Optimalisasi Alih Fungsi Gulma Sebagai Antiviral Tobacco Mosaic Virus (TMV) Tanaman Cabai

  

Seminar Nasional Hasil Penelitian 2017, ISBN : 978-602-14917-5-1

  (ChiVMV), Tobacco Mosaic

   Gulma

  INJAUAN P USTAKA A.

  II. T

  Salah satu upaya pengendalian yang dapat dilakukan adalah pengaplikasian antiviral. Antiviral bisa berasal dari bahan alami yang mengandung zat kimia penghambat infeksi virus pada tanaman. Pada penelitian ini antiviral yang digunakan berasal dari bahan alami yaitu ekstrak gulma dalam penghambatan gejala mosaik cabai. Selain bahannya mudah di dapat dan memaksimalkan sumber daya alam yang ada disekitar petani.

  Berdasarkan pengamatan di Lapang, adanya kecenderungan nilai tinggi pada gejala mosaik diawal pertanaman kemudian diikuti dengan gejala kuning. TMV salah satu virus yang penularannya sangat mudah. Hal ini dikarenakan penularan secara mekanik lebih efektif dalam persebaran penyakit. Selain itu, penularan melalui benih. Sterilisasi alat dan tenaga kerja dari TMV saat budidaya cabai sangat diperlukan untuk mengurangi gejala mosaik di lapang.

  (9,2%) yang di induksi oleh Pepper yellow leaf curl virus (PepYLCV), dari golongan Begomovirus.

  Nyana [12] mengemukakan adanya 2 jenis virus utama pada cabai yang menyebabkan gejala mosaik dari golongan tobamovirus (TMV), Cucumber mosaic virus (CMV) dari golongan Cucumovirus atau Chili veinal mottle virus (ChiVMV) dari golongan Potyvirus dan, gejala kuning

  (TEC), Tobacco Ringspot Virus (TRSV) [16]. Beberapa virus juga telah dilaporkan berasosiasi bersamaan (sinergi) dalam menginfeksi tanaman cabai.

  Virus (TMV), Potato Virus Y (PVY), Potato Virus X (PVX), Tobacco Etch Virus

  Chilli Veinal Mottle Virus

  261

  Hasil panen yang tidak stabil biasanya disebabkan adanya serangan organisme pengganggu tanaman (OPT). Virus merupakan patogen yang dijumpai disetiap areal pertanaman yang menyebabkan penyakit daun mosaik dan kuning keriting pada tanaman cabai. Virus yang menyerang tanaman cabai adalah Cucumber Mosaic Virus (CMV),

  Cabai merupakan komoditi hortikultura unggulan yang banyak dikonsumsi masyarakat dikarenakan rasa pedas yang dimilikinya sebagai pelengkap dalam cita rasa masakan. Cabai besar dengan kontribusi produksi sebesar 1.074.602 ton atau sekitar 9,02 persen terhadap produksi sayuran nasional berada pada urutan keempat. Jawa Timur menyumbang 10,33% produksi cabai pada data sayuran nasional, angka ini lebih kecil dibandingkan Jawa Tengah 15,61% [13]. Berdasarkan penelitian Nofita dan Hadi [14], Produktivitas cabai pada di kota sentra produksi cabai di Jawa Timur adalah 11.263kg/ha. Namun diawal tahun 2017, produksi bulan januari itu ada 1.440 kuintal [15].

  ENDAHULUAN

  I. P

  Keywords — antiviral, tobamovirus, weeds

  

Abstract

Tobacco Mosaic Virus (TMV) is one of the viral genes of tobamo virus, which has a wide and optimal range of hosts that grow

high-value crops. Efforts to control the disease that began to be developed is the use of antiviral. Antiviral that can be applied to

control the disease caused by the virus. Weeds are herbs that contain allelopathic compounds and other natural ingredients that

can be used as antivirals. The availability of quite a lot and inhibited plant growth can be converted to make antivirus

production. The purpose of this research is to know the effect of using some weed species as antiviral in disease control of tobacco

mosaic virus (TMV). The result of this research is antiviral application of weed extract before inoculation able to support virus

incubation period in chilli plant. Weed extracts that are applied because antiviral still can not overcome the spread of disease still

acts as a systemic resistance inhibitor. This is seen with the presence of intensias disease around 40-55%.

