Kesesuaian Lahan Perumahan Berdasarkan K

KESESUAIAN LAHAN PERUMAHAN BERDASARKAN KARAKTERISTIK
FISIK DASAR KOTA BATU
Syihabuddien Heksano1, Imma Widyawati Agustin2, Abdul Wahid Hasyim3
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
Jalan MT.Haryono 167 Malang 65145, Indonesia
Telp. 62-341-567886; Fax. 62-341-551430; Telex. 31873 Unibraw IA
Email: syihabuddien.heksano@gmail.com
ABSTRAK
Kota Batu mempunyai berbagai macam guna lahan seperti perdagangan, wisata, permukiman, perkantoran dan
lainnya. Penggunaan lahan permukiman semakin tahun semakin berkembang, keterbatasan lahan Kota Batu
menyebabkan developer membangun perumahan tidak sesuai dengan peruntukannya. Dalam RTRW Kota Batu
2010-2030 terdapat rencana pengembangan kawasan peruntukan perumahan seluas 2.104 ha. Tujuan
penelitian ini untuk memberikan arahan lokasi lahan perumahan berdasarkan kesesuaian lahannya. Analisis
yang digunakan adalah analisis overlay dan skoring untuk mengetahui kesesuaian lahan dan lokasi potensial
perumahan. Kriteria kesesuaian lahan yaitu topografi, tersedianya air, rawan bencana, kondisi drainase, wilayah
sempadan, fungsi kawasan dan sawah irigasi teknis. Kriteria lokasi potensial adalah kedekatan dengan jalan
utama, kedekatan dengan pusat kota, dan rencana pola ruang. Hasil penelitian ini adalah lahan bukan
peruntukan perumahan seluas 16.489,52 ha (83%) dan lahan peruntukan perumahan seluas 3.410,20 ha (17%).
Lahan perumahan yang sesuai dengan peruntukan memiliki luas 55,88 ha (39%) dan lahan yang tidak sesuai
luasnya adalah 84,42 ha (61%). Lokasi potensial perumahan memiliki luas total 2210 ha dengan klasifikasi
sangat potensial seluas 466,55 ha (21%), potensial seluas 610,72 ha (28%) , cukup potensial seluas 688,46 ha

(31%) dan lokasi dilarang seluas 444,27 ha (20%).
Kata Kunci: Kesesuaian Lahan, Perumahan, Lokasi Potensial.
ABSTRACT
Batu City has various land use such as commercial, tourism, residential, office and others. Recently the use of
residential increased specifically hence the settlement development were implemented on unsuitable lot. In
2010-2030 Spatial Planning Batu City contained residential zoning district development plan which covered on
2,104 ha land. The purpose of this research is to provide guidance based on the location of residential land land
suitability. The analysis that being used on this research is the overlay analysis and scoring to determine the
suitability and potential zones for settlement development. The are criterias of suitability such as topography,
water availability, disaster-prone, drainage, riparian areas, area function and technical irrigated. Meanwhile,
the criteria of potential zone is proximity to main roads, proximity to city centre, and the masterplan of spatial
pattern. The results showed the total coverage of non settlement area is 16,489.52 ha (83%) and coverage of
settlement area is 3,410.20 ha (17%). The suitable area for settlement covered 55.88 ha (39 %) of total and the
rest which is 84.42 ha (61%) is for the unsuitable area. Potential settlement zone has a total area of 2,210 ha
with a very potential classification area of 466.55 ha (21 %), the potential area of 610.72 ha (28%), quiet
potential area of 688.46 ha (31%) and the forbidden zone covered 444.27 ha (20%) area.
Keywords: Suitability-Land, Settlement, Potential- Location.

PENDAHULUAN
Data penginderaan jauh dan data spasial

yang berupa peta tematik dapat digunakan
untuk memetakan faktor kesesuaian lahan
perumahan kelas menengah baik itu faktor fisik
(lereng, drainase, kedalaman air tanah,
kerawanan bencana,tekstur tanah, daya dukung

tanah) maupun faktor aksesibilitas (jalan utama
dan sungai) (Alunita dan Danoedoro, 2010).
Faktor dominan yang menjadi penghambat
utama dalam penentuan kawasan permukiman
adalah lereng, kekuatan batuan, kembang kerut
tanah, bahaya longsor, bahaya erosi, dan jalur
patahan (Setyowati, 2007). Delgado et al. (2007)
menggunakan data biofisik dan sosial ekonomi

1 Mahasiswa Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik – Universitas Brawijaya
2 Dosen Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik – Universitas Brawijaya
3 Dosen Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik – Universitas Brawijaya

yang diproses dalam GIS dalam tiga model yaitu

logika Boolean Model lebih mudah untuk
menerapkan
dan
lebih
ketat
untuk
menerapkannya di bandingkan dengan data
biner dan indeks tumpang tindih yang
memerlukan atribut bobot dengan metode
relatif kompleks.
Untuk menetapkan kesesuaian lahan bagi
permukiman dipakai beberapa parameter
geomorfologis yaitu yang berhubungan dengan
relief, proses geomorfologi, batuan, tanah,
hidrologi, vegetasi, dan aksesibilitas yang lebih
banyak melihat pada faktor penggunaan
lahannya (Khadiyanto, 2005).
Seluruh luas Kota Batu adalah 19,91 km 2
yang terdiri dari berbagai macam guna lahan
seperti, perdagangan, wisata, permukiman,

