GAMBARAN PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PENANGGU- LANGAN DIABETES MELITUS MELALUI PENERAPAN TEKNO- LOGI TEPAT GUNA ECONOMIC-PRIMARY HEALTH CARE (e-PHC) DI DESA TAWANGARGO, KECAMATAN KARANGPLOSO, KABU- PATEN MALANG

  

GAMBARAN PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PENANGGU-

LANGAN DIABETES MELITUS MELALUI PENERAPAN TEKNO-

LOGI TEPAT GUNA ECONOMIC-PRIMARY HEALTH CARE (e-PHC)

DI DESA TAWANGARGO, KECAMATAN KARANGPLOSO, KABU-

PATEN MALANG Musthika Wida Mashitah

  Poltekkes RS dr. Soepraoen Abstrak Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakti kronis dengan angka morbiditas dan mortalitas tinggi di dunia.

  

Angka kejadian DM Tipe II di Kabupaten Malang pada tahun 2010 mencapai 1412 jiwa dan Kecamatan Karangploso

sebagai salah satu kecamatannya menyumbang angka kejadian 110 jiwa. Jumlah diabetisi di Desa Tawangargo,

Kecamatan Karangploso mengalami kenaikan dari 14 orang saat studi pendahuluan menjadi 30 orang dalam proses

pelaksanakan penelitian. Tindakan promotif dan preventif (Primary Health Care/PHC) merupakan salah satu solusi

kunci dalam menurunkan angka kejadian DM. e-PHC (economic-Primary Health Care) merupakan strategi teknologi

tepat guna dalam meningkatkan peran serta masyarakat dalam penanggulangan DM dengan menggabungkan

pendekatan ekonomi dalam PHC. Penelitian ini bertujuan mengetahui gambaran peran serta masyarakat dalam

penanggulangan Diabetes Melitus melalui penerapan teknologi tepat guna e-PHC di Desa Tawangargo, Kecamatan

Karangploso, Kabupaten Malang. Metode penelitian yang digunakan adalah action research. Dari segi e (economic)

terdiri dari kegiatan edukasi khasiat mengkudu sebagai pencegah DM, pelatihan teknologi tepat guna olahan kering

dan cair mengkudu, dan pelatihan distribusi mengkudu bagi kader kesehatan dan pemilik pohon mengkudu. Dari segi

PHC (Primary Health Care) terdiri dari edukasi DM bagi diabetisi (pembentukan Self Help Group/kelompok swabantu

DM dan pemberian buku pedoman), edukasi bagi masyarakat umum (penyuluhan dan pemberian media leaflet dan

poster DM), edukasi bagi kader kesehatan (penyuluhan DM, pemberian buku panduan kader, pelatihan senam DM,

dan pelatihan pemeriksaan kesehatan sederhana). Teknologi tepat guna e-PHC dapat meningkatkan peran serta

masyarakat Desa Tawangargo dalam penanggulangan DM yaitu menginisiasi kader kesehatan yang mampu dan

berperan aktif dalam penanggulangan DM, menginisiasi Posyandu Lansia sebagai wadah penemuan dini dan

tatalaksana DM, menginisiasi kegiatan aktivitas fisik (senam DM) yang dilaksanakan setiap minggu, meningkatkan

pengetahuan warga umum mengenai DM, meningkatkan pengetahuan diabetisi dalam managemen DM, dan alokasi

5-10% hasil penjualan mengkudu untuk kas Posyandu Lansia sebagai subsidi biaya pemeriksaan gula darah bagi

Diabetisi.

