Perbedaan Routing Menggunakan Routing Information Protocol (RIP) Dengan Open Shortest Path First (OSPF)

CYBERNETICS, Vol.01, No.02, November 2017, pp. 120~130
P-ISSN 2579-9835
E-ISSN 2580-1465


120

Perbedaan Routing Menggunakan Routing Information
Protocol (RIP) Dengan Open Shortest Path First (OSPF)
1

2

Febrianto Sabirin , Ryan Permana
Pendidikan Teknologi Informasi dan Komputer
Pendidikan MIPA dan Teknologi
IKIP PGRI Pontianak
1
2
Email: rinakasaka@gmail.com , ryanpermana.hidayat@gmail.com
Abstrak

Pemilihan protokol routing dalam jaringan akan memungkinkan router yang diatur
secara dinamis untuk bertukan informasi yang ada dalam jaringan. Pertukaran secara dinamis
lebih mudah daripada menggunakan routing statis dan default, akan terjadi perbedaan dalam
hal proses-proses di CPU router dan penggunaan bandwidth dari link jaringan. Saat ini routing
protocol yang digunakan dapat dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu distace vector
routing protocol dan link state routing protocol. Routing Information Protocol (RIP) merupakan
contoh dari distance vector routing protocol sedangkan Open Shortest Path First (OSPF)
merupakan contoh dari link state routing protocol. Penentuan jenis routing protocol yang akan
digunakan dalam sebuah jaringan, tentunya tergantung pada kondisi, tujuan pembentukan
jaringan, serta kebijakan dari pemilik jaringan itu sendiri. Dalam penelitian ini akan
membandingkan kecepatan transfer data dan banyaknya data yang berhasil diterima oleh host
tujuan dengan menggunakan routing RIP dan routing OSPF menggunakan simulator GNS3 dan
ENSP. Hasil penelitian menunjukkan bahwa OSPF memberikan waktu transfer data yang lebih
baik apabila dibandingkan dengan RIP, terdapat perbedaan sebesar 521 milidetik antara OSPF
dengan RIP dengan menggunakan GNS3 sedangkan dengan menggunakan ENSP terdapat
perbedaan 2,33 milidetik. Untuk keberhasilan pengiriman data pada GNS3 routing OSPF lebih
baik dengan hanya kehilangan 2 paket data apabila dibandingkan dengan RIP yang kehilangan
18 paket data sedangkan pada penggunaan ENSP routing OSPF maupun RIP tidak terdapat
kehilangan data.
Kata Kunci: RIP, OSPF, GNS3, ENSP, Link State

Abstract
The selection of the routing protocol in the network will allow routers to dynamically
regulated bertukan information on the network. Dynamically exchange easier than using static
routing and default, there will be a difference in terms of the processes on the router's CPU and
bandwidth usage of the network link. Currently used routing protocols can be classified into two
categories, namely distace vector routing protocol and link state routing protocol. Routing
Information Protocol (RIP) is an example of a distance vector routing protocol while the Open
Shortest Path First (OSPF) is an example of a link state routing protocol. Determination of the
type of routing protocol that will be used in a network, of course, depending on the conditions,
the purpose of networking, as well as the policy of the owner of the network itself. In this study
will compare the speed of data transfer and the amount of data successfully received by the
destination host by using routing using RIP and OSPF routing simulator GNS3 and ENSP. The
results showed that OSPF gives a better data transfer when compared with RIP, there is a
difference of 521 milliseconds between OSPF to RIP using GNS3 while using ENSP there is a
difference 2,33 milliseconds. For successful data delivery in GNS3 OSPF routing better with
only 2 packets of data loss when compared with a loss of 18 RIP data packets while in use
OSPF or RIP routing ENSP there is no data loss.
Keywords: RIP, OSPF, GNS3, ENSP, Link State

Received September 01, 2017; Revised October 10, 2017; Accepted November 01, 2017


