192 Identifikasi Hubungan Stratigrafi Old Andesite Formation (Oaf) dengan Formasi Jonggrangan Pada Lintasan Jatimulyo

  

Identifikasi Hubungan n Stratigrafi Old Andesite Formation (Oa (Oaf) dengan

Formasi Jong Jonggrangan Pada Lintasan Jatimulyo

Gal Galih Padma Arsyada, Hita Pandita

  

Jurusan Teknik G ik Geologi Sekolah Tinggi Teknologi Nasioal Yogyakarta

galih_arsyada@yahoo.co.id

Abstrak

  Geologi Pegunungan Kulon n Progo telah banyak diteliti oleh para ahli dengan param ameter yang berbeda-beda, namun hubung ungan stratigrafi antarformasi masih menjadi perdebatan. P . Penelitian ini dimaksudkan untuk me mengidentifikasi litologi Old Andesite Formation, dan an Formasi Jonggrangan dengan tujuan an untuk menentukan hubungan stratigrafi antara Old ld Andesite Formation (Formasi Kaligesi esing) dengan Formasi Jonggrangan pada lintasan Jatimuly ulyo. Lokasi penelitian berada di Kemba bang Soka 7046’5,47’’LS dan 11006’59,7’’BT, dan de desa Branti 07046’32.5’’LS dan 110006’4 6’46.7’’BT, singkapan menunjukan kontak litologi yang teg tegas antara Old Andesite Formation (O (OAF) dan Formasi Jonggrangan. Dalammenentukan n hubungan stratigrafi digunakan metode de, antara lain : analisis petrografi, dan analisis mikroplae laeontologi. Hasil analisis petrografi menu enunjukan bahwa sayatan memiliki tekstur subofitik denga gan mineral ortopiroksen, amfibol, hema matit, dan plagioklas yang telah teralterasi menjadi seris erisit, yang mengindikasikan batuan te terbentuk sebagai batuan subvulkanik atau intrusi si dangkal, sedangankan hasil analisis m mikropaleontologi menunjukan umur relatif batuan pada da N4 – N9 (Miosen Awal – Miosen T Tengah) yang dicirikan oleh foram bentonik yaituCib Cibicidoides alazanensis, Cibicidoides bar barnetti, Cibicidoides matanzasensis, Cibicidoides mundul dulus. Hasil analisis menunjukan Forma masi Jonggrangan diendapkan diatas intrusi dangkal, l, sehingga hubungan startigrafi antara ra Old Andesite Formation dengan Formasi Jonggranga gan adalah tidakselaras nonconformity. . Kata kunci : nonconformity, s y, subofitik, subvulkanik.

1. Pendahuluan

  Pegunungan Kulon Progo terletak tak disebelah barat cekungan Yogyakarta berjarak ± ± 40 km. Kondisi geologi pada pegunungan Kulon lon Progo sangat menarik untuk diteliti, para ahli ge geologi yang telah melakukan penelitian antara lain : : (van Bemmelen, 1949; Rahardjo, dkk., 1977; Prin ringgoprawiro dan Riyanto, 1987; Soeria-Atmadja, 199 991; Lelono, 2000; Budiadi, 2008;). Hasil penelitia litian menunjukan perbedaan dalam penyusunan ko kolom stratigrafi Kulon Progo, sehinggaperkemb mbangan sejarah geologinya belum terungkap dengan tuntas, sehubungan dengan hal itu kajian ter terhadap hubungan stratigrafi antara Old Andesite Form ormation(OAF) atau Formasi Kaligesing dengan Forma rmasi Jonggrangan memerlukan banyak data, salah s satu yang perlu dikaji adalah di wilayah Jatimulyo lyo dan sekitarnya karena di tempat tersebut tersingkap ap dengan baik Old

  Andesite Formation(OAF) dan d Formasi

  Jonggrangan. Lokasi penelitian be berada pada Desa Gambar 1 Lokasi Daerah Pen enelitian. Jatimulyo, Girimulyo, Kulon Progo, go, D.I Yogyakarta (Gambar 1.).

