BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan - PROSES PEMBENTUKAN KATA RAGAM BAHASA PADA CORETAN DI MEJA SISWA MTs MUHAMMADIYAH PATIKRAJA TAHUN 2015 - repository perpustakaan

BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan Penelitian mengenai Proses Pembentukan Kata Ragam Bahasa pada Coretan di Meja Siswa di MTs Muhammadiyah Patikaraja Tahun 2015 berbeda dengan penelitian

  sejenis yang telah ada sebelumnya.Untuk membuktikannya, peneliti membedakan penelitian yang telah ada sebelumnya. Maka peneliti meninjau dua laporan penelitianskripsi mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purwokerto yang berjudul Kajian Pembentukan Kata Ragam Bahasa Alay Dalam Status Jejaring Sosial

  

Facebook oleh Achmad Harun Arrosyid, Ragam Bahasa Gaul dalam Wacana Iklan

  Kartu Seluler pada Harian Kompas oleh Waluningsih.Proses Pembentukan Kata Dalam Ragam Bahasa Gaul Pada Tabloid GAUL Edisi 15-21 Tahun 2012.

1. KajianPembentukanKata Ragam Bahasa Alay Dalam Status Jejaring Sosial

  Facebook

  Penelitian tersebut dilakukan oleh mahsiswa PBSI (Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia) yang bernama Achmad Harun Arrosyid dengan NIM 0901040032 pada tahun 2013. Penelitian tersebutmengkaji proses pembentukan kata ragam bahasa alay dalam status jejaring sosial facebook. Proses ini meliputi: penambahan fonem, penghilangan fonem, pemendekan (singkatan, penggalan, akronim, kontraksi), penggunaan istilah lain, penggunaan huruf, kombinasi huruf, angka, simbol dan singkatan. Penelitian tersebut menggunakan data yang berupa kata-kata bahasa alay yang terdapat dalam status pemilik facebook. Metode yang digunakan pada penelitian

  5 tersebut meliputi tiga tahap, yaitu penyediaan data, analisis data, penyajian hasil analisis data. Pada tahap penyajian data, peneliti menggunakan metode simak dengan teknik sadap, kemudian dilanjutkan dengan teknik catat. Setelah itu, pada tahap analisis data, peneliti menggunakan metode agih dan untuk penyajian hasil analisis data menggunakan metode penyajian informal dan formal.

  Berdasarkan kajian pustaka tersebut, maka penelitian dengan Judul Proses Pembentukan Kata Ragam Bahasa pada Coretan di Meja Siswa MTs Muhammadiyah Patikraja Tahun 2015 berbeda dengan penelitian terdahulu. Oleh karena itu penelitian ini perlu dilakukan.Adapun yang membedakannya adalah data dan sumber datanya.

  Data penelitian terdahulu berupa ragam bahasa alaydan sumber datanya berupa status para pengguna jejaring sosial facebook. Sedangkan penelitian yang berjudul Proses Pembentukan Kata Ragam Bahasa pada Coretan di Meja Siswa MTs Muhammadiyah Patikaraja Tahun 2015 datanya berupa coretan dan sumber datanya berupa meja siswa di MTs Muhammadiyah Patikraja.

  

2. Proses Pembentukan Kata Dalam Ragam Bahasa Gaul Pada Tabloid Gaul

Edisi 15-21 Tahun 2012

  Penelitian tersebut dilakukan oleh mahasiswa PBSI (Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia) yang bernama Riana dengan NIM 0801040049 pada tahun 2013.Penelitian yang dilakukan oleh Riana bertujuan untuk mengetahui proses pembentukan ragam bahasa gaul yang terdapat dalam wacana tabloid gaul. Metode yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah deskriptif kualitatif, penerapannya melalui tiga tahap; (a) tahap penyediaan data, dalam hal ini penyediaan data digunakan metode pustaka; (b) tahap analisis data, dalam hal ini penelitian menggunakan metode agih; dan (c) tahap penyajian data, dalam hal ini penelitian menggunakan metode penyajian informal dan formal.

  Berdasarkan kajian pustaka tersebut, maka penelitian dengan judul Proses Pembentukan Kata Ragam Bahasa pada Coretan di Meja Siswa MTs Muhammadiyah Patikraja Tahun 2015, berbeda dengan penelitian terdahulu.Oleh karena itu, penelitian ini perlu dilakukan.Adapun yang membedakannya adalah data dan sumber datanya.