121 

E- ISSN 2580-1465

1. Pendahuluan
Pemanfaatan jaringan dalam kehidupan masyarakat sekarang ini sudah semakin
meluas. Hal ini tidak terlepas dari berbagai kemudahan untuk komunikasi dan sharing
resources. Implementasi jaringan membutuhkan berbagai peralatan seperti router dan switch
serta pemahaman akan berbagai teknik, seperti pengalamatan dengan menggunakan IP
address dan juga teknik untuk routing. Router merupakan peralatan jaringan komputer yang
dapat mengantarkan paket data antar jaringan berdasarkan pada IP address. Sedangkan
routing adalah proses mengirimkan paket data dari host tujuan menuju ke host tujuan, yang
dilakukan oleh router.
Untuk mengirimkan paket data sebuah router harus mempunyai informasi yang
diperlukan. Informasi yang diperlukan ini diperoleh dengan dua cara, yaitu secara statis dan
dinamis. Informasi secara statis adalah mekanisme routing berdasarkan tabel routing yang
dikonfigurasi manual. Static route mengharuskan konfigurasi secara manual dan dimaintain
secara terpisah karena tidak melakukan pertukaran informasi tabel routing secara dinamis
dengan beberapa router lainnya.

Untuk informasi secara dinamis diperoleh dari pertukaran routing protocol antar router.
Pertukaran secara dinamis lebih mudah daripada menggunakan routing statis dan default, akan
terjadi perbedaan dalam beberapa proses di CPU router dan penggunaan bandwidth dari link
jaringan. Saat ini routing protocol yang digunakan dapat dikelompokkan menjadi dua kategori,
yaitu distace vector routing protocol dan link state routing protocol. Kedua kelompok ini sudah
tentu mempunyai karakter masing-masing. Routing Information Protocol (RIP) merupakan
contoh dari distance vector routing protocol sedangkan Open Shortest Path First (OSPF)
merupakan contoh dari link state routing protocol. Penentuan jenis routing protocol yang akan
digunakan dalam sebuah jaringan, tentunya tergantung pada kondisi, tujuan pembentukan
jaringan, serta kebijakan dari pemilik jaringan itu sendiri.
RIP menawarkan kemudahan dalam implementasi, baik dari aspek konfigurasi maupun
maupun dari aspek biaya yang harus dikeluarkan, tetapi waktu untuk converged di jaringan
menjadi lebih lama sedang implementasi OSPF membuat waktu untuk converaged menjadi
lebih cepat, meskipun konfigurasi dan implementasinya dirasakan lebih sulit.
Untuk implementasi pembuatan jaringan baik dengan routing OSPF ataupun RIP dapat
menggunakan GNS3 atau ENSP. GNS3 dan ENSP merupakan perangkat lunak yang dapat
digunakan untuk mensimulasikan jaringan yang akan dibuat baik untuk jaringan besar ataupun
kecil.
GNS3 merupakan perangkat lunak open source yang telah dapat mensimulasikan
jaringan yang kompleks pada router-router Cisco cukup menggunakan Cisco IOS simulator

sedangkan ENSP merupakan perangkat lunak simulasi gratis yang dikembangkan oleh Huawei
untuk mensimulasikan jaringan yang menggunakan perangkat dari Huawei.
Kedua perangkat lunak ini dapat menunjukkan jaringan yang nyata sehingga
memungkinkan pemakai untuk melakukan operasi perangkat dan belajar mengenai teknologi
jaringan tanpa menggunakan perangkat lunak yang sebenarnya.
Dengan menggunakakan sebuah jaringan yang terdiri dari delapan buah router yang
saling terhubung secara dinamis, akan dilakukan pengujian untuk mengukur performance dari
kedua jenis routing dinamis ini. Pengukuran performance akan menggunakan paramter
kecepatan pengiriman paket data dan packet loss.
a. Topologi Jaringan
Sebuah topologi jaringan berbasiskan pada cara penghubungan sejumlah node atau
sentral yang membentuk suatu sistem jaringan. Topologi jaringan memiliki berbagai macam
jenis yang banyak digunakan saat ini, yaitu: topologi bus, topologi ring, topolofi start, topologi
mesh, dan topologi tree. (Iwan, 2010). Berikut jenis topologi jaringan:

CYBERNETICS Vol. 01, No. 02, November 2017 : 120 – 130

CYBERNETICS

E-ISSN 2580-1465


 122

Gambar 1. Topologi jaringan
Berdasarkan bentuk topologi fisik, topologi yang digunakan berupa topologi mesh.
Topologi mesh adalah suatu bentuk hubungan antar perangkat dimana setiap perangkat
terhubung secara langsung ke perangkat lainnya yang ada di dalam jaringan. Akibatnya, dalam
topologi mesh setiap perangkat dapat berkomunikasi langsung dengan perangkat yang dituju
(dedicated links).Adapun topologi jaringan yang digunakan adalah sebagai berikut :

