INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN PROYEK STRATEGIS NASIONAL
INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 2016
TENTANG
PERCEPATAN PELAKSANAAN PROYEK STRATEGIS NASIONAL
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Dalam rangka percepatan pelaksanaan Proyek Strategis Nasional untuk
kepentingan umum dan kemanfaatan umum, dengan ini menginstruksikan:
Kepada
:
1.
Para Menteri Kabinet Kerja;
2. Jaksa Agung Republik Indonesia;
3. Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia;
4. Sekretaris Kabinet;
5. Kepala Staf Kepresiden;
6. Para Kepala Lembaga Pemerintah Non Kementerian;
7. Para Gubernur; dan
8. Para Bupati/Walikota.
Untuk
:
PERTAMA
: Mengambil langkah-langkah yang diperlukan sesuai tugas,
fungsi, dan kewenangan masing-masing untuk melakukan
percepatan pelaksanaan Proyek Strategis Nasional dan/atau
memberikan dukungan dalam percepatan pelaksanaan Proyek
Strategis Nasional, yang mencakup:
1. Penyiapan proyek;
2. Pengadaan lahan proyek;
3. Pendanaan proyek;
4. Perizinan dan nonperizinan;
5. Pelaksanaan pembangunan fisik;
6. Pengawasan ...
-26. Pengawasan dan pengendalian;
7. Pemberian pertimbangan hukum; dan/atau
8. Mitigasi risiko hukum dan non hukum.
KEDUA
: Melakukan
penyelesaian
pelaksanaan
Proyek
masalah
Strategis
dan
hambatan
Nasional
atau
dalam
untuk
memberikan dukungan dalam percepatan pelaksanaan Proyek
Strategis Nasional dengan:
1. Mengambil diskresi dalam rangka mengatasi persoalan
yang konkret dan mendesak.
2. Menyempurnakan,
mencabut,
dan/atau
mengganti,
ketentuan peraturan perundang-undangan yang tidak
mendukung atau menghambat percepatan pelaksanaan
Proyek Strategis Nasional.
3. Menyusun
peraturan
perundang-undangan
dan/atau
kebijakan yang diperlukan untuk percepatan pelaksanaan
Proyek Strategis Nasional.
4. Menerbitkan
petunjuk
teknis
dan/atau
penjelasan/penafsiran kepada para pejabat dan atau
pemerintah
daerah
terhadap
perundang-undangan
pelaksanaan
dan/atau
peraturan
kebijakan
dalam
percepatan pelaksanaan Proyek Strategis Nasional.
5. Mengambil langkah-langkah mitgasi dampak sosial yang
timbul dalam percepatan pelaksanaan Proyek Strategis
Nasional.
6. Melakukan
pelaksanaan
percepatan
Proyek
pengadaan
Strategis
tanah
Nasional
untuk
dengan
menggunakan waktu minimum dari batas waktu yang
ditetapkan
bidang
dalam
pengadaan
peraturan
tanah
perundang-undangan
bagi
pembangunan
di
untuk
kepentingan umum.
7. Melaksanakan ...
-37. Melaksanakan percepatan pengadaan barang/jasa dalam
rangka percepatan pelaksanaan Proyek Strategis Nasional
antara lain dengan:
a.
mempercepat pemilihan penyedia barang, penyedia
pekerjaan konstruksi, penyedia jasa konsultansi, atau
jasa lainnya;
b.
memanfaatkan
pengadaan
sistem
(SiRUP),
informasi
sistem
rencana
umum
pembelian
secara
elektronik (e-Purchasing), lelang cepat melalui sistem
informasi
kinerja
penyedia
dan/atau
sistem
pengadaan barang/jasa yang berlaku;
c.
melakukan konsolidasi pengadaan barang/jasa dalam
rangka
percepatan
pelaksanaan
proyek
strategis
nasional.
