MAKALAH BIOLOGI TANAH PERAN MIKROORGANIS
MAKALAH BIOLOGI TANAH
PERAN MIKROORGANISME DALAM PROSES
DEKOMPOSISI BAHAN ORGANIK
Disusun Oleh :
Wafiq Asfari (1510211026)
Novianti Arif (1510211029)
Dibimbing oleh :
Ir. Oktanis Emalinda, MP.
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2018
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam ekosistem terdapat dua komponen yang utama yaitu komponen
biotik dan abiotik yang saling mempengaruhi satu sama lain. Diantara dua
komponen tersebut terjadi pertukaran zat dan energi yang terus-menerus, sehingga
interaksi yang terjadi di dalam ekosistem berjalan dengan baik. Kesuburan tanah
banyak dipengaruhi oleh komponen biotik seperti fauna, flora, dan abiotik seperti
iklim (curah hujan, suhu, kelembaban), air, tanah dan udara. Organisme tanah dapat
dijadikan sebagai indikator kualitas tanah karena organisme ini bersifat sensitif
terhadap perubahan dan ditemukan melimpah di dalam tanah. Salah satu organisme
tanah yaitu fauna tanah, baik mikro, meso maupun makrofauna.
Fauna tanah merupakan salah satu komponen biotik yang berperan tehadap
kesuburan tanah. Keberadaan fauna tanah memiliki arti dalam memperbaiki sifat
fisik, kimia maupun biologi tanah. Peranan fauna tanah terhadap sifat fisik tanah
yaitu membantu dalam pembentukan agregat, memperbaiki struktur tanah, aerasi
dan drainase; terhadap sifat kimia tanah yaitu memperbaiki ketersediaan unsur hara
dan meningkatkan kandungan C-organik, dan terhadap sifat biologi tanah yaitu
fauna tanah berasosiasi dengan mikroorganisme yang terlibat dalam dekomposisi
bahan organik dan mikroorganisme lebih aktif dalam saluran pencernaan fauna
tanah.
Penggunaan lahan yang berbeda akan mempengaruhi jumlah populasi fauna
tanah. Pengolahan tanah secara intensif, pemupukan dan penanaman secara
monokultur pada sistem pertanian konvensional dapat menyebabkan terjadinya
penurunan makrofauna tanah (Maftu’ah et al., 2005). Fauna tanah berperan dalam
penghancuran atau perombakan bahan organik yang berasal dari sisa-sisa tanaman
dan binatang menjadi bahan-bahan yang lebih sederhana sehingga menjadi unsur
hara yang terlarut dan dapat diserap oleh tanaman.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana proses atau siklus dekomposisi unsur hara dan bahan organik
oleh mikroorganisme?
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui bagaimana proses atau siklus dekomposisi unsur hara
dan bahan organik oleh mikroorganisme.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Peranan Fauna Tanah
Menurut Purwowidodo (1992) fauna tanah berperan penting dalam
menghancurkan dan menguraikan bahan organik sehingga fauna tanah memiliki arti
dalam memperbaiki sifat-sifat tanah, yaitu :
2.1.1 Sifat Fisik
Salah satu kegiatan makrofauna tanah ialah terbentuknya krotovina dalam
profil tanah. Krotovina ialah kantong atau terowongan yang dibuat oleh hewan
penggali di dalam profil tanah yang berisi bahan tanah atau bahan lain yang
diangkut dari tempat lain (Notohadiprawiro, 1998). Fauna tanah memiliki pengaruh
yang besar terhadap kondisi tanah. Misalnya makrofauna seperti cacing tanah,
rayap dan semut memiliki pengaruh penting terhadap struktur tanah, aerasi,
drainase dan pori-pori tanah yaitu melalui pergerakan tubuhnya pada saat mencari
makanan, mengangkut bahan organik ke bagian tanah yang lebih dalam dengan
menggali lubang serta membuat terowongan dalam tanah (Pankhurst, 1999b).