Gambar 2. Topologi jaringan
b. Router
Router adalah suatu alat/program yang mengarahkan paket-paket data dalam jaringan
hingga mencapai tujuannya. Dalam melakukan tugasnya, router menggunakan “algoritma
routing” untuk menentukan rute terbaik dalam proses penghataran paket data tersebut. Rute
terbaik ditentukan oleh berbagai faktor, antara lain „hop‟ (lintasan yang dilalui paket data dari
satu router ke router lain suatu jaringan)
Router merupakan device layer 3 karena membuat keputusan dalam meneruskan paket
data berdasarkan alamat IP tujuan yang terdapat pada paket data yang diterimanya. Router
memiliki routing table yang berisi alamat dari network yang terhubung dengannya.

c. Routing Protocol
Routing Protocol merupakan aturan dalam melakukan pertukaran informasi routing.
Routing digunakan untuk proses pengambilan sebuah paket dari sebuah devicedan
mengirimkannya melalui network ke device lain pada sebuah network. Semua routing protocol
bertujuan mencari rute tersingkat untuk mencapai tujuan dan mempunyai cara sendiri dalam
proses pengiriman paket.
d. Routing Information Protocol (RIP)
Routing Information Protocol (RIP) adalah sebuah protokol routing dinamis yang
digunakan dalam jaringan LAN (Local Area Network) dan WAN (Wide Area Network). Oleh
karena itu protokol ini diklasifikasikan sebagai Interior Gateway Protocol (IGP). Protokol ini
menggunakan algoritma Distance-Vector Routing. Pertama kali didefinisikan dalam RFC 1058
Perbedaan Routing Menggunakan Routing Information Protocol (RIP) Dengan Open Shortest
Path First (OSPF) (Febrianto Sabirin & Ryan Permana)

123 

E- ISSN 2580-1465

(1988). Protokol ini telah dikembangkan beberapa kali, sehingga terciptalah RIP Versi 2 (RFC
2453). Kedua versi ini masih digunakan sampai sekarang, meskipun begitu secara teknis

mereka telah dianggap usang oleh teknik-teknik yang lebih maju, seperti Open Shortest Path
First (OSPF) dan protokol OSI IS-IS. RIP juga telah diadaptasi untuk digunakan dalam jaringan
IPv6, yang dikenal sebagai standar RIPng (RIP Next Generation / RIP generasi berikutnya).
RIP adalah routing vektor jarak-protokol, yang mempekerjakan hop sebagai metrik
routing. Protokol RIP memiliki tingkat kompleksitas komputasional yang lebih rendah, sehingga
konsumsi sumber daya memorinya juga lebih rendah. Akan tetapi, konsekuensi yang
ditimbulkan dari hal tersebut adalah bahwa penggunaan RIP hanya terbatas pada jaringan
menengah ke bawah dengan jumlah host yang tidak terlalu besar. Jumlah maksimum hop
diperbolehkan untuk RIP adalah 15 kali lompatan (Edward & Bramante,2009). Batas hop ini,
bagaimanapun, juga membatasi ukuran jaringan yang dapat mendukung RIP. Sebuah hop 16
adalah dianggap jarak yang tak terbatas dan tidak dapat diakses.
Awalnya setiap router RIP mentransmisikan / menyebarkan pembaruan(update) penuh
setiap 30 detik. Pada awal penyebaran, tabel routing cukup kecil bahwa lalu lintas tidak
signifikan. Seperti jaringan yang tumbuh dalam ukuran, bagaimanapun, itu menjadi nyata
mungkin ada lalu lintas besar-besaran meledak setiap 30 detik, bahkan jika router sudah
diinisialisasi secara acak kali. Diperkirakan, sebagai akibat dari inisialisasi acak, routing update
akan menyebar dalam waktu,
Namun Sally Floyd dan Van Jacobson menunjukkan pada tahun 1994 bahwa, tanpa
sedikit pengacakan dari update timer, penghitung waktu disinkronkan sepanjang waktu dan
mengirimkan update pada waktu yang sama. Implementasi RIP modern disengaja

