Himpunan Peraturan Pertanahan – Kotak Hitam

Unda ng- Unda ng N o. 4 4 Pr p. Ta hun 1 9 6 0
Te nt a ng : Pe r t a m ba nga n M iny a k D a n Ga s Bum i
Presiden Republik I ndonesia
Menim bang :
a. Bahwa m inyak dan gas bum i m em punyai fungsi yang am at pent ing unt uk
pem bangunan m asyarakat adil m akm ur, dibandingkan dengan bahanbahan galian yang lain;
b. Bahwa produksi m inyak dan gas bum i m erupakan cabang- cabang
produksi yang am at pent ing bagi negara dan m enguasai haj at hidup
orang banyak baik langsung m aupun t idak;
c. Bahwa m inyak dan gas bum i m em punyai art i yang khusus unt uk
pert ahanan nasional;
d. Bahwa persoalan- persoalan m engenai m inyak dan gas bum i m engandung
aspek- aspek int ernasional;
e. Bahwa berhubung dengan hal- hal t ersebut diat as, pert am bangan m inyak
dan gas bum i perlu diat ur dalam suat u perat uran t ersendiri;
f. Bahwa perat uran pelaksanaan daripada Dekrit Presiden t anggal 5 Juli
1959, ket ent uan dalam pasal 33 undang- Undang Dasar dan Manifest o
Polit ik Republik I ndonesia, sebagai yang dit egaskan
dalam pidat o
Presiden t anggal 17 Agust us 1960;
g. Bahwa karena keadaan m em aksa soal t ersebut perlu diat ur dengan

perat uran pem erint ah penggant i undang- undang;
Mengingat :
1. Pasal 33 ayat 2 dan 3 Undang- Undang Dasar;
2. Pasal 9 Perat uran Pem erint ah Penggant i Undang- Undang t ent ang
pert am bangan No. 37 t ahun 1960 ( Lem baran Negara t ahun 1960 No.
119) ;
3. I ndische Mij nwet st bl. 1899 No. 214 j o St bl. 1906 No. 434
Mendengar :
Musyawarah Kabinet Kerj a pada t anggal 18 Okt ober 1960;
Cat at an :
Dengan UU No. 1/ 1961 sem ua UU Darurat dan Perat uran Pem erint ah
Penggant i Undang- Undang dit et apkan
j adi Undang- Undang. Unt uk
set erusnya peraat uran ini dibaca dengan Undang- Undang No. 44 Prp t ahun
1960.
Mem ut uskan :
Menet apkan :
Perat uran Pem erint ah Penggant i Undang- Undang t ent ang Pert am bangan
Minyak Dan Gas Bum i.


BAB I
I STI LAH- I STI LAH
Pasal 1
Dalam Perat uran Pem erint ah Penggant i Undang- Undang ini yang dim aksud
dengan :
a. m inyak dan gas bum i :
bahan- bahan galian m inyak bum i, aspal, lilin bum i, sem ua j enis bit um en
baik yang padat m aupun yang cair dan sem ua gas bum i sert a sem ua
hasil- hasil pem urnian dan pengolahan bahan- bahan galian ant rasit dan
segala m acam bat u bara, baik yang t ua m aupun yang m uda;
b. hak t anah :
hak at as sebidang t anah sepert i yang dim aksudkan dalam UndangUndang No. 5 t ahun 1960 t ent ang pokok- Pokok Agraria;
c. ekplorasi :
segala cara penyelidikan geologi pert am bangan unt uk m enet apkan
adanya dan keadaan bahan- bahan galian m inyak dan gas bum i;
d. eksploit asi :
pekerj aan pert am bangan dengan m aksud unt uk m enghasilkan bahanbahan galian m inyak dan gas bum i dengan j alan yang lazim ;
e. pem urnian dan pengolahan :
usaha unt uk m em pert inggi m ut u dan unt uk m em peroleh bagian- bagian
bahan- bahan galian m inyak dan gas bum i yang dapat dipergunakan;

f. pengangkut an :
segala usaha pem indahan bahan- bahan galian m inyak dan gas bum i dari
daerah- daerah
eksploit asi
at au
t em pat - t em pat
pem urnian
dan
pengolahan;
g. penj ualan :
segala usaha penj ualan bahan- bahan galian m inyak dan gas bum i dan
hasil- hasil pem urnian dan at au pengolahan;
h. kuasa pert am bangan :
wewenang
yang
diberikan
kepada
Perusahaan
Negara
unt uk

m elaksanakan usaha pert am bangan m inyak dan gas bum i;
i. Ment eri :
Ment eri yang lapangan t ugasnya m eliput i urusan pert am bangan m inyak
dan gas bum i;
j . Wilayah hukum pert am bangan I ndonesia :
Seluruh kepulauan I ndonesia, t anah
dibawah perairan I ndonesia,
m enurut perat uran pem erint ah penggant i undang- undang no. 4 t ahun
1960 dan daerah- daerah kont inent al dari kepulauan I ndonesia;
k. Perusahaan Negara :
Perusahaan sepert i yang
dim aksudkan dalam perat uran pem erint ah
penggant i undang- undang no. 19 t ahun 1960 t ent ang Perusahaan
Negara;