  # Jurusan Produksi Pertanian,Politeknik Negeri Jember Jalan Mastrip Kotak Pos 164 Jember 1

email.sekar_utami@polije.ac.id

3

email.jumiatun@polije.co.id

  , Jumiatun #2

  Sekar Utami Putri

#1

  Optimalisasi Alih Fungsi Gulma Sebagai Antiviral Tobacco Mosaic Virus (TMV) Tanaman Cabai

  Gulma merupakan tanaman yang keberadaanya tidak diinginkan. Hal ini dikarenakan menghambat pertumbuhan tanaman pada suatu lahan, menjadi inang alternatif bagi hama dan patogen, dan menghasilkan zat alelopati. Zat ini keluar dari perakaran tanaman. Berdasarkan morfologinya, gulma dibagi menjadi gulma daun sempit, gulma teki- tekian,gulma daun lebar dan gulma pakis-pakisan [4].

   Seminar Nasional Hasil Penelitian 2017, ISBN : 978-602-14917-5-1

  AN

  3.3 Metode Penelitian

  Alat yang di gunakan untuk penelitian ini adalah rotary evaporator. penangas, kapas, sprayer, sarung tangan, kertas saring, mortar dan flakon.Bahan yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah Chenopodium amaranticolor (sebagai tanaman indikator), tanaman tembakau dan cabai, karborundum, buffer fosfat ph 7, methanol, etanol dan aquades.

  3.2 Alat dan Bahan

  Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Oktober 2017. Tempat penelitiannya adalah di lahan dan laboratorium. Penelitian dilahan berlokasi di Jambu Arum kelurahan Antirogo Kabupaten Jember, sedangkan untuk kegiatan pembuatan antiviral, analisis dan pengujian di Laboratorium Perlindungan Tanaman Jurusan Produksi Pertanian dan Laboratorium Biosain Politeknik Negeri Jember.

  3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

  IV. M P

  Penelitian bertujuan untuk mengkaji peran ekstrak gulma dalam penghambatan infeksi TMV dan mengkaji keefektifan konsentrasi ekstrak gulma pada tanaman cabai. Manfaat penelitian ini antara lain menambah ilmu dan pengetahuan dalam pemanfaatan gulma sebagai bahan utama untuk teknik perlindungan tanam dan memberikan informasi keefektifan ekstrak gulma dalam aplikasi tanaman.

  ENELITIAN

  P

  ANFAAT

  M

  D

  Senyawa alelopat merupakan senyawa kimia yang dilepaskan tumbuhan (seperti alang-alang dan gulma lainnya) ke lingkungan tempat tumbuh dan dapat menghambat atau mematikan tumbuhan lainnya. Pemberian konsentrasi alelopat yang tinggi ternyata berpengaruh nyata terhadap jumlah daun dan persentase semai biji akasia. Alelopat merupakan pengaruh yang merugikan atau menghambat secara langsung atau tidak langsung dari suatu tumbuhan terhadap tumbuhan lain melalui produksi senyawa kimia yang dilepaskan dan dibebaskan ke lingkungan hidup tumbuhan [11].

  UJUAN

  III. T

  TMV tergolong dalam virus yang stabil. Virus ini dapat bertahan di seresah tembakau yang terinfeksi dan tanahnya, permukaan benih yang terkontaminasi dan rokok yang terbuat dari tembakau kontaminasi. TMV termasuk prevalent (merata) pada beberapa alat-alat pertanian yang digunakan pada produk tembakau. Virus mudah ditularkan oleh tangan yang terkontaminasi atau terimplementasi atau tanaman tembakau yang terinfeksi, dan tanaman yang rentan. Virus masuk melalui luka dan bergerak dari sel ke sel melalui plasmodesmata. Selanjutnya virus memperbanyak diri di setiap sel dan ketika sampai di floem maka proses sistemik suatu tanaman dimulai [3], perlu adanya pengendalian yang dapat menurunkan infektivitas TMV tersebut.

  tobamovirus. Genomnya terdiri dari satu single-stranded RNA positif [(+)ssRNA] dengan ratarata nukleotida (6.4 kb) [1]. Gejala penyakit yang disebabkan oleh Tobamovirus antara lain seperti bintik-bintik, klorosis, keriting, distorsi, dan pengerdilan daun, bunga, dan seluruh tanaman. Beberapa tanaman, daerah nekrotik berkembang pada daun. Pada tomat, daun bisa menjadi panjang dan meruncing seperti bentuk tali sepatu (shoestring). Infeksi pada tanaman muda bisa mengurangi berat buah dan bercak coklat di dalam buah [1]. TMV (Tobacco mosaic virus) selalu membentuk badan inklusi pada kebanyakan inang. TMV dapat membentuk dua macam badan inklusi, yaitu 1) bentuk amorf, kadang-kadang seperti amoeba dengan berbagai ukuran, dan 2) bentuk kristal [9].