  2. Maksud dan Tujuan

  an dan Sampling asi penelitian yang ntara Old Andesite angan, selanjutnya sampling, dan dah analisis dan dibagi menjadi 2

  Andesite

  , di bagian utara, kan batuan breksi g disusul oleh oleh perselingan ir sedang sampai dan konglomerat, oral, bryozoa, di gulan, n Formasi aratidakselarasdiat

  PegununganKulon andesitaugit iradalahintrusidasit. ikit anggota dari

  , dibagian tengah latan,sertaGunung unganKulonProgo. ntengah breksidari andesit kemudian diikuti

  masi ini berasaldari agunung api tua di Gunungapiyang

  Formation (Formasi

  . g diatas Formasi

  mencapaisekitar250meter.Lokasitipe di desaJonggrangan,dicirikanoleh terumbu dengan hadirnya ko forambesar, batugamping klasti napaltipisyang mengandun danbentonik,berumurMiosenAwal–M dan diendapkan h(modifikasi van

  Formation .KetebalandariFormasiJon

  Gambar 2. Fisiografis Jawa Tengah(m Bemmelen, 1949). Secara tidakselaras menumpang Nanggulan adalah Old Andesite For Kaligesing), batuan penyusun forma kegiatan vulaknisme dari beberapag daerahPegununganKulonProgo. dimaksud adalah GunungGajah, d pegunungan,GunungIjodibagianselata Menorehdibagian utaraPegunun AktivitasdariGunungGajahdibagiante mengahsilkanaliran-aliranlavadanbre piroksenbasaltic.Aktivitas ini ke GunungIjo di bagian selatan Pe Progo,yangmenghasilkan andesitpiroksenbasaltic,kemudianand hornblendedankegiatanpalingakhirad Setelahdenudasi yang kuat, sedik Gunung Gajah telah tersingkap, d Gunung Menoreh ini menghasilka andesit augithornblende, yang intrusidasit dantrakhi-andesit. Formasi Dukuh disusun ole batugamping bioklastik, batupasir kerikilan, batulempung, breksi da mengandung banyak kora pelecypoda,gastropoda, danforaminifera.Formasiiniselarasdi atasAnggotaSeputihFormasiNanggula bersilangjariataukontaksesardengan Jonggrangan danFormasi Sentolo. FormasiJonggranganiniterletaksecara asOld

  , setelah dilakukan interpretasi untuk antara Old Andesite rangan. ulon Progo masuk rayu Selatan (van Susunan stratigrafi h sebagai berikut ngan Kulon Progo g berunur Eosen, gulanmenurutRaha pasirdengansisipan ungdengankonkresi ing, batupasir dan foraminifera dan formasi ini adalah

  Analisa Petrografi batuan dan genesa unakan mikroskop ntologi bertujuan fosil pada batuan digunakan untuk

  tion dan Formasi

  Maksud dari penelitian ini mengidentifikasi litologi Formasi

  i Jonggrangan pada sil penelitan yang masi geologi pada ntuk menentukan : Analisa Data pelajari data dari dapatkan gambaran an dan disimpulkan tratigrafi terkhusus

  Old Andesite

  Secara fisiografis Pegunungan Kulo ke dalam Zona Pegunungan Seray Bemmelen, 1949) (Gambar 2.). Su Pegunungan Kulon Progo adalah (Tabel 1.). Formasi tertua pegunung adalah Formasi Nanggulan yang penyusunbatuandariFormasiNanggula rjo dkk(1977)terdiridaribatupa lignit,napalpasiran, Batulempung limonit,sisipannapaldanbatugamping tuff serta kaya akan fosil fo Moluska. Diperkirakan ketebalan fo 30 meter. i adalah untuk si Kaligesing (Old asi Jonggrangan di untuk menentukan

  4. Stratigrafi Regional

  Formation dengan Formasi Jonggran

  dilakukan sketsa, dekripsi, s dokumentasi untuk mempermuda interpretasi. Analisa Laboratorium d analisis sesuai permasalahan : An bertujuan unutk menentukan jenis ba serta asosiasi mineral, mengguna polarisasi. Analisa Mikropaleonto untuk mengetahui kandungan fos karbonat, sehingga dapat dig menentukan umur relatif batuan, s analisa maka dapat dilakukan in menentukan hubungan stratigrafi anta

  Formation dan Formasi Jonggrang

  Metode yang digunakan untu hubungan stratigrafi antara lain Sekunder bertujuan untuk mempe peneliti terdahulu sehingga mendap mengenai apa yang telah dilakukan para ahli mengenai hubungan stra pada Old Andesite Formation Jonggrangan. Penelitian Lapangan bertujuan untuk menentukan lokasi menunjukan kontak stratigrafi anta

  3. Metode Penelitian

  lintasan Jatimulyo, sehingga hasil diperoleh dapat menambah informa Pegunungan Kulon Progo.

