BAB 5 KERANGKA STRATEGI BIDANG CIPTA KARYA - DOCRPIJM 1506591116bab 5 kerangka strategi

RPI2JM Bidang Cipta Karya

BAB 5
KERANGKA STRATEGI
BIDANG CIPTA KARYA
5.1.

Program Investasi Air Minum

Pelayanan air minum merupakan komponen yang strategis dalam pembangunan dan
merupakan salah satu entry point dalam penanggulangan kemiskinan. Pengembangan
dan pelayanan air minum adalah untuk meningkatkan pelayanan air minum di
perdesaan maupun perkotaan, khususnya bagi masyarakat miskin di kawasan rawan air
dan meningkatkan keikutsertaan swasta dalam investasi pembangunan prasarana dan
sarana air minum di perkotaan.

Penyusunan rencana program investasi infrastruktur Sub Bidang Pengembangan Air
Minum harus memperhatikan Rencana Induk Pengembangan Sistem Penyediaan Air
Minum (RI-SPAM) sebagai acuan/pedoman dalam perencanaan dan pelaksanaan
pengembangan air minum pada suatu daerah. Pemerintah Kabupaten Melawi saat ini
telah menyelesaikan Studi Identifikasi Sumber Air Baku Potensial sehingga diharapkan

dapat menjadi acuan/pedoman dalam penyediaan air untuk berbagai keperluan
termasuk air minum baik di kawasan perkotaan dan perdesaan.

Beberapa desa di Kabupaten Melawi sudah memiliki sistem penyediaan air bersih
perdesaan. Pada beberapa lokasi sistem ini juga sudah dilengkapi dengan bangunan
pengolahan sederhana. Transmisi dan distribusinya dilakukan dengan saluran tertutup
(pipa) dan bangunan pengambilan umumnya berupa bangunan penangkap mata air
(broncaptering).

Beberapa dusun dan desa menyediakan sistem air bersihnya secara swadaya dengan
menggunakan material lokal seperti bambu untuk penyaluran air bersih. Kondisi
topografi yang bergelombang dan berkontur tajam menyediakan beda tinggi yang
cukup untuk menyalurkan air menggunakan gaya gravitasi.

(kabupaten melawi) pt. trias erisko konsultan

V-1

RPI2JM Bidang Cipta Karya
Sasaran pengembangan air bersih adalah:

1. Perluasan pelayanan air bersih perdesaan melalui pemanfataan sumber-sumber
air baru dan perluasan jaringan transmisi/distribusi.
2. Penambahan kapasitas pelayanan sehingga selain dapat memenuhi kebutuhan
minimum per orang juga dapat menambah jumlah orang yang dapat dilayani.
Penambahan kapasitas pelayanan juga berarti perluasan kawasan yang dapat
dilayani dengan sistem penyediaan air bersih.
3. Pembangunan instalasi air bersih di kota-kota pusat pertumbuhan baru.
4. Membangun sarana pengolahan air bersih di setiap wilayah kecamatan sehingga
air dari sumber dapat ditingkatkan kualitasnya sebelum didistribusikan ke
penduduk.
5. Menyediakan pelayanan air bersih yang andal baik dari segi kualitas, kuantitas
maupun kontinuitas.

Untuk dapat mencapai sasaran ditetapkan indikator dan kegiatan pokok investasi.
Koordinator program investasi air bersih adalah Dinas Dinas pekerjaan umum dengan
indikator program dan kegiatan pokok yang akan dilakukan yaitu:

1

Indikator Program

Uraian
Prosentase cakupan sarana air
bersih thd penduduk

Satuan
%

Kegiatan Pokok
1 Pembangunan dan rehabilitasi prasarana
pengambilan dan saluran pembawa
2 Pemeliharaan prasarana pengambilan dan
saluran pembawa
3 Pembangunan sumur-sumur air tanah
4 Peningkatan partisipasi masyarakat dalam
pengelolaan air
5 Peningkatan distribusi penyediaan air baku

2

Terpenuhinya kebutuhan air bersih

dan aman bagi masyarakat miskin

%

6 Penyediaan prasarana dan sarana air minum
bagi masyarakat berpenghasilan rendah, dan
penyediaan sarana air limbah
7 Rehabilitasi/pemeliharaan sarana dan
prasarana air minum dan air limbah

3

Tingkat pemenuhan kebutuhan
sarana dan prasarana air bersih

%

(kabupaten melawi) pt. trias erisko konsultan

8 Pembangunan dan Rehabilitasi sarana dan

prasarana air bersih perdesaan

V-2

RPI2JM Bidang Cipta Karya

Permasalahan yang dihadapi adalah ancaman kelestarian sumber-sumber air. Perubahan
penggunaan lahan (tata guna lahan) yang tidak terkendali akan mengancam kelestarian
sumber-sumber air seperti mata air pegunungan, sungai dan air tanah (dalam maupun
dangkal). Penataan kawasan dan pengaturan penggunaan lahan dalam bentu Peraturan
Daerah Tata Ruang Kabupaten mutlak diperlukan untuk melindungi dan menjamin
kelestarian sumber-sumber air.

Potensi ketersediaan air di Kabupaten Melawi cukup besar, hanya saja belum
dimanfaatkan sepenuhnya karena sebagian besar kawasan masih terisolir. Oleh karena
itu pembukaan jalan poros akn membantu percepatan penyediaan sarana air bersih.
Potensi cadangan air tawar yang besar pada daerah yang bergelombang dan memiliki
topografi tajam dapat dimanfaatkan untuk menyediakan air berih secara murah. Murah
karena air mengalir menggunakan gaya gravitasi tanpa memerlukan pompa. Artinya
pasokan energi dari luar dalam proses penyediaan air bersih dapat dikurangi, hanya

terbatas pada unit pengolahan dan pada titik-titik simpul distribusi pemukiman.

Aspek Teknis
Rancangan sistem penyediaan air bersih harus dibuat dengan mengutamakan
penggunaan bahan lokal sehingga biaya transportasi bahan dapat ditekan (terkait
dengan keterisolasian daerah). Selain itu sistem pengoperasian dan perawatannya harus
sesederhana mungkin sehingga masyarakat dapat melakukannya sendiri. Karena sifat
pemukiman yang terpencar dengan kerapatan penduduk rendah, maka sistem
individual atau sistem cluster dapat dipertimbangkan sebagai pengganti sistem terpusat.
Sistem terpusat di daerah yang kepadatannya rendah dengan perumahan/pemukiman
terpencar memerlukan jaringan transmisi dan distribusi yang panjang. Akibatnya biaya
pembangunan dan pemeliharaan akan menjadi mahal.

Aspek Pendanaan
Dana pembangunan sistem penyediaan air bersih dapat bersumber dari APBN, APBD
Provinsi dan Kabupaten. Dana dapat dibagi untuk perencanaan dan pelaksanaan
konstruksi. Bila sistem penyediaan air bersih memerlukan bangunan air yang besar
(bendung, waduk) dengan pipa transmisi yang panjang, maka dapat dilakukan
(kabupaten melawi) pt. trias erisko konsultan


V-3

RPI2JM Bidang Cipta Karya
pembangunan secara bertahap. Pembangunan bertahap dapat artinya bangunan air
terlebih dahulu kemudian pipa transmisi dan distribusi secara bertahap.
Dapat juga digunakan skema campuran antara dana pemerintah dan swadaya.
Bangunan air dan pipa transmisi dibangun dengan dana pemerintah. Sedangkan sistem
distribusi (sambungan rumah) dibangun swadaya oleh masyarakat.