  Data penelitian terdahulu berupa ragam bahasa gaul dan sumber datanyaberupa wacana iklan tabloid gaul. Sedangkan penelitian yang berjudulProses Pembentukan Ragam Bahasa pasa Coretan di Meja SiswaMTs Muhammadiyah Patikraja Tahun 2015 datanya berupa coretan meja dan sumber datanya berupa meja siswa

B. Bahasa

1. Pengertian Ragam Bahasa

  Kridalaksana (2009: 24) bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer dipergunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi dan mengidentifikasi diri. Keraf (2004: 1) mendefinisikan bahasa adalah alat komunikasi antar anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang oleh alat ucap manusia. Hal tersebut juga sejalan dengan pendapat Sumarsono (2008:19) bahasa adalah sebagai milik masyarakat tersimpan dalam masing-masing individu, setiap individu dapat bertingkah laku dalam wujud bahasa, dan tingkah laku individual ini dapat berpengaruh luas pada masyarakat yang lain.

  Berdasarkan pendapat para ahli diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa bahasa merupakan sistem lambang simbol-simbol (bunyi ujaran), bunyi yang arbitrer, yang dapat diperkuat dengan gerak-gerak badaniah yang nyata dibentuk oleh sejumlah komponen yang berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan sebagai alat komunikasi yang paling baik digunakan oleh anggota masyarakat untuk bekerjasama, berinteraksi dan mengidentifikasi diri. Dengan bahasa, segala informasi dan ekspresi manusia dapat terarahkan. Diamanapun manusia berada, bahasa akan selalu ada di dalam jiwa manusia.

2. Fungsi Bahasa

  Chaer (2007:23) mengatakan bahwa fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi. Dalam kapasitas sebagai alat komunikasi, bahasa memiliki fungsi-fungsi yang lebih khusus dalam masyarakat, seperti untuk menjalani hubungan atau kerjasama sesama manusia, menyatakan pikiran dengan perasaan, menyatakan keinginan, alat untuk mengidentifikasi diri dan sebagainya. Dapat disimpulkan bahwa fungsi bahasa menurut Chaer (2007:23) yaitu sebagai alat untuk berkomunikasi dengan masyarakat atau sesama manusia baik dalam bidang pekerjaan maupun ekspresi diri. Sejalan dengan pendapat Chaer, Keraf (2001:3-6) mengungkapkan bahasa memiliki empat fungsi antara lain: a.

   Alat untuk Menyatakan Ekspresi Diri

  Sebagai alat untuk menyatukan ekspresi diri, bahasa menyatakan tentang segala sesuatu yang ada di dalam dada kita, sekurang-kurangnya untuk memaklumkan keberadaan kita. Memalui bahasa kita dapat mengetahui ekspresi senang atau sedih seseorang. Bahasa juga dapat menandakan keberadaan seseorang di suatu wilayah.

  Kita dapat mengetahui ekspresi seseorang melalui bahasa yang diucapkan tanpa berattap muka. Salah satu kegunaan bahasa yang terlihat sederhana namun sangat bermanfaat untuk kehidupan manusia. Jadi setiap individu dapat berekspresi sesuai dengan bahasa yang digunakannya ketika berkomuniaksi.

  b. Alat Komunikasi

  Fungsi bahasa sebagai alat komunikasi, bahasa merupakan saluran perumusan maksud kita., melahirkan perasaan kita dan memungkinkan kita menciptakan kerjasama dengan sesama warga. Dalam sekelompok masyarakat, alat komunikasi digunakan untuk berinteraksi yang dihubungkan dengan komunikasi. Salah satu alat yang digunakan untuk berkomunikasi adalah bahasa. Dalam hal ini bahasa adalah alat komunikasi yang tidak hanya terjadi di lingkungan masyarakat saja tetapi bahasa sebagai alat komunikasi juga dapat terjadi dikalangan sekelompok masyarakat. Baik dalam hal pekerjaan, sekolah, pergaulan, serta hal yang dapat dikaitkan dengan penggunaan bahasa dalam kehidupan sehari-hari.

  c. Alat Mengadakan Integrasi dan Adaptasi Sosial

  Melalui bahasa seseorang anggota masyarakat perlahan-lahan belajar mengenai adat istiadat, tingkah laku, dan tata krama masyarakat. Seseorang mencoba menyesuaikan dirinya (adaptasi) dengan semuanya melalui bahasa. Bila dapat menyesuaikan dirinya maka ia dengan mudah berbaur (integrasi) dengan segala macam tata krama masyrakat tersebut. Dalam budaya bahasa juga berperan penting sebagai penyalur aspirasi seseorang untuk mengekspreikan dirinya. Selain itu salah satu unsur kebudayaan memungkinkan pula manusia memanfaatkan pengalaman pengalamnnya bermasyarakat.