8. Meningkatkan tata kelola (governance) dan meningkatkan
fungsi
Aparat
rangka
Pengawasan
pengawasan
Intern
pelaksanaan
Pemerintah
Proyek
dalam
Strategis
Nasional.
9. Mendahulukan proses Administrasi Pemerintahan dalam
melakukan pemeriksaan dan penyelesaian atas laporan
penyalahgunaan wewenang dalam pelaksanaan Proyek
Strategis Nasional.
KETIGA
: Menteri/kepala
lembaga,
gubernur,
dan
bupati/walikota
menyelesaikan penyempurnaan, pencabutan, penggantian,
atau penyusunan peraturan perundang-undangan, dan/atau
penerbitan
petunjuk
teknis
pelaksanaan
peraturan
perundang-undangan dan/atau kebijakan paling lambat 3
(tiga) bulan sejak Instruksi Presiden ini dikeluarkan.
KEEMPAT : ...
-4KEEMPAT
: Kepala
Lembaga
Kebijakan
Pemerintah
melakukan
pengadaan
barang/jasa
Pengadaan
pendampingan
Pemerintah
Barang/Jasa
dalam
dalam
rangka
rangka
pelaksanaan Proyek Strategis Nasional.
KELIMA
: Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
untuk:
1. Meningkatkan pengawasan atas tata kelola (governance )
percepatan pelaksanaan Proyek Strategis Nasional.
2. Melakukan
terhadap
audit
investigatif/audit
kasus-kasus
tujuan
penyalahgunaan
tertentu
wewenang
(pelanggaran administrasi) dalam percepatan pelaksanaan
Proyek Strategis Nasional.
3. Menghitung jumlah (besaran) kerugian keuangan negara
dalam hal ditemukan adanya kerugian negara dalam
pelaksanaan
terhadap
audit
investigatif/audit
penyalahgunaan
administrasi)
dalam
tujuan
wewenang
percepatan
tertentu
(pelanggaran
pelaksanaan
Proyek
Strategis Nasional.
4. Melakukan pengawasan terhadap tindak lanjut atas hasil
audit yang dilakukan oleh Aparat Pengawasan Intern
Pemerintah
pada
kementerian/lembaga
dalam
hal
ditemukan adanya kerugian keuangan negara.
5. Melakukan
pendampingan
dalam
rangka
pengadaan
barang/jasa tertentu dalam pelaksanaan Proyek Strategis
Nasional berdasarkan permintaan menteri/kepala lembaga
atau Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas
(KPPIP).
KEENAM
: ...
-5KEENAM
: Jaksa Agung Republik Indonesia dan Kepala Kepolisian
Negara Republik Indonesia:
1. Mendahulukan proses administrasi Pemerintahan sesuai
ketentuan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang
Administrasi
Pemerintahan
sebelum
melakukan
penyidikan atas laporan masyarakat yang menyangkut
penyalahgunaan wewenang dalam pelaksanaan Proyek
Strategis Nasional.
2. Meneruskan/menyampaikan
laporan
masyarakat
diterima oleh Kejaksaan Agung Republik
Kepolisian
Negara
Republik
yang
Indonesia atau
Indonesia
mengenai
penyalahgunaan wewenang dalam pelaksanaan Proyek
Strategis Nasional kepada pimpinan kementerian/lembaga
atau Pemerintah Daerah untuk dilakukan pemeriksaan
dan tindak lanjut penyelesaian atas laporan masyarakat,
termasuk dalam hal diperlukan adanya pemeriksaan oleh
Aparat Pengawasan Intern Pemerintah.
3. Melakukan
pemeriksaan
atas
hasil
audit
Aparat
Pengawasan Intern Pemerintah mengenai temuan tindak
pidana
yang
bukan
bersifat
administratif
yang
disampaikan oleh pimpinan kementerian/lembaga atau
Pemerintah
Daerah
sesuai
ketentuan
peraturan
perundang-undangan.
