2012.April. Makalah SEMNAS BKS PTN Pengembanga Sistem Agribisnis OKE opt

DAF'TAR ISI

SAMBUTAN REKTOR UNIVERSITAS SUMATER'A

,*.ffi

UTARA....""

t1arr1i;;..ffi

EFEKTIVITAS METODE PENYULUHAN

ilr;,,

DAN BENTUK

"""'vii

,;.....,.1i11.if.,,..:
'i:,:i,!


.PESAN

DALAM

PENINGKATAN

PEMAHAMAN SUT KONSERVASI PETANI (Kasus Kelurahan Gerem Kota Cilegon Provinsi Banten)
""""""""""' 3
Yudi L.A Salampessy, Sahiral Yakib, Rusmana, Weksi Budiaji

."""""""""

PROFIL KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI

DAN PRODUKSI PANGAN UTAMA

HUBUNGANNYA DENGAN KEMISKINAN INDONESIA
Ahmad Rifai, Fajar Restuhadi, Dono Widiatmoko

..............


DAN

.'...."'.""""""""

9

PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN MELALUI KEBIJAKAN PEMERINTAH NON HARGA
(Kasus pengelolaan Sumber dayaait di Kabupaten Tangerang)
Andjar Astuti ..........

1J

PEOPLE'S OIL PALM CULTIVATION TECHNIQUES IN THE DISTRICT OF BATU HAMPAR AND
THE BANGKC} PUSAKO ROKAN HILIR
"""""""""""21
Anis Tatik Maryani dan Gulat M.E Manurung

HUBUNGAN KINERJA GABUNGAN


KELOMPOK TANI

TERHADAP USAHATANI

HORTIKULTURA
(Kasus Gapoktan di Desa Kebon Ratu Kecamatan Ciruas Kabupaten Serang Banten)
Asih Mutyaningsih dan Yudi LA. Salampessy

"""""""""""32

EFEKTIFITAS PENGEMBALIAN MODAL USAHA DALAM PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA
AGR.IBISNIS PEDESAAN (PUAP) DI DESA KOTO RINGIN KECAMATAN NIEMPURA KABUPATEN

SIAK
PERILAKU KONSUMSI PANGAN POKOK
OLEH RUMAHTANGGA DI PROVINSI RIAU
STRATEGI PEMASARAN AGROINDUSTRI RENGGINANG UBI JEMAJA INDAH DI KELURAI]AN
REJOSARI KECAMATAN TENAYAN RAYA PEKANBARU

PEMASABAN GULA KELAPA DENGAN PENDEKATAN BAURAN PEMASARAN (MARKETING

MIX) DI KECAMATAN TEMPULING KABUPATEN INDRAGIRI HILIR
PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI GE,OGRAFIS KAWASAN SENTRA PRODUKSI PANGAN
DALAM UPAYA MEMPERKUAT FONDASI KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI RIAU
"""""""""'62
Fajar Reshrhadi, Ahmad Rifai, Wagiarto Husein

ANALISIS KELEMBAGAAN PEMASARAN DALAM MENINGKATKAN POSISI TAWAR
PENGRAJTN GULA KELAPA DI KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

PENGARUH PROGRAM PEMBERDAYAAN DESA/KELURAHAN (PPDiTQ TERHADAP TINGKAT
PENDAPATAN MASYARAKAT PENERIMA DI KELURAHAN MUARA FAJAR
KECAMATAN RUMBAI KOTA PEKANBARU

ix

PENGARUH INVESTASI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP TENAGA KERIA DAN
PROVTNSIJAMBI

DAI\{PAK TURUNNYA HARGA


ruAL TANDAN BUAH SAwlT SEGAR

PDRB DI

TERHADAP

PENGELOLAAN PERKEBUNAN SAWT RAKYAT

PENGEMBANGAN SISTEM AGRIBISNIS DALAM RANGKA PEMBANGT'NAN PERTANIAN
BERKELANruTAN
Hotden Leonardo Nainggolan, Johndikson

Aritonang......

.......................... 218

KERAGAAN VARIETAS UNGGUL BARU PADI SAWAH DALAM UPAYA PENINGKATAN HASIL
DAN PENDAPATAN PETANI MENDUKUNG PROGRAM IVI-P3MI DI KABUPATEN MANDAILiNG
NATAL
PROYEKSI KEBUTUHAN DAN PRODUKSI UBI KAYU DI WILAYAH SUNGAI AMBON SERAM


KAJ1AN EFISIENSI AGRIBISNIS KENTANG PADA TINGKAT
DENGAN KETERSEDIAAN PANGAN

USAHATANI DAN KAITANNYA

KAJIAN KINERIA DAN DAMPAK PROGRAM SL-PTT PADI SAWAH

DI

KECAMATAN

KRAMATWATU KABUPATEN SERANG
TINGKAT ADOPSI PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU PADI DI KABUPAT'EN'TANGERANG
PROVINSI BANTEN