2.1.2 Sifat Kimia
Masuknya cacing tanah ke dalam tanah mengakibatkan perubahan beberapa
sifat kimia tanah meliputi (1) meningkatkan kandungan bahan organik, (2)
kandungan unsur hara tersedia, dan (3) kapasitas tukar kation. Hal ini disebabkan
kotoran cacing tanah mengandung lebih banyak unsur ha ra dan C-organik daripada
tanah aslinya (Ma’shum et al., 2003). Umumnya rayap mengakumulasi bahan
organik dalam gundukan tanah, sehingga pada tempat tersebut terkandung kationkation basa serta hara tanaman yang lebih tinggi jika dibandingkan denga n tanah
sekitarnya. Oleh karena itu gundukan tanah yang dibangun oleh rayap ini banyak
digunakan sebagai sumber kapur bagi tanaman, sebagaimana yang dilaporkan di
Tanzania dan Thailand (Ma’shum et al., 2003).
2.1.3 Sifat Biologi
Mikroflora terlibat secara erat dalam pelapukan bahan organik yang berasosiasi
dengan fauna. Sebagai tambahan mikroflora itu aktif dalam saluran pencernaan dari
berbagai binatang (Soepardi, 1983). Kotoran cacing berpengaruh terhadap
keragaman populasi mikroorganisme. Umumnya tanah yang dihuni cacing tanah,
populasi bakteri lebih besar jumlahnya daripada fungi. Bakteribakteri tersebut
umumnya berdomisili di sekitar liang-liang yang dibuat oleh cacing tersebut
(Ma’shum et al., 2003).
Pengaruh fauna tanah terhadap sifat tanah dalam ekosistem dapat dilihat pada
Tabel 2.
2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Fauna Tanah
Aktivitas cacing tanah pada umumnya dipengaruhi oleh pH, kelembaban
dan suhu tanah yang mempengaruhi pertumbuhan, reproduksi dan metabolisme,
kandungan bahan organik sebagai makanan (Wallwork, 1970) dan kehadiran
pesaing, pemangsa dan struktur tanah (Purwowidodo, 2005). Populasi cacing tanah
dan kumbang sangat dipengaruhi oleh pengolahan tanah baik berupa pengapuran,
pemupukan maupun penggunaan pestisida (Siswati, 2001).
Menurut Suin (1997), pengukuran pH tanah sangat penting dalam ekologi
fauna tanah karena keberadaan dan kepadatan fauna tanah yang sangat tergantung
pada pH tanah. Fauna tanah ada yang dapat hidup pada tanah dengan pH masam
dan ada pula yang senang pada tanah yang pH nya basa. Suin (1997) juga
menambahkan kadar air tanah sangat menentukan kehidupan fauna tanah. Pada
tanah yang kadar air nya rendah, jenis hewan tanah yang hidup padanya sangat
berbeda dengan hewan tanah yang hidup pada tanah yang kadar airnya tinggi.
Selain itu juga kepadatan fauna tanah juga sangat bergantung pada kadar air tanah.
Umumnya tanah yang memiliki kadar air tanah yang rendah, memiliki kepadatan
fauna tanah yang rendah.
Menurut Rahmawaty (2004), pada permukaan tanah di lahan hutan, terdapat
cukup banyak serasah yang berasal dari vegetasi sekitarnya, mesofauna tanah akan
melakukan kegiatan dalam mendekomposisi serasah menjadi lebih sederhana
sehingga terjadi penambahan akumulasi bahan organik di dalam tanah. Akumulasi
bahan organik yang dilakukan oleh cacing tanah, serangga dan hewanhewan tanah
lainnya, membentuk unsur hara yang menjadi nutrisi bagi tanaman yang terdapat di
hutan. Keadaan lingkungan, vegetasi bawah dan jenis tanah hutan merupakan suatu
kombinasi yang mempengaruhi kelembaban, suhu dan makanan (Burges and Raw,
1967).
