Perbedaan Kejadian Flour Albus Pathologis Antara Yang Menggunakan dengan Yang Tidak Menggunakan Sabun Antiseptik Daun Sirih Pada WUS di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Lulut Tahun 2014 Nurul Hikmah, S.ST.Keb Akademi Kebidanan Bunga Kalimantan Latar Belakan
Perbedaan Kejadian Flour Albus Pathologis Antara Yang Menggunakan dengan Yang Tidak
Menggunakan Sabun Antiseptik Daun Sirih Pada WUS di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai
Lulut Tahun 2014
Nurul Hikmah, S.ST.Keb
Pada studi kasus fisiologi refroduksi, banyak wanita yang mengeluhkan keputihan (Fluor Albus) dan dirasakan tidak nyaman, gatal dan berbau, bahkan terkadang perih. Setelah banyak penelitian yang berkambang berkaitan dengan organ reproduksi wanita, ternyata berkaitan dengan kebiasaan sehari- hari ( Maharani, 2009).
Albus.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada bulan November 2014, kepada 10 wanita usia subur di wilyah kerja Puskesmas Sungai Lulut Tahun 2014, dengan cara wawancara, diperoleh hasil bahwa dari 10 wanita usia subur, yang menggunakan sabun antiseptik daun sirih sebanyak 4 orang (40%), 2 orang (50%), mengalami Fluor Albus Patologis dan 2 orang (50%), mengalami Fluor Albus Fisiologis ; yang tidak menggunakan sabun anti septik daun sirih sebanyak 6 orang (60%), 5 orang (85,7%) mengalami Fluor Albus Fisiologis dan 1 orang (14,3%) tidak mengalami Fluor
Albus patologis ( Data KIA Puskesmas Sungai Lulut, 2012-2014).
Pada tahun 2014, dari 37 orang yang mengalami Fluor Albus, sebanyak 23 orang , (62,2%) wanita usia subur mengalami Fluor
Fluor Albus, sebanyak 51 orang (91%) wanita usia subur mengalami Fluor Albus Patologis.
sebanyak 9 orang (81%) wanita usia subur mengalami Fluor Albus Patologis. Pada tahun 2013 dari 56 orang mengalami
Albus,
Data kejadian keputihan Fluor Albus di wilayah kerja Puskesmas Sungai Lulut tahun 2012, dari 11 orang yang mengalami Fluor
Meskipun keputihan (Fluor Albus ) termasuk penyakit yang sederhana, kenyataannya keputihan (Fluor Albus) tidak mudah disembuhkan. Menurut maharani, (2009), lebih dari 75% wanita di indonesia mengalami keputihan (Fluor Albus), paling tidak satu kali dalam hidupnya. Hal ini berkaitan dengan cuaca yang lembab, yang mempermudah berkembangnya infeksi jamur dan bakteri patogen.
mengakibatkan kemandulan dan hamil di luar kandungan, keputihan juga merupakan gejala awal dari kanker leher rahim yang dapat berakhir dengan kematian (Sugi,2009).
Akademi Kebidanan Bunga Kalimantan
Latar BelakangAlbus ) yang tidak segera di tangani akan
Banyak wanita indonesia yang tidak tahu tentang keputihan (Fluor Albus), sehingga mereka menganggap sebagai hal yang umum dan kurang penting. Padahal keputihan (Fluor
Trichomoniasis, Vaginosis Bacterial, Candidiasis, Vulvovaginitis, Gonorrhoe, Clamydia, Sifilis (Varney, 2006).
) fisiologis menyebabkan kurang bersihnya alat kelamin, dan sebagai mekanisme untuk menolak adanya bakteri didalam organ refroduksi ( Boyke, 2010). Beberapa penyakit infeksi pada organ refroduksi wanita dalah
Albus
yang ditandai oleh keluarnya cairan dari organ refroduksi dan berupa darah. Keputihan (Fluor Albus) di bagi menjadi dua jenis, yaitu keputihan fisiologis dan patologis (Boyke, 2010). Keputihan (Fluor Albus) fisiologis maupun patologis harus segera diobati karena masing- masing membawa pengaruh bagi kesehatan. Keputihan (Fluor
Fluor Albus ) adalah suatu gejala penyakit
Keputihan ( Leukora, White Discharge,
Pada era globlisasi dan modernisasi ini telah terjadi perubahan dan kemajuan disegala aspek dalam menghadapi perkembangan lingkungan, kesehatan dan kebersihan, dimana masyarakat khusunya wanita, dituntut untuk selalu menjaga kebersihan fisik dan organ tubuhnya. Salah satu organ tubuh yang paling penting dan sensitif serta memerlukan perawatan khusus adalah organ refroduksi (Maharani,2009).
Berdasarkan data di atas, menunjukkan bahwa masih tingginya kejadian Fluor Albus yaitu sebesar 81% dari target 100% pada wanita usia subur di wilayah kerja Puskesmas Sungai Lulut pada tahun 2012, 91% dari target 100% pada tahun 2013, dan 62,2% dari target 100% pada tahun 2014, serta berdasarkan studi pendahuluan pada bulan November tahun 2014.