  Kata Kunci: teknologi tepat guna, e-PHC, penanggulangan diabetes melitus, peran serta masyarakat Abstract

  Diabetes mellitus (DM) is a chronic disease with the high morbidity and mortality in the world. The inci-

dence of DM type II in Malang Regency (2010) reached 1412 people and one of that district is Karangploso with

110 diabetics. Tawangargo is one of village in Karangploso that diabetics number reached from 14 to 30 diabet-

ics in the research process. Promotive and preventive action is a key model to solve this problem. The purpose of

this research is to identify the description of community participation in the management of diabetes mellitus

through the application of e-PHC (economic-Primary Health Care) appropriate technology in the Village of

Tawangargo, District of Karangploso, Regency of Malang. This research uses action research methode. e-PHC is

a method to improve public health by synergizing PHC concepts with economic approach. Economic approach

  

31

  

consists of education of the noni (Morinda citrifolia) efficacy as a DM deterrent, appropriate technology training

of noni producing, and noni distribution training for health cadres and the owner of the noni tree. PHC included

education for diabetics (Self Help Group and diabetic guideline book provision), education for the general

community (DM counseling and provision of diabetes leaflets and posters), education for health cadres (DM

counseling, provision of cadres guideline book, diabetes exercise training, and simple medical examination

training). e-PHC appropriate technology can improve community participation in the management of DM in

Village of Tawangargo. It capable of initiating health cadres to have active role in the prevention of diabetes

mellitus, initiate Elderly IHC (Elderly Integrated Health Care) as a forum for early discovery and treatment of

diabetes, initiate physical activity program, increasing community knowledge about diabetes, increasing knowl-

edge of diabetics in the management of their diabetes, and intiate of 5-10% alocation of the noni sale for health

financing in Elderly IHC.

  Keywords: appropriate technology, e-PHC, management of DM, commnunity participation

Pendahuluan

  Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat dunia termasuk Indonesia. Meningkatnya jumlah kasus DM di Indonesia menempatkan Indonesia di urutan ke-4 dunia setelah negara India, China, dan Amerika dengan jumlah Diabetesi sebesar 8,4 juta orang dan diperkirakan akan terus meningkat sampai 21,3 juta orang di tahun 2030. Komplikasi DM dapat menimbulkan kerusakan pada semua organ tubuh bahkan kematian.

  Tujuan program pengendalian DM di Indonesia adalah terselenggaranya pengendalian faktor risiko untuk menurunkan angka kesakitan, kecacatan dan kematian yang disebabkan DM. Pengendalian DM lebih diprioritaskan pada pencegahan dini melalui upaya pencegahan faktor risiko DM. WHO mereko- mendasikan bahwa strategi yang efektif perlu dilaku- kan secara terintegrasi, berbasis masyarakat melalui kerjasama lintas program dan lintas sektor termasuk swasta.

  Penanggulangan DM di komunitas diaplikasi- kan dalam program Desa Siaga berupa penemuan dini dan tatalaksana kasus DM yang dilaksanakan oleh masyarakat dan petugas kesehatan di tingkat pelayanan kesehatan dasar. Sampai dengan tahun 2009 tercatat 42.295 desa dan kelurahan (56,1%) dari 75.410 desa dan kelurahan yang ada di Indonesia telah memulai upaya mewujudkan Desa Siaga dan Keluarahan Siaga. Namun banyak dari antaranya yang belum berhasil menciptakan Desa dan Kelurahan Siaga yang sesungguhnya. Hal ini dapat dipahami karena pengembangan dan pembi- naan Desa dan Kelurahan Siaga yang menganut konsep pemberdayaan masyarakat memang memerlukan suatu proses. Oleh karena itu, pember- dayaan masyarakat harus berprinsip menumbuh- kembangkan potensi masyarakat, sebanyak mungkin menggunakan dan memanfaatkan potensi setempat, serta desentralisasi (sesuai dengan keadaan dan budaya setempat) agar mudah diterima oleh masya- rakat. Strategi yang dapat digunakan dan selaras dengan prinsip pemberdayaan masyarakat di atas adalah penggunaan teknologi tepat guna.

  Berdasarkan fakta di atas, penulis tergerak untuk turut berkontribusi dalam mempercepat terwujudnya Desa Siaga DM dengan melakukan pemberdayaan masyarakat dalam penanggulangan diabetes di tingkat komunitas, dimulai dari daerah yang terdekat dengan penulis yaitu Kecamatan Karangploso yang menempati urutan kedelapan penderita DM tipe II terbanyak di Kabupaten Malang dengan jumlah pen- derita 110 orang berdasarkan data Dinkes Kabu- paten Malang tahun 2010.

