PENGARUH DAUN PEPAYA (Carica papaya L) TERHADAP AKTIVITAS SPERMATOGENESIS TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus L)

  PENGARUH DAUN PEPAYA ( Carica papaya L) TERHADAP

  AKTIVITAS SPERMATOGENESIS TIKUS PUTIH ( Rattus

norvegicus L)

  Kaspul Universitas Lambung Mangkurat

  

Email: kspdarmawi@yahoo.co.id

ABSTRAK

  Kontrasepsi yang efektif memerlukan cara yang aman, murah, resiko yang ringan dan bersifat reversible dengan memanfaatkan sumber daya alam nabati, seperti daun pepaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jus daun papaya terhadap aktivitas spermatogenesis tikus putih. Dua puluh ekor tikus putih jantan berumur 3 bulan dibagi menjadi 4 kelompok perlakuan, yaitu P1 (tanpa diberi jus daun papaya), P2 (diberi jus daun papaya 5 g per hari), P3 (diberi jus daun papaya 10 g per hari), P4 (diberi jus daun papaya15 g per hari). Semua perlakuan dilakukan selama satu bulan secara oral. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jus daun papaya yang diberikan selama satu bulan dapat menurunkan aktivitas spermatogenesis tikus putih.

  Kata kunci : Pepaya, Spermatogenesis, Tikus putih.

  

ABSTRACT

Efectively contraception need how safe, cheap, low risk, and reversible

that were utilizing plant natural resources, for example leaves of papaya. The

objective of this research is to assess leaves of papaya juice effect on

spermatogenesis activity in rats. Twenty male rats at three months age were divided

into four groups of treatment, i e : (1) 0 g leaves of papaya juice per day ; (2) 5 g

leaves of papaya juice per day ; (3) 10 g leaves of papaya juice per day ; and (4)

15 g leaves of papaya juice per day. All groups were treated for one month per oral.

The result showed that leaves of papaya juice decreased spermatogenesis activity

in rats after treatment for one month long.

  Keyword: Papaya, Spermatogenesis, Rats.

  Artikel diterima: 14 Februari 2017 102

  PENDAHULUAN

  Pengendalian kesuburan adalah Berdasarkan uraian di atas faktor penting untuk kebahagian diajukan suatu permasalahan: Apakah manusia, namun faktor resiko yang pemberian juice daun papaya mampu mengganggu harus dihilangkan. Cara menghambat aktivitas kontrasepsi yang efektif memerlukan spermatogenesis tikus putih. motivasi yang stabil dan penerimaan

METODE PENELITIAN

  yang baik. Agar didapatkan cara yang baru yang lebih aman, murah, resiko Bahan-bahan utama yang yang ringan dan bersifat reversibel digunakan dalam penelitian adalah : perlu di upayakan berbagai

  1. Bahan perlakuan berupa daun penelitian. Hal ini dapat ditempuh papaya yang dibeli dari pasar antara lain dengan memanfaatkan dan induk Pangeran Antasari, mendayagunakan sumber daya alam Banjarmasin. nabati, salah satunya tanaman pepaya.

  2. Hewan uji berupa tikus putih Untuk mengembangkan dan (Rattus norvegicus L) jantan mendayagunakan sumber daya alam yang berumur 3 bulan, berat nabati sebagai bahan obat, serta guna badan antara 200 sampai 210 g menunjang program nasional bidang sebanyak 20 ekor. Tikus putih Keluarga Berencana, maka perlu tersebut diperoleh dari balai dilakukan penelitian terhadap penelitian Penyakit Hewan, tanaman antifertilitas yang Banjarbaru. Jaringan yang diteliti mengandung steroid yaitu daun adalah testis sebelah kanan. pepaya.

  3. Pakan tikus, merk par-G Steroid bersifat kompetitif produksi PT. Japfa Comfeed terhadaap reseptor Folicle Indonesia.

  Stimulating Hormon (FSH) sehingga 4.

  Bahan kimia untuk pembuatan pelepasan FSH dari hipofisis akan sediaan dan pewarnaan terganggu. FSH berperan sebagai Hemotoksilin Mayer-Eosin. mediator untuk mengikat androgen Sehari sebelum perlakuan dalam proses spermatogenesis. tikus putih diletakkan di dalam kandang tersendiri dan dijaga agar sedikit mungkin terdapat gangguan. Semua perlakuan dilakukan antara jam 08.30 sampai jam 10.30.

