VALIDASI KIT RADIOIMMUNOASSAY AFLATOKSIN 81
VALIDASI KIT RADIOIMMUNOASSAY AFLATOKSIN 81
Puji Widayati1, Agus Ariyanto\
IPusat
Teknologi
Triningsih\
Radioisotop
Veronika Yulianti Susilo\ Wening Lestari1
dan Radiofarmaka
-
BATANSerpong
IAbstrak
VALIDASI KIT RADIOIMMUNOASSAY
AFLATOKSIN 81• Aflatoksin
merupakan
senyawa mikotoksin
yang bersifat sangat toksik sehingga dapat menjadi penyebab terjadinya kanker pad a manusia.
Aflatoksin berpotensi karsinogenik, mutagenik, teratogenik, dan bersifat imunosupresif oleh karena
itu kandungan aflatoksin B1 dalam bahan dan prod uk pangan harus dibatasi. Salah satu teknik
penentuan kadar aflatoksin B1 adalah
immunologi antara antigen dan antibodi
radioimmunoassay
(RIA) yang didasarkan pada reaksi
yang spesifik hanya untuk antigen tertentu saja, serta
menggunakan antigen yang ditandai zat radioaktif sebagai peru nut. Pusat Teknologi Radioisotop dan
Radiofarmaka BATAN telah berhasil mengembangkan kit RIA Aflatoksin B1 yang dapat digunakan
untuk penentuan kandungan Aflatoksin B1 dalam bahan dan produk pangan. Sebelum digunakan di
lapangan kit aflatoksin B1 harus divalidasi meliputi penentuan batas deteksi, kepekaan (sensitivitas),
ketelitian (presisi) dan parameter assay (Non Spesific Binding, NSB dan Maximum Binding, MB)
sehingga dapat digunakan untuk menentukan kadar aflatoksin B1• Penelitian ini bertujuan untuk
menentukan batas deteksi, ketelitian intra assay dan inter assay serta parameter assay. Telah
dilakukan validasi kit RIA aflatoksin yang menghasilkan batas deteksi 0,35 ng/mL dengan ketelitian
intra assay memberikan koefisien variasi (%CV) QC 9,80% sedangkan ketelitian inter assay untuk QC
12,39%.
Kit RIA aflatoksin B1 ini disimpulkan memberikan
menghasilkan %NSB sebesar 6,6 dan B/T sebesar 47,18.
unjuk
kerja yang baik
karena
VALIDATION OF RADIOIMMUNOASSAY AFLATOKSIN 81 KIT. Aflatoxins are mycotoxins compounds
that are highly toxic and carcinogenic.
Aflatoxins are potentially
carcinogenic, mutagenic,
teratogenic, and immunosuppressive so that the content of aflatoxin B1 in food products should be
limited. One technique of determining the level of aflatoxin B1 is a radioimmunoassay (RIA) which is
based on immunological
reactions between antigens and antibodies, and using radioactive
substances as a tracer. Center for Radioisotopes and Radiopharmaceuticals Technology (PTRR) has
successfully developed Aflatoxin B1 RIA kit that can be used to determine the aflatoxin B1 in food
products. Aflatoxin B1 RIA kit must be validated, which includes determining the limits of detection,
sensitivity, accuracy (precision) and assay parameters (Non Specific Binding, NSB and Maximum
Binding, MB) that can be used to determine the level of aflatoxin B1. This study aims to determine
the limit of detection, accuracy intra-assay and inter-assay and assay parameters. The Aflatoxin B1
RIA kit validation results in the detection limit of 0.35 ng / mL with coefficient of variation (% CV) QC
9.80%, while the inter-assay precision for QC 12.39%. RIA Kit Aflatoxin B1 is inferred provide good
performance because it produces 6.6% for NSB and 47.18 for B/T.
21
PENDAHULUAN
jika dikerjakan pada kondisi yang berbeda,
biasanya
Validasi
metode
analisis bertujuan
dilakukan
laboratorium
dalam
yang
laboratorium-
berbeda
menggunakan
untuk
memastikan
dan mengkonfirmasi
bahwa metode analisis tersebut sudah sesuai
peralatan, pereaksi, pelarut dan analis yang
untuk
biasanya
identik sama dari batch yang sama, tetapi
analisa yang
dapat juga dilakukan dalam laboratorium yang
peruntukannya.
diperuntukkan
untuk
Validasi
metode
baru dibuat dan dikembangkan,
berbeda serta sampel yang dianalisa diduga
sedangkan
sama
untuk metode yang memang telah tersedia
dengan
menggunakan
peralatan,
pereaksi dan analis yang berbeda (inter assay)
[1,2,3].
dan baku (misal: AOAC, ASTM dan lainnya)
tidak perlu dilakukan validasi, hanya verifikasi.