Keputihan (Fluor Albus) disebabkan oleh faktor endogen dari dalam tubuh dan faktor eksogen dari luar tubuh, keduanya saling mempengaruhi. Faktor endogen yaitu kelainan pada lubang kemaluan. Faktor eksogen di bedakan menjadi dua, yaitu infeksi dan non infeksi. Faktor infeksi yaitu bakteri, jamur, parasit, virus sedangkan faktor non infeksi adalah masuknya benda asing ke dalam vagina, baik sengaja atau tidak (pemakain kontrasepsi IUD), cebok tidak bersih, daerah sekitar kemaluan lembab, kondisi tubuh, kelainan endokrin (pada penderita diabetes melitus) atau hormon,
menopause, stres, kelelahan kronis,
peradangan alat kelamin, adanya penyakit dalam organ refroduksi seperti kanker leher rahim ( Maharani, 2009). Selain itu, menggunakan WC umum yang tercemar bakteri clamydia, hubungan dengan pria yang membawa bakteri neissaria gonorrhoe (katharini,2009).
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada masa usia subur di wilayah kerja Puskesmas Sungai Lulut bulan November tahun 2014, penyebab Fluor
Albus yaitu setelah buang air kecil atau buang
air besar tidak dikeringkan dengan tisu, sehingga daerah organ intim menjadi lembab; pakaian celana dalam yang lembab, tidak segera diganti; menggunakan celana jeans, banyak yang tidak menggunakan sabun anti septik daun sirih untuk membersihkan organ intim. Antiseptik daun sirih mampu mejaga keseimbangan pH di vagina, sekaligus meningkatkan pertumbuhan floral normal dan menghambat pertumbuhan jamur, bakteri, parasit yang tidak bersahabat.
Keputihan (Fluor Albus ) dapat mengakibatkan kemandulan (infertile) dan hamil di luar kandungan, dikarenakan terjadi penyumbatan pada saluran tuba. Keputihan juga merupakan gejala awal dari kanker leher rahim yang merupakan pebunuh nomer satu bagi wanitadengan angka insiden kanker serviks, diperkirakan mencapai 100 per
100,000 penduduk per tahun, yang dapat berakhir dengan kematian (Katharini, 2009).
Apabila banyak wanita yang infertile, maka angka kelahiran bayi, yang merupakan calon penerus generasi bangsa, akan berkurang, menurunnya angka kelahiran ini, menyebabkan berkurangnya calon penerus generasi bangsa yang akan memberikan dampak terhadap pembangunan bangsa itu sendiri. Pada akhirnya, akan memberikan dampak menurunkan mutu kehidupan (LP3M, 2010).
Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah keputihan (Fluor Albus) adalah dengan membersihkan organ intim dengan pembersih yang tidak menggangu kestabilan pH di sekitar Vagina, sekaligus meningkatkan pertumbuhan flora normal dan menekan pertumbuhan bakteri yang tidak bersahabat. Menghindari pemakaian bedak pada organ kewanitaan karena bedak memiliki partikel halus yang mudah terselip, akhirnya mengundang jamur dan bakteri.
Selain hal tersbut di atas, yanitu selalu mengeringkan bagian
Vagina
sebelum berpakaian, menggunakan celana dalam yang kering, apabila basah atau lembab, segera mengganti dengan yang bersih dan belumdi pakai, menggunakan celana dalam yang bahannya menyerap keringat, seperti katun. Pakian luar juga perlu di perhatikan. Celana jeans tidak di anjurkan karena pori-porinya sangat rapat. Pilihlah rok dan celana dengan bahan bukan jeans, agar sirkulasi udara di sekitar organ intim bergerak leluasa, sering mengganti pebbalut ketika menstruasi (Decha, 2009).
Mengingat keputihan (Fluor Albus) dapat mengakibatkan kemandulan, hamil diluar kandungan serta kanker leher rahim yang dapat berakhir dengan kematian, jika tidak segera ditangani. Menurut peneliti hal tersebut belum pernah dilakukan penelitian dan memungkinkan untuk dilakukan penelitian oleh peneliti. Penelitian ini memberikan manfaat yang sangat besar bagi wanita, masyarakat, institusi pendidikan, peneliti. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengetahui, perbedaan kejadian Fluor
Albus patologis antara yang menggunakan
dengan yang tidak menggunakan sabun antiseptik daunsirih pada wanita usia subur di wilyah kerja puskesmas sungai lulut tahun manis, kista atau penyakit organ 2014. refroduksi lainnya). Rumus besar sampel dalam peneltian ini adalah sebagai berikut :
METODE
3.1 Rancangan Penelitian
Rancangan dalam penelitian ini di Perhitungan besar sampel penelitian jelaskan berdasarkan berbagai perspektif adalah : yaitu :
1. lingkup penelitian, Berdasarkan menggunakan rancangan penelitian
inferensial.