BAB I I
KETENTUAN- KETENTUAN UMUM
Pasal 2
Segala bahan galian m inyak dan gas bum i yang ada di dalam wilayah
hukum pert am bangan I ndonesia m erupakan kekayaan nasional yang yang

dikuasai oleh negara.
Pasal 3
( 1) Menyim pang dari ket ent uan- ket ent uan sepert i yang t erm akt ub dalam
pasal 4 Undang- undang t ent ang Pert am bangan, m aka pert am bangan
m inyak dan gas bum i hanya diusahakan oleh negara;
( 2) Usaha pert am bangan m inyak dan gas bum i dilaksanakan oleh Perusahaan
Negara sem at a- m at a.
Pasal 4
Usaha pert am bangan m inyak dan gas bum i dapat m eliput i :
a. eksplorasi;
b. eksplot asi;
c. pem urnian dan pengolahan;
d. pengangkut an;
e. penj ualan;
BAB I I I
KUASA PERTAMBANGAN
Pasal 5
( 1) Kuasa pert am bangan dit et apkan dan diat ur dalam perat uran yang
m endirikan perusahaan it u.
( 2) Penunj ukan bat as bat as wilayah kuasa pert am bangan besert a syarat syarat nya dit et apkan oleh pem erint ah at as usul m ent eri.

Pasal 6
( 1) Ment eri dapat m enunj uk pihak lain sebagai kont rakt or unt uk perusahaan
negara apabila diperlukan unt uk m elaksanakan pekerj aa- pekerj aan yang
belum at au t idak dapat dilaksanakan sendiri oleh perusahaan negara
yang bersangkut an selaku pem egang kuasa pert am bangan.
( 2) Dalam m engadakan perj anj ian karya dengan kont rakt or sepert i yang
dim aksud dalam ayat 1 diat as Perusahaan Negara harus berpegang pada
pedom an pedom an , pet unj uk pet unj uk
dan syarat - syarat yang
diberikan.
( 3) Perj anj ian karya yang t ersebut pada ayat 2 diat as m ulai berlaku sesudah
disahkan dengan Undang- undang.

Pasal 7
( 1)
( 2)
( 3)

( 4)


Kuasa pert am bangan t idak m eliput i hak t anah at as perm ukaan
bum i.
Pekerj aan kuasa pert am bangan t idak boleh dilakukan di wilayah
yang dit ut up unt uk kepent ingan um um .
Lapangan pekerj aan kuasa pert am bangan t idak m eliput i :
a. t em pat - t em pat kuburan, t em pat - t em pat yang dianggap suci,
pekerj aan- pekerj aan um um , um pam anya j alan- j alan um um ,
j alan keret a api, saluran air, list rik gas dan sebagainya.
b. Lapangan t anah sekit ar lapangan- lapangan dan bangunanbangunan pert ahanan.
c. Tem pat t em pat pekerj aan usaha pert am bangan lain;
d. Bangunan- bangunan, rum ah- rum ah t em pat t inggal at au pabrikpabrik besert a t anah- t anah pekarangan sekit arnya, kecuali
dengan ij in yang berkepent ingan.
Dengan t idak m engurangi ket ent uan- ket ent uan yang dim aksud
dalam ayat 3 pasal ini, m aka dalam hal ini dianggap sangat perlu
unt uk kepent ingan pekerj aan pem egang kuasa pert am bangan,
pem indahan bangunan- bangunan pekerj aan um um dapat dilakukan
at as beban pem egang kuasa pert am bangan set elah diperoleh ij in
dari yang berwaj ib.

BAB I V

PENGEMBALI AN WI LAYAH KUASA PERTAMBANGAN
Pasal 8
( 1) Pem egang kuasa pert am bangan dapat m enyerahkan kem bali sebagian
at au seluruh wilayah pert am bangannya dengan pernyat aan t ert ulis
kepada m ent eri.
( 2) Pernyat aan t ert ulis yang dim aksud dalam ayat 1 diat as disert ai dengan
alasan- alasan yang cukup apa sebabnya pernyat aan it u disam paikannya
( 3) Pengem balian wilayah pert am bangan yang dim aksud dalam ayat 1 pasal
ini baru sah set elah diset uj ui oleh m ent eri.

Pasal 9
Jikalau sebagian at au seluruh wilayah pert am bangan dikem balikan m aka
segala beban yang diberat kan kepada wilayah yang bersangkut an bat ak
m enurut hukum .

