TUGAS MATA KULIAH METODE PENELITIAN HMKK538

  

ANALISA TATA LETAK FASILITAS PRODUKSI UNTUK

MINIMALISASI PENGGUNAAN MATERIAL HANDLING PT. WIJAYA

TRIUTAMA PLYWOOD INDUSTRI

UNIT GREEN CLIPPER

TUGAS MATA KULIAH

METODE PENELITIAN HMKK538

  Untuk memenuhi persyaratan Lulus mata kuliah metode penelitian

  

Oleh:

NAMA : MUHAMMAD WIRANATA NIM : H1F113228

  

PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

2016

KATA PENGANTAR

  Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena berkah, rahmat, hidayah dan karunia-nya yang telah dilimpahkan kepada kita semua, sehingga penyusunan laporan Kerja Praktek ini dapat penulis selesaikan dengan baik. Adapun judul laporan Kerja Praktek ini adalah “Analisa Tata Letak Fasilitas Produksi Untuk Minimalisasi

  

Penggunaan Material Handling PT. Wijaya Triutama Plywood Industri Unit

Green Clipper”.

  Dalam penyusunan Laporan Kerja Praktek ini penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam menyelesaikan Laporan Kerja Praktek ini sesuai dengan kemampuan yang telah penulis dapatkan selama mengikuti perkuliahan di Universitas Lambung Mangkurat.

  Dalam kesempatan ini perkenankanlah penulis untuk menyampaikan rasa hormat dan ucapan terima kasih kepada:

  1. Bapak Ir. Dr. H. Sutarto Hadi Msc. selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia.

  2. Dr.Yuliansyah Firmana ST. M.Eng selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat.

  3. Ach. Kusairi S,.MT, MM. selaku Ketua Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat.

  4. Agustina Hotma Uli Tumanggor ST.,MM, M.Sc selaku Dosen Pengampu mata kuliah teknik industri yang sudah memberikan saran, dan ilmu yang telah diberikan.

  5. Agustina Hotma Uli Tumanggor ST.,MM, M.Sc. selaku Dosen Pengampu mata kuliah teknik industri yang sudah memberikan saran, dan ilmu yang telah diberikan.

  6. Bapak serta Ibu yang telah memberikan dorongan yang tidak terhingga baik moril maupun materil kepada penulis yang diberikan dengan tanpa pamrih, dan untuk adik-adikku tercinta.

  7. Teman- teman Teknik Mesin 2016, terima kasih atas dukungan serta kerjasama yang dijalin selama ini baik dikampus maupun ditempat kerja praktek dan teruslah berinspirasi.

  Ucapan Terimakasih Kepada:

  Rektor Universitas Lambung Mangkurat

  Prof. Dr. H. Sutarto Hadi, M.Si., M.Sc Wakil Rektor 1 Wakil Rektor 2 Prof. Dr. Ahmad Alim Bachri, SE., M.Si Dr. Hj Aslamiah, M.Pd., Ph.D Wakil Rektor 3 Wakil Rektor 4

Dr. Ir. Abrani Sulaiman, M.Sc Prof. Dr. Ir. H. Yudi Firmanul Arifin, M.Sc

Dekan Fakultas Teknik

  Dr-Ing. Yulian Firmana Arifin, S.T., M.T

  Ketua Prodi Teknik Mesin

  Ach. Kusairi S,.MT, MM Dosen Pengampu Mata Kuliah Teknik Industri

  

Prof. Dr. Qomariyatus Sholihah, Amd.hyp., S.T., M.Kes Agustina Hotma Uli Tumanggor ST.,MM, M.Sc

  Terakhir penulis berharap semoga laporan ini dapat memberikan manfaat yang berharga, khususnya bagi penulis sendiri dan umumnya bagi kemajuan Ilmu Teknik Mesin Industri.

  Banjarbaru, 31 Desember 2016 Penulis

  DAFTAR ISI Halaman COVER DAPAN............. i ……………………………………………. KATA PENGANTAR dan Ucapan Terimakasih………………..... ii

  

DAFTAR ISI ………………………………………………………… vi

ABSTRAK.... ………………………………………………………… viii

BA

  1 B I PENDAHULUAN.…………………………………………....

  1.1 Latar Belakang ......

  1 ................………………………………….

  1.2 Perumu 3 san Masalah ………..................................…………….

  1.3 Tujuan K 3 erja Praktek…………………………………………..

  1.4 Batasan Masalah………………………….......………………... 3

  1.5 Manfaat Penelitian........………………………………………… 4

  1.6 Sistematika penulisan...………………………………………… 4 BAB II LANDASAN TEORI...........................................................

  6 2.1 PT. Wijaya Triutama Plywood Industri........................................

  6 2.2 Divinisi perancangan Tata Letak Pasilitas....................................

  8 2.3 Tujuan perancangan Tata Letak Pasilitas.....................................

  9 2.4 Perinsip Dasar Tata Letak.............................................................

  11

  11 2.5 Manfaat Tata Letak...…..............………………………………..

  2.6 Tipe Tata Letak........

  12 ........…….......……………………………..

  13 2.7 Ukuran Jarak......................................….………………………..

  20 2.8 Analisa Kuanntitatif Aliran Bahan..............……………………..

  23 2.9 Pengertian Materiaal Handling..........…..………………………..

  2.10 Materiaal Handling..

  26 ......…........………………………………..

  28 2.11 TujuanMateriaal Handling........………………………………..

  29 2.10 Biaya Materiaal Handling.........………………………………..

  BAB III METODE PENELITIAN..................................................

