi menurut Na-
yang memiliki ronsen negatif.
tional Tuberculosis Association USA (1961) maka
Diagnosis radiografi TB primer dapat menun-
akan didapatkan hasil dari 24 sampel dengan BTA
jukkan adanya gambaran infiltrat kecil homogen,
(+) terdapat 7 (29,2%) dengan ronsen minimal, 5
pembesaran limfonodi hilus serta paratrakea, dan
(20,8%) dengan ronsen moderat, 2 (8,3%) dengan
atelektasis segmen. Efusi pleura dapat juga terjadi
ronsen lanjut dan 2 (8,3%) dengan ronsen negatif.
terutama pada penderita dewasa. Kompleks Ghon
Untuk sampel dengan BTA (++) terdapat 1 (4,2%)
(fokus klasifikasi primer) dan Ranke (fokus klasifi-
dengan ronsen minimal, 1 (4,2%) dengan ronsen
kasi primer dan klasifikasi limfonodi hilus) dapat
moderat, 3 (12,5%) dengan ronsen lanjut dan 0
menunjukkan bukti sisa penyembuhan Tuberku-
(0%) dengan ronsen negatif, sedangkan untuk
losis primer. Pada Tuberkulosis yang mengalami
sampel dengan BTA (+++) terdapat 1 (4,2%) de-
reaktivasi, pada pemeriksaan radiografi dapat me-
ngan ronsen minimal, 1 (4,2%) dengan ronsen mo-
nunjukkan gambaran fibrokavitasi apeks, nodul dan
derat, 1 (4,2%) dengan ronsen lanjut dan 0 (0%)
infiltrat pneumonia.
12
dengan ronsen negatif. Dengan hasil ini maka da-
Sarang primer ini dapat timbul di bagian mana
pat diketahui pada BTA (+) lesi ronsen terbanyak
saja dalam paru, berbeda dengan sarang reakti-
adalah lesi negatif 7 sampel atau (29,2%), untuk
vasi. Kompleks primer ini akan sembuh dengan ti-
BTA (++) lesi terbanyak terdapat pada lesi lanjut 3
dak meninggalkan cacat namun akan meninggal-
sampel atau (12,5%), sedangkan untuk BTA (+++)
18
Mutiara Medika
Vol. 13 No. 1: 13-21, Januari 2013
lesi minimal, moderat dan lanjut angka kejadianya
Menghitung keeratan dan arah hubungan an-
sama, namun pada BTA (+) tedapat 2 sampel
tar variabel dapat dilihat dari nilai koefisien konti-
(8,3%) dengan ronsen yang negatif.
ngensi (r). Jika hasil (r) > 0 atau positif maka dapat
Penelitian ini bertujuan mencari hubungan
ditarik kesimpulan bahwa arah korelasinya positif,
antara gambaran foto thorax dengan hasil pemerik-
yaitu semakin besar nilai suatu variabel semakin
saan sputum BTA pada pasien dengan klinis TB
besar pula nilai variabel lainya. Jika nilai (r) < 0
dengan metode penelitian menggunakan observa-
atau negatif maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
sional analitik dengan desain cross sectional.
arah korelasinya negatif, yaitu semakin besar nilai
Hasil analisis data terhadap 51 sampel pen-
suatu variabel, maka nilai variabel lainya semakin
derita TB paru dengan menggunakan uji Pearson
kecil. Hasil analisis data diketahui bahwa nilai r ada-
Chi-Square dan uji koefisien kontingensi, didapat-
lah 0,470 < 0 (positif), sehingga dapat ditarik kesim-
kan hasil nilai X2 hitung sebesar 14,429, nilai df
pulan bahwa semakin positif gambaran foto tho-
sebesar 1 nilai signifikansi (p) sebesar 0,000 nilai
rax, semakin positif pula hasil pemeriksaan spu-
korelasi (r) 0,470.