2. Berdasarkan penelitian, termasuk jenis penelitian lapangan 3. tempat penelitian,
Berdasarkan termasuk jenis rancangan
“cross sectional”.
teknik pengambilan sampel dalam 4. Berdasarkan cara pengumpulan data, penelitian ini yaitu secara non probality termasuk jenis observasi.
sampling dengan jenis consecitive 5.
Berdasarkan ada tidaknya perlakuan, sampling. termasuk jenis rancangan penelitian
3.3 Variabel Penelitian dan Defenisi “ekspost facto”. oprasional
6. tujuan penelitian, Berdarakan Variabel dalam penelitian ini dibedakan termasuk jenis analitik komparasi. menjadi dua variebel tergantung, yaitu 7.
Berdasarkan sumber data, termasuk kejadian Fluor Albus Patologis antara rancangan penelitian primer. yang menggunakan sabun antiseptik daun 8. Berdasrkan jenis data, termasuk jenis sirih dengan yang tidak menggunakan kualitatif. sabun anti septik daun sirih. Defenisi operasional penelitian ini, dapat
3.2 Populasi, sampel, besar sampel dan di lihiat pada tebel 4.1 di bawah. teknik pengambilan sampel
Tabel 3.1 Defenisi Operasional PenelitianNo Variabel Defenisi Indikator Alat Skala
Populasi dalam penelitian ini adalah
Oprasional Ukur
seluruh wanita usia subur di wliyah kerja
1 Kejadian Suatu keadaan
1.Jumlah Chek Ordinal Fluor Albus keluarnya
2.Warna list Puskesmas Sungai Lulut tahun 2014. patologis cairan dari
3.Sifat Jumlah populasi yaitu 4.449 orang. yang vagina, bukan khas Tidak menggunak darah dengan
4.Bau Fluor
Sampel dalam penelitian ini adalah
an sabun sifat yang
5.Gejala Albus
sebagian wanita usia subur di wilyah kerja
antiseptik bermacam- Patologis daun sirih macam, baik
puskesmas sungai lulut tahun 2014.
jumlah, bau, 1.
Kriteria inklusi dalam penelitian ini,
warna, Mengala konsistensinya mi Fluor
sebagai berikut :
, keruh atau Albus
jernih, ada Patologis tidaknya
1) Responden bersedia diteliti.
2) Wanita usia 15 – 49 tahun
darah, 2.
Kriteria eksklusi dalam penelitian ini,
frekuensi, dan telah berapa
sebagai berikut :
lama kejadian
1) Responden yang tidak bersedia di
tersebut berlangsung
teliti.
dalam bentuk
2) yang menggunakan Wanitas
tidak mengalami
pembersih organ intim, selain
Fluor Albus sabun antiseptik daun sirih. patologis dan Fluor Albus
3) Wanita yang sedang hamil.
patologis pada
4) Wanita yang sakit atau sedang
wanita yang menggunakn
menderita penyakit ( kencing
sabun antiseptik Total Jumlah Soal
12 daun sirih.
2 Kejadian Suatu keadaan
1.Jumlah Ordinal Fluor Albus keluarnya
2.Warna
3.6 Lokasi dan Waktu Penelitian patologis cairan dari
3.Sifat
Lokasi penelitian di wilayah kerja
yang tidak vagina, bukan khas Tidak menggunak darah dengan
4.Bau Fluor
puskesmas sungai lulut
an sabun sifat yang
5.Gejala Albus
waktu penelitian bulan desember Tahun
antiseptik bermacam- Patologis daun sirih macam, baik
2014.
jumlah, bau,
3.7 Prosedur Pengambilan dan warna, Mengala konsistensinya mi Fluor
Pengumpulan Data , keruh atau Albus
Adapun prosedur pengumpulan data
jernih, ada Patologis tidaknya
dalam penelitian ini melalui tahap sebagai
darah,
berikut :
frekuensi, dan telah berapa
1. Tahap persiapan\
lama kejadian
Dalam tahsp persiapan, peneliti
tersebut berlangsung
melakukan beberapa kegiatan meliputi
dalam bentuk
:
tidak mengalami
a.
Menentukan sasaran atau populasi
Fluor Albus b.
Menetapkan sampel
patologis dan Fluor Albus c.
Memperbanyak chek list
patologis pada 2.
Tahap Pelaksaaan
wanita yang menggunakn
a.
Menyerahkan surat ijin penelitian
sabun
dari institusi pendidikan kepada
antiseptik daun sirih.
dinas kesehatan kota Banjarmasin dan tempat penelitian yaitu di
3.4
puskesmas sungai lulut tahun
Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian 2014. ini adalah lembar chek list.
b.
Memeberikan inform consent
3.5
kepada calon responden, setelah
Instrumen Penelitian
Intrumen penelitian yang digunakan untuk calon responden bersedia menjadi meng-umpulkan data kejadian Fluor responden, kemudian peneliti
Albus Patologis antara yang menggunakan
memberikan surat pernyataan Dengan yang tidak menggunakan Sabun kesediaan penelitian kepada Antiseptik Daun Sirih, peneliti responden. menggunakan lembar chek list.
c.