  31 3.1 Objek Dan Lokasi Penelitian.

  31 .......……………….……………...

  31 3.2 Alat dan Bahan........................………....………………………..

  31 3.3 Teknik Pengumpulan Data..................................………………..

  33 3.4 PenelitianDiagram Alir..........………....………………………..

  3.5 Tahap Pengolahan Data........

  34 ..………....………………………..

  36 3.6 Pengumpulan dan Pengolahan Data…....………………………..

  36 3.7 Kesimpulan dan Saran.............………....………………………..

  36 3.8 Jadwal Penelitian.....................………....………………………..

  

Abstrak

  Kelancaran aliran produksi salah satunya sangat ditentukan oleh adanya tata cara pengaturan fasilitas

  • –fasilitas produksi, dengan tujuan untuk mengatur area lantai kerja dan segala fasilitas produksi yang paling ekonomis untuk operasi produksi sehingga dapat menaikkan moral kerja dan performance dari operator. Pada PT. Wijaya Tri Utama Plywood Industri untuk aliran bahan terlihat masih terdapat kegiatan yang bolak-balik. Hal ini mengakibatkan proses produksi terganggu atau terhenti. Berdasarkan permasalahan tersebut maka dilakukan penelitian untuk meningkatkan kelancaran proses produksi dengan menelaah tata letak fasilitas.

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Definisi Tata letak pabrik adalah suatu rancangan fasilitas, menganalisis, membentuk konsep, dan mewujudkan sistem pembuatan barang atau jasa.

  Rancangan ini pada umumnya digambarakan sebagai rancangan lantai, yaitu satu susunan fasilitas fisik (perlengkapan, tanah, bangunan dan sarana lain) untuk mengoptimalkan hubungan antara petugas pelaksana, aliran barang, aliran informasi dan tata cara yang diperlukan untuk mecapai tujuan secara ekonomis dan aman (Apple, 1990, p2)

  Perancangan tata letak meliputi pengaturan tata letak fasilitas- fasilitas operasi dengan memanfaatkan area yang tersedia untuk penempatan mesin-mesin, bahan-bahan perlengkapan untuk operasi, dan semua peralatan yang digunakan dalam proses operasi. Salah satu tujuan dari perancangan tata letak fasilitas produksi adalah penggunaan ruangan yang lebih efektif. Penggunaan ruangan akan efektif jika mesin-mesin atau fasilitas pabrik lainnya disusun atau diatur sedemikian rupa dengan mempertimbangkan jarak minimal antar mesin atau fasilitas produksi, dan aliran perpindahan material. Tata letak fasilitas produksi yang baik sangat berperan dalam kegiatan proses produksi karena berpengaruh langsung kepada kelancaran jalannya proses produksi, dapat meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan, dapat memberikan kenyamanan dan keleluasaan gerak kepada para pekerja.

  Perusahaan Plywood merupakan suatu perusahaan skala besar yang bergerak di bidang industri kayu lapis yang berlokasi di kota banjarmasin, kalimantan selatan .

  Kekurangan dari tata letak pabrik yang sekarang adalah pengaturan tata letak tiap stasiun kerja yang belum sesuai, karena belum memperhitungkan derajat tingkat kedekatan antar stasiun kerja. Hal ini terlihat pada stasiun pembubutan dan stasiun kerja pencetakan yang ditempatkan berjauhan padahal langkah proses operasi tersebut berurutan. Luas area kerja tidak standar, perbandingan luas area stasiun 4:1 dari luas mesin ( Sritomo, 1996 ) sehingga mengganggu keleluasaan gerak dan kenyamanan pekerja. Untuk itu dibutuhkan perencanaan tata letak fasilitas yang baik untuk memperpendek jarak antar stasiun produksi tanpa mengabaikan faktor kenyamanan pekerja. Apabila masalah itu dapat terpenuhi maka biaya

  

material handling dapat diminimalisasikan. Dari hasil uraian diatas maka

  penulis mengambil judul Analisa tata letak unit green cliper dijadikan objek pada penelitian di

  PT. Wijaya Triutama plywood industri karena unit ini mempunyai peran tersendiri dalam pengolahan kayu lapis yaitu berfungsi untuk memotong dan meratakan sisi-sisi dari material sort core kayu. Unit mesin mempengaruhi struktur susunan pabrik karena aliran bahan dari mesin rotary dan press dryer yang kalau tidak tersusun dengan baik maka akan memerlukan terlalu banyak material handling yang digunakan dan membuat tata letak pabrik menjadi tidak efisien dan boros biaya produksi.

  “Analisa Tata Letak Fasilitas

Produksi Untuk Minimalisasi Penggunaan Material Handling PT.

  Wijaya Triutama Plywood Industri Unit Green Clipper.

  1.2 Perumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka perumusan permasalahannya adalah “ Bagaimana merancang ulang tata letak fasilitas produksi green clipper pada Pabrik Plywood

  “PT. Wijaya Tri Utama Plywood Industry

  ” untuk memperbaiki tata letak fasilitas produksi awal sehingga dapat meminimalkan material handling ".

  1.3 Tujuan Penelitian

  Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : Merancang ulang tata letak fasilitas unit Green Cliper “PT. Wijaya Tri Utama Plywood Industry

  Kota Banjarmasin Kalimantan Selatan sehingga dapat meminimalkan biaya Material Handling .