  d. Alat Mengadakan Kontrososial

  Di dalam masyarakat kontrososial dilakukan untuk mempengaruhi tingkah laku dan tindak tanduk orang lain. Terkait dengan kebiasaan sesorang dalam bergaul serta mengikuti yang ada di masyarakat. Dalam mengadakan kontrol sosial, bahasa mempuanyai relasi dan proses-proses sosialisasi suatu masyarakat. Melalui bahasa, setiap orang akan berfikir dalam berbahasa di lingkungan sosial. Selain di lingkungan sosial masyarakat kontrososial juga terjadi dalam kelompok masyarakat.

C. Variasi Bahasa (Ragam Bahasa)

  Bahasa di dunia tidaklah sama. Dalam suatu negara, ada beberapa beragam bahasa yang dipergunakan, bahkan pada suatu daerah tertentu kita dapat mendengar berbagai ragam bahasa yang dipergunakan orang. Ragam bahasa merupakan istilah yang digunakan untuk menunjukkan salah satu dari sekian banyak variasi yang ada dalam pemakaian bahasa. Ragam bahasa ditentukan oleh pemakainya yang tercipta karena kebutuhan penutur untuk berkomunikasi sesuai dengan situasi dalam konteks sosialnya. Harimurti (2001:184) menyatakan bahwa ragam bahasa adalah variasi yang berbeda-beda menurut pemakaian, menurut topik yang dibicarakan, serta menurut medium pembicara. Kridalaksana (2008: 253) menyebut variasi bahasa sebagai satuan yang sekurang-kurangnya mempunyai dua variasi bahasa yang dipilih oleh penutur bahasa. Variasi tersebut tergantung dari faktor-faktor seperti jenis kelamin, umur, status sosial dan situasi. Variasi ini dianggap sistematis karena merupakan interaksi antara faktor sosial dan faktor bahasa.

  Seperti yang sudah dijelaskan, bahwa ada faktor-faktor sosial dan situasional menimbulkan variasi-variasi bahasa. Terjadinya keragaman atau kevariasian bahasa ini bukan hanya disebabkan oleh para penuturnya yang hemogen, tetapi juga karena interaksi kegiatan sosial yang mereka lakukan sangat beragam. Keanekaragaman bahasa nampak dalam pemakaiannya baik secara individu atau kelompok. Setiap orang berbeda cara pemakaian bahasanya, perbedaan itu dapat dilihat dari intonasi, pilihan katanya, suasana kalimat, cara mengungkapkannyam dan sebagainya. Dalam variasi atau ragam bahasa ini ada dua pandangan. (1) variasi atau ragam bahasa itu, (2) variasi atau ragam sudah ada untuk memenuhi fungsinya sebagai alat interaksi dalam kegiatan masyarakat yang beraneka ragam (Chaer: 2010:61). Berikut variasi-variasi bahasa tersebut dan berbagai kaitannya.

1. Variasi dari Segi Penutur

  a. Idiolek yaitu variasi bahasa yang bersifat perseorangan. Menurut konsep idiolek, setiap orang mempunyai variasi bahasa atau idioleknya masing-masing. Variasi idiolek ini berkenaan dengan suara, pilihan kata, gaya bahasa, sususnan kalimat dan sebagainya. Namun yang paling dominan adalah warna suara itu, sehingga jika kita akrab dengan seseorang, hanya dengan mendengar suara bicaranya tanpa melihat orangnya, kita dapat mengenalinya. Misalnya, dua orang kembar warna suaranya yang menandai idioleknya, masih dapat diperbedakan. Mengenali idiolek seseorang dari bicaranya memang lebih mudah daripada melalui karya tulisnya.

  b. Dialek yaitu variasi bahasa dari sekelompok penutur yang jumlahnya relative, yang berada pada satu tempat, wilayah atau area tertentu. Karena dialek ini didasarkan wilayah atau area tempat tinggal penutur, maka dialek ini lazim disebut dialek areal. Para penutur dalam suatu dialek, meskipun mereka mempunyai idioleknya masing-masing, memiliki kesamaan ciri yang menandai mereka berada satu dialek, yang berbeda dengan penutur lain, yang berada dalam dialeknya sendiri dengan ciri lain yang menandai dialeknya juga. Misalnya, bahasa Jawa dialek Banyumas memiliki ciri tersendiri yang berbeda dengan ciri yang dimiliki bahasa Jawa dialek Pekalongan, dialek Semarang atau dialek Surabaya.