PENERAPAN METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT

(QFD)


DALAM

MENINGIC{TANKAN MUTU ABON IKAN TUNA SAPUTRA

RESPON TANAMAN TOMAT TERHADAP FREKUENSI DAN TARAF PEMBERIAN AIR

EFFECT OF GROUND WATER LEVEL ON THE GROWTH AND PRODUCTION OF PADDY CROP
(Oryza sativaL.) IN THE POT

THE YIELD TEST FOR SOME VARIETIES OF SUPERIOR RICE (Oryza sativa. L) IN PADANG
MUTUNG VILLAGE KAMPAR DISTRICT
M.Amrl Khoiri, ElzaZuhr, and Muslimin

..............................................279

UII DAYA HASIL PADA BEBERAPA VARIETAS PADI SAWAH LING (Oriza sativa L) LINGGUL
PADA BERBAGAI TINGGI GENANGAN AIR DI DESA PADANG MUTUNG KECAMATAN
KAMPAR

SPECIFIED TECHNOLOGICAL STUDY OF PADDY LOCATION FOR ALTERED FUNCTION OF

AGRICULTURAL LAND TO PALM OIL PLANTATION IN TYPE B TIDAL LAND IN KUALA
CENAKU.

PENINGKATAN KUALITAS UBI JALAR Qpomoea batatas.
AKIBAT APLIKASI KOMPOS DAN PUPUK KCI

L) VARIETAS SARI DAN BETA

2

xl

Seminar Nasional dan Rapat Tahunan BKS-PTN Wilayah Barat Bidang Ilmu Pertanian Tahun 2012
PENGEMBANGAN SISTEM AGRIBISNIS DALAM RANGKA
PEMBANGUNAN PERTANIAN BERKELANJUTAN
Hotden Leonardo Nainggolan, Johndikson Aritonang
Dosen Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian
Universitas HKBP Nommensen Medan. Jl. Sutomo No. 4A Medan 20234
Telp. 061-4522922. HP. 082166387190.
Email : [email protected]


ABSTRAK
Pembangunan pertanian merupakan cara untuk melakukan perubahan dengan inovasi dan teknologi sesuai
dengan potensi agroekosistem wilayah untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan hidup petani.
Pembangunan pertanian yang lebih menekankan pada pertumbuhan ekonomi akan menimbulkan dampak negatif
terhadap kelestarian sumber daya alam dan lingkungan. Untuk menjaga keberlanjutan pembangunan pertanian
masa mendatang diperlukan reorientasi paradigma pembangunan baik dari segi arah, strategi maupun kebijakan.
Pembangunan pertanian berkelanjutan dapat menjadi solusi alternative bagi peningkatan kesejahteraan rakyat
tanpa mengabaikan kelestarian sumber daya alam. Pembangunan pertanian berkelanjutan akan makin optimal
jika disinergikan dengan pengembangan sistem agribisnis. Makalah ini bertujuan mengulas peran sistem
agribisnis dalam rangka pembangunan pertanian berkelanjutan. Hasil studi menunjukkan; 1) pembangunan
pertanian konvensional terutama pada pertanian tanaman pangan menimbulkan dampak negatif bagi kelestarian
sumber daya alam, 2) Pengembangan sistem agribisnis berbasis sumberdaya domestik tidak memerlukan impor
dan pembiayaan eksternal, 3) Subsistem agribisnis hulu merupakan penghasil sarana produksi terbaik untuk
menghasilkan produk usahatani berkualitas, 4) Subsistem pertanian primer mampu menghasilkan komoditi
pangan, hortikultura, tanaman obat-obatan, 5) Subsistem agribisnis hilir merupakan industri pengolah komoditi
pertanian primer menjadi barang jadi berupa makanan, minuman, pakan, farmasi bahkan bio-energi.
Pembangunan pertanian berkelanjutan melalui pengembangan sistem agribisnis dapat menjamin terciptanya
efisiensi, pertumbuhan, pemerataan dan berwawasan lingkungan. Untuk mendukung upaya ini diperlukan
konsolidasi kelembagaan baik di tingkat petani, pihak swasta maupun pemerintah untuk mengembangkan secara

sinergis; 1) Subsistem agribisnis hulu untuk melakukan perannya sebagai pelayan usahatani untuk memberikan
bimbingan teknis produksi, manajemen, hubungan sistem agribisnis serta memfasilitasi proses pembelajaran dan
pelatihan petani, 2) Subsistem agribisnis hilir untuk melakukan perannya sebagai pengolah lanjutan untuk
meningkatkan mutu produk dalam memenuhi kebutuhan konsumen, serta berfungsi memperlancar proses
pemasaran produk melalui perencanaan sistem pemasaran yang baik.

