POTENSI SUMBER ENERGI TERBARUKAN ACEH (1)
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Data Umum
4.1.1
Keadaan Demografi Provinsi Aceh (Statistik Daerah Provinsi Aceh,
2015)
Setelah sensus penduduk tahun 2010, data penduduk Provinsi Aceh
tahun 2011-2014 dihitung dengan metode peramalan dengan laju pertumbuhan
penduduk diperkirakan sekitar 1,99-2,29 persen. Penduduk Aceh pada tahun 2011
diperkirakan berjumlah 4,619 juta jiwa, kemudian bertambah menjadi 4,715 juta
jiwa pada tahun 2012. Perkiraan penambahan jumlah penduduk terus terjadi
sampai dengan tahun 2014, yaitu ketika penduduk aceh mencapai sekitar 4,907
juta jiwa. (BPS Provinsi Aceh).
Pada tahun 2014, komposisi penduduk Aceh terdiri dari 2.449.407 jiwa
laki-laki dan 2.457.428 jiwa perempuan. Karena perbandingan keduanya hampir
sama, dengan demikian rasio jenis kelamin (sex ratio) adalah 100. Akan tetapi,
rasio ini pada kelompok umur 0-14 tahun adalah 104, artinya lebih banyak
laki-laki daripada perempuan. (BPS Provinsi Aceh).
Jumlah penduduk dan rumah tangga menurut kabupaten/kota tahun 2014
serta jumlah penduduk menurut daerah tempat tinggal kabupaten/kota tahun
dapat dilihat pada tabel 4.1 dan tabel 4.2.
47
48
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk dan Rumah Tangga Menurut Kabupaten/Kota, 2014
No
Kabupaten/Kota
Jumlah
Penduduk
Rumah Tangga
1
Aceh Jaya
86.123
23.262
2
Aceh Barat
190.224
47.225
3
Nagan Raya
152.352
38.958
4
Aceh Selatan
220.971
50.956
5
Aceh Singkil
112.161
25.381
6
Subulussalam
73.708
15.795
7
Simeulue
87.958
20.884
8
Aceh Tengah
192.204
48.333
9
Bener Meriah
134.015
34.654
10
Gayo Lues
86.262
21.209
11
Aceh Tenggara
196.249
45.666
12
Aceh Tamiang
272.228
64.262
13
Aceh Timur
394.933
89.372
14
Langsa
162.814
36.102
15
Lhokseumawe
187.455
42.354
16
Aceh Utara
572.961
132.843
17
Bireun
423.397
97.818
18
Pidie
410.580
101.924
19
Pidie Jaya
145.584
37.288
20
Aceh Besar
384.618
89.054
21
Banda Aceh
249.499
61.443
22
Sabang
32.739
8.393
4.906.835
1.164.489
Aceh
Sumber : Statistik Daerah Provinsi Aceh, 2015
49
Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Menurut Daerah Tempat Tinggal Kabupaten/Kota, 2014
No
Kab/Kota
Kota
Desa
1
Aceh Jaya
6.082
80.041
2
Aceh Barat
55.604
134.640
3
Nagan Raya
15.065
137.287
4
Aceh Selatan
32.901
188.070
5
Aceh Singkil
26.354
85807
6
Subulussalam
14.029
59.679
7
Simeulue
16.242
71.356
8
Aceh Tengah
50.757
141.447
9
Bener Meriah
26.907
107.108
10
Gayo Lues
14.830
71.432
11
Aceh Tenggara
32.266
163.983
12
Aceh Tamiang
89.332
182.896
13
Aceh Timur
47.660
347.273
14
Langsa
135.842
26.972
15
Lhokseumawe
141.553
45.902
16
Aceh Utara
100.740
472.221
17
Bireun
99.025
324.372
18
Pidie
62.188
348.392
19
Pidie Jaya
11.673
133.911
20
Aceh Besar
108.754
275.864
21
Banda Aceh
249.499
0
22
Sabang
20.346
12.393
1.383.959
3.522.876
Aceh
Sumber : Statistik Daerah Provinsi Aceh, 2015
50
Gambar 4.1 Peta Provinsi Aceh
Sumber : BPS Provinsi Aceh
51
4.1.2
Pertumbuhan Ekonomi (Statistik Daerah Provinsi Aceh, 2015)
a.
Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Aceh
Nilai PDRB ADHB Aceh tahun 2014 (dengan migas) mencapai 130,45
triliun rupiah, meningkat dibandingkan capaian tahun 2013 yang sebesar 121,97
triliun rupiah. Terjadi tren peningkatan nilai PDRB ADHB secara berkelanjutan
selama periode tahun 2011 hingga tahun 2014 disebabkan oleh adanya
pertumbuhan volume serta kenaikan harga barang dan jasa. (Statistik Daerah
Provinsi Aceh, 2015)
Sementara itu, nilai PDRB ADHB Aceh tanpa migas tahun 2014 sebesar
117,51 triliun rupah, juga mengalami kenaikan dibandingkan capaian tahun 2013
yang sebesar 107,10 triliun rupiah. (Statistik Daerah Provinsi Aceh, 2015).
Tabel 4.3 Perkembangan nilai PDRB ADHB (triliun rupiah), 2011-2014
140
120
100
80
Migas
Tanpa Migas
60
40
20
0
Migas
Tanpa Migas
2011
2012
2013
2014
108,22
92,73
114,55
99,04
121,97
107,1
130,45
117,51
Sumber : Statistik Daerah Provinsi Aceh, 2015
52
Tabel 4.4 PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan (Milyar Rupiah), 2014
No
Lapangan Usaha
2014
1
Pertanian, Kehutanan dan Perikanan
29.669.203,6
2
Pertambangan dan Penggalian
12.946.032,2
3
Industri Pengolahan
8.224.386,4
4
Pengadaan Listrik dan Gas
5
6
7
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan
Daur Ulang
Kontruksi
144.507,2
31.720,3
10.395.528,2
Perdagangan Besar dan Eceran;Reparasi Mobil dan
Sepeda Motor
17.023.855,3
8
Transportasi dan Pergudangan
8.764.287,2
9
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
1.196.427,8
10
Informasi dan Komunikasi
4.112.308,3
11
Jasa Keuangan dan Asuransi
1.752.552,1
12
Real Estat
3.906.241,1
13
Jasa Perusahaan
14
670.526
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan
Sosial Wajib
8.486.548
15
Jasa Pendidikan
2.307.478,6
16
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
2.828.131,7
17
Jasa Lainnya
1.376.311,9
PDRB
113.836.045,8
PDRB Tanpa Migas
102.512.733
Sumber : Statistik Daerah Provinsi Aceh, 2015
53
4.2
Data Pembangkit Listrik
4.2.1
Kapasitas Pembangkit Eksisting
Sistem kelistrikan di Aceh terdiri dari sistem interkoneksi 150 kV Sumut
- Aceh dan sub-sistem isolated dengan tegangan distribusi 20 kV. Sekitar 70%
dari sistem kelistrikan Aceh dipasok oleh sistem interkoneksi 150 kV sumbagut
dan sisanya 30% dilayani oleh pembangkit PLTD isolated tersebar. Saat ini
daerah sudah dipasok sistem interkoneksi 150 kV meliputi pantai timur Provinsi
ACeh melalui 7 gardu induk yang terletak di Kabupaten/Kota; Tamiang, Langsa,
Aceh Timur, Lhokseumawe, Bireun, Pidie, Pidie Jaya, Banda Aceh, dan Aceh
Besar, dengan posisi pembangkit sebagian besar berada di Sumatera Utara. Peta
sistem kelistrikan Provinsi Aceh ditunjukkan pada gambar 4.2.
Gambar 4.2 Peta Sistem Kelistrikan & Kapasitas Pembangkit Eksisting Provinsi Aceh
Sumber : RUPTL PLN 2015-2024
54
Seluruh wilayah pantai barat dan tengah Aceh serta kepulauannya masih
dipasok oleh PLTD berbahan bakar HSD melalui sistem kelistrikan 20 kV.
Daerah yang dilayani dari sistem interkoneksi masih dalam kondisi rawan
pemadaman karena jumlah kapasitas pembangkit yang masuk grid tidak
mempunyai cadangan daya yang cukup. Pemadaman dalam skala besar bisa
terjadi apabila ada gangguan pada jaringan transmisi atau gangguan (atau
pemeliharaan) pada unit pembangkit berkapasitas besar. Untuk mengantisipasi
hal tersebut dilakukan sewa genset sebesar 165 MW di 8 lokasi.
Pada sistem isolated 20 kV yang meliputi Kabupaten Aceh Jaya, Aceh
Barat, Nagan Raya, Aceh BArat Daya, Aceh Selatan, Aceh Singkil, Kota
Subulussalam, Aceh Tenggara, Gayo Lues, Kota Sabang dan Simeulue terdapat
sewa genset dengan kapasitas total 72 MW untuk mengatsai defisit pada sistem
isolated tersebut. Kapasitas terpasang ketujuh GI di Provinsi Aceh adalah 480
MVA, rincian kapasitas pembangkit dan GI Provinsi Aceh masing-masing seperti
ditunjukkan pada tabel 4.5 dan tabel 4.6.
Tabel 4.5 Kapasitas Pembangkit Eksisting
Jenis
No
Nama Pembangkit
Jenis
Bahan
Kapasitas
Pemilik
Bakar
Terpasang
(MW)
DMN
(MW)
SEKTOR LEUNG BATA
1
PLTD Lueng Bata Total
PLTD
HSD
PLN
22
18
2
PLTD Sewa Cot Trueng (di GH Lhokseumawe)
PLTD
HSD
PLN
10
9
3
PLTD Sewa Lueng Bata (Arti Duta)
PLTD
HSD
PLN
7
7
4
PLTD Sewa Lueng Bata (Sari Alam)
PLTD
HSD
Sewa
6
5
5
PLTD Cot Trueng
PLTD
HSD
Sewa
8
3
6
PLTD Pulau Pisang
PLTD
HSD
Sewa
10
2
7
PLTD Sewa Banda Aceh (Aggreko) #1
PLTD
HSD
Sewa
30
30
8
PLTD Sewa Banda Aceh (KPT) #2
PLTD
HSD
Sewa
15
15
9
PLTD Sewa IDIE 2 (Sigli #1 (BGP))
PLTD
HSD
Sewa
10
10
10
PLTD Sewa Sigli #2 P.Pisang (BGP)
PLTD
HSD
Sewa
10
10
11
PLTD Sewa Lhokseumawe #1 (BGP)
PLTD
HSD
Sewa
30
30
12
PLTD Sewa Lhokseumawe #2 Cot Trueng (EPJ)
PLTD
HSD
Sewa
10
10
13
PLTD Sewa Langsa (SLU)
PLTD
HSD
Sewa
10
10
55
14
PLTD Sewa Idie (KPT)
PLTD
HSD
Sewa
5
5
15
PLTD Sewa Bireun
PLTD
HSD
Sewa
30
30
16
PLTD Sewa Tualang Cut (KPT)
PLTD
HSD
Sewa
15
15
17
Nagan Raya #1
PLTU
Batubara
PLN
110
100
18
Nagan Raya #2
PLTU
Batubara
PLN
110
100
448
409
Total
Sumber : RUPTL PLN 2015-2024
Tabel 4.6 Kapasitas Gardu Induk Eksisting
No
1
2
Nama Gardu
Induk
5
6
Trafo (MVA)
Puncak
#1
#2
#3
Keterangan
(MW)
115,9 KIT-PLTD // 20
a. Lambaro
30
b. Jantho
30
30
60
KV= 57,9 MW
Sigli
48,4 KIT-PLTD // 20
30
10
30
30
20
KV= 20 MW
Bireun
a. Juli
4
Beban
Banda Aceh
a. Tijue
3
Kapasitas
Lhokseumawe
84,2 KIT-PLTD // 20
a. Bayu
30
b Panton Labu
30
30
KV= 70 MW
Langsa
51,2 KIT-PLTD // 20
a. Alur Dua
30
b. Tualang Cut
10
c. Alur Bate, Idi
30
KV= 15 MW
10
10
Meulaboh
a. Nagan Raya
Jumlah
9,3
30
480
309,0
Sumber : RUPTL PLN 2015-2024
56
4.2.2
Jumlah Pelanggan Listrik
Pertumbuhan ekonomi daerah Aceh terus meningkat dalam kurun waktu
5 tahun terakhir. Hal tersebut sangant terkait dengan pelaksanaan rehabilitasi dan
rekontruksi pasca bencana tsunami yang dilakukan Badan Rehabilitasi dan
Rekontruksi Aceh-Nias pada tahun 2006 s/d 2010. Kondisi keamanan yang kian
membaik setelah penandatanganan MoU Helsinki antara pemerintah RI dan
GAM pun menjadi awal penting dalam pemulihan ekonomi Aceh. Kemajuan di
sektor ekonomi dan keamanan ini memberikan kontribusi langsung kepada
pertumbuhan kebutuhan energi listrik. Penjualan pada tahun 2012 tumbuh hingga
11,1% dan tahun 2013 akan tumbuh hingga 11,1% dan tahun 2013 akan tumbuh
sekitar 10%. Selain itu beban puncak sistem kelistrikan juga naik dari 343 MW
pada tahun 2012 menjadi 350 MW pada tahun 2014. (RUPTL PLN 2014-2024).