  1.4 Batasan Masalah

  Agar lebih fokus dalam melakukan penelitian Tugas Akhir ini, maka dilakukan pembatasan pokok permasalahan, yaitu :

  1. Perancangan tata letak hanya dilakukan di bagian fasilitas produksi.

  2. Tidak ada penambahan / perubahan fasilitas - fasilitas produksi yang sudah ada selama penelitian

  3. Tidak melakukan perubahan sistem produksi maupun urutan proses produksi dari perusahaan yang sudah ada.

  4. Biaya yang akan dibahas hanya biaya operasional dari material handling.

  5. Menggunakan 1 jenis produk acuan yaitu produk yang sering diproduksi dengan jumlah permintaan yang terbesar dalam tiap bulan.

  1.5 Manfaat Penelitian

  Laporan ini memiliki maafaat bagi beberapa pihak yang terkait di dalamnya, yaitu sebagai berikut: a.

  Bagi Mahasiswa: Laporan ini bermaafaat bagi Mahasiswa mengetahui cara merancang tata letak fasilitas produksi untuk minimalisasi matrial handling di PT. Wijaya Tri Utama Plywood Industry Kota Banjarmasin Kalimantan Selatan.

  b.

  Bagi Program Studi Teknik Mesin: Hasil laporan ini dapat dijadikan referensi tambahan bagi civitas akademik Program Studi Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat Kalimantan Selatan dalam hal merancang tata letak fasilitas produksi untuk minimalisasi matrial handling di PT.

  Wijaya Tri Utama Plywood Industry Kota Banjarmasin Kalimantan Selatan.

  c.

  Bagi Perusahaan: Laporan tentang rancangan tata letak fasilitas produksi untuk minimalisasi matrial handling di PT. Wijaya Tri Utama Plywood Industry Kota Banjarmasin Kalimantan Selatan. dapat dijadikan bahan pertimbangan atas masukan-masukan tentang hal di atas.

  1.6 Sistematika penulisan

  Sistematika yang akan digunakan dalam penulisan laporan tugas akhir ini dibagi menjadi eman ( 6 ) bab, yang pada masing-masing bab telah dirancang tujuan tertentu. Berikut penjelasan secara detail dari masing-masing bab :

  1. Bab I. Pendahuluan

  Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

  2. Bab II. Landasan Teori

  Bagian ini berisi uraian tentang tori-teori yang digunakan untuk membahas hal-hal yang menunjang dalam pengolaha data yaitu diantaranya faktor-faktor yang mempengaruhi perancangan tata letak dan jenis atau tipe tata letak yang ada.

  3. Bab III. Metodologi Penelitian.

  Pada Bab III dilakukan pembahasan tentang objek penelitian dan tahapan-tahapan dalam proses penelitian, dari mulai tahapan studi pendahuluan hingga sampai pada tahapan penarikan hasil dan kesimpulan penelitian.

  4. Bab IV. Pengumpulan dan Pengolahan Data.

  Untuk Bab IV berisi tentang data-data yang diproleh selama proses penelitian, dan dilakukan proses pengolahan data berdasarkan data yang diperoleh.

  5. Bab V. Analisis Data.

  Pada bab ini berisi tentang analisa dari hasil pengolahan data yang telah dilakukan, untik mendapatkan hasil output yang sesuai dengan metode yang digunakan

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 PT. Wijaya Triutama Plywood Industri

  PT. Wijaya Triutama Plywood Industri (PT. WTUPI), yang selanjutnya di sebut PT. WTUPI adalah merupakan perusahaan industry kayu lapis dan pembangkit listrik tenaga uap. PT. WTUPI terletak di Jln. Trisakti komplek UKA kelurahan Basirih kecamatan Banjarmasin barat kota Banjarmasin Propinsi Kalimantan Selatan. Berdiri sejak 24 Januari tahun 1980 dan mulai produksi secara komersial pertama pada bulan Agustus tahun 1982 berupa Veneer basah (green Veneer) sejumlah 3.000 m3. Pada tahun yang sama tepatnya tanggal 20 Juni 1982 PT. WTUPI mulai mempublikasikan proses produksinya kepada pengusaha atau konsumen di

  Banjarmasin. Pemerintah Republik Indonesia memberikan persetujuan terhadap proses produksi komersial kepada PT. WTUPI pada tanggal 1 Agustus 1982. Dengan persetujuan tersebut perusahaan melakukan ekspor perdana hasil produksi plywood pada bulan Agustus 1982 sebanyak 2.000 m3. Negara pertama tujuan ekspornya adalah Hongkong. Sejalan dengan perkembangan usaha dan bahan baku log PT. WTUPI dapat mengembangkan usahanya dengan memproduksi Plywood, Block

  Board, dan Laminated Board. PT. WTUPI sampai sekarang (2015) sudah mempunyai 9 line pengupas bahan baku. Pemasaran produk yang dihasilkan sudah mencakup negara di Asia, Eropa dan Amerika. Negara-negara tersebut antara lain Jepang, Korea, RRC, Hongkong, Mexico, Jerman, Belgia, Taiwan, Singapura, Malaysia, USA, Filipina dan Vietnam.