perkantoran, RTH dan lainnya. Dari tahun ke
tahun terjadi peningkatan jumlah kebutuhan
rumah sehingga semakin banyak pula lahan yang
dibangun permukiman
dan
perumahan.
Perumahan kelas elit maupun kelas menegah
keatas juga ikut dalam pembangunan di dalam
Kota Batu sehingga menyebabkan kepadatan
bangunan tinggi.
Menurut RTRW Kota Batu 2010-2030,
rencana pengembangan kawasan peruntukan
perumahan seluas 2.104 ha, meliputi perumahan
dengan kepadatan tinggi, kepadatan sedang, dan
kepadatan rendah. Hal tersebut menimbulkan
adanya peluang developer dalam membangun
kawasan perumahan pada lahan yang tersedia di
Kota Batu.
Kota
Batu

terbatas
dalam
hal
pembangunan perumahan pada lokasi kawasan
budidaya. Dapat dijumpai bahwa perumahan
dibangun pada lahan yang tidak sesuai
peruntukkannya oleh developer karena lokasinya
yang berada di dekat sungai maupun di
kelerengan yang curam. Beberapa perumahanperumahan tersebut juga belum mempunyai
IMB (Izin Mendirikan Bangunan) sehingga
keberadaan
perumahan
tersebut
patut
dipertanyakan.
Maka, penelitian tentang Kesesuaian
Lahan Perumahan Berdasarkan Karakteristik Fisik
Dasar Kota Batu dilakukan untuk mencari lokasi
potensial lahan perumahan sebagai rekomendasi
bagi pemerintah, masyarakat maupun developer

di Kota Batu.

METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan adalah
metode kuantitatif, hal ini dikarenakan penelitian
ini mempunyai tujuan, pendekatan, sumber data
yang telah disiapkan sebelumnya, langkah
penelitian
sudah
direncanakan
ketika
penyusunan awal, dapat menggunakan sampel
dan mewakili untuk populasi dan analisis
dilakukan setelah semua data sudah terkumpul
(Arikunto, 2006:13).
Penelitian ini berlokasi di Kota Batu
(Gambar 1) dengan luas wilayah 19,91km 2 yang
terletak ditengah-tengah Kabupaten Malang dan
secara geografis terletak pada posisi 112,90 o –
112,11o Bujur Timur dan 7,11 o – 8,450 Lintang

Selatan.

Gambar 1 Peta Wilayah Studi

Metode Analisis
Metode analisis data yang digunakan
dalam
penelitian
ini
yaitu
identifikasi
karakteristik wilayah Kota Batu, analisis
kesesuaian lahan, dan analisis lokasi potensial
perumahan.
1. Identifikasi Karakteristik Wilayah
Identifikasi karakteristik Wilayah Kota Batu
ini merupakan tahap awal yang dilakukan dalam
pembahasan penelitian mengenai kesesuaian
lahan perumahan di Kota Batu berdasarkan
karakteristik fisik. Sifat dalam analisis identifikasi

karakteristik ini adalah deskriptif. Identifikasi
mengunakan data-data yang diperoleh melalui

Planning for Urban Region and Environment Volume 3, Nomor 1, Januari 2014

2

Syihabuddien Heksano, Imma Widyawati Agustin, Abdul Wahid Hasyim

survei, baik survei primer maupun survei
sekunder.
2. Analisis Kesesuaian lahan
Analisis kesesuaian lahan yang digunakan
berupa analisis yang bersifat deskriptif-evaluatif.
Kriteria dalam melakukan analisis kesesuaian
lahan ini menggunakan pedoman dari
pemerintah dalam Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum No.41/PRT/m/2007 tentang Pedoman
Kriteria Teknis Kawasan Budi Daya. Berikut
merupakan kriteria-kriterianya:

1. Topografi datar sampai bergelombang
(kelerengan lahan 0-25%)
2. Tersedia sumber air, baik tanah maupun
air yang diolah oleh penyelenggara dengan
jumlah cukup. Untuk air PDAM suplai air
antara 60 liter/orang/hari – 100
liter/orang/hari
3. Tidak berada pada daerah rawan bencana
(longsor, banjir, erosi, abrasi)
4. Drainase baik sampai sedang
5. Tidak berada pada wilayah sempadan
sungai/pantai/waduk/danau/mata
air/saluran pengairan/rel kereta api/ dan
daerah aman penerbangan
6. Tidak berada pada kawasan lindung
7. Tidak terletak pada kawasan budidaya
pertanian/penyangga
8. Menghindari sawah irigasi teknis
3. Analisis Lokasi Potensial Perumahan
Kesesuaian lahan perumahan di Kota Batu

akan menghasilkan output yang berupa peta
kesesuaian lahan yang dilakukan dengan cara
melakukan overlay peta-peta berdasarkan
kriteria-kriteria
kesesuaian
lahan.
Peta
kesesuaian lahan tersebut terbagi menjadi lahan
sesuai dan lahan yang tidak sesuai. Lahan sesuai
untuk lahan perumahan akan dijadikan beberapa
klasifikasi kesesuaian lahan yang selanjutnya
dapat disebut sebagai lahan potensial
perumahan. Klasifikasi tersebut dilakukan
menggunakan analisis buffer dan overlay dengan
data rencana pola ruang, kedekatan dengan
jalan, kedekatan dengan pusat pelayanan serta
kesesuaian lahan perumahan . Pembagian
klasifikasi menjadi tiga bagian, dimana:
1. Lahan sangat potensial
2. Lahan potensial