  Hewan percobaan terdiri atas 20 ekor tikus putih yang dibagi menjadi 4 kelompok, masing-masing kelompok terdiri atas 5 ekor tikus putih. Kelompok P1, kelompok pembanding yang tidak diberi jus daun pepaya. Kelompok P2, kelompok perlakuan yang diberi jus daun papaya sebanyak 5 gram/ ekor/ hari. Kelompok P3, Kelompok perlakuan yang diberi jus daun pepaya sebanyak 10 gram/ ekor/ hari. Kelompok P4, kelompok perlakuan yang diberi jus daun pepaya sebanyak 15 gram/ ekor/ hari. Semua perlakuan dilakukan secara oral selama 1 bulan. Disamping itu diberikan pula makanan tikus Merk Par-G Produksi PT. Japfa Compeed Indonesia ad libitum.

  Hewan percobaan dibunuh secara dekapitasi setelah mendapatkan perlakuan selama satu bulan. Testis hewan percobaan diambil dan dimasukkan ke dalam larutan fiksatif (Larutan Bouin).

  Dibuat sediaan histologik pada spesimen ini dengan metode parafin dan diwarnai dengan pewarnaan Hematoksilin Mayer-Eosin (Clayden, 1991).

  Aktivitas spermatogenesis diamati dari sel-sel spermatogenik pada asosiasi sel tahap ke-7 siklus spermatogenesis dalam tubulus seminiferus. Tubulus seminiferus yang dipilih yang terpotong melintang dengan bentuk tubulus bulat (De Kretser, 2008 ). Tiap sediaan diamati 5 tubulus seminiferus. Pengamatan tubulus seminiferus menggunakan mikroskop cahaya dengan perbesaran 400 kali. Sel-sel spermatogenik yang diamati berupa sel-sel spermatogonium, spermatosit dan spermatid (Van Tienhoven, 2015). Setelah diidentifikasi jenis sel-sel spermatogenik kemudian dihitung jumlah masing-masing jenis sel spermatogenik sehingga didapatkan indeks spermatogenesis dengan rumus:

  (ƩSt + ƩSd)

  IS = ƩSm + ƩSt + ƩSd 100%

  Keterangan:

  IS = Indeks Spermatogenesis ƩSt = Jumlah Sel Spermatosit ƩSd = Jumlah Sel Spermatid

  ƩSm = Jumlah Sel Spermatogonium (Weissbach dan Ibach (2006)

  Pengamatan spermatogenesis terjadi penurunan jumlah lapisan sel- dilakukan dengan cara menghitung sel spermatogenik tikus putih setelah jumlah lapisan sel-sel spermatogenek mendapat perlakuan jus daun pepaya dalam tubulus seminiferus. selama satu bulan. Pengaruh yang paling menurunkan jumlah lapisan

HASIL DAN PEMBAHASAN

  sel-sel spermatogenik terjadi pada Berdasarkan hasil analisis varian pemberian jus daun pepaya sebanyak 15 g/hari selama satu bulan (Tabel 1 dengan α = 0,01 (Steel dan Torrie, 2011) hasil penelitian menunjukkan dan Gambar 1).

  Tabel 1. Indeks spermatogenesis tikus putih setelah diberi makan daun pepaya No Perlakuan Indeks spermatogenesis

  1. P1, kelompok pembanding yang tidak diberi jus 9,44 daun pepaya

  b

  2. P2, kelompok perlakuan yang diberi jus daun 7,16 papaya sebanyak 5 gram

  3. P3, kelompok perlakuan yang diberi jus daun

  b

  5,64 papaya sebanyak 10 gram

  4 P4, kelompok perlakuan yang diberi jus daun

  a

  3,96 papaya sebanyak 15 gram Keterangan : N = 5 Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan beda nyata (p<0,01).

  10

  9

  8 Indeks spermatogenesis

  7 (%)

  6

  5 Spermatogenesi s

  4 Index

  3 (%)

  2

  1 P1 P2 P3 P4 Perlakuan Treatment

  Gambar 1. Indeks spermatogenesis tikus putih setelah diberi makan daun pepaya Keterangan:

  P1 = Kelompok pembanding yang tidak diberi jus daun pepaya P2 = Kelompok perlakuan yang diberi jus daun papaya sebanyak 5 gram P3 = Kelompok perlakuan yang diberi jus daun papaya sebanyak 10 gram P4 = Kelompok perlakuan yang diberi jus daun papaya sebanyak 15 gram