2.3 Pengukuran Aktivitas Fauna Tanah
Notohadiprawiro (1998) menyatakan bahwa keseluruhan komponen
organik tanah, baik hidup maupun mati, disebut bahan organik tanah. Komponen
organik hidup terdiri atas flora, fauna dan akar tumbuhan. Komponen organik mati
berupa flora, fauna dan akar tumbuhan mati yang terdekomposisi sebagian atau
seluruhnya, dan zat-zat organik baru yang berasal dari sisa jaringan tumbuhan dan
hewan. Dekomposisi adalah perombakan bahan organik menjadi senyawa organik
yang lebih sederhana (Notohadiprawiro, 1998).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sumber bahan organik adalah jaringan tumbuhan. Di dalam daun, ranting,
cabang, batang dan akar tumbuhan merupakan sumbangan sejumlah bahan organik.
Bahan-bahan ini akan mengalami dekomposisi dan terangkut ke lapisan yang lebih
dalam dari tanah. Fauna biasanya dianggap sebagai penyumbang bahan organik
kedua setelah tumbuhan. Fauna tanah akan menggunakan bahan organik sebagai
sumber energi dan bila hewan-hewan ini mati maka tubuhnya merupakan sumber
bahan organik yang baru.
Proses dekomposisi bahan organik di dalam tanah memiliki beberapa tahapan
proses. Tahapan pertama adalah tahap penghancuran bahan organik segar menjadi
partikel yang berukuran kecil-kecil yang dilakukan oleh cacing tanah dan
makrofauna yang lain. Tahapan selanjutnya yaitu tahapan transformasi, yang mana
pada tahap ini sebagian senyawa organik akan terurai dengan cepat, sebagian terurai
dengan kecepatan sedang dan sebagian yang lain terurai secara lambat.
3.2 Saran
Fauna tanah berperan penting dalam meningkatkan kesuburan tanah. Maka
sebaiknya perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai aktivitas fauna tanah
dalam mendekomposisi bahan organik dalam jangka waktu yang lama serta
membandingkan tipe penggunaan lahan seperti lahan sereal, lahan hortikultura, dan
lahan rerumputan.
DAFTAR ISI
Burges. A and F. Raw. 1967. Soil Biology. Academic Press. New York.
Ma’shum, M ; J. Soedarsono dan L. N. Susilowati. 2003. Biologi Tanah .CPIU
Pasca IAEUP Bagpro Peningkatan Kualitas Sumberdaya Manusia,
Maftu’ah, E ; M. Alwi dan M. Willis. 2005. Potensi Makrofauna Tanah Sebagai
Bioindikator Kualitas Tanah Gambut. http://bioscientiae.tripod.com (Diakses
28 Februari 2018)
Notohadiprawiro, T. 1998. Tanah dan Lingkungan. Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi. Jakarta.
Purwowidodo. 1992. Metode Selidik Tanah. Jurusan Manejemen Hutan. Fakultas
Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 2005. Panduan Praktikum Ilmu
Tanah Hutan ”Mengenal Tanah”. Bogor. Laboratorium Pengaruh Hutan.
Jurusan Manejemen Hutan, Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
Siswati. 2001. Biodiversitas Makrofauna Tanah di Berbagai Tipe Penggunaan
Lahan pada Andisol Pasir Sarongge. Skripsi. Jurusan Ilmu tanah dan
Sumberdaya Lahan. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya
Lahan, Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Suin, N. M. 1997. Ekologi Fauna Tanah. Bumi Aksara. Jakarta.
Suwardi dan H. Wiranegara. 2000. Penuntun Praktikum Morfologi dan Klasifikasi
Tanah. Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
Rahmawaty. 2004. Studi Keanekaragaman Mesofauna Tanah di Kawasan Hutan
Wisata Alam Sibolangit. www.usu.co.id (Diakses 28 Februari 2008)
Wallwork, J. A. 1970. Ecology of Soil Animals. Mc Graw Hill. London. 1982.