Aspek Kelembagaan
Masyarakat desa dan masyarakat adat dapat dilibatkan dalam pelestarian sumbersumber air. Caranya dengan mengangkat aturan adat yang melindungi kelestarian
lingkungan. Selain itu masyarakat dapat dilatih dan difasilitasi untuk membentuk
lembaga berupa Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) Pengelola Air Bersih Desa (PAB
Desa). BUM Desa ini menjalankan sistem penyediaan air bersih dengan mengambil
keuntungan dalam jumpah tertentu. Keuntungan ini digunakan untuk merewat dan
meluaskan sistem, termasuk untuk melatih serta menggaji petugas yang mengoperasikan
bangunan pengambilan dan pengolahan air bersih. Lembaga yang dibentuk juga
bertanggung jawab pada pengawasan kelestarian sumber air. Lebih jauh lagi lembaga
tersebut dapat menjadi wirausaha (enterpreneur) di bidang air bersih dengan
melakukan perluasan usaha penyediaan air bersih ke desa/dusun lain Bila skema ini

dapat berjalan maka upaya perluasan penyediaan air bersih akan terbantu karena tidak
lagi tergantung pada dana dan bantuan pemerintah.

5.2.
1.

Program Investasi Persampahan
Petunjuk Umum Pengelolaan Persampahan

Semua Program/ Kegiatan Sub Bidang Persampahan bertujuan untuk mencapai
masyarakat hidup sehat dan sejahtera dalam lingkungan yang bersih dari sampah, dan
mengacu pada kebijakan dan strategi yang dituangkan dalam Rencana strategis
(Renstra) di Pusat maupun Provinsi dan sesuai dengan kebutuhan dan prioritas
pengembangan daerah.

Sasaran program/ kegiatan dalam penanganan dan pengelolaan persampahan mengacu
pada Rencana Program Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2004 – 2009,
yaitu:
(kabupaten melawi) pt. trias erisko konsultan


V-4

RPI2JM Bidang Cipta Karya
a. Meningkatkan jumlah sampah terangkut;
b. Meningkatnya kinerja pengelolaan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang
berwawasan lingkungan (environmental friendly).

Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor: 21/PRT/M/2006 tentang
Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan
(KSNP-SPP), upaya pencapaian sasaran RPJMN tahun 2004 – 2009 yang dapat
dilakukan adalah:
a. Pengurangan

sampah

maksimal,

semaksimal

mungkin


dimulai

dari

sumbernya;
b. Peningkatan peran aktif masyarakat dan usaha/ swasta sebagai mitra
pengelolaan;
c.

Peningkatan cakupan pelayanan dan kualitas sistem pengelolaan.

2. Kebijakan, Program dan Kegiatan Pengelolaan Persampahan dalam Rencana
Kabupaten Melawi
Kebijakan Pemerintah Kabupaten Melawi dalam pengelolaan persampahan diarahkan
pada pengelolaan persampahan yang dapat dipergunakan untuk lintas wilayah, dengan
didukung ketersediaan tempat pembuangan sementara (TPS), tempat pembuangan
akhir (TPA) dan armada angkut serta sumber daya manusianya.

Pengembangan sistem prasarana pengelolaan persampahan di Kabupaten Melawi,

meliputi:
a. Kerja sama antar wilayah kecamatan dalam penanggulangan masalah
sampah, terutama di wilayah perkotaan;
b. Penempatan tempat pembuangan akhir (TPA) sesuai dengan persyaratan
teknis dengan memperhatikan daya dukung lingkungan;
c.

Pengembangan

pengelolaan

persampahan

dengan

teknologi

ramah

lingkungan.
Sampah padat umumnya belum diolah. Setiap rumah tangga di desa/dusun umumnya
membakar atau menimbun sampah padat yang mereka hasilkan. Di kota-kota
kecamatan sampah dikumpulkan kemudian diangkut ke tempat pembuangan akhir. Di
tempat pembuangan akhir ini sampah dan air lindi umumnya belum dikelola. Sampah

(kabupaten melawi) pt. trias erisko konsultan

V-5

RPI2JM Bidang Cipta Karya
organik dibiarkan membusuk dan sampah non organik dibiarkan hancur karena sebab
alami atau dimusnahkan dengan cara dibakar.

Tempat pembuangan sampah sementara belum dibuat dengan baik, misalnya hanya
berupa bak terbuka sehingga menyebarkan bau dan lalat.
Sasaran pengembangan prasarana sampah adalah:
1. Menyiapkan lahan untuk pengolahan persampahan dan membuat instalasi
pengolahan sampah terpadu.
2. Menciptakan

peluang

untuk

berusaha

dari

pengolahan

sampah

yang

berwawasan lingkungan dengan menerapkan konsep usaha daur ulang sampah,
pemanfaatan kembali sampah, energy recovery (pemulihan energi) dari sampah
dan pengomposan berbahan baku sampah.
3. Mengurangi sampah semaksimal mungkin dimulai dari sumbernya.
4. Mengedepankan peran dan partisipasi aktif masyarakat sebagai mitra dalam
pengelolaan sampah.
5. Memperkuat kapasitas lembaga pengelola persampahan.
6. Mengembangkan kemitraan dengan swasta dalam pengelolaan sampah.

Untuk dapat mencapai sasaran ditetapkan indikator dan kegiatan pokok investasi.
Koordinator program investasi prasarana sampah adalah Dinas Dinas pekerjaan umum
dengan indikator program dan kegiatan pokok yang akan dilakukan yaitu:

1

Indikator Program
Uraian
Tingkat pemenuhan kebutuhan
TPS

Kegiatan Pokok

Satuan
%

1

Penyusunan dan sosialisasi kebijakan dalam
pengelolaan sampah

2

Tingkat pemenuhan kebutuhan
TPA

%

2

Penyediaan prasarana dan sarana pengelolaan
persampahan

3

Prosentase (berat) sampah yang
terangkut

%

3

Peningkatan operasi dan pemeliharaan prasarana
dan sarana persampahan

4

Total Kapasitas truk pengangkut
sampah perhari

Ton/
hari

5

Pengembangan teknologi pengolahan
persampahan

5

Rasio kapasitas truk pengangkut
sampah terhadap produksi
sampah

%

6

(kabupaten melawi) pt. trias erisko konsultan

Peningkatan kemampuan aparat pengelolaan
persampahan

V-6

RPI2JM Bidang Cipta Karya
Indikator Program
Uraian

Kegiatan Pokok

Satuan
7

Kerjasama pengelolaan sampah antar daerah

8

Peningkatan peran serta masyarakat dalam
pengelolaan persampahan

Permasalahan yang dihadapi adalah belum ada rencana induk pengelolaan sampah
padat terpadu yang mampu menyelesaikan persoalan sampah dari sumber sampai
pengolahan akhir. Saat ini belum tersedia Tempat Pembuangan Sampah Sementara
(TPS) dan Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPA) yang layak secata teknik dan
sosial. Armada kendaraan pengangkut sampah dari TPS ke TPA masih terbatas. Karena
jumlah penduduk masih sedikit dan kepadatannya rendah, maka sampah padat belum
merupakan masalah yang besar. Budaya desa juga berdampak langsung pada pola
konsumsi dan sampah padat yang dihasilkan. Di pedesaan umumnya setiap orang atau
setiap rumah tangga menghasilkan lebih sedikit sampah padat. Komposisi sampah
didominasi oleh sampah organik.

