BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Rizki Ramadhan BAB I

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah World Health Organization (WHO) merekomendasikan pemberian ASI Eksklusif sekurang-kurangnya selama 6 bulan pertama kehidupan dan

  dilanjutkan dengan makanan pendamping sampai usia 2 tahun. American

  

Academy of Pediatrics (AAP), Academy of Breastfeeding Medicine (ABM) dan

  Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) merekomendasikan hal yang sama tentang pemberian ASI Eksklusif sekurang-kuragnya 6 bulan (Suradi, 2010).

  Berdasarkan data UNICEF (2013), sebanyak 136,7 juta bayi lahir diseluruh dunia dan hanya 32,6% dari mereka yang disusui secara eksklusif dalam 6 bulan pertama. Bayi yang tidak diberi ASI Eksklusif di negara industri lebih besar meninggal dari pada bayi yang diberi ASI Eksklusif, sementara di negara berkembang hanya 39% ibu-ibu yang memberikan ASI Eksklusif (UNICEF, 2013).

  Berdasarkan data Kemenkes RI (2015) didapatkan data cakupan pemberian ASI pada tahun 2014 sebesar 80%, maka secara nasional cakupan pemberian ASI eksklusif sebesar 52,3% belum mencapai target. Menurut provinsi, hanya terdapat satu provinsi yang berhasil mencapai target yaitu Provinsi Nusa Tenggara Barat sebesar 84,7%. Provinsi Jawa Barat, Papua Barat, dan Sumatera Utara merupakan tiga provinsi dengan capaian terendah (Kemenkes RI, 2015). Berdasarkan data yang diperoleh dari profil kesehatan Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah tahun 2014 menunjukkan cakupan

  1 pemberian ASI eksklusif hanya sekitar 60% masih sangat rendah bila dibandingkan dengan target pencapaian ASI eksklusif tahun 2015 sebesar 80% (Dinkes Jateng, 2015).

  Pencapaian ASI yang masih jauh dibawah target nasional, merupakan tanda bahwa kesadaran para ibu dalam memberikan ASI masih perlu ditingkatkan. Anggapan bahwa menyusui adalah cara yang kuno serta alasan ibu bekerja, takut kehilangan kecantikan, tidak disayangi lagi oleh suami dan gencarnya promosi perusahaan susu formula di berbagai media massa juga merupakan alasan yang dapat mengubah kesepakatan ibu untuk menyusui bayinya sendiri, serta menghambat terlaksananya proses laktasi (Widjaja, 2012).

  Kendala ibu dalam menyusui ada dua faktor yaitu faktor internal kurangnya pengetahuan ibu tentang manajemen laktasi dan faktor eksternal ASI belum keluar pada hari-hari pertama sehingga ibu berpikir perlu tambah susu formula, ketidakmengertian ibu tentang kolostrum, banyak ibu yang masih beranggapan bahwa ASI ibu kurang gizi dan kualitasnya tidak baik (Baskoro, 2008). Selama kehamilan, mayoritas wanita menunjukkan bahwa dirinya berencana untuk mencoba menyusui. Akan tetapi diberbagai area angka keinginan menyusui kini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan angka memulai menyusui. Laporan di Kanada menyatakan bahwa walaupun saat pranatal sekitar 80% diantara ibu yang bermaksud menyusui hanya terdapat 30% yang menyusui selama sedikitnya 6 bulan (Varney, 2007).

  Pelaksanaan pemberian ASI dapat dilakukan dengan baik dan benar jika terdapat informasi lengkap tentang manfaat ASI dan menyusui serta manajeman Laktasi (Depkes, 2005). Manajemen Laktasi adalah suatu upaya yang dilakukan oleh ibu untuk menunjang keberhasilan menyusui.

  Manajemen laktasi dimulai pada masa kehamilan, setelah persalinan dan masa menyusui bayi. Ruang lingkup manajemen laktasi periode postnatal meliputi ASI esklusif, cara menyusui, memeras ASI peras, dan memberikan ASI peras (Siregar, 2009).

  Manajemen laktasi merupakan segala daya upaya yang dilakukan untuk membantu ibu mencapai keberhasilan dalam menyusui bayinya. Usaha ini dilakukan terhadap ibu dalam 3 tahap yaitu pada masa kehamilan (antenetal), sewaktu ibu dalam persalinan sampai keluar rumah sakit (perinatal), dan pada masa menyusui selanjutnya sampai anak berumur 2 tahun (postnatal) (Perinasia, 2011).

