Preview REVISI4tamb small
MARET - APRIL 2011
tataruang
buletin
BKPRN | BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG NASIONAL
Mengintegrasikan
dan Memperkuat
Wilayah di Sepanjang Koridor
Kekayaan Alam
Pekanbaru dan Dumai
untuk Indonesia
Pembangunan Koridor Ekonomi
dalam Pengembangan Wilayah
Tinjau Ulang Peran
Kawasan Pengembangan Ekonomi
Terpadu dalam ikut Mendorong
Pengembangan Wilayah Nasional
Kawasan Lumbung Ikan
Nasional Maluku
Akan Dikembangkan
Koridor Ekonomi Indonesia
dalam Penataan Ruang:
Suatu Perspektif
Hitam Putih
TransJakarta
Agenda BKPRN
P R OF I L
BARCODE
BKPRN
BADAN KOtORDINASI PENATAAN RUANG NASIONAL
Dr. Ir. Eko Luky
Wuryanto
buletin tata ruang
PELINDUNG
Ir. Imam S. Ernawi, MCM, M.Sc.
Dr. Eko Luky Wuryanto
Dr. Ir. Max Pohan
Drs. Imam Hendargo Abu Ismoyo, MA
Drs. Syamsul Arif Rivai, M.Si, MM.
sekapur
sirih
PENANGGUNG JAWAB
Ir. Iman Soedradjat, MPM.
Ir. Deddy Koespramoedyo, M.Sc.
Ir. Heru Waluyo, M.Com
Drs. Sojan Bakar, M.Sc.
DR. Ir. Abdul Kamarzuki, MPM
Ir. Basuki Karyaatmadja
PENASEHAt REDAKSI
DR. Ir. Ruchyat Deni Dj. M.Eng
Ir. Iwan taruna Isa
M. Eko Rudianto, M.Bus (It)
PEMIMPIN REDAKSI
‘
Assalamu’alaikum warrahmatullah wabarakatuh,
Aria Indra Purnama, St, MUM.
WAKIL PEMIMPIN REDAKSI
Agus Sutanto, St, M.Sc
REDAKtUR PELAKSANA
Ir. Melva Eryani Marpaung, MUM.
SEKREtARIS REDAKSI
Indira P. Warpani, St., Mt., MSc
StAf REDAKSI
Ir. Dwi Hariawan, MA
Ir. Gunawan, MA
Ir. Nana Apriyana, Mt
Wahyu Suharto, SE, MPA
Ir. Dodi S Riyadi, Mt
Ir. Indra Sukaryono
Endra AtM, St, MSc
Hetty Debbie R, St.
tessie Krisnaningtyas, SP
Listra Pramadwita, St, Mt, M.Sc
Ayu A. Asih, S.Si
M. Refqi, St
Marissa Putri Barrynanda, St
Heri Khadarusno, St
KooRDINASI PRoDUKSI
Angger Hassanah, SH
Puji syukur dipanjatkan ke hadirat tuhan Yang Maha Kuasa atas kesempatan yang selalu
diberikan kepada kita untuk terus berkarya, dan Buletin tata Ruang edisi penerbitan
kedua di tahun 2011 hadir kembali.
tema yang diangkat dalam penerbitan kali ini adalah “Mengintegrasikan dan
Memperkuat Wilayah di Sepanjang Koridor”. tema ini sangat relevan dengan
arahan Bapak Presiden RI dalam penyusunan Masterplan Percepatan dan Perluasan
Pembangunan Ekonomi dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang
tinggi, inklusif, berkeadilan dan berkelanjutan. Salah satu strategi dalam Masterplan
tersebut adalah mengembangkan Koridor Ekonomi Indonesia dengan membangun
pusat-pusat pertumbuhan di setiap koridor dengan pengembangan klaster industri dan
atau kawasan berbasis sumber daya unggulan (komoditas).
Pengembangan Masterplan ini adalah sangat terkait dengan penataan ruang, karena
mengandung beberapa unsur kunci yang memadukan secara integral pendekatan
wilayah dengan pendekatan sektoralnya, dimana setiap pengembangan sektor tidak
lagi bisa berdiri sendiri-sendiri, tapi terikat dengan konteks wilayahnya ke dalam
jaringan pusat-pusat pertumbuhan. Lebih lanjut melalui koridor juga dimasukkan
pertimbangan daya dukung lingkungan.
Rencana tata Ruang Wilayah memiliki peranan penting sebagai acuan dalam
penyelenggaraan pembangunan yang merata dalam suatu wilayah dan berpengaruh
terhadap terwujudnya pembangunan infrastruktur yang dibutuhkan. Lebih lanjut,
melalui strategi pengembangan koridor ekonomi diharapkan pembangunan yang
berkelanjutan dapat diwujudkan.
StAf PRoDUKSI
Alwirdan BE
KooRDINASI SIRKULASI
Supriyono S.Sos
Harapan kami, penataan ruang ke depan dapat semakin lebih memberikan kontribusi
yang nyata dalam percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi dalam
mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan di seluruh wilayah Indonesia.
StAf SIRKULASI
Dhyan Purwaty, S.Kom
Penerbit: Sekretariat tim Pelaksana BKPRN
Alamat Redaksi: Gedung Penataan Ruang dan SDA,
Jl. Patimura 20, Kebayoran Baru, Jakarta 12110
telp. (021) 7226577, fax. (021) 7226577
Website BKPRN:http://www.bkprn.org
Email:[email protected]
dan redaksi [email protected]
Direktur Jenderal Penataan Ruang, Kementerian Pekerjaan Umum
Selaku Sekretaris tim Pelaksana BKPRN
Ir. Imam S. Ernawi, MCM, M.Sc
2
buletin tata ruang | Maret - April 2011
dari
redaksi
PROFIL TOKOH
Salam damai untuk pembaca setia Butaru..
Deputi Menko Perekonomian
bidang Infrastruktur dan
Pengembangan Wilayah
daftar isi
Dr. Ir. Eko Luky Wuryanto
04
PROFIL WILAYAH
Sejak dicetuskan oleh Bapak Presiden Republik Indonesia pada Sidang Kabinet
terbatas pada bulan Desember 2010 dan Raker Pemerintah pada Januari 2011,
Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi menjadi topik utama yang
dibicarakan berbagai kementerian dan lembaga terkait pembangunan belakangan
ini. Adapun Strategi Penyusunan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan
Ekonomi yang tinggi, inklusif, adil dan berkelanjutan adalah mengintegrasikan 3
elemen yaitu: (i) Mengembangkan Koridor Ekonomi Indonesia, (ii) Memperkuat
Konektivitas Nasional dan (iii) Mempercepat Kemampuan Iptek Nasional.
Gencarnya Pengembangan Koridor Ekonomi Indonesia yang dilontarkan akhirakhir ini, melatarbelakangi kami untuk mengangkatnya sebagai tema utama pada
edisi bulan Maret-April 2011 ini. Adapun pengertian Koridor Ekonomi adalah
sebuah wilayah yang ditargetkan untuk menjadi inisiatif perkembangan dan
proyek infrastruktur untuk menciptakan dan memperkuat basis ekonomi yang
integral dan kompetitif dalam mencapai pembangunan berkelanjutan.
Mengembangkan koridor ekonomi adalah membangun pusat-pusat pertumbuhan
di setiap koridor dengan pengembangan klaster industri berbasis sumber daya
unggulan (komoditi). telah ditetapkan tiga kelompok koridor ekonomi yaitu pertama,
Sumatera dan Jawa yang fokus pada sentra produksi dan pengolahan hasil bumi serta
sebagai lumbung energi nasional. Kedua, koridor ekonomi Kalimantan dan Sulawesi
sebagai pusat produksi dan pengolahan hasil tambang dan lumbung energi nasional.
Ketiga, koridor ekonomi Bali-Nusatenggara dan Papua-Maluku sebagai pintu gerbang
pariwisata nasional dan pendukung pangan nasional.
Dalam topik Utama edisi kali ini, redaksi mencoba untuk mengangkat artikel yaitu
tinjau Ulang Peran Pengembangan Kawasan Ekonomi terpadu dan artikel Rencana
Pengembangan Kawasan Lumbung Iklan Nasional Maluku. Pada Proil Wilayah,
Koridor Pekanbaru - Dumai ditampilkan.
Pada rubrik wacana kali ini, akan dilontarkan sebuah pandangan terkait moda
transportasi busway yang saat ini masih menghadapi tantangan ke depannya.
Kekayaan Alam
Pekanbaru dan Dumia
untuk Indonesia
oleh : Redaksi Butaru
TOPIK UTAMA
Pembangunan Koridor Ekonomi
dalam Pengembangan Wilayah
16
oleh : Dr. Ir A. Kamarzuki
TOPIK UTAMA
Tinjau Ulang Peran
Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu
dalam ikut Mendorong
Pengembangan Wilayah Nasional
22
oleh : firman Napitupulu
TOPIK UTAMA
Kawasan Lumbung Ikan Nasional
Maluku Akan Dikembangkan
oleh: Ir. Kartika Listriana, MPPM,
28
TOPIK UTAMA
Koridor Ekonomi Indonesia
dalam Penataan Ruang:
32
Suatu Perspektif
oleh: Dr. Ir. Budi Situmorang, MURP,
WACANA
Hitam Putih TransJakarta
Selamat membaca
10
AGENDA
Agenda Kerja BKPRN
Maret - April 2011
36
39
Redaksi
Maret - April 2011 | buletin tata ruang
3
proil tokoh
Dr. Ir. Eko Luky
Wuryanto
(Deputi Menko Perekonomian
bidang Infrastruktur dan
Pengembangan Wilayah)
Mengintegrasikan dan
Memperkuat Wilayah
di Sepanjang Koridor
Prinsip Pengembangan Koridor Ekonomi Indonesia adalah pemanfaatan secara maksimal
Sumber Daya Alam (SDA) di suatu wilayah bagi perkembangan ekonomi daerah yang
menghasilkannya. optimalisasi SDA yang ada di suatu daerah, diharapkan akan
mendorong terjadinya peningkatan aktiitas ekonomi serta terjadi peningkatan “jam
kerja” di daerah tersebut, baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
“Sumber daya pendanaan di luar APBN akan lebih efektif dan akan lebih bermakna kalau
kita mengembangkan daerah-daerah yang relatif berkembang. Hal ini yang disebut
pendekatan koridor, yaitu kita membesarkan pembangunan dulu baru kemudian
menyebarkannya”, demikian tutur Eko Luky Wuryanto, Deputi Menko Perekonomian
bidang Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah.
Dr. Ir. Eko Luky Wuryanto
saat ini menjabat
sebagai Deputi Menko
Perekonomian bidang
infrastruktur dan
pengembangan wilayah.
Ditemui disela kesibukannya memimpin rapat terkait penyelesaian program
pengembangan koridor ekonomi, doktor ekonomi dan pengembangan wilayah
jebolan Cornell University, Amerika Serikat ini banyak melontarkan gagasan seputar
pengembangan wilayah di Indonesia. tidak sekedar wacana, kepedulian Eko terhadap
pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pembangunan di Indonesia ini diwujudkan
dengan terlibat aktif dalam penyelesaian strategi dan program pembangunan yang lebih
nyata dan action oriented di sepanjang koridor wilayah Indonesia.
Pandangan-pandangan Eko tentang konsep pengembangan koridor ekonomi Indonesia
diuraikannya secara lugas dalam wawancara yang berlangsung kurang lebih dua jam,
bertempat di kantor beliau. Berikut adalah petikan wawancaranya.
Menurut pendapat Bapak, bagaimana kondisi perekonomian di Indonesia pada saat ini ?
Banyak kalangan yang melihat kondisi Indonesia saat ini seperti “gadis cantik” karena
semua masyarakat ekonomi dunia itu melihat Indonesia punya strategi yang berhasil
dalam menghadapi krisis global tahun 2008. Hal ini ditunjukkan dengan kondisi makro
yang intake tetap bertahan, stabil dan tidak berubah. Demikian juga dengan konsumsi
masyarakat, dimana kondisinya juga tetap stabil. Memang ada sedikit penurunan, tetapi
kita tidak seperti negara-negara yang begitu mengalami krisis global, pertumbuhannya
ada yang menjadi negatif. Negara kita tetap positif pertumbuhannya, walaupun
berkurang tetapi pertumbuhannya di atas nol.
Bagaimana bila dibandingkan dengan Cina dan India yang penduduknya relatif lebih
besar?
Dibandingkan dengan Cina dan India yang memang telah menjadi “macan” ekonomi
dunia, kita memang belum seperti mereka karena mereka sudah lebih tinggi, tetapi
kondisi kita dekat dengan kedua negara tersebut dibandingkan dengan Singapura atau
thailand yang pertumbuhan ekonominya minus, apalagi dibandingkan dengan negara
Eropa. Mungkin memang ekonomi kita kuat, dimana kita tidak terlalu terkena dampak
krisis global, tetapi ha ini juga karena kita tidak banyak berhubungan dengan dunia luar.
4
buletin tata ruang | Maret - April 2011
Desain percepatan pembangunan ekonomi Indonesia memiliki
tiga strategi utama yaitu mengembangkan
koridor ekonomi nasional, memperkuat konektivitas nasional
dan mempercepat kemampuan sumber daya manusia serta
ilmu pengetahuan dan teknologi nasional.
Lebih konkritnya pak?
Artinya peran ekspor kita kecil, jadi
ekonomi kita tidak bergantung banyak
kepada pasar luar negeri. Kita lebih
menggantungkan kepada pasar dalam
negeri. Jadi ketika pasar luar negeri
melonjak turun, kita tidak terlalu
terpengaruh. Kita berada di nomor 17 di
dunia, oleh karenanya kita masuk dalam
kelompok G-20. Jadi keberhasilan kita
mempertahankan pertumbuhan ekonomi
di atas nol itu kemudian menempatkan
kita berada di G-20.
Sejak krisis global 2008 kondisi dunia
saat ini sudah berangsur-angsur
pulih. Singapura sudah melonjak lagi,
karena pertumbuhannya dari minus
kemudian jadi plus sehingga seolah-olah
pertumbuhannya sangat tinggi. Demikian
juga dengan thailand dan filipina yang
juga mengalami lonjakan.
Jadi perekonomian nasional kita
mengalami kenaikan?
Indonesia memang mengalami kenaikan,
tetapi tidak secepat Singapura, filipina
atau thailand. Ekonomi kita jalannya
pelan karena ternyata memang kondisi
makro kita kuat, namun kondisi mikro
tidak sekuat makro. Artinya balik lagi
kepada ekonomi biaya tinggi, dimana di
negara kita masih terjadi pola ekonomi
biaya tinggi.
Menurut pendapat Bapak, faktor-faktor
apa saja yang menyebabkan lambatnya
pertumbuhan ekonomi kita?
Walaupun kita dipandang sebagai daerah
yang sangat menarik untuk investasi,
tetapi realisasi investasinya tidak secepat
yang kita inginkan, karena banyak kendala
di bidang infrastruktur. Sumber daya
manusia banyak dan bagus, dan sumber
daya alam tidak perlu diragukan. tetapi
infrastruktur dan regulasi yang ada saat
ini masih menyulitkan para investor.