Kata kunci: pembangunan pertanian berkelanjutan, sektor pertanian, sistem agribisnis.
PENDAHULUAN
Strategi pembangunan ekonomi bangsa yang tidak tepat pada masa lalu ditambah dengan
krisis ekonomi berkepanjangan, menimbulkan berbagai persoalan ekonomi bagi bangsa Indonesia.
Mulai dari masalah kemiskinan, pengangguran, ketimpangan ekonomi, ketidaktahanan pangan,
deplesi sumber daya alam yang menyebabkan kemerosotan mutu lingkungan, dll merupakan
sederetan masalah yang mengganggu perekonomian bangsa Indonesia.
Saragih, B (2001), menyampaikan untuk mengatasi masalah ekonomi yang begitu kompleks
diperlukan strategi pembangunan ekonomi yang mampu memberi solusi. Strategi pembangunan yang
dimaksud harus memiliki karakteristik sebagai berikut, 1) memiliki jangkauan kemampuan
memecahkan masalah ekonomi dan ketika strategi ini diimplementasikan maka persoalan ekonomi
akan dapat diatasi, 2) strategi yang dipilih harus dapat memanfaatkan hasil-hasil pembangunan
sebelumnya sehingga pembangunan sebelumnya tidak menjadi sia-sia, 3) strategi yang dipilih harus
mampu membawa perekonomian Indonesia yang lebih cerah dan menjadi sinergis (interdepency

economy) dengan perekonomian dunia.
Di antara pilihan strategi pembangunan ekonomi yang ada, strategi pembangunan yang
memenuhi karakteristik tersebut adalah Pembangunan Agribisnis (agribusiness led development) yaitu
strategi pembangunan ekonomi yang mengintegrasikan pembangunan pertanian berkelanjutan
(perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan) dengan pembangunan industri hulu dan hilir
pertanian serta sektor-sektor jasa yang terkait di dalamnya (Saragih, B. 1998).
Strategi pengembangan sistem agribisnis tersebut adalah berbasis pada pemberdayagunaan
keragaman sumberdaya pada setiap daerah (domestic resources based), akomodatif terhadap
keragaman kualitas sumberdaya manusia, tidak mengandalkan pinjaman luar negeri, berorientasi
Universitas Sumatera Utara, Medan, 03 April 2012