   TMV pada tanaman Cabai Tobacco mosaic virus salah satu anggota virus dari genus

  C.

  Target aktivitas antivirus adalah amplop virus, asam nukleat virus, protein virus dan target lainnya. Bahan utama antiviral bisa dari tanaman tingkat tinggi, alga dan lumut [18]. Proses proteolitik pada prekusor virus poliprotein dengan virus proteinase adalah proses esensial untuk pematangan virus. Penghambat dirancang spesifik untuk masing-masing protease virus sehingga tujuan sesuai yang diinginkan [19].

  Istilah 'Antiviral' telah didefinisikan sangat luas sebagai bahan anti-virus atau virus yang mengandung vaksin atau antibodi spesifik yang dapat menghasilkan efek perlindungan atau terapi untuk infeksi virus pada suatu inang [17]. Zat antiviral kini banyak diperoleh dari produk alami, termasuk tanaman obat, sebagai target potensial. Hal ini diketahui bahwa tanaman obat tertentu memiliki kegiatan antiviral [10]. Berbagai macam fitokimia aktif, seperti flavonoid, terpenoid, lignin, sulfida, polifenol, kumarin, saponin, senyawa furyl, alkaloid, polylines, thiophenes, protein dan peptida, telah diidentifikasi untuk menghambat berbagai virus [10;17].

   Antiviral

  B.

  Selain alang-alang yang mampu menghasilkan zat alelopati adalah golongan teki-tekian. Cyperus rotundus merupakan salah satu teki yang bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku obat tradisional. Kandungan utamanya antara lain flavonol, glikosida, saponin, fenol, glikosida cardiac terpen. Kandungan ini diteliti mampu mengurangi sel kanker secara in vitro dan bagian tanaman yang kandungannya tinggi pada bagian rhizoma. Hal ini bisa dijadikan informasi tambahan, tanaman yang dimanfaatkan sebagai bahan pengendali (pestisida nabati atau antiviral) [2].

  Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) non faktorial. Perlakuan yang digunakan adalah gulma family Cyperaceae (C) dan falimy Herbaceae (H) yang terdiri dari 5 level dan diulang sebanyak lima kali. Sehingga terdapat 50 unit satuan percobaan. Perlakuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

   Seminar Nasional Hasil Penelitian 2017, ISBN : 978-602-14917-5-1

  AN

  1. Masa Inkubasi Virus Variabel ini mengamati gejala yang muncul pada tanaman inang, melihat perbedaan waktu munculnya gejala antara tanaman yang diberikan aplikasi dan tidak diberikan aplikasi (Kontrol positif: tanaman yang telah diinokulasi mekanik sap virus tanpa aplikasi ekstrak).

  2. Keparahan Variabel ini melihat persentase serangan virus TMV. Keragaman gejala yang muncul mampu dijadikan visualisasi bertahannya patogen pada tanaman inang. Keterangan skoring 1 = Daun yang sehat dan tidak bergejala

  3 = Moderat- daun mosaic dan kering (3-10 daun mosaic mengering) 4 = Daun 50-80% kering 5 = Daun kering semua

  Data dari hasil pengamatan ditampilkan dengan data deskripstif.

  V. H

  ASIL

  D

  L

   Uji In Plant

  UARAN

  Y

  ANG

  D

  Hasil Penelitian Virus merupakan patogen tanaman yang bersifat parasite obligat sehingga ketika tidak terdapat inang, pathogen ini berbentuk Kristal sebagai bentuk pertahanan hidupnya. TMV tergolong virus yang mampu menginfeksi tanaman 350 spesies [21]. Hal ini yang menyebabkan TMV tergolong virus yang memiliki kemampuan persebaran (prevalensi) tinggi. TMV lebih efektif ditularkan secara mekanik dan melalui biji. Hal yang dapat diaplikasikan untuk memotong siklus TMV adalah meminimalisir transmisi virus pada inang, salah satu dengan antiviral.