  c. Kronolek atau temporal yaitu variasi bahasa yang digunakan oleh sekelompok sosial pada masa tertentu. Misalnya variasi bahasa Indonesia pada masa tiga puluhan, variasi yang digunakan tahun lima puluhan, dan variasi yang digunakan masa kini. Variasi bahasa pada tiga zaman itu tentunya berbeda, baik dari segi lafal, ejaan, morfologi, maupun sintaksis, yang paling tampak biasanya dari segi leksikon, karena bidang ini mudah sekali berubah akibat perubahan sosial budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi. Perbedaan itu akan nampak dari bahasa yang mereka gunakan perkembangan zaman.

  d. Sosiolek atau dialek yaitu variasi bahasa yang berkenaan dengan status, golongan, dan kelas sosial para penuturnya. Variasi bahasa ini menyangkut semua masalah pribadi, masalah penuturnya, seperti usia, pendidikan, pekerjaan dan lain sebagainya. Berdasarkan usia, kita bisa melihat perbedaan variasi bahasa yang digunakan oleh kanak-kanak, para remaja, orang dewasa dan orang-orang yang tergolong lansia. Sehubungan dengan variasi bahasa berkenaan dengan tingkat golongan, status, dan kelas sosial para penututnya. Biasanya dikemukakan orang variasi bahasa yang disebut akrolek, basilek, vulgar, slang, kolokial, jargon, argot, ken dan ada juga yang disebut dengan bahasa prokem.

2. Variasi dari Segi Pemakaian

  Variasi bahasa berdasarkan bidang pemakai menyangkut bahasa itu digunakan untuk apa, dalam bidang apa, sehingga muncul beberapa ragam bahasa seperti ragam bahasa sastra, ragam bahasa jurnalistik, ragam bahasa militer, ragam bahasa ilmiah dan ragam bahasa niaga atau perdagangan. Variasi bahasa dari segi pemakai ini paling tampak cirinya adalah dalam hal kosakata. Setiap bidang kegiatan biasanya mempunyai kosakata khusus yang tidak digunakan dalam bidang lain. Misalnya ragam jurnalistik mempunyai ciri tertentu yakni bersifat sederhana, komunikatif dan ringkas. Ragam bahasa militer dikenal dengan cirinya yang bersifat ringkas, tegas dan sebagainya.

3. Variasi dari Segi Keformalan (situasi)

  Berdasarkan tingkat keformalannya, Chaer (2010:70) membagi variasi atas lima macam gaya (Inggris: Style), yaitu gaya atau ragam baku (feozen), gaya atau ragam resmi (formal, gaya atau ragam usaha (konsultatif), gaya atau ragam santai (casual) dan gaya atau ragam akrab (intimate).

  1) Ragam baku yaitu variasi bahasa yang paling formal, yang digunakan dalam situasi khitmat. Misalnya dalam upacara kenegaraan, khotbah, dan sebagainya 2) Ragam resmi yaitu variasi bahasa yang digunakan dalam idato kenegaraan, rapat dinas, surat menyurat, dan sebagainya 3) Ragam usaha atau ragam konsultatif yaitu variasi bahasa yang lazim digunakan dalam pembicaraan biasa di sekolah dan rapatrapat atau pembicaraan yang berorientasi kepada hasil produksi. 4) Ragam bahasa santai yaitu variasi bahasa yang digunakan dalam situasi tidak resmi untuk berbincang-bincang dengan keluarga, teman karib pada waktu istirahat, berolahraga, berekreasi dan sebagainya. 5) Ragam akrab yaitu variasi bahasa yang digunakan olehpenutur yang hubungannya sudah akrab. Ragam bahasa ditandai dengan penggunaan bahasa yang tidak lengkap, pendek-pendek dan artikulasi yang sering tidak jelas.