  Dengan mempertimbangkan prinsip teknologi tepat guna yang dapat menunjang keberhasilan pem- berdayaan masyarakat, dalam pemberdayaan masyarakat yang penulis lakukan ini, penulis meng- identifikasi potensi lokal yang dimiliki oleh desa di Kecamatan Karangploso untuk dijadikan peluang. Desa Tawangargo sebagai salah satu desa di Keca- matan Karangploso memiliki potensi lokal tanaman mengkudu (Morinda Citrifolia). Desa Tawangargo sebagai penghasil mengkudu nomor 7 di Kabupaten Malang menghasilkan mengkudu rata-rata 10–13 kg per tahun (Dinas Pertanian Kabupaten Malang, 2007). Pengolahan mengkudu masih belum maksi- mal di daerah ini karena pengetahuan dan kemam- puan masyarakat yang rendah. Padahal mengkudu dapat dimanfaatkan dalam pencegahan DM. Berda- sarkan data dari Puskesmas Pembantu Tawangargo saat studi pendahuluan pada Februari 2011, Desa Tawangargo memiliki jumlah penderita DM 14 orang. Sejalan dengan program pemberdayaan yang penulis lakukan, angka tersebut naik menjadi 30 penderita dan diperkirakan dapat meningkat karena banyak kasus yang belum terdeteksi di puskesmas setempat.

  Penulis kemudian menyebut teknologi tepat guna yang penulis gunakan dengan economic Pri-

  mary Health Care (e-PHC) karena mensinergiskan

  Dari hasil studi pendahuluan, Desa Tawangargo, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang be- lum memiliki UKBM (Upaya Kesehatan Bersum- berdaya Masyarakat) dalam penanggulangan

  Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat (analisis deskriptif) yang disajikan dalam bentuk diagram pie dan diagram batang.

  akhir dari pretest, posttest, dan checklist adalah 0–100 dengan kategori kurang untuk skor <56, cukup untuk skor 56-75, dan baik untuk skor 76– 100.

  pretest , postest, dan lembar checklist. Total skor

  Metode pengumpulan data yang digunakan adalah pengamatan terlibat (observasi partisipatif). Data untuk mengukur indikator peran serta masya- rakat didapatkan melalui pengamatan langsung,

  Variabel dependent dalam penelitian ini adalah peran serta masyarakat Desa Tawangargo dalam penanggulangan DM yang dilihat dari indikator adanya kader kesehatan yang mampu dan berperan aktif dalam penanggulangan DM, adanya Posyandu Lansia sebagai wadah penemuan dini dan tatalak- sana DM, adanya kegiatan aktivitas fisik (senam DM) yang dilaksanakan setiap minggu, peningkatan pengetahuan warga umum mengenai DM, pening- katan pengetahuan/kesadaran/kemampuan diabetisi dalam managemen DM, dan alokasi 5–10% hasil penjualan mengkudu untuk kas Posyandu Lansia sebagai subsidi biaya pemeriksaan gula darah bagi Diabetisi.

  terddiri dari kegiatan edukasi (penyuluhan) khasiat mengkudu sebagai pencegah DM, pelatihan tekno- logi tepat guna olahan kering dan cair mengkudu, dan pelatihan distribusi mengkudu bagi kader kese- hatan dan pemilik pohon mengkudu. Dari segi PHC terdiri dari kegiatan edukasi DM bagi diabetisi (pembentukan SHG/Self Help Group/kelompok swabantu DM dan pemberian buku pedoman DM), edukasi bagi masyarakat umum (penyuluhan DM melalui ceramah dan pemberian media leaflet dan poster DM), edukasi bagi kader kesehatan (penyu- luhan DM melalui ceramah, pemberian leaflet, dan buku panduan DM), pelatihan senam DM bagi ka- der kesehatan, dan pelatihan pemeriksaan kesehatan sederhana (pengukuran tekanan darah dan pengu- kuran gula darah) bagi kader kesehatan.