4. Melakukan
pemeriksaan
atas
hasil
audit
Aparat
Pengawasan Intern Pemerintah sebagaimana dimaksud
pada angka 3, dengan berdasarkan:
a. Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik;
b. alasan yang objektif;
c. tidak menimbulkan konflik kepentingan; dan
d. dilakukan dengan iktikad baik.
5. Tidak ...
-65. Tidak mempublikasikan pemeriksaan secara luas kepada
masyarakat sebelum tahapan penyidikan.
6. Menggunakan pendapat dan/atau penjelasan/keterangan
ahli dari kementerian/lembaga yang berwenang sebagai
tafsir resmi dari peraturan perundang-undangan terkait.
7. Menyusun peraturan internal mengenai tata cara (Standar
Operasional
dan
Prosedur/SOP)
penanganan
laporan
masyarakat yang menyangkut penyalahgunaan wewenang
dalam pelaksanaan Proyek Strategis Nasional sebagai
dasar pelaksanaan tugas di masing-masing jajaran unit
instansi vertikal.
8. Memberikan pendampingan/pertimbangan hukum yang
diperlukan dalam percepatan pelaksanaan proyek strategis
nasional.
9. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap jajaran
dibawahnya dan memberikan tindakan apabila terdapat
penyimpangan dan pelanggaran.
KETUJUH
: Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan
mengoordinasikan Jaksa Agung Republik Indonesia, Kepala
Kepolisian
Negara
Republik
Indonesia,
dan
Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
untuk
menyusun
ketentuan
mengenai
tata
cara
(SOP)
pemanggilan dan pemeriksaan pejabat/pegawai Pemerintah,
pejabat pada Badan Usaha Milik Negara, atau badan usaha
oleh Kejaksaan dan Kepolisian Negara Republik
atas
laporan
kasus
penyimpangan
dalam
Indonesia
percepatan
pelaksanaan Proyek Strategis Nasional.
KEDELAPAN : ...
-7KEDELAPAN : Menteri Dalam Negeri:
1. Melakukan
pengawasan
kepada
gubernur
dan
bupati/walikota dan memberikan sanksi kepada gubernur
dan bupati/walikota yang tidak memberikan dukungan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
2. Melakukan
evaluasi
menghambat
atas
dan/atau
peraturan
daerah
yang
biaya
tinggi
menimbulkan
pelaksanaan proyek strategis nasional.
3. Membatalkan
peraturan
daerah
yang
menghambat
dan/atau menimbulkan biaya tinggi pelaksanaan proyek
strategis nasional berdasarkan hasil evaluasi.
KESEMBILAN : Gubernur dan Bupati/Walikota:
1. Wajib
mendukung
percepatan
pelaksanaan
proyek
strategis nasional di wilayahnya masing-masing.
2. Melakukan
sosialisasi
mendukung
kepada
pengadaan
masyarakat
tanah
dan
untuk
percepatan
pelaksanaan proyek strategis nasional.
3. Mengambil
langkah-langkah
yang
diperlukan
untuk
mengendalikan kenaikan harga terkait pengadaan tanah
untuk percepatan pelaksanaan proyek strategis nasional.
4. Melakukan evaluasi dan revisi atas peraturan daerah yang
menghambat
dan/atau
menimbulkan
biaya
tinggi
pelaksanaan proyek strategis nasional.
KESEPULUH : Menteri
Koordinator
Bidang
Perekonomian
melakukan
monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan Instruksi
Presiden ini, dan melaporkan kepada Presiden paling kurang 1
(satu)
kali dalam
6
(enam)
bulan
atau
sewaktu-waktu
diperlukan.
KESEBELAS
: Melaksanakan Instruksi Presiden ini dengan penuh tanggung
jawab.
Instruksi ...
-8-
Instruksi
Presiden
ini
mulai
berlaku
pada
tanggal
dikeluarkan.