  Antiviral tanaman memiliki 2 peranan utama yaitu RIPs (Ribosom Inactivate Proteins) dan penginduksi ketahanan tanaman.

  Gulma merupakan tanaman yang kehadirannya tidak dingginkan dalam lahan budidaya. Kelimpahannya yang tinggi dan adanya kemampuan infeksi laten pada gulma menjadi salah satu alasan memanfaatkan gulma sbagai

  Pengaplikasian ekstrak gulma dilakukan dengan dua metode yaitu sebelum inokulasi virus dan sesudah inokulasi virus. Metode ini dilakukan pada tanaman inang (cabai). Sumber inokulum diperoleh dari hasil perbanyakan virus pada cabai. Daun cabai (0,01g) digerus dalam 10 mL buffer fosfat kemudian menyaring sap dengan kain kasa atau kapas [20]. Tanaman cabai, diinokulasikan sap sebagai unit pengamatan dan beberapa tanaman sebagai unit perlakuan yang diaplikasikan ekstrak gulma. Tanaman yang diinokulasikan sap sebagai unit pengamatan dan diulang 5 kali sebagai unit perlakuan yang diaplikasikan ekstrak gulma (2.5-5ml/tanaman)[5]. Daun yang diinokulasikan diamati masa inkubasi dan keparahan penyakit TMV pada inang.

  D.

   Antiviral ekstrak gulma family Cyperaceae (C) CK0 : 0 ppm CK1 : 250 ppm CK2 : 500 ppm CK3 : 750 ppm CK4 : 1000 ppm

  Propagasi virus dilakukan dengan melakukan inokulasi virus pada tanaman cabai. Virus yang diinokulasikan berasal dari virus yang diisolasikan terlebih dahulu.

   Antiviral ekstrak gulma family Herbaceae (H) HK0 : 0 ppm HK1 : 250 ppm HK2 : 500 ppm HK3 : 750 ppm HK4 : 1000 ppm

  Tahapan yang dilakukan penelitian ini yaitu isolasi virus, perbanyakan virus, ekstraksi polifenol gulma dan uji antiviral in plant.

  A.

   Isolasi Virus

  Bahan isolasi virus menggunakan sampel daun cabai yang bergejala TMV, dihaluskan pada mortal dengan menambahkan buffer fosfat (b/v=1/10) sebelumnya. Setelah sampel berbentuk sap, kemudian disaring dengan kapas steril dan ditampung pada petridis steril. Sebelum menginokulasikan sap, tanaman cabai dilukai secara mikroskopis dengan menambahkan karborundum 600mesh pada sap. Sap diusapkan pada permukaan daun cabai dan didiamkan selama lima menit, kemudian membersihkan permukaan daun dari karborundum dan sap yang telah diinokulasikan sebelumnya dengan menyemprot air steril. inokulasi sampai muncul gejala (dengan kisaran waktu inkubasi virus TMV 3-7 hari setelah inokulasi).

  B.

   Perbanyakan Virus

  C.

  C dan diencerkan dengan aquades sebagai ekstrak sesuai perlakuan. Perlakuan yang diaplikasikan pada penelitian ini antara lain 0 ppm, 250 ppm, 500 ppm, 1000 ppm.

   Ekstraksi Gulma

ICAPAI A.

  Gulma yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari herbaceae dan cyperaceae. Gulma herbaceae meliputi

  Ageratum conyzoides (30%), Phyllantus urinaria, Phyllantus nuriruri (40%) dan Mimosa pudica (30%).

  Gulma cyperaceae meliputi Cyperus rotundus, Cyperus

  diformis (20%), Cyperus odoratus (40%),dan Kyllinga numeralis (40%). Metode ekstraksi yang dilakukan dengan

  maserasi. Ekstraksi diawali dengan membersihkan gulma yang dijadikan sampel terdiri dari tumbuhan jenis teki dan daun lebar dengan air mengalir. Selanjutnya bagian gulma family herbaceae (daun lebar) dan cyperaceae (teki) dikeringanginkan selama 1x24jam. Gulma daun lebar dan teki diekstraksi dengan metode maserasi menggunakan pelarut ethanol 96% (b:v = 1:10). Filtrat yang terkumpul dipekatkan dengan penangas suhu 80

  o

   Seminar Nasional Hasil Penelitian 2017, ISBN : 978-602-14917-5-1

  ekstrak antiviral. Ekstrak diaplikasikan dengan dua metode yaitu setelah tanaman diinokulasi virus (After Application/AA) dan sebelum tanaman diinokulasi virus (Before Application/BA).