Aspek Teknis
Perlu dilakukan perencanaan prasarana sampah yang dapat menjawab permasalahan
sampah padat sejak dari sumber sampai ke tempat pembuangan akhir. Permasalahan
sampah adalah permasalahan yang memiliki banyak sisi dimana masalah budaya,
pendidikan dan ekonomi berperan penting selain masalah teknik. Oleh karena itu
perencanaan yang dimaksudkan adalah perencanaan yang mencakup masalah teknik
dan non teknik (sosial, ekonomi, budaya, pendidikan). Bentuk perencanaan yang
dimaksud adalah rencana induk penanganan sampah perkotaan atau perdesaan. Selain
rencana induk juga dibuat rancangan teknik prasarana sampah yang disesuaikan dengan
karakteristik wilayah.

Aspek Pendanaan
Dana pembangunan prasarana sampah dapat bersumber dari APBN, APBD Provinsi dan
Kabupaten. Dana dapat dibagi untuk perencanaan dan pelaksanaan rencana
pengelolaan (termasuk pengadaan peralatan dan pelatihan kepada masyarakat).
Prasarana sampah dapat dibagi menjadi pembuatan TPS dan TPA, penyediaan

(kabupaten melawi) pt. trias erisko konsultan

V-7

RPI2JM Bidang Cipta Karya
peralatan (mobil pengangkut sampah dan insenerator) serta pelatihan (pelatihan daur
ulang sampah).

Aspek Kelembagaan
Masyarakat dapat dilibatkan dalam pengelolaan sampah padat dengan cara mendidik
mereka untuk mengurangi sampah, menggunakan kembali bahan yang sudah terpakai
atau mendaur ulang. Masyarakat dapat diberdayakan melalui program pemberian nilai
ekonomi pada sampah. Jika volume sampah padat masih kecil dan kemampuan alam
untuk membersihkannya masih cukup (kasus pada daerah dengan jumlah penduduk
kecil dan kepadatan rendah) maka masyarakat diajak serta dengan cara memberikan
pelatihan pemusnahan/pengolahan sampah yang aman.

5.3.

Program Investasi Drainase

Semua program/ kegiatan Sub Bidang Drainase bertujuan untuk mencapai masyarakat
hidup sehat dan sejahtera dalam lingkungan yang bebas dari genangan.

Pertumbuhan penduduk dan kepadatan penduduk di perkotaan yang cepat
menimbulkan tekanan terhadap ruang dan lingkungan untuk kebutuhan perumahan,
kawasan jasa perdagangan, industri yang selanjutnya menjadi kawasan terbangun.
Kawasan perkotaan yang terbangun memerlukan adanya dukungan prasarana dan
sarana perkotaan yang baik dan menjangkau kepada masyarakat berpenghasilan
menengah dan rendah.

Dalam penyusunan rencana program investasi infrastruktur Sub Bidang drainase ini
mengacu pada Keputusan Menteri Pekerjaan Umum nomor: 239/KPTS/1987 tentang
Fungsi Utama Saluran Drainase sebagai drainase kota dan fungsi utama sebagai
pengendalian banjir. Selain itu harus memperhatikan keterpaduan pelaksanaannya
dengan prasarana dan sarana kota lainnya (persampahan, air limbah, perumahan dan
tata bangunan serta jalan kota), sehingga dapat meminimalkan biaya pelaksanaan,
biaya operasional dan pemeliharaan.

(kabupaten melawi) pt. trias erisko konsultan

V-8

RPI2JM Bidang Cipta Karya
Semua program/ kegiatan Sub Bidang Drainase bertujuan untuk mencapai masyarakat
hidup sehat dan sejahtera dalam lingkungan yang bebas dari genangan.

Pertumbuhan penduduk dan kepadatan penduduk di perkotaan yang cepat
menimbulkan tekanan terhadap ruang dan lingkungan untuk kebutuhan perumahan,
kawasan jasa perdagangan, industri yang selanjutnya menjadi kawasan terbangun.
Kawasan perkotaan yang terbangun memerlukan adanya dukungan prasarana dan
sarana perkotaan yang baik dan menjangkau kepada masyarakat berpenghasilan
menengah dan rendah.

Dalam penyusunan rencana program investasi infrastruktur Sub Bidang drainase ini
mengacu pada Keputusan Menteri Pekerjaan Umum nomor: 239/KPTS/1987 tentang
Fungsi Utama Saluran Drainase sebagai drainase kota dan fungsi utama sebagai
pengendalian banjir. Selain itu harus memperhatikan keterpaduan pelaksanaannya
dengan prasarana dan sarana kota lainnya (persampahan, air limbah, perumahan dan
tata bangunan serta jalan kota), sehingga dapat meminimalkan biaya pelaksanaan,
biaya operasional dan pemeliharaan.

Penanganan drainase perlu memperhatikan fungsi drainase perkotaan sebagai prasarana
kota yang dilandaskan pada konsep drainase yang berwawasan lingkungan. Berlainan
dengan paradigma lama yang prinsipnya mengalirkan limpasan air hujan ke badan air
penerima secepatnya, tetapi prinsipnya agar air hujan yang jatuh ditahan dulu agar
lebih banyak yang meresap ke dalam tanah melalui bangunan resapan buatan/ alamiah,
seperti: kolam tandon, waduk, sumur resapan, penataan landscape dll.
Isu-isu strategis dan permasalahan dalam penanganan drainase perkotaan, antara lain:
-

Kecenderungan perubahan iklim;

-

Perubahan fungsi lahan basah;

-

Belum adanya ketegasan fungsi sistem drainase;

-

Kelengkapan perangkat peraturan;

-

Penanganan drainase belum terpadu;

-

Pengendalian debit puncak.

(kabupaten melawi) pt. trias erisko konsultan

V-9

RPI2JM Bidang Cipta Karya
Arah kebijakan Pemerintah Kabupaten Melawi dalam pengelolaan drainase perkotaan
adalah melindungi kawasan perkotaan dari kerusakan lingkungan yang merugikan,
seperti banjir yang terjadi akibat buangan air hujan dari arah perbukitan, limpasan air
dari kawasan yang lebih tinggi maupun limpasan air hujan di dalam kawasan perkotaan
sendiri.
Sasaran pengembangan air drainase adalah:
1. Memperbaiki kualitas lingkungan dengan meniadakan genangan yang berpotensi
menjadi tempat berbiaknya vektor penyakit atau dapat menjadi sumber
pencemar atau yang dapat menjadi tempat transmisi penyakit.
2. Mencegah terjadinya banjir di wilayah pemukiman penduduk.
3. Memperbaiki jaringan, memperluas jaringan dan merawat jaringan.
4. Meningkatkan mutu jarigan drainase menuju sistem drainase yang lebih sehat.
Misalnya dengan pemisahan antara saluran air hujan dan saluran air kotor,
penggunaan saluran tertutup untuk air kotor dan konstruksi saluran yang lebih
baik sehingga mengurangi kontaminasi air tanah oleh air kotor dari dalam
saluran.