Pasal 10
Apabila sebagian at au seluruh wilayah pert am bangan dibalikkan m aka
perusahaan negara yang bersangkut an m enyerahkan kepada m ent eri sem ua
klise dan bahan- bahan pet a, gam bar- gam bar ukuran t anah dan sebagainya
yang bersangkut an dengan pelaksanaan usaha pert am bangan.


BAB V
HUBUNGAN KUASA PERTAMBANGAN DENGAN HAH- HAK TANAH
Pasal 11
Mereka yang berhak at as t anah diwaj ibkan m em perkenankan pekerj aan
pem egang kuasa pert am bangan at as t anah yang bersangkut an, j ika
kepadanya :
a. sebelum pekerj aan dim ulai dengan diperlihat kannya surat kuasa
pert am bangan at au salinan yang sa, diberit ahukan t ent ang m aksud dan
t em pat pekerj aan “ pekerj aan it u dilakukan” ;
b. diberi gant i kerugian at au j am inan akan penggant ian kerugian it u t erlebih
dahulu.
Pasal 12
( 1) apabila ada hak yang bukan hak negara at as sebidang t anah yang
bersangkut an, dengan wilayah/ kuasa pert am bangan m aka kepada yang
berhak diberikan gant i kerugian dan at au sum bangan yang j um lahnya
dit ent ukan oleh m ent eri, unt uk penggant ian sekali dan at au unt uk selam a
hak it u t idak dapat dipergunakan.
( 2) Apabila yang bersangkut an t idak dapat m enerim a penunt ut an m ent eri
yang dim aksud dalam ayat 1 pasal ini, m aka sum bangan dan at au gant i

kerugian it u dit ent ukan oleh pengadilan negeri.
( 3) Sum bangan dan at au gant i kerugian yang dim aksud dalam pasal ini
besert a segala biaya yang berhubungan dengan it u dibebankan pada
pem egang kuasa pert am bangan yang bersangkut an.
Pasal 13
Kewaj iban unt uk m em beri sum bangan at aupun gant i kerugian t idak berlaku
t erhadap m ereka yang yang m endirikan bangunan- bangunan, m enanam
t um buh- t um buhan dan lain- lain diat as
t anah yang
t erm asuk wilayah
pert am bangan pert am bangan m inyak dan gas bum i, dengan m aksud
m em peroleh uang sum bangan dan at au gant i kerugian.
Pasal 14
Apabila t elah diberikan kuasa pert am bangan pada sebidang t anah yang
diat asnya t idak t erdapat hak t anah, m aka at as sebidang t anah t ersebut

at au bagian bagiannya
perset uj uan m ent eri.

t idak dapat diberikan


hak t anah kecuali dengan

BAB VI
PUNGUTAN- PUNGUTAN NEGARA
Pasal 15
( 1) Pem egang kuasa pert am bangan m em bayar kepada negara iuran past i,
iuran eksplorasi dan at au eksploit asi dan at au pem bayaran- pem bayaran
lainnya yang berhubungan pem berian kuasa pert am bangan dengan
pem berian kuasa pert am bangan.
( 2) Perincian dan besarnya pungut an- pungut an negara yang t ersebut dalam
ayat 1 diat as diat ur dengan Perat uran Pem erint ah.

BAB VI I I
PENGAWASAN PERTAMBANGAN MI NYAK DAN GAS BUMI
Pasal 16
Tat a usaha dan pengawasan pekerj aan- pekerj aan dan pelaksanaan usaha
pert am bangan m inyak dan gas bum i dipusat kan pada depart em en yang
lapngan t ugasnya m eliput i pert am bangan m inyak dan gas bum i.
Pasal 17
( 1) Depart em en yang dim aksuda dalam pasal 16 t ersebut diat as m elakukan
pengawasan dan penelit ian begit u pula m enent ukan syarat - syarat dan
ij in penem pat an
t erhadap t enaga- t enaga ahli asing yang akan
dipekerj akan dalam perusahaan m inyak dan gas bum i dengan t idak
m engurangi t ugas dari lain j awat an/ inst ansi.
( 2) Syarat - syarat dan ij in penem pat an t erhadap t enaga- t enaga t ersebut
dalam ayat 1 pasal ini, diberikan dengan m em perhat ikan keadaan dan
keahliannya sert a sem angat dan cit a- cit a nasional unt uk m enduduki
j abat an- j abat an pent ing dalam perusahaan m inyak dan gas bum i sesuai
dengan rencana pendidikan kej uruan dan keadaan yang nyat a dalan
m asyarakat .
( 3) Dalam m elakukan t ugas t ersebt u dalam pasal 1 dan ayat 2 pasal ini,
m aka perusahaan- perusahaan m inyak dan gas bum i berkewaj iban unt uk
m em berikan laporan dan bant uannya dan m ent aat i perint ah- perint ah
yang diberikan depart em en t ersebut diat as.