3. Lahan cukup potensial
Perhitungan dalam penentuan klasifikasi
lahan potensial perumahan adalah dengan hasil
skoring dari kesesuaian lahan. Jumlah skoring
adalah penjumlahan pada masing-masing

kriterianya dan menentukan kelas interval yang
diinginkan dengan cara mengurangi skor
tertinggi dengan skor terendah, kemudian
membaginya dengan jumlah interval yang
diinginkan. Perhitungan tersebut menggunakan
rumus/formula yang dirumuskan oleh Effendi
dalam Khadiyanto (2005), yaitu:
I = R/N
Dimana:
I = lebar interval
R = jarak interval
N = jumlah interval
Teknik Analisis
Teknik analisis yang digunakan dalam
penelitian ini ada dua teknik, yaitu teknik overlay
peta dan teknik skoring yang penjelasannya
terdapat pada bahasan berikut:
1.
Teknik Overlay
Teknik overlay peta sangat membantu
dalam melakukan analisis spasial. Menggunakan
teknik analisis ini akan diketahui karakteristik
fisik wilayah Kota Batu. Berdasarkan data yang
ada dan informasi yang didapat melalui survei
dengan teknik ini akan mengetahui kesesuaian
lahan dan lokasi lokasi potensial untuk lahan
perumahan di Kota Batu. Alat yang digunakan
dalam melakukan teknik ini adalah dengan
menggunakan software ArcGIS 10.1. Terdapat
beberapa tahapan atau langkah dalam
menggunakan teknik analisis ini (Gambar 2),
yaitu:
1. Membuat terlebih dahulu peta dasar
wilayah penelitian
2. Membuat peta-peta lain yang mendukung
dalam penelitian
3. Menentukan
kriteria-kriteria
yang
disesuaikan
terhadap
kebutuhan
penelitian
4. Melakukan overlay antar peta sesuai
dengan kebutuhan
2.

Teknik Skoring
Teknik Skoring merupakan teknik dalam
menganalisis data dengan memberikan nilai
terhadap keadaan yang ada berdasarkan kriteriakriteria yang ditentukan. Kriteria dapat
ditentukan dengan adanya peratuan yang
berlaku dan berdasarkan studi literatur pada
penelitian lain. Teknik skoring dalam penelitian
ini digunakan untuk melakukan analisis
kemampuan lahan, peruntukan perumahan,
serta lokasi potensial perumahan.

Planning for Urban Region and Environment Volume 3, Nomor1, Januari 2014

3

Gambar 2 Seluruh Ilustrasi Teknik Analisis yang Digunakan dalam Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Wilayah Penelitian
Kota Batu mempunyai tiga kecamatan
yaitu Kecamatan Junrejo, Kecamatan Batu dan
Kecamatan Bumiaji yang dapat dilihat pada Tabel
1. Kota Batu merupakan daerah perbukitan dan
pegunungan, ada tiga gunung yang telah diakui
secara nasional, yaitu
Gunung Panderman
(2.010 meter), Gunung Welirang (3.156 meter),
dan Gunung Arjuno (3.339 meter).
Luas kecamatan yang terbesar adalah
Kecamatan Bumiaji dengan luas 12.797,89 ha
(64,28%), akan tetapi sebagian besar wilayah
Bumiaji ini merupakan kawasan hutan yang
berada di sebelah utara. Kecamatan Junrejo
adalah kecamatan terkecil di Kota Batu dengan
luas sebesar 2.565,02 ha (12,88%). Sedangkan
Kecamatan Batu merupakan wilayah yang
termasuk pusat kota dengan luasan mencapai
4.545,81 ha (22,83%). Lebih rinci mengenai luas
administrasi Kota Batu dapat dilihat pada Tabel 1
dibawah ini.
Tabel 1 Luas Administrasi Kota Batu

No
1.
2.
3.

Kecamatan
Kecamatan Bumiaji
Kecamatan Junrejo
Kecamatan Batu
Total

Luas
Ha
12.797,89
2.565,02
4.545,81
19.908,72

(%)
64,28
12,88
22,83
100,00

Kemampuan Lahan
Skoring
dan
pembobotan
untuk
kemampuan lahan dilakukan menggunakan tiga
kriteria berdasarkan Surat Keputusan Menteri
Pertanian Nomor 837/Kpts/Um/11/1980 tentang
4

Kriteria dan Tata Cara Penetapan Hutan Lindung
yaitu kelerengan, curah hujan, dan jenis tanah.
Penilaian kemampuan lahan Kota Batu dilakukan
dengan memberikan skor untuk masing-masing
kriteria kemampuan lahan (Tabel 2).
Tabel 2 Hasil Analisis Kemampuan Lahan
Skor
Kelerengan
20
20
20
20
20
20
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100

Skor
Jenis
Tanah
60
60
30
30
15
15
15
15
60
60
60
60
30
30
75
75
15
15
15
60
60
30
30
75
75
60
60

Tabel
kemampuan
kemudian
kawasannya.