  Hal ini menunjukkan adanya menghambat spermatogenesis, penghambat spermatogenesis oleh jus karena spermatogenesis memerlukan daun pepaya yang diberikan selama FSH untuk pembelahan dan satu bulan. Penghambatan diferensiasi spermatogonium spermatogenesis ini terjadi karena (Nieschlag dkk, 2013). FSH daun pepaya mengandung steroid merupakan kontrol terhadap (Fieser dan Fieser, 2011). Steroid spermatogenesis (Franchimont, bersifat menghambat FSH, sehingga 2006). Penghambatan FSH dapat mengganggu aksis hipotalamus- menghambat spermatogenesis dalam hipofisis-testis (Soehadi dan Santa, pembelahan dan diferensiasi 2012). Penghambatan produksi dan spermatogonium memerlukan pelepasan FSH tentu saja akan sintesis DNA, dan dengan dihambatnya FSH maka sintesis DNA untuk pembelahan dan viabilitas sel- juga akan terhambat (Norris, 2012). sel spermatogenik, sehingga sel-sel Penghambatan sintesis DNA spermatogenik gagal membelah dan tentu saja menghambat siklus sel. mengalami kematian karena

  Penghambatan siklus sel tentu saja kekurangan energi. menghambat differensiasi dan pembelahan sel sehingga sel-sel KESIMPULAN spermatogenik menurun. Penurunan Berdasarkan hasil penelitian produksi sel-sel spermatogenik ini dan pembahasan di atas dapat tentu saja terjadi disetiap tahap disimpulkan bahwa pemberian juice pembelahan sel-sel spermatogenik daun pepaya dapat menghambat yaitu dari pembelahan spermatogenesis tikus putih dengan spermatogonium menjadi menurunkan jumlah lapisan sel-sel spermatosit. Bahkan penghambatan spermatogenik. pembelahan sel akan semakin besar

DAFTAR PUSTAKA

  pada tahap lanjut yaitu pembelahan spermatosit menjadi spermatid.

  Clayden, E. C, 1991, Practical

  section Cutting and Staining,

  Penghambatan karena pengaruh Churcill Livingstone, penghambatan FSH tentu saja juga Edinburg and London. De Kretser, D.M. 2008. The Testis. In berakibat terhambatnya produksi

  : Hormonal Control of

  ad

  testosteron yang mempengaruhi Reproduction. 2 ed.

  (Edited by : C.R. Austin and spermatogenesis. Penghambatan R. V. Short (FRS), Cambrige produksi testosteron yang University Press. New York. P. 76 – 90. menghambat pembelahan sel-sel Fieser, R and Fieser, B. 2011. Steroid. spermatogenik tentu saja terjadi Marasen. Co. Tokyo.

  Franchimont, P., 2006. Inhibin and karena disintegrasi membran sel, Gonadal Parahormones sehingga sel-sel gagal membelah atau Possible Contraseptive Agents, in : Gerald I. yang berhasil membelah mengalani

  Zatuchni, Alfredo kematian dan resobrsi. Kadar Goldsmits, Jhon J. Scierra (eds.) : Male Contraception testosteron yang rendah juga dapat mengakibatkan berkurannya energi

  Advences nd future Prospect, PP : 114-144.

  Nieschlag, E., Akhtar, F.B., Srinath, B.R., Marshall, G.R., Wickings, E.J., 2013, Endocrinology approach to Mae Fertility Control Experiment in Rhesus Monkey, in : F.A. Adimulya and E. Karundeng (eds.) :

  Andrology in Perspective, Kenrose, Jakarta.

  Norris,

  D. 2012. Vertebrate

  Endrocrinology. Lea and Febiger. Philadelphia.

  Soehadi, K. dan Santa, I.G.P., 2012, Prospective of Male Contraception with Regards to Indonesian Traditional Drugs, in : F.A. Adimulya and E. Karundeng (end.) :

  Andrology in Perspective , Kanrose, Jakarta.

  Steel. R.G.D dan Torrie, 2011.

  Prinsip dan Prosedur Statistika, Suatu Pendekatan Biometrik (Diterjemahkan

  oleh : B. Sumantr(Diterjemahkan oleh :

  B. Sumantri). Gramedia Jakarta. Van Tienhoven, A. 2015.

  Reproductive Physiology of nd

  Vertebrate. 2 ed. Cornell University Press. London.

  Weisbach, L and Ibach, B. 2006.

  Quantitative Parameters for Ligthmicroscopic Assesment of Tubulus Seminiferi. Fertil Steril. 27 (7) : 837

  • – 874