Mereka sangat ingin ke Indonesia, tetapi
kemudian yang direalisasikan itu hanya
portofolio lewat pasar modal, dimana di
pasar modal memang cukup maju dan
return nya menarik. tetapi yang diinginkan
Indonesia itu adalah di sektor riil, karena
begitu investor masuk dan mendirikan
pabrik, ada transfer of know how, ada
tenaga kerja yang terlibat, sehingga
dipastikan pertumbuhan ekonomi kita
akan meningkat dengan cepat. Apalagi
kalau investasi itu terjadi didaerah-daerah
yang sangat potensial.
Bagaimana dengan kebijakan
pengelolaan sumber daya alam negeri
kita?
Kondisi saat ini, sumber daya (resources)
ada di luar Jawa tapi pengambil keputusan
masih di Jawa. Luar Jawa itu hanya
dimanfaatkan untuk diambil sumber daya
alamnya (dieksploitasi) dan langsung
diekspor (tidak diolah). Jadi daerah yang
kaya akan sumber daya alam itu tidak
mendapat nilai tambah dan tidak terjadi
peningkatan kesejahteraan disana.
Kita seharusnya berkomitmen, apakah kita
bisa menyiapkan processing? Memang
disadari untuk processing membutuhkan
prasyarat, Ya, yang utama jelas harus
ada energi dan yang kedua harus ada
infrastruktur, kalau sumber daya manusia
bisa mobile.
Lebih jauh, yang tidak kalah penting
adalah kita harus memiliki strategi.
Strategi tentang pengelolaan energi
dan sumber daya mineral demikian
penting karena yang lebih banyak
memberi pemasukan untuk negara adalah
dari energi dan sumber daya mineral
seperti, migas dan batubara. Dalam
hal ini, sebenarnya peran Kementerian
Perindustrian lebih relevan. terlebih
karena hilirnya sumber daya alam ada
di kementerian tersebut. Jadi, pola
pengelolaan ESDM seharusnya diubah,
dari menjual mineral sebagai bahan
mentah menjadi mineral setengah jadi.
Beberapa waktu lalu diselenggarakan
kick-of meeting mengenai “Penyusunan
Masterplan Percepatan dan Perluasan
Pembangunan Ekonomi Indonesia
2011-2025”, dimana penyelenggaranya
adalah Menko Perekonomian. Apa yang
melatarbelakangi dilaksanakannya
kegiatan tersebut ?
Pertemuan ini intinya adalah untuk
melakukan dialog dengan luar Jawa yang
memang sudah lama direncanakan. tetapi
sejauh ini kita mencari cara bagaimana
strateginya. Bappenas tidak pernah
mengeluarkan strategi pengembangan
Maret - April 2011 | buletin tata ruang
5
proil tokoh
Dilihat dari pemanfaatan APBN atau sumber daya
pendanaan di luar APBN akan lebih efektif dan akan lebih
bermakna kalau kita mengembangkan daerah-daerah
yang relatif berkembang. Hal ini yang disebut
pendekatan koridor,yaitu kita membesarkan
pembangunan dulu baru kemudian menyebarkannya.
wilayah yang istilahnya ‘didengarkan
orang’. Memang saat Repelita II pernah
ada, tapi setelah itu tidak ada lagi.
Kemudian Kementerian Perindustrian juga
pernah mengeluarkan WPPI yaitu wilayah
pusat pengembangan industri, dimana
daerah WPPI I adalah wilayah Sumatera,
wilayah WPPI II dan lain-lain, tetapi
kemudian hilang.
Beberapa waktu yang lalu kita pernah
mempunyai studi yang disebut sebagai
koridor ekonomi, dimana dicoba
dikembangkan regional development
approach yang intinya tidak lain adalah
pusat-pusat pertumbuhan.
Bagaimana kaitannya dengan
Pengembangan Kawasan Andalan dan
Pengembangan Kapet?
Sebenarnya sudah cukup lama
pemerintah pusat ingin membangun
pusat pertumbuhan di luar pulau Jawa.
Beberapa waktu yang lalu telah disusun
Rencana Pengembangan Kawasan
Andalan, juga pengembangan KAPEt,
hanya terkesan kurang berkembang.
Hingga akhirnya ada pemikiran
pengembangan koridor, karena memang
kita melihat pengalaman beberapa negara
lain, seperti, India dan Greater Mekong
Delta, yang mengembangkan koridor dan
ternyata cukup berhasil.
Ketika dicermati lebih jauh, ternyata ada
perbedaan Kawasan Andalan dengan
6
buletin tata ruang | Maret - April 2011
koridor dimana di pengembangan koridor
ada penetapan prioritas pengembangan
di wilayah koridornya. Koridor Sumatera
misalnya, yang ditetapkan koridornya
adalah wilayah pantai timur, karena
memang pantai timur relatif lebih
berkembang dibandingkan dengan
pantai Barat. Konkritnya, bila ingin
mengembangkan wilayah Sumatera,
lebih baik kita konsentrasi dulu di pantai
timur sebagai daerah pusat-pusat
perkembangannya. Nanti diharapkan
wilayah tersebut akan menularkan
ke kawasan Barat. Jadi pusat-pusat
pertumbuhannya pun kemudian
ditetapkan di wilayah pantai timur
Sumatera.
Memang akan dipertanyakan, apakah
kita akan meninggalkan wilayah Barat
Sumatera? Di awal kelihatannya memang
demikian, karena dana kita terbatas.
Jadi kita akan mengembangkan yang
lebih maju dulu dengan program
pembangunan pelabuhan dan bandara,
kemudian untuk yang ke Barat kita batasi
hanya pada jalur-jalur utama. Jadi wilayah
Barat juga akan tetap dikembangkan
misalnya dari Palembang itu jalur ekonomi
yang ke Barat ke arah Bengkulu, dan dari
Pekanbaru yang dikembangkan ke arah
Padang. Lebih jauh kalau memang kita
ingin mengembangkan Padang atau
Bengkulu, yang diusulkan bukan program
pertumbuhan tetapi lebih ke arah program
pelayanan dasar seperti pendidikan dan
air bersih.
Salah satu elemen utama strategi
penyusunan Masterplan tersebut
adalah dengan mengembangkan
koridor ekonomi di Indonesia, mengapa
dipilih koridor ekonomi sebagai sarana
percepatan pertumbuhan ekonomi di
Indonesia ?
Begini, kita lebih memilih
mengkonsentrasikan pertumbuhan
ekonomi pada koridor-koridor ekonomi
terlebih dahulu. Dengan asumsi investasi
yang kita lakukan pada koridor ekonomi
akan lebih cepat kembali dibandingkan
yang kita investasikan di luar koridor.
Koridor ekonomi yang dipilih adalah
kawasan-kawasan yang lebih berkembang
dibandingkan kawasan lainnya. Jadi
multiplier ekonominya sudah jelas akan
lebih banyak.
Bagaimana dengan pertumbuhan di luar
koridor ekonomi?
Sebagaimana kita ketahui bahwa
penyusunan Masterplan pada koridor
ekonomi, memakai 3 pendekatan yaitu
pertama koridor ekonomi; yang kedua
adalah konektivitas; dan ketiga sumber
daya manusia dan IPtEK.
Untuk konektivitas, ada dua misi yang
ingin dicapai. Pertama, menghubungkan
antar pusat-pusat pertumbuhan di koridor
ekonomi. Kedua, menghubungkan
antara koridor ekonomi dengan yang di
luar koridor yang menjadi tugas APBN.
Diharapkan pengembangan pada koridor
ekonomi bisa dilaksanakan oleh swasta,
sedangkan yang menghubungkan antara
koridor ekonomi dan yang diluar koridor
ekonomi dilaksanakan oleh pemerintah
melalui mekanisme RPJM.
Dalam rangka melaksanakan program
tersebut, dukungan apa saja yang
diberikan oleh pemerintah ?
Penyusunan Masterplan saat ini agak
berbeda dengan penyusunan Masterplan
di masa lalu, saat ini kita melibatkan
pihak swasta, pemerintah daerah, dan
lain lain. Pola yang dikembangkan dalam
Masterplan adalah untuk memfasilitasi
dunia usaha. oleh karena itu dalam
Masterplan ini juga terdapat daftar
dukungan-dukungan apa yang dibutuhkan
oleh kalangan dunia usaha dan hambatanhambatan regulasi atau birokrasi apa yang
ditemui oleh dunia usaha baik di pusat
maupun di daerah. Selanjutnya, hasil
inventarisasi ini kemudian disampaikan
kepada pemerintah, dalam hal ini
kementerian yang menanganinya.
Sebagai contoh ada yang mengusulkan
UU Ketenagakerjaan diganti, maka hal ini
kita sampaikan ke Kementerian tenaga
Kerja dan transmigrasi untuk ditelaah
apakah mungkin untuk diganti seluruhnya
atau hanya perlu direvisi sebagian. Kalau
akan dilakukan penggantian/revisi berapa
lama waktu yang diperlukan. Hal ini akan
dilakukan melalui proses dialog antara
Kementerian terkait dengan pihak swasta.
Pada dasarnya apa yang disuarakan
oleh pihak swasta akan kita minta
tanggapannya kepada para menteri yang
terkait. Demikian juga terkait sektor lain,
kami akan meminta penjelasan kepada
sektor yang bersangkutan sesuai dengan
tugas kerjanya.
Menurut Bapak, bagaimana pola koridor
ekonomi itu sendiri ?
Pola itu dapat digambarkan yaitu misalkan
ada sekitar 20 proyek besar yang menjadi
prioritas pemerintah, maka harus disusun
katalisasi pelaksanaan proyek tersebut
di dalam Masterplan sampai 2014. Harus
diindentiikasikan proyek-proyek yang
sudah menjadi kesepakatan antara
pemerintah dan swasta pada tiap-tiap
koridornya, sehingga bisa disusun jadwal
pelaksanaannya. Kemudian disusun lagi
prioritas pelaksanaan proyek berdasarkan
keterlibatan pemerintah, semakin kecil
keterlibatan pemerintah dalam proyek
maka semakin tinggi prioritas proyek
tersebut. Sebagai contoh Proyek Jalan tol
trans Jawa diharapkan selesai pada tahun
2014, dimana pada proyek ini keterlibatan
pihak swasta menjadi hal yang utama.
Kalau proyek ini jalan, diharapkan akan
men-trigger pelaksanaan masterplan
lainnya, sehingga lambat laun pihak
investor akan memiliki kepercayaan
diri bahwa ternyata memang programprogram ini benar jalan.
Apabila Masterplan sudah selesai disusun,
selanjutnya dibuat action plan yang
nantinya akan diturunkan sebagai INPRES
untuk hal-hal yang menjadi bagian
pemerintah terutama yang kaitannya
dengan infrastruktur dan regulasi,
sehingga hal tersebut akan menjadi
komitmen pemerintah. Sebagai tindak
lanjut dari Masterplan, nanti juga ada
tim kerja yang akan terus memonitor
pelaksanaan. tim kerja ini akan memonitor
INPRES dan juga menyiapkan desk
untuk wadah bertemunya swasta dan
pemerintah dalam rangka menyelesaikan
project showcase.
Sebenarnya sudah ada satu pola, yaitu
contoh proyek di Lombok, dimana kita
pernah ingin mendatangkan satu investor
luar negeri dari Uni Emirat Arab, namanya
EMAAR dari Dubai. Waktu kunjungan
delegasi Indonesia ke sana, mereka sangat
Maret - April 2011 | buletin tata ruang
7
proil tokoh
tertarik untuk investasi. Mereka akan
membuat resort yang diharapkan akan
memacu pertumbuhan ekonomi, karena
mereka sudah berhasil dimana-mana.
Mereka mau datang (tertarik dengan
Lombok), tetapi mereka meminta bandara
yang representatif, akses jalan yang baik
dari bandara ke lokasi serta fasilitas air
bersih sebagai salah satu syarat sebelum
mereka melakukan investasi. Pemerintah
melalui proses yang cukup panjang pada
akhirnya bisa menyediakan fasilitas yang
diminta. Bandara sudah dibangun, jalan
sudah diperlebar, air bersih juga sudah
disiapkan, akan tetapi tiba-tiba Dubai
krisis, sehingga tidak jadi berinvestasi,
padahal permintaan mereka sudah
dipenuhi oleh pemerintah. Jadi sebenarnya
pemerintah bisa kalau mau berkonsolidasi
untuk hal-hal yang seperti itu.
Lebih lanjut, diharapkan hal tersebut
dapat diaplikasikan pada 20 proyek besar
yang menjadi prioritas. Yang harus sangat
dihindari adalah jangan sampai ada proyek
prioritas yang banyak bersinggungan
dengan UU yang bermasalah, agar kita
bisa memperkirakan batas waktunya,
pasti dalam prosesnya nanti ada regulasi
yang diperbaiki akan tetapi diharapkan
perbaikan regulasi tersebut tidak malah
menjadi penghambat.
8
buletin tata ruang | Maret - April 2011
Program tersebut tentunya akan
melibatkan banyak stakeholder, siapa
yang akan menjadi fasilitatornya?
Kemenko Perekonomian dan Bappenas
akan bertindak selaku fasilitator. Kita
mengharapkan adanya dialog yang
intensif antara pemerintah dan swasta,
kalau pihak swasta misalnya sudah
puas dengan jawaban dari pemerintah,
diharapkan akan ada komitmen untuk
berinvestasi. Sebetulnya dari proses
dialog bersama ini, kita sudah bisa
mengindikasikan besaran investasi
yang akan ditanamkan sampai dengan
2014, yang disusun per sektor dan
per koridor. Hal yang menjadi catatan
utama adalah bahwa pihak swasta akan
melakukan investasi, apabila dukungan
infrastrukturnya dipenuhi atau permintaan
dukungannya dipenuhi.
Bagaimanakah kendala-kendala yang
akan dihadapi dalam merealisasikan
program tersebut?
Minister mengirimi surat secara langsung
kepada 200 orang the best brain melalui
perusahaan-perusahaan. Jadi tenaga
yang dikirim oleh perusahaan bukan
sembarangan orang. tadinya kita ingin
mencontoh hal tersebut tetapi tidak
dimungkinkan oleh karena berbagai hal.
Dalam kapasitas sebagai Deputi Menteri
Bidang Infrastruktur dan Pengembangan
Wilayah, Kemenko Perekonomian, sejauh
manakah keterlibatan Bapak dalam
program tersebut ?
Begini, adalah sulit untuk menghimpun
kemauan semua orang, mengingat ini
merupakan proses yang pertama kali
dilakukan. Kita belum melaksanakan
diskusi yang intensif seperti yang
dilakukan oleh Malaysia. Walaupun
Malaysia sudah memiliki rencana
pembangunan lima tahunan akan
tetapi mereka juga membuat semacam
Masterplan. tetapi bedanya di sana 400
orang bekerja secara intensif selama 2
bulan penuh dalam satu gedung, dimana
dari 400 orang itu, 200 orang berasal
dari pemerintah, dan 200 dari the best
brain swasta dan dibantu oleh konsultan
internasional.
Kemenko Perekonomian tidak menyusun
Masterplan ini dari awal, karena
Masterplan ini seharusnya telah disusun
oleh Bappenas, jadi ini merupakan
kombinasi, karena secara kebetulan
Kemenko memiliki studi tentang koridor
sedangkan Bappenas memiliki studi
tentang konektivitas, sehingga kemudian
kedua hal tersebut menjadi dua pilar.