memperkenalkan variasi ke update timer interval dari setiap router. Jika terjadi perubahan pada
jaringan, sementara timer belum habis, perute tetap harus mengirimkan informasi perutean
karena dipicu oleh perubahan tersebut (triggered update). Dengan demikian, perute dalam
jaringan dapat dengan cepat mengetahui perubahan yang terjadi dan meminimalkan
kemungkinan kalang loop (routing loop) terjadi.
e. Open Shortest Path First
OSPF (Open Shortest Path First) merupakan sebuah routing protokol berjenis IGRP
(InteriorGateway Routing Protocol) yang hanya dapat bekerja dalam jaringan internal suatu
ogranisasi atau perusahaan. Jaringan internal maksudnya adalah jaringan di mana masih
memiliki hak untuk menggunakan, mengatur, dan memodifikasinya. Atau dengan kata lain,
masih memiliki hak administrasi terhadap jaringan tersebut. Jika sudah tidak memiliki hak untuk
menggunakan dan mengaturnya, maka jaringan tersebut dapat dikategorikan sebagai jaringan
eksternal.
OSPF juga merupakan routing protokol yang berstandar terbuka. Maksudnya adalah
routing protokol ini bukan ciptaan dari vendor manapun. Dengan demikian, siapapun dapat
menggunakannya, perangkat manapun dapat kompatibel dengannya, dan di manapun routing
protokol ini dapat diimplementasikan. OSPF merupakan routing protokol yang menggunakan
konsep hirarki routing, artinya OSPF membagi-bagi jaringan menjadi beberapa tingkatan.
Tingkatan-tingkatan ini diwujudkan dengan menggunakan sistem pengelompokan area.
Dengan menggunakan konsep hirarki routing ini sistem penyebaran informasinya

menjadi lebih teratur dan tersegmentasi, tidak menyebar ke sana ke mari dengan
sembarangan. Efek dari keteraturan distribusi routing ini adalah jaringan yang penggunaan
bandwidth-nya lebih efisien, lebih cepat mencapai konvergensi, dan lebih presisi dalam
menentukan rute-rute terbaik menuju ke sebuah lokasi. OSPF merupakan salah satu routing
protokol yang selalu berusaha untuk bekerja demikian. Teknologi yang digunakan oleh routing
protokol ini adalah teknologi Link State yang memang didesain untuk bekerja dengan sangat
efisien dalam proses pengiriman update informasi rute. Hal ini membuat routing protokol OSPF
menjadi sangat cocok untuk terus dikembangkan menjadi network berskala besar. Pengguna
OSPF biasanya adalah para administrator jaringan berskala sedang sampai besar. Jaringan
dengan jumlah router lebih dari sepuluh buah, dengan banyak lokasi-lokasi remote yang perlu
juga dijangkau dari pusat, dengan jumlah pengguna jaringan lebih dari lima ratus perangkat
komputer, mungkin sudah layak menggunakan routing protocol ini.

CYBERNETICS Vol. 01, No. 02, November 2017 : 120 – 130

CYBERNETICS

E-ISSN 2580-1465

 124


f.