  Primary Health Care ). Dari segi e (economic)

  Variabel independent dalam penelitian ini adalah teknologi tepat guna e-PHC (economic-

  Sampel dalam penelitian ini yaitu tiga puluh diabetisi di Desa Tawangargo sebagai sasaran ke- giatan edukasi (pembentukan kelompok swabantu (SHG/self help group) yang di dalamnya memba- has konsep DM secara umum dan managemen diet DM serta pemberian buku panduan DM). Tiga puluh orang kader kesehatan Desa Tawangargo sebagai sasaran kegiatan edukasi (konsep dasar DM dan khasiat mengkudu sebagai tanaman herbal untuk DM), pelatihan pemeriksaan kesehatan sederhana (pengukuran tekanan darah dan gula darah), pelatihan senam DM, dan pelatihan teknologi tepat guna olahan mengkudu dan distribusinya. Dua belas orang pemilik pohon mengkudu di Desa Tawangargo sebagai sasaran kegiatan edukasi (konsep dasar DM dan khasiat mengkudu sebagai tanaman herbal untuk DM) dan pelatihan teknologi tepat guna olahan mengkudu dan distribusinya. Warga umum Desa Tawangargo sebagai sasaran edukasi (penyuluhan DM melalui ceramah dan pemberian media leaflet dan poster DM)

  Jenis penelitian yang digunakan dalam peneli- tian ini adalah penelitian tindakan (action research). Penulis mencoba mendiagnosis masalah kesehatan dalam masyarakat Desa Tawangargo terkait upaya preventif dan promotif DM dan bersama masya- rakat mengembangkan problem solving-nya yaitu penerapan teknologi tepat guna e-PHC.

  konsep dasar PHC dengan pendekatan ekonomi yaitu pengoptimalan potensi lokal mengkudu untuk pembiayaan kesehatan dan konsumsi masyarakat dalam penanggulangan DM. Penerapan teknologi tepat guna economic-Primary Health Care (e- PHC) melalui pengolahan menggudu ini diharapkan mampu meningkatkan peran serta masyarakat dalam penanggulangan DM di Desa Tawangargo, Keca- matan Karangploso, Kabupaten Malang.

Bahan dan Metode Penelitian

Analisis Data

Hasil Penelitian dan Pembahasan

  Diabetes Melitus (DM). UKBM di Desa Tawangargo masih terbatas pada kesehatan ibu dan anak yang dijalankan melalui kegiatan Posyandu Balita. Desa Tawangargo belum memiliki Posyandu Lansia seba- gai wadah survailans (penemuan dan tatalaksana dini) penyakit termasuk penyakit DM. Hal ini dikare- nakan kader kesehatan di Desa Tawangargo belum memiliki kemampuan dalam menjalankan perannya di Posyandu Lansia. Kader kesehatan Desa Tawangargo belum pernah mendapatkan pelatihan dasar yang dibutuhkan untuk menjalankan perannya dalam penemuan dini dan tatalaksana DM sebe- lumnya.

  Hasil pertanian mengkudu di Desa Tawangargo selama ini belum pernah diolah. Masyarakat sekitar hanya mengolahnya sebagai jamu dengan metode pengolahan sederhana dan untuk konsumsi pribadi. Pengetahuan masyarakat Desa Tawangargo ten- tang pengolahan dan pemanfaatan mengkudu, ter- masuk manfaat mengkudu dalam pencegahan DM masih kurang.

  Setelah pelaksanaan pembinaan bagi kader yang terdiri dari penyuluhan DM dan pelatihan pe- meriksaan kesehatan sederhana, 20 kader kesehatan aktif di Desa Tawangargo memiliki bekal kemam- puan untuk berperan aktif dalam penemuan dini dan tatalaksana DM di tingkat komunitas.