Ada satu lagi pilar yang namanya
IPtEK dan SDM dimana institusi yang
menjadi penanggung jawabnya adalah,
Kemendiknas, Kemenaker, Kemenristek
serta Komite Inovasi Nasional, dimana pilar
ini diharapkan menjadi pilar ketiga.
Mereka dibebaskan dari tugas sehari-hari
setiap hari bekerja di sana. Pemerintah
menyediakan satu gedung milik Petronas
yang disewa selama dua bulan untuk
bekerja menyusun Masterplan. Setiap 2
minggu Prime Minister datang meninjau
untuk menanyakan kemajuannya. Prime
Masterplan ini seharusnya masuk ke
dalam sistem pembangunan nasional,
artinya kalau ada infrastruktur yang
direkomendasikan oleh Masterplan ini,
harapannya harus masuk ke RKP (Rencana
Kerja Pemerintah) sehingga bisa didanai.
Kemenko bertugas untuk mengawal
pelaksanaannya serta mengkoordinir
sektor-sektor yang nantinya menjadi
sorotan dan dijadikan prioritas. Jadi
kita akan meminta sektor-sektor untuk
melaksanakan apa yang sudah dirumuskan
dalam Masterplan tersebut.
Dalam program tersebut, keluaran
seperti apa yang diharapkan serta
seberapa besar pengaruh yang akan
ditimbulkan terhadap perekonomian di
Indonesia?
Kita sangat mengharapkan terjadinya
pembangunan wilayah dan perekonomian
yang lebih berimbang antara Pulau Jawa
dan pulau lainnya. Sebagai mana kita
ketahui bersama bahwa sekarang ini Pulau
Jawa masih mendominasi perekonomian
Indonesia. Hal ini diindikasikan dari hampir
58% PDB nasional adalah dari Pulau Jawa.
Pemerintah memprediksikan pada tahun
2025 PDB nasional akan naik 6 kali lipat
menjadi 4300 Milyar USD dari PDB nasional
yang saat ini sebesar 700 milyar USD.
Diharapkan dari kondisi tersebut,
kontribusi PDB dari Pulau Jawa cukup
54% saja. Artinya Pulau Jawa yang tadinya
berkontribusi 450 milyar USD akan
menjadi 2000-an milyar USD atau berarti
hanya naik 3 kali lipat lebih. Sedangkan
sisanya 250 milyar USD harus menjadi
2.000-an milyar USD atau berarti naik
menjadi 8 kali lipat.
Bagaimana cara kita mencapainya?
Untuk mencapainya sudah tentu akan
sangat membutuhkan energi yang
banyak. Berapa energi yang harus
dibangun di luar Jawa untuk membuat hal
itu dapat terjadi?
Salah satu contoh adalah dalam
eksploitasi aluminium , yang berasal dari
bahan dasar alumina, dimana alumina
berasal dari bauksit. Yang terjadi sekarang
kita hanya mengambil bauksitnya dan
Sebaiknya pintu gerbang negara tidak hanya di wilayah Barat
Indonesia saja, tetapi juga di wilayah Timur, supaya terjadi
penyebaran pertumbuhan
langsung diekspor tanpa diproses terlebih
dahulu. Padahal jika kita bisa membuat
alumunium di Kalimantan maka nilai
ekonomisnya akan jauh menjadi lebih
tinggi. Misalnya, 1 juta ton bauksit per
tahun, yang dijual seharga 1 USD/ton jadi
total yang kita dapatkan hanya 1 juta USD.
Sedangkan kalau dijadikan alumunium
bisa menjadi 30 juta USD, yang berarti
ada 30 kali peningkatan value added,
belum multiplier efect lainnya seperti
penyerapan tenaga kerja yang sudah pasti
juga akan meningkat. Disamping bauksit
di Kalimantan, kita juga memiliki nikel di
Sulawesi dan emas di Halmahera. Jadi
yang dapat mendorong terjadinya semua
itu adalah ketersediaan energi di setiap
wilayah tersebut, yang dapat mendukung
proses bahan-bahan mentah tersebut agar
memiliki nilai tambah yang tinggi.
Lebih lanjut, hal lain yang harus kita
perhatikan adalah pemilihan pintu
gerbang negara. Sebaiknya pintu gerbang
negara tidak hanya di wilayah Barat
Indonesia saja, tetapi juga di wilayah timur,
supaya terjadi penyebaran pertumbuhan.
Sebagai contoh, pintu gerbang laut bisa
ditetapkan dengan 2 (dua) pilihan tempat,
yaitu satu di Sumatera Utara (karena
dilewati selat Malaka yang sangat ramai)
dan satu lagi di Bitung (Sulawesi Utara).
Jadi yang namanya lintas barang itu
transitnya di dua tempat itu, yang ke arah
Jepang lewat Bitung, yang ke Eropa lewat
Sumatera Utara.
Sementara untuk pintu gerbang udara,
di samping bandara Soekarno Hatta
(Banten) seharusnya ada pembagian
beban yaitu bandara Hassanudin (untuk
timur Indonesia) dan Kuala Namu (untuk
Barat Indonesia), bahkan mungkin di Bali.
Harapannya adalah agar penyebarannya
terjadi lebih cepat. Diharapkan dari situ,
perekonomian makin berkembang dan
dapat lebih mendorong sektor produksi.
Jadi, tidak hanya terkonsentrasi di wilayah
Barat saja, tetapi juga di wilayah timur
Indonesia.
Maret - April 2011 | buletin tata ruang
9
proil wilayah
KEKAYAAN
ALAM
Pekanbaru dan Dumai untuk Indonesia
oleh: Redaksi Butaru
Pekanbaru dan Dumai
ditetapkan menjadi
bagian dari koridor
ekonomi khususnya
wilayah Sumatera.
Wilayah Pekanbaru dan Dumai berada di Provinsi Riau yang merupakan provinsi yang
terbentuk dari beberapa kali proses pemekaran wilayah. Dimulai dari awal kemerdekaan
Indonesia, wilayah Riau masih tergabung di dalam Provinsi Sumatra yang berpusat di
Medan, kemudian Provinsi Sumatra dimekarkan menjadi tiga provinsi yaitu Provinsi
Sumatra Utara, Sumatra tengah, dan Sumatra Selatan. Provinsi Riau mulai terlepas dari
Provinsi Sumatra tengah tahun 1957, melalui UU Darurat No.19 tahun 1957, di mana
Provinsi Sumatra tengah dimekarkan menjadi tiga provinsi, yaitu Provinsi Riau, Jambi,
dan Sumatra Barat. Proses pemekaran tersebut tidak hanya terhenti pada tahun 1957 saja,
akan tetapi berlanjut pada tahun 2002. Berdasarkan UU No.25 tahun 2002, Provinsi Riau
melakukan pemekaran wilayah menjadi dua yaitu Provinsi Kepulauan Riau dan Provinsi
Riau yang bertahan hingga kini.
Berdasarkan sensus penduduk yang dilakukan pada tahun 2010, Provinsi Riau yang
beribukota Pekanbaru ini memiliki luas wilayah sebesar 88.672,67 Km², dengan jumlah
penduduk sebesar 5.543.031 jiwa dan kepadatan 62 jiwa/ Km². Secara administratif
provinsi ini terdiri dari sepuluh kabupaten dan dua kota, yaitu Kota Pekanbaru dan Kota
Dumai. Ke dua kota tersebut memiliki peran yang sangat penting terhadap pembangunan
Provinsi Riau, Pulau Sumatra, bahkan Indonesia.
Wilayah Administrasi Provinsi Riau
Dumai dan Pekanbaru merupakan wilayah
yang memiliki banyak keunggulan baik
dari kekayaan sumberdaya alam dan letak
wilayah yang sangat strategis, sehingga
Pemerintah pusat dan daerah sangat yakin
untuk menjadikan wilayah tersebut sebagai
salah satu titik pertumbuhan ekonomi
dengan skala Nasional. Dengan demikian
wilayah tersebut ditetapkan menjadi
bagian dari salah satu Koridor Ekonomi
Indonesia, yaitu Koridor Pantai timur
Sumatra – Jawa Bagian Barat Laut (Koridor
Sumatra) dengan tema pembangunan
“Pusat Produksi dan Pengolahan Hasil
Bumi dan Lumbung Energi Nasional”.
Diharapkan perhatian Pemerintah terhadap
wilayah tersebut, dapat memberikan
kontribusi
pertumbuhan
ekonomi
Indonesia menjadi 7-8% per tahun sehingga
dapat
menempatkan
perekonomian
Indonesia menjadi peringkat ke 10 dunia
pada tahun 2030.
10
buletin tata ruang | Maret - April 2011
Apa yang menjadi sektor unggulan di wilayah ini?
Melalui hasil produksi sawit pada tahun 2009 di Pulau Sumatra menjadikan Indonesia
menduduki peringkat nomor 1 dunia dalam produksi kelapa sawit sebesar 19,3 Juta ton/
tahun atau sekitar 45% produksi dunia dan peringkat 1 dalam produksi karet sebesar
4,43% per tahun. Pencapaian tersebut tidak terlepas dari kontribusi hasil kelapa sawit
dan karet dari Riau, di mana Pekanbaru dan Dumai terdapat di dalamnya, sebagaimana
terlihat pada tabel berikut ini:
Potensi Perkebunan Pulau Sumatra tahun 2008
Provinsi
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Bangka Belitung
Kepulauan Riau
Produksi Karet/Ton
95,777.00
475,307.00
98,570.00
379,592.00
332,256.00
572,282.00
53,624.00
74,702.00
20,720.00
22,834.00
Provinsi
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Bangka Belitung
Kepulauan Riau
Produksi Sawit/Ton
709,021.00
3,200,673.00
898,640.00
5,072,834.00
1,210,238.00
1,829,609.00
355,945.00
406,863.00
407,174.00
10
Sumber:BPS, Provinsi Riau, 2010
Kota Pekanbaru diyakini
dapat dengan cepat
tumbuh dan berkembang
melalui jalur perdagangan
internasional dengan
memanfaatkan
lokasi simpul segi tiga
pertumbuhan IndonesiaMalaysia-Singapura.
Kota Pekanbaru dan Dumai ini memiliki kemampuan tinggi untuk tumbuh kembang
mandiri dari hasil bumi dan kekayaan alam lainnya, sehingga banyak diminati investor
lokal bahkan asing untuk menanam modal lewat kegiatan industri pengolahan yang
sangat menjanjikan bagi Pemerintah, pihak investor sendiri, dan tentunya penduduk
lokal.
Kota Pekanbaru di masa silam hanya berupa dusun kecil bernama Payung Sekaki yang
terletak di pinggiran Sungai Siak. Dusun sederhana itu kemudian dikenal juga dengan
sebutan Dusun Senapelan. Desa ini berkembang pesat, terlebih setelah lokasi pasar
(pekan) lama pindah ke seberang pada tanggal 23 Juni 1784 terciptalah pasar baru yang
identik dengan sebutan ”Pekan Baru”, nama yang hingga kini dipakai untuk menyebut
Kota Pekanbaru.
Sejak dulu kegiatan perdagangan
telah ramai di kota ini,Sungai Siak yang
membelah kota menjadi prasarana
transportasi sungai yang menghubungkan
ke dan dari beberapa kota pantai di
Provinsi Riau, luar Pulau Sumatra, bahkan
dijadikan sebagai jalur perdagangan antar
pulau dan juga ke luar negeri, terutama
Malaysia dan Singapura. Kota Pekanbaru
diyakini dapat dengan cepat tumbuh dan
berkembang melalui jalur perdagangan
internasional dengan memanfaatkan
lokasi yang sangat menguntungkan, yakni
berada di simpul segi tiga pertumbuhan
Indonesia-Malaysia-Singapura, dan di jalur
lalu lintas angkutan lintas timur Sumatera.
Maret - April 2011 | buletin tata ruang
11
proil wilayah
lalu lintas angkutan lintas timur Sumatera. Menanggapi tantangan Pemerintah untuk
menjadikan Indonesia peringkat 10 (sepuluh) besar di dalam pertumbuhan ekonomi,
maka Pemerintah Provinsi Riau menyusun strategi pertumbuhan ekonomi melalui
Kawasan Strategi dan Cepat tumbuh. Di antara 6 (enam) usulan Kawasan Strategis
dan Cepat tumbuh di Provinsi Riau, Kota Pekanbaru termasuk salah satu di dalamnya.
Pekanbaru akan dijadikan sebagai Kota Metropolitan dengan fungsi utama kota industri,
perdagangan dan jasa serta pusat layanan permukiman dengan skala provinsi. Untuk
menjadikan Kota Pekanbaru menjadi Kota Metropolitan, sudah selayaknya diperlukan
perencanaan infrastruktur yang lebih matang untuk kedepannya dengan tujuan utama
mendukung kegiatan industri, perdagangan, dan mempermudah mobilitas para
penduduk. Rencana Jalan tol Pekanbaru - Dumai dengan total panjang ruas jalan tol
135,34 Km ini diyakini dapat memberikan pengaruh positif terhadap wilayah- wilayah
yang dilalui dan mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi.
Iklim usaha yang kondusif
merupakan nyawa dari
pertumbuhan ekonomi.
Rencana Jalan Tol
Pekanbaru - Dumai
dengan total panjang
135,34 km diyakini dapat
memberikan pengaruh
positif terhadap wilayah
yang dilalui dan
mampu mempercepat
pertumbuhan ekonomi.
12
buletin tata ruang | Maret - April 2011
tidak dapat dipungkiri lagi bahwa pertumbuhan ekonomi di Kota Pekanbaru ini banyak
ditopang dari adanya aliran investasi baik dari dalam negeri maupun luar negeri,
banyaknya penanam modal atau perusahan melakukan aktivitas jual dan membeli
barang modal untuk menambah kemampuan produksi barang dan jasa. Iklim usaha yang
kondusif merupakan elemen penting dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi, oleh
karena itu diperlukan hubungan yang harmonis antara investor, Pemda selaku pemegang
wewenang melalui kebijakan, dan tentunya masyarakat setempat. Suatu wilayah dapat
dikatakan maju dan berkembang jika penduduk yang ada di dalamnya sejahtera jauh dari
masalah sosial. oleh karena itu pembinaan masyarakat merupakan salah satu misi Pemda
Kota Pekanbaru dalam pembangunan Kota Pekanbaru. Pemda akan menyiapkan sumber
daya manusia dengan menyediakan pelayanan pendidikan, tempat peribadatan, fasilitas
kesehatan, dan tetap menjaga kebudayaan untuk mencipkatan SDM yang rukun, damai,
berkualitas, sehat, dan sejahtera.
Berdasarkan Rancangan Akhir Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Kota
Pekanbaru tahun 2006-2026, perkiraan rata-rata laju pertumbuhan ekonomi Kota
Pekanbaru selama kurun waktu tersebut adalah 7 (tujuh) persen, dengan perkiraan
konstribusi yang terbesar berasal dari lapangan usaha industri pengolahan,
perdagangan, hotel dan restoran. Adapun beberapa Penanam Modal Asing (PMA) seperti
Pt Caltex Paciic Indonesia, perusahaan minyak terbesar di Indonesia, atau Pt Indah Kiat
Pulp and Paper yang bergerak di bidang usaha pulp dan kertas, dan di bidang kehutanan
yaitu Pt Surya Dumai dan Pt Siak Raya yang ikut meramaikan aktivitas industri di
Pekanbaru dan memberikan kontribusi terhadap PDRB.