  Manajemen laktasi adalah tata laksana yang diperlukan untuk menunjang keberhasilan menyusui. Dalam pelaksanaannya terutama dimulai pada masa kehamilan, segera setelah melahirkan dan pada masa menyusui selanjutnya. Bila manajemen laktasi tidak terlaksana maka akan berdampak penurunan pemberian ASI sehingga berdampak pada peningkatan angka gizi buruk dan gizi kurang yang beresiko pada peningkatan angka kesakitan dan kematian bayi (Prasetyono, 2009).

  Hasil penelitian Setyowati & Khilmiana (2010) menunjukkan bahwa ada kecenderungan bahwa ibu yang memiliki pengetahuan yang lebih banyak akan memberikan ASI esklusif kepada bayi mereka. Sebaliknya ibu dengan pengetahuan yang rendah mengenai ASI akan kurang dalam hal memberikan ASI esklusif kepada bayinya. Dalam hal ini pendidikan merupakan satu faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Tingkat pengetahuan yang tinggi ikut menentukan mudah tidaknya ibu untuk memahami dan menyerap informasi tentang ASI esklusif. Semakin tinggi tingkat pengetahuan ibu, maka semakin tinggi pula ibu dalam menyerap informasi tentang ASI esklusif.

  Berdasarkan hasil penelitian Handayani (2015) tentang hubungan tingkat pengetahuan tentang manajemen laktasi dengan perilaku pemberian ASI dipengaruhi oleh pendidikan ibu, pengalaman menyusui sebelumnya dan keterpaparan dengan sumber informasi seperti media massa, petugas kesehatan, dan kontak dengan kelompok ibu yang sudah berhasil menyusui. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya oleh Purba (2014) tentang hubungan kondisi psikologis dan tingkat pengetahuan ibu terhadap keberhasilan pemberian ASI eksklusif di Ruang Perinatal RSUD Cengkareng. Ditemukan hasil terdapat hubungan psikologis ibu terhadap keberhasilan pemberian ASI eksklusif. Ada hubugan tingkat pengetahuan ibu tentang manajemen laktasi terhadap keberhasian pemberian ASI ekslusif. Hasil uji statistik chi

  square pada hubungan psikologis didapatkan p sebesar 0,000 dimana P<

  0,05. Pada hubungan tingkat pengetahuan didapatkan p sebesar 0,003 dimana P<0,05.

  Berdasarkan hasil survei yang dilakukan di Puskesmas Kemangkon didapatkan data cakupan ASI Eksklusif pada Bulan Maret 2017 sebesar 14,41% dengan jumlah bayi usia 0-6 bulan sebanyak 340 bayi dan jumlah bayi usia 6-12 bulan pada bulan April 2017 sebanyak 463 bayi. Cakupan ASI Eksklusif terendah di Desa Kemangkon sebesar 20% dari jumlah bayi yang mendapat ASI Eksklusif dibagi jumlah total bayi yang ada, dengan jumlah bayi usia 0-6 bulan 25 bayi. Berdasarkan data wawancara kepada 10 ibu yang memiliki bayi usia 6-8 bulan, menyatakan bahwa ibu tidak memberikan ASI secara eksklusif. Hal ini disebabkan oleh kesibukan ibu yang bekerja diluar rumah, jadi waktu ibu banyak di habiskan diluar rumah terutama yang bekerja sebagai buruh pabrik. Disamping itu, ibu juga menyatakan kurang memiliki pengetahuan tentang manajemen laktasi pada ibu bekerja, dan cara penyimpanan ASI yang baik sehingga ibu tetap bisa memberikan ASI eksklusif kepada bayinya selama bekerja diluar rumah.

  Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang “Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang Manajemen Laktasi dengan Keberhasilan Pemberian ASI Eksklusif di Kecamatan Kemangkon Kabupaten Purbalingga ”.

B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: “Adakah hubungan tingkat pengetahuan tentang manajemen laktasi dengan keberhasilan pemberian ASI eksklusif di Kecamatan Kemangkon Kabupaten Purbalingga ?”.