Beberapa
parameter
dipertimbangkan
analisis
dalam
yang
validasi
Selektifitas
harus
kemampuannya
metode
suatu
metode
adalah
yang hanya mengukur
analisis adalah accuracy (kepekaan), precision
(ketelitian), selektivitas (spesifisitas), linieritas,
dengan adanya komponen lain yang mungkin
rentang,
ada dalam matriks sampel, dinyatakan sebagai
batas
(robustness)
deteksi
dan
kekuatan
saja secara cermat
zat
tertentu
derajat
[1,2,3].
penyimpangan
Selektivitas
Kepekaan
adalah
ukuran
yang
(degree
metode
membandingkan
dan seksama
of
ditentukan
bias).
dengan
hasil analisis sampel yang
menunjukkan derajat kedekatan hasil analisis
mengandung
dengan
sejenis, senyawa asing lainnya dengan analisis
kadar
Kepekaan
perolehan
yang
dinyatakan
kembali
ditambahkan.
melalui
analit
sebagai
Kepekaan dapat
(spiked-placebo
baku
sampel tanpa penambahan bahan-bahan tadi
yang
[1,2,3].
Linieritas adalah kemampuan metode
simulasi
atau
analisis
metode
(standard
memberikan
terhadap
addition
rendah
adalah
ukuran
yang
respon
konsentrasi
Rentang metode
[1,2,3].
Ketelitian
cemaran, hasil urai, senyawa
ditentukan
metode
recovery)
penambahan
persen
analit
(recovery)
dua cara, yaitu
method)
sebenarnya.
dan
adalah pernyataan
tertinggi
ditunjukkan
proporsional
analit dalam sampel.
dapat
analit
batas
yang
ditetapkan
sudah
dengan
menunjukkan derajat kesesuaian antara hasil
kecermatan, keseksamaan dan linieritas yang
uji individual, diukur melalui penyebaran hasil
dapat diterima. Batas deteksi adalah jumlah
individual
dari
terkecil
diterapkan
secara berulang
rata-rata
sampel yang diambil
homogen.
simpangan
baku
dinyatakan
(repeatability)
(reproducibility).
prosedur
pada sampel-
dari campuran
Ketelitian
(koefisient
jika
atau
variasi).
sebagai
diukur
yang
signifikan
sebagai
simpangan
relatif
Ketelitian
dapat
sampel yang
dapat
memberikan
dibandingkan
dengan
respon
blangko
Radioimmunoassay (RIA) merupakan
salah satu teknik immunochemical
ketertiruan
Keterulangan
dalam
yang masih
[1,2,3].
keterulangan
atau
analit
dideteksi
adalah
teknik
pengukuran
reaksi
imunologi
yang
assay yaitu
didasarkan
yang
pada
menggunakan
ketelitian metode jika dilakukan berulang kali
radioisotop sebagai perunut. Teknik RIA dapat
oleh analis yang sama pada kondisi yang sama
digunakan
dan dalam interval waktu yang pendek (intra
cemaran
assay). Ketertiruan adalah ketelitian
dalam bahan dan produk pangan [4].
metode
22
untuk
mengukur
mikotoksin
seperti
kandungan
aflatoksin
B1
Dalam
rangka
penyediaan
dan
bahan
antibodi
yang
pangan dan pakan ternak yang sehat dan
antigen tertentu
tidak
yang
membahayakan
kesehatan
Food and Drug Administration
menetapkan
kadar
diperbolehkan
ternak.
manusia
kadar
yang
aflatoksin
untuk
dianalisa
dengan
teknik
prosedur
pemisahan yang panjang dan rumit
memerlukan
dalam makanan dan pakan
Misalnya
hanya
pengukuran ini tidak memerlukan
(FDA) telah
aflatoksin
akan
spesifik
saja. Oleh sebab itu analit
yang
berbagai jenis pelarut organik
yang mahal dan dalam jumlah yang banyak
yang
untuk
diperbolehkan dalam semua bahan makanan
kecuali susu adalah < 20 ng/g, sementara
mengekstraksi
dan memurni
analit.
untuk susu adalah < 0,5 ng/g.