1. Masa Inkubasi

  Masa inkubasi merupakan parameter yang mengamati waktu yang diperlukan virus untuk menunjukkan gejala penyakit. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan cabai menunjukkan adanya gejala klorosis di umur tanaman 3 hari setelah inokulasi virus pada perlakuan AA dan BA. Masa inkubasi TMV pada tanaman cabai berkisar 10-14 hari sebelum inokulasi (BA) dan 7- 11 hari setelah inokulasi

  Gambar 2. Intensitas serangan TMV pada tanaman cabai sebelum

  (AA). Aplikasi ekstrak gulma sebelum inokulasi (BA) pada

  inokulasi

  (Gambar 1) menunjukkan kemampuan memperpanjang masa inkubasi virus pada tanaman cabai.

  Gejala mosaik muncul di umur tanaman 7 hari setelah inokulasi. Gejala ini merata dari perlakuan konsentrasi ekstrak gulma 0pmm-1000ppm. Peranan ekstrak gulma pada pengaplikasian tanaman cabai dalam penghambatan infeksi diawal pertanaman masih belum optimal. Hal ini adanya dugaan bahwa kandungan kimia pada ekstrak gulma tidak berperan sebagai RIPs.

  Gambar 3. Intensitas serangan TMV pada tanaman cabai setelah inokulasi B.

  Luaran yang dicapai Penelitian ini telah dipublikasikan pada Jurnal berindeks

  DOAJ dan telah diseminarkan pada Seminar Hasil Penelitian

ESIMPULAN AN ARAN

  VI. K D S

  Gambar 1. Masa Inkubasi TMV pada tanaman cabai setelah aplikasi ekstrak gulma

  Berdasarkan pengamatan yang dilakukan sampai bulan Oktober 2017, dapat disimpulkan bahwa konsentrasi yang 2. Keparahan penyakit diaplikasikan aman untuk tanaman cabai. Aplikasi antiviral

  Berdasarkan data sementara yang ada, pada tanaman ekstrak gulma sebelum inokulasi mampu memperpanjang inang (Cabai) yang berperan sistemik menunjukkan peranan masa inkubasi virus pada tanaman cabai. Ekstrak gulma antiviral yang belum maksimal. Peranan ekstrak gulma yang diaplikasikan masih belum bisa menghambat sebagai penginduksi ketahanan sistemik yang menciptakan persebaran penyakit melainkan masih berperan sebagai Induce System Resistance. Hal ini didukung dengan adanya pengimbas ketahanan sistemik. Hal ini terlihat dengan penurunan keparahan penyakit pada tanaman cabai. adanya intensias penyakit sekitar 40-55%. Beberapa bahan kimia yang berperan sebagai antiviral

  Berdasarkan penelitian yang dilakukan perlu adanya antara lain polifenol, flavonoid, kumarin,tannin, saponindan pengujian lebih lanjut bahan kimia pada ekstrak gulma yang beberapa zat kimia yang dihasilkan tanaman dari metabolit diaplikasikan dan selanjutnya dilakukan pengujian sekunder. Namun hal ini masih belum bisa didukung dengan penghambatan tmv dari beberapa ekstrak gulma pada tiap kandungan kimia pada ekstrak gulma yang diaplikasikan tanaman family tersebut

   Seminar Nasional Hasil Penelitian 2017, ISBN : 978-602-14917-5-1

  Universitas Gadjah Mada Press. 2005. Wahyuni, T.S., Tumewu, L., Permanasari, A.A., Apriani, E., Adianti, M., Rahman, A., Widyawaruyanti, A., Lusida, M.A., Soetjipto,

  [21] Garry. Tobacco Mosaic Virus. In: Plant disease Facts. Departemen of Plant Phatologhy. University of Pennsyvania State University.

  [20] Santoso, T., Aktivitas Antiviral dari Ekstrak Teh Hijau terhadap Cucumber Mosaic viruss. Thesis: Universitas Gadjah Mada. 1994.