BAB VI I I
KETENTUAN- KETENTUAN PI DANA
Pasal 18
( 1) Dihukum dengan hukum an penj ara selam a- lam anya 10 t ahun dan at au
dendaset inggi- t ingginya lim a rat us ribu rupiah barang siapa yang t idak
m em punyai kuasa pert am bangan m elaksanakan usaha pert am bangan
sepert i dim aksud dalam pasal 4 perat uran pem erint ah penggant i undang
– undang ini.
( 2) Dihukum dengan hukum an kurungan selam a- lam anya sat u t ahun dan
at au dengan denda set inggi- t ingginya lim apuluh ribu rupiah barang siapa
yang m elaksanakan usaha pert am bangan m inyak dan gas bum i sebelum
m em enuhi kewaj iban- kewaj iban
t erhadap yang
berhak at as t anah
m enurut perat uran pem erint ah penggant i undang – undang ini.
Pasal 19
Dihukum dengan hukum an kurungan selam a- lam anya t iga bulan dan at au
dengan denda set inggi- t ingginya sepuluh ribu rupiah barang siapa yang
berhak at as t anah m erint angi at au m engganggu pelaksanaan usaha
pert am bangan m inyak dan gas bum i yang sah.
Pasal 20
Dihukum dengan hukum an kurungan selam a- lam anya t iga bulan dan at au
dengan denda set inggi- t ingginya sepuluh ribu rupiah :
a. pem egang kuasa pert am bangan yang t idak m em enuhi syarat syarat yang
berlaku m enurut m enurut perat uran pem erint ah penggant i undang –
undang ini dan at au surat keput usan m ent eri yang diberikan berdasarkan
m enurut perat uran pem erint ah penggant i undang – undang ini.
b. Pem egang usaha
pert am bangan yang
t idak m elakukan perint ahperint ah dan at au pet unj uk- pet unj uk
yang berwaj ib berdasarkan
m enurut perat uran pem erint ah penggant i undang – undang ini.
Pasal 21
( 1)

( 2)

Jikalau pem egang kuasa pert am bangan at au wakilnya adalah suat u
badan hukum , m aka hukum an t erm aksud dalam pasal 18, 19, dan
20 perat uran ini dij at uhkan kepada para anggot a pengurus.
Tindak pidana yang dim aksud dalam pasal 18 ayat 1 perat uran ini
adalah kej ahat an dan perbuat an perbuat an lainnya adalah
pelanggaran.

BAB I X
KETENTUAN- KETENTUAN PERALI HAN
Pasal 22
( 1)

( 2)

( 3)

( 4)

Sem ua hak- hak pert am bangan perusahaan- perusahaan m inyak
dan gas bum i yang bukan perusahaan negara, yang diperoleh
berdasarkan perat uran- perat uran yang ada sebelum perat uran
pem erint ah penggant i undang- undang ini m em punyai kuasa
hukum , t et ap dapat dij alankan unt uk suat u t enggang wakt u yang
sesingkat - singkat nya.
Pem egang
hak- hak
pert am bangan
berdasarkan
perat uranperat uran yang t ersebut dalam ayat 1 diat as didahulukan dalam
pert im bangan penunj ukan sebagai kont rakt or yang dim aksud
dalam pasal 6 perat uran pem erint ah penggant i undang- undang ini
unt uk wilayah- wilayah pert am bangan m ereka sekarang.
Perat uran- perat uran yang dim aksud dalam ayat 1 diat as dicabut
pada saat berakhirnya t enggang wakt u yang dim aksud dalam
ayat t ersebut .
Hak- hak pert am bangan perusahaan negara yang m asih ada pada
saat berlakunya perat uran pem erint ah penggant i undang- undang
inim enj adi kuasa –kuasa pert am bangan m inyak dan gas bum i
yang
bersangkut an
pada
saat - saat
perat uran- perat uran
dikeluarkan unt uk it u m asing- m asing sepert i yang dim aksud dalam
pasal 5 perat uran pem erint ah penggant i undang- undang ini.

BAB X
KETENTUAN- KETENTUAN PENUTUP
Pasal 23
Perat uran pem erint ah penggant i undang- undang ini
“ PERATURAN PERTAMBANGAN MI NYAK DAN GAS BUMI ” .

dapat

disebut

Pasal 24
perat uran pem erint ah penggant i undang- undang ini m ulai berlaku pada hari
diundangkan.

Agar supaya set iap orang dapat m enget ahuinya m em erint ahkan perat uran
pem erint ah penggant i undang- undang ini dengan penem pat an dalam
Lem baran Negara Republik I ndonesia.