  Berdasarkan hasil pretest dan posttest kegiatan penyuluhan DM bagi kader (Gambar 3), terjadi perubahan tingkat pengetahuan kader terhadap pe- ngetahuan dasar tentang DM. Pada pretest seba- nyak 8,33% (1 orang) memiliki pengetahuan kurang tentang Diabetes Mellitus dan saat posttest berubah menjadi 0% yang memiliki pengetahuan kurang terhadap diet Diabetes Mellitus. Selain itu, jumlah kader yang memiliki pengetahuan baik tentang Diabetes Mellitus naik saat posttest menjadi 91,67% (11 orang). Rata-rata skor pengetahuan 12 kader kesehatan terhadap DM mengalami peningkatan sebesar 18,05 dari 70,14 (cukup) saat pretest men- jadi 88,19 (baik) saat posttest (Gambar 1).

  Berdasarkan hasil checklist kemampuan kader dalam melakukan pengukuran tekanan darah dan gula darah (gambar 4), dari 20 kader kesehatan se- banyak 65% (13 orang) dapat mempratekkan dengan baik dan sisanya 35% (7 orang) cukup baik. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar kader telah mampu melakukan pengukuran tekanan darah dan gulah darah dengan baik. Dari pengamatan lang- sung peneliti, kader kesehatan mampu praktek lang- sung edukasi, pemeriksaan tekanan darah, dan pengukuran gula darah di Posyandu Lansia perdana di salah satu dusun di Desa Tawangargo (Gambar 2).

  Gambar 1. Pretest dan Posttest Penyuluhan DM pada Kader Kesehatan 8 ,3 3% 6 6, 67 % 8, 33 % 25 ,0 0% 91 ,6 7% 0% 20%

  40% 60% 80% 100%

  Pretest Postest KURANG CUKUP BAIK

Peran serta Masyarakat dalam Penanggu- langan DM melalui Penerapan Teknologi Tepat Guna e-PHC di Desa Tawangargo, Kec. Karangploso, Kab. Malang

  Gambar 2. Skill Kader dalam Pemeriksaan Kesehatan Sederhana Cuku p 35%

  Baik 65%

  Kegiatan pembinaan kader kesehatan dalam penerapan teknologi tepat guna e-PHC berupa pela- tihan pemeriksaan kesehatan sederhana, memberi- kan bekal bagi para kader untuk mampu menja- lankan Posyandu Lansia (Gambar 3e & 3f) yang sekaligus berfungsi sebagai wadah penemuan dini dan tatalaksana DM. Bersama-sama dengan kader kesehatan peneliti menyepakati alur penemuan dini dan tatalaksana DM di Posyandu Lansia. Namun Posyandu Lansia baru terinisiasi di dua dari enam dusun di Desa Tawangargo, yaitu Dusun Kalimalang dan Swaluan. Sebagaimana studi pola penyebar- serapan (difusi) teknologi yang dilakukan Budijanto dkk (2001), sebelum inovasi teknologi didifusikan ke masyarakat yang lebih luas, melalui tahap imple- mentasi inovasi teknologi terlebih dahulu yaitu imple- mentasi pada sebagian masyarakat sebagai proyek uji coba. Kegiatan implementasi ini akan menghasil- kan pengukuhan terhadap penilaian masyarakat akan ciri-ciri teknologi yang sesuai dengan kebutuhan dan Kegiatan pembinaan kader kesehatan dalam penerapan teknologi tepat guna e-PHC berupa pela- tihan senam DM (Gambar 3d), memberikan bekal bagi para kader untuk mampu menjalankan dan meng- inisiasi kegiatan aktivitas fisik di Desa Tawangargo. Peneliti bekerjasama dengan koordinator Yayasan Senam Tera Cabang Malang dan menghubung- kannya dengan pihak Puskesmas Pembantu Desa Tawangargo untuk melakukan pemberdayaan kader hingga mandiri melakukan kegiatan aktivitas (senam DM) di Desa Tawangargo.