Seminar Nasional dan Rapat Tahunan BKS-PTN Wilayah Barat Bidang Ilmu Pertanian Tahun 2012
ekspor maka strategi pembangunan sistem agribisnis akan bergerak menuju pembangunan agribisnis
yang digerakkan oleh barang modal dan SDM yang lebih terampil (capital driven) sehingga mampu
beralih pada proses pembangunan agribisnis yang digerakkan oleh ilmu pengetahuan, teknologi dan
SDM terampil (innovation-driven), sehingga diyakini mampu mengantarkan perekonomian Indonesia
memiliki daya saing yang tinggi.
SISTEM PENGEMBANGAN AGRIBISNIS
Davis, H.J. and R.A. Golberg (1957), dalam tulisannya yang berjudul “A concept of
agribusiness” menuliskan bahwa agribisnis berasal dari kata Agribusiness di mana Agr=Agriculture
artinya pertanian dan Business artinya usaha atau kegiatan yang menghasilkan keuntungan. Jadi
Agribisnis adalah kegiatan yang berhubungan dengan pengusahaan tumbuhan dan hewan (komoditas
pertanian, peternakan, perikanan, dan kehutanan) yang berorientasi pasar dan peningkatan nilai
tambah. Antara, M (2000), menyampaikan bahwa agribisnis merupakan konsep dari suatu sistem
yang integratif dan terdiri dari beberapa subsistem, yaitu; 1) subsistem pengadaan sarana produksi
(agroindustri hulu), 2) subsistem produksi usahatani, 3) subsistem pengolahan dan industri hasil
pertanian (agroindustri hilir), 4) subsistem pemasaran dan perdagangan, dan 5) subsistem
kelembagaaan penunjang.
Uraian di atas menunjukkan bahwa kegiatan agribisnis merupakan; a) kegiatan yang berbasis
pada keunggulan sumberdaya alam (on farm agribusiness) dengan penerapan teknologi dan
sumberdaya manusia bagi perolehan nilai tambah (off-farm agribusiness), b) kegiatan yang memiliki
spektrum yang luas, dari skala usaha kecil, rumahtangga hingga skala usaha raksasa. Sehingga usaha
mempercepat pertumbuhan sektor agribisnis dengan kondisi petani yang lemah (modal, skill,
pengetahuan dan penguasaan lahan yang terbatas) akan dapat ditempuh melalui penerapan sistem
pengembangan agribisnis. Dengan demikian Pengembangan sistem agribisnis adalah merupakan suatu
bentuk (model, sistem, pola) yang mampu memberikan keuntungan bagi pelaku-pelaku agribisnis
(petani/ peternak/ pekebun/ nelayan/ pengusaha kecil dan menengah/ koperasi), dalam bentuk
peningkatan pendapatan, peningkatan nilai tambah dan perluasan kesempatan kerja.
PROSPEK PEMBANGUNAN AGRIBISNIS INDONESIA
Jika dilihat dari potensi sumberdaya dan arah kebijakan pembangunan nasional serta potensi
pasar atas produk-produk agribisnis, maka Indonesia memiliki prospek untuk pembangunan sistem
agribisnis, yang didukung oleh; a) Keputusan politik yang dimuat dalam GBHN 1999-2004 yang
antara lain mengamanatkan pembangunan keunggulan komparatif Indonesia sebagai negara agraris
dan maritime, b) Amanat konstitusi yaitu UU No. 22 tahun 1999, UU No. 25 tahun 1999 dan PP 25
tahun 2000 tentang pelaksanaan Otonomi Daaerah. Esensi Otonomi Daerah adalah mempercepat
pembangunan ekonomi dengan mendayagunakan sumberdaya daerah seperti agribinsis, dimana saat
ini beberapa daerah di Indonesia struktur perekonomiannya (pembentukan PDRB, kesempatan
berusaha, eskpor) disumbang oleh agribinsis, c) Kekayaan keragaman hayati (biodivercity) daratan
dan perairan yang terbesar di dunia, lahan yang relatif luas dan subur, dan agroklimat sebagai
keunggulan komperatif untuk agribisnis, d) Berbasis pada sumberdaya domestic (domestic resources
based, high local content) tidak memerlukan impor dan pembiayaan eksternal (utang luar negeri), e)
Produk Indonesia memiliki keunggulan-keunggulan bersaing terutama produk-produk agribisnis,
seperti barang-barang dari karet, produk turunan CPO (detergen, sabun, palmoil, dll), (Saragih, B.
2001).
Disamping itu, isu krisis pangan dunia pada saat ini memberi peluang bagi pengembangan
agribisnis Indonesia. Kita memiliki ruang gerak dalam pengembangan agribisnis terutama bahan
pangan dan serat (tekstil, barang-barang karet, kertas, bahan bangunan dan kayu) yang
menguntungkan Indonesia ke depan. Kesadaran masyarakat dunia semakin meningkat akan
pentingnya kelestarian lingkungan hidup sehingga mendorong masyarakat dunia mengkonsumsi
barang-barang yang bersifat bio-degradable. Hal ini akan menggeser penggunaan produk petro-fiber
baik dalam industri tekstil maupun dalam industri barang-barang dari karet akan digantikan oleh biofiber (serat tanaman) seperti rayon.
Di bidang energi juga sedang terjadi perubahan yang fundamental, dimana sumber energi
utama dunia adalah sumberdaya mineral (petroleum). Namun cadangan minyak dunia makin tipis,
sementara alternatif energi seperti energi nuklir terbukti beresiko tinggi (kasus Rusia, Jepang).
Universitas Sumatera Utara, Medan, 03 April 2012