Dikeluarkan di Jakarta
pada tanggal 8 Januari 2016
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
JOKO WIDODO
NOMOR 1 TAHUN 2016
TENTANG
PERCEPATAN PELAKSANAAN PROYEK STRATEGIS NASIONAL
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Dalam rangka percepatan pelaksanaan Proyek Strategis Nasional untuk
kepentingan umum dan kemanfaatan umum, dengan ini menginstruksikan:
Kepada
:
1.
Para Menteri Kabinet Kerja;
2. Jaksa Agung Republik Indonesia;
3. Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia;
4. Sekretaris Kabinet;
5. Kepala Staf Kepresiden;
6. Para Kepala Lembaga Pemerintah Non Kementerian;
7. Para Gubernur; dan
8. Para Bupati/Walikota.
Untuk
:
PERTAMA
: Mengambil langkah-langkah yang diperlukan sesuai tugas,
fungsi, dan kewenangan masing-masing untuk melakukan
percepatan pelaksanaan Proyek Strategis Nasional dan/atau
memberikan dukungan dalam percepatan pelaksanaan Proyek
Strategis Nasional, yang mencakup:
1. Penyiapan proyek;
2. Pengadaan lahan proyek;
3. Pendanaan proyek;
4. Perizinan dan nonperizinan;
5. Pelaksanaan pembangunan fisik;
6. Pengawasan ...
-26. Pengawasan dan pengendalian;
7. Pemberian pertimbangan hukum; dan/atau
8. Mitigasi risiko hukum dan non hukum.
KEDUA
: Melakukan
penyelesaian
pelaksanaan
Proyek
masalah
Strategis
dan
hambatan
Nasional
atau
dalam
untuk
memberikan dukungan dalam percepatan pelaksanaan Proyek
Strategis Nasional dengan:
1. Mengambil diskresi dalam rangka mengatasi persoalan
yang konkret dan mendesak.
2. Menyempurnakan,
mencabut,
dan/atau
mengganti,
ketentuan peraturan perundang-undangan yang tidak
mendukung atau menghambat percepatan pelaksanaan
Proyek Strategis Nasional.
3. Menyusun
peraturan
perundang-undangan
dan/atau
kebijakan yang diperlukan untuk percepatan pelaksanaan
Proyek Strategis Nasional.
4. Menerbitkan
petunjuk
teknis
dan/atau
penjelasan/penafsiran kepada para pejabat dan atau
pemerintah
daerah
terhadap
perundang-undangan
pelaksanaan
dan/atau
peraturan
kebijakan
dalam
percepatan pelaksanaan Proyek Strategis Nasional.
5. Mengambil langkah-langkah mitgasi dampak sosial yang
timbul dalam percepatan pelaksanaan Proyek Strategis
Nasional.
6. Melakukan
pelaksanaan
percepatan
Proyek
pengadaan
Strategis
tanah
Nasional
untuk
dengan
menggunakan waktu minimum dari batas waktu yang
ditetapkan
bidang
dalam
pengadaan
peraturan
tanah
perundang-undangan
bagi
pembangunan
di
untuk
kepentingan umum.
7. Melaksanakan ...
-37. Melaksanakan percepatan pengadaan barang/jasa dalam
rangka percepatan pelaksanaan Proyek Strategis Nasional
antara lain dengan:
a.
mempercepat pemilihan penyedia barang, penyedia
pekerjaan konstruksi, penyedia jasa konsultansi, atau
jasa lainnya;
b.
memanfaatkan
pengadaan
sistem
(SiRUP),
informasi
sistem
rencana
umum
pembelian
secara
elektronik (e-Purchasing), lelang cepat melalui sistem
informasi
kinerja
penyedia
dan/atau
sistem
pengadaan barang/jasa yang berlaku;
c.
melakukan konsolidasi pengadaan barang/jasa dalam
rangka
percepatan
pelaksanaan
proyek
strategis
nasional.