Peneliti melakukan wawancara Spesifikasi Blue Print Instrumen. langsung dengan menggunkan
Tabel 3.2 Blue Print check list pedoman chek list.No Variabel Aspek No. Jumla
Setelah data terkumpul, selanjutnya
Item h
dilakukan pengolahan data melalui
1 Penggunaan Penggunaan
1
1 sabun antiseptik sabun tahapan sebagai berikut : daun sirih antiseptik 1.
Editing
daun sirih
Setelah data terkumpul dam sebelum
Ciri atau selain sabun
diolah, data tersebut di edit terlebih
antiseptik
dahulu oleh peneliti untuk
daun sirih
menghindari kesalahan atau hal yang
2 Kejadian Kejadian 2,3,4,5,6
11 keputihan (Fluor keputihan ,7,8,9,10 meragukan, agar mendapatkan data Albus) Patologis Jumlah ,11,12
yang berkualitas, serta peneliti
Keputihan
melakukan pengamatan satu per satu
Warna Keputihan tentang kelengkapan pengisian untuk Sifat keperluan proses berikutnya. Keputihan 2.
Coding
Bau Keputihan Langkah selanjutnya yang dilakukan Gejala
adalah menulis kode pada setiap
Keputihan pengamatanm mulai dari nomer 1, sudah di modifikasi untuk nomer 2 pada lembar pengamatan menentukan skor. Jadi, setiap berikutnya sampai terakhir, begitu pertanyaan tersebut di berikan 2 seterusnya sampai pengamatan yang jawaban pilihan yang sesuai dengan terakhir. Setelah itu, menuliskan kode inri masalah dalam pertanyan untuk setiap variabel dependen tersebut. Tiap jawaban di beri nilai pertama dan ke dua, digunakan teknik skor 0 sampai dengan 1. Untuk sebagai berikut, data umum terdiri mengukur variabel tersebut, dari : menggunakan skoring yaitu: skor 1 a. (ya), skor 0 (tidak). Untuk data umum yaitu umur, di beri kode U, dimana:
4. Tabulating 1) kode 1 Setelah pernyataan diberi kode, maka 15 – 17 tahun 2) kode 2 dibuat kedalam tabel distribusi 18 – 20 tahun 3) kode 3 frekuensi dan dilakukan pembahasan 21 – 30 tahun 4) kode 4 terhadap kedua variabel dependen, 40 – 49 tahun b. data umum yaitu untuk mempermudah
Untuk pekerjaan, di beri kode R, dimana: mengidentifikasi data sehingga 1) kode 1 memudahkan juga dalam pengelohan
PNS 2) kode 2 data. Swasta
3)
3.8 Wiraswasta Teknik Analisa Data
kode 3
3.8.1 Analisa Univariat
4) Dari hasil teknik skoring untuk
Ibu rumah tangga kode 4 masing-masing variabel dependen, 5) yaitu kejadian fluor albus patologis
Pelajar kode 5 antara yang menggunakan dengan c. yang tidak menggunakan sabun
Untuk data umum yaitu suku, di beri kode S, dimana: antiseptik daun sirih, sebagai 1) berikut:
Banjar kode 1 1) penggunaan sabun Untuk
2) antiseptik daun sirih, dengan
Jawa kode 2 menggunakan kriteria: 3) a) sabun
Madura Menggunakan kode 3 antiseptik dau sirih
4) b)
Lainnya Tidak menggunakan sabun kode 4 antiseptik dau sirih d.
2) Untuk data responden yang Untuk kejadian fluor albus menggunakan sabun antiseptik patologis, dengan menggunakan daun sirih: kriteria:
1) a)
Yang tidak menggalami Fluor Tidak mengalami flour Patologis kode 1 patologis, jika tidak
Albus albus
2) ada cairan berwarna putih,
Yang mengalami Fluor Albus Patologis kode 2 putih kekuningan, hijau e. kekuningan, kekuningan,
Untuk data responden yang tidak menggunakan sabun antiseptik kecoklatan yang ke luar dari daun sirih: organ refroduksi atau organ
1) intim atau berwarna putih
Yang tidak menggalami Fluor
Albus Patologis kode 1 bening, tidak gatal, tidak
2) berbau busuk, sifat khas
Yang mengalami Fluor Albus Patologis kode 2 seperti krim, jumlah normal.