Seminar Nasional dan Rapat Tahunan BKS-PTN Wilayah Barat Bidang Ilmu Pertanian Tahun 2012
Kelangkaan energi dunia ini memberi kesempatan untuk mengembangkan bio-energi seperti palmoildiesel (dari minyak sawit), ethanol (dari tebu). Hal ini memberi prospek baru bagi Indonesia sebagai
salah satu produsen minyak sawit terbesar di dunia. Kelangkaan petro-energi tersebut juga akan
berdampak pada industri-industri yang berbasis pada petro kimia, seperti pupuk, pestisida, detergent.
Industri petro-pesticida akan bergeser kepada bio-pesticide, industri petro-detergent akan beralih pada
bio-detergent dan industri petro-fertilizer akan beralih kepada bio-fertilizer (Saragih, B. 2001).
Untuk bidang farmasi dan kosmetika juga sedang terjadi proses perubahan yang
menguntungkan negara-negara agribisnis seperti Indonesa. Kebutuhan hidup akan kebugaran
(fittness), hidup sehat dan cantik, akan meningkatkan permintaan akan produk-produk farmasi,
toiletries (sabun kecantikan; shampo, detergent). Indonesia yang memiliki kekayaan keragaman
biofarmasi terbesar seperti tanaman, obat-obatan, tanaman minyak atsiri dan penghasil minyak olein
(minyak sawit, minyak kelapa) cenderung akan menjadi satu global player pada industri bio-farmasi
dan kosmetika.
PENGEMBANGAN SISTEM AGRIBISNIS BERKELANJUTAN
Untuk mendayagunakan keunggulan Indonesia sebagai negara agraris dan maritime dalam
menghadapi tantangan liberalisasi Perdagangan, perubahan pasar internasional, pemerintah
(Departemen terkait) harus mengembangkan sistem dan usaha agribisnis berdaya saing
(competitiveness), berkerakyatan (people-driven) dan berkelanjutan (sustainable). Pemerintah harus
mengembangkan secara sinergis pembangunan sistem agribisnis yang mencakup; 1) Subsistem
agribisnis hulu (up-stream agribusiness), yakni industri-industri yang menghasilkan barang-barang
modal pertanian, seperti industri perbenihan/ pembibitan, tanaman, ternak, ikan, industri agrokimia
(pupuk, pestisida, obat, vaksin ternak/ikan), industry alat dan mesin pertanian (agro-otomotif); 2)
Subsistem pertanian primer (on-farm agribusiness), yaitu kegiatan budidaya yang menghasilkan
komoditi pertanian primer (usahatani tanaman pangan, hortikultura, tanaman obat-obatan,
perkebunan, peternakan, perikanan, dan kehutanan), 3) Subsistem agribisnis hilir (down-stream
agribusiness), yaitu industri-industri yang mengolah komoditi pertanian primer menjadi olahan seperti
industri makanan/ minuman, pakan, barang-barang serat alam, farmasi dan bio-energi, dan 4)
Subsistem penyedia jasa agribisnis (services for agribusiness) seperti perkreditan, transportasi dan
pergudangan, Litbang, Pendidikan SDM, dan kebijakan ekonomi (lihat Davis and Golberg, 1957;
Downey and Steven, 1987).
Sistem dan usaha agribisnis yang dikembangkan pemerintah, harus berkerakyatan yang
dicirikan dengan keterlibatan rakyat dalam sistem dan usaha agribisnis, berlandaskan sumber daya
yang dimiliki rakyat baik sumberdaya alam, teknologi (indigenous technologies), kearifan lokal (local
widom), budaya ekonomi lokal (local culture, capital social) dan menjadikan organisasi ekonomi
rakyat banyak menjadi pelaku utama agribisnis.
Disamping itu pengembangan sistem dan usaha agribisnis juga harus berkelanjutan, baik dari
segi ekonomi, teknologi maupun dari segi ekologis. Dari sisi ekonomi, pembangunan sistem dan
usaha agribisnis harus berakar pada sumberdaya dan organisasi ekonomi lokal dan menjadikan
inovasi teknologi ramah lingkungan dan kreativitas (skill) rakyat sebagai sumber pertumbuhan, untuk
menghasilkan sistem dan usaha agribisnis yang berkelanjutan.
PARADIGMA PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
Perhatian terhadap pembangunan berkelanjutan dimulai sejak munculnya kekwatiran R.
Malthus pada ketersediaan lahan di Inggris akibat ledakan penduduk tahun 1798. Kemudian pada
tahun 1972, Meadow dan kawan-kawan menerbitkan buku yang berjudul The Limit to Growth (Fauzi,
A. 2006). Meadow mengemukakan bahwa pertumbuhan ekonomi akan sangat dibatasi oleh
ketersediaan sumber daya alam sehingga penyediaan barang dan jasa yang berasal dari sumber daya
alam tidak akan dapat dilakukan secara terus-menerus.
Perhatian terhadap pembangunan berkelanjutan mencuat kembali pada tahun 1987 saat World
Commission on Environment and Development (WCED) menerbitkan buku berjudul Our Common
Future (Fauzi, A. 2006). Buku ini memicu lahirnya agenda baru pembangunan ekonomi yang
berkaitan dengan lingkungan dalam konteks pembangunan yang berkelanjutan. Mereka (WCED)
mendefinisikan pembangunan berkelanjutan sebagai pembangunan yang memenuhi kebutuhan
Universitas Sumatera Utara, Medan, 03 April 2012