Pada tahun 2014, kapasitas energi listrik yang terjual pada PT. PLN
(Persero) di Provinsi Aceh mencapai lebih dari 1,9 juta MWH atau naik sebesar
8,29% terhadap kondisi tahun 2013.hal ini tidak terlepas dari tren peningkatan
jumlah pelanggan listrik itu sendiri. Pertumbuhan jumlah pelanggan PLM sejak
tahun 2011 hingga tahun 2014 bertambah sekitar 30-60 ribu pelanggan setiap
tahunnya. Pada tahun 2014, tercatat sebanyak 1,19 juta orang pelanggan.
(Statistik Daerah Provinsi Aceh 2015).
Rata-rata pertumbuhan listrik PLN dalam 5 tahun terakhir adalah 8% per
tahun, dimana penjualan pada tahun 2008 sebesar 1.149,70 GWh telah meningkat
menjadi 1.755 GWh pada tahun 2012. Penjualan energi tahun 2014 ditunjukan
pada tabel 4.7.
57
Tabel 4.7 Komposisi Penjualan Per Sektor Pelanggan
No
Kelompok Tarif
1
Rumah Tangga
2
Energi Jual
(GWh)
Porsi (%)
1.259.78
64%
Komersil
330.7
17%
3
Publik
294.4
15%
4
Industri
80.7
4%
1.965.5
100%
Jumlah
Sumber : RUPTL PLN 2015-2024
Tabel 4.8 Jumlah Energi Terjual (Mega WH) dan Pelanggan PT PLN, 2011-2014
3.500.000
3.000.000
2.500.000
2.000.000
1.500.000
1.000.000
500.000
0
KWH Terjual
Jumlah Pelanggan
2011
1.579.708
1.050.139
2012
1.755.008
1.082.218
Jumlah Pelanggan
KWH Terjual
2013
2014
1.815.030
1.127.409
Sumber : Statistik Daerah Provinsi Aceh, 2015
1.905.555
1.180.899
58
4.3
Potensi Sumber Energi Terbarukan
Energi baru terbarukan yang dipertimbangkan dalam OEI 2014 meliputi
energi terbarukan (panas bumi, tenaga air, biomassa, surya dan angin). Biomassa
di sini meliputi biomassa yang berasal dari limbah industri, pertanian dan
kehutanan serta biomassa dari sampah kota. (Outlook Energy Indonesia 2014).
Potensi sumber energi di Provinsi Aceh tersedia cukup besar, yaitu panas
bumi 589 MW dan tenaga air 1.482 MW, diikuti dengan hutan sebagai lahan
terluas yang mencapai 2.270.080 ha, dan lahan perkebunan rakyat seluas 700.350
ha. Sehingga sumber energi terbarukan diharapkan memiliki peran aktif dalam
skenario diversifikasi energi dimasa yang akan datang.
4.3.1
Potensi Pemanfaatan Limbah Sawit
Berdasarkan studi literatur yang ada, bahwa limbah kelapa sawit dapat
berupa limbah kering yang terdiri atas: tandan kosong kelapa sawit, cangkang
(shell), dan serabut (fiber) secara keseluruhan dapat dijadikan sesuatu yang lebih
bermanfaat yaitu dijadikan energi terbarukan contohnya biotanol, biodiesel dan
bahan bakar pembangkit listrik tenaga biomassa (PLTB).
Adapun kalori yang terkandung pada masing-masing sampel limbah
hasil uji laboratorium (Laboratorium Kimia Fisik Institut Teknologi Bandung,
2012) yang sudah diolah yaitu :
1.
Cangkang 5.656,7127 kkal/kg
2.
Serabut mengandung kalori sebesar 4.875,7857 kkal/kg
3.
Tandan kosong kelapa sawit mengandung kalori sebesar 4.492,7436
kkal/kg
Berdasarkan data yang dipublikasi oleh Biro Pusat Statistik (BPS)
Provinsi Aceh luas lahan perkebunan sawit di Provinsi Aceh adalah sebesar
393.230 ha. Perkebunan rakyat sebesar 198.246 ha dan perkebunan besar sebesar
194.984 ha. Didasarkan pada data tersebut maka limbah sawit yang dihasilkan
bisa dimanfaatkan untuk sumber energi terbarukan pembangkit listrik. Data luas
59
tanam dan produksi kelapa sawit perkebunan rakyat dan perkebunan besar
menurut kabupaten/kota 2013 dapat dilihat pada tabel 4.9 dan tabel 4.10.
Tabel 4.9 Luas Tanam dan Produksi Kelapa Sawit Perkebunan Rakyat Menurut Kabupaten/Kota,
2013
No
Kabupaten/Kota
2013
Luas (Ha)
Produksi (Ton)
1
Simeulue
3.387
1.826
2
Aceh Singkil
21.602
63.681
3
Aceh Selatan
7.908
11.165
4
Aceh Tenggara
7.454
20.551
5
Aceh Timur
19.854
26.891
6
Aceh Tengah
-
-
7
Aceh Barat
7.100
15.178
8
Aceh Besar
1.282
407
9
Pidie
77
16
10
Bireuen
3110
936
11
Aceh Utara
17.187
39.156
12
Aceh Barat Daya
17.200
14.215
13
Gayo Lues
-
-
14
Aceh Tamiang
20.145
40.920
15
Nagan Raya
40.216
73.523
16
Aceh Jaya
13.544
16.191
17
Bener Meriah
1.300
117
18
Pidie Jaya
680
984
19
Banda Aceh
-
-
20
Sabang
-
-
21
Langsa
399
825
22
Lhokseumawe
208
243
23
Subulussalam
15.593
28.541
198.246
355.366
Jumlah
Sumber : Aceh Dalam Angka, 2015
60
Tabel 4.10 Luas Tanam dan Produksi Kelapa Sawit Perkebunan Besar Menurut Kabupaten/Kota,
2013
No
Kabupaten/Kota
2013
Luas (Ha)
Produksi (Ton)
-
-
1
Simeulue
2
Aceh Singkil
33.839
333.453
3
Aceh Selatan
2.301
23.745
4
Aceh Tenggara
-
-
5
Aceh Timur
40.738
251.659
6
Aceh Tengah
-
-
7
Aceh Barat
19.044
191.062
8
Aceh Besar
-
-
9
Pidie
-
-
10
Bireuen
2.071
21.261
11
Aceh Utara
7.766
76.321
12
Aceh Barat Daya
3567
-
13
Gayo Lues
-
-
14
Aceh Tamiang
34.297
456.066
15
Nagan Raya
42.036
255.798
16
Aceh Jaya
3.170
3.157
17
Bener Meriah
-
-
18
Pidie Jaya
87
106
19
Banda Aceh
-
-
20
Sabang
-
-
21
Langsa
-
-
22
Lhokseumawe
-
-
23
Subulussalam
6.108
20.684
194.984
1.633.310
Jumlah
Sumber : Aceh Dalam Angka, 2015
61
Menghitung Potensi Energi Listrik Dari Biomassa Sawit
Produksi sawit tahun 2014
: 1.988.676 ton
Residue to Product Ratio (RPR)
:
a) Cangkang
: 1.988.676 x 0,07 RPR
= 139.207,32 ton
b) Serat
: 1.988.676 x 0,11 RPR
= 218.754,36 ton
c) Tandan kosong : 1.988.676 x 0,23 RPR
= 457.395,48 ton
Caloric value (kkal) :
139.207.300 kg x 4300
= 598.591.390.000
218.754.400 kg x 3340
= 730.639.696.000
457.395.500 kg x 1200
= 548.874.600.000
1.878.105.686.000 kkal
+
Dengan menggunakan unit converter yang disediakan dari software
LEAP maka diperoleh potensi energi listrik sebesar 218.423,7 MWh. Untuk
mencari kapasitas daya maksimum (MW) yang dibangkitkan oleh biomassa
jagung maka digunakan persamaan :
MWh
CF .8760
MW
=
MW
=
218.423,7
0,8 x8760
=
30 MW
(2.13)
62
4.3.2
Potensi Pemanfaatan Limbah Jagung
Konversi nilai kalori 4370 kkal/kg (Sudradjat, 2004) potensi energi
limbah batang dan daun jagung kering sebesar 66,35 GJ. Energi tongkol jagung
dapat dihitung dengan menggunakan nilai Residue to Product Ratio (RPR)
tongkol jagung adalah 0,273 (pada kadar air 7,53%) dan nilai kalori 4451 kkal/kg
(Koopmans and Koppejan, 1997; Sudradjat, 2004). Potensi energi tongkol jagung
adalah 55,75 GJ. Potensi energi limbah pada komoditas jagung sangat besar dan
diharapkan akan terus meningkat sejalan dengan program pemerintah dalam
meningkatkan produksi jagung secara nasional. Namun, limbah jagung memiliki
banyak kegunaan, diantaranya adalah untuk pakan ternak, dalam hal ini
pemerintah telah mencanangkan program pengembangan peternakan secara
terintegrasi
(Crop
Livestock
System/CLS).
Oleh
karena
itu,
optimasi
pemanfaatan limbah jagung sangat diperlukan untuk mendapatkan keuntungan
yang optimal. Untuk memperkirakan potensi riil energi limbah jagung,
penggunaan tongkol jagung untuk keperluan bahan bakar sekitar 90% sedangkan
limbah batang dan daun sekitar 30% dari potensi yang ada.
Kandungan energi tongkol jagung: 3.500–4.500 kkal/ kg atau 14.7-18.9
MJ/kg, suhu pembakaran dapat mencapai 205 oC Sedangkan sumber pustaka lain
menyebutkan bahwa dengan karbonisasi tongkol jagung, kandungan energinya
dapat mencapai 32 MJ/kg (Watson, 1988 dalam Prostowo, dkk., 1998;
Mochidzuki, et al.,2002).