4. Variasi dari Segi Sarana

  Variasi dapat pula dilihat dari segi atau jalur yang digunakan. Dalam hal ini dapat disebut dengan adanya ragam bahasa lisan dan ragam tulis, atau juga ragam dalam berbahasa dengan menggunakan sarana atau alat tertentu yakni, misalnya dalam bertelepon dan bertelegraf. Adanya ragam bahasa lisan dan bahasa tulis didasarkan pada kenyataan bahwa bahasa lisan atau bahasa tulis memiliki wujud struktur yang tidak sama.Ragam lisan, menyampaikan informasi secara lisan dan dibantu dengan nada suara, gerak-gerik tangan dan jumlah gejala fisik lainnya.Ragam tulis, dalam bahasa tulis lebih menaruh perhatian agar kalimat-kalimat yang disusun data dipahami pembaca.

D. Ragam Bahasa tidak baku Bahasa tidak baku mempunyai ragam diantaranya, ragam santai, ragam akrab.

  Ragam santai atau ragam kasual adalah variasi bahasa yang digunakan dalam situasi tidak resmi untuk berbincang-bincang dengan keluarga atau teman karib ada waktu istirahat, berolahraga, berekreasi dan sebagainya.Ragam akrab atau ragam intim adalah variasi bahasa yang biasa digunakan oleh penutur yang hubungannya sudah akrab, seperti antaranggota keluarga atau antarteman yang sudah karib. (Chaer dan Leonie Agustina, 2004:71)

  Ragam bahasa coretan meja termasuk dalam ragam bahasa remaja.Ragam bahasa remaja itu sendiri tergolong dalam ragam bahasa santai atau akrab.Ragam bahasa coretan meja digunakan oleh para remaja khususnya anak sekolah.Ada berbagai identitas yang membedakan mereka dengan kelompok masyarakat lainnya, seperti cara berpakaian, cara bergaul, bertingkah laku, dan lain sebagainya. Salah satu yang cukup menonjol yang mencirikannya dengan kelompok lain adalah bahasa yang digunakannya. Sebagai akibatnya di dalam masyarakat manapun yang memiliki kelompok remaja akan ditemui jenis bahasa yang lazim digunakan diantara mereka sebagai bahasa pergaulan di ruang lingkup situasi yang formal (Wijana, 2010:1-2)

E. Proses Pembentukan Kata Coretan Meja

  Kata ragam bahasa coretan yang terdapat pada meja siswa termasuk dalam ragam bahasa tidak baku, karena penggunaan kata dalam coretan meja tidak sesuai dengan ejaan yang disempurnakan (EYD). Menurut Mastuti (2008:56-59) menyebutkan ada sebelas macam proses pembentukan: (1) nasalisasi „kata kerja aktif

  • in‟ untuk membentuk kata kerja aktif transitif, (2) bentuk pasif 1: “di+ kata dasar+- in‟, (3) bentuk pasif 2: “ke + kata dasar”, (4) penghilangan huruf (fonem) awal. (5) penghilangan fonem “h” pada awal suku kata bentuk baku, (6) pemendekan kata atau kontraksi dari dua kata yang berbeda, (7) penggunaan istilah lain, (8) penggantian fonem “a” dengan “e”, (9) penggantian diftong “au” dengan “o” dan “ai”dengan “e”, (10) pengindonesiaan bahasa asing (Inggris), (11) penggunaan bahasa Inggris secara utuh.

  Sedangkan Badudu (1985:63) berpendapat ada beberapa gejala bahasameliputi: (1) penambahan fonem, (protesis, epentesis, paragog), (2) penghilangan fonem (aferesis, sinkop, apokop), (3) kontraksi, (4) metatesis, (5) adaptasi.Menurut Fanayun (2010:64) proses pembentukan kata ragam bahasa bahasa alayada empat macam cara yaitu, (1) kombinasi huruf kapital dan huruf kecil, (2) kombinasi huruf dan angka, (3) kombinasi lain, (4) kombinasi huruf, angka, simbol, dan singkatan.

  Dari pendapat para ahli tersebut, peneliti menggabungkan dan menyuntingnya sebagai landasan teori penelitian, bahwa proses pembentukan kata ragam bahasa coretan pada meja siswa ada sepuluh macam proses pembentukan yaitu: (1) penggunaan istilah lain, (2)pengindonesian bahasa asing (Inggris), (3) penggunaan bahasa Inggris secara utuh, (4) pemendekan kata, (5) penambahan fonem (protesis, epentesis, paragog),(6) penghilangan fonem (aferesis, sinkop, apokop), (7) perubahan huruf, (8) kombinasi huruf kapital dan huruf kecil, (9) kombinasi huruf dan angka, (10) huruf, angka, simbol, dan singkatan.