  84 (baik) saat posttest (Gambar 5). Hal ini menun- jukkan bahwa sebagian besar diabetisi di Desa Tawangargo sudah memiliki pengetahuan yang baik tentang managemen diet DM setelah mendapatkan edukasi melalui pembentukan kelompok swabantu.

  Gambar 3. Dokumentasi Pelaksanaan Kegiatan (a) dan (b) Pelaksanaan Posyandu Lansia Perdana di Dusun Kalimalang, (c) Pelatihan Pengolahan Mengkudu, (d) Pelatihan Senam DM a b c d

  Gambar 4. Hasil Posttest Penyuluhan pada Warga Umum Cu kup 5 0,42% Baik 37,8 2% Ku ra ng 11 ,76 %

  Berdasarkan hasil posttest penyuluhan DM pada warga umum (Gambar 4), dari 119 peserta penyuluhan DM di tahlilan ibu-ibu dari keenam dusun di Desa Tawangargo, sebanyak 50,42% (60 orang) memiliki pengetahuan cukup tentang DM, sisanya 37,82% (45 orang) memiliki pengetahuan baik dan 11,76% (14 orang) memiliki pengetahuan kurang. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar warga umum yang mengikuti penyuluhan sudah memiliki pengetahuan yang cukup tentang DM setelah men- dapatkan edukasi.

  Rata-rata skor pengetahuan 20 diabetisi terha- dap managemen diet DM mengalami peningkatan sebesar 23,5 dari 60,5 (cukup) saat pretest menjadi

  Gambar 5. Hasil Pretest dan Posttest Managemen Diet oleh Diabetisi

  Peningkatan skor tingkat pengetahuan yang terjadi dikarenakan filosofi yang terkandung dalam terapi kelompok swabantu. Ririnisahawaitun (2010) dalam penelitiannya menyatakan bahwa dalam tera- pi kelompok swabantu, semua anggota saling ber- diskusi dan dapat saling berbagi dan menceritakan semua masalah, informasi perawatan, pencegahan, pengobatan, kemudian anggota yang lain dapat mem- berikan motivasi dan cara penyelesaian masalah. Peneliti dengan pihak kader kesehatan Desa Tawangargo membuat kesepakatan keberlanjutan alokasi 5–10% hasil penjualan mengkudu untuk kas Posyandu Lansia sebagai subsidi biaya pemeriksaan gula darah bagi Diabetisi.

  Teknologi tepat guna adalah salah satu instru- men penting dalam pemberdayaan masyarakat. Teknologi tepat guna e-PHC sebagai pendekatan pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan bertujuan meningkatkan peran serta masyarakat Desa Tawangargo dalam penanggulangan diabates mellitus. Proses pemberdayaan bukan suatu yang instan namun membutuhkan waktu dan energi dalam pendekatannya.

  Pemberdayaan masyarakat berlangsung mela- lui tahapan yang harus dilalui. Penerapan teknologi tepat guna e-PHC sesuai dengan tahapan pember- dayaan masyarakat tersebut yaitu tahap penyadaran dan pembentukan perilaku menuju perilaku sadar dan peduli, tahap transformasi kemampuan berupa pemberian wawasan pengetahuan dan keterampilan, serta tahap peningkatan kemampuan intelektual sehingga terbentuk inisiatif dan kemampuan yang mengantarkan pada kemandirian. Dalam pende- katan pemberdayaan masyarakat juga penting untuk memegang tokoh-tokoh masyarakat yang memiliki peranan penting di masyarakat. Penting mendapat- kan sejumlah pelopor yang dapat membangkitkan minat, kesediaan, dan tekad anggota masyarakat pada umumnya dan individu yang belum berminat terhadap program.