Skor
Curah
Hujan
10
20
10
20
10
20
10
20
10
20
10
20
10
20
20
30
10
20
30
10
20
10
20
20
30
10
20

Total
Skor

Kemampuan
lahan

90
100
60
70
45
55
105
115
150
160
150
160
120
130
175
185
125
135
145
170
180
140
150
195
205
170
180

Budidaya
Budidaya
Budidaya
Budidaya
Budidaya
Budidaya
Budidaya
Budidaya
Penyangga
Penyangga
Penyangga
Penyangga
Budidaya
Penyangga
Lindung
Lindung
Penyangga
Penyangga
Penyangga
Penyangga
Lindung
Penyangga
Penyangga
Lindung
Lindung
Penyangga
Lindung

2 menunjukkan hasil analisis
lahan dari total skornya yang
dapat
diidentifikasi
fungsi
Penjumlahan skor total yang sama

Planning for Urban Region and Environment Volume 3, Nomor 1,Januari 2014

Syihabuddien Heksano, Imma Widyawati Agustin, Abdul Wahid Hasyim

dengan atau lebih dari 175 menunjukkan bahwa
wilayah yang bersangkutan perlu dijadikan,
dibina dan dipertahankan sebagai kawasan
lindung. Kawasan penyangga dapat dinilai jika
mempunyai jumlah nilai skor total 125 – 174.
Kawasan ketiga yaitu kawasan budidaya dapat
ditetapkan jika mempunyai nilai skor 125 ke
bawah.
Tabel 3 Kemampuan Lahan Kota Batu (ha) tahun
2014
Kecamatan
Bumiaji
Junrejo
Batu
Kota Batu
%

Kemampuan Lahan
Budidaya
Penyangga
Lindung
3490,15
1092,68
8215,06
1787,01
52,95
725,06
1716,18
630,48
2199,15
6993,34
1776,11
11139,27
35%
9%
56%

Kemampuan lahan di Kota Batu
didominasi oleh kawasan lindung dengan luasan
sebesar 11139,27 ha (56%) dimana kondisi ini
merupakan guna lahan yang berupa hutan raya,
sempadan sungai, mata air dan kawasan dengan
kelerengan lebih dari 40%. Kawasan penyangga
memiliki luas terkecil yaitu 1776,11 ha (9%) yang
dapat dilihat pada Tabel 3. Sebesar 35% (6993,34
ha) merupakan kawasan budidaya yang lahannya
dapat dimanfaatkan sebagai lahan perumahan,
perdagangan dan lainnya. Kecamatan Bumiaji
memiliki luas lahan budidaya terluas daripada
kecamatan lainnya. Sebaran kemampuan lahan
di Kota Batu dapat dilihat pada Gambar 3.

Kesesuaian Lahan
Analisis kesesuaian lahan merupakan
penggabungan dari peta daerah rawan bencana,
peta air bersih, peta drainase, peta sawah irigasi
teknis, peta kelerengan, peta wilayah sempadan,
serta peta kemampuan lahan dengan cara
melakukan overlay data tersebut sesuai dengan
kriteria peruntukan perumahan yang tercantum
pada Tabel 4.
Tabel 4 Klasifikasi Lokasi Peruntukan Perumahan

No
.
1
2
3
4
5
6
7

Lokasi Peruntukan
Perumahan
Kelerengan 0-25%
Berada di kawasan aman
terhadap bahaya
Berada pada wilayah
bukan sempadan
Berada pada kawasan
budidaya
Berada pada lahan bukan
sawah irigasi teknis
Berada pada wilayah yang
terlayani air bersih
Berada pada daerah yang
memiliki kondisi drainase
sedang sampai baik

Lokasi Bukan Peruntukan
Perumahan
Kelerengan >25%
Berada pada daerah rawan
bencana
Berada
pada
wialyah
sempadan
Berada pada kawasan
penyangga dan lindung
Berada pada lahan sawah
irigasi teknis
Berada pada wilayah yang
tidak terlayani air bersih
Berada pada daerah yang
memiliki kondisi drainase
buruk

Tabel 5 Peruntukan Perumahan Kota Batu
Lokasi
Bumiaji
Junrejo
Batu
Kota Batu
%

Klasifikasi
Bukan Peruntukan
Peruntukan
Perumahan
Perumahan
10723,01
2074,88
2247,04
317,98
3474,19
1071,63
16444,24
3464,49
83%
17%

Hasil dari overlay tersebut berupa lahan
peruntukan perumahan seluas 3.464,49 ha
dengan persentase 17 % dan lahan yang bukan
peruntukan perumahan seluas 16.444,24 ha
dengan persentase 83% (Tabel 5). Peruntukan
lahan perumahan didominasi oleh lahan yang
bukan peruntukan di Kota Batu dikarenakan
karakteristik fisik Kota Batu yang mempunyai tiga
gunung sehingga topografinya lebih banyak yang
termasuk dalam kategori curam (>40%). Selain
itu, terdapat sawah irigasi teknis yang luas dan
harus dipertahankan guna memenuhi kebutuhan
pangan penduduk Kota Batu dan sekitarnya.
Faktor lainnya seperti sempadan sungai dan
mata air, tersedianya air, daerah rawan bencana,
serta kondisi drainase juga mempengaruhi
peruntukkan lahan perumahan.