Berdasarkan data yang dipublikasi oleh Biro Pusat Statistik (BPS)
Provinsi Aceh jumlah produksi jagung yang dihasilkan pada tahun 2014 adalah
sebesar 202.319 ton. Didasarkan pada data tersebut maka limbah jagung yang
dihasilkan juga bisa dimanfaatkan untuk sumber energi terbarukan pembangkit
listrik guna mengurangi penggunaan bahan bakar konvensional. Luas dan
produksi tanaman jagung menurut kabupaten/kota pada tahun 2014 dapat dilihat
pada tabel 4.11.
63
Tabel 4.11 Luas dan Produksi Tanaman Jagung Menurut Kabupaten/Kota, 2014
Luas
Luas Panen
Tanam (ha)
(ha)
0
0
0
Aceh Singkil
160
81
346
3.
Aceh Selatan
12.066
10.572
45.166
4.
Aceh Tenggara
29.256
28.634
122.331
5.
Aceh Timur
1081
946
4.041
6.
Aceh Tengah
86
42
179
7.
Aceh Barat
178
107
457
8.
Aceh Besar
1.099
662
2.828
9.
Pidie
285
337
1440
10. Bireuen
1.778
839
3.584
11. Aceh Utara
1.119
426
1.820
408
535
2.286
13. Gayo Lues
1.536
1.119
4.781
14. Aceh Tamiang
1.617
1.898
8.109
15. Nagan Raya
245
146
624
16. Aceh Jaya
354
342
1.461
17. Bener Meriah
298
393
1.679
18. Pidie Jaya
335
134
572
19. Banda Aceh
0
0
0
20. Sabang
32
2
9
21. Langsa
3
1
4
22. Lhokseumawe
31
1
4
23. Subulussalam
359
140
598
52.326
47.357
202.319
No
Kabupaten/Kota
1.
Simeulue
2.
12. Aceh Barat Daya
Total
Sumber : Aceh Dalam Angka, 2015
Produksi (ton)
64
Menghitung Potensi Energi Listrik Dari Biomassa Jagung
Produksi jagung tahun 2014
: 202.319 ton
Residue to Product Ratio (RPR)
a) Tongkol jagung
:
: 202.319 x 0,273 RPR
b) Batang dan daun jagung : 202.319 x 2,08 RPR
= 55.233,087 ton
= 480.423,52 ton
Caloric value (kkal)
:
55.233.090 kg x 3500
=
19.331.581.500 kkal
420.823.500 kg x 2500
=
1.052.058.750.000 kkal
1.245.374.565.000 kkal
+
Dengan menggunakan unit converter yang disediakan dari software
LEAP maka diperoleh potensi energi listrik sebesar 1.448.371 MWh. Untuk
mencari kapasitas daya maksimum (MW) yang dibangkitkan oleh biomassa
jagung maka digunakan persamaan 2.13.
MW
=
=
4.3.3
1.448.371
0,8 x8760 jam
205 MW
Potensi Panas Bumi
Provinsi Aceh dilalui oleh jalur gunung api aktif yang menyebabkan
terbentuknya potensi panas bumi yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi
terbarukan. Cadangan terduga panas bumi di Aceh diperkirakan mencapai 215
MWe (Mega Watt equivalent), sedangkan sumberdaya yang masih spekulatif
sebesar 612 MWe dan yang bersifat hipotesis mencapai 275 MWe. Berikut dalam
tabel 4.12 disajikan data potensi panas bumi yang tersebar di Provinsi Aceh.
(Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Aceh).
65
Tabel 4.12 Potensi Panas Bumi di Provinsi Aceh
Potensi (MWe)
N
O
Nama Lapangan
Kab/Kota
Sumber Daya (MWe)
Cadangan (MWe)
Spekulatif
Hipotesis
Terduga
Mungkin
Terbukti
1
Iboih
Sabang
25
-
-
-
-
2
Lho Pria Laot
Sabang
50
-
-
-
-
3
Jaboi-Keunekai
Sabang
-
-
50
-
-
Aceh Besar
-
63
-
-
-
Ie Seum - Krung
4
Raya
5
Seulawah Agam
Aceh Besar
-
-
165
-
-
6
Alue Canang
Pidie
25
-
-
-
-
Pidie
100
-
-
-
-
Alue
7
Lhong-Bangga
8
Tangse
Pidie
25
-
-
-
-
9
Rimba Raya
Bener Meriah
100
-
-
-
-
10
Simpang Balik
Bener Meriah
100
-
-
-
-
11
G.Geureudong
Aceh Tengah
-
100
12
Silih Nara
Aceh Tengah
100
-
-
-
-
13
Meranti
Aceh Timur
25
-
-
-
-
14
Brawang Buaya
Aceh Tamiang
25
-
-
-
-
15
Kafi
Gayo Lues
25
-
-
-
-
16
G.Kembar
Gayo Lues
25
-
17
Dolok Perkirapan
Gayo Lues
25
-
625
275
Total Potensi Panas Bumi =1.115 MWe
Program Survei Pendahuluan
2012-2014
Program Survei Pendahuluan
2012-2014
-
-
-
215
Sumber : distamben.acehprov.go.id (diakses pada hari selasa, 16 Februari 2016, 14.24
WIB)
66
4.4
Hasil Simulasi dan Analisa
Penyusunan model energi dengan LEAP menggunakan metode intensitas
energi. Intensitas energi merupakan ukuran penggunaan energi terhadap sektor
aktivitas. Nilai intensitas energi dihitung berdasarkan konsumsi energi listrik di
setiap sektor (subsektor) dibagi dengan level aktivitas (Heaps,2009).
Proyeksi penggunaan energi listrik dibagi berdasarkan sektor-sektor
pengguna energi listrik yang terdiri dari 4 sektor, yaitu sektor rumah tangga,
sektor komersial, sektor publik dan sektor industri. Untuk sektor rumah tangga,
level aktivitas diwakili oleh jumlah rumah tangga. Dengan demikian intensitas
energi listrik di sektor rumah tangga merupakan penggunaan energi listrik per
kapita per tahun. Untuk sektor komersial, sektor publik dan sektor industri, level
aktivitas diwakili oleh nilai PDRB. Dengan demikian intensitas energi listrik di
sektor komersial, sektor publik dan sektor industri merupakan penggunaan energi
listrik per miliar rupiah per tahun.
Model energi yang dianalisis menggunakan tahun dasar 2014 dan tahun
akhir simulasi di tahun 2024. Model energi yang disusun terdiri dari dua buah
skenario, yaitu skenario Dasar (DAS) dan skenario Energi Terbarukan (ENE).
Skenario DAS merupakan skenario yang didasarkan pada keadaan yang berlaku
di tahun dasar simulasi dari segi pola konsumsi serta kebijakan-kebijakan
pemerintah yang berkaitan dengan sektor energi. Di dalam skenario ENE, peran
energi terbarukan dalam penyediaan energi listrik diikutsertakan dalam model
energi.
Pertumbuhan penduduk diasumsikan berdasarkan perhitungan yang telah
dilakukan oleh Bappenas-BPS-UNFPA bulan desember 2013. Pertumbuhan
penduduk
rata-rata
Provinsi
Aceh
berdasarkan
Bappenas-BPS-UNFPA dapat dilihat di Tabel 4.13.
hasil
perhitungan
67
Tabel 4.13 Asumsi pertumbuhan penduduk di Provinsi Aceh
No
Interval
Pertumbuhan Penduduk
1.
2014-2015
1.5%
2.
2015-2019
1.42%
3.
2019-2024
1.28%
Pertumbuhan PDRB Provinsi Aceh didasarkan pada skenario di dalam
Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) tahun 2015-2024. Asumsi
pertumbuhan PDRB rata-rata Provinsi Aceh dalam sepuluh tahun mendatang ini
diperlihatkan pada Tabel 4.14.
Tabel 4.14 Asumsi pertumbuhan PDRB di Provinsi Aceh
No
Interval
Pertumbuhan PDRB
1.
2014-2015
5.9%
2.
2015-2019
6.48%
3.
2019-2024
6.8%
Selain paramater penggerak yang berupa pertumbuhan penduduk dan
PDRB, rasio elektrifikasi juga merupakan parameter penggerak yang sangat
menentukan konsumsi energi listrik. Rasio elektrifikasi diasumsikan mencapai
100% di tahun 2022 sesuai dengan target PLN.
4.4.1
Menghitung Permintaan Energi Listrik
Hasil simulasi kebutuhan energi listrik di Provinsi Aceh untuk setiap
sektor diperlihatkan pada Gambar 4.3 dan pada tabel 4.15 . Pertumbuhan
kebutuhan energi listrik rata-rata per tahun selama periode simulasi adalah
sebesar 4,5%. Dengan pertumbuhan ini, kebutuhan energi listrik di akhir tahun
simulasi (2024) adalah sebesar 3.041,1 GWh.
Pertumbuhan kebutuhan energi listrik rata-rata per tahun selama periode
68
simulasi untuk setiap sektor adalah 3 % untuk sektor rumah tangga, 6.7 % untuk
sektor komersil, sektor publik dan sektor industri. Sedangkan kebutuhan energi
listrik untuk setiap sektor di tahun 2024 adalah sebesar 1.694,7 GWh untuk sektor
rumah tangga, 630,9 GWh untuk sektor komersil, 561,6 GWh untuk sektor publik
dan 153.9 GWh untuk sektor industri.
Gambar 4.3 Grafik Hasil Simulasi Permintaan Energi Listrik 2014 - 2024
Tabel 4.15 Hasil Simulasi Permintaan Energi Listrik Dari Tahun 2014 sampai dengan 2024
Sektor
Permintaan Energi (GWh)
2014
2015
2016
Rumah
1259,8 1300,4 1342
Tangga
Komersil 330,7 352,2 375
Publik
2018
2019
2020
2021
2022
2023,0 2024
1384,4 1427,8 1470,1 1513,3 1557,3 1602,2 1648,0 1694,7
399,3 425,2 454,1 484,9 517,9 553,1 590,7 630,9
294,4 313,4 333,8 355,4 378,4 404,1 431,6 461,0 492,3 525,8 561,6
Industri 80,7
Total
2017
85,9
91,5
97,4
103,7 110,8 118,3 126,3 134,9 144,1 153,9
1965,6 2051,9 2142,2 2236,5 2335,1 2439,1 2548,1 2662,5 2782,6 2908,7 3041,1
69
4.4.2
Proyeksi Pembangunan Pembangkit Listrik Biomassa dan
Panas Bumi
Proyeksi pembangunan pembangkit listrik dengan sumber energi
terbarukan dan besar energi listrik yang dibangkitkan ditampilkan pada tabel 4.16
dan gambar 4.4. Dalam skenario energi terbarukan (ENE) pembangkit listrik
dengan sumber energi biomassa jagung, biomassa sawit dan panas bumi mulai
dikembangkan pada tahun 2017. Proyeksi pembangunan pembangkit listrik
biomassa sawit dan pembangkit listrik biomassa jagung akan dibangun
berturut-turut sebesar 10 MW dan 50 MW. Sehingga pada tahun 2024 total
kapasitas daya yang dibangkitkan oleh pembangkit listrik biomassa jagung dan
pembangkit listrik biomassa sawit akan mencapai sebesar 205 MW dan 30 MW
dengan total produksi energi sebesar 330.2 GWh.
Proyeksi pembangunan pembangkit listrik panas bumi yaitu 120 MW
pada tahun 2017, 10 MW pada tahun 2019 (skenario PLN), 130 MW pada tahun
2020, 130 MW pada tahun 2022, dan 110 MW pada tahun 2024 (skenario PLN).