3. b)
Skoring Mengalami fluor albus
Pada penelitian ini, skoring patologis, jika gatal; menggunakan skala guttman yang terdapat nyeri; berbau busuk menusuk; sifatnya kental, berbusa atau lengket. Jumlah agak banyak sampai
Keterangan : banyak. µ : Jumlah ranking
Selanjutnya, di klasifikasikan : Mean dalam bentuk persentase dengan : Standar deviasi menggunakan rumus sebagai
Jika pada level of significancy berikut: α =
0,05 ( pengujian pada dua kelompok), hipotesis nol dapat di terima jika - 1,96 ≤ ZH ≤ + 1,96. Hal tersebut menunjukkan tidak
Keterangan : adanya perbedaan antar dua N : Nilai variabel dependen tersebut. SP : Skor yang di dapat dari pengamatan peneliti SM : Skor tertinggi yang di
HASIL
harapkan Setelah proses diatas, menurut 1. Arikunto ( 2006 ) hasil pengolahan Analisa Hasil Penelitian
1.3
data dalam bentuk persentase Data umum
Bagian ini akan menyajikan diinterpretasikan, sebagai berikut: karakteristik responden berdasarkan 100% : Seluruhnya. tingkat umur, pekerjaan dan suku. 76 : Hampir
- – 99 %
4.1.1 seluruhnya. Karakteristik Responden Menurut Umur 51 : Sebagian
- – 75 %
menurut umur di wilyah kerja 50 % : Setengahnya. puskesmas sungai lullut bulan 26 : Hampir
- – 49 % desember tahun 2014.
setengahnya.
Umur Frekuensi Persentase 1 : Sebagian
- – 25 %
5 5,6 kecil. 17 12 13,5 0 % : Tsk satupun. tahun 46 51,7
- – 15
3.8.2 Analisa Bivariat
26 29,2 Analis data yang digunakan untuk
- – 18
20 89 100 mengetahui perbedaan kejadian tahun
fluor albus patologis antara yang
- – 21 menggunakan dengan yang tidak
39 menggunakan sabun antiseptik tahun daun sirih, dalam penelitian ini
- – 40 adalah dengan menggunakan
49 statistik non parametric yaitu tahun menggunakan uji mann whiteney,
Total karena peneliti melakukan analis perbedaan antar variabel dependen
Berdasarkan tabel 4.1 dapat yang berskala ordinal, kemudian diketahui, bahwa sebagian besar dianilisis dengan menggunakan responden, yaitu 46 (51,7%) bantuan perangkat lunak komputer berusia 21 ( soft ware) SPSS versi 17.0 for – 39 tahun.
windows .
4.1.3 Karakteristik Responden Menurut Pekerjaan
Adapun rumus yang di gunakan
Tabel 4.2 Karakteristik adalah sebagai berikut :Responden Menurut Pekerjaan di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Lulut bulan Desember tahun 2014.
Pekerjaan Frekuen si Persentas e
2
4.3 Analisis dan hasil penelitian
Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui, bahwa hampir seluruh responden, yaitu 48 (96%) yang tidak menggunakan sabun antiseptik daun sirih, tidak mengalami fluor albus patologis.
96 100
4
PNS Swasta
Sungai lulut bulan desember tahun 2014.
Pekerjaa n Frekuens i
Persentas e Terjadi
Tidak terjadi Total
37
88 (98,2%)berasal dari suku jawa.
39 5,1
94,9 100
Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui, bahwa hampir seluruh responden, yaitu 37 (94,9%) yang menggunakan sabun antiseptik daun sirih, tidak mengalami fluor albus patologis.
4.2.2 kejadian fluor albus patologis yang tidak menggunakan sabun antiseptik daun sirih
tabel 4.5 kejadian fluor albus patologis yang tidakmenggunakan sabun antiseptik daun sirih pada WUS di wilayah kerja Puskesmas Sungai lulut bulan desember tahun 2014.
5.1.3 Karakteristik Responden Menurut
Pekerjaa n Frekuens i
Persentas e Terjadi
Tidak terjadi Total
2
Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui, bahwa hampir seluruh responden, yaitu
50
9 100
Wiraswast a Ibu
Rumah Tangga
Pelajar Total
58
5
18
8
89 65,2
5,6 20,2
Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui, bahwa sebagian besar responden, yaitu 58 (65,2%) bekerja swasta.
1,1 100
Suku
Tabel 4.3 Karakteristik MenurutSuku di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Lulut Bulan Desember tahun 2014.
Pekerjaa n Frekuens i
Persentas e Banjar
Jawa Madura
Lainnya Total
88
1
89 98,9
48
2.3 Data Khusus
tabel 4.4 kejadian fluor albus patologis yang menggunakan4.2.1 kejadian fluor albus patologis yang menggunakan sabun antiseptik daun sirih
kejadian fluor albus patologis antara yang menggunakan dan yang tidak menggunakan sabun antiseptik daun sirih.
fluor albus patologis serta perbedaan
4.3.1 Tabulasi silang perbedaan kejadian fluor albus patoogis antara yang menggunakan dengan yang tidak menggunakan sabun antiseptik daun sirih.