  Formation(OAF) dengan Formasi Jo

  daerah Jatimulyo, dengan Tujuan un hubungan stratigrafi antara

  Andesite Formation), dan Formasi

  onggranganini itipe formasi berada leh batugamping koral, moluska, lastik dansisipan dungforamplankton l–MiosenTengah pada lingkunganlitoral.BagianbawahdariFormasiJonggran gan initerdiridarikonglomerat yangditumpangiolehnapaltufandanbatupasir gampingandengansisipan Lignit.Batuanini semakin keatas berubahmenjadi Batugampingkoral (Rahardjo, dkk,1977).

  Formasi Sentolomempunyai hubungan tidak selaras dengan Formasi Kaligesing, selaras dengan Formasi Dukuh, dan bersilang jari dengan Formasi Jonggrangan.MenurutPringgoprawiro dan Riyanto (1987)litologipenyusunFormasiSentoloini dibagianbawah,terdiridari aglomeratdannapal,semakinkeatas berubah menjadibatugampingberlapis denganfasiesneritik.Batugampingkoral dijumpaisecaralokal,menunjukkanumuryangsamaden gan Formasi Jonggrangan,tetapidibeberapatempatumurFormasiSe ntoloadalahlebih muda.

  Lokasi singkapan yang menunjukan kontak litologi berada di daerah Kembang Soka 7 46’ 5,47’’ LS dan 110 6’ 59,7’’ BT, tepatnya pada lokasi wisata Air Terjun Kembang Soka, (Gambar 3.).Singkapan dengan tebal ± 15 m menunjukan adanya perubahan litologi yang sangat tegas dimana pada bagian bawah batuan berwarna merah kecoklatan menunjukan pelapukan yang dikontrol oleh oksidasi, dengan warna segar abu – abu, tekstur batuan fanitik porfiritik, dengan struktur masif, komposisi mineral antara lain piroksen, plagioklas feldspar, k-feldspar, hematit, amfibol, kuarsa, dengan masa dasar batuan mineral alterasi, yang diinterpretasikan sebagai basal porfiri teralterasi.Di atas lapisan batuan Old Andesite

  Formation , terdapat batuan dengan ciri fisik

  berwarna hitam, dengan pecahan konkoidal yang diinterpretasikan sebagai lignit dari Formasi Jonggrangan bagian bawah, diatas secara selaras terdapat lapisan dengan warna coklat, bertekstur klastika, ukuran butir < 2mm, struktur berlapis, komposisi kuarsa, feldspar litik, diinterpretasikan sebagai batupasir Formasi Jonggrangan.

5. Data dan Analisis

  Tabel 1.Kolom Stratigrafi Kulon Progo menurut beberapa peniliti (dalam Hartono, 2017).

  Pada lokasi singkapan yang ke 2 berada di daerah Branti, Jatimulyo dengan koordinat 07 46’ 32.5’’ LS dan 110 06’ 46.7’’ BT (Gambar 4.). Dijumpai kontak litologi yang hampir sama dengan lokasi pertama. Dibagian bawah merupakan lapisan batuan dengan warna merah kecoklatan yang menunjukan batuan telah lapuk akibat proses oksidasi dengan terkstur fanitik porfiritik, berstruktur masif, dengan komposisi mineral antara lain plagioklas feldspar, k- feldspar, kuarsa, amphibole, dengan massa dasar mineral alterasi yang diinterpretasikan sebagai bataun beku dari Old Andesite Formation.Pada lapisan atas dijumpai litologi dengan warna segar abu-abu cerah, warna lapuk abu-abu kekuningan, ukuran butir 1/16 mm, bentuk rounded, struktur berlapis, tidak bereaksi dengan HCl, terdiri atas kuarsa, feldspar, mineral ubahan, semen silika, diinterpretasikan sebagai batupasir. Singkapan di lokasi Branti tidak ditemukan lapisan lignit seperti di Kembang Soka, yang kemudian dibagian atas terdapat soil batugamping dengan ciri warna lapuk cokelat kehitaman, yang bereaksi dengan HCl.

  Gambar 3. Singkapan kontak litologi di di Kembang Soka Gambar 4. Singkapan kontak lito litologi di Branti (LP KS 01). (LP KS 02).