Kota Dumai yang
terletak 188 km dari kota
Pekanbaru, merupakan
kota terbesar nomor 2 di
Indonesia yang memiliki
SDA yang sangat
melimpah.
Kota Dumai yang terletak di Provinsi Riau ini merupakan merupakan hasil pemekaran
dari Kabupaten Bengkalis yang diresmikan sebagai kota pada 20 April 1999, dengan
UU No. 16 tahun 1999 tanggal 20 April 1999 setelah sebelumnya sempat menjadi kota
administratif (kotif ) di dalam Kabupaten Bengkalis. Kota Dumai yang merupakan kota
terbesar nomor 2 (dua) di Indonesia setelah Manokwari ini yang berada 188 km dari
Kota Pekanbaru dan memiliki SDA yang sangat melimpah. Sebelum pemekaran, Kota
Dumai hanya dusun kecil di Pesisir timur Propinsi Riau, akan tetapi identitas ini telah
berubah karena dengan melimpahnya SDA ini menjadikan Kota Dumai bagaikan mutiara
di Pantai timur Sumatra. Selain itu, letak strategis yang terletak persis di Selat Malaka
dan bertetangga langsung dengan Malaysia juga menjadikan Kota Dumai sebagai pintu
gerbang lalu lintas perdagangan Nasional dan Internasional seperti halnya Pekanbaru.
Sekilas tentang Kota Dumai di atas, memberikan gambaran bahwa potensi luas wilayah
yang besar, kekayaan SDA dan letak strategis dapat dijadikan sebagai modal utama di
dalam pembangunan dan memajukan Kota Dumai dan Propinsi Riau khususnya dan
Indonesia pada umumnya.
Maret - April 2011 | buletin tata ruang
13
proil wilayah
Sumber Daya Alam dan Letak Strategis Menentukan Masa Depan Wilayah
Seperti halnya Kota Pekanbaru, Kota Dumai juga memiliki potensi dan unggulan pada
bidang pertambangan , penggalian, dan industri pengolahan. Sebagaimana terbukti
dalam pencapaian PDRB dari tahun 2005-2009, sektor pertambangan, penggalian, dan
sektor industri pengolahan dari tahun ke tahun selalu unggul dan bahkan menunjukan
peningkatan.
Dengan adanya kawasan
industri besar maupun
kecil tersebut tentunya
memberikan dampak
yang sangat positif bagi
perkembangan dan kemajuan
perekonomian Kota Dumai.
Kontribusi PDRB kota Dumai, terbesar dari sektor pertambangan dan penggalian serta
industri pengolahan tersebut tidak lepas dari campur tangan dari perusahaan yang
termasuk di dalam BUMN, para investor asing, serta mitra usaha lainnya yang ikut
berperan aktif, khususnya di Dumai dengan tujuan berperan aktif dalam pertumbuhan
perekonomian Riau dan Indonesia. Dengan menggunakan sumber daya alam serta
potensi unggulan yang ada, sejak beberapa tahun silam telah berdiri tiga industri
besar yang turut serta memajukan Dumai dengan potensi unggulan tersebut. Pt. CPI
(dahulu Caltex Paciic Indonesia sekarang Chevron Paciic Indonesia) yaitu perusahaan
asing eksplorasi minyak bumi, kemudian Pt. Pertamina yang bergerak dalam bidang
pengolahan dan pendistribusian minyak dan gas bumi dalam negeri, serta disusul oleh
industri pengolahan minyak sawit (CPo) Pt. BKR (Bukit Kapur Reksa). Julukan Kota Dumai
sebagai Kota Minyak tidaklah salah, julukan ini dapat dibuktikan dengan banyaknya
perusahan besar yang berskala Internasional yang melakukan eksplorasi minyak bumi di
Dumai Pt. Chevron Pasiic Indonesia
Kegiatan perindustrian Kota Dumai semakin diramaikan dengan timbulnya beberapa
industri kecil atau home Industri, seperti pengolahan hasil pertanian seperti kelapa
dijadikan VCo minyak kelapa murni dan kawasan industri yang strategis yaitu Kawasan
Industri Dumai (KID) di Pelintung, Kawasan Industri Lubuk Gaung, Kawasan Industri Dock
Yard, Kawasan Industi Bukit Kapur dan Kawasan Industri di Bukit timah, dan Kawasan
Industri Pelintung yang dinilai telah maju lebih pesat dari kawasan industri lainnya. Pada
Kawasan Industri Pelintung ini telah dibangun satu dermaga ekspor dengan kapasitas
tiga kapal tanker sekali sandar, selain itu juga telah dibangun juga pabrik pupuk NPK dan
telah berproduksi yang diyakini menjadi pabrik pupuk NPK terbesar di Asia tenggara.
14
buletin tata ruang | Maret - April 2011
Untuk mendukung pendistribusian barang dalam rangka ekspor barang, Dumai telah
memiliki berbagai prasarana dan sarana pendukung transportasi seperti 9 unit pelabuhan
besar yang berkualitas internasional, terdiri atas 4 unit dikelola dan dimiliki oleh Chevron
dan 5 unit milik Pemerintah yang dikelola oleh Pt. PELINDo I yang dapat menampung
kapal tanker dengan fasilitas pendukung seperti besar seperti kolam dan perairan
pelabuhan, panduan, penundaan, layanan hal, eksploitasi, dan penyewaan peralatan,
dermaga, kompleks kantor, gudang, bidang tempat pembuangan sampah, terminal
penumpang.
Melihat adanya kawasan perindustrian yang terus berkembang, maka PEMKot Dumai
merencanakan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Dumai untuk rencana kedepan, seluas
231.533,12 Ha yang meliputi 5 kecamatan yang berlokasi persis di sebelah Selat Malaka,
yaitu Kec. Dumai Barat, Kec. Dumai timur, Kec. Bukit Kapur, Kec. Medang Kampai, dan Kec.
Sungai Sembilan.
Seperti Kota Pekanbaru, Kota Dumai juga menjadi salah satu kawasan strategis dan cepat
tumbuh di Provinsi Riau dengan menjadikan Kota Dumai fungsi utama kota industri,
kawasan ekonomi khusus, dan menjadikan Kota Dumai sebagai exit dan entry point
Provinsi Riau lewat beberapa perencanaan pelabuhan di Kota Dumai.
Dengan adanya kawasan industri besar maupun kecil tersebut tentunya memberikan
dampak yang sangat positif bagi perkembangan dan kemajuan perekonomian Kota
Dumai, dan juga yang paling terpenting adalah telah memberikan kesempatan kerja
bagi masyarakat di Kota Dumai sehingga kesejahteraan masyarakat meningkat dan
menurunkan angka pengangguran yang merupakan salah satu prioritas Pemerintah
Provinsi Riau . Penurunan angka pengangguran Provinsi Riau telah terjadi sejak tahun
2004-2008, akan tetapi pada tahun 2009 kembali peningkatan sebesar 0.38% yang
disebabkan oleh pencari kerja (migrasi) melebihi peluang yang ada. Peningkatan angka
pengangguran tersebut merupakan tantangan bagi Pemerintah Riau untuk tahun ke
depannya, walaupun peningkatan tersebut tidak terlalu besar. (MPB)
Dengan adanya kawasan
industri besar maupun
kecil tersebut tentunya
memberikan dampak
yang sangat positif bagi
perkembangan dan kemajuan
perekonomian Kota Dumai.
Graik Presentase tingkat Pengangguran Provinsi Riau
Maret - April 2011 | buletin tata ruang
15
topik utama
Pembangunan
Koridor Ekonomi
dalam Pengembangan Wilayah
oleh: Dr. Ir. Abdul Kamarzuki,
Asisten Deputi Bidang Penataan Ruang
dan Pengembangan Wilayah,
Kemenko Perekonomian
Pembangunan Koridor Ekonomi (PKE) merupakan salah satu pilar utama, disamping
pendekatan konektivitas dan pendekatan pengembangan sumber daya manusia (SDM)
dan ilmu pengetahuan-teknologi (IPtEK), yang digunakan dalam penyiapan Masterplan
Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI).
Pendekatan Koridor Ekonomi dan Dinamika Regional
Indonesia merupakan salah satu negara yang memberi kontribusi
cukup besar terhadap peran kawasan Asia dalam kekuatan pasar
global, dimana lebih dari 50% penduduk dunia berlokasi di kawasan
tersebut. Kekuatan dari konsentrasi pasar global ini telah memberi
implikasi terhadap munculnya berbagai konsep atau pendekatan
kerjasama antar negara di kawasan Asia, seperti Great-Mekong
Sub-Region, IMt Growth triangle, BIMP East Asean Growth Area,
Mekong-India Industrial Coridor, dan juga kerjasama transportasi,
seperti trans-Asian Highway dan Railway, serta konsep-konsep
kerjasama lainnya. fakta menunjukkan, bahwa kerjasama regional
terebut telah memberi dampak positif bagi pertumbuhan ekonomi
di kawasan tersebut dan ditunjukkan dengan naiknya perdagangan
intra-regional di kawasan Asia timur dari 30% di tahun 1990an
menjadi 56% di tahun 2005 (ADB, 2007). Didukung adanya revolusi
teknologi, khususnya teknologi informasi mendorong munculnya
konsep-konsep kerjasama antar regional dalam suatu negara,
seperti Delhi-Mumbai Corridor, Sabah Corridor Development Region
dan Iskandar Development Region.
Konsep Pengembangan Koridor Ekonomi umumnya bertujuan
untuk menarik investasi dan meningkatkan aktivitas ekonomi
16
buletin tata ruang | Maret - April 2011
melalui pertumbuhan sektor-sektor-sektor unggulan pada kawasankawasan tertentu atau yang disebut sebagai koridor ekonomi.
Pembangunan dengan pendekatan koridor ekonomi ini diharapkan
juga dapat memberi dampak spill over untuk mendorong lebih
cepat pertumbuhan kawasan-kawasan di sekitarnya dan menjamin
terwujudnya pembangunan berkelanjutan.
Pendekatan Pengembangan Koridor di Beberapa Negara
Pendekatan Koridor Ekonomi yang telah dikembangkan di beberapa negara sebagai
salah satu bentuk pendekatan dalam mendorong percepatan pertumbuhan ekonominya
memiliki beberapa kisah sukses yang menunjukkan hasil-hasil positif, seperti:
• Great Mekong Sub-region telah berhasil meningkatkan pendapatan per kapita pada
kawasan tersebut dari sekitar US$ 630 pada tahun 1992 menjadi US$ 1100 di tahun 2006,
atau menurunkan tingkat kemiskinan di Vietnam dan meningkatkan transaksi
perdagangan.
• Mekong-India Industrial Corridor telah berhasil meningkatkan aktivitas ekonomi antar
negara, terutama wilayah Utara dan timur negara tersebut.
• Delhi-Mumbai Industrial Corridor dalam 5 tahun terakhir telah berhasil dua kali lipat
meningkatkan penyerapan tenaga kerja (14,9%), tiga kali lipat meningkatkan produksi
industri (24,6%) dan empat kali lipat volume ekspor (32%).
• Sabah Development Corridor telah berhasil meningkat nilai tambah dari industri melalui
transformasi dan pengembangan R&D sektor-sektor agro-industri, bio-teknologi,
pariwisata dan logistik ke dalam kawasan.
Terdapat dua prinsip utama
pada pertumbuhan koridor
ekonomi yaitu penurunan
ongkos distribusi logistik dan
peningkatan kemudahan
terhadap pemanfaatan
ruang atau dapat disebut
akses terhadap aset negara,
bagi pengembangan
kegiatan ekonomi.
Belajar dari pengalaman negara lain tersebut, keberhasilan pelaksanaan pendekatan
“Pengembangan Koridor Ekonomi” dalam mendukung percepatan pembangunan ekonomi
suatu negara ditentukan oleh faktor-faktor berikut:
• Adanya political and good will dari Pemerintah dan seluruh stakeholders dalam
konsistensi pelaksanaannya.
• Didukung oleh ketersediaan hardware infrastructure yang memadai.
• Kemudahan informasi untuk mendukung daya saing usaha.
• Kemudahan prosedur perijinan dan jaminan dalam pengembangan usaha.
• Akses atau kemudahan pergerakan barang dan orang.
• Pemerintahan yang bersih dan kuat.
Maret - April 2011 | buletin tata ruang
17
topik utama
Pendekatan Pengembangan Koridor Ekonomi Indonesia
Keunggulan komparatif yang dimiliki Indonesia, seperti potensi
demograi, kekayaan sumber daya alam, serta letak geograis
yang strategis merupakan faktor-faktor yang sangat bermanfaat
untuk tujuan percepatan pertumbuhan maupun perluasan
pembangunan ekonomi.
Sebagai negara dengan jumlah penduduk ke-4 terbesar di dunia,
sejak 2009 lalu struktur penduduk Indonesia mulai menunjukkan
memiliki angka dependency ratio (yaitu angka yang menunjukkan
perbandingan antara usia tidak produktif dengan usia produktif )
di bawah 50 persen atau yang sering disebut sebagai masa
“Bonus Demograi”. Bila tingkat pendidikan secara umum
diasumsikan akan terus membaik, produktivitas perekonomian
negara ini sesungguhnya dalam kondisi premium.
Indonesia juga adalah negara yang kaya dengan potensi sumber
daya alam, baik yang terbarukan (hasil bumi) maupun yang tidak
terbarukan (hasil tambang dan mineral). Sampai tahun 2010,
Indonesia masih menjadi salah satu produsen besar di dunia
untuk berbagai komoditas, antara lain kelapa sawit (penghasil dan
eksportir terbesar di dunia), kakao (produsen terbesar kedua di
dunia), timah (produsen terbesar kedua di dunia), nikel (cadangan
terbesar ke empat di unia) dan bauksit (cadangan terbesar ke
tujuh di dunia) serta komoditas unggulan lainnya seperti besi
baja, tembaga, karet dan perikanan.
Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia memiliki
wilayah dengan panjang mencapai 5.200 km dan lebar mencapai
1.870 km. Lokasi geograis Indonesia juga sangat strategi, dengan
dilewati oleh satu Sea Lines of Communication (Selat Malaka)
yang menempati peringkat pertama dalam jalur pelayaran
kontainer dunia.
Kesemua faktor tersebut di atas membuat Indonesia sebagai
sebuah negara kepulauan yang memiliki leverage regional dan
global karena memiliki hampir seluruh prasyarat untuk menjadi
front-line perekonomian dunia. Hal ini membentuk keunggulan
dan keunikan atas masing-masing wilayah yang terwakili melalui
pulau-pulau besar di Kepulauan Indonesia, yang akan menjadi
18
buletin tata ruang | Maret - April 2011
pilar-pilar pembangunan ekonomi wilayah ke depan atau yang
diwujudkan dalam pengembangan koridor ekonomi Indonesia.