Sehingga prediksi total kapasitas daya yang dibangkitkan oleh pembangkit listrik
panas bumi pada tahun 2024 adalah sebesar 500 MW dan total produksi energi
listrik sebesar 702 GWh. Jumlah total kapasitas pembangkit listrik yang
dibangkitkan oleh pembangkit listrik biomassa dan pembangkit listrik panas bumi
di akhir tahun simulasi adalah sebesar 735 MW dengan produksi energi sebesar
1032.4 GWh.
Tabel 4.16 Energi Listrik yang Diproduksi Oleh Biomassa dan Panas Bumi
70
Gambar 4.4. Hasil Simulasi Energi yang Diproduksi Oleh Biomassa dan Panas Bumi
4.4.3
Kapasitas Energi Listrik Dengan Sumber Energi Terbarukan
Pada gambar 4.5 dan pada tabel 4.17 tampak dari tahun 2014 sampai
dengan tahun 2016 menunjukkan hanya ada 2 pembangkit listrik dengan sumber
energi terbarukan yaitu Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dengan kapasitas
daya 2,6 MW dan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dengan kapasitas
daya 4 MW. Total energi listrik yang dihasilkan oleh 2 pembangkit ini pada tahun
2016 adalah 35.2 GWh.
Pada tahun 2017 ada penambahan 4 pembangkit listrik lagi dengan
sumber energi terbarukan, diantaranya adalah Pembangkit Listrik Tenaga
Mikro-Hidro (PLTM) dengan kapasitas daya 57.8 MW, Pembangkit Listrik
Tenaga Panas Bumi (PLTP) dengan kapasitas daya 120 MW, PLT Biomassa
Jagung dengan kapasitas daya 50 MW, dan PLT Biomassa Sawit dengan
kapasitas daya 10 MW. Di tahun 2018, dilakukan penambahan daya pada PLTM
sebesar 10 MW dan 88 MW pada PLTA. Penambahan daya pada PLTA kembali
dilakukan pada tahun 2019 (18 MW), tahun 2020 (309 MW), tahun 2022 (83
MW), dan tahun 2024 (739 MW). Sedangkan untuk PLTS tidak ada penambahan
kapasitas daya sama sekali.
71
Total energi yang diproduksi pada tahun 2017 dari 6 pembangkit dengan
sumber energi terbarukan sebesar 727,5 GWh. Sedangkan di tahun 2024, energi
listrik yang dihasilkan dari 6 pembangkit dengan sumber energi terbarukan
sebesar 2.888,4 GWh.
Gambar 4.5 Hasil Simulasi Kapasitas Energi Listrik Dengan Sumber Energi Terbarukan
Tabel 4.17 Kapasitas Energi Listrik Dengan Sumber Energi Terbarukan
Pembangkit
PLTP
PLT
Biomassa
Sawit
PLT
Biomassa
Jagung
PLTA
Produksi Energi (GWh)
2014 2015 2016 2017 2018 2019
2021
2022
2023
2024
-
-
-
357,2 335,7 364,9
458,7
479,3
719,1
747,4
705,7
-
-
-
29,8 28,0
28,1
35,3
36,9
36,9
57,5
42,3
-
-
-
148,8 139,9 140,3
176,4
184,3
276,6
287,5
289,3
7,8 253,5 304,9
736,8
769,9
923,0
959,4 1.749,6
7,1
7,4
7,4
7,7
5,6
119,6
125,0
125,0
129,9
95,7
20,7 13,4 13,9
PLTS
-
PLTM
-
TOTAL
2020
20,4 21,3 11,9 11,2
-
-
11,2
172,0 189,7 190,3
20,7 33,7 35,2 727,5 957,9 1.039,6 1.533,9 1.602,7 2.087,9 2.189,5 2.888,4
72
4.4.4
Kapasitas Daya Pembangkit Listrik di Provinsi Aceh
Tampak pada gambar 4.6 dan pada tabel 4.18 mulai tahun 2017 ada 11
unit pembangkit listrik yang akan beroperasi di Provinsi Aceh. Diantaranya
adalah Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD), Pembangkit Listrik Tenaga
Uap (PLTU), Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG), Pembangkit Listrik Tenaga
Gas Uap (PLTGU), Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas (PLTMG),
Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), Pembangkit Litrik Mikro-Hidro (PLTM),
Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), Pembangkit Listrik Tenaga Panas
Bumi (PLTP), PLT Biomassa Jagung dan PLT Biomassa Sawit. Di tahun 2022 di
prediksi permintaan energi listrik untuk semua sektor dapat terpenuhi dengan
rasio elektrifikasi 100%. Total daya yang dibangkitkan di akhir tahun simulasi
adalah sebesar 2.595,9 MW dengan total produksi energi sebesar 3.577,8 GWh.
Gambar 4.6 Total Kapasitas Daya Pembangkit Listrik di Provinsi Aceh
73
Tabel 4.18 Kapasitas Daya Pembangkit Listrik di Provinsi Aceh
Pembangkit
PLTA
Kapasitas Daya (MW)
2014 2015 2016 2017 2018
2,6
PLTS
PLTM
2019
2020
2021
2022
2023
2024
2,6
2,6
2,6
90,6
108,6 417,6 417,6 500,6 500,6 1.239,6
4,0
4,0
4,0
4,0
4,0
4,0
4,0
4,0
4,0
4,0
57,8
67,8
67,8
67,8
67,8
67,8
67,8
67,8
PLTU
220,0 220,0 160,0 160,0 174,0 374,0 374,0 374,0 374,0 200,0
PLTG
200,0 200,0 200,0 200,0 200,0 200,0 200,0 100,0 100,0 100,0
PLTMG
4.0
PLTGU
4.0
4.0
4.0
4.0
4.0
4.0
250,0 250,0 250,0 250,0 250,0 140,0 140,0 140,0
PLTD
105,5 105,5 105,5 105,5 105,5 105,5 105,5 105,5 105,5 105,5 105,5
PLTP
PLT
Biomassa
Sawit
PLT
Biomassa
Jagung
Total
4.4.5
4,0
120,0 120,0 130,0 260,0 260,0 390,0 390,0 500,0
10,0
10,0
10,0
20,0
20,0
20,0
30,0
30,0
50,0
50,0
50,0
100,0 100,0 150,0 150,0 205,0
108,1 532,1 532,1 963,9 1061,9 1103,9 1802,9 1802,9 1.855,9 1865,9 2.595,9
Peran Energi Terbarukan Dalam Menekan Pertumbuhan CO2
Tabel 4.19 dan Gambar 4.7 memperlihatkan perbandingan grafik emisi
CO2 dari aktivitas pembangkitan energi listrik. Dari gambar tersebut terlihat
bahwa emisi CO2 yang dihasilkan dari pembangkit listrik konvensional untuk
membangkitkan energi listrik di Provinsi Aceh tanpa peran energi terbarukan
lebih tinggi jika dibandingkan dengan pembangkitan energi listrik yang
melibatkan sumber energi terbarukan. Di tahun 2017 emisi CO2 yang dihasilkan
dari pembangkit listrik tanpa keterlibatan energi terbarukan mencapai 6.103 ribu
ton. Dengan dikembangkannya PLTM, PLTP, PLT Biomassa Jagung dan PLT
Biomassa Sawit di tahun yang sama, emisi CO2 dihasilkan berangsur menurun
menjadi 5.717,9 ribu ton. Untuk menekan pertumbuhan emisi CO2 maka beberapa
pembangkit dilakukan pengurangan kapasitas secara berangsur, diantaranya 60
MW (2017), 200 MW (2020), 174 MW (2024) pada PLTU, 100 MW (2022) pada
PLTG dan 110 MW (2022) pada PLTGU. Kontribusi energi terbarukan dalam
74
menekan pertumbuhan emisi CO2 terlihat sangat signifikan. Dilihat dari angka
pertumbuhan emisi CO2 di tahun 2024 yaitu sebesar 12.631,5 ribu ton. Tanpa
kontribusi energi terbarukan pertumbuhan emisi CO2 ditahun 2024 mampu
mencapai hingga 16.894 ribu ton. Faktor emisi yang membaik ini disebabkan
oleh kontribusi positif dari pemanfaatan panas bumi, biomassa dan tenaga air.
Tabel 4.19 Perbandingan Pertumbuhan Emisi CO2
Skenario
Dasar
Energi
Terbarukan
Pertumbuhan Emisi CO2 (Ribu Ton)
2014
2015
2016
2017
2018
2019
2020
2021
2022
2023
2024
553,5
2.472,5 4.476,0 6.103,0 7.607,2 9.145,6 10.722,4 12.370,0 14.004,9 15.713,9 16.892,0
553,5
2.472,5 4.476,0 5.717,9 6.885,1 8.089,6 9.147,0 10.252,0 11.174,8 12.134,1 12.631,5
Gambar 4.7 Perbandingan Pertumbuhan Emisi CO2
75
4.4.6
Perbandingan Biaya Dari Implementasi Energi Terbarukan
Pada gambar 4.8 dan tabel 4.20 ditampilkan grafik perbandingan biaya
sosial pembangkit listrik dari dua skenario model energi, yaitu skenario dasar
(DAS) dan skenario energi terbarukan (ENE). Total kebutuhan investasi biaya
untuk keseluruhan pembangkit dalam skenario dasar selama periode tahun
2015-2024 adalah sebesar 153.042,2 Milyar Rupiah. Sedangkan total kebutuhan
investasi biaya keseluruhan pembangkit dalam skenario energi terbarukan dalam
periode yang sama untuk memenuhi kebutuhan sarana kelistrikan di Provinsi
Aceh secara keseluruhan adalah sebesar 217.373,1 Milyar Rupiah. Kebutuhan
investasi biaya untuk Pembangkit Listrik Panas Bumi dan Pembangkit Listrik
Biomassa yang mulai dikembangkan pada tahun 2017 masing-masing sebesar
1.069,7 Milyar Rupiah dan 346,6 Milyar Rupiah. Total investasi biaya untuk
pengembangan seluruh pembangkit listrik dengan sumber energi terbarukan
dalam kurun waktu 2015-2024 adalah sebesar 121.258,7 Milyar Rupiah.
Dari grafik terlihat bahwa dari perbandingan biaya sosial dua model
energi menunjukkan bahwa pembangkit dengan sumber energi terbarukan bisa
lebih kompetitif dari pada pembangkit fosil terutama untuk pembangkit PLT
Biomasa, PLTA dan PLTP. Kebutuhan investasi biaya dalam skenario energi
terbarukan cenderung mahal dibandingkan dalam skenario dasar tanpa
pengembangan energi terbarukan. Namun dengan mempertimbangkan kerusakan
lingkungan maka pemilihan pengembangan pembangkit dengan sumber energi
terbarukan menjadi solusi untuk menekan pertumbuhan CO2.