Seminar Nasional dan Rapat Tahunan BKS-PTN Wilayah Barat Bidang Ilmu Pertanian Tahun 2012
generasi saat ini tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan
mereka.
PERTANIAN BERKELANJUTAN
Turner et al. (1993) mendefinisikan pembangunan berkelanjutan sebagai upaya
memaksimalkan manfaat bersih pembangunan ekonomi dengan syarat dapat mempertahankan dan
meningkatkan jasa, kualitas dan kuantitas sumber daya alam sepanjang waktu. Selanjutnya The
Agricultural Research Service (USDA) mendefinisikan pertanian berkelanjutan sebagai pertanian
yang pada waktu mendatang dapat bersaing, produktif, menguntungkan, mengkonservasi sumber daya
alam, melindungi lingkungan, serta meningkatkan kesehatan, kualitas pangan, dan keselamatan.
Definisi Pertanian berkelanjutan menurut FAO (1989) adalah “ manajemen dan konservasi
basis sumberdaya alam, dan orientasi perubahan teknologi dan kelembagaan guna menjamin
tercapainya dan terpuaskannya kebutuhan manusia generasi saat ini maupun mendatang.
Pembangunan pertanian berkelanjutan menkonservasi lahan, air, sumberdaya genetik tanaman
maupun hewan, tidak merusak lingkungan, tepat guna secara teknis, layak secara ekonomis, dan
diterima secara social “
Pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture) merupakan implementasi dari konsep
pembangunan berkelanjutan (sustainable development) pada sektor pertanian. Konsep pembangunan
berkelanjutan dimulai akhir tahun 1980 an sebagai respon terhadap strategi pembangunan
sebelumnya yang terfokus pada tujuan pertumbuhan ekonomi tinggi yang terbukti telah menimbulkan
degradasi kapasitas produksi maupun kualitas lingkungan hidup.
Pertanian berkelanjutan merupakan pengelolaan sumber daya alam dengan teknologi dan
kelembagaan untuk menjamin pemenuhan dan pemuasan kebutuhan manusia secara berkelanjutan.
Pembangunan pertanian harus mampu mengkonservasi tanah, air, tanaman dan hewan, tidak merusak
lingkungan, tepat guna, secara ekonomi layak, dan secara sosial dapat diterima. Sehingga berimplikasi
pada proses pembangunan yang berwawasan lingkungan, sehingga; 1) menjamin terpenuhinya
kebutuhan dasar nutrisi bagi masyarakat untuk generasi masa kini dan mendatang, 2) dapat
menyediakan lapangan pekerjaan, 3) memelihara kapasitas produksi pertanian, 4) mengurangi dampak
kegiatan pembangunan pertanian yang dapat menimbulkan pencemaran lingkungan, 5) menghasilkan
berbagai produk pertanian, baik primer maupun hasil olahan, yang berkualitas serta berdaya saing
tinggi.
IMPLIKASI KEBIJAKAN PERTANIAN BERKELANJUTAN
DALAM SISTEM AGRIBISNIS
Saat ini pertanian berkelanjutan sudah menjadi gerakan global dan telah menjadi dasar
pelaksanaan (rules of conduct) “Praktek Pertanian yang Baik” (good agricultural practices). Negara,
lembaga pembangunan, organisasi swadaya masyarakat dan lembaga konsumen internasional turut
mendorong dan mengawasi pelaksanaan prinsip pertanian berkelanjutan tersebut. Kepatuhan produsen
terhadap standar praktek pertanian bekelanjutan menjadi salah satu acuan bagi konsumen atas produk
pertanian. Karena itu, setiap perusahaan agribisnis harus mematuhi prinsip Praktek Pertanian yang
Baik (PPB) agar dapat memperoleh akses pasar, khususnya di pasar internasional (Saptana dan
Ashari, 2007)
Pengawasan atas praktek pertanian berkelanjutan merupakan salah satu pertimbangan dalam
perumusan kebijakan perdagangan suatu negara. Hal ini menunjukkan bahwa kepatuhan terhadap
standar pertanian berkelanjutan merupakan salah satu kunci akses bagi pasar produk pertanian.
Gerakan pertanian berkelanjutan juga didorong oleh lembaga-lembaga donor pembangunan
internasional (World Bank, IMF, Asia Development Bank). Bahkan kepatuhan terhadap praktek
pembangunan pertanian berkelanjutan merupakan salah satu persyaratan pemberian bantuan oleh
lembaga donor, maka pada gilirannya, kebijakan Negara penerima bantuan tersebut akan
mengarahkan dan memaksa pengusaha agribisnis mematuhi standar praktek pertanian berkelanjutan.
PEMBANGUNAN PERTANIAN BERKELANJUTAN DENGAN
PENGEMBANGAN SISTEM AGRIBISNIS
Sanim, B (2006) menyampaikan bahwa; Pembangunan pertanian berkelanjutan memiliki tiga
tujuan yaitu; tujuan ekonomi (efisiensi dan pertumbuhan), tujuan sosial (kepemilikan/ keadilan), dan
Universitas Sumatera Utara, Medan, 03 April 2012