Tabel 4.6 tabulasi silang kejadian fluor albus patoogis antara yangmenggunakan dengan yang tidak menggunakan sabun antiseptik daun sirih pada WUS di wilayah kerja puskesmas sungai lulut bulan desember tahun 2014
Kejadian
fluor
Penggunaan Sabun Antiseptik Daun S Menggunakan Tidak mengguna
Bagian ini akan menyajikan hasil penelitian tentang penggunaan sabun antiseptik daun sirih dan kejadian
sabun antiseptik daun sirih pada WUS di wilayah kerja Puskesmas
Albus
fluor Albus Patologis.
fluor albus patologis.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden 58(65,2%) bekerja swasta. Hal tersebut dapat mempengaruhi responden untuk lebih memperhatikan kondisi daerah kewanitaan melalui penggunaan sabun antiseptik daun sirih karena stres, waktu kerja yang cukup lama yang kurang memberikan kesempatan pada daerah kewanitaan untuk tetap dalam keadaan kering dan bersih dapat mempengaruhi terjadinya
(pemakaian kontrasepsi IUD), cebok tidak bersih, daerah sekitar kemaluan lembab, kondisi tubuh, kelainan endoktrin ( pada penderita mellitus) atau hormon, manopause, stres, kelelahan kronis, peradangan alat kelamin, adanya penyakit dalam organ refroduksi seperti kanker leher rahim (Maharani, 2009). Selain itu menggunakan WC umum yang tercemar bakteri neisseria gonorhoe (Khatarini, 2009) selain faktor tersebut di atas, faktor lainnya yang mempengaruhi keputihan (fluor albus) adalah usia, perilaku (Ramayanti, 2004).
vagina , baik sengaja atau tidak
Faktor yang menyebabkan terjadinya fluor albus patologis adalah faktor endogen dari dalam tubuh dan faktor eksogen dari luar tubuh, keduanya saling mempengaruhi. Faktor endogen yaitu kelainan pada lubang kemaluan. Faktor eksogen dibedakan menjadi dua, yaitu infeksi dan non infeksi. Faktor infeksi yaitu bakteri, jamur, parasit, virus sedangkan faktor non infeksi adalah masuknya benda asing ke dalam
cairan bukan berupa darah dari vagina dengan jumlah meningkat atau banyak; berubah warna (putih keabuabuan atau hijau kekuning kuningan dengan gelembung, kekuningan dan purulen, bias warna kecoklatan atau di warnai dengan darah); sifat khas fluor albus (kental dengan plak, dsngst banyak, berbusa dan purulen atau lengket); jika infeksi berasal dari jamur, fluor albus tidak berbau, jika infeksi berasal dari bakteri, parasit atau virus, atau infeksi flora campuran, baunya agak atau sangat menusuk; gatal.
albus patologis adalah keluarnya
Menurut Rabe (2002), fluor
Berdasarkan tabel 4.4, kejadian fluor albus patologis yang menggunakan sabun antiseptik dausn sirih pada WUS di wilayah kerja puskesmas sungai lulut bulan desember tahun 2014 yaitu hampir seluruh responden, 37 (94,9%) yang menggunakan sabun antiseptik daun sirih, tidak mengalami fluor albus patologis.
PEMBAHASAN
Berdasarkan tabel 4.6 diketahui bahwa nilai Z = -2,53 dengan P Value = 0,800 pada α = 0,05. Hal tersebut menunjukkan bahwa P Value > α, sehingga H0 diterima, yang berarti tidak ada perbedaan kejadian fluor albus Patologis antara yang menggunkan dengan yang tidak menggunakan Sabun Antiseptik Daun Sirih pada WUS di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Lulut bulan Desember 2014.
α =0,05 Hasil penelitian menunjukan bahwa hampir setengah responden yang menggunakan sabun antiseptik daun sirih, yaitu 37 (41,6%), tidak fluor albus Patologis dan sebagian besar responden yang tidak menggunakan sabun antiseptik daun sirih, 48 (54%), tidak terjadi
patologis Terjadi
95,6 Z= -2,53 P Value = 0,800
85 4,4
4
54
48 2,2
2
41,6
37 2,2
2
Frekuensi % Frekuensi % Frekuansi %
Tidak Terjadi
4.4 Kejadian fluor albus patologis yang menggunakan sabun antiseptik daun sirih
4.5 Kejadian fluor albus patologis yang tidak menggunakan sabun antiseptik daun sirih
vagina khusus, untuk membersihkan vagina .
normal vagina). Flora normal itu berfungsi mengusir kuman yang merugikan. Pemakaian sabun vagina yang berlebihan justru membunuh bakteri baik yag kemudian mempermudah kuman busuk masuk ke vagina. Sabun anti septik daun sirih, sebaiknya hanya digunakan pada saat tertentu saja, seperti saat sesudah menstruasi atau setelah hubungan seks atau dalam keadaaan tertentu, seperti terdapat keputihan yang tidak normal (fluor albus) patologis.
vagina terdapat bakteri baik (flora
Secara alamiah, dalam setiap
α, sehingga H0 diterima, yang berarti tidak ada perbedaaan kejadian fluor albus patologis antara yang menggunakan dengan yang tidak menggunkan sabun antiseptik daun sirih pada WUS di wilayah kerja puskesmas sungai lulut bulan demsember tahun 2014.