76
Gambar 4.8 Perbandingan Biaya Dari Implementasi Energi Terbarukan
Tabel 4.20 Perbandingan Biaya Dari Implementasi Energi Terbarukan
SKENARIO
Dasar
Social Cost (Milyar Rupiah)
2014
2015
2016
2017
2018
2019
2020
2021
2022
2023
2024
TOTAL
134,9 1.629,3 1.664,0 5.417,5 7.691,8 10.166,0 14.738,5 19.337,8 24.202,3 29.095,5 37.065,4 153.042,2
Energi
134,9 1.629,3 1.664,0 6.675,2 10.211,2 13.947,8 20.520,4 27.123,4 35.238,9 43.438,6 54.890,2 217.373,1
Terbarukan
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Data Umum
4.1.1
Keadaan Demografi Provinsi Aceh (Statistik Daerah Provinsi Aceh,
2015)
Setelah sensus penduduk tahun 2010, data penduduk Provinsi Aceh
tahun 2011-2014 dihitung dengan metode peramalan dengan laju pertumbuhan
penduduk diperkirakan sekitar 1,99-2,29 persen. Penduduk Aceh pada tahun 2011
diperkirakan berjumlah 4,619 juta jiwa, kemudian bertambah menjadi 4,715 juta
jiwa pada tahun 2012. Perkiraan penambahan jumlah penduduk terus terjadi
sampai dengan tahun 2014, yaitu ketika penduduk aceh mencapai sekitar 4,907
juta jiwa. (BPS Provinsi Aceh).
Pada tahun 2014, komposisi penduduk Aceh terdiri dari 2.449.407 jiwa
laki-laki dan 2.457.428 jiwa perempuan. Karena perbandingan keduanya hampir
sama, dengan demikian rasio jenis kelamin (sex ratio) adalah 100. Akan tetapi,
rasio ini pada kelompok umur 0-14 tahun adalah 104, artinya lebih banyak
laki-laki daripada perempuan. (BPS Provinsi Aceh).
Jumlah penduduk dan rumah tangga menurut kabupaten/kota tahun 2014
serta jumlah penduduk menurut daerah tempat tinggal kabupaten/kota tahun
dapat dilihat pada tabel 4.1 dan tabel 4.2.
47
48
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk dan Rumah Tangga Menurut Kabupaten/Kota, 2014
No
Kabupaten/Kota
Jumlah
Penduduk
Rumah Tangga
1
Aceh Jaya
86.123
23.262
2
Aceh Barat
190.224
47.225
3
Nagan Raya
152.352
38.958
4
Aceh Selatan
220.971
50.956
5
Aceh Singkil
112.161
25.381
6
Subulussalam
73.708
15.795
7
Simeulue
87.958
20.884
8
Aceh Tengah
192.204
48.333
9
Bener Meriah
134.015
34.654
10
Gayo Lues
86.262
21.209
11
Aceh Tenggara
196.249
45.666
12
Aceh Tamiang
272.228
64.262
13
Aceh Timur
394.933
89.372
14
Langsa
162.814
36.102
15
Lhokseumawe
187.455
42.354
16
Aceh Utara
572.961
132.843
17
Bireun
423.397
97.818
18
Pidie
410.580
101.924
19
Pidie Jaya
145.584
37.288
20
Aceh Besar
384.618
89.054
21
Banda Aceh
249.499
61.443
22
Sabang
32.739
8.393
4.906.835
1.164.489
Aceh
Sumber : Statistik Daerah Provinsi Aceh, 2015
49
Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Menurut Daerah Tempat Tinggal Kabupaten/Kota, 2014
No
Kab/Kota
Kota
Desa
1
Aceh Jaya
6.082
80.041
2
Aceh Barat
55.604
134.640
3
Nagan Raya
15.065
137.287
4
Aceh Selatan
32.901
188.070
5
Aceh Singkil
26.354
85807
6
Subulussalam
14.029
59.679
7
Simeulue
16.242
71.356
8
Aceh Tengah
50.757
141.447
9
Bener Meriah
26.907
107.108
10
Gayo Lues
14.830
71.432
11
Aceh Tenggara
32.266
163.983
12
Aceh Tamiang
89.332
182.896
13
Aceh Timur
47.660
347.273
14
Langsa
135.842
26.972
15
Lhokseumawe
141.553
45.902
16
Aceh Utara
100.740
472.221
17
Bireun
99.025
324.372
18
Pidie
62.188
348.392
19
Pidie Jaya
11.673
133.911
20
Aceh Besar
108.754
275.864
21
Banda Aceh
249.499
0
22
Sabang
20.346
12.393
1.383.959
3.522.876
Aceh
Sumber : Statistik Daerah Provinsi Aceh, 2015
50
Gambar 4.1 Peta Provinsi Aceh
Sumber : BPS Provinsi Aceh
51
4.1.2
Pertumbuhan Ekonomi (Statistik Daerah Provinsi Aceh, 2015)
a.
Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Aceh
Nilai PDRB ADHB Aceh tahun 2014 (dengan migas) mencapai 130,45
triliun rupiah, meningkat dibandingkan capaian tahun 2013 yang sebesar 121,97
triliun rupiah. Terjadi tren peningkatan nilai PDRB ADHB secara berkelanjutan
selama periode tahun 2011 hingga tahun 2014 disebabkan oleh adanya
pertumbuhan volume serta kenaikan harga barang dan jasa. (Statistik Daerah
Provinsi Aceh, 2015)
Sementara itu, nilai PDRB ADHB Aceh tanpa migas tahun 2014 sebesar
117,51 triliun rupah, juga mengalami kenaikan dibandingkan capaian tahun 2013
yang sebesar 107,10 triliun rupiah. (Statistik Daerah Provinsi Aceh, 2015).
Tabel 4.3 Perkembangan nilai PDRB ADHB (triliun rupiah), 2011-2014
140
120
100
80
Migas
Tanpa Migas
60
40
20
0
Migas
Tanpa Migas
2011
2012
2013
2014
108,22
92,73
114,55
99,04
121,97
107,1
130,45
117,51
Sumber : Statistik Daerah Provinsi Aceh, 2015
52
Tabel 4.4 PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan (Milyar Rupiah), 2014
No
Lapangan Usaha
2014
1
Pertanian, Kehutanan dan Perikanan
29.669.203,6
2
Pertambangan dan Penggalian
12.946.032,2
3
Industri Pengolahan
8.224.386,4
4
Pengadaan Listrik dan Gas
5
6
7
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan
Daur Ulang
Kontruksi
144.507,2
31.720,3
10.395.528,2
Perdagangan Besar dan Eceran;Reparasi Mobil dan
Sepeda Motor
17.023.855,3
8
Transportasi dan Pergudangan
8.764.287,2
9
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
1.196.427,8
10
Informasi dan Komunikasi
4.112.308,3
11
Jasa Keuangan dan Asuransi
1.752.552,1
12
Real Estat
3.906.241,1
13
Jasa Perusahaan
14
670.526
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan
Sosial Wajib
8.486.548
15
Jasa Pendidikan
2.307.478,6
16
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
2.828.131,7
17
Jasa Lainnya
1.376.311,9
PDRB
113.836.045,8
PDRB Tanpa Migas
102.512.733
Sumber : Statistik Daerah Provinsi Aceh, 2015
53
4.2
Data Pembangkit Listrik
4.2.1
Kapasitas Pembangkit Eksisting
Sistem kelistrikan di Aceh terdiri dari sistem interkoneksi 150 kV Sumut
- Aceh dan sub-sistem isolated dengan tegangan distribusi 20 kV. Sekitar 70%
dari sistem kelistrikan Aceh dipasok oleh sistem interkoneksi 150 kV sumbagut
dan sisanya 30% dilayani oleh pembangkit PLTD isolated tersebar. Saat ini
daerah sudah dipasok sistem interkoneksi 150 kV meliputi pantai timur Provinsi
ACeh melalui 7 gardu induk yang terletak di Kabupaten/Kota; Tamiang, Langsa,
Aceh Timur, Lhokseumawe, Bireun, Pidie, Pidie Jaya, Banda Aceh, dan Aceh
Besar, dengan posisi pembangkit sebagian besar berada di Sumatera Utara. Peta
sistem kelistrikan Provinsi Aceh ditunjukkan pada gambar 4.2.
Gambar 4.2 Peta Sistem Kelistrikan & Kapasitas Pembangkit Eksisting Provinsi Aceh
Sumber : RUPTL PLN 2015-2024
54
Seluruh wilayah pantai barat dan tengah Aceh serta kepulauannya masih
dipasok oleh PLTD berbahan bakar HSD melalui sistem kelistrikan 20 kV.
Daerah yang dilayani dari sistem interkoneksi masih dalam kondisi rawan
pemadaman karena jumlah kapasitas pembangkit yang masuk grid tidak
mempunyai cadangan daya yang cukup. Pemadaman dalam skala besar bisa
terjadi apabila ada gangguan pada jaringan transmisi atau gangguan (atau
pemeliharaan) pada unit pembangkit berkapasitas besar. Untuk mengantisipasi
hal tersebut dilakukan sewa genset sebesar 165 MW di 8 lokasi.
Pada sistem isolated 20 kV yang meliputi Kabupaten Aceh Jaya, Aceh
Barat, Nagan Raya, Aceh BArat Daya, Aceh Selatan, Aceh Singkil, Kota
Subulussalam, Aceh Tenggara, Gayo Lues, Kota Sabang dan Simeulue terdapat
sewa genset dengan kapasitas total 72 MW untuk mengatsai defisit pada sistem
isolated tersebut. Kapasitas terpasang ketujuh GI di Provinsi Aceh adalah 480
MVA, rincian kapasitas pembangkit dan GI Provinsi Aceh masing-masing seperti
ditunjukkan pada tabel 4.5 dan tabel 4.6.
Tabel 4.5 Kapasitas Pembangkit Eksisting
Jenis
No
Nama Pembangkit
Jenis
Bahan
Kapasitas
Pemilik
Bakar
Terpasang
(MW)
DMN
(MW)
SEKTOR LEUNG BATA
1
PLTD Lueng Bata Total
PLTD
HSD
PLN
22
18
2
PLTD Sewa Cot Trueng (di GH Lhokseumawe)
PLTD
HSD
PLN
10
9
3
PLTD Sewa Lueng Bata (Arti Duta)
PLTD
HSD
PLN
7
7
4
PLTD Sewa Lueng Bata (Sari Alam)
PLTD
HSD
Sewa
6
5
5
PLTD Cot Trueng
PLTD
HSD
Sewa
8
3
6
PLTD Pulau Pisang
PLTD
HSD
Sewa
10
2
7
PLTD Sewa Banda Aceh (Aggreko) #1
PLTD
HSD
Sewa
30
30
8
PLTD Sewa Banda Aceh (KPT) #2
PLTD
HSD
Sewa
15
15
9
PLTD Sewa IDIE 2 (Sigli #1 (BGP))
PLTD
HSD
Sewa
10
10
10
PLTD Sewa Sigli #2 P.Pisang (BGP)
PLTD
HSD
Sewa
10
10
11
PLTD Sewa Lhokseumawe #1 (BGP)
PLTD
HSD
Sewa
30
30
12
PLTD Sewa Lhokseumawe #2 Cot Trueng (EPJ)
PLTD
HSD
Sewa
10
10
13
PLTD Sewa Langsa (SLU)
PLTD
HSD
Sewa
10
10
55
14
PLTD Sewa Idie (KPT)
PLTD
HSD
Sewa
5
5
15
PLTD Sewa Bireun
PLTD
HSD
Sewa
30
30
16
PLTD Sewa Tualang Cut (KPT)
PLTD
HSD
Sewa
15
15
17
Nagan Raya #1
PLTU
Batubara
PLN
110
100
18
Nagan Raya #2
PLTU
Batubara
PLN
110
100
448
409
Total
Sumber : RUPTL PLN 2015-2024
Tabel 4.6 Kapasitas Gardu Induk Eksisting
No
1
2
Nama Gardu
Induk
5
6
Trafo (MVA)
Puncak
#1
#2
#3
Keterangan
(MW)
115,9 KIT-PLTD // 20
a. Lambaro
30
b. Jantho
30
30
60
KV= 57,9 MW
Sigli
48,4 KIT-PLTD // 20
30
10
30
30
20
KV= 20 MW
Bireun
a. Juli
4
Beban
Banda Aceh
a. Tijue
3
Kapasitas
Lhokseumawe
84,2 KIT-PLTD // 20
a. Bayu
30
b Panton Labu
30
30
KV= 70 MW
Langsa
51,2 KIT-PLTD // 20
a. Alur Dua
30
b. Tualang Cut
10
c. Alur Bate, Idi
30
KV= 15 MW
10
10
Meulaboh
a. Nagan Raya
Jumlah
9,3
30
480
309,0
Sumber : RUPTL PLN 2015-2024
56
4.2.2
Jumlah Pelanggan Listrik
Pertumbuhan ekonomi daerah Aceh terus meningkat dalam kurun waktu
5 tahun terakhir. Hal tersebut sangant terkait dengan pelaksanaan rehabilitasi dan
rekontruksi pasca bencana tsunami yang dilakukan Badan Rehabilitasi dan
Rekontruksi Aceh-Nias pada tahun 2006 s/d 2010. Kondisi keamanan yang kian
membaik setelah penandatanganan MoU Helsinki antara pemerintah RI dan
GAM pun menjadi awal penting dalam pemulihan ekonomi Aceh. Kemajuan di
sektor ekonomi dan keamanan ini memberikan kontribusi langsung kepada
pertumbuhan kebutuhan energi listrik. Penjualan pada tahun 2012 tumbuh hingga
11,1% dan tahun 2013 akan tumbuh hingga 11,1% dan tahun 2013 akan tumbuh
sekitar 10%. Selain itu beban puncak sistem kelistrikan juga naik dari 343 MW
pada tahun 2012 menjadi 350 MW pada tahun 2014. (RUPTL PLN 2014-2024).