GNS3
GNS3 (www.gns3.net) adalah software simulator jaringan berbasis grafis yang
memungkinkan kita melakukan simulasi / percobaan pada jaringan, bahkan yang rumit
sekalipun. GNS3 bahkan bisa diintegrasikan ke jaringan fisik (misalnya laboratorium komputer).
Untuk dapat melaksanakan simulasi secara lengkap, GNS3 sangat terkait pada software
pendukungnya yaitu (Detrias 2013):
1. Dynamips, suatu program yang menyediakan emulasi terhadap file image Cisco IOS.
2. Dynagen, front-end teks utk Dynamips.
3. Qemu, program virtualisasi / emulasi berbasis teks.
4. VPCS (Virtual PC Simulator), freeware yang dapat mengemulasikan PC.
GNS3 merupakan aplikasi pelengkap yang baik bagi teknisi jaringan, administrator
jaringan atau para pembelajar CCNA, CCNP, dan lainnya. GNS3 dirilis dalam proyek open
source dan tersedia dalam berbagai platform OS, seperti Windows, Linux dan MAC OSX.
Beberapa fitur GNS3:
1. Mendukung desain jaringan bertopologi sederhana dan rumit.
2. Mampu melakukan emulasi platform router Cisco IOS, IPS, PIX dan firewall ASA,
JunOS.
3. Mampu melakukan simulasi ethernet switch sederhana, ATM dan Frame Relay.
4. Dapat dihubungkan ke jaringan fisik.
5. Dapat diintegrasikan dengan wireshark (tools packet capture/analyzer) untuk analisa
traffic jaringan.
g. ENSP
Enterprise Network Simulation Platform (eNSP) adalah simulasi jaringan yang
dikembangkan oleh Huawei yang mana simulasi tersebut gratis dan terukur. Simulasi Huawei
memberikan gambaran terkait dengan router dan switch dengan desain seperti aslinya
(menunjukkan jaringan secara nyata). eNSP dapat mensimulasikan jaringan yang berukuran
besar dan memungkinkan pengguna untuk menjalankan perangkat operasi. Pengguna dapat
belajar terkait teknologi jaringan tanpa harus menggunakan real devices.
h. Pengujian Status Koneksi
Untuk melakukan pengecekkan status koneksi antar router maka dapat menggunakan
perintah “PING” atau “TRACEROUTE” ke alamat IP tujuan. Hal ini dilakukan untuk menguji rute
antara host awal ke host tujuan, karena terkadang jalur yang digunakan dalam keadaan sibuk
atau membutuhkan waktu yang lebih besar dari waktu timeout yang diberikan.
i.

Ping Time Average (PTA)
Ping adalah sebuah utilitas yang digunakan untuk memeriksa konektivitas antar
jaringan melalui sebuah protokol Transmission Control Protocol/Internet Protocol (TCP/IP)
dengan cara mengirim sebuah paket Internet Control Message Protocol (ICMP) kepada alamat
IP yang hendak diuji coba konektivitasnya.
Utilitas ping akan menunjukkan hasil yang positif jika dua buah komputer saling
terhubung di dalam sebuah jaringan. Hasil berupa statistik keadaan koneksi kemudian
ditampilkan di bagian akhir. Kualitas koneksi dapat dilihat dari besarnya waktu pergi-pulang
(roundtrip) dan besarnya jumlah paket yang hilang (packet loss). Semakin kecil kedua angka
tersebut, semakin bagus kualitas koneksinya.
Ping bekerja dengan mengirimkan sebuah paket data dengan ukuran 100 byte dan
waktu timeout selama 2 detik. Pada saat melakukan ping dari hostawal ke host tujuan maka
akan menampilkan waktu yang diperlukan dalam satuan milisecond. Penggunaan ping yaitu
dengan mengetikkan “ping” disertai ip tujuan.
j.

Time To Live (TTL)
Time To Live adalah suatu nilai waktu yang disematkan dalam paket data yang
dikirimkan melalui jaringan TCP/IP untuk menyatakan berapa lama paket tersebut bisa
beredar/berjalan dii dalam jaringan. Nilai tersebut akan memberitahukan kepada router apakah
paket tersebut harus diteruskan ke router selajutnya (next hop router) atau dihapus.
Perbedaan Routing Menggunakan Routing Information Protocol (RIP) Dengan Open Shortest
Path First (OSPF) (Febrianto Sabirin & Ryan Permana)