Demikian pula
Sebagai konsekuensinya biaya analisa akan
lebih murah dan waktu analisa akan jadi lebih
untuk
jagung
cepat [5].
pakan
ternak
selain
aflatoksin yang diperbolehkan
Kandungan
ng/g.
kadar
adalah < 20
aflatoksin
Validasi
yang
kit
RIA AfB1 yang
akan
diperbolehkan pada jagung sebagai pakan
ternak adalah antara 20-300 ng/g, tergantung
dilakukan meliputi batas deteksi ketelitian dan
jenis dan tujuan penggunaan ternak [5].
terkecil
parameter assay. Batas deteksi adalah jumlah
analit
dalam
sampel
diukur yang memberikan
Aflatoksin
mikotoksin
merupakan
yang
bersifat
dibandingkan
senyawa
sangat
dengan
yang dapat
respon signifikan
blanko.
adalah ukuran yang menunjukkan
toksik,
Ketelitian
derajat
kadar
kesesuaian antara hasil uji individual, diukur
aflatoksin dalam bahan pangan atau pakan
melalui penyebaran hasil individual dari rata-
ternak
rata jika prosedur diterapkan secara berulang
sehingga
diperlukan
monitoring
sehingga
terkonsumsinya
dapat
mencegah
pada
bahan pangan atau pakan
ternak yang terkontaminasi
sampel-sampel
campuran
aflatoksin. Dalam
yang
yang
diambil
homogen.
dari
Pengujian
pangan dan pakan yang utuh, menurunkan
parameter assay meliputi nilai blanko, nilai
Binding, MB)
ikatan maksimum (Maximum
dan nilai serum kontrol. Nilai blanko atau
kandungan
--x
1 OO~
x
(1)
Cacahan fasa terikat-BG
% BIT =_m
m
m m_m
Cacahan total-BG
Oimana :
% CV : Coeficient Variation
SO
: Standar Oeviasi
X
: X rata-rata
Penentuan
X 100% (3)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada
Parameter Assay
penelitian
ini,
validasi
kit
Aflatoksin Bl dilakukan dengan menentukan
Parameter
assay
melakukan
pengujian
ditentukan
dengan
sesuai
protokol
batas
Binding
serta
perhitungan
(% B/T) dan daerah
NSB dengan
1.
rumus
deteksi
diukur
analit
menunjukkan
dalam
Bl
Xrerata±2S0
dibandingkan
dengan
0,35±0,23 ng/mL.
mmmn_m_mm_nn __X 100% (2)
Cacahan Total - BG
SO Konsentrasi
0,234
0,396
0,552
== 0,117
0,355= 0,355±0,234
0,458
0,375
0,428
0,358
0,131
0,39
0,232
AfB1 (ng/mL)
Pengulangan(n=10)
Xrerata±
2S0Xrerata
1.
25
bahwa
sampel yang
dan memberikan
Tabell. Penentuan batas deteksi
4.
10.
2.
6.
7.
8.
9.
3.
5.
yang
assay. Kit Aflatoksin
batas
Hasil ini
terkecil
Cacahan NSB-BG
Nilai
ketelitian
sebesar 0,35±0,23 seperti terlihat pada Tabel
sebagai berikut:
% NSB=
parameter
mempunyai
kerja (rentang kerja).
Rumus
penentuan
meliputi ketelitian intra assay dan inter assay
pengujian meliputi nilai Non Specific Binding
(NSB), Maximum
deteksi,
jumlah
dapat
respon signifikan
blanko
adalah
Pengujian
assay
dilakukan
ketelitian
dengan
dengan satu orang operator.
pengujian
ini
menunjukkan
uji
individual
campuran
yang
sama
kesesuaian
secara
berulang
homogen,
dalam
pendek,
dapat dilihat
ketelitian
inter
pengulangan
CV hasil
pada
antara
pada
dengan
interval
3
dilakukan
adalah
yang
berarti
sampel
batch yang sama, tetapi
dalam
menggunakan
laboratorium
peralatan,
yang
seperti.
berbeda
intra assay
ketelitian
kali
baik
Nilai %
yaitu
sedangkan
AfBl
yang
Oari kedua
dan
persyaratan
% CV
Puji Widayati1, Agus Ariyanto\
IPusat
Teknologi
Triningsih\
Radioisotop
Veronika Yulianti Susilo\ Wening Lestari1
dan Radiofarmaka
-
BATANSerpong
IAbstrak
VALIDASI KIT RADIOIMMUNOASSAY
AFLATOKSIN 81• Aflatoksin
merupakan
senyawa mikotoksin
yang bersifat sangat toksik sehingga dapat menjadi penyebab terjadinya kanker pad a manusia.