Pengembangan Koridor Ekonomi Indonesia adalah
pengembangan kegiatan ekonomi utama melalui pusat-pusat
pertumbuhan ekonomi disertai penguatan konektivitas antar
pusat-pusat
tataruang
buletin
BKPRN | BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG NASIONAL
Mengintegrasikan
dan Memperkuat
Wilayah di Sepanjang Koridor
Kekayaan Alam
Pekanbaru dan Dumai
untuk Indonesia
Pembangunan Koridor Ekonomi
dalam Pengembangan Wilayah
Tinjau Ulang Peran
Kawasan Pengembangan Ekonomi
Terpadu dalam ikut Mendorong
Pengembangan Wilayah Nasional
Kawasan Lumbung Ikan
Nasional Maluku
Akan Dikembangkan
Koridor Ekonomi Indonesia
dalam Penataan Ruang:
Suatu Perspektif
Hitam Putih
TransJakarta
Agenda BKPRN
P R OF I L
BARCODE
BKPRN
BADAN KOtORDINASI PENATAAN RUANG NASIONAL
Dr. Ir. Eko Luky
Wuryanto
buletin tata ruang
PELINDUNG
Ir. Imam S. Ernawi, MCM, M.Sc.
Dr. Eko Luky Wuryanto
Dr. Ir. Max Pohan
Drs. Imam Hendargo Abu Ismoyo, MA
Drs. Syamsul Arif Rivai, M.Si, MM.
sekapur
sirih
PENANGGUNG JAWAB
Ir. Iman Soedradjat, MPM.
Ir. Deddy Koespramoedyo, M.Sc.
Ir. Heru Waluyo, M.Com
Drs. Sojan Bakar, M.Sc.
DR. Ir. Abdul Kamarzuki, MPM
Ir. Basuki Karyaatmadja
PENASEHAt REDAKSI
DR. Ir. Ruchyat Deni Dj. M.Eng
Ir. Iwan taruna Isa
M. Eko Rudianto, M.Bus (It)
PEMIMPIN REDAKSI
‘
Assalamu’alaikum warrahmatullah wabarakatuh,
Aria Indra Purnama, St, MUM.
WAKIL PEMIMPIN REDAKSI
Agus Sutanto, St, M.Sc
REDAKtUR PELAKSANA
Ir. Melva Eryani Marpaung, MUM.
SEKREtARIS REDAKSI
Indira P. Warpani, St., Mt., MSc
StAf REDAKSI
Ir. Dwi Hariawan, MA
Ir. Gunawan, MA
Ir. Nana Apriyana, Mt
Wahyu Suharto, SE, MPA
Ir. Dodi S Riyadi, Mt
Ir. Indra Sukaryono
Endra AtM, St, MSc
Hetty Debbie R, St.
tessie Krisnaningtyas, SP
Listra Pramadwita, St, Mt, M.Sc
Ayu A. Asih, S.Si
M. Refqi, St
Marissa Putri Barrynanda, St
Heri Khadarusno, St
KooRDINASI PRoDUKSI
Angger Hassanah, SH
Puji syukur dipanjatkan ke hadirat tuhan Yang Maha Kuasa atas kesempatan yang selalu
diberikan kepada kita untuk terus berkarya, dan Buletin tata Ruang edisi penerbitan
kedua di tahun 2011 hadir kembali.
tema yang diangkat dalam penerbitan kali ini adalah “Mengintegrasikan dan
Memperkuat Wilayah di Sepanjang Koridor”. tema ini sangat relevan dengan
arahan Bapak Presiden RI dalam penyusunan Masterplan Percepatan dan Perluasan
Pembangunan Ekonomi dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang
tinggi, inklusif, berkeadilan dan berkelanjutan. Salah satu strategi dalam Masterplan
tersebut adalah mengembangkan Koridor Ekonomi Indonesia dengan membangun
pusat-pusat pertumbuhan di setiap koridor dengan pengembangan klaster industri dan
atau kawasan berbasis sumber daya unggulan (komoditas).
Pengembangan Masterplan ini adalah sangat terkait dengan penataan ruang, karena
mengandung beberapa unsur kunci yang memadukan secara integral pendekatan
wilayah dengan pendekatan sektoralnya, dimana setiap pengembangan sektor tidak
lagi bisa berdiri sendiri-sendiri, tapi terikat dengan konteks wilayahnya ke dalam
jaringan pusat-pusat pertumbuhan. Lebih lanjut melalui koridor juga dimasukkan
pertimbangan daya dukung lingkungan.
Rencana tata Ruang Wilayah memiliki peranan penting sebagai acuan dalam
penyelenggaraan pembangunan yang merata dalam suatu wilayah dan berpengaruh
terhadap terwujudnya pembangunan infrastruktur yang dibutuhkan. Lebih lanjut,
melalui strategi pengembangan koridor ekonomi diharapkan pembangunan yang
berkelanjutan dapat diwujudkan.
StAf PRoDUKSI
Alwirdan BE
KooRDINASI SIRKULASI
Supriyono S.Sos
Harapan kami, penataan ruang ke depan dapat semakin lebih memberikan kontribusi
yang nyata dalam percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi dalam
mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan di seluruh wilayah Indonesia.
StAf SIRKULASI
Dhyan Purwaty, S.Kom
Penerbit: Sekretariat tim Pelaksana BKPRN
Alamat Redaksi: Gedung Penataan Ruang dan SDA,
Jl. Patimura 20, Kebayoran Baru, Jakarta 12110
telp. (021) 7226577, fax. (021) 7226577
Website BKPRN:http://www.bkprn.org
Email:[email protected]
dan redaksi [email protected]
Direktur Jenderal Penataan Ruang, Kementerian Pekerjaan Umum
Selaku Sekretaris tim Pelaksana BKPRN
Ir. Imam S. Ernawi, MCM, M.Sc
2
buletin tata ruang | Maret - April 2011
dari
redaksi
PROFIL TOKOH
Salam damai untuk pembaca setia Butaru..
Deputi Menko Perekonomian
bidang Infrastruktur dan
Pengembangan Wilayah
daftar isi
Dr. Ir. Eko Luky Wuryanto
04
PROFIL WILAYAH
Sejak dicetuskan oleh Bapak Presiden Republik Indonesia pada Sidang Kabinet
terbatas pada bulan Desember 2010 dan Raker Pemerintah pada Januari 2011,
Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi menjadi topik utama yang
dibicarakan berbagai kementerian dan lembaga terkait pembangunan belakangan
ini. Adapun Strategi Penyusunan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan
Ekonomi yang tinggi, inklusif, adil dan berkelanjutan adalah mengintegrasikan 3
elemen yaitu: (i) Mengembangkan Koridor Ekonomi Indonesia, (ii) Memperkuat
Konektivitas Nasional dan (iii) Mempercepat Kemampuan Iptek Nasional.
Gencarnya Pengembangan Koridor Ekonomi Indonesia yang dilontarkan akhirakhir ini, melatarbelakangi kami untuk mengangkatnya sebagai tema utama pada
edisi bulan Maret-April 2011 ini. Adapun pengertian Koridor Ekonomi adalah
sebuah wilayah yang ditargetkan untuk menjadi inisiatif perkembangan dan
proyek infrastruktur untuk menciptakan dan memperkuat basis ekonomi yang
integral dan kompetitif dalam mencapai pembangunan berkelanjutan.
Mengembangkan koridor ekonomi adalah membangun pusat-pusat pertumbuhan
di setiap koridor dengan pengembangan klaster industri berbasis sumber daya
unggulan (komoditi). telah ditetapkan tiga kelompok koridor ekonomi yaitu pertama,
Sumatera dan Jawa yang fokus pada sentra produksi dan pengolahan hasil bumi serta
sebagai lumbung energi nasional. Kedua, koridor ekonomi Kalimantan dan Sulawesi
sebagai pusat produksi dan pengolahan hasil tambang dan lumbung energi nasional.
Ketiga, koridor ekonomi Bali-Nusatenggara dan Papua-Maluku sebagai pintu gerbang
pariwisata nasional dan pendukung pangan nasional.
Dalam topik Utama edisi kali ini, redaksi mencoba untuk mengangkat artikel yaitu
tinjau Ulang Peran Pengembangan Kawasan Ekonomi terpadu dan artikel Rencana
Pengembangan Kawasan Lumbung Iklan Nasional Maluku. Pada Proil Wilayah,
Koridor Pekanbaru - Dumai ditampilkan.
Pada rubrik wacana kali ini, akan dilontarkan sebuah pandangan terkait moda
transportasi busway yang saat ini masih menghadapi tantangan ke depannya.
Kekayaan Alam
Pekanbaru dan Dumia
untuk Indonesia
oleh : Redaksi Butaru
TOPIK UTAMA
Pembangunan Koridor Ekonomi
dalam Pengembangan Wilayah
16
oleh : Dr. Ir A. Kamarzuki
TOPIK UTAMA
Tinjau Ulang Peran
Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu
dalam ikut Mendorong
Pengembangan Wilayah Nasional
22
oleh : firman Napitupulu
TOPIK UTAMA
Kawasan Lumbung Ikan Nasional
Maluku Akan Dikembangkan
oleh: Ir. Kartika Listriana, MPPM,
28
TOPIK UTAMA
Koridor Ekonomi Indonesia
dalam Penataan Ruang:
32
Suatu Perspektif
oleh: Dr. Ir. Budi Situmorang, MURP,
WACANA
Hitam Putih TransJakarta
Selamat membaca
10
AGENDA
Agenda Kerja BKPRN
Maret - April 2011
36
39
Redaksi
Maret - April 2011 | buletin tata ruang
3
proil tokoh
Dr. Ir. Eko Luky
Wuryanto
(Deputi Menko Perekonomian
bidang Infrastruktur dan
Pengembangan Wilayah)
Mengintegrasikan dan
Memperkuat Wilayah
di Sepanjang Koridor
Prinsip Pengembangan Koridor Ekonomi Indonesia adalah pemanfaatan secara maksimal
Sumber Daya Alam (SDA) di suatu wilayah bagi perkembangan ekonomi daerah yang
menghasilkannya. optimalisasi SDA yang ada di suatu daerah, diharapkan akan
mendorong terjadinya peningkatan aktiitas ekonomi serta terjadi peningkatan “jam
kerja” di daerah tersebut, baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
“Sumber daya pendanaan di luar APBN akan lebih efektif dan akan lebih bermakna kalau
kita mengembangkan daerah-daerah yang relatif berkembang. Hal ini yang disebut
pendekatan koridor, yaitu kita membesarkan pembangunan dulu baru kemudian
menyebarkannya”, demikian tutur Eko Luky Wuryanto, Deputi Menko Perekonomian
bidang Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah.
Dr. Ir. Eko Luky Wuryanto
saat ini menjabat
sebagai Deputi Menko
Perekonomian bidang
infrastruktur dan
pengembangan wilayah.
Ditemui disela kesibukannya memimpin rapat terkait penyelesaian program
pengembangan koridor ekonomi, doktor ekonomi dan pengembangan wilayah
jebolan Cornell University, Amerika Serikat ini banyak melontarkan gagasan seputar
pengembangan wilayah di Indonesia. tidak sekedar wacana, kepedulian Eko terhadap
pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pembangunan di Indonesia ini diwujudkan
dengan terlibat aktif dalam penyelesaian strategi dan program pembangunan yang lebih
nyata dan action oriented di sepanjang koridor wilayah Indonesia.
Pandangan-pandangan Eko tentang konsep pengembangan koridor ekonomi Indonesia
diuraikannya secara lugas dalam wawancara yang berlangsung kurang lebih dua jam,
bertempat di kantor beliau. Berikut adalah petikan wawancaranya.
Menurut pendapat Bapak, bagaimana kondisi perekonomian di Indonesia pada saat ini ?
Banyak kalangan yang melihat kondisi Indonesia saat ini seperti “gadis cantik” karena
semua masyarakat ekonomi dunia itu melihat Indonesia punya strategi yang berhasil
dalam menghadapi krisis global tahun 2008. Hal ini ditunjukkan dengan kondisi makro
yang intake tetap bertahan, stabil dan tidak berubah. Demikian juga dengan konsumsi
masyarakat, dimana kondisinya juga tetap stabil. Memang ada sedikit penurunan, tetapi
kita tidak seperti negara-negara yang begitu mengalami krisis global, pertumbuhannya
ada yang menjadi negatif. Negara kita tetap positif pertumbuhannya, walaupun
berkurang tetapi pertumbuhannya di atas nol.
Bagaimana bila dibandingkan dengan Cina dan India yang penduduknya relatif lebih
besar?
Dibandingkan dengan Cina dan India yang memang telah menjadi “macan” ekonomi
dunia, kita memang belum seperti mereka karena mereka sudah lebih tinggi, tetapi
kondisi kita dekat dengan kedua negara tersebut dibandingkan dengan Singapura atau
thailand yang pertumbuhan ekonominya minus, apalagi dibandingkan dengan negara
Eropa. Mungkin memang ekonomi kita kuat, dimana kita tidak terlalu terkena dampak
krisis global, tetapi ha ini juga karena kita tidak banyak berhubungan dengan dunia luar.
4
buletin tata ruang | Maret - April 2011
Desain percepatan pembangunan ekonomi Indonesia memiliki
tiga strategi utama yaitu mengembangkan
koridor ekonomi nasional, memperkuat konektivitas nasional
dan mempercepat kemampuan sumber daya manusia serta
ilmu pengetahuan dan teknologi nasional.
Lebih konkritnya pak?
Artinya peran ekspor kita kecil, jadi
ekonomi kita tidak bergantung banyak
kepada pasar luar negeri. Kita lebih
menggantungkan kepada pasar dalam
negeri. Jadi ketika pasar luar negeri
melonjak turun, kita tidak terlalu
terpengaruh. Kita berada di nomor 17 di
dunia, oleh karenanya kita masuk dalam
kelompok G-20. Jadi keberhasilan kita
mempertahankan pertumbuhan ekonomi
di atas nol itu kemudian menempatkan
kita berada di G-20.
Sejak krisis global 2008 kondisi dunia
saat ini sudah berangsur-angsur
pulih. Singapura sudah melonjak lagi,
karena pertumbuhannya dari minus
kemudian jadi plus sehingga seolah-olah
pertumbuhannya sangat tinggi. Demikian
juga dengan thailand dan filipina yang
juga mengalami lonjakan.
Jadi perekonomian nasional kita
mengalami kenaikan?
Indonesia memang mengalami kenaikan,
tetapi tidak secepat Singapura, filipina
atau thailand. Ekonomi kita jalannya
pelan karena ternyata memang kondisi
makro kita kuat, namun kondisi mikro
tidak sekuat makro. Artinya balik lagi
kepada ekonomi biaya tinggi, dimana di
negara kita masih terjadi pola ekonomi
biaya tinggi.
Menurut pendapat Bapak, faktor-faktor
apa saja yang menyebabkan lambatnya
pertumbuhan ekonomi kita?
Walaupun kita dipandang sebagai daerah
yang sangat menarik untuk investasi,
tetapi realisasi investasinya tidak secepat
yang kita inginkan, karena banyak kendala
di bidang infrastruktur. Sumber daya
manusia banyak dan bagus, dan sumber
daya alam tidak perlu diragukan. tetapi
infrastruktur dan regulasi yang ada saat
ini masih menyulitkan para investor.