Kesimpulan dan Saran

  Evaluasi dan pemantauan terus-menerus perlu dilakukan untuk menjamin keberhasilan keberlan- jutan difusi suatu teknologi dalam masyarakat. Da- lam penerapan teknologi tepat guna e-PHC ini telah disepakati alur keberlanjutan program oleh masya- rakat yang terlibat dalam program dan telah dilaku- kan koordinasi dengan pihak Puskesmas Pembantu Tawangargo (Bidan Desa) dan PILAR MAS (orga- nisasi kader kesehatan Kecamatan Karangploso) serta melibatkan peran koordinator Bidan Desa di Puskesmas dan Ibu Camat Karangploso dalam melakukan monitoring dan evaluasi setiap 3 bulan sekali (Gambar 6).

  Penelitian ini memiliki keterbatasan yaitu kegiat- an penelitian dilaksanakan bersamaan dengan ke- giatan pengabdian masyarakat mengenai kampung edukasi anti diabetes sehingga fokus kegiatan lebih besar adalah untuk menginisiasi sebuah program kesehatan berupa pencegahan dan penatalaksanaan diabetes melitus serta berusaha mewujudkan keber- lanjutan program pengabdian masyarakat tersebut dibandingkan dengan memberikan sebuah perlakuan untuk kemudian melakukan observasi detail terha- dap dampak yang ditimbulkan dari tiap intervensi kegiatan yang diberikan.

  Jangka waktu pelaksanaan 3,5 bulan untuk suatu program pemberdayaan masyarakat dan banyak- nya komponen rangkaian kegiatan dalam penerapan teknologi tepat guna e-PHC, menyebabkan tidak adanya kontrol yang ketat pada berbagai faktor perancu dalam tiap komponen kegiatan teknologi tepat guna e-PHC.

  Sebelum penerapan teknologi tepat guna e- PHC (economic-Primary Health Care) oleh pe- neliti, Desa Tawangargo, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang belum memiliki UKBM (Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat) dalam penanggulangan Diabetes Melitus (DM). Desa Tawangargo belum memiliki Posyandu Lansia sebagai wadah survailans (penemuan dan tatalak- sana dini) penyakit termasuk penyakit DM. Hasil pertanian mengkudu di Desa Tawangargo belum pernah diolah. Pengetahuan masyarakat Desa Tawangargo tentang pengolahan dan pemanfaatan mengkudu, termasuk manfaat mengkudu dalam pencegahan DM masih kurang.

  Komponen kegiatan dalam penerapan teknologi tepat guna e-PHC yang terdiri dari komponen eco-

  nomic dan PHC (Primary Health Care) terlaksana

  secara keseluruhan. Dari segi economic yaitu edukasi khasiat mengkudu sebagai pencegah DM, pelatihan pengolahan mengkudu, dan pelatihan distri- busi. Dari segi PHC yaitu edukasi DM bagi diabetisi (melalui pembentukan SHG/Self Help Group/ kelompok swabantu DM dan pemberian buku pedoman DM), edukasi bagi masyarakat umum (penyuluhan DM melalui ceramah dan pemberian media leaflet dan poster DM), edukasi bagi kader kesehatan (penyuluhan DM melalui ceramah, pemberian leaflet, dan buku panduan DM), pelatihan senam DM bagi kader, dan pelatihan pemeriksaan kesehatan sederhana (pengukuran tekanan darah

  Pem er iksaan

  • Tekanan dara h
  • Gula darah
  • Peni mbangan be rat

  bada n Pelaksanaan Posyandu DM oleh kader Pengolahan dan penjualan olahan m engkudu oleh kelompok ke rja 10-15% dar i tia p penjualan Gambar 6. Alur Keberlanjutan Monitoring dan Evaluasi Penerapan Teknologi Tepat Guna e-PHC dan pengukuran gula darah) bagi kader. Modifikasi dilakukan di beberapa kegiatan disesuaikan dengan kondisi dan perubahan yang terjadi dalam masya- rakat Desa Tawangargo yang menjadi sasaran di tiap kegiatan.