Gambar 3 Kemampuan Lahan Tahun 2014

Planning for Urban Region and Environment Volume 3, Nomor1, Januari 2014

5

secara rinci seluruh perumahan yang tidak sesuai
berdasarkan
kelompok
kriteria
ketidasksesuaiannya.
Tabel 7 Kelompok Kriteria Tidak Sesuai
No.
1

2
3

4

5

Tabel 6 Kesesuaian Lokasi Perumahan Kota
Batutahun 2014

No.
1
2

Klasifikasi
Sesuai
Tidak Sesuai
Total

Luas
Ha
55,88
84,42
140,30

Kawasan Lindung dan
Penyangga

7

Tidak terlayani air bersih

8

Kawasan Irigasi Teknis

9

Tidak terlayani air bersih
Sempadan

6

10

11

Sempadan

Rawan Longsor

12

Tidak terlayani air bersih
Irigasi teknis

13

Tidak terlayani air bersih

%
38,83
60,17
100,00

Tabel 6 menunjukkan bahwa 84,42 ha
(60%) lokasi perumahan di Kota Batu tidak sesuai
dan seluas 55,88 ha (40%) lokasi perumahan
telah sesuai dengan peruntukan lahan
perumahan yang secara rinci dapat dilihat pada
Tabel 6 diatas. Ketidaksesuaian pada lokasi
perumahan-perumahan di Kota Batu mempunyai
kriteria-kriteria yang berbeda penyebabnya
sesuai dengan kriteria yang tertera pada Tabel 4.
Terdapat 13 kelompok kriteria yang tidak sesuai
pada lokasi perumahannya. Tabel 7 menjelaskan

Sempadan
Kawasan Lindung dan
Penyangga
Tidak terlayani air bersih

6

Gambar 4 Peruntukan Lahan Perumahan Kota Batu
2014

Gambar 4 menunjukkan letak peruntukan
lahan
perumahan
pada
masing-masing
kecamatan di Kota Batu tahun 2014. Bagian
tengah (Kecamatan Batu) merupakan bagian
yang terluas. Hasil pada Gambar 4 tersebut
dilakukan analisis overlay
dengan sebaran
perumahan-perumahan di Kota Batu tahun 2014
sehingga dapat diketahui lokasi perumahan yang
sesuai dan lokasi perumahan yang tidak sesuai.
Tabel 6 berikut merupakan hasil dari kesesuaian
perumahan dengan luas ketidaksesuaian dan
persentase ketidaksesuaian.

Kriteria Tidak Sesuai
Kawasan Lindung dan
Penyangga
Kelerengan > 25%
Irigasi Teknis
Kawasan Lindung dan
Penyangga
Sempadan
Kawasan Lindung dan
Penyangga
Kelerengan > 25%
Rawan Longsor
Kawasan Lindung dan
Penyangga
Kelerengan > 25%

Nama Perumahan
Residence Bunga Tanjung
Sisir Ratu
Kusuma Agro
Villa Bukit Cherry

Bukit Batu Permata

Bumi Asri
Rekesan Residence
Bukit Selecta Mas
Panderman Hill
Panderman View
Amarta Hill
Martabe Regency
Junrejo Regency
Sekar Putih Permai
De Daun Property
Royal Palm Regency
Sumbergondo Asri Permai
Sekar Putih Asri
Metro Indah
Wastu Asri
Junrejo Indah
Grand Mandiri Land
Batu Green Park
Dewi Sartika Regency
De Sartika Town House
Viorence Hill
Villa Valensia
Batu Permai
Astana Wayang
Perumahan Flamboyan
Griya Jemani
Teratai Regency
Junrejo Royal Regency
Ebenezer
Taman JR
Villa Bukit Emas
Golden Park
Nadia Residence
Green Apple Regency
Pondok Beji Indah
Batu Permata Puri

Sebaran lokasi perumahan-perumahan
yang tidak sesuai dan yang sesuai dengan
peruntukan perumahannya pada tahun 2014
dapat dipetakan seperti pada Gambar 5.

Planning for Urban Region and Environment Volume 3, Nomor 1,Januari 2014

Syihabuddien Heksano, Imma Widyawati Agustin, Abdul Wahid Hasyim

potensial, potensial, dan cukup potensial. Tabel 8
merupakan peniliaian dari lahan potensial
perumahan berdasarkan tiga kriteria yaitu
kedekatan dengan jalan utama, kedekatan
dengan pusat pelayanan kota, dan kesesuaian
dengan rencana pola ruang.
Tabel 8 Penilaian Lahan Potensial Perumahan