Pada tahun 2014, kapasitas energi listrik yang terjual pada PT. PLN
(Persero) di Provinsi Aceh mencapai lebih dari 1,9 juta MWH atau naik sebesar
8,29% terhadap kondisi tahun 2013.hal ini tidak terlepas dari tren peningkatan
jumlah pelanggan listrik itu sendiri. Pertumbuhan jumlah pelanggan PLM sejak
tahun 2011 hingga tahun 2014 bertambah sekitar 30-60 ribu pelanggan setiap
tahunnya. Pada tahun 2014, tercatat sebanyak 1,19 juta orang pelanggan.
(Statistik Daerah Provinsi Aceh 2015).
Rata-rata pertumbuhan listrik PLN dalam 5 tahun terakhir adalah 8% per
tahun, dimana penjualan pada tahun 2008 sebesar 1.149,70 GWh telah meningkat
menjadi 1.755 GWh pada tahun 2012. Penjualan energi tahun 2014 ditunjukan
pada tabel 4.7.
57
Tabel 4.7 Komposisi Penjualan Per Sektor Pelanggan
No
Kelompok Tarif
1
Rumah Tangga
2
Energi Jual
(GWh)
Porsi (%)
1.259.78
64%
Komersil
330.7
17%
3
Publik
294.4
15%
4
Industri
80.7
4%
1.965.5
100%
Jumlah
Sumber : RUPTL PLN 2015-2024
Tabel 4.8 Jumlah Energi Terjual (Mega WH) dan Pelanggan PT PLN, 2011-2014
3.500.000
3.000.000
2.500.000
2.000.000
1.500.000
1.000.000
500.000
0
KWH Terjual
Jumlah Pelanggan
2011
1.579.708
1.050.139
2012
1.755.008
1.082.218
Jumlah Pelanggan
KWH Terjual
2013
2014
1.815.030
1.127.409
Sumber : Statistik Daerah Provinsi Aceh, 2015
1.905.555
1.180.899
58
4.3
Potensi Sumber Energi Terbarukan
Energi baru terbarukan yang dipertimbangkan dalam OEI 2014 meliputi
energi terbarukan (panas bumi, tenaga air, biomassa, surya dan angin). Biomassa
di sini meliputi biomassa yang berasal dari limbah industri, pertanian dan
kehutanan serta biomassa dari sampah kota. (Outlook Energy Indonesia 2014).
Potensi sumber energi di Provinsi Aceh tersedia cukup besar, yaitu panas
bumi 589 MW dan tenaga air 1.482 MW, diikuti dengan hutan sebagai lahan
terluas yang mencapai 2.270.080 ha, dan lahan perkebunan rakyat seluas 700.350
ha. Sehingga sumber energi terbarukan diharapkan memiliki peran aktif dalam
skenario diversifikasi energi dimasa yang akan datang.
4.3.1
Potensi Pemanfaatan Limbah Sawit
Berdasarkan studi literatur yang ada, bahwa limbah kelapa sawit dapat
berupa limbah kering yang terdiri atas: tandan kosong kelapa sawit, cangkang
(shell), dan serabut (fiber) secara keseluruhan dapat dijadikan sesuatu yang lebih
bermanfaat yaitu dijadikan energi terbarukan contohnya biotanol, biodiesel dan
bahan bakar pembangkit listrik tenaga biomassa (PLTB).
Adapun kalori yang terkandung pada masing-masing sampel limbah
hasil uji laboratorium (Laboratorium Kimia Fisik Institut Teknologi Bandung,
2012) yang sudah diolah yaitu :
1.
Cangkang 5.656,7127 kkal/kg
2.
Serabut mengandung kalori sebesar 4.875,7857 kkal/kg
3.
Tandan kosong kelapa sawit mengandung kalori sebesar 4.492,7436
kkal/kg
Berdasarkan data yang dipublikasi oleh Biro Pusat Statistik (BPS)
Provinsi Aceh luas lahan perkebunan sawit di Provinsi Aceh adalah sebesar
393.230 ha. Perkebunan rakyat sebesar 198.246 ha dan perkebunan besar sebesar
194.984 ha. Didasarkan pada data tersebut maka limbah sawit yang dihasilkan
bisa dimanfaatkan untuk sumber energi terbarukan pembangkit listrik. Data luas
59
tanam dan produksi kelapa sawit perkebunan rakyat dan perkebunan besar
menurut kabupaten/kota 2013 dapat dilihat pada tabel 4.9 dan tabel 4.10.
Tabel 4.9 Luas Tanam dan Produksi Kelapa Sawit Perkebunan Rakyat Menurut Kabupaten/Kota,
2013
No
Kabupaten/Kota
2013
Luas (Ha)
Produksi (Ton)
1
Simeulue
3.387
1.826
2
Aceh Singkil
21.602
63.681
3
Aceh Selatan
7.908
11.165
4
Aceh Tenggara
7.454
20.551
5
Aceh Timur
19.854
26.891
6
Aceh Tengah
-
-
7
Aceh Barat
7.100
15.178
8
Aceh Besar
1.282
407
9
Pidie
77
16
10
Bireuen
3110
936
11
Aceh Utara
17.187
39.156
12
Aceh Barat Daya
17.200
14.215
13
Gayo Lues
-
-
14
Aceh Tamiang
20.145
40.920
15
Nagan Raya
40.216
73.523
16
Aceh Jaya
13.544
16.191
17
Bener Meriah
1.300
117
18
Pidie Jaya
680
984
19
Banda Aceh
-
-
20
Sabang
-
-
21
Langsa
399
825
22
Lhokseumawe
208
243
23
Subulussalam
15.593
28.541
198.246
355.366
Jumlah
Sumber : Aceh Dalam Angka, 2015
60
Tabel 4.10 Luas Tanam dan Produksi Kelapa Sawit Perkebunan Besar Menurut Kabupaten/Kota,
2013
No
Kabupaten/Kota
2013
Luas (Ha)
Produksi (Ton)
-
-
1
Simeulue
2
Aceh Singkil
33.839
333.453
3
Aceh Selatan
2.301
23.745
4
Aceh Tenggara
-
-
5
Aceh Timur
40.738
251.659
6
Aceh Tengah
-
-
7
Aceh Barat
19.044
191.062
8
Aceh Besar
-
-
9
Pidie
-
-
10
Bireuen
2.071
21.261
11
Aceh Utara
7.766
76.321
12
Aceh Barat Daya
3567
-
13
Gayo Lues
-
-
14
Aceh Tamiang
34.297
456.066
15
Nagan Raya
42.036
255.798
16
Aceh Jaya
3.170
3.157
17
Bener Meriah
-
-
18
Pidie Jaya
87
106
19
Banda Aceh
-
-
20
Sabang
-
-
21
Langsa
-
-
22
Lhokseumawe
-
-
23
Subulussalam
6.108
20.684
194.984
1.633.310
Jumlah
Sumber : Aceh Dalam Angka, 2015
61
Menghitung Potensi Energi Listrik Dari Biomassa Sawit
Produksi sawit tahun 2014
: 1.988.676 ton
Residue to Product Ratio (RPR)
:
a) Cangkang
: 1.988.676 x 0,07 RPR
= 139.207,32 ton
b) Serat
: 1.988.676 x 0,11 RPR
= 218.754,36 ton
c) Tandan kosong : 1.988.676 x 0,23 RPR
= 457.395,48 ton
Caloric value (kkal) :
139.207.300 kg x 4300
= 598.591.390.000
218.754.400 kg x 3340
= 730.639.696.000
457.395.500 kg x 1200
= 548.874.600.000
1.878.105.686.000 kkal
+
Dengan menggunakan unit converter yang disediakan dari software
LEAP maka diperoleh potensi energi listrik sebesar 218.423,7 MWh. Untuk
mencari kapasitas daya maksimum (MW) yang dibangkitkan oleh biomassa
jagung maka digunakan persamaan :
MWh
CF .8760
MW
=
MW
=
218.423,7
0,8 x8760
=
30 MW
(2.13)
62
4.3.2
Potensi Pemanfaatan Limbah Jagung
Konversi nilai kalori 4370 kkal/kg (Sudradjat, 2004) potensi energi
limbah batang dan daun jagung kering sebesar 66,35 GJ. Energi tongkol jagung
dapat dihitung dengan menggunakan nilai Residue to Product Ratio (RPR)
tongkol jagung adalah 0,273 (pada kadar air 7,53%) dan nilai kalori 4451 kkal/kg
(Koopmans and Koppejan, 1997; Sudradjat, 2004). Potensi energi tongkol jagung
adalah 55,75 GJ. Potensi energi limbah pada komoditas jagung sangat besar dan
diharapkan akan terus meningkat sejalan dengan program pemerintah dalam
meningkatkan produksi jagung secara nasional. Namun, limbah jagung memiliki
banyak kegunaan, diantaranya adalah untuk pakan ternak, dalam hal ini
pemerintah telah mencanangkan program pengembangan peternakan secara
terintegrasi
(Crop
Livestock
System/CLS).
Oleh
karena
itu,
optimasi
pemanfaatan limbah jagung sangat diperlukan untuk mendapatkan keuntungan
yang optimal. Untuk memperkirakan potensi riil energi limbah jagung,
penggunaan tongkol jagung untuk keperluan bahan bakar sekitar 90% sedangkan
limbah batang dan daun sekitar 30% dari potensi yang ada.
Kandungan energi tongkol jagung: 3.500–4.500 kkal/ kg atau 14.7-18.9
MJ/kg, suhu pembakaran dapat mencapai 205 oC Sedangkan sumber pustaka lain
menyebutkan bahwa dengan karbonisasi tongkol jagung, kandungan energinya
dapat mencapai 32 MJ/kg (Watson, 1988 dalam Prostowo, dkk., 1998;
Mochidzuki, et al.,2002).