tum BTA pada pasien dengan klinis TB. Untuk ke-
Pengambilan kesimpulan pada uji Pearson
eratan hubunganya ditarik kesimpulan dengan
Chi-Square dapat ditempuh dengan dua cara, yang
menghitung nilai (r) pula. Semakin nilai (r) mende-
2
pertama dengan membandingkan antara nilai X
kati angka 1 semakin kuat pula hubungan keeratan
hitung dengan X2 tabel, dimana dikatakan bila nilai
antar variabel tersebut. Hasil analisis SPSS nilai
2
2
X hitung > nilai X tabel, maka Ha diterima atau
r= 0,470 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat
dapat dikatakan bahwa ada hubungan antara varia-
hubungan yang cukup erat antara gambaran foto
bel yang diteliti. Berdasarkan hasil uji tersebut,
dengan hasil pemeriksaan sputum BTA pada pa-
didapatkan bahwa nilai X2 hitung (14,429) > nilai
sien dengan klinis TB.
2
X tabel (3,841), sehingga, dapat disimpulkan bah-
Hasil uji Pearson Chi-Square, menunjukkan
wa terdapat hubungan antara gambaran foto tho-
OR 16,00 yang berarti pada sampel yang memiliki
rax dengan hasil pemeriksaan sputum BTA pada
foto ronsen positif memiliki kecenderungan untuk
pasien dengan klinis TB (Ho ditolak).
mempunyai BTA positif 16,00 kali lebih besar diban-
Cara yang kedua yaitu dengan melihat tingkat
signifikansi (p), dengan membandingkan antara ni-
dingkan dengan sampel yang memiliki ronsen
negatif.
lai signifikansi (p) dengan koefisien ± (0,05), di
Pemeriksaan radiologi dapat menunjukkan
mana dikatakan bila nilai p < 0,05 maka Ha diterima
bahwa transmisi basil TB pada penderita menye-
atau ada hubungan antar variabel yang diteliti. Ber-
babkan beberapa kelainan spesifik, tetapi gambar-
dasarkan hasil uji Pearson Chi-Square, didapatkan
an radiologi tidak dapat menilai apakah proses aktif
bahwa nilai p (0,000) < 0,05, maka dapat disimpul-
atau tidak, sehingga dalam menilai suatu kasus
kan bahwa terdapat hubungan antara gambaran
yang dicurigai TB paru perlu kombinasi antara
foto dengan hasil pemeriksaan sputum BTA pada
pemeriksaan Sputum BTA, pemeriksaan radiologi
pasien dengan klinis TB (Ha diterima).
dan pemeriksaan lainnya.5
19
Haqqi Pradipta Suganda, Hubungan Gambaran Foto Thorax dengan Hasil ...
Hasil penelitian menyebutkan bahwa terdapat
SIMPULAN
Terdapat hubungan yang cukup erat antara
hubungan yang cukup erat antara gambaran foto
dengan hasil pemeriksaan sputum BTA pada pasien dengan klinis TB. Hal ini menunjukkan bahwa
pemeriksaan Mycobacterium tuberculosis (BTA)
gambaran foto thorax dengan hasil pemeriksaan
sputum BTA pada pasien dengan klinis TB di RS
PKU Muhammadiyah Yogyakarta.
Perlu penelitian lanjutan dengan metode pene-
ataupun pemeriksaan foto ronsen sama efektifnya
untuk mendiagnosis TB. Walaupun pada hasil sampel yang didapatkan terdapat 2 sampel dengan BTA
positif namun ronsen negatif hal itu kemungkinan
dikarenakan oleh beberapa faktor terkait. Salah
satunya karena lesi TB paru dapat sembuh kembali
tanpa meninggalkan cacat sarang tadi mula mula
meluas, tetapi segera terjadi proses penyembuhan
dengan penyebukan jaringan fibrosis. Selanjutnya
litian yang lebih spesifik, misalnya variabel yang
diteliti diperiksa secara mandiri untuk menghindari
bias penelitian serta dengan sampel yang lebih
spesifik, meliputi jenis kelamin dan rentang umur
yang sama, karena terdapat perbedaan mekanisme imunitas tubuh ketika terjadi proses infeksi TB.