Kota-kota Kecamatan serta desa/dusun di wilayah Kabupaten Melawi umumnya belum
memiliki sistem drainase yang tertata dengan baik. Drainase yang ada berupa drainase
lokal. Artinya drainase dibangun untuk menyelesaikan masalah genangan atau untuk
membuang air pada titik tertentu saja. Sistem belum dirancang untuk melayani seluruh
kawasan.

Untuk dapat mencapai sasaran ditetapkan indikator dan kegiatan pokok investasi.
Koordinator program investasi drainase adalah Dinas Pekerjaan umum dengan
indikator program dan kegiatan pokok yang akan dilakukan yaitu:

1

Indikator Program
Uraian
Tingkat pemenuhan kebutuhan
drainase dan gorong-gorong

Satuan
%

(kabupaten melawi) pt. trias erisko konsultan

Kegiatan Pokok
1 Perencanaan, survey dan pembangunan
saluran drainase/gorong-gorong

V-10

RPI2JM Bidang Cipta Karya
Permasalahan yang dihadapi adalah belum tersedia sistem drainase yang melayani
seluruh kawasan sebagai satu unit drainase. Lebih jauh lagi drainase belum terintegrasi
dengan sistem pengolahan air kotor. Drainase umumnya bercampur antara sistem
pembuang air hujan dengan sistem pembuang air kotor. Akibatnya air luapan dari
drainase sangat kotor, berpotensi mencemari lingkungan dan dapat menjadi vektor
penyakit.

Karena faktor topografi wilayah (bergelombang sampai berbukit), maka sistem drainase
kawasan dapat menggunakan sistem gravitasi. Sistem ini relatif murah dan mudah
dalam pengoperasiannya.

Aspek Teknis
Rancangan sistem drainase harus dibuat dengan mengutamakan penggunaan bahan
lokal sehingga biaya transportasi bahan dapat ditekan (terkait dengan keterisolasian
daerah). Selain itu sistem pengoperasian dan perawatannya harus sesederhana mungkin
sehingga masyarakat dapat melakukannya sendiri. Karena sifat pemukiman yang
terpencar dengan kerapatan penduduk rendah, maka sistem cluster dengan beberapa
titik pembuangan ke badan air dapat dipertimbangkan sebagai pengganti sistem
terpusat.

Sistem

terpusat

di

daerah

yang

kepadatannya

rendah

dengan

perumahan/pemukiman terpencar memerlukan saluran drainase yang panjang.
Akibatnya biaya pembangunan dan pemeliharaan akan menjadi mahal.

Aspek Pendanaan
Dana pembangunan sistem drainase dapat bersumber dari APBN, APBD Provinsi dan
Kabupaten. Dana dapat dibagi untuk perencanaan dan pelaksanaan konstruksi.
Pembangunan sistem drianase dapat dilakukan secara bertahap berdasarkan skala
kebutuhan penangan genangan/banjir. Pembangunan bertahap artinya dimulai dari
daerah yang paling memerlukan untuk kemudian diperluas hingga melayani seluruh
kawasan kota/desa/dusun.

Aspek Kelembagaan
Masyarakat dapat dilibatkan dalam pemeliharaan sistem drainase melalui pendidikan
akan pentingnya lingkungan sehat bebas dari genangan. Selain itu melalui penyadaran
(kabupaten melawi) pt. trias erisko konsultan

V-11

RPI2JM Bidang Cipta Karya
bahwa lahan yang bebas dari genangan akan semakin tinggi nilai ekonominya, maka
masyarakat akan secara sadar dengan swadaya mereka berusaha merawat dan menjaga
sistem drianase yang sudah dibangun.

5.4.

Program Investasi Air Limbah

Semua program/ kegiatan pada Sub Bidang Air Limbah bertujuan untuk mencapai
kondisi masyarakat hidup sehat dan sejahtera dalam lingkungan yang bebas dari
pencemaran air limbah permukiman.

Air limbah yang dimaksud adalah air limbah permukiman (municipal wasterwater) yang
terdiri atas air limbah domestik (rumah tangga) yang berasal dari air sisa mandi, cuci,
dapur dan tinja manusia dari lingkungan permukiman serta air limbah industri rumah
tangga yang tidak mengandung Bahan Beracun dan Berbahaya (B3). Air limbah
permukiman ini perlu dikelola agar tidak menimbulkan dampak seperti mencemari air
permukaan dan air tanah, di samping sangat beresiko menimbulkan penyakit, seperti:
diare, thypus, kolera dan lainnya.

Sasaran program/ kegiatan pengelolaan air limbah permukiman mengacu pada Rencana
Program Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2004 – 2009, yaitu:
-

Pencapaian open defecation free hingga akhir tahun 2009 di semua Kabupaten/
Kota;

-

Peningkatan utilitas IPLT dan IPAL yang telah dibangun;

-

Pengembangan lebih lanjut pelayanan sistem pembuangan air limbah;

-

Berkurangnya pencemaran sungai akibat pembuangan tinja hingga 50 % di akhir
tahun 2009.

Upaya pencapaian sasaran RPJMN nasional untuk sub bidang air limbah tahun 2004 2009, kebijakan dan strategi yang dapat dilakukan meliputi:
-

Peningkatan akses pelayanan air limbah baik melalui sistem on-site maupun off-

site di perkotaan dan perdesaan;
-

Peningkatan pembiayaan pembangunan prasarana dan sarana air limbah
permukiman;

(kabupaten melawi) pt. trias erisko konsultan

V-12

RPI2JM Bidang Cipta Karya
-

Meningkatkan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pengembangan
sistem pengelolaan air limbah permukiman;

-

Penguatan kelembagaan;

-

Pengembangan perangkat peraturan perundang-undangan.

Kebijakan Pemerintah Kabupaten Melawi dalam pengelolaan air limbah diharapkan
dapat menciptakan tingkat kesejahteraan masyarakat yang lebih baik dari kondisi saat
ini, seperti: peningkatan prasarana dan sarana dasar permukiman sehingga menjadikan
perumahan yang layak huni.

Kota maupun desa yang ada di Kabupaten Melawi belum memiliki prasarana
pengolahan air limbah yang baik. Pengolahan air limbah baru dilakukan untuk air
buangan dari WC. Teknologi pengolahan yang digunakan umumnya adalah pemisahan
lumpur dalam air limbah menggunakan septic tank. Penggunaan septic tank juga
terbatas hanya pada rumah-rumah yang dibangun di perkotaaan saja. Septic tank yang
digunakan umumnya belum memenuhi ketetentuan teknik yang benar sehingga belum
mampu menghasilkan buangan (effluent) yang memenuhi baku mutu lingkungan. Selain

septic tank, rumah-rumah juga ada yang menggunakan sistem cubluk. Di perdesaan
umumnya tidak dilakukan pengolahan air limbah. Air limbah dari rumah-rumah di
perdesaan dibuang langsung ke tanah atau badan air.