Desert Soil Fauna. Westfield College. University of London. Praeger
Scientific Publisher. New York. USA.
PERAN MIKROORGANISME DALAM PROSES
DEKOMPOSISI BAHAN ORGANIK
Disusun Oleh :
Wafiq Asfari (1510211026)
Novianti Arif (1510211029)
Dibimbing oleh :
Ir. Oktanis Emalinda, MP.
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2018
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam ekosistem terdapat dua komponen yang utama yaitu komponen
biotik dan abiotik yang saling mempengaruhi satu sama lain. Diantara dua
komponen tersebut terjadi pertukaran zat dan energi yang terus-menerus, sehingga
interaksi yang terjadi di dalam ekosistem berjalan dengan baik. Kesuburan tanah
banyak dipengaruhi oleh komponen biotik seperti fauna, flora, dan abiotik seperti
iklim (curah hujan, suhu, kelembaban), air, tanah dan udara. Organisme tanah dapat
dijadikan sebagai indikator kualitas tanah karena organisme ini bersifat sensitif
terhadap perubahan dan ditemukan melimpah di dalam tanah. Salah satu organisme
tanah yaitu fauna tanah, baik mikro, meso maupun makrofauna.
Fauna tanah merupakan salah satu komponen biotik yang berperan tehadap
kesuburan tanah. Keberadaan fauna tanah memiliki arti dalam memperbaiki sifat
fisik, kimia maupun biologi tanah. Peranan fauna tanah terhadap sifat fisik tanah
yaitu membantu dalam pembentukan agregat, memperbaiki struktur tanah, aerasi
dan drainase; terhadap sifat kimia tanah yaitu memperbaiki ketersediaan unsur hara
dan meningkatkan kandungan C-organik, dan terhadap sifat biologi tanah yaitu
fauna tanah berasosiasi dengan mikroorganisme yang terlibat dalam dekomposisi
bahan organik dan mikroorganisme lebih aktif dalam saluran pencernaan fauna
tanah.
Penggunaan lahan yang berbeda akan mempengaruhi jumlah populasi fauna
tanah. Pengolahan tanah secara intensif, pemupukan dan penanaman secara
monokultur pada sistem pertanian konvensional dapat menyebabkan terjadinya
penurunan makrofauna tanah (Maftu’ah et al., 2005). Fauna tanah berperan dalam
penghancuran atau perombakan bahan organik yang berasal dari sisa-sisa tanaman
dan binatang menjadi bahan-bahan yang lebih sederhana sehingga menjadi unsur
hara yang terlarut dan dapat diserap oleh tanaman.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana proses atau siklus dekomposisi unsur hara dan bahan organik
oleh mikroorganisme?
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui bagaimana proses atau siklus dekomposisi unsur hara
dan bahan organik oleh mikroorganisme.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Peranan Fauna Tanah
Menurut Purwowidodo (1992) fauna tanah berperan penting dalam
menghancurkan dan menguraikan bahan organik sehingga fauna tanah memiliki arti
dalam memperbaiki sifat-sifat tanah, yaitu :
2.1.1 Sifat Fisik
Salah satu kegiatan makrofauna tanah ialah terbentuknya krotovina dalam
profil tanah. Krotovina ialah kantong atau terowongan yang dibuat oleh hewan
penggali di dalam profil tanah yang berisi bahan tanah atau bahan lain yang
diangkut dari tempat lain (Notohadiprawiro, 1998). Fauna tanah memiliki pengaruh
yang besar terhadap kondisi tanah. Misalnya makrofauna seperti cacing tanah,
rayap dan semut memiliki pengaruh penting terhadap struktur tanah, aerasi,
drainase dan pori-pori tanah yaitu melalui pergerakan tubuhnya pada saat mencari
makanan, mengangkut bahan organik ke bagian tanah yang lebih dalam dengan
menggali lubang serta membuat terowongan dalam tanah (Pankhurst, 1999b).