Dit et apkan di Jakart a
pada t anggal 26 Okt ober 1960
ttd
SOEKARNO

Dium um kan pada t anggal 26 Okt ober 1960
Sekret aris Negara
Tt d
TAMZI L

PENJELASAN ATAS UNDANG- UNDANG No. 44 TAHUN 1960 TENTANG
PERTAMBANGAN MI NYAK DAN GAS BUMI

UMUM
1.
Hubungan bum i dan air wilayah I ndonesia dengan bangsa I ndonesia
adalah abadi.
Bangsa I ndonesia t idak dapat dipisahkan daripada wilayah. Bum i dan
air I ndonesia adalah sat u dengan bangsa I ndonesia.
Kekayaan alam
yang t erkandung di dalam bum i dan air wilayah
I ndonesia adalah hak bangsa I ndonesia dan m erupakan kekayaan
nasional.
Dengan ayat 3 pasal 33 undang- undang dasar Republik I ndonesia,
m aka bangsa I ndonesia m em beri kekuasaan kepada Negara Republik
I ndonesia unt uk m engat ur, m em elihara dan m enggunakan kekayaan
nasional t ersebut sebaik- baiknya agar t ercapai m asyarakat I ndonesia
yang adil dan m akm ur. Adapun wewenang negara unt uk m enguasai
it u m eliput i penguasaan, walaupun dem ikian t idak m elayani, apabila
negara m enyerahkan pelaksanaan kekuasaan it u kepada yang dapat
m enj alankannya, asalkan negara dapat m enj am in hubungan bangsa
I ndonesia dengan wilayah yang abadi it u sert a kedudukan Negara
Republik I ndonesia yang diberikan hak m enguasai kekayaan nasional
t ersebut .
2.
Penyerahan pelaksanaan kekuasaan negara at as kekayaan nasional
berupa bahan- bahan galian bum i I ndonesia t idaklah dapat dilakukan
begit u saj a, oleh karena bahan- bahan galian t ersebut m asingm asingm em punyai sifat - sifat khusus dan pula m em punyai nilai yang
berlainan bagi bangsa I ndonesia dan negara. Maka it u, m engingat
akan hal- hal it u, bahan- bahan galian dibagi dalam t iga golongan yang
m enent ukan kepada siapa pelaksanaan it u dapat diberikan. Dan oleh
karena pelaksanaan it u berart i penguasaan pert am bangan bahan

3.

4.

5.

galian m aka dalam dalam perat uran pem erint ah penggant i undangundang t ent ang Pert am bangan Minyak dan Gas Bum i ini pelaksanaan
kekuasaan negara it u disebut pengusahaan, dan yang m enj alankan
pengusahaan it u pelaksanan pengusahaan.
Bahan galian m inyak dan gas bum i bukan saj a m em punyai sifat - sifat
khusus, akan t et api hasil- hasil pem urnian dan pengolahannya adalah
pent ing bagi haj at hidup orang banyak dan pert ahanan nasional. I t u
sebabnya dit ent ukan, bahwa pengusahaan m inyak dan gas bum i
hanya dapat diselenggarakan oleh negara dan pelaksanaan
pengusahaan it u hanya dilakukan oleh Perusahaan Negara, agar
kem anfaat an bahan galian m inyak dan gas bum i dapat t erj am in
dalam rangka penyusunan m asyarakat I ndonesia yang adil dan
m akm ur dan dalam pem bangunan Negara Republik I ndonesia yang
j aya, lagi kuat .
Berhubung Negara Republik I ndonesia m em punyai hak m enguasai,
m aka t idaklah dapat diberikan kepada Perusahaan Negara hak- hak
lain yang lebih daripada m enguasai it u. I t u sebabnya,
didalam
perat uran
pem erint ah
penggant i
undang- undang
t ent ang
Pert am bangan Minyak dan Gas Bum i ini, yam g dapat diberikan kepada
Perusahaan Negara adalah kuasa usaha pert am bangan at au secara
ringkas disebt u kuasa pert am bangan. Dengan dem ikian, m aka
dapat lah dinyat akan, bahwa sungguh- sungguh hak konsesi dan hakhak lain at as wilayah pert am bangan m inyak dan gas bum i
berdasarkan “ I ndische m ij nwet ” . St bl. 1899 No. 214 j o 1906 No. 434,
sebagaim ana diubah dan dit am bah t idak berlaku lag, oleh karena hakhak it u sepert i yang yang t ersebut dalam Manifest o Polit ik t idak sesuai
lagi dengan alam pikiran bangsa I ndonesia.
Perusahaan asing selam a ini m em peroleh hak- hak konsesi at as
wilayah- wilayah pert am bangan berdasarkan “ I ndische m ij nwet ”
t ersebt u dan dengan dem ikian m em punyai kekuasaan at as bahanbahan galian
m inyak dan gas bum i yang dit am bangnya, yang
bert ent angan dengan Undang- undang Dasar. Dengan berlakunya
perat uran
pem erint ah
penggant i
undang- undang
t ent ang
Pert am bangan Minyak dan Gas Bum i ini, m aka kedudukan perusahaan
asing yang bekerj a di I ndonesia di dalam lapangan pert am bangan
m inyak dan gas bum i akan berlainan sam a sekali. Perusahaan asing
t idak m ungkin lagi m em peroleh hak- hak pert am bangan at as wilayah
I ndonesia yang t ert ent u. Hanya perusahaan negaralah yang dapat
m enguasai suat u wilayah pert am bangan m inyak dan gas bum i, hak
inipun j auh berlainan dengan hak konsesi yang lam a. Akan t et api oleh
karena perindust rian m inya dan gas bum i m em int a perm odalan yang
am at besar dan keahlian yang m endalam dan m eluas t ent ang cabangcabang produksi m inyak dan gas bum i, m aka dalam perat uran ini
m asih diberi kem ungkinan bagi perusahaan asing unt uk bekerj a di
I ndonesia ini sebagai kont rakt or suat t u perusahaan negara dengan
syarat- syarat yang m em uaskan baginya. Dan oleh karena perj anj ian
karya ant ara perusahaan asing ini dengan perusahaan negara pent ing
sekali bagi pem bangunan perahlian yang cukup, akan t et api j uga