8. Meningkatkan tata kelola (governance) dan meningkatkan
fungsi
Aparat
rangka
Pengawasan
pengawasan
Intern
pelaksanaan
Pemerintah
Proyek
dalam
Strategis
Nasional.
9. Mendahulukan proses Administrasi Pemerintahan dalam
melakukan pemeriksaan dan penyelesaian atas laporan
penyalahgunaan wewenang dalam pelaksanaan Proyek
Strategis Nasional.
KETIGA
: Menteri/kepala
lembaga,
gubernur,
dan
bupati/walikota
menyelesaikan penyempurnaan, pencabutan, penggantian,
atau penyusunan peraturan perundang-undangan, dan/atau
penerbitan
petunjuk
teknis
pelaksanaan
peraturan
perundang-undangan dan/atau kebijakan paling lambat 3
(tiga) bulan sejak Instruksi Presiden ini dikeluarkan.
KEEMPAT : ...
-4KEEMPAT
: Kepala
Lembaga
Kebijakan
Pemerintah
melakukan
pengadaan
barang/jasa
Pengadaan
pendampingan
Pemerintah
Barang/Jasa
dalam
dalam
rangka
rangka
pelaksanaan Proyek Strategis Nasional.
KELIMA
: Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
untuk:
1. Meningkatkan pengawasan atas tata kelola (governance )
percepatan pelaksanaan Proyek Strategis Nasional.
2. Melakukan
terhadap
audit
investigatif/audit
kasus-kasus
tujuan
penyalahgunaan
tertentu
wewenang
(pelanggaran administrasi) dalam percepatan pelaksanaan
Proyek Strategis Nasional.
3. Menghitung jumlah (besaran) kerugian keuangan negara
dalam hal ditemukan adanya kerugian negara dalam
pelaksanaan
terhadap
audit
investigatif/audit
penyalahgunaan
administrasi)
dalam
tujuan
wewenang
percepatan
tertentu
(pelanggaran
pelaksanaan
Proyek
Strategis Nasional.
4. Melakukan pengawasan terhadap tindak lanjut atas hasil
audit yang dilakukan oleh Aparat Pengawasan Intern
Pemerintah
pada
kementerian/lembaga
dalam
hal
ditemukan adanya kerugian keuangan negara.
5. Melakukan
pendampingan
dalam
rangka
pengadaan
barang/jasa tertentu dalam pelaksanaan Proyek Strategis
Nasional berdasarkan permintaan menteri/kepala lembaga
atau Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas
(KPPIP).
KEENAM
: ...
-5KEENAM
: Jaksa Agung Republik Indonesia dan Kepala Kepolisian
Negara Republik Indonesia:
1. Mendahulukan proses administrasi Pemerintahan sesuai
ketentuan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang
Administrasi
Pemerintahan
sebelum
melakukan
penyidikan atas laporan masyarakat yang menyangkut
penyalahgunaan wewenang dalam pelaksanaan Proyek
Strategis Nasional.
2. Meneruskan/menyampaikan
laporan
masyarakat
diterima oleh Kejaksaan Agung Republik
Kepolisian
Negara
Republik
yang
Indonesia atau
Indonesia
mengenai
penyalahgunaan wewenang dalam pelaksanaan Proyek
Strategis Nasional kepada pimpinan kementerian/lembaga
atau Pemerintah Daerah untuk dilakukan pemeriksaan
dan tindak lanjut penyelesaian atas laporan masyarakat,
termasuk dalam hal diperlukan adanya pemeriksaan oleh
Aparat Pengawasan Intern Pemerintah.
3. Melakukan
pemeriksaan
atas
hasil
audit
Aparat
Pengawasan Intern Pemerintah mengenai temuan tindak
pidana
yang
bukan
bersifat
administratif
yang
disampaikan oleh pimpinan kementerian/lembaga atau
Pemerintah
Daerah
sesuai
ketentuan
peraturan
perundang-undangan.