5.1 Analisa Petrografi

  Untuk menentukan jenis, genesa, sa, dan komposisi Hasil analisis sayatan petrografi me enunjukan batuan mineral pada batuan maka diperluka kan adanya analisis pada lokasi penelitian telah men engalami ubahan petrografi sebagai berikut :Sayatan ini dimana terjadi suksesi mineral pla plagioklas menjadi memperlihatkan tekstur subofitik itik, hipokristalin, mineral lempung yaitu serisit. Tekstu stur subofitik pada granularitas fanerik halus, bentuk kr kristal subhedral – batuan menunjukan proses pendingi inginan yang cepat, anhedral tersusun atas mineral orto rtopiroksen 15 %, dengan proses pembentukan krista istal yang lambat, amfibol 10%, plag feldspar 60%, mi mineral opak 10 %, perubahan tekstur ini banyak dijum umpai pada batuan mineral isometris 5 %. Pengamata atan menggunakan subvulkanik / intrusi dangkal ber erkomposisi basa. perbesaran lensa okuler 10x, dan le n lensa objektif 4x Munculnya mineral serisit menu enunjukan bahwa (Gambar 5.). batuan pada lokasi penelitian ter terbentuk sebagai batuan subvulkanik / intrusi dangkal. al.

  Gambar 5. Sayatan Petrografi LP KS 01.

  Jenis foraminifera yang ditemukan an antara lain (a)

5.2 Analisa Mikropaleontologi ogi

  Cibicidoides matanzasensis, (b) (b Cibicidoides Analisa mikropaleontologi mengg ggunakan sample alazanensis, (c) Cibicidoides s barnetti, (d) batugamping kalkarenit LP KS 01 ya yang ditemukan di

  Cibicidoides mundulus, (e) Quinqueloculina Branti, Jatimulyo dengan hasil il sebagai berikut bicostata(Gambar 6.), dengan hasil sil penarikan umur :Kelimpahan fosil pada batugam amping kalkarenit relatif batuan menurut Morkhoven en (Tabel 2.) pada tergolong jarang, fosil yang dijum ijumpai antara lain

  • – kisaran N4 N9 yang menu enunjukan bahwa foraminifera bentonik, ostracoda oda, dan koral.

  batugamping kalkarenit Formas asi Jonggrangan Sehingga untuk penentuan umur ur relatif batuan diendapkan pada umur Miosen Awa wal hingga Miosen menggunakan zonasi foraminifera b a bentonik menurut Tengah.

  Markhoven (1986).

  Tabe bel 2. Penarikan Umur Relatif Batuan LP KS 02.

  Gam ambar 6. Fosil Foraminifera Bentonik LP KS 02. sangat intensif menyebabkan sulitn litnya menemukan

6. Pembahasan

  singkapan yang menunjukan deng engan jelas batas Penyusunan stratigrafi Pegununga gan Kulon Progo kontak antar formasi. Berdasarkan kan hasil analisis tergolong cukup rumit dikarena enakan Indonesia dapat diinterpretasi bahwa Old Andesite memiliki iklim tropis, sehingga p pelapukan terjadi

  Formation (Formasi Kaligesing) yang tersingkap di

  A. 1948. Foraminifera, their

  Mem. 11; Pau.

  Cosmopolitan Deep-Water Benthic Foraminifera, Centres Rech. Elf-Aquitaine,

  Morkhoven, F.P.C.M. van ; Berggren, W.A & Edwards, A.S. 1986. Cenozoic

  formasi jonggrangan di sepanjang lintasanGua kiskendo, girimulyo, kulonprogo. Jurnal Sumber Daya Geologi (Vol 23, No 2).

  1982. Atlas of igneous rocks and their textures . Longman. Maryanto, S. 2013. Sedimentologi batugamping

  pp. 138-147). MacKenzie, W. S., Donaldson, C. H., & Guilford, C.

  Yogyakarta: A Volcanic Geomorphology Review . In Forum Geografi (Vol. 31, No. 1,

  2017. Caldera of Godean, Sleman,

  Seminar Nasional ReTII. Hartono, H. G., Sudradjat, A., &Verdiansyah, O.

  Purba Mujil, Kulonprogo, Yogyakarta: Suatu Bukti Dan Pemikiran . In Prosiding

  Hartono, H. G., & Pambudi, S. 2017. Gunung Api

  classification and economic use . Harvard Univ. Press, Massachustts, USA.