2.1.2 Sifat Kimia
Masuknya cacing tanah ke dalam tanah mengakibatkan perubahan beberapa
sifat kimia tanah meliputi (1) meningkatkan kandungan bahan organik, (2)
kandungan unsur hara tersedia, dan (3) kapasitas tukar kation. Hal ini disebabkan
kotoran cacing tanah mengandung lebih banyak unsur ha ra dan C-organik daripada
tanah aslinya (Ma’shum et al., 2003). Umumnya rayap mengakumulasi bahan
organik dalam gundukan tanah, sehingga pada tempat tersebut terkandung kationkation basa serta hara tanaman yang lebih tinggi jika dibandingkan denga n tanah
sekitarnya. Oleh karena itu gundukan tanah yang dibangun oleh rayap ini banyak
digunakan sebagai sumber kapur bagi tanaman, sebagaimana yang dilaporkan di
Tanzania dan Thailand (Ma’shum et al., 2003).
2.1.3 Sifat Biologi
Mikroflora terlibat secara erat dalam pelapukan bahan organik yang berasosiasi
dengan fauna. Sebagai tambahan mikroflora itu aktif dalam saluran pencernaan dari
berbagai binatang (Soepardi, 1983). Kotoran cacing berpengaruh terhadap
keragaman populasi mikroorganisme. Umumnya tanah yang dihuni cacing tanah,
populasi bakteri lebih besar jumlahnya daripada fungi. Bakteribakteri tersebut
umumnya berdomisili di sekitar liang-liang yang dibuat oleh cacing tersebut
(Ma’shum et al., 2003).
Pengaruh fauna tanah terhadap sifat tanah dalam ekosistem dapat dilihat pada
Tabel 2.
2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Fauna Tanah
Aktivitas cacing tanah pada umumnya dipengaruhi oleh pH, kelembaban
dan suhu tanah yang mempengaruhi pertumbuhan, reproduksi dan metabolisme,
kandungan bahan organik sebagai makanan (Wallwork, 1970) dan kehadiran
pesaing, pemangsa dan struktur tanah (Purwowidodo, 2005). Populasi cacing tanah
dan kumbang sangat dipengaruhi oleh pengolahan tanah baik berupa pengapuran,
pemupukan maupun penggunaan pestisida (Siswati, 2001).
Menurut Suin (1997), pengukuran pH tanah sangat penting dalam ekologi
fauna tanah karena keberadaan dan kepadatan fauna tanah yang sangat tergantung
pada pH tanah. Fauna tanah ada yang dapat hidup pada tanah dengan pH masam
dan ada pula yang senang pada tanah yang pH nya basa. Suin (1997) juga
menambahkan kadar air tanah sangat menentukan kehidupan fauna tanah. Pada
tanah yang kadar air nya rendah, jenis hewan tanah yang hidup padanya sangat
berbeda dengan hewan tanah yang hidup pada tanah yang kadar airnya tinggi.
Selain itu juga kepadatan fauna tanah juga sangat bergantung pada kadar air tanah.
Umumnya tanah yang memiliki kadar air tanah yang rendah, memiliki kepadatan
fauna tanah yang rendah.
Menurut Rahmawaty (2004), pada permukaan tanah di lahan hutan, terdapat
cukup banyak serasah yang berasal dari vegetasi sekitarnya, mesofauna tanah akan
melakukan kegiatan dalam mendekomposisi serasah menjadi lebih sederhana
sehingga terjadi penambahan akumulasi bahan organik di dalam tanah. Akumulasi
bahan organik yang dilakukan oleh cacing tanah, serangga dan hewanhewan tanah
lainnya, membentuk unsur hara yang menjadi nutrisi bagi tanaman yang terdapat di
hutan. Keadaan lingkungan, vegetasi bawah dan jenis tanah hutan merupakan suatu
kombinasi yang mempengaruhi kelembaban, suhu dan makanan (Burges and Raw,
1967).