  Untuk menjamin kualitas produk pada Konsumen PT. WTUPI juga mempunyai beberapa sertifikat yang telah diakui dunia, antara lain:

  1. JAS Ordinary Panel

  2. California Air Resources Base (CARB) Selain sertifikat tersebut, PT. WTUPI juga menjalankan sistem manajemen mutu ISO 9002 pada tahun 1997 dan Sistem manajemen lingkungan 14001 mulai tahun 1999. Seiring berjalannya waktu, PT. WTUPI berkeinginan untuk tetap eksis di industri kayu lapis yang kemudian terhambat persoalan pasokan energy listrik dari PT. PLN yang kurang stabil. Persoalan ini mengakibatkan kualitas hasil produksi tidak stabil pula. Sehingga pada tahun 1995 PT. WTUPI membangun Pembangkit Listrik Tenaga Uap unit 1 dengan total kapasitas 15 MW yang dibangun bertahap. Bulan Agustus 1996 PLTU dengan kapasitas 1x6 MW mulai beroperasi dan pada tahun 1998 dibangun lagi dengan kapasitas 1x6 MW. Kemudian pada tahun 2002 PLTU dengan kapasitas 1x3 MW juga didirikan. Pembangkit listrik ini terletak di Jln. Trisakti Komplek UKA – Flamboyan Trisakti, Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Pada tahun 1998 PT.WTUPI mulai bekerja sama dengan PT. Perusahaan

  Listrik Negara (PT.PLN) dan group dari PT.WTUPI yaitu PT. Basirih Industrial dan PT. Intan Wijaya International dalam memanfaatkan exess power dari pembangkit listrik tersebut. Kerjasama jual beli ini di karenakan kurangnya pasokan listrik di wilayah Kalimantan Selatan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan industri. Izin usaha tetap kelistrikan untuk umum dari Kementrian Badan Penanaman Modal Dan Pembinaan Badan Usaha Milik Negara juga sudah didapat. Dengan Nomor izin : 371/T/industri/2000 yang dikeluarkan pada 19 Juni 2000 dan berlaku selama perusahaan masih beroperasi. Melihat hal itu, pada tahun 2016 PT. WTUPI membangun PLTU unit 2 dengan kapasitas 1x30 MW. Serta berencana untuk membangun unit 3 dengan kapasitas 1x30 MW. PLTU unit 2 sekarang sudah beroperasi dengan beban minimal untuk PT. PLN adalah sebesar 27 MW yang disalurkan melalui Gardu Induk (GI) Mantuil. Sehingga, total rata-rata yang disalurkan ke PT. PLN dari unit 1 dan 2 adalah sebesar 30 MW.

2.2 Definisi Perancangan Tata Letak Fasilitas

  Pengertian perencanaan fasilitas dapat dikemukakan sebagai proses perancangan fasilitas, termasuk didalamnya analisis, perencanaan, desain dan susunan fasifitas, peralatan phisik, dan manusia yang ditujukan untuk meningkatkan efisensi produksi dan sistem pelayanan. (Purnomo, 2004).

  Sedangkan (Wignjosoebroto, 1992) mengemukakan bahwa tata letak fasilitas merupakan tata cara pengaturan fasilitas-fasilitas pabrik guna menunjang kelancaran proses produksi.

  Pengaturan tersebut akan memanfaatkan luas area untuk penempatan mesin atau fasilitas penunjang produksi lainnya, kelancaran gerakan perpindahan material, penyimpanan material baik yang bersifat temporer maupun permanen, personel pekerja dan sebagainya. Pada umumnya tata letak pabrik yang terencana dengan baik ikut menentukan efisiensi dan menjaga kelangsungan hidup atau kesuksesan kerja suatu industri.

  Secara skematis perencanaan fasilitas pabrik dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1 Sistematika Perencanaan Fasilitas Pabrik (Tompkins, J.A., 1996)

2.3 Tujuan Perancangan Tata Letak Fasilitas

  Secara garis besar tujuan perancangan fasilitas, yaitu untuk menentukan bagaimana aktivitas-aktivitas dan fasililtas-fasilitas produksi dapat diatur sedemikian rupa sehingga mampu menunjang upaya pencapaian tujuan pokok produksi secara efektif dan efisien. Selain itu terdapat tujuan perencanaan tata letak pabrik yaitu untuk mendapatkan keuntungan-keuntungan antara lain :

  1. Memudahkan proses manufaktur.

  Penyusunan mesin, peralatan, dan ruang kerja yang baik menghasilkan kemudahan proses produksi

  2. Meminimumkan pemindahan barang.

  Pengaruh jarak terhadap material handling akan mempengaruhi biaya yang dikeluarkan. Selain itu pemindahan barang yang semakin dekat akan berdampak pada pengurangan waktu produksi.

  3. Menjaga fleksibilitas (keluwesan) Ada kalanya suatu pabrik menuntut adanya perubahan tata letak akibat adanya perubahan (penambahan/pengurangan fasilitas. Keadaan ini menuntut adanya fleksibilitas dalam melakukan proses produksi.

  4. Memelihara perputaran barang setengah jadi yang tinggi Kelancaran aktivitas material handling mengurangi terjadinya penumpukan barang di stasiun kerja. Waktu peredaran total yang kecil akan mengurangi jumlah barang setengah jadi yang berakibat pula menurunnya biaya produksi.

  5. Menurunkan cost of capital Suatu penggunaan fasilitas produksi yang tepat akan mengurangi biaya pemakaian fasilitas yang kurang perlu serta menghindarkan adanya duplikasi peralatan.

  6. Menghemat pemakaian ruang Ketepatan dalam hal tata letak peralatan yang digunakan akan menghemat (efisisensi) ruangan yang dipakai 7. Memudahkan pengawasan Dengan tata letak yang baik akan memudahkan dalam hal pengawasan terhadap aktivitas produksi yang dilakukan.

8. Meningkatkan safety bagi produk maupun karyawan

  Mesin dan peralatan yang diletakkan pada tempat yang tepat akan mengurangi terjadinya kecelakaan kerja maupun keru

2.4 Prinsip-Prinsip Dasar dalam Perencanaan Tata Letak

  Berdasarkan aspek dasar, tujuan dan keuntungan-keuntungan yang didapat dari tata letak yang terencana dengan baik, maka dapat disimpulkan enam tujuan dasar dalam tata letak pabrik, sebagai berikut: 1.