  Cushman, J.

  lokasi penelitian terbentuk sebagai batuan intrusi dangkal akibat aktifitas vulkanisme pada kala Oligosen. Batuan intrusi dangkal yang tersingkap di lokasi penelitian telah mengalami pelapukan yang intensif ditunjukan oleh warna lapuk merah kecoklatan yang dikontrol oleh proses oksidasi, tekstur subofitik pada sayatan tipis menjelaskan pendinginan magma yang sangat cepat dengan proses nukleasi yang lambat dan kehadiran mineral serisit menunjukan bahwa batuan terbentuk sebagai batuan intrusi dangkal. Komposisi batuan ditentukan melalui munculnya mineral ortopiroksen, dan amfibol yang dapat diinterpretasi bahwa komposisi batuan bersifat basa – intermediet.

  and Stratigraphy Fourth Edition, Prentice Hall, New Jersey.

  Boggs, Sam J.R. 1995, Principle of Sedimentology

  Daftar Pustaka

  Penelitian ini merupakan bagian dari penilitian yang berjudul “Analisa Umur Dan Lingkungan Pengendapan Jenjang Moluska West Progo Di Desa Jonggrangan”. Penelitian tersebut diketuai oleh Penulis kedua. Ucapan terima kasih ditujukan kepada Ketua Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta yang telah mendanai penelitian ini pada Tahun Anggaran 2017.

  8. Ucapan Terima Kasih

  Lokasi singkapan yang menunjukan kontak litologi berada di daerah Kembang, dan di daerah Branti, Jatimulyo. Berdasarkan hasil analisis petrografi dapat diketahui bahwa jenis batuan beku yang tersingkap di Kembang Soka merupakan batuan intrusi dangkal yang berkomposisi basa, dicirkan dengan tekstur sayatan subofitik yang menunjukan pendinginan magma yang cepat dengan proses nukleasi kristal lambat, munculnya mineral serisit menunjukan bahwa batuan tersebut terbentuk sebagai batuan intrusi dangkal, sedangkan hasil analisis mikropaleontologi pada batugamping kalkarenit Formasi Jonggrangan menunjukan umur relatif pada N4 – N9 yaitu Miosen Awal – Miosen Tengah. Hal ini menunjukan bahwa tidak adanya ciri ciri terterobosnya pada bagian bawah Formasi Jonggrangan, yang menunjukan bahwa formasi tersebut diendapkan diatas intrusi dangkal, sehingga hubungan startigrafi antara Old Andesite Formation dengan Formasi Jonggrangan adalah ketidakselarasannonconformity.

  Formasi Jonggrangan secara regional adalah ketidakselarasan.

  Andesite Formation (Formasi Kaligesing)dengan

  Mengacu pada prinsip stratigrafi tentang hubungan stratigrafi maka hubungan antara Formasi Kaligesing (Old Andesite Formation) dengan Formasi Jonggrang pada lintasan Jatimulyo adalah ketidakselarasan dengan jenis nonconformity , dimana batuan sedimen diendakan di atas batuan beku (intrusi dangkal). Data ini memperkuat hasil peneliti peneliti sebelumnya yang telah menyimpulkan bahwa hubungan stratigrafi Old

  Formasi Jonggrangan pada kala Miosen awal menandai bahwa batugamping kalkarenit diendapkan diatas intrusi dangkal sehingga tidak menunjukan kenampakan bagian bawah Formasi Jonggrangan terterobos oleh Intrusi dangkal Formasi Kaligesing (Old Andesite Formation).

  matazensis, Cibicidoides alazanensis , Cibicidoides barnetti ,Cibicidoides mundulus, Quinqueloculina bicostata ( Markhoven, 1986). Terbentuknya

  Hasil analisis mikropaleontologi pada batugamping kalkarenit Formasi Jonggrangan dapat diinterpretasikan bahwa batuan terbentuk pada kala Miosen awal hingga Miosen tengah yang ditandai kehadiran foraminifera bentonik Cibicidoides

7. Kesimpulan

  Pringgoprawiro, H., & Riyanto, B. 1987. Formasi Andesit Tua Suatu Revisi . PIT IAGI XVI.

  Bandung .

  Pringgoprawiro, H., Kapid, R., & Barmawidjaja, D.

  1993. Mikrofosil, Buku I. Foraminifera,

  Panduan Kuliah Mikropaleontologi Umum , ITB. Bandung.

  Rahardjo,W., Rumidi, S., & Rosidi, H.M.D.

  1977.Peta Geologi lembar Yogyakarta,

  skala 1:100.000, Geological Survey of Indonesia. 1-15.

  Thompson, A. J. B., & Thompson, J. F. H. 1998.

  Atlas of alteration: A field guide to hydrothermal alteration minerals . Alpine,

  Vancouver, 119. Van Bemmelen, R.W. 1949. The Geology of IndonesiaVol.

  IA , Martinus Nijhoff,

  Netherland