Septic tank atau cubluk hanya digunakan untuk mengolah black water saja, sedangkan
grey water dari dapur, mandi dan cuci umumnya tidak diolah. Air buangan yang
tergolong grey water dibuang langsung ke tanah atau badan air tanpa pengolahan.
Tidak ada saluran pembuang dari rumah-rumah yang dilengkapi dengan bak
pengendap, bak penangkap lemak dan minyak atau saringan sampah padat.

Sasaran pengembangan prasarana air limbah adalah:
1. Menyediakan sistem pengolahan air limbah individual (on-site) di rumah
penduduk.
2. Mengembangkan sistem pengolahan limbah komunal (off-site) di pemukiman
penduduk terutama di perkotaan atau pemukiman padat dan kumuh .

(kabupaten melawi) pt. trias erisko konsultan

V-13

RPI2JM Bidang Cipta Karya
3. Mengembangkan sistem pengolahan air limbah mandiri yang terdesentralisasi
untuk kawasan terpencil.
4. Mengembangkan teknologi pengolahan air limbah yang sesuai dengan kondisi
sosial ekonomi dan iklim setempat, serta sedapat mungkin mengoptimalkan
kondisi biofisik, sehingga dapat mendukung perkembangan pengolahan air
limbah berbasis masyarakat.
5. Mengembangkan sistem pengolahan air limbah yang dapat memenuhi standar
baku mutu khususnya di pusat pertumbuhan dan perkotaan.
6. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pengelolaan air limbah.

Untuk dapat mencapai sasaran ditetapkan indikator dan kegiatan pokok investasi.
Koordinator program investasi air limbah adalah Dinas Pekerjaan umum dengan
indikator program dan kegiatan pokok yang akan dilakukan yaitu:

1

Indikator Program
Uraian
Tingkat pemenuhan kebutuhan
sarana pengolahan air limbah

Satuan
%

Kegiatan Pokok
1 Pengembangan dan fasilitasi teknologi
pengolahan limbah
2 Rehabilitasi/pemeliharaan sarana dan
prasarana air limbah

Permasalahan yang dihadapi adalah belum tersedia sistem drainase yang melayani
seluruh kawasan sebabagi satu unit drainase. Lebih jauh lagi drainase belum terintegrasi
dengan sistem pengolahan air kotor. Drainase umumnya bercampur antara sistem
pembuang air hujan dengan sistem pembuang air kotor. Akibatnya air luapan dari
drainase sangat kotor, berpotensi mencemari lingkungan dan dapat menjadi vektor
penyakit.

Karena faktor topografi wilayah (bergelombang sampai berbukit), maka sistem drainase
kawasan dapat menggunakan sistem gravitasi. Sistem ini relatif murah dan mudah
dalam pengoperasiannya.

(kabupaten melawi) pt. trias erisko konsultan

V-14

RPI2JM Bidang Cipta Karya
Aspek Teknis
Perlu disiapkan rancangan teknik septic tank yang mampu mengolah air limbah hingga
menghasilkan buangan sesuai baku mutu. Cubluk perlu ditingkatkan hingga menjadi

septic tank. Septic tank dilengkapi dengan sumur atau bidang resapan. Untuk grey
water digunakan sistem pengolahan sederhana berupa susunan saringan, bak
pengendap atau penangkap lemak dan sumur atau bidang resapan. Karena pemukiman
di wilayah Kabupaten Melawi sebagian besar terpencar dengan kepadatan rendah
maka sebaiknya digunakan sistem pengolahan air limbah terpisah. Setiap rumah atau
kelompok rumah yang berdekatan memiliki sistem pengolahan air limbah masingmasing. Sistem pengolahan limbah terpusat pada daerah dengan kepadatan rendah dan
pemukiman terpencar memerlukan biaya investasi yang besar untuk saluran, pipa dan
pompa. Disamping itu bila sistem pengolahan air limbah memiliki jaringan pipa yang
terlalu panjang akan menyebabkan biaya perawatan dan resiko kegagalan bertambah
besar. Sistem pengolahan dapat menggunakan sistem biologi yang relatif lebih murah
dan sesuai dengan kondisi biofisik kawasan.

Aspek Pendanaan
Dana pembangunan prasarana air limbah dapat bersumber dari APBN, APBD Provinsi
dan Kabupaten. Dana dapat dibagi untuk perencanaan dan pelaksanaan konstruksi.
Pembangunan prasarana air limbah dapat dilakukan untuk sistem individual (setiap
rumah) baru kemudian menjadi sistem komunal dengan pusat pengolahan air limbah
kawasan.

Aspek Kelembagaan
Masyarakat dapat dilibatkan dalam pembangunan prasarana air limbah khususnya pada
sistem individual. Peran serta masyarakat dimulai dengan memberikan pendidikan akan
pentingnya lingkungan sehat bebas dari gangguan akibat air limbah yang tidak diolah.
Juga

perlu

diberikan

penjelasan mengenai

berbagai

resiko

kesehatan

akibat

pembuangan air limbah tanpa pengolahan. Untuk sistem individual, setelah dibangun
perawatannya dapat diserahkan kepada setiap pemilik rumah.

(kabupaten melawi) pt. trias erisko konsultan

V-15

RPI2JM Bidang Cipta Karya
5.5.

Program Investasi Penataan Bangunan dan Lingkungan

Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang diperlukan
sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang, terutama untuk
mewujudkan lingkungan binaan, baik di perkotaan maupun di perdesaan, khususnya
wujud fisik bangunan gedung dan lingkungannya.
Undang-undang nomor 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung dan Peraturan
Pemerintah nomor 36 tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-undang
nomor 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung serta pelaksanaan lebih detail di
bawahnya mengamanatkan bahwa penyelenggaraan bangunan gedung merupakan
kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dan hanya bangunan gedung negara
dan rumah negara yang merupakan kewenangan pusat.
Selain itu, Undang-undang nomor 4 tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman
menggariskan bahwa peningkatan kualitas lingkungan permukiman dilaksanakan secara
menyeluruh, terpadu dan bertahap, mengacu kepada Rencana Tata Bangunan dan
Lingkungan sebagai penjabaran rencana tata ruang wilayah (RTRW).
1.

Strategi Penataan Bangunan dan Lingkungan
Strategi dalam mendukung keberhasilan penataan bangunan dan lingkungan,
antara lain:
a.

Menyelenggarakan penataan bangunan gedung agar tertib, fungsional,
andal dan efisien;

b.

Menyelenggarakan penataan lingkungan permukiman agar produktif dan
berjatidiri;

c.

Menyelenggarakan penataan dan revitalisasi kawasan dan bangunan agar
dapat memberikan nilai tambah fisik, sosial dan ekonomi;

d.

Menyelenggarakan penataan bangunan dan lingkungan untuk mewujudkan
arsitektur perkotaan dan pelestarian arsitektur bangunan gedung yang
dilindungi dan dilestarikan untuk menunjang kearifan budaya lokal;

e.

Mengembangkan teknologi dan rekayasa arsitektur bangunan gedung
untuk

menunjang

pembangunan

regional/

internasional

yang

berkelanjutan.
2.