  Integrasi secara menyeluruh dari semua faktor yang mempengaruhi proses produksi

2. Perpindahan jarak yang minimal 3.

  Aliran kerja yang berlangsung secara normal melalui pabrik 4. Semua areal yang ada dimanfaatkan secara efektif dan efisien 5. Kepuasan kerja dan rasa aman dari pekerja terpelihara 6. Pengaturan tata letak harus cukup fleksibel. Tujuan tersebut dapat dinyatakan sebagai prinsip dasar dari proses perencanaan tata letak pabrik.

2.5 Manfaat Perencanaan Tata Letak Pabrik

  Tata letak pabrik berhubungan erat dengan segala proses perencanaan dan pengaturan letak mesin, peralatan, aliran bahan dan orang-orang yang bekerja di masing-masing stasiun kerja. Tata letak yang baik dari segala fasilitas produksi dalam suatu pabrik adalah dasar untuk membuat operasi kerja menjadi lebih efektif dan efisien. Secara umum pengaturan semua fasilitas produksi yang terencana akan memberikan :

1. Minimisasi transportasi dari proses pemindahan bahan 2.

  Minimisasi gerakan balik yang tidak perlu 3. Minimisasi pemakaian area tanah 4. Pola aliran produksi yang terbaik 5. Keseimbangan penggunaan area tanah 6. Keseimbangan di dalam lintasan Fleksibilitas dalam menghadapi ekspansi dimasa yang akan datang

2.6 Tipe-tipe Tata Letak

  Salah satu keputusan penting yang perlu dibuat adalah keputusan menentukan Tipe tata letak yang sesuai akan menjadikan efisiensi proses manufakturing untuk jangka waktu yang cukup panjang. Tipe-tipe tata letak secara umum adalah Product Layout, Process Layout dan Group Technology

  (Purnomo, 2004).

  Layout

2.6.1 Tata Letak Berdasarkan Aliran Produksi (Product Layout)

  Jika suatu pabrik secara khusus akan memproduksi satu macam produk atau kelompok produk dalam jumlah/volume yang besar dan waktu produksi yang lama, maka segala fasilitas

  • –fasilitas produksi dari pabrik tersebut haruslah diatur sedemikian rupa sehingga proses produksi dapat berlangsung seefisien mungkin. Dengan layout berdasarkan aliran produk, maka mesin dan fasilitas produksi lainnya akan dapat diatur menurut prinsip

  “machine after machine” tidak perduli macam mesin

  yang digunakan. Dengan memakai tata letak tipe aliran produk (product

  layout ), maka segala fasilitas

  • –fasilitas untuk proses produksi (baik pabrikasi maupun perakitan) akan diletakkan berdasarkan garis aliran (flow line) dari produk tersebut. Adapun tipe
  • –tipe garis aliran produk (product flow line) yang mungkin diaplikasikan yaitu : a.

   Straight Line

  Pola aliran berdasarkan garis lurus atau straight line umum dipakai bilamana proses produksi berlangsung singkat, relatif sederhana dan umum terdiri dari beberapa komponen

  • –komponen atau beberapa macam production equipment.

Gambar 2.2 Straight Line

  Pola aliran bahan berdasarkan garis lurus ini akan memberikan : 1.

  Jarak yang terpendek antara dua titik.

  2. Proses atau aktivitas produksi berlangsung sepanjang garis lurus yaitu dari mesin nomor satu sampai ke mesin yang terakhir.

  3. Jarak perpindahan bahan (handling distance) secara total akan kecil karena jarak antara masing

  • –masing mesin adalah sependek-pendeknya b.

   Serpentine atau zig zag (S-Shaped).

  Pola aliran berdasarkan garis

  • –garis patah ini sangat baik diterapkan
bilamana aliran proses produksi lebih panjang dibandingkan dengan luasan area yang tersedia. Untuk itu aliran bahan akan dibelokkan untuk menambah panjangnya garis aliran yang ada dan secara ekonomis hal ini akan dapat mengatasi segala keterbatasan dari area, dan ukuran dari bangunan pabrik yang ada.

Gambar 2.3 Serpentine/Zig Zag c.

   U-Shaped

  Pola aliran menurut U-Shaped ini akan dipakai bilamana dikehendaki bahwa akhir dari proses produksi akan berada pada lokasi yang sama dengan awal proses produksinya. Hal ini akan mempermudah pemanfaatan fasilitas transportasi dan juga sangat mempermudah pengawasan untuk keluar masuknya

  material dari dan menuju pabrik. Aplikasi garis bahan relatif

  panjang, maka U-Shaped ini akan tidak efisien dan untuk ini lebih baik digunakan pola aliran bahan tipe zig zag.

Gambar 2.4 U-Shaped d.

   Circular.

  Pola aliran berdasarkan bentuk lingkaran (circular) sangat baik dipergunakan bilamana dikehendaki untuk mengembalikan material atau produk pada titik awal aliran produksi berlangsung. Hal ini juga baik apabila departemen penerimaan dan pengiriman material atau produk jadi direncanakan untuk berada pada lokasi yang sama dalam pabrik yang bersangkutan.

Gambar 2.5 Circular e.

   Odd angle.

  Pola aliran berdasarkan odd-angle ini tidaklah begitu dikenal dibandingkan dengan pola

  • –pola aliran yang lain. Pada dasarnya
pola ini sangat umum dan baik digunakan untuk kondisi

  • –kondisi seperti : 1.