C. Tujuan Penelitian

  1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan tentang manajemen laktasi dengan keberhasilan pemberian ASI eksklusif di Kecamatan Kemangkon Kabupaten Purbalingga

  2. Tujuan Khusus

  a. Mengetahui karakteristik responden berdasarkan umur, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan dan jenis pemberian susu di Kecamatan Kemangkon Kabupaten Purbalingga

  b. Mengetahui tingkat pengetahuan tentang manajemen laktasi di Kecamatan Kemangkon Kabupaten Purbalingga

  c. Mengetahui keberhasilan pemberian ASI eksklusif di Kecamatan Kemangkon Kabupaten Purbalingga

  d. Menganalisis hubungan tingkat pengetahuan tentang manajemen laktasi dengan keberhasilan pemberian ASI eksklusif di Kecamatan Kemangkon Kabupaten Purbalingga D.

   Manfaat Penelitian

  1. Manfaat Teoritis Menambah wawasan dan informasi pengetahuan serta data empiris guna pengembangan keilmuwan, khususnya bagi konseling masyarakat terkait dengan pentingnya pelaksanaan manajemen laktasi dan pemberian ASI Eksklusif bagi bayi.

  2. Manfaat Praktis

  a. Pendidikan Keperawatan Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan sumbangan pikiran, ide dan masukan pengetahuan baru dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan dan pelayanan di bidang Keperawatan khususnya dalam upaya peningkatan pemberian ASI eksklusif.

  b. Bagi Responden Hasil penelitian ini dapat membantu memberikan informasi tentang manajemen laktasi dan dan pemberian ASI eksklusif sehingga dapat meningkatkan pengetahuan dan kesadaran ibu dalam memberikan ASI secara Eksklusif.

  c. Bagi Peneliti Dapat digunakan sebagai konsep tingkat pengetahuan tentang manajemen laktasi untuk mengatasi masalah psikologis yang tepat agar keberhasilan pemberian ASI eksklusif dapat diwujudkan E.

   Keaslian Penelitian

  1. Purba (2014) tentang hubungan kondisi psikologis dan tingkat pengetahuan ibu terhadap keberhasilan pemberian ASI eksklusif di ruang perinatal RSUD Cengkareng. Sampel yang digunakan adalah ibu yang memiliki bayi dan bayinya dirawat di ruang perinatal sebanyak 44 orang responden dengan teknik purposive sampling. Metode yang digunakan adalah cross sectional. Hasil Penelitian ada hubungan psikologis ibu terhadap keberhasilan pemberian ASI eksklusif. Ada hubugan tingkat pengetahuan ibu tentang manajemen laktasi terhadap keberhasian pemberian ASI ekslusif. Hasil uji statistik chi square pada hubungan psikologis didapatkan p sebesar 0,000 dimana P< 0,05. Pada hubungan tingkat pengetahuan didapatkan p sebesar 0,003 dimana P<0,05.

  2. Novitasari (2013) tentang tingkat pengtahuan ibu menyusui tentang manajemen laktasi di Desa Blulukan Colomadu Karanganyar. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif, teknik pengambilan sampel dengan sampel jenuh dengan jumlah responden 42 orang, instrumen penelitian menggunakan kuesioner yang telah diuji validitas dan reliabelitasnya, variabel penelitian menggunakan variabel tunggal, teknik analisa data dengan analisa univariat, menggunakan distribusi frekuensi. Hasil Penelitian tingkat pengetahuan ibu menyusui tentang manajmen laktasi di Desa Blulukan Colomadu Karanganyar pada kategori baik sebanyak 7 responden (16,6%), kategori cukup 26 responden (62,0%) dan kategori kurang 9 responden (21,4%).

3. Zakiyah (2012) tentang “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan

  Pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Semanan Kecamatan Kalideres Jakarta Bar at Tahun 2012”. Penelitian ini menggunakan Disain cross

  

sectional dengan responden ibu yang mempunyai bayi berumur 6-12 bulan

  di Kelurahan Semanan sejumlah 82 orang. Penelitian dilakukan pada Bulan April-Mei 2012. Hasil penelitian didapatkan proporsi pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Semanan sebesar 35,4%. Faktor yang berhubungan dengan Pemberian ASI eksklusif di kelurahan Semanan adalah pendidikan ibu (OR= 4), status pekerjaan (OR=8), pengetahuan ibu (OR=11,56;81,71), dukungan suami (OR= 1,8;4,95) dukungan keluarga ibu (OR=2,9;8,7), dukungan mertua (OR=8,3) dan promosi susu formula (OR=31,54). Faktor yang tidak berhubungan adalah umur ibu.