Berdasarkan data yang dipublikasi oleh Biro Pusat Statistik (BPS)
Provinsi Aceh jumlah produksi jagung yang dihasilkan pada tahun 2014 adalah
sebesar 202.319 ton. Didasarkan pada data tersebut maka limbah jagung yang
dihasilkan juga bisa dimanfaatkan untuk sumber energi terbarukan pembangkit
listrik guna mengurangi penggunaan bahan bakar konvensional. Luas dan
produksi tanaman jagung menurut kabupaten/kota pada tahun 2014 dapat dilihat
pada tabel 4.11.
63
Tabel 4.11 Luas dan Produksi Tanaman Jagung Menurut Kabupaten/Kota, 2014
Luas
Luas Panen
Tanam (ha)
(ha)
0
0
0
Aceh Singkil
160
81
346
3.
Aceh Selatan
12.066
10.572
45.166
4.
Aceh Tenggara
29.256
28.634
122.331
5.
Aceh Timur
1081
946
4.041
6.
Aceh Tengah
86
42
179
7.
Aceh Barat
178
107
457
8.
Aceh Besar
1.099
662
2.828
9.
Pidie
285
337
1440
10. Bireuen
1.778
839
3.584
11. Aceh Utara
1.119
426
1.820
408
535
2.286
13. Gayo Lues
1.536
1.119
4.781
14. Aceh Tamiang
1.617
1.898
8.109
15. Nagan Raya
245
146
624
16. Aceh Jaya
354
342
1.461
17. Bener Meriah
298
393
1.679
18. Pidie Jaya
335
134
572
19. Banda Aceh
0
0
0
20. Sabang
32
2
9
21. Langsa
3
1
4
22. Lhokseumawe
31
1
4
23. Subulussalam
359
140
598
52.326
47.357
202.319
No
Kabupaten/Kota
1.
Simeulue
2.
12. Aceh Barat Daya
Total
Sumber : Aceh Dalam Angka, 2015
Produksi (ton)
64
Menghitung Potensi Energi Listrik Dari Biomassa Jagung
Produksi jagung tahun 2014
: 202.319 ton
Residue to Product Ratio (RPR)
a) Tongkol jagung
:
: 202.319 x 0,273 RPR
b) Batang dan daun jagung : 202.319 x 2,08 RPR
= 55.233,087 ton
= 480.423,52 ton
Caloric value (kkal)
:
55.233.090 kg x 3500
=
19.331.581.500 kkal
420.823.500 kg x 2500
=
1.052.058.750.000 kkal
1.245.374.565.000 kkal
+
Dengan menggunakan unit converter yang disediakan dari software
LEAP maka diperoleh potensi energi listrik sebesar 1.448.371 MWh. Untuk
mencari kapasitas daya maksimum (MW) yang dibangkitkan oleh biomassa
jagung maka digunakan persamaan 2.13.
MW
=
=
4.3.3
1.448.371
0,8 x8760 jam
205 MW
Potensi Panas Bumi
Provinsi Aceh dilalui oleh jalur gunung api aktif yang menyebabkan
terbentuknya potensi panas bumi yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi
terbarukan. Cadangan terduga panas bumi di Aceh diperkirakan mencapai 215
MWe (Mega Watt equivalent), sedangkan sumberdaya yang masih spekulatif
sebesar 612 MWe dan yang bersifat hipotesis mencapai 275 MWe. Berikut dalam
tabel 4.12 disajikan data potensi panas bumi yang tersebar di Provinsi Aceh.
(Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Aceh).
65
Tabel 4.12 Potensi Panas Bumi di Provinsi Aceh
Potensi (MWe)
N
O
Nama Lapangan
Kab/Kota
Sumber Daya (MWe)
Cadangan (MWe)
Spekulatif
Hipotesis
Terduga
Mungkin
Terbukti
1
Iboih
Sabang
25
-
-
-
-
2
Lho Pria Laot
Sabang
50
-
-
-
-
3
Jaboi-Keunekai
Sabang
-
-
50
-
-
Aceh Besar
-
63
-
-
-
Ie Seum - Krung
4
Raya
5
Seulawah Agam
Aceh Besar
-
-
165
-
-
6
Alue Canang
Pidie
25
-
-
-
-
Pidie
100
-
-
-
-
Alue
7
Lhong-Bangga
8
Tangse
Pidie
25
-
-
-
-
9
Rimba Raya
Bener Meriah
100
-
-
-
-
10
Simpang Balik
Bener Meriah
100
-
-
-
-
11
G.Geureudong
Aceh Tengah
-
100
12
Silih Nara
Aceh Tengah
100
-
-
-
-
13
Meranti
Aceh Timur
25
-
-
-
-
14
Brawang Buaya
Aceh Tamiang
25
-
-
-
-
15
Kafi
Gayo Lues
25
-
-
-
-
16
G.Kembar
Gayo Lues
25
-
17
Dolok Perkirapan
Gayo Lues
25
-
625
275
Total Potensi Panas Bumi =1.115 MWe
Program Survei Pendahuluan
2012-2014
Program Survei Pendahuluan
2012-2014
-
-
-
215
Sumber : distamben.acehprov.go.id (diakses pada hari selasa, 16 Februari 2016, 14.24
WIB)
66
4.4
Hasil Simulasi dan Analisa
Penyusunan model energi dengan LEAP menggunakan metode intensitas
energi. Intensitas energi merupakan ukuran penggunaan energi terhadap sektor
aktivitas. Nilai intensitas energi dihitung berdasarkan konsumsi energi listrik di
setiap sektor (subsektor) dibagi dengan level aktivitas (Heaps,2009).
Proyeksi penggunaan energi listrik dibagi berdasarkan sektor-sektor
pengguna energi listrik yang terdiri dari 4 sektor, yaitu sektor rumah tangga,
sektor komersial, sektor publik dan sektor industri. Untuk sektor rumah tangga,
level aktivitas diwakili oleh jumlah rumah tangga. Dengan demikian intensitas
energi listrik di sektor rumah tangga merupakan penggunaan energi listrik per
kapita per tahun. Untuk sektor komersial, sektor publik dan sektor industri, level
aktivitas diwakili oleh nilai PDRB. Dengan demikian intensitas energi listrik di
sektor komersial, sektor publik dan sektor industri merupakan penggunaan energi
listrik per miliar rupiah per tahun.
Model energi yang dianalisis menggunakan tahun dasar 2014 dan tahun
akhir simulasi di tahun 2024. Model energi yang disusun terdiri dari dua buah
skenario, yaitu skenario Dasar (DAS) dan skenario Energi Terbarukan (ENE).
Skenario DAS merupakan skenario yang didasarkan pada keadaan yang berlaku
di tahun dasar simulasi dari segi pola konsumsi serta kebijakan-kebijakan
pemerintah yang berkaitan dengan sektor energi. Di dalam skenario ENE, peran
energi terbarukan dalam penyediaan energi listrik diikutsertakan dalam model
energi.
Pertumbuhan penduduk diasumsikan berdasarkan perhitungan yang telah
dilakukan oleh Bappenas-BPS-UNFPA bulan desember 2013. Pertumbuhan
penduduk
rata-rata
Provinsi
Aceh
berdasarkan
Bappenas-BPS-UNFPA dapat dilihat di Tabel 4.13.
hasil
perhitungan
67
Tabel 4.13 Asumsi pertumbuhan penduduk di Provinsi Aceh
No
Interval
Pertumbuhan Penduduk
1.
2014-2015
1.5%
2.
2015-2019
1.42%
3.
2019-2024
1.28%
Pertumbuhan PDRB Provinsi Aceh didasarkan pada skenario di dalam
Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) tahun 2015-2024. Asumsi
pertumbuhan PDRB rata-rata Provinsi Aceh dalam sepuluh tahun mendatang ini
diperlihatkan pada Tabel 4.14.
Tabel 4.14 Asumsi pertumbuhan PDRB di Provinsi Aceh
No
Interval
Pertumbuhan PDRB
1.
2014-2015
5.9%
2.
2015-2019
6.48%
3.
2019-2024
6.8%
Selain paramater penggerak yang berupa pertumbuhan penduduk dan
PDRB, rasio elektrifikasi juga merupakan parameter penggerak yang sangat
menentukan konsumsi energi listrik. Rasio elektrifikasi diasumsikan mencapai
100% di tahun 2022 sesuai dengan target PLN.
4.4.1
Menghitung Permintaan Energi Listrik
Hasil simulasi kebutuhan energi listrik di Provinsi Aceh untuk setiap
sektor diperlihatkan pada Gambar 4.3 dan pada tabel 4.15 . Pertumbuhan
kebutuhan energi listrik rata-rata per tahun selama periode simulasi adalah
sebesar 4,5%. Dengan pertumbuhan ini, kebutuhan energi listrik di akhir tahun
simulasi (2024) adalah sebesar 3.041,1 GWh.
Pertumbuhan kebutuhan energi listrik rata-rata per tahun selama periode
68
simulasi untuk setiap sektor adalah 3 % untuk sektor rumah tangga, 6.7 % untuk
sektor komersil, sektor publik dan sektor industri. Sedangkan kebutuhan energi
listrik untuk setiap sektor di tahun 2024 adalah sebesar 1.694,7 GWh untuk sektor
rumah tangga, 630,9 GWh untuk sektor komersil, 561,6 GWh untuk sektor publik
dan 153.9 GWh untuk sektor industri.
Gambar 4.3 Grafik Hasil Simulasi Permintaan Energi Listrik 2014 - 2024
Tabel 4.15 Hasil Simulasi Permintaan Energi Listrik Dari Tahun 2014 sampai dengan 2024
Sektor
Permintaan Energi (GWh)
2014
2015
2016
Rumah
1259,8 1300,4 1342
Tangga
Komersil 330,7 352,2 375
Publik
2018
2019
2020
2021
2022
2023,0 2024
1384,4 1427,8 1470,1 1513,3 1557,3 1602,2 1648,0 1694,7
399,3 425,2 454,1 484,9 517,9 553,1 590,7 630,9
294,4 313,4 333,8 355,4 378,4 404,1 431,6 461,0 492,3 525,8 561,6
Industri 80,7
Total
2017
85,9
91,5
97,4
103,7 110,8 118,3 126,3 134,9 144,1 153,9
1965,6 2051,9 2142,2 2236,5 2335,1 2439,1 2548,1 2662,5 2782,6 2908,7 3041,1
69
4.4.2
Proyeksi Pembangunan Pembangkit Listrik Biomassa dan
Panas Bumi
Proyeksi pembangunan pembangkit listrik dengan sumber energi
terbarukan dan besar energi listrik yang dibangkitkan ditampilkan pada tabel 4.16
dan gambar 4.4. Dalam skenario energi terbarukan (ENE) pembangkit listrik
dengan sumber energi biomassa jagung, biomassa sawit dan panas bumi mulai
dikembangkan pada tahun 2017. Proyeksi pembangunan pembangkit listrik
biomassa sawit dan pembangkit listrik biomassa jagung akan dibangun
berturut-turut sebesar 10 MW dan 50 MW. Sehingga pada tahun 2024 total
kapasitas daya yang dibangkitkan oleh pembangkit listrik biomassa jagung dan
pembangkit listrik biomassa sawit akan mencapai sebesar 205 MW dan 30 MW
dengan total produksi energi sebesar 330.2 GWh.
Proyeksi pembangunan pembangkit listrik panas bumi yaitu 120 MW
pada tahun 2017, 10 MW pada tahun 2019 (skenario PLN), 130 MW pada tahun
2020, 130 MW pada tahun 2022, dan 110 MW pada tahun 2024 (skenario PLN).