Mereka sangat ingin ke Indonesia, tetapi
kemudian yang direalisasikan itu hanya
portofolio lewat pasar modal, dimana di
pasar modal memang cukup maju dan
return nya menarik. tetapi yang diinginkan
Indonesia itu adalah di sektor riil, karena
begitu investor masuk dan mendirikan
pabrik, ada transfer of know how, ada
tenaga kerja yang terlibat, sehingga
dipastikan pertumbuhan ekonomi kita
akan meningkat dengan cepat. Apalagi
kalau investasi itu terjadi didaerah-daerah
yang sangat potensial.
Bagaimana dengan kebijakan
pengelolaan sumber daya alam negeri
kita?
Kondisi saat ini, sumber daya (resources)
ada di luar Jawa tapi pengambil keputusan
masih di Jawa. Luar Jawa itu hanya
dimanfaatkan untuk diambil sumber daya
alamnya (dieksploitasi) dan langsung
diekspor (tidak diolah). Jadi daerah yang
kaya akan sumber daya alam itu tidak
mendapat nilai tambah dan tidak terjadi
peningkatan kesejahteraan disana.
Kita seharusnya berkomitmen, apakah kita
bisa menyiapkan processing? Memang
disadari untuk processing membutuhkan
prasyarat, Ya, yang utama jelas harus
ada energi dan yang kedua harus ada
infrastruktur, kalau sumber daya manusia
bisa mobile.
Lebih jauh, yang tidak kalah penting
adalah kita harus memiliki strategi.
Strategi tentang pengelolaan energi
dan sumber daya mineral demikian
penting karena yang lebih banyak
memberi pemasukan untuk negara adalah
dari energi dan sumber daya mineral
seperti, migas dan batubara. Dalam
hal ini, sebenarnya peran Kementerian
Perindustrian lebih relevan. terlebih
karena hilirnya sumber daya alam ada
di kementerian tersebut. Jadi, pola
pengelolaan ESDM seharusnya diubah,
dari menjual mineral sebagai bahan
mentah menjadi mineral setengah jadi.
Beberapa waktu lalu diselenggarakan
kick-of meeting mengenai “Penyusunan
Masterplan Percepatan dan Perluasan
Pembangunan Ekonomi Indonesia
2011-2025”, dimana penyelenggaranya
adalah Menko Perekonomian. Apa yang
melatarbelakangi dilaksanakannya
kegiatan tersebut ?
Pertemuan ini intinya adalah untuk
melakukan dialog dengan luar Jawa yang
memang sudah lama direncanakan. tetapi
sejauh ini kita mencari cara bagaimana
strateginya. Bappenas tidak pernah
mengeluarkan strategi pengembangan
Maret - April 2011 | buletin tata ruang
5
proil tokoh
Dilihat dari pemanfaatan APBN atau sumber daya
pendanaan di luar APBN akan lebih efektif dan akan lebih
bermakna kalau kita mengembangkan daerah-daerah
yang relatif berkembang. Hal ini yang disebut
pendekatan koridor,yaitu kita membesarkan
pembangunan dulu baru kemudian menyebarkannya.
wilayah yang istilahnya ‘didengarkan
orang’. Memang saat Repelita II pernah
ada, tapi setelah itu tidak ada lagi.
Kemudian Kementerian Perindustrian juga
pernah mengeluarkan WPPI yaitu wilayah
pusat pengembangan industri, dimana
daerah WPPI I adalah wilayah Sumatera,
wilayah WPPI II dan lain-lain, tetapi
kemudian hilang.
Beberapa waktu yang lalu kita pernah
mempunyai studi yang disebut sebagai
koridor ekonomi, dimana dicoba
dikembangkan regional development
approach yang intinya tidak lain adalah
pusat-pusat pertumbuhan.
Bagaimana kaitannya dengan
Pengembangan Kawasan Andalan dan
Pengembangan Kapet?
Sebenarnya sudah cukup lama
pemerintah pusat ingin membangun
pusat pertumbuhan di luar pulau Jawa.
Beberapa waktu yang lalu telah disusun
Rencana Pengembangan Kawasan
Andalan, juga pengembangan KAPEt,
hanya terkesan kurang berkembang.
Hingga akhirnya ada pemikiran
pengembangan koridor, karena memang
kita melihat pengalaman beberapa negara
lain, seperti, India dan Greater Mekong
Delta, yang mengembangkan koridor dan
ternyata cukup berhasil.
Ketika dicermati lebih jauh, ternyata ada
perbedaan Kawasan Andalan dengan
6
buletin tata ruang | Maret - April 2011
koridor dimana di pengembangan koridor
ada penetapan prioritas pengembangan
di wilayah koridornya. Koridor Sumatera
misalnya, yang ditetapkan koridornya
adalah wilayah pantai timur, karena
memang pantai timur relatif lebih
berkembang dibandingkan dengan
pantai Barat. Konkritnya, bila ingin
mengembangkan wilayah Sumatera,
lebih baik kita konsentrasi dulu di pantai
timur sebagai daerah pusat-pusat
perkembangannya. Nanti diharapkan
wilayah tersebut akan menularkan
ke kawasan Barat. Jadi pusat-pusat
pertumbuhannya pun kemudian
ditetapkan di wilayah pantai timur
Sumatera.
Memang akan dipertanyakan, apakah
kita akan meninggalkan wilayah Barat
Sumatera? Di awal kelihatannya memang
demikian, karena dana kita terbatas.
Jadi kita akan mengembangkan yang
lebih maju dulu dengan program
pembangunan pelabuhan dan bandara,
kemudian untuk yang ke Barat kita batasi
hanya pada jalur-jalur utama. Jadi wilayah
Barat juga akan tetap dikembangkan
misalnya dari Palembang itu jalur ekonomi
yang ke Barat ke arah Bengkulu, dan dari
Pekanbaru yang dikembangkan ke arah
Padang. Lebih jauh kalau memang kita
ingin mengembangkan Padang atau
Bengkulu, yang diusulkan bukan program
pertumbuhan tetapi lebih ke arah program
pelayanan dasar seperti pendidikan dan
air bersih.
Salah satu elemen utama strategi
penyusunan Masterplan tersebut
adalah dengan mengembangkan
koridor ekonomi di Indonesia, mengapa
dipilih koridor ekonomi sebagai sarana
percepatan pertumbuhan ekonomi di
Indonesia ?
Begini, kita lebih memilih
mengkonsentrasikan pertumbuhan
ekonomi pada koridor-koridor ekonomi
terlebih dahulu. Dengan asumsi investasi
yang kita lakukan pada koridor ekonomi
akan lebih cepat kembali dibandingkan
yang kita investasikan di luar koridor.
Koridor ekonomi yang dipilih adalah
kawasan-kawasan yang lebih berkembang
dibandingkan kawasan lainnya. Jadi
multiplier ekonominya sudah jelas akan
lebih banyak.
Bagaimana dengan pertumbuhan di luar
koridor ekonomi?
Sebagaimana kita ketahui bahwa
penyusunan Masterplan pada koridor
ekonomi, memakai 3 pendekatan yaitu
pertama koridor ekonomi; yang kedua
adalah konektivitas; dan ketiga sumber
daya manusia dan IPtEK.
Untuk konektivitas, ada dua misi yang
ingin dicapai. Pertama, menghubungkan
antar pusat-pusat pertumbuhan di koridor
ekonomi. Kedua, menghubungkan
antara koridor ekonomi dengan yang di
luar koridor yang menjadi tugas APBN.
Diharapkan pengembangan pada koridor
ekonomi bisa dilaksanakan oleh swasta,
sedangkan yang menghubungkan antara
koridor ekonomi dan yang diluar koridor
ekonomi dilaksanakan oleh pemerintah
melalui mekanisme RPJM.
Dalam rangka melaksanakan program
tersebut, dukungan apa saja yang
diberikan oleh pemerintah ?
Penyusunan Masterplan saat ini agak
berbeda dengan penyusunan Masterplan
di masa lalu, saat ini kita melibatkan
pihak swasta, pemerintah daerah, dan
lain lain. Pola yang dikembangkan dalam
Masterplan adalah untuk memfasilitasi
dunia usaha. oleh karena itu dalam
Masterplan ini juga terdapat daftar
dukungan-dukungan apa yang dibutuhkan
oleh kalangan dunia usaha dan hambatanhambatan regulasi atau birokrasi apa yang
ditemui oleh dunia usaha baik di pusat
maupun di daerah. Selanjutnya, hasil
inventarisasi ini kemudian disampaikan
kepada pemerintah, dalam hal ini
kementerian yang menanganinya.
Sebagai contoh ada yang mengusulkan
UU Ketenagakerjaan diganti, maka hal ini
kita sampaikan ke Kementerian tenaga
Kerja dan transmigrasi untuk ditelaah
apakah mungkin untuk diganti seluruhnya
atau hanya perlu direvisi sebagian. Kalau
akan dilakukan penggantian/revisi berapa
lama waktu yang diperlukan. Hal ini akan
dilakukan melalui proses dialog antara
Kementerian terkait dengan pihak swasta.
Pada dasarnya apa yang disuarakan
oleh pihak swasta akan kita minta
tanggapannya kepada para menteri yang
terkait. Demikian juga terkait sektor lain,
kami akan meminta penjelasan kepada
sektor yang bersangkutan sesuai dengan
tugas kerjanya.
Menurut Bapak, bagaimana pola koridor
ekonomi itu sendiri ?
Pola itu dapat digambarkan yaitu misalkan
ada sekitar 20 proyek besar yang menjadi
prioritas pemerintah, maka harus disusun
katalisasi pelaksanaan proyek tersebut
di dalam Masterplan sampai 2014. Harus
diindentiikasikan proyek-proyek yang
sudah menjadi kesepakatan antara
pemerintah dan swasta pada tiap-tiap
koridornya, sehingga bisa disusun jadwal
pelaksanaannya. Kemudian disusun lagi
prioritas pelaksanaan proyek berdasarkan
keterlibatan pemerintah, semakin kecil
keterlibatan pemerintah dalam proyek
maka semakin tinggi prioritas proyek
tersebut. Sebagai contoh Proyek Jalan tol
trans Jawa diharapkan selesai pada tahun
2014, dimana pada proyek ini keterlibatan
pihak swasta menjadi hal yang utama.
Kalau proyek ini jalan, diharapkan akan
men-trigger pelaksanaan masterplan
lainnya, sehingga lambat laun pihak
investor akan memiliki kepercayaan
diri bahwa ternyata memang programprogram ini benar jalan.
Apabila Masterplan sudah selesai disusun,
selanjutnya dibuat action plan yang
nantinya akan diturunkan sebagai INPRES
untuk hal-hal yang menjadi bagian
pemerintah terutama yang kaitannya
dengan infrastruktur dan regulasi,
sehingga hal tersebut akan menjadi
komitmen pemerintah. Sebagai tindak
lanjut dari Masterplan, nanti juga ada
tim kerja yang akan terus memonitor
pelaksanaan. tim kerja ini akan memonitor
INPRES dan juga menyiapkan desk
untuk wadah bertemunya swasta dan
pemerintah dalam rangka menyelesaikan
project showcase.
Sebenarnya sudah ada satu pola, yaitu
contoh proyek di Lombok, dimana kita
pernah ingin mendatangkan satu investor
luar negeri dari Uni Emirat Arab, namanya
EMAAR dari Dubai. Waktu kunjungan
delegasi Indonesia ke sana, mereka sangat
Maret - April 2011 | buletin tata ruang
7
proil tokoh
tertarik untuk investasi. Mereka akan
membuat resort yang diharapkan akan
memacu pertumbuhan ekonomi, karena
mereka sudah berhasil dimana-mana.
Mereka mau datang (tertarik dengan
Lombok), tetapi mereka meminta bandara
yang representatif, akses jalan yang baik
dari bandara ke lokasi serta fasilitas air
bersih sebagai salah satu syarat sebelum
mereka melakukan investasi. Pemerintah
melalui proses yang cukup panjang pada
akhirnya bisa menyediakan fasilitas yang
diminta. Bandara sudah dibangun, jalan
sudah diperlebar, air bersih juga sudah
disiapkan, akan tetapi tiba-tiba Dubai
krisis, sehingga tidak jadi berinvestasi,
padahal permintaan mereka sudah
dipenuhi oleh pemerintah. Jadi sebenarnya
pemerintah bisa kalau mau berkonsolidasi
untuk hal-hal yang seperti itu.
Lebih lanjut, diharapkan hal tersebut
dapat diaplikasikan pada 20 proyek besar
yang menjadi prioritas. Yang harus sangat
dihindari adalah jangan sampai ada proyek
prioritas yang banyak bersinggungan
dengan UU yang bermasalah, agar kita
bisa memperkirakan batas waktunya,
pasti dalam prosesnya nanti ada regulasi
yang diperbaiki akan tetapi diharapkan
perbaikan regulasi tersebut tidak malah
menjadi penghambat.
8
buletin tata ruang | Maret - April 2011
Program tersebut tentunya akan
melibatkan banyak stakeholder, siapa
yang akan menjadi fasilitatornya?
Kemenko Perekonomian dan Bappenas
akan bertindak selaku fasilitator. Kita
mengharapkan adanya dialog yang
intensif antara pemerintah dan swasta,
kalau pihak swasta misalnya sudah
puas dengan jawaban dari pemerintah,
diharapkan akan ada komitmen untuk
berinvestasi. Sebetulnya dari proses
dialog bersama ini, kita sudah bisa
mengindikasikan besaran investasi
yang akan ditanamkan sampai dengan
2014, yang disusun per sektor dan
per koridor. Hal yang menjadi catatan
utama adalah bahwa pihak swasta akan
melakukan investasi, apabila dukungan
infrastrukturnya dipenuhi atau permintaan
dukungannya dipenuhi.
Bagaimanakah kendala-kendala yang
akan dihadapi dalam merealisasikan
program tersebut?
Minister mengirimi surat secara langsung
kepada 200 orang the best brain melalui
perusahaan-perusahaan. Jadi tenaga
yang dikirim oleh perusahaan bukan
sembarangan orang. tadinya kita ingin
mencontoh hal tersebut tetapi tidak
dimungkinkan oleh karena berbagai hal.
Dalam kapasitas sebagai Deputi Menteri
Bidang Infrastruktur dan Pengembangan
Wilayah, Kemenko Perekonomian, sejauh
manakah keterlibatan Bapak dalam
program tersebut ?
Begini, adalah sulit untuk menghimpun
kemauan semua orang, mengingat ini
merupakan proses yang pertama kali
dilakukan. Kita belum melaksanakan
diskusi yang intensif seperti yang
dilakukan oleh Malaysia. Walaupun
Malaysia sudah memiliki rencana
pembangunan lima tahunan akan
tetapi mereka juga membuat semacam
Masterplan. tetapi bedanya di sana 400
orang bekerja secara intensif selama 2
bulan penuh dalam satu gedung, dimana
dari 400 orang itu, 200 orang berasal
dari pemerintah, dan 200 dari the best
brain swasta dan dibantu oleh konsultan
internasional.
Kemenko Perekonomian tidak menyusun
Masterplan ini dari awal, karena
Masterplan ini seharusnya telah disusun
oleh Bappenas, jadi ini merupakan
kombinasi, karena secara kebetulan
Kemenko memiliki studi tentang koridor
sedangkan Bappenas memiliki studi
tentang konektivitas, sehingga kemudian
kedua hal tersebut menjadi dua pilar.