Kebijakan Penataan Bangunan dan Lingkungan
Kebijakan penataan bangunan dan lingkungan, yaitu:

(kabupaten melawi) pt. trias erisko konsultan

V-16

RPI2JM Bidang Cipta Karya
a. Meningkatkan pembinaan penyelenggaraan Bangunan Gedung, termasuk
bangunan gedung dan rumah negara;
b. Meningkatkan pemahaman, kesadaran dan kemampuan masyarakat untuk
memenuhi persyaratan Bangunan Gedung dan Penataan Lingkungan
Permukiman;
c.

Meningkatkan kapasitas penyelenggara dalam penataan lingkungan dan
permukiman;

d. Meningkatkan kualitas lingkungan untuk mendukung pengembangan
jatidiri dan produktivitas masyarakat;
e. Mengembangkan kawasan yang memiliki peran dan potensi strategis bagi
pertumbuhan kota;
f.

Mengembangkan kemitraan antara pemrintah, swasta dan lembaga
nasional maupun internasional lainnya di bidang Bangunan Gedung dan
Penataan Lingkungan Permukiman;

g. Mewujudkan

arsitektur

perkotaan

yang

memperhatikan/

mempertimbangkan khasanah arsitektur lokal dan nilai tradisional;
h. Menjaga kelestarian nilai-nilai arsitektur Bangunan Gedung yang dilindungi
dan dilestarikan serta keahlian membangun (seni dan budaya);
i.

Mendorong upaya penelitian dan pengembangan teknologi rekayasa
arsitektur Bangunan Gedung melalui kerjasama dengan pihak-pihak yang
kompeten.

j.
3. Program/Kegiatan Penataan Bangunan dan Lingkungan
Program/ kegiatan penataan bangunan gedung dan lingkungan yang dapat
dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Kegiatan Pembinaan Teknis Bangunan dan Gedung
1)

Kegiatan

diseminasi

peraturan

perundang-undangan

penataan

bangunan dan lingkungan;
2) Peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan dan gedung;
3) Pengembangan sistem informasi bangunan gedung dan arsitektur;
4) Pelatihan teknis tenaga pendata bangunan gedung dan keselamatan
gedung;
5) Pengelolaan bangunan gedung dan rumah negara;
(kabupaten melawi) pt. trias erisko konsultan

V-17

RPI2JM Bidang Cipta Karya
6) Pembinaan teknis pembangunan gedung negara;
7) Penyusunan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK);
8) Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah (RAPERDA) Bangunan
Gedung;
9) Percontohan pendataan bangunan gedung;
10) Percontohan aksesibilitas pada bangunan gedung dan lingkungan;
11) Rehabilitasi bangunan gedung negara;
12) Dukungan prasarana dan sarana Pusat Informasi Pengembangan
Permukiman dan Bangunan (PIPPB).
b. Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman
1)

Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL);

2) Bantuan teknis pengelolaan Ruang terbuka Hijau (RTH);
3) Pembangunan

prasarana

dan

sarana

peningkatan

lingkungan

permukiman kumuh dan nelayan;
4) Pembangunan prasarana dan sarana penataan lingkungan permukiman
tradisional;

c.

Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat di Perkotaan
1)

Bantuan teknis penanggulangan kemiskinan di perkotaan;

2) Bantuan penanggulangan kemiskinan terpadu (PAKET) dan Replikasi.
4.

Kebijakan Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan di Kabupaten Melawi

Kebijakan Pemerintah Kabupaten Melawi dalam penataan gedung dan lingkungan
didasarkan pada Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Melawi, yaitu
untuk:
a.

Mewujudkan pemanfaatan ruang daerah yang serasi dan optimal sesuai
dengan kebutuhan dan kemampuan daya dukung lingkungan serta sesuai
dengan

kebijaksanaan

pembangunan

nasional

dan

daerah

yang

berkelanjutan.
b.

Mewujudkan

daya

dukung

lingkungan

yang

berkelanjutan

dalam

pengelolaan kawasan, untuk menjamin tetap berlangsungnya konservasi air
dan tanah, menjamin tersedianya air tanah dan permukaan serta
penanggulangan banjir.

(kabupaten melawi) pt. trias erisko konsultan

V-18

RPI2JM Bidang Cipta Karya
c.

Mengembangkan perekonomian wilayah yang produktif, efektif dan efisien
berdasarkan

karakteristik

wilayah,

bagi

terciptanya

kesejahteraan

masyarakat yang berkeadilan dan pembangunan yang berkelanjutan.
Strategi pemanfaatan ruang daerah merupakan pelaksanaan kebijakan penataan ruang
daerah yang meliputi:
a.

Mendorong terselenggaranya pengembangan kawasan yang berdasar atas
keterpaduan antar perkotaan dan perdesaan sebagai satu kesatuan wilayah
perencanaan;

b.

Mendorong

terselenggaranya

pembangunan

kawasan

yang

dapat

menjamin tetap berlangsungnya konservasi air dan tanah, menjamin
tersedianya air tanah dan air permukaan serta penanggulangan banjir
dengan mempertimbangkan daya dukung lingkungan yang berkelanjutan
dalam pengelolaan kawasan.
c.

Mendorong pengembangan perekonomian wilayah yang produktif, efektif
dan efisien berdasarkan karakteristik wilayah bagi terciptanya kesejahteraan
masyarakat dan pembangunan yang berkelanjutan.

Untuk dapat mencapai sasaran ditetapkan indikator dan kegiatan pokok investasi.
Koordinator program investasi pengembangan permukiman adalah Bappeda dengan
indikator program dan kegiatan pokok yang akan dilakukan yaitu:

Indikator Program
Uraian
1

2

3

Tingkat kesesuaian peruntukan
lahan dan bangunan dengan
RTRW, RDTR dan RTBL

Jumlah pelanggaran terhadap
RTRW, RDTR dan RTBL

Jumlah pelanggaran terhadap
RTRW, RDTR dan RTBL yang
ditindaklanjuti

Satu
an
%

kasus

kasus

(kabupaten melawi) pt. trias erisko konsultan

Kegiatan Pokok
1

Penyusunan kebijakan dan sosialisasi \tentang
penyusunan rencana tata ruang

2

Penetapan kebijakan tentang RDTRK, RTRK, dan
RTBL

3

Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah

4

Penyusunan Rencana Detail dan rencana teknis
Tata Ruang Kawasan

5

Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan
Lingkungan

6

Penyusunan rancangan peraturan daerah

V-19

RPI2JM Bidang Cipta Karya
Indikator Program
Uraian

Kegiatan Pokok

Satu
an

tentang RTRW

4

5

6

7

Jumlah kebijakan tentang
pemanfaatan ruang yang berhasil
disusun

Tingkat kesesuaian pemanfaatan
ruang dengan peruntukannya

Tingkat pemenuhan kebutuhan
sarana dan prasarana rumah
sederhana sehat

Prosentase jumlah daerah kumuh

buah

%

%

%

(kabupaten melawi) pt. trias erisko konsultan

7

Fasilitasi peningkatan peran serta masyarakat
dalam perencanaan tata ruang

8

Revisi rencana tata ruang

9

Pelatihan aparat dalam perencanaan tata ruang

10

Survey dan pemetaan

11

Koordinasi dan fasilitasi penyusunan rencana
tata ruang lintas

11

Penyusunan dan sosialisasi kebijakan perizinan
dan pengendalian pemanfaatan ruang