Aflatoksin berpotensi karsinogenik, mutagenik, teratogenik, dan bersifat imunosupresif oleh karena
itu kandungan aflatoksin B1 dalam bahan dan prod uk pangan harus dibatasi. Salah satu teknik
penentuan kadar aflatoksin B1 adalah
immunologi antara antigen dan antibodi
radioimmunoassay
(RIA) yang didasarkan pada reaksi
yang spesifik hanya untuk antigen tertentu saja, serta
menggunakan antigen yang ditandai zat radioaktif sebagai peru nut. Pusat Teknologi Radioisotop dan
Radiofarmaka BATAN telah berhasil mengembangkan kit RIA Aflatoksin B1 yang dapat digunakan
untuk penentuan kandungan Aflatoksin B1 dalam bahan dan produk pangan. Sebelum digunakan di
lapangan kit aflatoksin B1 harus divalidasi meliputi penentuan batas deteksi, kepekaan (sensitivitas),
ketelitian (presisi) dan parameter assay (Non Spesific Binding, NSB dan Maximum Binding, MB)
sehingga dapat digunakan untuk menentukan kadar aflatoksin B1• Penelitian ini bertujuan untuk
menentukan batas deteksi, ketelitian intra assay dan inter assay serta parameter assay. Telah
dilakukan validasi kit RIA aflatoksin yang menghasilkan batas deteksi 0,35 ng/mL dengan ketelitian
intra assay memberikan koefisien variasi (%CV) QC 9,80% sedangkan ketelitian inter assay untuk QC
12,39%.
Kit RIA aflatoksin B1 ini disimpulkan memberikan
menghasilkan %NSB sebesar 6,6 dan B/T sebesar 47,18.
unjuk
kerja yang baik
karena
VALIDATION OF RADIOIMMUNOASSAY AFLATOKSIN 81 KIT. Aflatoxins are mycotoxins compounds
that are highly toxic and carcinogenic.
Aflatoxins are potentially
carcinogenic, mutagenic,
teratogenic, and immunosuppressive so that the content of aflatoxin B1 in food products should be
limited. One technique of determining the level of aflatoxin B1 is a radioimmunoassay (RIA) which is
based on immunological
reactions between antigens and antibodies, and using radioactive
substances as a tracer. Center for Radioisotopes and Radiopharmaceuticals Technology (PTRR) has
successfully developed Aflatoxin B1 RIA kit that can be used to determine the aflatoxin B1 in food
products. Aflatoxin B1 RIA kit must be validated, which includes determining the limits of detection,
sensitivity, accuracy (precision) and assay parameters (Non Specific Binding, NSB and Maximum
Binding, MB) that can be used to determine the level of aflatoxin B1. This study aims to determine
the limit of detection, accuracy intra-assay and inter-assay and assay parameters. The Aflatoxin B1
RIA kit validation results in the detection limit of 0.35 ng / mL with coefficient of variation (% CV) QC
9.80%, while the inter-assay precision for QC 12.39%. RIA Kit Aflatoxin B1 is inferred provide good
performance because it produces 6.6% for NSB and 47.18 for B/T.
21
PENDAHULUAN
jika dikerjakan pada kondisi yang berbeda,
biasanya
Validasi
metode
analisis bertujuan
dilakukan
laboratorium
dalam
yang
laboratorium-
berbeda
menggunakan
untuk
memastikan
dan mengkonfirmasi
bahwa metode analisis tersebut sudah sesuai
peralatan, pereaksi, pelarut dan analis yang
untuk
biasanya
identik sama dari batch yang sama, tetapi
analisa yang
dapat juga dilakukan dalam laboratorium yang
peruntukannya.
diperuntukkan
untuk
Validasi
metode
baru dibuat dan dikembangkan,
berbeda serta sampel yang dianalisa diduga
sedangkan
sama
untuk metode yang memang telah tersedia
dengan
menggunakan
peralatan,
pereaksi dan analis yang berbeda (inter assay)
[1,2,3].
dan baku (misal: AOAC, ASTM dan lainnya)
tidak perlu dilakukan validasi, hanya verifikasi.