  1. Penggunaan Istilah Lain

  (Depdiknas, 2008:552) menyatakan istilah adalah kata dasar atau gabungan kata yang dengan cermat mengungkapkan makna konsep, proses, keadaan atau sifat yang khas di bidang tertentu, atau lingkungan komunitas tertentu. Ada dua macam istilah: (a) istilah khusus; dan (b)istilah umum. Istilah khusus adalah kata yang pemakaiannya dan maknanya terbatas ada suatu bidang tertentu, sedangkan istilah umum ialah kata yang menjadi unsur bahasa umum.Penggunaan istilah-istilah asing dalam kehidupan sehari-hari sering bermunculan daripada bahasa masyarakatdalam keseharian.

  Contoh: Sok tahu = sotoy Gratis = gretong

  2. Pengindonesiaan Bahasa Asing

  Pengindonesiaan bahasa asing dalam coretan pada meja ditulis sesuai dengan pendengaran. Kata-kata yang diserap ke dalam bahasa Indonesia dengan cara disamakan dengan pengucapannya. Proses penyerapan dilakukan dengan caramenyerap dengan menyesuaikan ejaan dan lafal, menyerap tanpa menyesuaikan ejaan tetapi dengan menyesuaikan lafal dan menyerap tanpa menyesuaikan ejaan dan lafal. Kata-kata ini akan lebih mudah digunakan dalam bahasa sehari-hari, karenapemakai dapat langsung mengucapkan kata asing sesuai dengan pendengaran dan ucapan orang Indonesia.

  Contohnya:

  Sorry = sori

  3. Penggunaan Bahasa Inggris Secara Utuh

  Dalam penelitian ini, penggunaan bahasa Inggris secara untuh ditemukan ada coretan meja siswa.Salah satu proses pembentukan kata coretan pada meja adalah adanya penggunaan bahasa Inggris secara utuh (Mastuti, 2008:550). Penggunaan bahasa Inggris secara utuh dilakukan dengan cara menyerap seluruhnya, baik dalam ejaan maupun ucapannya. Contohnya: and, miss, you, love,

  4. Pemendekan Kata

  Menurut Kridalaksana (2007:165-173) bentuk pemendekan dapat dibagi menjadi empat, yaitu singkatan, penggalan, akronim, dan kontraksi.

a. Singkatan

  1) Pengertian Singkatan Singkatan adalah satu hasil pemendekan yang berupa huruf atau gabungan huruf, yang dieja huruf demi huruf (Kridalaksana, 1992:162).Depdiknas (2008: 1313) singkatan adalah hasil menyingkat (memendekan) berupa huruf atau gabungan huruf.Singkatan terbentuk dengan maksud mempermudah pemakai bahasa dalam berkomunikasi.Bentuk-bentuk singkatan menurut Depdiknas (2001:25-27) yaitu: a) Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan atau pangkat diikuti dengan tanda titik. Misalnya: M.B.A Master of Business Administration M.Sc. Master of Science S.E Sarjana Ekonomi

  b) Singkatan nama resmi lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, badan, dan organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti tanda titik. Misalnya: DPR Dewan Perwakilan Rakyat PGRI Persatuan Guru Republik Indonesia GBHN Garis-Garis Besar Haluan Negara c) Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik.

  Misalnya: dll. dan lain-lain dsb. dan sebagainya

  d) Singkatan lambang kimia, singkatan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang diikuti dengan tanda titik. Misalnya: cm sentimeter kg kilogram Rp. Rupiah

b. Penggalan

  Menurut Chaer (2012:1919), penggalan adalah kependekan berupa pengekalan satu atau dua suku dari bentuk yang dipendekan itu. Misalnya dok (dokter),lab (laboratorium) dan perpus (perpustakaan). Selain pendapat Chaer, ada juga pendapat Kridalaksana (2009:162), penggalan adalah proses pemendekan yang mengekalkan salah satu bagian dari leksem. Misalnya: Prof. (professor) dan Bu (Ibu). Perbedaan penggalan dan singkatan yaitu penggalan adalah kependekan yang terbentuk dengan memepertahankan salah satu bagian kata. Biasanya penggalan mengekalkan sebuah suku kata, misalnya Bu (dari kata Ibu), lab (dari kata laboratorium).Singkatan adalah pemendekan yang berupa huru atau gabungan huru-huruf awa dari kata-kata yang disingkat, singkatan dapat dilafalkan huruf demi huruf dapat pula tidak, seperti dsb, Yth.