125 

E- ISSN 2580-1465

Untuk mendapat nilai TTL dapat menggunakan perintah traceroute yang sekaligus
menunjukkan jalur router yang dilewati oleh paket yang dikirimkan ke host tertentu. Traceroute
akan mengirimkan tiga paket traceroute mengirimkan paket yang memiliki TTL satu, maka
sesampainya paket tersebut pada router pertama (menghasilkan loncatan yang pertama) TTL
akan dikurangi dengan satu sehingga menjadi 0 kemudian paket tersebut akan di drop.
Berikutnya router tersebut akan mengirimkan paket ICMP ke komputer yang berisi
pemberitahuan bahwa TTL dari paket yang kita kirimkan sudah habis dan paket yang kita
kirimkan di drop. Dari pesan ini, traceroute dapat menentukan nama router tempat data kita
meloncat dan berapa waktu yang dibutuhkannya. Berikutnya traceroute akan mengirimkan
paket dengan nilai TTL yang ditambah satu demi satu sampai host tujuan dicapai. Karena itu
traceroute menggunakan port yang tidak dipakai oleh servis lain sehingga paket yang dikirim
mendapat respon dan tidak „dimakan‟ oleh servis lain yang mungkin ada.
2. Metode Penelitian
Metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1 Studi kepustakaan yaitu dengan mengumpulkan membaca dan mempelajari buku-buku, ebook, dan sumber-sumber data lainnya yang berhubungan dengan jaminan kualitas
perangkat lunak.
2 Analisis komparatif yaitu salah satu teknik analisis kuantitatif yang digunakan untuk
menguji hipotesis mengenai ada atau tidaknya perbedaan antar variabel atau sampel yang
diteliti. Jika ada perbedaan, apakah perbedaan itu signifikan ataukah perbedaan itu hanya
kebetulan saja. Dalam analisis komparatifakan dilakukan perbandingan antar mean satu
atau dua sampel dengan menggunakan Uji-T atau T-Test.
Pada percobaan ini terdapat kelompok yaitu kelompok yang menggunakan routing
OSPF dan kelompok lainnya menggunakan routing RIP. Percobaan dilakukan dengan
menggunakan perangkat lunak GNS 3 versi 0.8.6 dan ENSP V 1.200 dengan sistem operasi
Windows 8 dan perangkat keras berupa laptop dengan spesifikasi processor Intel Dual Core
P2600 2,13 GHz, RAM 2 GB. Pengujian dilakukan dengan menggunakan perintah “ping” dan
“tracingroute” untuk mendapatkan 30 buah data pada masing-masing routing protocol.
3

Hasil dan Analisis
Desain jaringan dalam penelitian ini menggunakan 8 buah router. Analisis dilakukan
berdasarkan waktu pengiriman data dengan menggunakan tracingroute dan jumlah paket yang
hilang dengan menggunakan ping. Paket data akan dikirim dari Router A dengan alamat IP
192.168.10.2 ke Router H dengan alamat IP 192.168.40.2. Adapun pengaturan ip pada
masing-masing router adalah sebagai berikut :

No
1
2

3

4

5

Tabel 1. Antarmuka konfigurasi router
Router
Int
INT
IP
GNS3 ENSP
A
f0/0 GE0/0/0 192.168.10.2/24
lo 0 lo 0
1.1.1.1
B
f0/0 GE0/0/0 192.168.10.1/24
f1/0 GE0/0/1 172.50.10.1/24
f2/0 GE0/0/2 172.50.20.2/24
f3/0 GE0/0/3 20.20.20.1/24
lo 0 lo 0
2.2.2.2
C
f0/0 GE0/0/0 172.50.10.2/24
f1/0 GE0/0/1 172.50.30.1/24
f2/0 GE0/0/2 10.10.10.1/24
lo 0 lo 0
3.3.3.3
D
f0/0 GE0/0/0 172.50.20.2/24
f1/0 GE0/0/1 172.50.40.1/24
f2/0 GE0/0/2 30.30.30.1/24
lo 0 lo 0
4.4.4.4
E
f0/0 GE0/0/0 172.50.30.2/24
f1/0 GE0/0/1 192.168.20.1/24
lo 0 lo 0
5.5.5.5

CYBERNETICS Vol. 01, No. 02, November 2017 : 120 – 130

CYBERNETICS

E-ISSN 2580-1465
No

Router

6

F

7

G

8

H

 126

Int
INT
IP
GNS3 ENSP
f0/0 GE0/0/0 30.30.30.2/24
f1/0 GE0/0/1 20.20.20.2/24
f2/0 GE0/0/2 10.10.10.2/24
f3/0 GE0/0/3 192.168.30.1.24
lo 0 lo 0
6.6.6.6
f0/0 GE0/0/0 172.50.40.2/24
f1/0 GE0/0/1 192.168.40.1/24
lo 0 lo 0
7.7.7.7
f0/0 GE0/0/0 192.168.40.2/24
f1/0 GE0/0/1 192.168.30.2/24
f2/0 GE0/0/2 192.168.20.2/24
lo 0 lo 0
8.8.8.8

Gambar 3. Host sumber dan host tujuan
3.1.