Seminar Nasional dan Rapat Tahunan BKS-PTN Wilayah Barat Bidang Ilmu Pertanian Tahun 2012
tujuan ekologi (kelestarian sumber daya alam dan lingkungan). Ketiga tujuan tersebut saling terkait
dimana proses pembangunan pertanian berkelanjutan dapat terwujud bila tiga tujuan pembangunan
tersebut tercapai. Efisiensi dan pertumbuhan sektor pertanian dapat dipacu melalui pertumbuhan
produksi dan pendapatan petani, pembentukan modal, dan peningkatan daya saing. Pemerataan
kepemilikan sumber daya dapat ditempuh melalui kebijakan reformasi agraria (land reform) serta
meningkatkan akses dan control masyarakat petani ke sumber daya pertanian, modal, teknologi,
kesejahteraan sosial, dan ketenteraman.
Sejak dilaksanakannya proses pembangunan pertanian berkelanjutan di Indonesia telah
diterapkan beberapa sistem pengembangan pertanian berskala usaha, baik untuk komoditi pangan
maupun non pangan. Tujuan dan sasaran sistem pengembangan pertanian adalah pengembangan
secara menyeluruh dan terpadu, yakni tidak hanya peningkatan produksi, tetapi juga pengadaan sarana
produksi, pengolahan produk, pengadaan modal usaha dan pemasaran produk bekerjasama dengan
pengusaha. Sistem pengembangan sektor pertanian semacam ini adalah pengembangan pertanian
berdasarkan agribisnis dan di antara sistem-sistem tersebut telah diterapkan pemerintah berupa
kebijakan nasional antara lain: Unit Pelaksana Proyek (UPP), Insus dan Supra Insus, Sistem
Inkubator, Sistem Modal Ventura, Sistem Kemitraan (Contract Farming) dalam berbagai bentuknya
seperti Pola PIR, Pola Pengelola, Sistem “Farm Cooperative” (Saptana dan Ashari, 2007).
Keberhasilan pembangunan pertanian berkelanjutan ditentukan oleh pelaksanaan revitalisasi
pertanian. Krisnamurthi, B (2006) mengemukakan, revitalisasi pertanian memiliki tiga pengertian,
yaitu; 1) sebagai kesadaran akan pentingnya pertanian bagi kehidupan bangsa dan rakyat Indonesia, 2)
sebagai bentuk rumusan harapan masa depan tentang kondisi pertanian, 3) sebagai kebijakan dan
strategi besar melakukan revitalisasi itu sendiri.
Pada satu sisi, Simatupang, P (1995) menyampaikan bahwa Struktur agribisnis yang
berkembang saat ini kurang memiliki daya saing, sehingga perlu dikembangkan dngan baik, hal itu
disebabkan oleh tiga faktor utama yaitu:
1. Tidak ada keterkaitan fungsional yang harmonis di antara kegiatan atau pelaku agribisnis,
sehingga dinamika pasar belum dapat direspons secara efektif karena tidak adanya koordinasi.
2. Terbentuknya marjin ganda sehingga ongkos produksi, pengolahan, dan pemasaran hasil yang
harus dibayar konsumen lebih mahal.
3. Tidak adanya kesetaraan posisi tawar antara petani dan pelaku agribisnis lainnya sehingga petani
sulit mendapatkan harga pasar yang wajar.
Namun walaupun demikian bahwa pembangunan pertanian berkelanjutan melalui pendekatan
pengembangan sistem agribisnis akan memberikan beberapa manfaat yaitu; 1) mengoptimalkan
alokasi sumber daya pada satu titik waktu dan lintas generasi, 2) meningkatkan efisiensi dan
produktivitas produk-produk pertanian karena adanya keterpaduan produk berdasarkan tarikan
permintaan (demand driven), 3) meningkatkan efisiensi masing-masing subsistem agribisnis dan
harmonisasi keterkaitan antar subsistem melalui keterpaduan antar pelaku, 4) terbangunnya kemitraan
usaha agribisnis yang saling membutuhkan, memperkuat, dan menguntungkan, dan 5) adanya
kesinambungan usaha yang menjamin stabilitas dan kontinuitas pendapatan seluruh pelaku agribisnis.
Pendekatan tersebut hanya akan berhasil bila dilakukan secara partisipatif.
Pembangunan pertanian berkelanjutan dapat dilakukan melalui pengembangan sistem
agribisnis. Dalam agribisnis dikenal konsep agribisnis sebagai suatu sistem dan agribisnis sebagai
suatu usaha (perusahaan). Di samping itu dikenal azas-azas dalam pengembangan agribisnis yang
berkelanjutan yaitu terpusat, efisien, menyeluruh dan terpadu, serta menjaga kelestarian lingkungan.
PENUTUP
Proses pembangunan ekonomi yang keliru pada masa lalu dan munculnya krisis ekonomi
berkepanjangan, mengharuskan Indonesia memilih strategi pembangunan ekonomi yang tepat.
Pembangunan agribisnis merupakan suatu strategi pembangunan ekonomi yang mengintegrasikan
pembangunan pertanian dengan pembangunan industri hulu dan hilir pertanian serta sektor jasa yang
terkait di dalamnya. Strategi pembangunan sistem agribisnis yang berbasis pada pemberdayagunaan
keragaman sumberdaya daerah, akomodatif terhadap keragaman kualitas sumberdaya manusia, tidak
mengandalkan impor dan pinjaman luar negeri yang besar, namun berorientasi ekspor sehingga
mampu memecahkan sebagian besar permasalahan perekonomian yang ada.
Universitas Sumatera Utara, Medan, 03 April 2012