c. Akronim

  Pengertian akronim menurut Kridalaksana (2009:162) adalah proses pemendekan yang menggabungkan huruf atau suku kata bagian lain yang ditulis dan dilafalkan sebagai sebuah kata yang sedikit banyak memenuhi kaidah fonotaktik bahasa Indonesia. Menurut Chaer (2007: 192) yang dimaksud akronim adalah hasil pemendekan yang berupa kata atau yang dapat dilafalkan sebagai data. Wujud dari pemendekan dapat berupa pengekalan huruf-huruf pertama, pengekalan suku-suku kata dari gabungan leksem atau juga teratur. Akronim banyak ditemukan dalam kata bahasa Indonesia. Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa akronim adalahpemendekan dari gabungan huruf dua kata atau lebih menjadi satu kata yang ditulis atau dilafalkan.

5. Penambahan Fonem

  Penambahan fonem dapat dibedakan menjadi 3 macam: penambahanfonem di depan kata disebut protesis, penambahan fonem di tengah kata disebut epentesis, dan penambahan fonem di akhir kata disebut paragog. Adanya penambahan fonem dalam coretan meja maka kata yang baku diubah menjadi kata yang tidakbaku.

  a. Penambahan Fonem di Awal Kata (Protesis)

  Protesis yaitu peristiwa penambahan fonem diawal kata (Badudu, 1985: 63).Sedangkan menurut Depdiknas (2008: 1107) protesis adalah penambahan vokal atau konsonan di awal kata.dari pengertian protesis yang dikemukakan oleh pakar diatas dapat disimpulkan bahwa protesis adalah penambahan fonem vokal atau konsonan di depan kata.

  Contoh: Ajak ngajak Atur ngatur

  b. Penambahan fonem di Tengah Kata (Epentesis)

  Epentesis yaitu peristiwa penambahan fonem ditengah kata (Badudu, 1983:63). Sedangkan menurut Depdiknas (2008:377) epentesis adalah penambahan vokal atau konsonan di tengah kata, dari pengertian epentesis yang dikemukakan oleh pakar diatas, dapat disimpulkan bahwa epentesis adalah penambahan fonem vokal atau konsonan di tengah kata.

  Contoh: Aku akhu

  c. Penambahan Fonem di Akhir Kata (Paragog) Paragog adalah penambahan fonem di akhir kata (Badudu, 1985:63).

  Sedangkan menurut Depdiknas (2008: 1020) paragog adalah penambahan fonem atau bunyi di akhir sebuah kata.dari pengertian paragog yang dikemukakan oleh pakar di atas dapat disimpulkan bahwa paragog adalah penambahan fonem vokal atau konsonan di akhir kata.

  Contoh Aku akuh Saja sajah

6. Penghilangan Fonem

  a. Penghilangan Fonem di awal kata (Aferesis)

  Aferesis adalah penggalan huruf awal atau suku awal kata (Depdiknas, 2008:161).Sedangkan menurut Kridalaksana (1992:161) aferesis adalah penghilangan suku di awal kata termasuk dalam pemendekkan atau penggalan.Dari pengertian aferesis yang dikemukakan oleh pakar diatas dapat disimpulkan bahwa afersis adalah penghilangan fonem vokal atau konsonan di awal kata. contoh lagi agi sama ama

  b. Penghilangan fonem di tengah kata (Sinkop) Sinkop adalah proses penghilangan fonem di tengah kata (Badudu, 1985:63).

  Sedangkan menurut Depdiknas (2008: 1314) adalah hilangnya bunyi atau huruf di tengah kata.dari pengertian sinkop yang dikemukakan oleh pakar di atas maka dapat disimpulkan bahwa sinkop adalah penghilangan fonem vokal atau konsonan di tengah kata.

  Contoh: Mau mu Bisa bsa

  c. Penghilangan Fonem pada Akhir Kata (Apokop)

  Apokop adalah penghilangan fonem pada akhir kata (Badudu, 1985:63).Sedangkan menurut Depdiknas (2008:82) apokop adalah hilangnya satu bunyi atau lebih pada sebah kata. Dari pengertian apokop yang dikemukakan oleh pakar diatas, dapat disimpulkan bahwa apokop adalah penghilangan fonem vokal atau konsonan di akhir kata.