Ada satu lagi pilar yang namanya
IPtEK dan SDM dimana institusi yang
menjadi penanggung jawabnya adalah,
Kemendiknas, Kemenaker, Kemenristek
serta Komite Inovasi Nasional, dimana pilar
ini diharapkan menjadi pilar ketiga.
Mereka dibebaskan dari tugas sehari-hari
setiap hari bekerja di sana. Pemerintah
menyediakan satu gedung milik Petronas
yang disewa selama dua bulan untuk
bekerja menyusun Masterplan. Setiap 2
minggu Prime Minister datang meninjau
untuk menanyakan kemajuannya. Prime
Masterplan ini seharusnya masuk ke
dalam sistem pembangunan nasional,
artinya kalau ada infrastruktur yang
direkomendasikan oleh Masterplan ini,
harapannya harus masuk ke RKP (Rencana
Kerja Pemerintah) sehingga bisa didanai.
Kemenko bertugas untuk mengawal
pelaksanaannya serta mengkoordinir
sektor-sektor yang nantinya menjadi
sorotan dan dijadikan prioritas. Jadi
kita akan meminta sektor-sektor untuk
melaksanakan apa yang sudah dirumuskan
dalam Masterplan tersebut.
Dalam program tersebut, keluaran
seperti apa yang diharapkan serta
seberapa besar pengaruh yang akan
ditimbulkan terhadap perekonomian di
Indonesia?
Kita sangat mengharapkan terjadinya
pembangunan wilayah dan perekonomian
yang lebih berimbang antara Pulau Jawa
dan pulau lainnya. Sebagai mana kita
ketahui bersama bahwa sekarang ini Pulau
Jawa masih mendominasi perekonomian
Indonesia. Hal ini diindikasikan dari hampir
58% PDB nasional adalah dari Pulau Jawa.
Pemerintah memprediksikan pada tahun
2025 PDB nasional akan naik 6 kali lipat
menjadi 4300 Milyar USD dari PDB nasional
yang saat ini sebesar 700 milyar USD.
Diharapkan dari kondisi tersebut,
kontribusi PDB dari Pulau Jawa cukup
54% saja. Artinya Pulau Jawa yang tadinya
berkontribusi 450 milyar USD akan
menjadi 2000-an milyar USD atau berarti
hanya naik 3 kali lipat lebih. Sedangkan
sisanya 250 milyar USD harus menjadi
2.000-an milyar USD atau berarti naik
menjadi 8 kali lipat.
Bagaimana cara kita mencapainya?
Untuk mencapainya sudah tentu akan
sangat membutuhkan energi yang
banyak. Berapa energi yang harus
dibangun di luar Jawa untuk membuat hal
itu dapat terjadi?
Salah satu contoh adalah dalam
eksploitasi aluminium , yang berasal dari
bahan dasar alumina, dimana alumina
berasal dari bauksit. Yang terjadi sekarang
kita hanya mengambil bauksitnya dan
Sebaiknya pintu gerbang negara tidak hanya di wilayah Barat
Indonesia saja, tetapi juga di wilayah Timur, supaya terjadi
penyebaran pertumbuhan
langsung diekspor tanpa diproses terlebih
dahulu. Padahal jika kita bisa membuat
alumunium di Kalimantan maka nilai
ekonomisnya akan jauh menjadi lebih
tinggi. Misalnya, 1 juta ton bauksit per
tahun, yang dijual seharga 1 USD/ton jadi
total yang kita dapatkan hanya 1 juta USD.
Sedangkan kalau dijadikan alumunium
bisa menjadi 30 juta USD, yang berarti
ada 30 kali peningkatan value added,
belum multiplier efect lainnya seperti
penyerapan tenaga kerja yang sudah pasti
juga akan meningkat. Disamping bauksit
di Kalimantan, kita juga memiliki nikel di
Sulawesi dan emas di Halmahera. Jadi
yang dapat mendorong terjadinya semua
itu adalah ketersediaan energi di setiap
wilayah tersebut, yang dapat mendukung
proses bahan-bahan mentah tersebut agar
memiliki nilai tambah yang tinggi.
Lebih lanjut, hal lain yang harus kita
perhatikan adalah pemilihan pintu
gerbang negara. Sebaiknya pintu gerbang
negara tidak hanya di wilayah Barat
Indonesia saja, tetapi juga di wilayah timur,
supaya terjadi penyebaran pertumbuhan.
Sebagai contoh, pintu gerbang laut bisa
ditetapkan dengan 2 (dua) pilihan tempat,
yaitu satu di Sumatera Utara (karena
dilewati selat Malaka yang sangat ramai)
dan satu lagi di Bitung (Sulawesi Utara).
Jadi yang namanya lintas barang itu
transitnya di dua tempat itu, yang ke arah
Jepang lewat Bitung, yang ke Eropa lewat
Sumatera Utara.
Sementara untuk pintu gerbang udara,
di samping bandara Soekarno Hatta
(Banten) seharusnya ada pembagian
beban yaitu bandara Hassanudin (untuk
timur Indonesia) dan Kuala Namu (untuk
Barat Indonesia), bahkan mungkin di Bali.
Harapannya adalah agar penyebarannya
terjadi lebih cepat. Diharapkan dari situ,
perekonomian makin berkembang dan
dapat lebih mendorong sektor produksi.
Jadi, tidak hanya terkonsentrasi di wilayah
Barat saja, tetapi juga di wilayah timur
Indonesia.
Maret - April 2011 | buletin tata ruang
9
proil wilayah
KEKAYAAN
ALAM
Pekanbaru dan Dumai untuk Indonesia
oleh: Redaksi Butaru
Pekanbaru dan Dumai
ditetapkan menjadi
bagian dari koridor
ekonomi khususnya
wilayah Sumatera.
Wilayah Pekanbaru dan Dumai berada di Provinsi Riau yang merupakan provinsi yang
terbentuk dari beberapa kali proses pemekaran wilayah. Dimulai dari awal kemerdekaan
Indonesia, wilayah Riau masih tergabung di dalam Provinsi Sumatra yang berpusat di
Medan, kemudian Provinsi Sumatra dimekarkan menjadi tiga provinsi yaitu Provinsi
Sumatra Utara, Sumatra tengah, dan Sumatra Selatan. Provinsi Riau mulai terlepas dari
Provinsi Sumatra tengah tahun 1957, melalui UU Darurat No.19 tahun 1957, di mana
Provinsi Sumatra tengah dimekarkan menjadi tiga provinsi, yaitu Provinsi Riau, Jambi,
dan Sumatra Barat. Proses pemekaran tersebut tidak hanya terhenti pada tahun 1957 saja,
akan tetapi berlanjut pada tahun 2002. Berdasarkan UU No.25 tahun 2002, Provinsi Riau
melakukan pemekaran wilayah menjadi dua yaitu Provinsi Kepulauan Riau dan Provinsi
Riau yang bertahan hingga kini.
Berdasarkan sensus penduduk yang dilakukan pada tahun 2010, Provinsi Riau yang
beribukota Pekanbaru ini memiliki luas wilayah sebesar 88.672,67 Km², dengan jumlah
penduduk sebesar 5.543.031 jiwa dan kepadatan 62 jiwa/ Km². Secara administratif
provinsi ini terdiri dari sepuluh kabupaten dan dua kota, yaitu Kota Pekanbaru dan Kota
Dumai. Ke dua kota tersebut memiliki peran yang sangat penting terhadap pembangunan
Provinsi Riau, Pulau Sumatra, bahkan Indonesia.
Wilayah Administrasi Provinsi Riau
Dumai dan Pekanbaru merupakan wilayah
yang memiliki banyak keunggulan baik
dari kekayaan sumberdaya alam dan letak
wilayah yang sangat strategis, sehingga
Pemerintah pusat dan daerah sangat yakin
untuk menjadikan wilayah tersebut sebagai
salah satu titik pertumbuhan ekonomi
dengan skala Nasional. Dengan demikian
wilayah tersebut ditetapkan menjadi
bagian dari salah satu Koridor Ekonomi
Indonesia, yaitu Koridor Pantai timur
Sumatra – Jawa Bagian Barat Laut (Koridor
Sumatra) dengan tema pembangunan
“Pusat Produksi dan Pengolahan Hasil
Bumi dan Lumbung Energi Nasional”.
Diharapkan perhatian Pemerintah terhadap
wilayah tersebut, dapat memberikan
kontribusi
pertumbuhan
ekonomi
Indonesia menjadi 7-8% per tahun sehingga
dapat
menempatkan
perekonomian
Indonesia menjadi peringkat ke 10 dunia
pada tahun 2030.
10
buletin tata ruang | Maret - April 2011
Apa yang menjadi sektor unggulan di wilayah ini?
Melalui hasil produksi sawit pada tahun 2009 di Pulau Sumatra menjadikan Indonesia
menduduki peringkat nomor 1 dunia dalam produksi kelapa sawit sebesar 19,3 Juta ton/
tahun atau sekitar 45% produksi dunia dan peringkat 1 dalam produksi karet sebesar
4,43% per tahun. Pencapaian tersebut tidak terlepas dari kontribusi hasil kelapa sawit
dan karet dari Riau, di mana Pekanbaru dan Dumai terdapat di dalamnya, sebagaimana
terlihat pada tabel berikut ini:
Potensi Perkebunan Pulau Sumatra tahun 2008
Provinsi
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Bangka Belitung
Kepulauan Riau
Produksi Karet/Ton
95,777.00
475,307.00
98,570.00
379,592.00
332,256.00
572,282.00
53,624.00
74,702.00
20,720.00
22,834.00
Provinsi
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Bangka Belitung
Kepulauan Riau
Produksi Sawit/Ton
709,021.00
3,200,673.00
898,640.00
5,072,834.00
1,210,238.00
1,829,609.00
355,945.00
406,863.00
407,174.00
10
Sumber:BPS, Provinsi Riau, 2010
Kota Pekanbaru diyakini
dapat dengan cepat
tumbuh dan berkembang
melalui jalur perdagangan
internasional dengan
memanfaatkan
lokasi simpul segi tiga
pertumbuhan IndonesiaMalaysia-Singapura.
Kota Pekanbaru dan Dumai ini memiliki kemampuan tinggi untuk tumbuh kembang
mandiri dari hasil bumi dan kekayaan alam lainnya, sehingga banyak diminati investor
lokal bahkan asing untuk menanam modal lewat kegiatan industri pengolahan yang
sangat menjanjikan bagi Pemerintah, pihak investor sendiri, dan tentunya penduduk
lokal.
Kota Pekanbaru di masa silam hanya berupa dusun kecil bernama Payung Sekaki yang
terletak di pinggiran Sungai Siak. Dusun sederhana itu kemudian dikenal juga dengan
sebutan Dusun Senapelan. Desa ini berkembang pesat, terlebih setelah lokasi pasar
(pekan) lama pindah ke seberang pada tanggal 23 Juni 1784 terciptalah pasar baru yang
identik dengan sebutan ”Pekan Baru”, nama yang hingga kini dipakai untuk menyebut
Kota Pekanbaru.
Sejak dulu kegiatan perdagangan
telah ramai di kota ini,Sungai Siak yang
membelah kota menjadi prasarana
transportasi sungai yang menghubungkan
ke dan dari beberapa kota pantai di
Provinsi Riau, luar Pulau Sumatra, bahkan
dijadikan sebagai jalur perdagangan antar
pulau dan juga ke luar negeri, terutama
Malaysia dan Singapura. Kota Pekanbaru
diyakini dapat dengan cepat tumbuh dan
berkembang melalui jalur perdagangan
internasional dengan memanfaatkan
lokasi yang sangat menguntungkan, yakni
berada di simpul segi tiga pertumbuhan
Indonesia-Malaysia-Singapura, dan di jalur
lalu lintas angkutan lintas timur Sumatera.
Maret - April 2011 | buletin tata ruang
11
proil wilayah
lalu lintas angkutan lintas timur Sumatera. Menanggapi tantangan Pemerintah untuk
menjadikan Indonesia peringkat 10 (sepuluh) besar di dalam pertumbuhan ekonomi,
maka Pemerintah Provinsi Riau menyusun strategi pertumbuhan ekonomi melalui
Kawasan Strategi dan Cepat tumbuh. Di antara 6 (enam) usulan Kawasan Strategis
dan Cepat tumbuh di Provinsi Riau, Kota Pekanbaru termasuk salah satu di dalamnya.
Pekanbaru akan dijadikan sebagai Kota Metropolitan dengan fungsi utama kota industri,
perdagangan dan jasa serta pusat layanan permukiman dengan skala provinsi. Untuk
menjadikan Kota Pekanbaru menjadi Kota Metropolitan, sudah selayaknya diperlukan
perencanaan infrastruktur yang lebih matang untuk kedepannya dengan tujuan utama
mendukung kegiatan industri, perdagangan, dan mempermudah mobilitas para
penduduk. Rencana Jalan tol Pekanbaru - Dumai dengan total panjang ruas jalan tol
135,34 Km ini diyakini dapat memberikan pengaruh positif terhadap wilayah- wilayah
yang dilalui dan mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi.
Iklim usaha yang kondusif
merupakan nyawa dari
pertumbuhan ekonomi.
Rencana Jalan Tol
Pekanbaru - Dumai
dengan total panjang
135,34 km diyakini dapat
memberikan pengaruh
positif terhadap wilayah
yang dilalui dan
mampu mempercepat
pertumbuhan ekonomi.
12
buletin tata ruang | Maret - April 2011
tidak dapat dipungkiri lagi bahwa pertumbuhan ekonomi di Kota Pekanbaru ini banyak
ditopang dari adanya aliran investasi baik dari dalam negeri maupun luar negeri,
banyaknya penanam modal atau perusahan melakukan aktivitas jual dan membeli
barang modal untuk menambah kemampuan produksi barang dan jasa. Iklim usaha yang
kondusif merupakan elemen penting dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi, oleh
karena itu diperlukan hubungan yang harmonis antara investor, Pemda selaku pemegang
wewenang melalui kebijakan, dan tentunya masyarakat setempat. Suatu wilayah dapat
dikatakan maju dan berkembang jika penduduk yang ada di dalamnya sejahtera jauh dari
masalah sosial. oleh karena itu pembinaan masyarakat merupakan salah satu misi Pemda
Kota Pekanbaru dalam pembangunan Kota Pekanbaru. Pemda akan menyiapkan sumber
daya manusia dengan menyediakan pelayanan pendidikan, tempat peribadatan, fasilitas
kesehatan, dan tetap menjaga kebudayaan untuk mencipkatan SDM yang rukun, damai,
berkualitas, sehat, dan sejahtera.
Berdasarkan Rancangan Akhir Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Kota
Pekanbaru tahun 2006-2026, perkiraan rata-rata laju pertumbuhan ekonomi Kota
Pekanbaru selama kurun waktu tersebut adalah 7 (tujuh) persen, dengan perkiraan
konstribusi yang terbesar berasal dari lapangan usaha industri pengolahan,
perdagangan, hotel dan restoran. Adapun beberapa Penanam Modal Asing (PMA) seperti
Pt Caltex Paciic Indonesia, perusahaan minyak terbesar di Indonesia, atau Pt Indah Kiat
Pulp and Paper yang bergerak di bidang usaha pulp dan kertas, dan di bidang kehutanan
yaitu Pt Surya Dumai dan Pt Siak Raya yang ikut meramaikan aktivitas industri di
Pekanbaru dan memberikan kontribusi terhadap PDRB.