Perbandingan Packet Loss
Pengujian yang dilakukan pada routing dengan RIP dan OSPF akan mencoba
mengirimkan data dari router A dengan IP 192.168.10.1 menuju router H dengan IP
192.168.40.2. Pengujian ini dilakukan untuk melihat berapa banyak paket data yang berhasil
diterima oleh router tujuan. Untuk mengetahui berapa banyak paket data yang berhasil terkirim
ke host tujuan digunakan perintah ping sebanyak 10 kali untuk mendapat 30 data.
Hasil routing RIP dari router A dengan menggunakan GNS3 dapat terlihat pada gambar
4 dibawah ini :.

Gambar 4. Rute IP dari Router A dengan GNS3
Hasil pengujian pengiriman paket data dengan menggunakan “ping” terdapat 18 buah
paket yang gagal dari 30 paket data yang dikirim. Hal ini menunjukkan pada penggunaan router
RIP terdapat kemungkinan kehilangan paket data sebesar 60%. Hal ini terjadi karena paket
data yang dikirim melebihi waktu timeout yang disediakan yaitu 2 detik.
Hasil routing OSPF dari router A dengan menggunakan GNS3 dapat terlihat pada
gambar 5 dibawah ini :.
Perbedaan Routing Menggunakan Routing Information Protocol (RIP) Dengan Open Shortest
Path First (OSPF) (Febrianto Sabirin & Ryan Permana)

127 

E- ISSN 2580-1465

Gambar 5. Rute IP pada Router A
Hasil pengujian pengiriman paket data dengan menggunakan “ping” didapatkan 2 paket
yang gagal dari 30 paket data yang dikirim. Hal ini menunjukkan pada penggunaan router
OSPF terdapat kemungkinan kehilangan paket data sebesar 6.67%. Jumlah yang jauh lebih
kecil apabila dibandingkan kehilangan paket data dengan menggunakan RIP yang memiliki
kemungkinan kehilangan data sebesar 60%. Grafik perbandingan data tersebut dapat dilihat
pada gambar 6.

Packet Loss Comparison
On GNS3
80.00%
60.00%

60.00%

40.00%
6.67%

20.00%
0.00%
RIP

OSPF

Gambar 6. Persentase perbandingan dengan GNS3
Untuk routing RIP dari Router A dengan
gambar 7.

menggunakan ENSP dapat dilihat pada

Gambar 7. Pengujian routing RIP
Sedangkan routing OSPF dari Router A dengan menggunakan ENSP dapat dilihat pada
gambar 8.
CYBERNETICS Vol. 01, No. 02, November 2017 : 120 – 130

CYBERNETICS

 128

E-ISSN 2580-1465

Gambar 8. Pengujian routing OSPF
Hasil pengujian pengiriman paket data dengan menggunakan “ping” tidak terdapat
paket yang gagal dari 30 paket data yang dikirim. Hal ini menunjukkan pada penggunaan router
OSPF dan router RIP di ENSP tidak terdapat perbedaan dibandingkan dengan pengiriman yang
dilakukan pada GNS3. Grafik perbandingan data tersebut dapat diihat pada gambar 9.

Packet Loss
Comparison On ENSP
100.00%
0.00%

0.00%

RIP

OSPF

0.00%
Gambar 9. Persentase perbandingan dengan ENSP
3.2.

Perbandingan Kecepatan Transfer
Pengujian perbandingan kecepatan dilakukan dengan menghitung waktu TTL dengan
melakukan traceroute sebanyak 10 kali pada masing-masing jenis routing sehingga didapatkan
waktu untuk 30 paket data.
Untuk rata-rata waktu yang dibutuhkan masing-masing routing untuk mengirimkan data
dari Router A menuju Router H dengan GNS3 pada protokol RIP adalah 1994,97 ms. Dengan
menggunakan traceroute diketahui bahwa untuk mengirimkan dari Router A ke Router H akan
melalui 4 buah router yaitu Router B, D, G, dan H. Kecepatan tersebut dapat dlihat pada
gambar 10.

Gambar 10. Kecepatan RIP

Perbedaan Routing Menggunakan Routing Information Protocol (RIP) Dengan Open Shortest
Path First (OSPF) (Febrianto Sabirin & Ryan Permana)

129 

E- ISSN 2580-1465

Sedangkan rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk mengirimkan paket data Router A
menuju Router H dengan GNS3 pada protokol OSPF adalah 1473.2 ms. Dengan menggunakan
traceroute diketahui bahwa untuk mengirimkan dari Router A ke Router H akan melalui 3 buah
router yaitu Router B, F dan H. Kecepatan tersebut dapat dlihat pada gambar 11.