Kriteria

Klasifikasi

Kedekatan
dengan jalan
utama

Kedekatan
dengan pusat
pelayanan

Rencana
ruang

Gambar 5. Kesesuaian Lokasi Perumahan di Kota
Batu Tahun 2014

Tindakan untuk lahan-lahan yang tidak
sesuai
dilakukan
sebuah
pengendalian
pemanfaatan ruang pada Undang-Undang
Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
Pengendalian permafaatan ruang yang tertera
pada pasal 35 dilakukan melalui penetapan
peraturan zonasi, perizinan, pemberian insentif
dan disinsentif, serta pengenaan sanksi.
Dalam penelitian ini dapat dilakukan
pemberian
disinsentif
yang
merupakan
perangkat
untuk
mencegah,
membatasi
pertumbuhan, atau mengurangi kegiatan yang
tidak sejalan dengan rencana tata ruang dan
pengenaan sanksi oleh pemerintah pada
perumahan yang tidak sesuai yaitu berupa:
 Pengenaan pajak yang tinggi yang
disesuaikan dengan besarnya biaya yang
dibutuhkan untuk mengatasi dampak yang
ditimbulkan akibat pemanfaatan ruang.
 Pembatasan penyediaan infrastruktur.
 Pengenaan kompensasi, dan penalti.
 Tindakan
penertiban
terhadap
pemanfaatan ruang yang tidak sesuai
Lokasi Potensial Perumahan
Lokasi potensial adalah tahap akhir analisis
pada penelitian ini dimana lahan-lahan yang
sesuai peruntukan perumahan akan dianalisis
untuk mengidentifikasi lahan yang sangat

pola

0-500 m
501-1000 m
1001-1500 m
> 1500 m
30 menit/2.000m dari pusat
pelayanan kota
30 menit/2.000m dari sub pusat
pelayanan kota
30 menit/2.000m dari pusat
lingkungan
Perumahan dan Permukiman
Perdagangan dan Jasa
Pertanian
Pariwisata,
hutan
produksi,
kawasan
militer,
industri,
perkantoran, pelayanan umum
Kawasan Lindung

Skor
3
2
1
0
3
2
1
3
2
1
0
-

23%

46%

0-500 m
500-1000 m
1000-1500 m

31%

Gambar 6 Kedekatan dengan Jalan Utama

Gambar 6 menunjukkan bahwa dominasi
terbesar adalan zona yang mempunyai
kedekatan dengan jalan dengan jarak 0-500
meter. Pada jarak antara 500-1000 meter
memberikan persentase 31% yang menempati
posisi kedua. Jarak 1000-1500 meter luasnya
hanya 23% yang mana luas tersebut merupakan
luas terkecil dari jarak-jarak dengan kedekatan
jalan utama.
26%
41%

Pusat Pelayanan
Sub Pusat
Pusat Lingkungan
34%

Gambar 7 Kedekatan dengan Pusat Pelayanan

Gambar 7 menunjukkan bahwa kedekatan
dengan pusat pelayanan luasan wilayahnya
didominasi dengan pusat lingkungan karena titik
lokasinya terbanyak diantara pusat lainnya.

Planning for Urban Region and Environment Volume 3, Nomor1, Januari 2014

7

Sebesar 26% dari luasan total merupakan lahan
pusat pelayanan Kota Batu yang termasuk dalam
klasifikasi zona sangat potensial dan luas lahan
terkecil dari pusat lainnya.
11%
1% 1% 0% 1% 0%
20%

13%

Kawasn Lindung
Hutan Produksi
Pertanian
Perumahan
Perdagangan dan
Jasa
Perkantoran dan
54%
Pelayanan
Umum
Industri
Kawasan
Pariwisata
Kawasan militer

Gambar 8 Rencana Pola Ruang

Data yang digunakan adalah data yang
bersumber dari Bappeda Kota Batu dalam
dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Batu
Tahun 2010-2030. Luas terbesar adalah dengan
guna lahan hutan dengan persentase 54%,
sedangkan pada guna lahan perumahan
persentasenya sebesar 10% (Gambar 8) dimana
sangat sesuai jika dimanfaatkan sebagai lahan
perumahan.
Penilaian dilakukan pada ketiga kriteria
tersebut, sehingga akan didapatkan hasil melalui
perhitungan menggunakan rumus/formula yang
dirumuskan oleh Effendi dalam Khadiyanto
(2005), yaitu:
I = R/N
R = jarak interval
=9–1=8
N = jumlah interval = 3
I = lebar interval
= 8/3 = 2,67 ~ 3
Hasil lebar interval diketahui adalah 3,
maka interval 1-3 termasuk klasifikasi cukup
potensial, interval 4-6 termasuk klasifikasi lokasi
potensial, dan 7-9 termasuk klasifikasi lokasi
sangat potensial. Tabel 9 merupakan hasil
penentuan
lokasi
potensial
perumahan
berdasarkan 3 kriteria.
Tabel 9 Hasil Lokasi Potensial Perumahan Kota Batu
tahun 2014
Skor
Jalan
0
1
1
0
1
1
2
1
1
0
0
2
2

8

Skor Pola
Ruang
-

Skor
Pusat
3
0

Total
Skor
1

Dilarang
Cukup Potensial

0
0
0
1
0
1
0
-

0
1
1
2
0
0
1
1
2
0
3

1
1
2
2
2
2
2
-

Cukup Potensial
Cukup Potensial
Dilarang
Dilarang
Cukup Potensial
Cukup Potensial
Cukup Potensial
Cukup Potensial
Cukup Potensial
Dilarang
Dilarang