12

Penyusunan norma, standar, dan kriteria
pemanfaatan ruang

13

Fasilitasi peningkatan peran serta masyarakat
dalam pemanfaatan ruang

14

Survey dan pemetaan

15

Pelatihan aparat dalam pemanfaatan ruang

16

Koordinasi dan fasilitasi penyusunan
pemanfaatan ruang lintas

17

Penetapan kebijakan, strategi, dan program
perumahan

18

Penyusunan Norma, Standar, Pedoman, dan
Manual (NSPM)

19

Koordinasi penyelenggaraan pengembangan
perumahan

20

Sosialisasi peraturan perundang-undangan di
bidang perumahan

21

Koordinasi pembangunan perumahan dengan
lembaga/badan usaha

22

Fasilitasi dan stimulasi pembangunan
perumahan masyarakat kurang

23

Pembangunan sarana dan prasarana rumah
sederhana sehat

24

Koordinasi pengawasan dan pengendalian

V-20

RPI2JM Bidang Cipta Karya
Indikator Program
Uraian

Kegiatan Pokok

Satu
an

yang telah ditata dengan baik
8

Prosentase kawasan permukiman
yang sudah memiliki sistem
drainase yang baik

pelaksanaan kebijakan tentang
%

25

Penyediaan sarana air bersih dan sanitasi dasar
terutama bagi masyarakat

26

Penyuluhan dan pengawasan kualitas
lingkungan sehat perumahan

9

Jumlah rumah tangga yang telah
terlayani air bersih

RT

27

Pengendalian dampak resiko pencemaran
lingkungan

10

Terpenuhinya kebutuhan
perumahan dan sanitasi yang
layak dan sehat

%

28

Menetapan kebijakan dan strategi
penyelenggaraan keserasian kawasan dan
lingkungan hunian berimbang

Permasalahan yang dihadapi adalah belum ada rencana tata ruang wilayah perdesaan
dan kota kecamatan. Pertumbuhan permukiman berlangsung secara spontan. Belum
dilakukan pengaturan letak bangunan dan fasilitas umum yang dapat menciptakan
lingkungan sehat, aman dan nyaman. Rendahnya kepadatan dan tersedianya lahan
memberikan peluang untuk dapat menata permukiman menjadi lebih baik. Tata ruang
dapat dibuat sebelum permukiman tumbuh menjadi sangat padat dan mengkonsumsi
semua ruang terbuka yang ada.

Aspek Teknis
Perlu disusun tata ruang wilayah perdesaan dan kota kecamatan yang disesuaikan
dengan karakteristik wilayah. Tata ruang juga harus sesuai dengan karakteristik wilayah.
Selain tata ruang juga diperlukan perangkat aturan untuk mengatur tata cara
membangun, apa saja yang harus disediakan oleh setiap orang yang membangun
rumah atau perumahan (fasilitas pembuangan dan pengolahan air kotor, fasilitas
pengolahan sampah, hidran, ruang terbuka), batas-batas bangunan (garis sempadan
bangunan, jarak antar angunan yang aman terhadap bahaya kebakaran).

Aspek Pendanaan
Dana investasi pengembangan permukiman dapat bersumber dari APBN, APBD
Provinsi dan Kabupaten. Dana digunakan untuk menyusun rencana tata ruang,
peraturan daerah tentang tata ruang dan membuat model-model percontohan

(kabupaten melawi) pt. trias erisko konsultan

V-21

RPI2JM Bidang Cipta Karya
permukiman yang layak huni, sehat, aman dan nyaman. Dana tersebut juga dapat
diinvestasikan untuk perbaikan permukiman yang sudah ada.

Aspek Kelembagaan
Masyarakat perlu mendapatkan informasi secara lengkap mngenai rencana tata ruang
dan manfaat mengikuti aturan tata ruang bagi kehidupan. Penyampaian informasi
dilakukan melalui kampanye rencana tata ruang dan peraturan tentang tata ruang.
Lembaga pemerintah yang mengawasi rencana tata ruang dan bagaiman aturan
mengenai tata ruang dijalankan perlu mendapatkan penguatan. Tujuannya agar aturan
tata ruang dapat dijalankan dan tidak menjadi korban berbagai kepentingan terutama
kepentingan ekonomi.

5.6.

Program Investasi Bangkim

Permukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Pemerintah wajib
memberikan akses kepada masyarakat untuk dapat memperoleh permukiman yang
layak huni, sejahtera, berbudaya dan berkeadilan sosial. Pengembangan permukiman
ini meliputi pengembangan prasarana dan sarana dasar perkotaan, pengembangan
permukiman

yang

terjangkau

(bagi

masyarakat

berpenghasilan

rendah-MBR),

pengembangan ekonomi dan sosial budaya.

Sub Bidang Pengembangan Permukiman pada Bidang Cipta Karya Departemen
Pekerjaan Umum memiliki program/ kegiatan yang bertujuan mengembangkan wilayah
perkotaan dan perdesaan. Tujuan pengembangan permukiman adalah sebagai berikut:
1.

memenuhi kebutuhan pengembangan permukiman (prasarana dan sarana dasar
permukiman);

2. terwujudnya permukiman yang layak dalam lingkungan sehat, aman, serasi dan
teratur;
3. mengarahkan pertumbuhan wilayah;
4. menunjang kegiatan ekonomi melalui kegiatan pengembangan permukiman.
Program/ kegiatan pengembangan permukiman dapat dibedakan menjadi:
1.

Program Pengembangan Kawasan Permukiman Perkotaan

(kabupaten melawi) pt. trias erisko konsultan

V-22

RPI2JM Bidang Cipta Karya
a. Penyediaan Prasarana dan Sarana Dasar bagi Kawasan Rumah Sederhana
(RSH);
b. Penataan dan Peremajaan Kawasan;
c.

Pembangunan Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa);
Pembangunan Rusunawa di Kabupaten Melawi belum dirasakan mendesak
karena kepadatan penduduknya masih rendah dan lahan yang tersedia
untuk pengembangan perumahan masih sangat luas.

d. Peningkatan Kualitas Permukiman.
2. Program Pengembangan Kawasan Permukiman Perdesaan
a. Pengembangan Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D);
b. Pengembangan Kawasan Agropolitan;
c.

Pengembangan Prasarana dan Sarana Eks Transmigrasi;

d. Penyediaan Prasarana dan Sarana Permukiman di Pulau Kecil dan
Terpencil;
e. Penyediaan Prasarana dan Sarana dalam rangka Penanganan Bencana.

Desa-desa terhubung dengan desa lain atau dengan pusat pertumbuhan dan pelayanan
jasa melalui jalan tanah. Lebar badan jalan belum cukup untuk dapat berpapasan dua
buah kendaraan roda empat. Permukaan jalan belum diperkeras dan badan jalan tidak
dilengkapi dengan drainase samping. Alinyemen vertikal dan horisontal mengikuti
kontur alami sehingga aspek keselamatan dan kenyamanan tidak selalu dapat dipenuhi.
Rambu jalan dan alat-alat kelengkapan keselamatan jalan belum tersedia.

Jalan lingkungan di kota kecamatan atau kota-kota lain di Kabupaten Melawi banyak
yang masih belum diperkeras dan memiliki fasilitas kelengkapan jalan. Permukaan jalan
ada yang masih belum diaspal atau baru diberi perkerasan setara lapis penetrasi.