6.

7.

8.

unt uk m em peroleh dan m enarik m odal yang cukup dalam t araf
perindust rian m inyak dan gas bum i pada dewasa ini, m aka perj anj ian
karya t ersebut harus disahkan dengan undang- undang sebelum nya
dapat berlaku.
Perat uran pem erint ah penggant i undang- undang ini t idak m em uat
ket ent uan- ket ent uan t ent ang isi perj anj ian ant ara perusahaan negara
dengan perusahaan asing sebagai kont rakt or it u, oleh karena syarat syarat yang yang diperlukan dalam hubungan ini pokoknya akan
t ergant ung pada berbagai m acam fakt a yang ada pada ket ika
perj anj ian it u m asing- m asing dibuat , m isalnya pot ensi wilayah
pert am bangan yang hendak dikerj akan, kem anapun perusahaan asing
yang bersangkut an unt uk m enyediakan keahlian dan m odal yang
diperlukan
sert a penj ualan m inyak dan gas bum i yang akan
dihasilkan. Berhubung dengan it u, oleh perat uran ini diserahkan
seluruhnya kepada pem erint ah bagaim ana m enurut kebij aksanaan isi
t iap- t iap perj anj ian karya set elah pert im bangan
penawaranpenawaran berbagai perusahaan- perusahaan asing t erhadap suat u
wilayah pert am bangan yang t ert ent u besert a sem au fakt a- fakt a yang
ada.
Kuasa pert am bangan yang dapat diberikan t idak m eliput i hak- hak
t anah perm ukaan bum i yang bersangkut an hukum agraria nasional.
Akan t et api t idak akan j arang t erj adi bahwa kuasa pert am bangan yang
t ert ent u,s sehingga perlu diat ur hubungan ant ar kedua it u.
Penyelesaian yang diberikan oleh perat uran m inyak dan gas bum i ini
adalah bahwa hak t anah
t idak t erhapus oleh adanya kuasa
pert am bangan at as sebidang t anah yang bersangkut an, akan t et api
m engingat pent ingnya pert am bangan yang hendak dilakukan,
perat uran ini m enghendaki agar pem egang hak t anah j angan m em akai
hak t anahnya selam a kuasa pert am bangan dij alankan pada t anah
yang bersangkut an. Kerugian yang diderit a oleh pem egang hak t anah
karenanya, harus digant i oleh pem egang kuasa pert am bangan yang
berkepent ingan berupa gant i rugi kerugian dan at au sum bangan yang
dapat dit ent ukan oleh m ent eri secara yang seadil adilnya berdasarkan
keadaan t iap soal khusus dan apabila yang m enderit a kerugian t idak
puas akan penent uan m ent eri m aka pengadilan negerilah yang
m em beri put usan yang m enent ukan. Dengan dem ikian m aka hak
m em pergunakan t anah it u akan hidup kem bali sepenuhnya, j ika
pert am bangan t idak dilakukan lagi pada t anah yang bersangkut an.
Dalam pada it u hendaknya diperhat ikan bahwa hak- hak yang
diperoleh at as sebidang t anah yang dit am bang berdasarkan suat u
kuasa pert am bangan hanyalah dapat t erj adi, apabila dipert im bangkan
lebih dulu oleh pem erint ah.
Perat uran pem erint ah penggant i undang- undang ini m engandung j iwa
yang sam a sekali berlainan dengan asas- asas yang m enj adi pokokpokok pikiran
daripada “ I ndische Mij nwet ” besert a perat uranperat uran lain yang berlaku selam a ini. Perat uran pem erint ah
penggant i undang- undang ini m eninggalkan pandangan yang
m engut am akan orang – orang dengan hak- haknya dalam usaha