Seminar Nasional dan Rapat Tahunan BKS-PTN Wilayah Barat Bidang Ilmu Pertanian Tahun 2012
Selain itu, strategi pembangunan sistem agribisnis secara bertahap akan bergerak dinamis
menuju pembangunan agribisnis yang digerakkan ilmu pengetahuan, teknologi dan SDM terampil
(innovation-driven), diyakini mampu mengantarkan pertanian Indonesia memiliki daya saing dan
bersinergis dalam dunia internasional. Jika dilihat dari berbagai aspek, seperti potensi sumberdaya
yang dimiliki, arah kebijakan pembangunan nasional, potensi pasar domestik dan internasional
produk-produk agribisnis, dan peta kompetisi dunia, Indonesia memiliki prospek untuk
mengembangkan system agribisnis dalam rangka pembangunan pertanian berkelanjutan yang berdaya
saing dan berkerakyatan.
DAFTAR PUSTAKA
Antara, M. 2000. Sistem Pengembangan Agribisnis Hortikultura Berkelanjutan Dan Berdaya Saing
Tinggi di Kawasan Timur Indonesia. Makalah Seminar Pada “Pertemuan Sosialisasi Program
dan Organisasi Hortikultura dan Aneka Tanaman Wilayah Timur Indonesia, 12 Desember
2000”. Direktorat Jenderal Produksi Hortikultura dan Aneka Tanaman. Departemen
Pertanian RI. Denpasar. Bali.
Davis, H. J. and R.A. Golberg. 1957. A Concept of Agribusiness. Harvard Graduate School of
Business Administration. Boston, Massachusets.
Downey, W. David and Steven, P. Erickson. 1987. Agribusiness Management. Mc Graw-Hill Book
Company, New York, Second Edition.
FAO.1989. Sustainable Development and Natural Resources Management. Twenty-Fifth Conference,
Paper C 89/2 simp 2, Food and Agriculture Organization, Rome.
Fauzi, A. 2006. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan: Teori dan aplikasi. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.
Krisnamurthi, B. 2006. Revitalisasi Pertanian: Sebuah konsekuensi sejarah dan tuntutan masa
depan. Dalam Revitalisasi Pertanian dan Dialog Peradaban. Penerbit Buku Kompas. Jakarta.
Sanim, B. 2006. Analisis Ekonomi Lingkungan dan Audit Lingkungan. Makalah disampaikan pada
Pelatihan Dosen Perguruan Tinggi Negeri Se-Jawa dan Bali dalam Bidang Audit Lingkungan,
Bogor, 11−20 September 2006.
Saragih, B. 2001. Pembangunan Sistem Agribisnis di Indonesia dan Peranan Public Relation.
Makalah Seminar Peranan Public Relation dalam Pembangunan Pertanian. Program
Pascasarjana PS. KMP-IPB. Bogor.
Saragih, B. 1998. Kumpulan Pemikiran Agribisnis: Paradigma Baru Pembangunan Ekonomi
Berbasis Pertanian. Yayasan Persada Mulia Indonesia.
Saptana dan Ashari, 2007. Pembangunan Pertanian Berkelanjutan Melalui Kemitraan Usaha Jurnal
Litbang Pertanian RI, 26 (4). Jakarta.
Simatupang,P. 1995. Industrialisasi Pertanian Sebagai strategi Agribisnis dan Pembangunan
Pertanian dalam Era Globalisasi. Orasi Pengukuhan Ahli Peneliti Utama. Bogor. Pusat
Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian,
Departemen Pertanian.
Turner, P.K., D. Pearce, and I. Bateman. 1993. Environmental Economic: An elementary introduction.
John Hopkins University Press, Baltimore.

Universitas Sumatera Utara, Medan, 03 April 2012

H
.,re

6
6

f-,I

\

t\3
\r$

o

\\

N
t
'il

b.-

\a
\r.
TlrJ

,\S

;

DrLf

'o

h-

a-

-t

F.
G(
U
r/o

6

SI

)-

,O

\S
t,
\3
F.

6

\

.'}4

o
\)

,

\I


o

!

FI

h
,QJ
\

II

,o
\,

E\

HE

SZC

hr6

A

ss
6H

$r $-

c5

5r
s=
-67

F5AY65
AL_

)_{.

t

gut

5
;F

ofJ

tlra'

Es

ca

d

E
cfr,

t<

.rd

U

a.

u

TI

G/


=
1

.g

I(E

E
(l)

'E

r),

(o

L

o-

o

6I

d
d

l-L:

o
so

d,

{a

t

s
E5
9-4
troh7,

oQ, aE

SI

L

:

CN

=,'
=
$('

E

(c

(6

CI

gJ
L

$

I

d
t-

E

6,c
Z, fi*'lt -oro
'

l-

-o
=-s-

sfr EE'ilHH
#$
tr- ;Ess!
.Es 6^
e/J

s

$,

o
L

()
L

i

l&
t;
:.a l-

':

':

,ir

,: i

.:i

:.

l

..1.'

' :. ..
!-".J4

''-.,-'-

\./

l

o-

6
E

cn-

4i

&

t=C)
Y

o0

6

Ep
E
r+E
\.-, si

(o

ci

hq

6
6
d

H,

od
F
=
C

L\

!

:

.::

6
6
.a4
EO

6*
,c.tr

bl,

*l

it
L

E

a
L

!i

o

o_