Sasaran pembangunan jalan poros/jalan lingkungan adalah:
1. Meningkatka

kondisi

jalan

lingkungan

yang

menghubungkan

kawasan

permukiman di perkotaan dengan pusat pelayanan dan jasa.
2. Membuka akses desa/dusun/kawasan (pembukaan keterisolasian).
3. Menghubungkan desa/dusun dengan pusat-pusat pertumbuhan.
4. Menghubungkan desa/dusun dengan pusat-pusat pelayanan.
(kabupaten melawi) pt. trias erisko konsultan

V-23

RPI2JM Bidang Cipta Karya
5. Meningkatkan keamanan, kenyamanan dan keawetan jalan serta memudahkan
transportasi manusia dan barang.
Untuk dapat mencapai sasaran ditetapkan indikator dan kegiatan pokok investasi.
Koordinator program investasi jalan poros dan jalan lingkungan adalah Dinas Pekerjaan
umum dengan indikator program dan kegiatan pokok yang akan dilakukan yaitu:

1

Indikator Program
Uraian
Prosentase panjang jalan dengan
kondisi baik

Satuan
%

Kegiatan Pokok
1 Perencanaan rehabilitasi/ pemeliharaan jalan
2 Perencanaan rehabilitasi/pemeliharaan
jembatan

2

Meningkatnya kualitas jalan

%

3 Rehabilitasi/ pemeliharaan jalan

3

Meningkatnya jalan yang
permukaannya aspal

%

4 Rehabilitasi/ pemeliharaan jembatan

4

Tingkat pemenuhan kebutuhan
jalan dan jembatan Perdesaan

%

5 Penataan lingkungan pemukiman penduduk
perdesaaan

Di kawasan permukiman perkotaan masalah yang dihadapi adalah seringkali jalan
permukiman dibuat seadanya tidak atau belum terintegrasi dengan perencanaan
kota/tata ruang wilayah.
Permasalahan yang dihadapi adalah letak desa-desa yang terpencar. Topografi kawasan
bergelombang sampai berkontur tajam. Permukaan tanah umumnya tertutup
tumbuhan (pepohonan dan semak belukar). Iklim wilayah yang basah dengan curah
hujan tinggi (> 2000 mm per tahun) mempertinggi resiko kerusakan badan jalan akibat
erosi.
Semua kondisi tersebut meningkatkan kesulitan dalam membuat jalan yang aman,
nyaman dan awet. Juga menimbulkan permasalahan dalam menentukan skala prioritas
pembangunan jalan.
Selain permasalahan juga dijumpai potensi yang dapat dimanfaatkan untuk mendorong
program investasi jalan, yaitu ketersediaan material untuk bahan konstruksi ( quarry)
yang melimpah. Material tanah kualitas baik, batu kali, kerikil dan pasir yang dapat
diperoleh dari sekitar lokasi konstruksi akan dapat mengurangi biaya pembangunan
jalan.
(kabupaten melawi) pt. trias erisko konsultan

V-24

RPI2JM Bidang Cipta Karya
Selain itu juga dibeberap lokasi terdapat perkebunan yang mempunyai kemampuan
untuk membuka dan membangun jalan. Kerjasama dengan pihak perkebunan dalam
bentuk corporate social responsibility dapat dimanfaatkan untuk membantu proses
penyiapan badan jalan. Perusahaan membantu dengan alat-alat berat untuk membuka
dan membentuk badan jalan. Selanjutnya investasi digunkan untuk perkerasan badan
jalan dan pemeliharaan.

Aspek Teknis
Untuk dapat memecahkan masalah penyusunan prioritas pembangunan jalan
poros/jalan

lingkungan

direkomendasikan

melalui

identifikasi

kawasan

pusat

pertumbuhan. Beberapa desa atau dusun dikelompokkan berdasarkan aspek sosial,
budaya, ekonomi dan geografi. Kemudian ditentukan desa/dusun unggulan yang
menjadi pusat pertumbuhan dan pelayanan jasa. Desa/dusun ini disebut desa/dusun
pusat pertumbuhan. Jalan lingkungan dibangun di desa/dusun tersebut, selanjutnya
jalan poros dibangun dari desa/dusun lain ke desa/dusun yang menjadi pusat
pertumbuhan.

Untuk kawasan perkotaan pemecahan masalah dilakukan dengan cara membuat
rencana jalan lingkungan yang terintegrasi dengan perencanaan kota/tata ruang
wilayah. Sehingga letak, ukuran dan koneksivitas jalan lingkungan dapat sesuai dengan
kebutuhan kota dan perkembangannya.
Hambatan karena masalah fisik wilayah diatasi dengan membuat perencanaan yang
teliti terutama pada aspek keamanan dan kekuatan badan jalan. Bila memungkinkan,
trase jalan harus menghidari bentang alam yang sulit (lereng curam, tanah rawan
longsor/terban). Konsekuensinya trase dapat menjadi lebih panjang tetapi keamanan
dan kekuatan jalan dapat dijamin. Perencanaan yang teliti juga berarti pemilihan
material badan jalan yang baik dan penyusunan pedoman pembangunan jalan yang
dapat menjamin mutu konstruksi.

Aspek Pendanaan
Dana pembangunan jalan poros/jalan lingkungan dapat bersumber dari APBN, APBD
Provinsi dan Kabupaten. Dana dapat dibagi untuk perencanaan dan pelaksanaan
konstruksi. Bila ruas jalan cukup panjang dan memerlukan biaya konstruksi yang mahal,
(kabupaten melawi) pt. trias erisko konsultan

V-25

RPI2JM Bidang Cipta Karya
maka dapat dilakukan pembangunan secara bertahap. Pembangunan bertahap dapat
menggunakan dua macam pola, yaitu:
1. Bertahap dari segi kuantitas (panjang atau lebar badan jalan atau keduanya).
2. Bertahap dari segi kualitas, misalnya dimulai dari pembukaan badan jalan,
kemudian dilanjutkan dengan jalan tanah diperkeras (perbaikan tanah),
kemudian konstruksi telford dan akhirnya konstruksi lapen. Setiap tahap
dilakukan pada tahun yang berbeda dengan rentang waktu antar tahap
sekurang-kurangnya mendekati batas umur rencana tiap jenis konstruksi.

Aspek Kelembagaan
Untuk memudahkan perawatan jalan, maka dapat dihidupkan kembali mandor jalan
yang betanggung jawab pada pengawasan dan pemeliharaan jalan poros /jalan
lingkungan. Mandor jalan ditunjuk dari penduduk desa/dusun yang dilewati jalan.
Selain bertugas mengawasi kondisi jalan, mandor jalan bersama pemimpin desa/dusun
baik pemimpin formal maupun non formal bertugas mendorong masyarakat untuk ikut
bertanggung jawab pada pemeliharaan jalan. Bila penggunaan jalan dapat diawasi
(misalnya tidak ada kelebihan beban, pencurian rambu keselamatan) maka umur jalan
akan maksimal (sesuai umur rencana). Selain itu bila ada kerusakan kecil (minor) dapat
langsung diperbaiki secara swadaya melalui gotong royong masyarakat desa sehingga
tidak menyebar menjadi kerusakan besar.

(kabupaten melawi) pt. trias erisko konsultan

V-26