m encapai kem akm uran yang adil bagi bangsa I ndonesia. Perat uran ini
t idak m em benarkan bahwa kebagiaan orang seorang dapat t ercapai
oleh orang seorang sendiri denga hak- haknya secara yang adil, dan
t idak dapat m enerim a, bahwa kekayaan seorang warga negara yang
dapat dikum pulkannya bersandarkan kebebasan yang penuh benarbenar j uga berart i kekayaan nasional. Bagi perat uran ini cara unt uk
m em peroleh m asyarakat I ndonesia yang m akm ur dan adil bukan
dengan j alan yang m elalui dan m engut am akan orang seorang akan
t et api dengan usaha yang t erut am a diwaj ibkan pada negara republik
I ndonesia sepert i yang dikem ukakan oleh ayat 3 dan ayat 2 pasal 33
UUD 1945 dengan pengert ian “ dikuasai oleh negara” it u. I t u sebabnya
perat uran “ Mij nordonannt ie” dan yang t im bul dari alam pikiran yang
liberalist is, kapit alis dan individualist is it u secapat - cepat nya harus
dihilangkan, agar dalam pem baharua hidup bangsa I ndonesia j angan
t erdapat dua alam pikiran yang saling bert ent angan. Akan t et api unt uk
m enj am in j angan sam pai perindust rian m inyak dan gas bum i
I ndonesia m engalam i st agnasi yang t idak diinginkan m aka perat uran
ini diberikan wakt u peralihan yang dit ent ukan dengan Perat uran
Pem erint ah.
9.
Perusahaan negara yang t elah m elaksanakan kuasa pert am bangan
t idak dapat dikat akan m elakukan pekerj aan- pekerj aan pert am bangan
sebagai pem ilik wilayah pert am bangan yang bersangkut an, sehingga
t erhadap sem ua hasil pekerj aan pert am bangannya harus ada
ket ent uan –ket ent uan lebih dulu at au sesudahnya dari pem erint ah
t ent ang bagaim ana bent uk dan besarnya penggant ian j asa yang t elah
disum bangkannya kepada negara RI dan bangsa I ndonesia.
Penggant ian j asa t erhadap pekerj aan eksplorasi dan at au pem urnian
dan pengolahan at aupun dengan penj ualan inilah yang baru m enj adi
m ilik perusahaan negara. Pengert ian ini dikehendaki oleh Perat uran
pem erint ah penggant i undang- undang ini berhubung it u
adalah
sebagai akibat yang seharusnya daripada ket ent uan bahwa bahan –
bahan galian bum i I ndonesia adalah hak bangsa dan m erupakan
kekayaan nasional.
10. Agar perindust rian m inyak dan gas bum i I ndonesia sungguh- sungguh
berart i bagi haj at hidup orang banyak sepert i yang dikem ukakan oleh
ayat 2 pasal 22 UUD, m aka perat uran pem erint ah penggant i undangundang ini m engisyafi, bahwa sat u- sat unya j alan unt uk it u adalah
m em perbesar produksi perindust rian m inyak dan gas bum i I ndonesia
secepat - cepat nya agar supaya :
a. Dapat
diat asi pert am bahan
kebut uhan m inyak bum i unt uk
konsum si dalam negeri sebagai akibat pert am bahan penduduk dan
pelaksanaan indust rialisasi dalam pem bangunan
sem est a
I ndonesia ( perubahan st rukt ur ekonom i I ndonesia) ;
b. Kebut uhan I ndonesia akan devisen unt uk Pem bangunan Sem est a
dapat dipenuhi;
c. Dapat diadakan perim bangan yang m engunt ungkan ant ara
konsum si dalam negeri I ndonesia dari ekspor I ndonesia;
d. Kedudukan I ndonesia dalam pasar dunia dapat dipert ahankan;

e. Pendapat an negara yang berasal dari perusahaan perusahaan
m inyak dapat diperbesar;
f. Persoalan pengangguran dapat dipecahkan;
g. Pendapat an nasional dan incom e per capit a I ndonesia yakni st andar
of living di I ndonesia dapat dinaikkan.
Akan t et api cara m elakukan pengusahaan m inyak dan gas bum i I ndonesia
haruslah disandarkan pada ayat 3 pasal 33 UUD dan pada m anifest o polit ik.
Cara inilah yang diat ur dalam perat uran pem erint ah penggant i undangundang ini dengan t idak m elupakan bahwa produksi m inyak dan gas bum i
I ndonesi harus diperbesar selekas- lekasnya. Dengan dem ikian m aka
perusahaan negara nant i akan
m em peroleh m asing- m asing kuasa
pert am bangan m inyak dan gas bum i pada beberapa wilayah pert am bangan
yang t ert ent u
m enurut
kuasa pert am bangan it u m asing- m asing sert a
perusahaan m inyak asing hanya dapat m em punyai st at us kont rakt or saj a
berdasarkan suat u at au beberapa perj anj ian karya dengan perusahaan
negara yang bersangkut an

PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Mengenai apa yang t ersebut dengan huruf j dicat at disini bahwa dat aran
kont inent al yang diart ikan oleh dunia int ernasional ialah sem ua daerah
dibawah perm ukaan air dari pant ai kearah laut yang m ungkin m engandung
kekayaan alam
Pasal 2 dan 3
Cukup j elas dalam penj elasan um um
Pasal 4
Cukup j elas
Pasal 5 dan 6
Cukup j elas dalam penj elasan um um
Pasal 7
Ket ent uan ket ent uan di dalam pasal ini adalah pem bat asan- pem bat asan
t erhadap pem berian wilayah kuasa pert am bangan berhubung dengan hakhak agraria nasional dan unt uk m enj am in kepent ingan – kepent ingan um um
yang erat bersangkut paut dengan lapangan- lapangan t anah.
Pasal 8,9 dan 19

Cukup j elas
Pasal 11 dan 12
Dalam pasal- pasal ini dit egaskan kewaj iban m ereka yang berhak at as t anah
unt uk m em perkenankan pekerj aan pem egang kuasa pert am bangan at as
t anah yang bersangkut an, dan sekaligus dit egaskan pula kewaj iban
pem egang kuasa pert am bangan unt uk m enggant ikan kerugian dan t au
sum bangan kepada m ereka yang berhak at as t anah sebagai perim bangan.
Pasal 13 dan 14
Cukup j elas dalam penj elasan um um
Pasal 15
Dengan dit ent ukannya penent uan lebih lanj ut t ent ang pungut an Net ah, m aka
akan lebih m udah dan lebih cepat dapat diat ur apabila diperlukan suat u
perubahan dalam pungut an negara it u.
Pasal 16
Cukup j elas
Pasal 17
I ni perlu dicant um kan dalam perat uran pem erint ah penggant i undangundangini, oleh karena erat hubungannya dengan wewenang dan kewaj iban
pem erint ah unt uk m elakukan pengawasan dalam kehidupan perusahaan –
perusahaan m inyak dan gas bum i berdasarkan perat uran- perat uran dan
undang- undang yang kini berlaku dan yang akan t erus berlaku sam pai pada
wakt u yang dit ent ukan dengan perat uran pem erint ah ( lihat ket ent uanket ent uan peralihan dari perat uran pem erint ah penggant i undang- undang
ini) . Pem bent uk rancangan perat uran pem erint ah penggant i undang- undang
ini m engisyafi bahwa disam ping perat uran pem erint ah penggant i undangundang ini t erdapat pual UU No. 3 tahun 1958 t ent ang penem pat an t enaga
asing dan lain. Undang- undang yang j uga m em uat ket ent uan- ket ent uan
t ent ang t enaga asing hingga oleh karena it u dalam pasal 17 ayat 1 dari
perat uran pem erint ah penggant i undang- undang ini dim uat ket ent uan “
dengan t idak m engurangi t ugas dari lain j awat an/ inst ansi ” , sehingga
dapat lah set iap inst ansi yang m em punyai hubungan erat dengan persoalan
t enaga- t enaga asing
m egadakan kerj asam a sat u sam a lain. Apa yang
dit ent ukan dalam pasal 17 dari perat uran pem erint ah penggant i undangundang ini t idak bert ent angan dengan UU No. 3 t ahun 1958 t ent ang
penem pat an t enaga asing, oleh karena perat uran pem erint ah penggant i
undang- undang ini hanyalah m erupakan pengkhususan belaka berhubung
dengan bahan galian m inyak dan gas bum i m em punyai m asalah dan ciri- ciri
t ersendiri.

Pasal 18 dan 19
Cukup j elas
Pasal 20
Ket ent uan ini diperlukan, agar pelanggaran t erhadap Keput usan Pem erint ah
dapat dihukum , karena
Keput usan Pem erint ah t idak
dapat m em uat
ancam an hukum an
Pasal 21
Cukup j elas
Pasal 22
Perusahaan- perusahaan m inyak dan gas bum i yang bukan Perusahaan
Negara dan yang t elah ada di I ndonesia ini sebelum perat uran ini berlaku
dapat diut am akan daripada perusahaan- perusahaan asing lainnya unt uk
m engadakan “ perj anj ian karya” dengan perusahaan negara. Dan dalam pasal
ini dit ent ukan, bahwa hubungan
perusahaan negara yang
t elah ada
sebelum perat uran ini berlaku, denah wilayah- wilayah pert am bangannya
harus segera disesuaikan dengan ket ent uan- ket ent uan perat uran ini.
Pasal 23 dan 24
Cukup j elas

__________________________________