5.6 diketahui bahwa nilai Z = -2,53 dengan P Value >
Berdasarkan tabel
besar responden yang tidak menggunakan sabun antiseptik daun sirih, 48 (54%), tidak terjadi fluor albus patologis.
fluor albus patologis dan sebagian
Hasil penelitan menunjukkan bahwa hampir setengah responden yang menggunakan sabun antiseptik daun sirih, yaitu 37 (41,6%), tidak
4.6 Kejadian kejadian fluor albus patologis antara yang menggunakan dengan yang tidak menggunakan sabun anti septik daun sirih
tidak memerlukan cairan pembersih
Berdasarkan tabel 4.5, kejadian
vagina , sehingga wanita dalam usia ini
mempengaruhi terjadinya fluor albus fisiologis atau fluor albus patologis yang kemungkinan disebabkan karena penyakit hubungan seksual. Dalam usisa ini, wanita masih memiliki kemampuan yang cukup untuk melawan bakteri patogen dalam
progesterone yang dapat
Berdasarkan tabel 4.1, dapat di ketahui bahwa sebagian besar responden, yaitu 46(51,7%) berusia 21
. Sabun antiseptik daunsirih, sebaiknya hanya digunkan pada saat tertentu saja, seperti sesudah menstruasi atau setelah hubungan seks atau dalam kondisi tertentu, seperti terdapat keputihan yang tidak normal (fluor albus) patologis.
vagina
Menurut Fadilah (2010), penggunaan sabun pembersih vagina secara berlebihan bisa mengurangi keasaman vagina. Secara alamiah, dalam setiap Vagina terdapat bakteri baik (flora normal vagina). Flora normal itu berfungsi mengusir kuman yang merugikan. Pemakaian sabun vagina berlebihan justru membunuh bakteri baik yang kemudian mempermudah kuman masuk ke
Sabun antiseptik daun sirih mengandung minyak atsiri. Minyak atsiri daun sirih mengandung fenol dan kavinol . Selain itu sabun antiseptik daun sirih mengandung arecolin, euginol, tannin, pati, vitamin C yang berfungsi sebagai anti oksida, anti jamur atau bakteri (Delimartha, 2006).
menggunakan sabun antiseptik dausn sirih pada WUS di wilyaha kerja puskesmas sungai lulut bulan desember 2014 yaitu hampir seluruh responden, 48( 96 %) yang tidak menggunakan sabuin anti septik daun sirih, tidak mengalami fluor albus patologis.
fluor albus patologis yang tidak
- – 39 tahun. Dalam usia ini, wanita masih memeliki kemampuan untuk berefroduksi, walaupun pada sebagian wanita sudah mulai mengalami penurunan dalam kegiatan refroduksi. Hal tersebut menunjukkan bahwa wanita masih mampu memproduksi cukup hormon estrogen dan
Sabun antiseptik daun sirih, sungai lulut bulan desmber tahun 2014 sebaiknya hanya di gunakan pada saat yaitu hampir seluruh responden, 48 tertentu saja, seperti sesudah (96%) yang tidak menggunakan sabun menstruasi atau setelah hubungan antiseptik daun sirih, tidak mengalami seks. Jadi sebenarnya tidak diperlukan fluor albus patologis. bahan khusus untuk 3.
Tidak ada perbedaan kejadian fluor membersihkannnya, cukp dengan air albus patologis antara yang bersih. menggunakan dengan yang tidak
Namun, untuk kasus tertentu, menggunakan sabun antiseptik daun pada keputihan gatal, produk sirih pada WUS si wilayah kerja pembersih dapat digunakan. Karena puskesmas sungai lulut bulan biasanya sabun pembersih tersebut itu desember tahun 2014. mangandung antiseptik yang berfungsi
6.1 Saran
membunuh kuman. Produk pembersih 1.
Bagi peneliti selanjutnya daerah kewanitaan hendaknya dipilih Untuk penelitian selanjutnya yang memiliki pH kurang lebih sama sebaiknya dalam pengambilan besar dengan pH organ intim wanita yakni sampel digunakan rumus perhitungan 4,5. Pada pH tersebut, kuman-kuman besar sampel yang sesuai dan teknik tidak dapat tumbuh dan berkembang sampling probability sampling, agar biak (Fadilah,2010). penelitian ini dapat digeneralisasikan pada validitas eksternal dua atau
4.7 berlaku secara nasional dan dunia. Kelemahan penelitian
1. besar sampel 2.
Perhitungan Bagi responden menggunkan acuan normatif Bagi responden yang mengalami karena waktu, tenaga yang tidak patologis, sebaiknya
fluor albus
memungkinkan untuk dilakukan segera ditangani, salah satunya sesuai dengan rumus perhitungan dengan cara menggunakan sabun besar sampel. antiseptik dausn sirih.