  [19] Jassim, S.A.A. dan Naji, M.A., “Novel Antiviral Agents; a Medicinal Plant Perspective”, Journal of Applied Microbiology, 95 : 412-427. 2003.

  [18] Abonyi, D.O., Adikwu, M.U., Esimone, C.O., Ibezim, E.C., “Plants as Source of Antiviral Agents”, African Journal of Biotechnology, 8 (17) : 3989-3994. 2009.

  [17] Pushpa, R., Nishant, R., Navin, K., Pankaj, G., “Antiviral Potential of Medicinal Plants; an Overview”, International research journal of pharmacy 4 (6) : 8-16. 2013.

  Indonesia . UGM Press. Yogyakarta. Edisi II. 2007.

  Jember Tinggi ”. http://m.suarajatimpost.com/. 2017. [16] Semangun, H. Penyakit-Penyakit Tanaman Hortikultura di

  Merah Besar(Capsicum Annum L.)di Desa Andongsari Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember ”, JSEP 8(3):66-71, 2015. [15] Anwar, C dan Winzani, “Produksi Cabai Turun, Harga di Pasaran

  [13] Kementerian Direktorat Jenderal. “Statistik Produksi Tanaman Hortikultura T ahun 2014”. http://hortikultura.pertanian.go.id/. 2015. [14] Nofita, I dan Hadi, S,” Analisis Produktivitas Usahatani Cabai

  [12] Nyana, D. N. ”Isolasi dan Identifikasi Cucumber Mosaic Virus Lemah untuk Mengendalikan Penyakit Mosaik pada Tanaman Cabai Rawit (Capsicum spp.)”,Phd, disertasi. Universitas Udayana.Bali, 2012

  [11] Yanti M, Indriyanto, Duryat, “Pengaruh Zat Alelopat dari Alang- alang terhadap Pertumbuhan Semai Tia Spesies Akasia”. Jurnal Sylvia Lestari 4(2): 27-38, 2016,

  Nasronudin, Fuchino, H., Kawahra, N., Shoji, I., Deng, L., Aoki, C., Hotta, H., “Antiviral Activities of Indonesia Medical Plants in East Java Region against hepatitis C virus”, Virology Journal 10 (259): 1- 9. 2013.

  Cucumber Mosaic viruss. Thesis: Universitas Gadjah Mada. 1994. [9] Wahyuni, S.W., Dasar-Dasar Virologi Tumbuhan, Yogyakarta:

  U CAPAN T ERIMA K ASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Kapala Pusat

  Mosaic Virus Activities of Essential oils and Individual Componds”, J. Microbial. Biotechnol . 23 (6) : 771-778. 2013. [8] Santoso, T., Aktivitas Antiviral dari Ekstrak Teh Hijau terhadap

  2012. [7] Lu, M., Han, Z., Xu, Y., Yao, L., “In vitro and in vivo anti-Tobacco

  [6] Kurnianingsih, L. dan Damayanti, T.A.,“Lima Ekstrak Tumbuhan untuk menekan infeksi Bean common mosaic virus pada Tanaman Kacang Panjang”, Jurnal Fitopatologi Indonesia, 8 (6) : 155-160.

  Crop protection . 60: 28-53, 2013.

  Eupatorium adenophorum leaf extract against Tobacco Mosaic Virus.

  Yogyakarta, 2013. [5] Jin Y, Hou L, Zhang M, Tian Z, Cao A, Xie X, Antiviral activity

  [3] Backer, C. dan Adkins, S, “Peppers, Tomatoes, and Tobamoviruses”, Plant Pathology Circular 400 : 1-4. 2000.. [4] Barus E, Pengendalian Gulma di Perkebunan. Penerbit Kanisius.

  Al jamaily, Essam FA, Jameelah KTA,” Chemical Composition and Antioxidant Potential of Polyphenol Compounds of Cyperus rotundus L. Rhizomes”. American Journal of Phytomedicine and Clinical Therapeutic 2 (11): 1277-1286. 2014.

  USTAKA [1] Agrios, G., Plant Pathology, Amerika Serikat : University of Florida. 2005. Ed.5 [2]

  P

  AFTAR

  D

  Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (P3M) Politeknik Negeri Jember yang telah memberikan dana DIPA dengan Nomor : SP DIPA-042.01.2.401005/2017.

  2002.