Kota Dumai yang
terletak 188 km dari kota
Pekanbaru, merupakan
kota terbesar nomor 2 di
Indonesia yang memiliki
SDA yang sangat
melimpah.
Kota Dumai yang terletak di Provinsi Riau ini merupakan merupakan hasil pemekaran
dari Kabupaten Bengkalis yang diresmikan sebagai kota pada 20 April 1999, dengan
UU No. 16 tahun 1999 tanggal 20 April 1999 setelah sebelumnya sempat menjadi kota
administratif (kotif ) di dalam Kabupaten Bengkalis. Kota Dumai yang merupakan kota
terbesar nomor 2 (dua) di Indonesia setelah Manokwari ini yang berada 188 km dari
Kota Pekanbaru dan memiliki SDA yang sangat melimpah. Sebelum pemekaran, Kota
Dumai hanya dusun kecil di Pesisir timur Propinsi Riau, akan tetapi identitas ini telah
berubah karena dengan melimpahnya SDA ini menjadikan Kota Dumai bagaikan mutiara
di Pantai timur Sumatra. Selain itu, letak strategis yang terletak persis di Selat Malaka
dan bertetangga langsung dengan Malaysia juga menjadikan Kota Dumai sebagai pintu
gerbang lalu lintas perdagangan Nasional dan Internasional seperti halnya Pekanbaru.
Sekilas tentang Kota Dumai di atas, memberikan gambaran bahwa potensi luas wilayah
yang besar, kekayaan SDA dan letak strategis dapat dijadikan sebagai modal utama di
dalam pembangunan dan memajukan Kota Dumai dan Propinsi Riau khususnya dan
Indonesia pada umumnya.
Maret - April 2011 | buletin tata ruang
13
proil wilayah
Sumber Daya Alam dan Letak Strategis Menentukan Masa Depan Wilayah
Seperti halnya Kota Pekanbaru, Kota Dumai juga memiliki potensi dan unggulan pada
bidang pertambangan , penggalian, dan industri pengolahan. Sebagaimana terbukti
dalam pencapaian PDRB dari tahun 2005-2009, sektor pertambangan, penggalian, dan
sektor industri pengolahan dari tahun ke tahun selalu unggul dan bahkan menunjukan
peningkatan.
Dengan adanya kawasan
industri besar maupun
kecil tersebut tentunya
memberikan dampak
yang sangat positif bagi
perkembangan dan kemajuan
perekonomian Kota Dumai.
Kontribusi PDRB kota Dumai, terbesar dari sektor pertambangan dan penggalian serta
industri pengolahan tersebut tidak lepas dari campur tangan dari perusahaan yang
termasuk di dalam BUMN, para investor asing, serta mitra usaha lainnya yang ikut
berperan aktif, khususnya di Dumai dengan tujuan berperan aktif dalam pertumbuhan
perekonomian Riau dan Indonesia. Dengan menggunakan sumber daya alam serta
potensi unggulan yang ada, sejak beberapa tahun silam telah berdiri tiga industri
besar yang turut serta memajukan Dumai dengan potensi unggulan tersebut. Pt. CPI
(dahulu Caltex Paciic Indonesia sekarang Chevron Paciic Indonesia) yaitu perusahaan
asing eksplorasi minyak bumi, kemudian Pt. Pertamina yang bergerak dalam bidang
pengolahan dan pendistribusian minyak dan gas bumi dalam negeri, serta disusul oleh
industri pengolahan minyak sawit (CPo) Pt. BKR (Bukit Kapur Reksa). Julukan Kota Dumai
sebagai Kota Minyak tidaklah salah, julukan ini dapat dibuktikan dengan banyaknya
perusahan besar yang berskala Internasional yang melakukan eksplorasi minyak bumi di
Dumai Pt. Chevron Pasiic Indonesia
Kegiatan perindustrian Kota Dumai semakin diramaikan dengan timbulnya beberapa
industri kecil atau home Industri, seperti pengolahan hasil pertanian seperti kelapa
dijadikan VCo minyak kelapa murni dan kawasan industri yang strategis yaitu Kawasan
Industri Dumai (KID) di Pelintung, Kawasan Industri Lubuk Gaung, Kawasan Industri Dock
Yard, Kawasan Industi Bukit Kapur dan Kawasan Industri di Bukit timah, dan Kawasan
Industri Pelintung yang dinilai telah maju lebih pesat dari kawasan industri lainnya. Pada
Kawasan Industri Pelintung ini telah dibangun satu dermaga ekspor dengan kapasitas
tiga kapal tanker sekali sandar, selain itu juga telah dibangun juga pabrik pupuk NPK dan
telah berproduksi yang diyakini menjadi pabrik pupuk NPK terbesar di Asia tenggara.
14
buletin tata ruang | Maret - April 2011
Untuk mendukung pendistribusian barang dalam rangka ekspor barang, Dumai telah
memiliki berbagai prasarana dan sarana pendukung transportasi seperti 9 unit pelabuhan
besar yang berkualitas internasional, terdiri atas 4 unit dikelola dan dimiliki oleh Chevron
dan 5 unit milik Pemerintah yang dikelola oleh Pt. PELINDo I yang dapat menampung
kapal tanker dengan fasilitas pendukung seperti besar seperti kolam dan perairan
pelabuhan, panduan, penundaan, layanan hal, eksploitasi, dan penyewaan peralatan,
dermaga, kompleks kantor, gudang, bidang tempat pembuangan sampah, terminal
penumpang.
Melihat adanya kawasan perindustrian yang terus berkembang, maka PEMKot Dumai
merencanakan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Dumai untuk rencana kedepan, seluas
231.533,12 Ha yang meliputi 5 kecamatan yang berlokasi persis di sebelah Selat Malaka,
yaitu Kec. Dumai Barat, Kec. Dumai timur, Kec. Bukit Kapur, Kec. Medang Kampai, dan Kec.
Sungai Sembilan.
Seperti Kota Pekanbaru, Kota Dumai juga menjadi salah satu kawasan strategis dan cepat
tumbuh di Provinsi Riau dengan menjadikan Kota Dumai fungsi utama kota industri,
kawasan ekonomi khusus, dan menjadikan Kota Dumai sebagai exit dan entry point
Provinsi Riau lewat beberapa perencanaan pelabuhan di Kota Dumai.
Dengan adanya kawasan industri besar maupun kecil tersebut tentunya memberikan
dampak yang sangat positif bagi perkembangan dan kemajuan perekonomian Kota
Dumai, dan juga yang paling terpenting adalah telah memberikan kesempatan kerja
bagi masyarakat di Kota Dumai sehingga kesejahteraan masyarakat meningkat dan
menurunkan angka pengangguran yang merupakan salah satu prioritas Pemerintah
Provinsi Riau . Penurunan angka pengangguran Provinsi Riau telah terjadi sejak tahun
2004-2008, akan tetapi pada tahun 2009 kembali peningkatan sebesar 0.38% yang
disebabkan oleh pencari kerja (migrasi) melebihi peluang yang ada. Peningkatan angka
pengangguran tersebut merupakan tantangan bagi Pemerintah Riau untuk tahun ke
depannya, walaupun peningkatan tersebut tidak terlalu besar. (MPB)
Dengan adanya kawasan
industri besar maupun
kecil tersebut tentunya
memberikan dampak
yang sangat positif bagi
perkembangan dan kemajuan
perekonomian Kota Dumai.
Graik Presentase tingkat Pengangguran Provinsi Riau
Maret - April 2011 | buletin tata ruang
15
topik utama
Pembangunan
Koridor Ekonomi
dalam Pengembangan Wilayah
oleh: Dr. Ir. Abdul Kamarzuki,
Asisten Deputi Bidang Penataan Ruang
dan Pengembangan Wilayah,
Kemenko Perekonomian
Pembangunan Koridor Ekonomi (PKE) merupakan salah satu pilar utama, disamping
pendekatan konektivitas dan pendekatan pengembangan sumber daya manusia (SDM)
dan ilmu pengetahuan-teknologi (IPtEK), yang digunakan dalam penyiapan Masterplan
Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI).
Pendekatan Koridor Ekonomi dan Dinamika Regional
Indonesia merupakan salah satu negara yang memberi kontribusi
cukup besar terhadap peran kawasan Asia dalam kekuatan pasar
global, dimana lebih dari 50% penduduk dunia berlokasi di kawasan
tersebut. Kekuatan dari konsentrasi pasar global ini telah memberi
implikasi terhadap munculnya berbagai konsep atau pendekatan
kerjasama antar negara di kawasan Asia, seperti Great-Mekong
Sub-Region, IMt Growth triangle, BIMP East Asean Growth Area,
Mekong-India Industrial Coridor, dan juga kerjasama transportasi,
seperti trans-Asian Highway dan Railway, serta konsep-konsep
kerjasama lainnya. fakta menunjukkan, bahwa kerjasama regional
terebut telah memberi dampak positif bagi pertumbuhan ekonomi
di kawasan tersebut dan ditunjukkan dengan naiknya perdagangan
intra-regional di kawasan Asia timur dari 30% di tahun 1990an
menjadi 56% di tahun 2005 (ADB, 2007). Didukung adanya revolusi
teknologi, khususnya teknologi informasi mendorong munculnya
konsep-konsep kerjasama antar regional dalam suatu negara,
seperti Delhi-Mumbai Corridor, Sabah Corridor Development Region
dan Iskandar Development Region.
Konsep Pengembangan Koridor Ekonomi umumnya bertujuan
untuk menarik investasi dan meningkatkan aktivitas ekonomi
16
buletin tata ruang | Maret - April 2011
melalui pertumbuhan sektor-sektor-sektor unggulan pada kawasankawasan tertentu atau yang disebut sebagai koridor ekonomi.
Pembangunan dengan pendekatan koridor ekonomi ini diharapkan
juga dapat memberi dampak spill over untuk mendorong lebih
cepat pertumbuhan kawasan-kawasan di sekitarnya dan menjamin
terwujudnya pembangunan berkelanjutan.
Pendekatan Pengembangan Koridor di Beberapa Negara
Pendekatan Koridor Ekonomi yang telah dikembangkan di beberapa negara sebagai
salah satu bentuk pendekatan dalam mendorong percepatan pertumbuhan ekonominya
memiliki beberapa kisah sukses yang menunjukkan hasil-hasil positif, seperti:
• Great Mekong Sub-region telah berhasil meningkatkan pendapatan per kapita pada
kawasan tersebut dari sekitar US$ 630 pada tahun 1992 menjadi US$ 1100 di tahun 2006,
atau menurunkan tingkat kemiskinan di Vietnam dan meningkatkan transaksi
perdagangan.
• Mekong-India Industrial Corridor telah berhasil meningkatkan aktivitas ekonomi antar
negara, terutama wilayah Utara dan timur negara tersebut.
• Delhi-Mumbai Industrial Corridor dalam 5 tahun terakhir telah berhasil dua kali lipat
meningkatkan penyerapan tenaga kerja (14,9%), tiga kali lipat meningkatkan produksi
industri (24,6%) dan empat kali lipat volume ekspor (32%).
• Sabah Development Corridor telah berhasil meningkat nilai tambah dari industri melalui
transformasi dan pengembangan R&D sektor-sektor agro-industri, bio-teknologi,
pariwisata dan logistik ke dalam kawasan.
Terdapat dua prinsip utama
pada pertumbuhan koridor
ekonomi yaitu penurunan
ongkos distribusi logistik dan
peningkatan kemudahan
terhadap pemanfaatan
ruang atau dapat disebut
akses terhadap aset negara,
bagi pengembangan
kegiatan ekonomi.
Belajar dari pengalaman negara lain tersebut, keberhasilan pelaksanaan pendekatan
“Pengembangan Koridor Ekonomi” dalam mendukung percepatan pembangunan ekonomi
suatu negara ditentukan oleh faktor-faktor berikut:
• Adanya political and good will dari Pemerintah dan seluruh stakeholders dalam
konsistensi pelaksanaannya.
• Didukung oleh ketersediaan hardware infrastructure yang memadai.
• Kemudahan informasi untuk mendukung daya saing usaha.
• Kemudahan prosedur perijinan dan jaminan dalam pengembangan usaha.
• Akses atau kemudahan pergerakan barang dan orang.
• Pemerintahan yang bersih dan kuat.
Maret - April 2011 | buletin tata ruang
17
topik utama
Pendekatan Pengembangan Koridor Ekonomi Indonesia
Keunggulan komparatif yang dimiliki Indonesia, seperti potensi
demograi, kekayaan sumber daya alam, serta letak geograis
yang strategis merupakan faktor-faktor yang sangat bermanfaat
untuk tujuan percepatan pertumbuhan maupun perluasan
pembangunan ekonomi.
Sebagai negara dengan jumlah penduduk ke-4 terbesar di dunia,
sejak 2009 lalu struktur penduduk Indonesia mulai menunjukkan
memiliki angka dependency ratio (yaitu angka yang menunjukkan
perbandingan antara usia tidak produktif dengan usia produktif )
di bawah 50 persen atau yang sering disebut sebagai masa
“Bonus Demograi”. Bila tingkat pendidikan secara umum
diasumsikan akan terus membaik, produktivitas perekonomian
negara ini sesungguhnya dalam kondisi premium.
Indonesia juga adalah negara yang kaya dengan potensi sumber
daya alam, baik yang terbarukan (hasil bumi) maupun yang tidak
terbarukan (hasil tambang dan mineral). Sampai tahun 2010,
Indonesia masih menjadi salah satu produsen besar di dunia
untuk berbagai komoditas, antara lain kelapa sawit (penghasil dan
eksportir terbesar di dunia), kakao (produsen terbesar kedua di
dunia), timah (produsen terbesar kedua di dunia), nikel (cadangan
terbesar ke empat di unia) dan bauksit (cadangan terbesar ke
tujuh di dunia) serta komoditas unggulan lainnya seperti besi
baja, tembaga, karet dan perikanan.
Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia memiliki
wilayah dengan panjang mencapai 5.200 km dan lebar mencapai
1.870 km. Lokasi geograis Indonesia juga sangat strategi, dengan
dilewati oleh satu Sea Lines of Communication (Selat Malaka)
yang menempati peringkat pertama dalam jalur pelayaran
kontainer dunia.
Kesemua faktor tersebut di atas membuat Indonesia sebagai
sebuah negara kepulauan yang memiliki leverage regional dan
global karena memiliki hampir seluruh prasyarat untuk menjadi
front-line perekonomian dunia. Hal ini membentuk keunggulan
dan keunikan atas masing-masing wilayah yang terwakili melalui
pulau-pulau besar di Kepulauan Indonesia, yang akan menjadi
18
buletin tata ruang | Maret - April 2011
pilar-pilar pembangunan ekonomi wilayah ke depan atau yang
diwujudkan dalam pengembangan koridor ekonomi Indonesia.
Pengembangan Koridor Ekonomi Indonesia adalah
pengembangan kegiatan ekonomi utama melalui pusat-pusat
pertumbuhan ekonomi disertai penguatan konektivitas antar
pusat-pusat