DAFTAR PUSTAKA
1.
akan membungkus diri menjadi lebih keras, terjadi
Hubungan Antara Hasil Pemeriksaan Myco-
perkapuran dan akan sembuh dalam bentuk perka-
bakterium Tuberculosis dengan Hasil Peme-
puran.13
riksaan Foto Rontgen pada Penderita TB Paru
Faktor lain yang menyebabkan terjadinya hal
di Rumah Sakit Paru Pamekasan Madura
tersebut adalah dikarenakan kesalahan pada pemeriksaan BTA hal itu dapat dipengaruhi oleh cara
Tahun 2006. 2006.
2.
pengambilan sputum, pembuatan apusan dan pe-
1). Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Hasil penelitian ini diperkuat dengan penelitian
Indonesia. 2010.
3.
hasilnya terdapat hubungan antara pemeriksaan
losis. Jakarta: Departemen Kesehatan Repu-
0,006. Namun hasil penelitian ini berbeda dengan
blik Indonesia. 2006.
4.
(2011)10 dengan hasil tidak terdapat hubungan
2007: From Basic Science to Patient Care (1
radiologi toraks pada penderita TB paru di RSUD
0,809 (>0,05).
20
Kritski, A.d. Tuberculosis in adults. Dalam J.
Palomio, S. Leao, & V. Ritacco, Tuberculosis
antara tingkat kepositifan BTA dengan gambaran
Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh, dengan p-value
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberku-
BTA dengan hasil foto ronsen dengan nilai (p)
penelitian yang dilakukan oleh Mulyadi, et al.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Laporan Subdit TB Depkes RI 2000-2010(Tw-
meriksaan mikriskopis BTA itu sendiri.10
yang dilakukan oleh Soesanti, et al. (2006)1 dimana
Soesanti, I., Woelansari, E.D., & Nurhayati.
ed.). Brazil. 2007. hal. 478-524
5.
Sembiring, H. Hubungan Pemeriksaan Dahak
Dengan Kelainan Radiologis Pada Penderita
Mutiara Medika
Vol. 13 No. 1: 13-21, Januari 2013
6.
TBC Paru Dewasa. Bagian Paru Fakultas
10. Mulyadi, Mudatsir & Nurlina. Hubungan Tingkat
Kedokteran Universitas Sumatera Utara , 1-2.
Kepositivan Pemeriksaan Basil Tahan Asam
2005.
(BTA) dengan Gambaran Luas Lesi Radiologi
Gustafson P, Gomes VF, Vieira CS, Rabna P,
Toraks pada Penderita Tuberkulosis Paru yang
Seng R, Johansson P., et al. Tuberculosis in
Dirawat Di SMF Pulmonologi RSUDZA Banda
Bissau: incidence and risk factors in an urban
Aceh. J Respir Indo, 2011; 31 (3): 133-137.
community in sub-Saharan Africa. Int J Epidemiol. 2004; 33 (1): 163-72.
7.
Leung, A.N. Pulmonary Tuberculosis: The Essentials. Radiology, 1999; 210: 307–322
8.
Icksan, A.G., & Luhur, R. Radiologi Toraks Tuberculosis Paru. (A. Pradana, Penyunt.) Jakarta, Indonesia: CV. Sagung Seto. 2008.
9.
11. World Health Organization. Specimen collection and transport for microbiological investigation. Specimen collection and transport for
microbiological investigation. WHO Regions
publications. Eastern Mediterranean. Alexandria-Egypt: WHO Regions Publications. 1995.
12. Tierney, L.M., McPhee, S.J., & Papadakis, M.A.
Diagnosis dan Terapi Kedokteran Ilmu Penya-
Lestari, E. Nilai Diagnostik Pemeriksaan Mi-
kit Dalam (Vol. 1). (A. Ghofir, Penerj.) Jakarta:
kroskopis Basil Tahan Asam Metoda Konsen-
Salemba Medika. 2002.
trasi Dibandingkan dengan Kultur Pada Spu-
13. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Tubercu-
tum Tersangka Tuberculosis Paru. Semarang:
losis. Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.
Di Indonesia. Jakarta: Perhimpunan Dokter
p. 9. 2005.
Paru Indonesia. 2002.
21