  Bilamana tujuan utamanya adalah untuk memperoleh garis aliran yang produk diantara suatu kelompok kerja dari area yang saling berkaitan.

  2. Bilamana proses handling dilaksanakan secara mekanis.

  3. Bilamana keterbatasan ruangan menyebabkan pola aliran yang lain terpaksa tidak dapat diterapkan.

  4. Bilamana dikehendaki adanya pola aliran yang tetap dari fasilitas

  • –fasilitas produksi yang ada.

  Odd-angle ini akan memberikan lintasan yang pendek dan terutama akan merasa kemanfaatannya untuk area yang kecil.

Gambar 2.6 Odd-Angle

2.6.2 Tata Letak Berdasarkan Fungsi/macam Proses

  Tata letak ini merupakan metode penempatan mesin dan peralatan produksi yang memiliki tipe sama ke dalam satu departemen. Karakteristik tipe tata letak ini atara lain: a.

  Perbandingan antara jumlah (Q) dan jenis produk (P) kecil b.

  Produksi berdasarkan job order c. Mesin produksi dan perlengkapan yang sama ditempatkan pada satu departemen

  Keuntungan dari jenis tata lerak ini adalah mampu mengerjakan berbagai macam jenis dan model produk serta spesialisasi kerja. Sedangkan kerugiannya berupa kesulitan menyeimbangkan lintasan kerja dalam departemen sehingga memerlukan area untuk work in process storage.

  2.6.3 Tata Letak Berdasarkan Lokasi Material Tetap (fix position layout)

  Untuk jenis layout ini material atau komponen produk utama tetap pada lokasinya sedangkan fasilitas produksi seperti mesin, manusia dan komponen pendukung lainnya yang bergerak menuju lokasi komponen utama. Keuntungan dari jenis tata letak ini adalah perpindahan material dapat dikurangi, sedangkan kelemahannya adalah memerlukan operator dengan keterampilan yang tinggi dan pengawasan yang ketat.

  2.6.4 Tata Letak Berdasarkan Kelompok Produk (group technology layout)

  Tipe tata letak ini, komponen yang sama dikelompokkan ke dalam satu kelompok berdasarkan kesarnaan bentuk kornponen. mesin atau peralatan yang dipakai. Mesin-rnesin dikelompokkan dalam satu kelornpok dan ditempatkan dalam sebuah ‘manufacturing cell”. Kelebihan tata letak ini adalah dengan adanya penge1ompokan produk sesuai dengan proses pembuatannya maka akan dapat diperoleh pendayagunaan mesin yang maksmal. Juga lintasan aliran kerja menjadi lebih lancar dan jarak perpindahan material akan lebih pendek. Sedangkan kekurangan dari tipe layout ini yaitu diperlukan tenaga yang memiliki kemampuan dan keterampilan yang tinggi untuk mengoperasikan sernua faau produksl yang ada. Kelancaran keja sangat tergantung pada kegiatan peigendalian produksl khususnya dalam menjaga keseimbangan kerja yang bergerak.

2.7 Ukuran Jarak

  Terdapat beberapa sistem yang dipergunakan untuk melakukan pengukuran jarak suatu lokasi terhadap lokasi lain. Ukuran yang dipergunakan banyak tergantung dari adanya personil yang memenuhi syarat, waktu untuk mengumpulkan data, dan tipe-tipe sistem pemindahan material yang digunakan.

  a.

  Jarak Euclidean Jarak euclidean merupakan jarak yang diukur lurus antara pusat fasilitas satu dengan pusat fasilitas lainnya. Untuk menentukan jarak euclidean fasilitas satu dengan fasilitas lainnya menggunakan formula sebagai berikut:

  1 ⁄

  2

  2

  2

  = ………….( 1)

  [( − ) + ( − ) ]

   Gambar 2.7Jarak Euclidean

  Dimana : = koordinat x pada pusat fasilitas i = koordinat y pada pusat fasilitas i = koordinat x pada pusat fasilitas j

  = koordinat y pada pusat fasilitas j = jarak antara pusat fasilitas i dan j b. Jarak Rectilinear

  Jarak rectilinear atau Jarak Manhattan merupakan jarak yang diukur mengikuti jalur tegak lurus. Dalam pengukuran jarak

  rectilinear digunakan formula sebagai berikut.

  =

  ……………( 2 )

  

( − ) + ( − )

Gambar 2.8 Jarak Recitiliear c.

  Adjacency

  Adjacency merupakan ukuran kedekatan antara fasilitas-fasilitas atau departemen-departemen yang terdapat dalam suatu perusahaan.

  Kelemahan ukuran jarak Adjacency adalah tidak dapat memberi perbedaan secara riil jika terdapat dua pasang fasilitas dimana satu dengan yang lainnya tidak berdekatan.

2.8 Analisa Kuantitatif Untuk Menganalisa Aliran Bahan

  Dalam melakukan analisa kuantitatif aliran bahan dapat mengunakan beberapa metode sebagai berikut : a.

  Peta Dari – Ke (From – To Chart) Analisis kuantitatif aliran bahan akan diukur berdasarkan kuantitas material yang dipindahkan seperti berat, volume, jumlah unit dan satuan kuantitatif lainnya. Peta yang umum digunakan untuk melakukan analisis kuantitatif ini adalah from to chart.