2.3 Pengukuran Aktivitas Fauna Tanah
Notohadiprawiro (1998) menyatakan bahwa keseluruhan komponen
organik tanah, baik hidup maupun mati, disebut bahan organik tanah. Komponen
organik hidup terdiri atas flora, fauna dan akar tumbuhan. Komponen organik mati
berupa flora, fauna dan akar tumbuhan mati yang terdekomposisi sebagian atau
seluruhnya, dan zat-zat organik baru yang berasal dari sisa jaringan tumbuhan dan
hewan. Dekomposisi adalah perombakan bahan organik menjadi senyawa organik
yang lebih sederhana (Notohadiprawiro, 1998).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sumber bahan organik adalah jaringan tumbuhan. Di dalam daun, ranting,
cabang, batang dan akar tumbuhan merupakan sumbangan sejumlah bahan organik.
Bahan-bahan ini akan mengalami dekomposisi dan terangkut ke lapisan yang lebih
dalam dari tanah. Fauna biasanya dianggap sebagai penyumbang bahan organik
kedua setelah tumbuhan. Fauna tanah akan menggunakan bahan organik sebagai
sumber energi dan bila hewan-hewan ini mati maka tubuhnya merupakan sumber
bahan organik yang baru.
Proses dekomposisi bahan organik di dalam tanah memiliki beberapa tahapan
proses. Tahapan pertama adalah tahap penghancuran bahan organik segar menjadi
partikel yang berukuran kecil-kecil yang dilakukan oleh cacing tanah dan
makrofauna yang lain. Tahapan selanjutnya yaitu tahapan transformasi, yang mana
pada tahap ini sebagian senyawa organik akan terurai dengan cepat, sebagian terurai
dengan kecepatan sedang dan sebagian yang lain terurai secara lambat.
3.2 Saran
Fauna tanah berperan penting dalam meningkatkan kesuburan tanah. Maka
sebaiknya perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai aktivitas fauna tanah
dalam mendekomposisi bahan organik dalam jangka waktu yang lama serta
membandingkan tipe penggunaan lahan seperti lahan sereal, lahan hortikultura, dan
lahan rerumputan.
DAFTAR ISI
Burges. A and F. Raw. 1967. Soil Biology. Academic Press. New York.
Ma’shum, M ; J. Soedarsono dan L. N. Susilowati. 2003. Biologi Tanah .CPIU
Pasca IAEUP Bagpro Peningkatan Kualitas Sumberdaya Manusia,
Maftu’ah, E ; M. Alwi dan M. Willis. 2005. Potensi Makrofauna Tanah Sebagai
Bioindikator Kualitas Tanah Gambut. http://bioscientiae.tripod.com (Diakses
28 Februari 2018)
Notohadiprawiro, T. 1998. Tanah dan Lingkungan. Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi. Jakarta.
Purwowidodo. 1992. Metode Selidik Tanah. Jurusan Manejemen Hutan. Fakultas
Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 2005. Panduan Praktikum Ilmu
Tanah Hutan ”Mengenal Tanah”. Bogor. Laboratorium Pengaruh Hutan.
Jurusan Manejemen Hutan, Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
Siswati. 2001. Biodiversitas Makrofauna Tanah di Berbagai Tipe Penggunaan
Lahan pada Andisol Pasir Sarongge. Skripsi. Jurusan Ilmu tanah dan
Sumberdaya Lahan. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya
Lahan, Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Suin, N. M. 1997. Ekologi Fauna Tanah. Bumi Aksara. Jakarta.
Suwardi dan H. Wiranegara. 2000. Penuntun Praktikum Morfologi dan Klasifikasi
Tanah. Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
Rahmawaty. 2004. Studi Keanekaragaman Mesofauna Tanah di Kawasan Hutan
Wisata Alam Sibolangit. www.usu.co.id (Diakses 28 Februari 2008)
Wallwork, J. A. 1970. Ecology of Soil Animals. Mc Graw Hill. London. 1982.
Desert Soil Fauna. Westfield College. University of London. Praeger
Scientific Publisher. New York. USA.