4. Melakukan
pemeriksaan
atas
hasil
audit
Aparat
Pengawasan Intern Pemerintah sebagaimana dimaksud
pada angka 3, dengan berdasarkan:
a. Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik;
b. alasan yang objektif;
c. tidak menimbulkan konflik kepentingan; dan
d. dilakukan dengan iktikad baik.
5. Tidak ...
-65. Tidak mempublikasikan pemeriksaan secara luas kepada
masyarakat sebelum tahapan penyidikan.
6. Menggunakan pendapat dan/atau penjelasan/keterangan
ahli dari kementerian/lembaga yang berwenang sebagai
tafsir resmi dari peraturan perundang-undangan terkait.
7. Menyusun peraturan internal mengenai tata cara (Standar
Operasional
dan
Prosedur/SOP)
penanganan
laporan
masyarakat yang menyangkut penyalahgunaan wewenang
dalam pelaksanaan Proyek Strategis Nasional sebagai
dasar pelaksanaan tugas di masing-masing jajaran unit
instansi vertikal.
8. Memberikan pendampingan/pertimbangan hukum yang
diperlukan dalam percepatan pelaksanaan proyek strategis
nasional.
9. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap jajaran
dibawahnya dan memberikan tindakan apabila terdapat
penyimpangan dan pelanggaran.
KETUJUH
: Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan
mengoordinasikan Jaksa Agung Republik Indonesia, Kepala
Kepolisian
Negara
Republik
Indonesia,
dan
Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
untuk
menyusun
ketentuan
mengenai
tata
cara
(SOP)
pemanggilan dan pemeriksaan pejabat/pegawai Pemerintah,
pejabat pada Badan Usaha Milik Negara, atau badan usaha
oleh Kejaksaan dan Kepolisian Negara Republik
atas
laporan
kasus
penyimpangan
dalam
Indonesia
percepatan
pelaksanaan Proyek Strategis Nasional.
KEDELAPAN : ...
-7KEDELAPAN : Menteri Dalam Negeri:
1. Melakukan
pengawasan
kepada
gubernur
dan
bupati/walikota dan memberikan sanksi kepada gubernur
dan bupati/walikota yang tidak memberikan dukungan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
2. Melakukan
evaluasi
menghambat
atas
dan/atau
peraturan
daerah
yang
biaya
tinggi
menimbulkan
pelaksanaan proyek strategis nasional.
3. Membatalkan
peraturan
daerah
yang
menghambat
dan/atau menimbulkan biaya tinggi pelaksanaan proyek
strategis nasional berdasarkan hasil evaluasi.
KESEMBILAN : Gubernur dan Bupati/Walikota:
1. Wajib
mendukung
percepatan
pelaksanaan
proyek
strategis nasional di wilayahnya masing-masing.
2. Melakukan
sosialisasi
mendukung
kepada
pengadaan
masyarakat
tanah
dan
untuk
percepatan
pelaksanaan proyek strategis nasional.
3. Mengambil
langkah-langkah
yang
diperlukan
untuk
mengendalikan kenaikan harga terkait pengadaan tanah
untuk percepatan pelaksanaan proyek strategis nasional.
4. Melakukan evaluasi dan revisi atas peraturan daerah yang
menghambat
dan/atau
menimbulkan
biaya
tinggi
pelaksanaan proyek strategis nasional.
KESEPULUH : Menteri
Koordinator
Bidang
Perekonomian
melakukan
monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan Instruksi
Presiden ini, dan melaporkan kepada Presiden paling kurang 1
(satu)
kali dalam
6
(enam)
bulan
atau
sewaktu-waktu
diperlukan.
KESEBELAS
: Melaksanakan Instruksi Presiden ini dengan penuh tanggung
jawab.
Instruksi ...
-8-
Instruksi
Presiden
ini
mulai
berlaku
pada
tanggal
dikeluarkan.
Dikeluarkan di Jakarta
pada tanggal 8 Januari 2016
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
JOKO WIDODO