  Penerapan teknologi tepat guna e-PHC dapat meningkatkan peran serta masyarakat Desa Tawangargo, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang dalam penanggulangan diabetes mellitus. Teknologi tepat guna e-PHC menginisiasi terbentuknya kader kesehatan yang mampu dan berperan aktif dalam penanggulangan DM, menginisiasi Posyandu Lansia sebagai wadah penemuan dini dan tatalak- sana DM, menginisiasi kegiatan aktivitas fisik (se- nam DM), meningkatkan pengetahuan warga umum mengenai DM, meningkatkan pengetahuan diabetisi dalam managemen DM, dan menginisiasi alokasi 5–10% hasil penjualan mengkudu untuk kas Pos- yandu Lansia sebagai subsidi biaya pemeriksaan gula darah bagi Diabetisi

  Usaha dalam pengembangan penelitian ini hendaknya mengendalikan faktor-faktor perancu dari setiap variabel kegiatannya dan mengalisis lebih dalam lagi hubungan dan pengaruh antar variabel dengan metode pengumpulan data yang lebih valid dan reliable.

DAFTAR RUJUKAN

  follow up kegiatan UKBM penyakit diabetes

  mellitus yang telah terbentuk untuk menjamin keber- lanjutan program dan manfaatnya dalam meningkat- kan kemandirian kesehatan masyarakat di Desa Tawangargo.

  Perlu adanya komitmen bagi kader kesehatan untuk tetap menjalankan program kesehatan yang telah diinisiasi dan disepakati bersama oleh kader kesehatan dengan petugas kesehatan setempat untuk melakukan penemuan dan tatalaksana dini diabetes mellitus. Petugas kesehatan, masyarakat, segenap aparatur pemerintahan di Desa Tawangargo hendaknya saling mendukung untuk melakukan

  Wild, S., Roglic, G., Green, A., et al. 2004. Global Preva- lence of Diabetes Estimates for the year 2000 and projections for 2030. Diabetes Care 2: 1047– 1053 . Kemenkes. 2011. Tahun 2030 Prevalensi Diabetes Melitus di Indonesia Mencapai 21,3 Juta Orang .

  Jakarta: Kemenkes RI. Kemenkes RI. 2008. Pedoman Teknis Penemuan dan

  Tatalaksana Penyakit Diabetes Melitus . Jakarta: Kemenkes RI. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. 2011.

  Kader kesehatan dan petugas kesehatan di layanan kesehatan primer di Desa Tawangargo sebaiknya melakukan survailans lebih lanjut tentang kasus diabetes mellitus dan penyakit kronis tidak menular lainnya di Desa Tawangargo melihat ke- naikan jumlah diabetisi yang ditemukan dalam proses berjalannya penelitian dan besarnya kemungkinan kenaikan jumlah diabetisi karena banyak kasus DM yang belum terdeteksi di Desa Tawangargo.

  Maulana, Heri, D.J. 2007. Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC. Kemendagri RI. 2010. Peraturan Menteri dalam Negeri

  Nomor 20 Tahun 2010 tentang Pemberdayaan Masyarakat melalui Pengelolaan Teknologi Tepat Guna . Jakarta: Kemendagri RI.

  Budijanto, P., Hermawati, W., Kreshnawati, T., et al. 2001.

  Laporan Akhir Penelitian Studi Pola Penyebaran-Serapan (Difusi) Teknologi . Jakarta: LIPI. Ririnisahawaitun. 2010. Pengaruh Kelompok Swabantu

  (Self Help Group) terhadap Tingkat Stres Orangtua dengan Anak Retardasi Mental Di SLB Negeri 3 Yogyakarta. http://publikasi.umy.ac.id/ index.php/psik/article/viewFile/2371/1145.

  Diakses pada tanggal 21 Mei 2012 pukul 08.45 WIB. Priyatna, A. 2005. Pemberdayaan Masyarakat dalam

  Prespektif Pengukuran Keberdayaan Komunitas Lokal . Jakarta: Depsos RI.

  Kemenkes RI. 2010. Pedoman Umum Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif . Jakarta: Kemenkes RI.