  Contoh Apa ap Ada ad

  7. Penggantian Huruf

  Penggantian huruf terdapat dalam bahasa tulis menurut Wijana (2010:27) dalam bahasa lisan terdapat perubahan bunyi (vokal dan konsonan) yaitu seperti dalam perubahan yang dilakukan untuk meniru ucapan anak-anak. Misalnya: sayang menjadi cayang

  8. Kombinasi Huruf Kapital dan Huruf Kecil

  Kombinasi huruf kapital dan huruf kecil merupakan salah satu ciri keragaman bahasa alay. Menggunakan huruf kecil kemudian dikombinasikan dengan huruf kapital dengan beberapa singkatan (Fanayun, 2010:64)

  Contoh: Mantan manTan apa aPa

  9. Kombinasi Huruf dan Angka

  Kombinasi huruf dan angka termasuk dalam ciri ragam bahasa alayyang menggunakan angka sebagai pengganti huruf (Fanayun. 2010:64).Penggunaan kombinasi huruf dan angka juga ditemukan dalam coretan meja siswa Misalnya

  Penggunaan angka „3‟ sebagai pengganti huruf „e‟ Contoh: b3lum s3mbuh belum sembuh

  10. Kombinasi Huruf, Angka, Simbol dan Singkatan

  Kombinasi huruf, angka, simbol dan singkatan adalah ragam bahasa yang menggunakan simbol-simbol yang dikenal ataupun tidak bagi orang lain. Dalam penelitian simbol yang terpenting adalah kemiripan simbol dengan aksaratertentu dalam bahasa Indonesia (Fanayun, 200:64). Dalam bahasaremaja kombinasi huruf, angka, simbol dan singkatan digunakan untuk mengulang suatu kata atau reduplikasi, biasanya pengulangan menggunakan kata dasar ikuti simbol atau angka, misalnya tanda kutip ( “ ) memiliki makna diulang dua kali

  Contoh: Langkah-langkah

  langkah”

F. Coretan Meja

  Coretan meja yang dijumpai di meja-meja siswa kehadirannya tidak dikehendaki, karena yang tertulis bukanlah elemen pendukung kegiatan belajar mengajar.Keberadaannya yang tidak dikehendaki dalam ketertiban dan kebersihan lingkungan pendidikan, coretan dalam bentuk gambar dan tulisan sering dihakimi sebagai salah satu tidakan perusakan (vandalism).Vandalism bisa diartikan perusakan atau sifat suka merusak (Echols, J. dan Shadily, H. 2007).Coretan yang terdapat dalam meja siswa di sekolah dapat dikategorikan berdasarkan jenisnya:

  1. Gambar

  Gambar yang dicoretkan ada meja sering berupa ekspresi wajah gembira, sedih, marah.Ada kecenderungan tokoh yang dipuja sering juga dijadikan objek gambar, bagian tubuh yang dijadikan objek gambar sering berupa gambar kepala, tangan, mata atau bagian tubuh yang dianggap aurat.Objek aurat tubuh yang digambar bisa dispesifikasi sebagai gambar porno. Simbol emosi wajah seperti alis yang menukik atau garis mulut yang melengkung ke atas digambar dengan jelas.

2. Tulisan

  Tulisan yang berupa coretan biasanya berupa lelucon/humor, curhat, ungkapan cinta, penghujatan, dan kata-kata diskriminasi. Isi tulisan pada coretan di meja menunjukan keterbukaan, lebih berbicara, detail dan terkadang emosional. Beberapahujatan ditujukan kepada institusi namun tidak memiliki keberanian untuk mengutarakannya dengan cara yang seharusnya melalui jalur yang disediakan.

  Ketidakberanian ini juga terjadi pada pengungkapan cinta atau ungkapan-ungkapan diskriminasi sehingga ditulis sebagai harapan agar motivasinya diketahui oleh orang lain.

  Dari jenis coretan yang dijelaskan diatas, peneliti berfokus pada coretan meja yang berupa tulisan atau kata.Hal ini dikarenakan berdasarkan fenomena yang peneliti temukan coretan yang terdapat dalam meja siswa beragam bentuk tulisan atau kata, seperti istilah asing, pemendekkan kata, perubahan huruf, pencampuran huruf dan angka, pencampuran huruf dan simbol.Sehingga peneliti berasumsi untuk dijadikan sebagai sebuah penelitian terkait dalam pembentukan kata dalam bahasa

  (

  Indonesia. https://idaneli.wordpress.com/2012/10/28/coretan-di-meja-sekolahkuliah/)