Gambar 11. Kecepatan OSPF
Dari hasil perhitungan didapatkan ada perbedaan sebesar 521 milidetik yang secara
signifikan terdapat perbedaan waktu pengiriman data melalui RIP dengan OSPF, dengan OSPF
memiliki waktu yang lebih singkat. Perbandingan data tersebut dapat dilihat pada gambar 12.

TTL Comparison On
GNS3
2500
2000
1500
1000
500
0

1994.97
1473.2

RIP

OSPF

Gambar 12. Rata-rata waktu pengiriman data
Sedangkan untuk rata-rata waktu yang dibutuhkan masing-masing routing untuk
mengirimkan data dari Router A menuju Router H dengan ENSP pada protokol RIP adalah 128
ms. Dengan menggunakan traceroute diketahui bahwa untuk mengirimkan dari Router A ke
Router H akan melalui 3 buah router. Kecepatan tersebut dapat dlihat pada gambar 13.

Gambar 13. Rata-rata waktu dengan RIP
Untuk rata-rata waktu yang dibutuhkan masing-masing routing untuk mengirimkan data
dari Router A menuju Router H dengan ENSP pada protokol OSPF adalah 125,667 ms.
Dengan menggunakan traceroute diketahui bahwa untuk mengirimkan dari Router A ke Router
H akan melalui 3 buah router. Kecepatan tersebut dapat dlihat pada gambar 14.

Gambar 14. Rata-rata waktu dengan OSPF
CYBERNETICS Vol. 01, No. 02, November 2017 : 120 – 130

CYBERNETICS

 130

E-ISSN 2580-1465

Dari hasil perhitungan didapatkan ada perbedaan sebesar 2,33 milidetik yang tidak
signifikan. Sehingga perbedaan waktu pengiriman data melalui RIP dengan OSPF hanya
berlaku untuk percobaan ini saja. Perbandingan grafik pengiriman data melalui RIP dan OSPF
dapat dilihat pada gambar 15.

TTL Comparison On
GNS3
130
128

128
126

126
124
RIP

OSPF

Gambar 15. Perbandingan waktu antara RIP dengan OSPF

4

Kesimpulan
Berdasarkan dari percobaan maka disimpulkan sebagai berikut:
1. Terdapat perbedaan jumlah paket data yang hilang pada saat mengirimkan data dari
Router A ke Router B dengan menggunakan GNS3 sedangkan dengan menggunakan
ENSP tidak terdapat perbedaan paket data yang hilang
2. Terdapat perbedaan waktu pengiriman data yang signifikan dengan menggunakan GNS3
sedangkan dengan menggunakan ENSP tidak terdapat perbedaan yang signifikan.
3. Secara performa ENSP lebih baik dari pada GNS3 apabila dilihat dari paket data yang
berhasil dikirim dan waktu pengiriman data.

Daftar Pustaka
[1]

Ayub, N., et al., “Performance Analysisof OSPF and EIGRP Routing Protocols with
Respect to The Converged”, European Journal of Scientific Research. Volume 6, 2011.

[2]

Binanto, Iwan. 2010. “Multimedia Digital - Dasar Teori dan Pengembangannya”. Andi
Publisher: Yogyakarta

[3]

Edward, J., & Bramante, R. 2009. “Networking Self Teaching Guide.Indianapolis”. Willey
Publishing

[4]

Forouzan, Behrouz., “Data Communication and Network Fifth Edition” McGraw-Hill,2012.

[5]

Setiawan, A., Sevani, N., “Perbandingan Quality of Service antara Routing Information
Protocol (RIP) dengan Open Shortest Path First (OSPF)” Jurnal Teknik dan Ilmu
Komputer, 2012.

[6]

Soujanya. B., Sitamahalakshmi, T., and Divakar, C.H., “Study of Routing Protocols in
Mobile Ad-Hoc Network”, International Journal of Engineering Science and Technology,
Volume 3, 2011

Perbedaan Routing Menggunakan Routing Information Protocol (RIP) Dengan Open Shortest
Path First (OSPF) (Febrianto Sabirin & Ryan Permana)