Beberapa
parameter
dipertimbangkan
analisis
dalam
yang
validasi
Selektifitas
harus
kemampuannya
metode
suatu
metode
adalah
yang hanya mengukur
analisis adalah accuracy (kepekaan), precision
(ketelitian), selektivitas (spesifisitas), linieritas,
dengan adanya komponen lain yang mungkin
rentang,
ada dalam matriks sampel, dinyatakan sebagai
batas
(robustness)
deteksi
dan
kekuatan
saja secara cermat
zat
tertentu
derajat
[1,2,3].
penyimpangan
Selektivitas
Kepekaan
adalah
ukuran
yang
(degree
metode
membandingkan
dan seksama
of
ditentukan
bias).
dengan
hasil analisis sampel yang
menunjukkan derajat kedekatan hasil analisis
mengandung
dengan
sejenis, senyawa asing lainnya dengan analisis
kadar
Kepekaan
perolehan
yang
dinyatakan
kembali
ditambahkan.
melalui
analit
sebagai
Kepekaan dapat
(spiked-placebo
baku
sampel tanpa penambahan bahan-bahan tadi
yang
[1,2,3].
Linieritas adalah kemampuan metode
simulasi
atau
analisis
metode
(standard
memberikan
terhadap
addition
rendah
adalah
ukuran
yang
respon
konsentrasi
Rentang metode
[1,2,3].
Ketelitian
cemaran, hasil urai, senyawa
ditentukan
metode
recovery)
penambahan
persen
analit
(recovery)
dua cara, yaitu
method)
sebenarnya.
dan
adalah pernyataan
tertinggi
ditunjukkan
proporsional
analit dalam sampel.
dapat
analit
batas
yang
ditetapkan
sudah
dengan
menunjukkan derajat kesesuaian antara hasil
kecermatan, keseksamaan dan linieritas yang
uji individual, diukur melalui penyebaran hasil
dapat diterima. Batas deteksi adalah jumlah
individual
dari
terkecil
diterapkan
secara berulang
rata-rata
sampel yang diambil
homogen.
simpangan
baku
dinyatakan
(repeatability)
(reproducibility).
prosedur
pada sampel-
dari campuran
Ketelitian
(koefisient
jika
atau
variasi).
sebagai
diukur
yang
signifikan
sebagai
simpangan
relatif
Ketelitian
dapat
sampel yang
dapat
memberikan
dibandingkan
dengan
respon
blangko
Radioimmunoassay (RIA) merupakan
salah satu teknik immunochemical
ketertiruan
Keterulangan
dalam
yang masih
[1,2,3].
keterulangan
atau
analit
dideteksi
adalah
teknik
pengukuran
reaksi
imunologi
yang
assay yaitu
didasarkan
yang
pada
menggunakan
ketelitian metode jika dilakukan berulang kali
radioisotop sebagai perunut. Teknik RIA dapat
oleh analis yang sama pada kondisi yang sama
digunakan
dan dalam interval waktu yang pendek (intra
cemaran
assay). Ketertiruan adalah ketelitian
dalam bahan dan produk pangan [4].
metode
22
untuk
mengukur
mikotoksin
seperti
kandungan
aflatoksin
B1
Dalam
rangka
penyediaan
dan
bahan
antibodi
yang
pangan dan pakan ternak yang sehat dan
antigen tertentu
tidak
yang
membahayakan
kesehatan
Food and Drug Administration
menetapkan
kadar
diperbolehkan
ternak.
manusia
kadar
yang
aflatoksin
untuk
dianalisa
dengan
teknik
prosedur
pemisahan yang panjang dan rumit
memerlukan
dalam makanan dan pakan
Misalnya
hanya
pengukuran ini tidak memerlukan
(FDA) telah
aflatoksin
akan
spesifik
saja. Oleh sebab itu analit
yang
berbagai jenis pelarut organik
yang mahal dan dalam jumlah yang banyak
yang
untuk
diperbolehkan dalam semua bahan makanan
kecuali susu adalah < 20 ng/g, sementara
mengekstraksi
dan memurni
analit.
untuk susu adalah < 0,5 ng/g.