Keterangan

Skor
Jalan
2
1
3
3
2
1
1
0
0
1
2
3
2
2
1
1
3
3
2
2
1
3
3
3
2
2
1
3
3
2
3

Skor Pola
Ruang
0
1
0
3
0
3
1
1
3
1
2
1
2
1
0
2
3
2
3
2
3
1
2
3
3
2
3
3
3

Skor
Pusat
1
1
0
3
2
0
3
1
3
2
0
1
1
2
3
3
3
1
1
2
2
2
1
3
3
2
3
3
2
3
3

Total
Skor
3
3
4
4
4
4
4
4
5
5
5
5
5
5
6
6
6
6
6
7
7
7
7
7
7
8
8
8
9

Keterangan
Cukup Potensial
Cukup Potensial
Dilarang
Dilarang
Potensial
Potensial
Potensial
Potensial
Potensial
Potensial
Potensial
Potensial
Potensial
Potensial
Potensial
Potensial
Potensial
Potensial
Potensial
Potensial
Potensial
Sangat Potensial
Sangat Potensial
Sangat Potensial
Sangat Potensial
Sangat Potensial
Sangat Potensial
Sangat Potensial
Sangat Potensial
Sangat Potensial
Sangat Potensial

Tabel 10 merupakan tabel hasil skoring
dari penjumlahan hasil overlay ketiga kriteria
zona potensial perumahan. Dari hasil tersebut
dapat diketahui luas lahannya berdasarkan
klasifikasi lokasi potensial perumahan dimana
lahan sangat potensial seluas 2638,15 ha
(13,25%), lahan potensial 3742,45 ha (18,80%),
cukup potensial 3788,84 ha (19,03%) dan
dilarang seluas 9739,28ha (48,92%). Lokasi
potensial perumahan didominasi lahan dilarang
sebgai lahan yang terluas dan yang terkecil
luasnya adalah klasifikasi sangat potensial. Lebih
rinci mengenai hasil dari klasifikasi lokasi
potensial perumahan dapat dilihat pada Tabel
10. Sebaran dari masing-masing klasifikasi
seluruh lokasi potensial perumahan dapat dilihat
pada Gambar 9 berikut.
Tabel 10 Klasifikasi Lokasi Potensial Perumahan Kota
Batu Tahun 2014
No.
1
2
3
4

Klasifikasi
Sangat Potensial
Potensial
Cukup Potensial
Dilarang
Total

Luas
Ha
%
2638.15
13,25
3742.45
18,80
3788.84
19,03
9739.28
48,92
19908.72 100,00

Planning for Urban Region and Environment Volume 3, Nomor 1,Januari 2014

Syihabuddien Heksano, Imma Widyawati Agustin, Abdul Wahid Hasyim

khususnya. Secara pemetaan spasial lokasi
potensial perumahan dapat dipertakan pada
Gambar 11 berikut.

Gambar 9. Lokasi Potensial Perumahan Kota Batu
Tahun 2014

Lahan tidak terbangun yang berlokasi pada
lahan peruntukan perumahan akan dilakukan
analisis overlay sehingga dapat mengetahui
lokasi potensial perumahan pada lahan
peruntukan perumahan. Lokasi – lokasi potensial
perumahan ini yang dijadikan acuan dalam
pemilihan lahan-lahan perumahan yang tepat
sehingga tidak merusak lingkungan dan memiliki
aksesibilitas tinggi.
Tabel 11 merupakan
klasifikasi lokasi potensial perumahan yang
berada pada lahan tidak terbangun.
Tabel 11 Klasifikasi Lokasi Potensial Perumahan pda
Lahan Tidak Terbangun Kota Batu
Tahun 2014
No
1
2
3
4

Klasifikasi
Sangat Potensial
Potensial
Cukup Potensial
Dilarang
Total

Luas
Ha
(%)
466,55
21%
610,72
28%
688,46
31%
444,27
20%
2210,00 100%

Klasifikasi
lokasi
cukup
potensial
merupakan lokasi yang terbesar daripada yang
lainnya yaitu seluas 688,46 ha (lihat Tabel 11).
Terbesar kedua adalah lokasi potensial dimana
mempunyai luas 610,72 ha dan sangat potensial
mempunyai luas 466,55 ha. Lokasi dilarang
merupakan lokasi yang dalam rencana pola
ruang termasuk rencana kawasan lindung
sehingga tidak diperbolehkan untuk lahan
budidaya pada umumnya dan perumahan pada

Gambar 10. Lokasi Potensial Perumahan pada Lahan
Tidak Terbangun

KESIMPULAN
Luas Kota Batu adalah 19.908,72 ha dibagi
menjadi dua peruntukan perumahan yaitu
peruntukan perumahan seluas 3.410,20 ha
(17,13%), dan bukan peruntukan perumahan
seluas 16.498,52 ha (82,87%). Seluruh
perumahan di Kota Batu mempunyai luas
sebesar 140,30 ha dan lokasi yang tidak sesuai
karena berlokasi pada lahan bukan peruntukan
perumahan adalah 84,42 ha (60%) serta lokasi
yang sesuai karena berletak pada lahan
peruntukan perumahan adalah seluas 55,88 ha
(40%). Penyebab tidak sesuainya lokasi
perumahan beragam mulai dari terletak pada
kawasan lindung , penyangga, wilayah
sempadan, kelerengan lebih dari 25%, daerah
rawan bencana, kawasan yang tidak terlayani air
bersih, serta berada pada kawasan sawah irigasi
teknis.
Lahan peruntukan perumahan yang seluas
3.410,20 ha dibagi menjadi lahan terbangun
seluas 1200,20 (35%) dan lahan tidak terbangun
seluas 2210,00 (65%). Lahan tidak terbangun
tersebut terbagi menjadi 4 lahan potensial yaitu
lokasi sangat potensial dengan luas 466,55 ha
(21%)%) yang disebabkan karena lokasi berada