  Teknik ini sangat berguna untuk kondisi-kondisi di mana banyak items yang mengalir melalui suatu area. Angka - angka yang terdapat dalam suatu from to chart akan menunjukkan total dari berat beban yang harus dipindahkan, jarak perpindahan bahan, volume atau kombinasi-kombinasi dari faktor-faktor ini Berikut ini adalah aplikasi from to chart untuk tiga komponen yang diproses dengan urutan- mesin seperti pada tabel

  1.1 sebangkan aliran komponen ditunjukan seperti pada gambar 2.5

Tabel 1.1 Kuantitas dan urutan produksi

  Komponen kuantitas produksi/hari Urutan proses

  1

  25 A-B-D-E

  2

  15 A-C-D-B-E

  3

  10 A-D-E

Gambar 2.9 Aliran komponen

  Pada gambar 2.6 adalah peta dari-ke yang menunjukkan jumlah material yang di pindahkan dari A ke B adalah komponen 1 dengan kapasitas 25. Material yang dipindahkan dari D ke E adalah komponen 1 dan 3 dengan kuantitas 25 dan 10 sehingga total yang dipindahkan 35.

Tabel 1.2 Form to chart yang menunjukan jumlah material yang Dipindahkan

  Dari A B C D E Ke

  A

  25

  15

  10 B

  25

  15 C

  15 D

  15

  35 E b.

  Inflow dan Outflow

  Inflow digunakan untuk mencari dan mengetahui koefisien

  ongkos material handling yang masuk ke stasiun kerja dari stasiun kerja yang lain sedangkan outflow digunakan untuk mencari koefisien ongkos yang keluar dari satu stasiun kerja ke stasiun kerja yang lain. Perhitungan inflow dan outflow berdasarkan ongkos

  material handling dan From To Chart sehingga dapat digambarkan

  sebagai berikut :

Gambar 2.10 Inflow dan Outflow Aliran Material c.

  Tabel Skala Prioritas (TSP) Tabel skala prioritas menggambarkan urutan prioritas antara stasiun kerja dalam suatu layout produksi, sehingga diharapkan ongkos material handling menjadi minimum. Perhitungan inflow dan outflow menjadi dasar pertimbangan dalam pembuatan tabel skala prioritas, dimana prioritas tersebut diurutkan berdasarkan harga koefisien ongkosnya mulai dari yang terbesar sampai dengan yang terkecil.

  Tujuan pembuatan TSP antara lain adalah untuk memperpendek jarak tempuh material handling, meminimasi ongkos material handling dan memperbaiki tata letak produksi menjadi lebih optimal.

2.9 Pengertian Material Handling

  Salah satu masalah penting dalam produksi ditinjau dari segi kegiatan / proses produksi adalah bergeraknya material dari satu tingkat ke tingkat proses produksi berikutnya. Untuk memungkinkan proses produksi dapat berjalan dibutuhkan adanya kegiatan pemindahan material yang disebut dengan Material Handling. Terdapat banyak definisi mengenai atau pengertian yang diberikan untuk material handling. Berikut ini ada dua definisi secara umum, yaitu : 1.

  Material Handling adalah seni dan ilmu pengetahuan dari perpindahan, penyimpanan, perlindungan, dan pengawasan material.

  a.

  Seni

  Material handling dapat dinyatakan sebagai seni, karena

  masalah-masalah material handling tidak dapat secara eksplisit diselesaikan semata-mata dengan formula atau model matematika. Material handling membutuhkan sebuah ‘penilaian’ benar atau salah, dimana di perusahaan- perusahaanbenar-benar berpengalaman di bidang material handling akan menilainya.

  b.

  Ilmu Pengetahuan dapat dinyatakan sebagai ilmu

  Material handling pengetahuanb karena menyangkut metode engineering.

  Mendefinisikan masalah, mengumpulkan dan menganalisis data, membuat alternatif solusi, evaluasi alternatif, memilih dan mengimplementasikan alternatif terbaik merupakan

  bagian integral dari penyelesaian masalah material handling dan proses perancangan sistem. Analisis model matematis dan teknik

  • –teknik kualitatif sangat berarti sebagai bagian dari proses ini.

  c.

  Perpindahan Perpindahan material membutuhkan waktu dan memerlukan penggunaan tempat (yaitu penanganan material digunakan pada waktu yang tepat dan tempat yang benar). Perpindahan material memerlukan kesesuaian antara ukuran, bentuk, berat, dan kondisi material dengan lintasannya dan analisis frekuensi gerakan. d.

  Penyimpanan Penyimpanan material sebagai penyangga antar operasi, memudahkan dalam pekerjaan manusia dan mesin.

  Yang perlu dipertimbangkan dalam penyimpanan material antara lain adalah ukuran, berat, kondisi dankemampuan tumpukan material, keperluan untuk mengambil dan menempatkan material, kendala-kendala bangunan seperti misalnya beban lantai, kondisi lantai, jarak antar kolom, dan tinggi bangunan.

  e.

  Perlindungan Yang termasuk dalm perlindungan material antara lain penmgawasan, pengepakan, dan pengelompokan material; untuk melindungi kerusakan dan kehilangan material. Perlindungan material sebaiknya menggunakan alat pengaman yang dihubungkan dengan sistem informasi. Termasuk perlindungan terhadap material yang salah penanganan, salah penempatan, salah pengambilan, dan urutan proses yang salah. Sistem material handling harus dirancang untuk meminimasi keperluan pengawasan, dan untuk menurunkan biaya.

  f.