Demikian pula
Sebagai konsekuensinya biaya analisa akan
lebih murah dan waktu analisa akan jadi lebih
untuk
jagung
cepat [5].
pakan
ternak
selain
aflatoksin yang diperbolehkan
Kandungan
ng/g.
kadar
adalah < 20
aflatoksin
Validasi
yang
kit
RIA AfB1 yang
akan
diperbolehkan pada jagung sebagai pakan
ternak adalah antara 20-300 ng/g, tergantung
dilakukan meliputi batas deteksi ketelitian dan
jenis dan tujuan penggunaan ternak [5].
terkecil
parameter assay. Batas deteksi adalah jumlah
analit
dalam
sampel
diukur yang memberikan
Aflatoksin
mikotoksin
merupakan
yang
bersifat
dibandingkan
senyawa
sangat
dengan
yang dapat
respon signifikan
blanko.
adalah ukuran yang menunjukkan
toksik,
Ketelitian
derajat
kadar
kesesuaian antara hasil uji individual, diukur
aflatoksin dalam bahan pangan atau pakan
melalui penyebaran hasil individual dari rata-
ternak
rata jika prosedur diterapkan secara berulang
sehingga
diperlukan
monitoring
sehingga
terkonsumsinya
dapat
mencegah
pada
bahan pangan atau pakan
ternak yang terkontaminasi
sampel-sampel
campuran
aflatoksin. Dalam
yang
yang
diambil
homogen.
dari
Pengujian
pangan dan pakan yang utuh, menurunkan
parameter assay meliputi nilai blanko, nilai
Binding, MB)
ikatan maksimum (Maximum
dan nilai serum kontrol. Nilai blanko atau
kandungan
--x
1 OO~
x
(1)
Cacahan fasa terikat-BG
% BIT =_m
m
m m_m
Cacahan total-BG
Oimana :
% CV : Coeficient Variation
SO
: Standar Oeviasi
X
: X rata-rata
Penentuan
X 100% (3)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada
Parameter Assay
penelitian
ini,
validasi
kit
Aflatoksin Bl dilakukan dengan menentukan
Parameter
assay
melakukan
pengujian
ditentukan
dengan
sesuai
protokol
batas
Binding
serta
perhitungan
(% B/T) dan daerah
NSB dengan
1.
rumus
deteksi
diukur
analit
menunjukkan
dalam
Bl
Xrerata±2S0
dibandingkan
dengan
0,35±0,23 ng/mL.
mmmn_m_mm_nn __X 100% (2)
Cacahan Total - BG
SO Konsentrasi
0,234
0,396
0,552
== 0,117
0,355= 0,355±0,234
0,458
0,375
0,428
0,358
0,131
0,39
0,232
AfB1 (ng/mL)
Pengulangan(n=10)
Xrerata±
2S0Xrerata
1.
25
bahwa
sampel yang
dan memberikan
Tabell. Penentuan batas deteksi
4.
10.
2.
6.
7.
8.
9.
3.
5.
yang
assay. Kit Aflatoksin
batas
Hasil ini
terkecil
Cacahan NSB-BG
Nilai
ketelitian
sebesar 0,35±0,23 seperti terlihat pada Tabel
sebagai berikut:
% NSB=
parameter
mempunyai
kerja (rentang kerja).
Rumus
penentuan
meliputi ketelitian intra assay dan inter assay
pengujian meliputi nilai Non Specific Binding
(NSB), Maximum
deteksi,
jumlah
dapat
respon signifikan
blanko
adalah
Pengujian
assay
dilakukan
ketelitian
dengan
dengan satu orang operator.
pengujian
ini
menunjukkan
uji
individual
campuran
yang
sama
kesesuaian
secara
berulang
homogen,
dalam
pendek,
dapat dilihat
ketelitian
inter
pengulangan
CV hasil
pada
antara
pada
dengan
interval
3
dilakukan
adalah
yang
berarti
sampel
batch yang sama, tetapi
dalam
menggunakan
laboratorium
peralatan,
yang
seperti.
berbeda
intra assay
ketelitian
kali
baik
Nilai %
yaitu
sedangkan
AfBl
yang
Oari kedua
dan
persyaratan
% CV