2. Teknik sampling dalam penelitian ini mengandung non probability
DAFTAR PUSTAKA
sampling dengan jenis consecutive sampling , yang menyebabkan
penelitian yang dilakukan peneliti Ali.(2008) Psikologi Remaja (perkembangan hanya berlaku untuk daerah yang Peserta Didik ). Jakarta. Bumi Aksara. diteliti saja. Anggiz. (2007) pedoman penanggulangan
KESIMPULAN DAN SARAN Anemia Gizi Untuk Remaja Puteri
dan wanita usia subir. [Internet]. Bersumber
5.1
dari: <
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, dapat [Diakses Tanggal
berikut: 24 November 2014].
1. Kejadian fluor albus patologis yang mengguankan sabun antiseptik daun Arikunto. (2006) Prosedur Penelitian (Suatu sirih pada WUS puskesamas sungai Pendekatan Praktik ). Jakarta. lulut bulan desmber tahun 2014 yaitu Rineka Cipta. hampir seluruh responden, 37 (94,9%) yang menggunakan sabun antiseptik Bangun. (2008) Tanaman Obat Indonesia. daun sirih, tidak mengalami fluor Jakarta. Indocam. albus patologis.
2. Boyke. (2010) Kesehatan Bertajuk Kejadian fluor albus patologis yang tidak menggunakan sabun antiseptik
“Keputihan Pada Wanita: Penyakit daun sirih pada WUS puskesamas Yang Terabaikan” Hotel Borobudur Jakarta. 1 Agustus 2010. Waspadai Keputihan . Boyke. Jakarta. Chandra. (2009) Biostatistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan . Jakarta.
EGC. Dahlan. (2009) Statistik Untuk Kedokteran.
[Diakses tanggal 12 Desember 2014].
24 November 2014] Pradipta. (2005) Standar Pelayanan Minimal
[diakses Tanggal
Sirih (Piper Batle Linn) mampu menghambat pertumuhan candida albicans. [Internet]. Bersumber dari: <
. Yogyakarta. Gadjah Mada University Press. Notoatmodjo. (2005) Metodologi Penelitian Kesehatan . Jakarata.Rineka Cipta. Nurswida. (2010) Dekok (air rebusan) Daun
Sosial
Jakarta. EGC Nawawi. (2006) Instrumen Penelitian Bidang
Gynekologi dan Obstetri Gynekologi Sosial Untuk Profesi Bidan.
Manuaba. (2006) Gawat Darurat Obstetri
Kedokteran. Jakarta . Media Aesculapius.
Keputihan. [Internet}. Bersumberdari: [Diakses Tanggal 12 September 2014]. Mansjoer. (2001) Kapita Seleskta
September 2014]. Maharani. (2009) Jangan Anggap Enteng
[Diakses Tanggal 12,
Katharini. (2009) Hubungan Personal Hygiene Dengan Kejadian KeputihanPada Siswi SMU Muhamadiyah Metro. Jurnal Kesehatan “Metro Sai Wawai”. [Internet]. Edisi November 2009. Volume 11 no. 2 Bersumber dari: <
Indiarti. (2009) Rahasia Merawat Organ Wanita Paling Rahasia. [Internet]. Bersumber dari: <
Jakarta. Salemba Medika. Dalimartha. (2006) Atlas Tumbuhan Obat
Teknik Analisa Data . Jakarta Salemba Medika.
PenebarSwadaya. Hidayat. (2007) Metodologi Kebidanan
3 . Jakarta.
Khasiatnya Seri
Gadjah Mada University Press. Hariana. (2006) Tumbuhan Obat dan
(Pengantar Dalam BerbagaiBagiannya) . Yogyakarta.
10 Desember 2014]. Haditono. (2004) Psikologi Perkembangan
[diakses Tanggal
Kewanitaan dan Daun Sirih Untuk Mengatasi Keputihan. [Internet]. Bersumber dari:<
Jakarta. Bumi Aksara. Fadilah (2010) Perihal sabun Pembersih
[Diakses Tanggal 10 Desember 2014]. Desmita. (2008) Psikologi Perkembangan.
<http://www.kiwod.com/tips_online/me ncegah-keputihan-pada-wanitamuda .
Decha (2009) Mencegah Keputihan Pada Wanita Muda. [Internet]. Bersumber dari:
Indonesia Volume 4 . Jakarta Puspaswara.
Bidang Kesehatan Kabupaten atau Kota di Propinsi Jawa Tengah. [Internet]. Bersumber dari: < [Diakses Tanggal 24 November 2014]. Rabe. (2002) Ilmu Kandungan. Jakarata. Semarang . Tesis. Universitas Hipokrates Diponegoro Semarang.
Ramayanti. (2004) Pola Mikroorgnisme Ratna. (2008) Teknik Perbanyakan Sirih
Fluor Albus Patologis Yang Merah. [Internet]. Bersumber dari: ,
Disebabkan Oleh Infeksi Pada Penderita Rawat Jalan Di Klinik Ginekologi [Diakses Rumah Sakit Umum dr. Kariadi Tangga6 Desember 2014].