Sehingga prediksi total kapasitas daya yang dibangkitkan oleh pembangkit listrik
panas bumi pada tahun 2024 adalah sebesar 500 MW dan total produksi energi
listrik sebesar 702 GWh. Jumlah total kapasitas pembangkit listrik yang
dibangkitkan oleh pembangkit listrik biomassa dan pembangkit listrik panas bumi
di akhir tahun simulasi adalah sebesar 735 MW dengan produksi energi sebesar
1032.4 GWh.
Tabel 4.16 Energi Listrik yang Diproduksi Oleh Biomassa dan Panas Bumi
70
Gambar 4.4. Hasil Simulasi Energi yang Diproduksi Oleh Biomassa dan Panas Bumi
4.4.3
Kapasitas Energi Listrik Dengan Sumber Energi Terbarukan
Pada gambar 4.5 dan pada tabel 4.17 tampak dari tahun 2014 sampai
dengan tahun 2016 menunjukkan hanya ada 2 pembangkit listrik dengan sumber
energi terbarukan yaitu Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dengan kapasitas
daya 2,6 MW dan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dengan kapasitas
daya 4 MW. Total energi listrik yang dihasilkan oleh 2 pembangkit ini pada tahun
2016 adalah 35.2 GWh.
Pada tahun 2017 ada penambahan 4 pembangkit listrik lagi dengan
sumber energi terbarukan, diantaranya adalah Pembangkit Listrik Tenaga
Mikro-Hidro (PLTM) dengan kapasitas daya 57.8 MW, Pembangkit Listrik
Tenaga Panas Bumi (PLTP) dengan kapasitas daya 120 MW, PLT Biomassa
Jagung dengan kapasitas daya 50 MW, dan PLT Biomassa Sawit dengan
kapasitas daya 10 MW. Di tahun 2018, dilakukan penambahan daya pada PLTM
sebesar 10 MW dan 88 MW pada PLTA. Penambahan daya pada PLTA kembali
dilakukan pada tahun 2019 (18 MW), tahun 2020 (309 MW), tahun 2022 (83
MW), dan tahun 2024 (739 MW). Sedangkan untuk PLTS tidak ada penambahan
kapasitas daya sama sekali.
71
Total energi yang diproduksi pada tahun 2017 dari 6 pembangkit dengan
sumber energi terbarukan sebesar 727,5 GWh. Sedangkan di tahun 2024, energi
listrik yang dihasilkan dari 6 pembangkit dengan sumber energi terbarukan
sebesar 2.888,4 GWh.
Gambar 4.5 Hasil Simulasi Kapasitas Energi Listrik Dengan Sumber Energi Terbarukan
Tabel 4.17 Kapasitas Energi Listrik Dengan Sumber Energi Terbarukan
Pembangkit
PLTP
PLT
Biomassa
Sawit
PLT
Biomassa
Jagung
PLTA
Produksi Energi (GWh)
2014 2015 2016 2017 2018 2019
2021
2022
2023
2024
-
-
-
357,2 335,7 364,9
458,7
479,3
719,1
747,4
705,7
-
-
-
29,8 28,0
28,1
35,3
36,9
36,9
57,5
42,3
-
-
-
148,8 139,9 140,3
176,4
184,3
276,6
287,5
289,3
7,8 253,5 304,9
736,8
769,9
923,0
959,4 1.749,6
7,1
7,4
7,4
7,7
5,6
119,6
125,0
125,0
129,9
95,7
20,7 13,4 13,9
PLTS
-
PLTM
-
TOTAL
2020
20,4 21,3 11,9 11,2
-
-
11,2
172,0 189,7 190,3
20,7 33,7 35,2 727,5 957,9 1.039,6 1.533,9 1.602,7 2.087,9 2.189,5 2.888,4
72
4.4.4
Kapasitas Daya Pembangkit Listrik di Provinsi Aceh
Tampak pada gambar 4.6 dan pada tabel 4.18 mulai tahun 2017 ada 11
unit pembangkit listrik yang akan beroperasi di Provinsi Aceh. Diantaranya
adalah Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD), Pembangkit Listrik Tenaga
Uap (PLTU), Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG), Pembangkit Listrik Tenaga
Gas Uap (PLTGU), Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas (PLTMG),
Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), Pembangkit Litrik Mikro-Hidro (PLTM),
Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), Pembangkit Listrik Tenaga Panas
Bumi (PLTP), PLT Biomassa Jagung dan PLT Biomassa Sawit. Di tahun 2022 di
prediksi permintaan energi listrik untuk semua sektor dapat terpenuhi dengan
rasio elektrifikasi 100%. Total daya yang dibangkitkan di akhir tahun simulasi
adalah sebesar 2.595,9 MW dengan total produksi energi sebesar 3.577,8 GWh.
Gambar 4.6 Total Kapasitas Daya Pembangkit Listrik di Provinsi Aceh
73
Tabel 4.18 Kapasitas Daya Pembangkit Listrik di Provinsi Aceh
Pembangkit
PLTA
Kapasitas Daya (MW)
2014 2015 2016 2017 2018
2,6
PLTS
PLTM
2019
2020
2021
2022
2023
2024
2,6
2,6
2,6
90,6
108,6 417,6 417,6 500,6 500,6 1.239,6
4,0
4,0
4,0
4,0
4,0
4,0
4,0
4,0
4,0
4,0
57,8
67,8
67,8
67,8
67,8
67,8
67,8
67,8
PLTU
220,0 220,0 160,0 160,0 174,0 374,0 374,0 374,0 374,0 200,0
PLTG
200,0 200,0 200,0 200,0 200,0 200,0 200,0 100,0 100,0 100,0
PLTMG
4.0
PLTGU
4.0
4.0
4.0
4.0
4.0
4.0
250,0 250,0 250,0 250,0 250,0 140,0 140,0 140,0
PLTD
105,5 105,5 105,5 105,5 105,5 105,5 105,5 105,5 105,5 105,5 105,5
PLTP
PLT
Biomassa
Sawit
PLT
Biomassa
Jagung
Total
4.4.5
4,0
120,0 120,0 130,0 260,0 260,0 390,0 390,0 500,0
10,0
10,0
10,0
20,0
20,0
20,0
30,0
30,0
50,0
50,0
50,0
100,0 100,0 150,0 150,0 205,0
108,1 532,1 532,1 963,9 1061,9 1103,9 1802,9 1802,9 1.855,9 1865,9 2.595,9
Peran Energi Terbarukan Dalam Menekan Pertumbuhan CO2
Tabel 4.19 dan Gambar 4.7 memperlihatkan perbandingan grafik emisi
CO2 dari aktivitas pembangkitan energi listrik. Dari gambar tersebut terlihat
bahwa emisi CO2 yang dihasilkan dari pembangkit listrik konvensional untuk
membangkitkan energi listrik di Provinsi Aceh tanpa peran energi terbarukan
lebih tinggi jika dibandingkan dengan pembangkitan energi listrik yang
melibatkan sumber energi terbarukan. Di tahun 2017 emisi CO2 yang dihasilkan
dari pembangkit listrik tanpa keterlibatan energi terbarukan mencapai 6.103 ribu
ton. Dengan dikembangkannya PLTM, PLTP, PLT Biomassa Jagung dan PLT
Biomassa Sawit di tahun yang sama, emisi CO2 dihasilkan berangsur menurun
menjadi 5.717,9 ribu ton. Untuk menekan pertumbuhan emisi CO2 maka beberapa
pembangkit dilakukan pengurangan kapasitas secara berangsur, diantaranya 60
MW (2017), 200 MW (2020), 174 MW (2024) pada PLTU, 100 MW (2022) pada
PLTG dan 110 MW (2022) pada PLTGU. Kontribusi energi terbarukan dalam
74
menekan pertumbuhan emisi CO2 terlihat sangat signifikan. Dilihat dari angka
pertumbuhan emisi CO2 di tahun 2024 yaitu sebesar 12.631,5 ribu ton. Tanpa
kontribusi energi terbarukan pertumbuhan emisi CO2 ditahun 2024 mampu
mencapai hingga 16.894 ribu ton. Faktor emisi yang membaik ini disebabkan
oleh kontribusi positif dari pemanfaatan panas bumi, biomassa dan tenaga air.
Tabel 4.19 Perbandingan Pertumbuhan Emisi CO2
Skenario
Dasar
Energi
Terbarukan
Pertumbuhan Emisi CO2 (Ribu Ton)
2014
2015
2016
2017
2018
2019
2020
2021
2022
2023
2024
553,5
2.472,5 4.476,0 6.103,0 7.607,2 9.145,6 10.722,4 12.370,0 14.004,9 15.713,9 16.892,0
553,5
2.472,5 4.476,0 5.717,9 6.885,1 8.089,6 9.147,0 10.252,0 11.174,8 12.134,1 12.631,5
Gambar 4.7 Perbandingan Pertumbuhan Emisi CO2
75
4.4.6
Perbandingan Biaya Dari Implementasi Energi Terbarukan
Pada gambar 4.8 dan tabel 4.20 ditampilkan grafik perbandingan biaya
sosial pembangkit listrik dari dua skenario model energi, yaitu skenario dasar
(DAS) dan skenario energi terbarukan (ENE). Total kebutuhan investasi biaya
untuk keseluruhan pembangkit dalam skenario dasar selama periode tahun
2015-2024 adalah sebesar 153.042,2 Milyar Rupiah. Sedangkan total kebutuhan
investasi biaya keseluruhan pembangkit dalam skenario energi terbarukan dalam
periode yang sama untuk memenuhi kebutuhan sarana kelistrikan di Provinsi
Aceh secara keseluruhan adalah sebesar 217.373,1 Milyar Rupiah. Kebutuhan
investasi biaya untuk Pembangkit Listrik Panas Bumi dan Pembangkit Listrik
Biomassa yang mulai dikembangkan pada tahun 2017 masing-masing sebesar
1.069,7 Milyar Rupiah dan 346,6 Milyar Rupiah. Total investasi biaya untuk
pengembangan seluruh pembangkit listrik dengan sumber energi terbarukan
dalam kurun waktu 2015-2024 adalah sebesar 121.258,7 Milyar Rupiah.
Dari grafik terlihat bahwa dari perbandingan biaya sosial dua model
energi menunjukkan bahwa pembangkit dengan sumber energi terbarukan bisa
lebih kompetitif dari pada pembangkit fosil terutama untuk pembangkit PLT
Biomasa, PLTA dan PLTP. Kebutuhan investasi biaya dalam skenario energi
terbarukan cenderung mahal dibandingkan dalam skenario dasar tanpa
pengembangan energi terbarukan. Namun dengan mempertimbangkan kerusakan
lingkungan maka pemilihan pengembangan pembangkit dengan sumber energi
terbarukan menjadi solusi untuk menekan pertumbuhan CO2.
76
Gambar 4.8 Perbandingan Biaya Dari Implementasi Energi Terbarukan
Tabel 4.20 Perbandingan Biaya Dari Implementasi Energi Terbarukan
SKENARIO
Dasar
Social Cost (Milyar Rupiah)
2014
2015
2016
2017
2018
2019
2020
2021
2022
2023
2024
TOTAL
134,9 1.629,3 1.664,0 5.417,5 7.691,8 10.166,0 14.738,5 19.337,8 24.202,3 29.095,5 37.065,4 153.042,2
Energi
134,9 1.629,3 1.664,0 6.675,2 10.211,2 13.947,8 20.520,4 27.123,4 35.238,9 43.438,6 54.890,2 217.373,1
Terbarukan