  Pengawasan Pengawasan material terdirir dari pengawasan fisik dan pengawasan status material. Pengawasan fisik adalah pengawasan yang berorientasi pada susunan dan jarak penempatan antar material. Pengawasan status adalah pengawasan tentang lokasi, jumlah, tujuan, kepemilikan, keaslian, dan jadwal material. Ketelitian harus dilakukan untuk menjamin bahwa jangan sampai terlalu banyak pengawasan yang dilakukan pada sistem material handling. Melakukan pengawasan yang tepat merupakan suatu tantangan, karena pengawasan yang tepat sangat tergantung atas budaya organisasi dan orang yang mengatur dan menjalankan fungsi penanganan material.

  g.

  Material Secara luas, material dapat berbentuk bubuk, padat, cair, dan gas. Sistem penanganan diantara bentuk material mempunyai perlakuan yang berbeda diantara bentuk material.

  2. Material Handling mempunyai arti penanganan material dalam jumlah yang tepat dari material yang sesuai dalam waktu yang baik pada tempat yang cocok, pada waktu yang tepat dalam posisi yang benar, dalam urutan yang sesuai dan biaya yang murah dengan menggunakan metode yang benar.

  ( Material Handling )

2.10 Aspek-aspek biaya pemindahan barang

  Secara umum biaya material handling akan terbagi dalam tiga klasifikasi : a.

  Biaya yang berkaitan dengan transportasi raw material dari sumber asalnya menuju pabrik dan pengiriman finished goods product ke konsumen yang membutuhkannya. Biaya transportasi di sini merupakan fungsi yang berkaitan langsung dengan pemilihan lokasi pabrik dengan memperhatikan tempat di mana sumber material berada serta lokasi pada tujuannya.

  b.

  In - Plant Receiving and Storage, yaitu biaya-biaya yang diiperlukan untuk pemindahan material dari satu proses ke proses berikutnya sampai ke pengiriman produk akhir.

  c.

  Handling materials yang dilakukan oleh operator pada mesin kerjanya serta proses perakitan yang berlangsung di atas meja perakitan.

  Dalam usaha menganalisa biaya material handling, maka faktor- faktor berikut ini seharusnya sangat diperhatikan, yaitu : a.

  Material 1.

  Harga pembelian dari mesin/peralatan 2. Biaya seluruh material yang digunakan 3. Maintenance cost dan repair – part inventory 4. Direct power cost (kilo watt hour, bahan bakar dan lain-lain) 5. Biaya untuk oli 6. Biaya untuk peralatan bangku (pelengkap) 7. Biaya instalasi, termasuk di sini seluruh material dan biaya upah pekerja dan pengaturan kembali.

  b.

   Salary dan Wages 1.

  Direct Labor Cost (seluruh personel yang terlibat di dalam pengoperasian peralatan-peralatan material handling) 2. Training Cost untuk menjalankan peralatan material handling tersebut.

3. Indirect Labor Cost (staff dan service departemens) dan lain- lain.

  c.

  Financial Charge 1.

  Interest untuk investasi peralatan material handling 2. Biaya asuransi, depresiasi dan lain-lain.

2.11 Tujuan Material Handling

  Tujuan utama dari perencanaan material handling adalah untuk mengurangi biaya produksi. Selain itu, material handling sangat berpengaruh terhadap operasi dan perancangan fasilitas yang diimplementasikan. Beberapa tujuan dari sistem material handling antara lain (Meyers, 1993) : a.

  Menjaga atau mengembangkan kualitas produk, mengurangi kerusakan, dan memberikan perlindungan terhadap material.

  b.

  Meningkatkan keamanan dan mengembangkan kondisi kerja.

  c.

  Meningkatkan produktivitas : 1.

  Material akan mengalir pada garis lurus 2. Material akan berpindah dengan jarak sedekat mungkin 3. Perpindahan sejumlah material pada satu kali tertentu 4. Mekanisasi penanganan material 5. Otomasi penanganan material d.

  Meningkatkan tingkat penggunaan fasilitas 1.

  Meningkatkan penggunaan bangunan 2. Pengadaan peralatan serbaguna 3. Standardisasi peralatan material handling 4. Menjaga dan menempatkan seluruh peralatan sesuai kebutuhan dan mengembangkan program pemeliharaan preventif

5. Integrasi seluruh peralatan material handling dalam suatu sistem e.

  Mengurangi bobot mati f. Sebagai pengawasan persediaan

2.12 Biaya Material Handling

  Di dalam merancang tata letak pabrik, maka aktivitas pemindahan bahan merupakan salah satu hal yang cukup penting untuk diperhatikan dan diperhitungkan. Tujuan dari pemindahan bahan adalah sebagai berikut: 1.

  Manaikkan kapasitas 2. Memperbaiki kondisi kerja 3. Memperbaiki pelayanan pada pelanggan 4. Meningkatkan pemanfaatan ruang dan peralatan 5. Mengurangi ongkos

  Beberapa aktivitas material handling yang perlu diperhitungkan adalah pemindahan bahan menuju gudang bahan baku dan keluar dari gudang jadi serta pemindahan atau pengangkutan yang terjadi di dalam pabrik saja. Faktor - faktor yang mempengaruhi perhitungan ongkos material handling diantaranya adalah jarak tempuh dari satu stasiun kerja ke stasiun kerja yang lain dan ongkos pengangkutan per meter gerakan. Pengukuran jarak tempuh tersebut disesuaikan dengan kondisi yang ada di lapangan. Dengan demikian, jika jarak tempuh sudah ditentukan dan frekuensi material handling sudah diperhitungkan maka bngkos material handling dapat diketahui, dimana : Total BMH = ( biaya per meter x jarak te mpuh x Frekwensi )……( 3 )