Planning for Urban Region and Environment Volume 3, Nomor1, Januari 2014

9

pada jarak 0-500m dari jalan utama, berada pada
jarak 0-2km dari pusat pelayanan Kota Batu dan
termasuk pada lokasi rencana perumahan dalam
Rencana Pola Ruang Kota Batu Tahun 2010-2030,
lokasi potensial seluas 610,72 ha (28%), lokasi
cukup potensial seluas 688,46 ha (31%) dan
lokasi dilarang seluas 444,27 ha (20%).

Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor
837/Kpts/Um/11/1980 Kriteria dan Tata
Cara Penetapan Hutan Lindung
Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang
Undang-undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang
Perumahan dan Kawasan Permukiman

DAFTAR PUSTAKA
Alunita, Artan Niki dan Danoedoro, Projo. -.
Analisis Kesesuaian Lahan Perumahan
Kelas Menengah Menggunakan Data
Penginderaan Jauh dengan Sistem
Informasi Geografis di Kota Surabaya.
Arikunto, Suharsini. 2006. Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi VI).
Jakarta: Rineka Cipta
Bappeprov Jawa Timur. 2012. Peraturan Daerah
Provinsi Jawa Timur Nomor Tahun 2012
tentang RTRW Provinsi Jawa Timur tahun
2011-2031
Bappeda Kota Batu. 2011. Peraturan Daerah Kota
Batu Nomor 7 Tahun 2011 tentang RTRW
Kota Batu tahun 2010-2030
Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jendral
Penataan Ruang. Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum Nomor 41/PRT/M/2007
tentang Pedoman Kriteria Teknis Kawasan
Budidaya
Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jendral
Penataan Ruang. Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum Nomor 36/PRT/1993
tentang Garis Sempadan Sungai, Daerah
Penguasaan Sungai dan Bekas Sungai
Delgado, Otoniel Buenrosstro, Manuel Mendoza,
Erna Lopez Granados, Davide Geneletti.
2007. Analysis of Suitability for the siting
of inter-municipal landfills in the Cuitzeo
Lake Basin, Mexico. Waste Management.
28: 1137-1146
Khadiyanto, Parfi. 2005. Tata Ruang Berbasis
pada Kesesuaian Lahan. Semarang: Badan
Penerbit Undip
Peraturan Menteri Perumahan Rakyat No. 10
Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan
Perumahan dan Kawasan Permukiman
dengan Hunian Berimbang
Setyowati, Dewi Liesnoor. 2007. Kajian Evaluasi
Kesesuaian Lahan, Permukiman Dengan
Teknik Sistem Informasi Geografis (SIG).
Jurnal Geografi FIS UNNES. Volume 4 No. 1
Januari 2007

10

Planning for Urban Region and Environment Volume 3, Nomor 1,Januari 2014

Dokumen yang terkait

AN ALIS IS YU RID IS PUT USAN BE B AS DAL AM P E RKAR A TIND AK P IDA NA P E NY E RTA AN M E L AK U K A N P R AK T IK K E DO K T E RA N YA NG M E N G A K IB ATK AN M ATINYA P AS IE N ( PUT USA N N O MOR: 9 0/PID.B /2011/ PN.MD O)

0 82 16

Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Berdasarkan Taksonomi SOLO pada Sub Pokok Bahasan Balok Siswa Kelas VIII H SMP Negeri 7 Jember;

31 207 241

Studi Kualitas Air Sungai Konto Kabupaten Malang Berdasarkan Keanekaragaman Makroinvertebrata Sebagai Sumber Belajar Biologi

23 176 28

Analisis Sirkulasi Udara Pada Tanaman Kopi Berdasarkan Faktor Tanaman Pelindung dan Pola Tanam Graf Tangga Menggunakan Metode Volume Hingga

0 18 26

Evaluasi Kebijakan Pedagang Kaki Lima Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Jember Nomor 6 Tahun 2008 Bab IV Dan Bab VI (Studi Kasus PKL Jl. Untung Suropati)

0 50 15

Kesesuaian konsep islam dalam praktik kerjasama bagi hasil petani desa Tenggulun Kecamatan Solokuro Kabupaten Lamongan Jawa Timur

0 86 111

Analisa perancangan sistem informasi surat ijin penunjukkan dan penggunaan tanah (SIPSIPPT) di Dinas Perumahan dan Pemukiman Kota Bandung : laporan kerja praktek

2 31 54

Kajian Visualisasi Motif Batik priangan Berdasarkan Estetika Sunda Pada kelom Geulis Sagitria Tasikmalaya

10 104 59

Pelaksanaan bauran pemasaran dan pengaruhnya terhadap ekuitas merek serta implikasinya terhadap loyalitas pelanggan pada perusahaan bakery PT.Jesslyn K Cakes Indonesia cabang Bandung

0 19 1

TEMA 8 UNTUK KELAS 2 K 13

18 286 4