BAB II TINJAUAN PUSTAKA - BAB II LITA EKA YULIANDARI FARMASI'14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rumah sakit Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 983/Menkes/SK/XI/1992 Rumah Sakit merupakan salah satu tempat dari sarana kesehatan

  menyelenggarakan kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Upaya kesehatan di selengarakan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), pemulihan kesehatan (rehabilitatif). Di negara kitatempat sarana kesehatan (rumah sakit) merupakan rujukan untuk pusat kesehatan masyarakat (puskesmas), untuk menjalankan upaya penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu untuk peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan upaya rujukan.

  Pelayanan-pelayanan ini di klasifikasikan berdasarkan jenis pelayanan, rumah sakit terdiri atas :

  1. Rumah sakit umum Rumash sakit umum memberikan pelayanan kepada berbagai penderita dengan berbagai jenis keluhan, memberi pelayanan seperti penyakit dalam, bedah, pediatrik, psikiatri, ibu hamil, dan sebagainya.

  2. Rumah sakit khusus Rumah sakit kusus adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan diagnosis tertentu baik bedah maupun non bedah, seperti rumah sakit: kanker, bersalin, psikiatri, pediatrik, mata, lepra, tuberkulosis, ketergantungan obat, rumah sakit rehabilitasi dan penyakit kronis.

  a. Pelayanan-pelayanan yang tersedia dalam Rumah Sakit diantaranya: 1). Pelayanan medis 2). Pelayanan farmasis 3). Pelayanan keperawatan 4). Pelayana laboratorium

  3 b. Jenis perawatan 1). Perawatan Penderita Rawat Tinggal

  Dalam perawatan penderita rawat tinggal di rumah sakit adalah mengandung lima unsur tahap pelayanan, yaitu: a). Perawatan Intensif, perawatan bagi penderita kesakitan hebat yang memerlukan pelayanan khusus selama waktu kritis, suatu kondisi apabila ia mampu melakukan kebutuhannya sendiri. Ia dirawat dalam ruang perawatan intensif oleh staf medik dan perawat khusus.

  b). Perawatan Intermediet, adalah perawatan bagi penderita setelah kondisi kritis membaik, yang yang dipindahkan dari ruang perawatan intensif ke ruangan perawatan biasa.

  c). Perawatan Swarawat, adalah perawatan yang dilakukan penderita yang dapat merawat diri sendiri, yang datang ke rumah sakit untuk maksud diagnostik saja atau penderita yang kesehatannya sudah cukup pulih dari kesakitan intensif atau intermediet, dapat dalam tinggal dalam suatu unit perawatan sendiri (self-care unit).

  d). Prawatan Kronis, adalah perawatan penderita dengan kesakitan atau ketidak mampuan jasmani jangka panjang. Mereka dapat tinggal dalam bagian terpisah rumah sakit atau dalam fasilitas perawatan tambahan atau rumah perawatan juga dapat dioperasikan oleh rumah sakit.

  e). Perawatan Rumah, adalah perawatan penderita di rumah yang dapat menerima layanan seperti biasa tersedia di rumah sakit, di bawah suatu perogram yang disponsori oleh rumah sakit. Perawatan rumah ini adalah paling penting, tetapi sangat sedikit diterapkan. Perawatan ini lebih mudah dan memberikan perawatan yang efektif secara pisikolog. 2). Perawatan Rawat Jalan

  Perawatan ini diberikan kepada penderita melalui klinik, yang menggunakan fasilitas rumah sakit tanpa terikat secara fisik di rumah sakit. Mereka datang kerumah sakit untuk pengobatan atau untuk diagnosis, atau datang sebagai kasus darurat (Charles, 2006).

B. Profesi Farmasis

  Profesi farmasis (Apoteker atau asisten apoteker) adalah suatu profesi keahlian di mana sudah teruji lulus standar uji keterampilan meliputi teoritis maupun praktek, oleh suatu perguruan tinggi yang berlangsung cukup lama untuk mendapat gelar S1 (sarjana farmasi) menempuh pendidikan selama 4-5 tahun dan Apoteker kurang lebih selama 1 tahun, telah mengucapkan sumpah berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan bertanggung jawab dalam menjalankan profesinya sebagai farmasis. Salah satu tanggung jawab profesi farmasi adalah dalam pelayanan obat-obatan dalam hal ini farmasi bertanggung jawab secara penuh dari mulai penyimpanan obat- obatan, kualitas obat, menentukan obat untuk pasien meliputi informasi keamanan dan penggunaan obat dan sampai obat menghasilkan efek terapi yang diinginkan untuk pasien. Dalam melayani pasien pun seorang farmasis harus bisa bersikap secara profesional karena dituntut untuk memiliki sifat kepemimpinan (Leadership) dan dipercaya untuk menangani kesehatan maupun keselamatan pasien dengan menghormati kepercayaan pasien, secara pribadi harus bertangung jawab untuk hasil (Outcomes) pasien (Irwan 2008; Riswandayani 2005; Charles 2006).

  Berdasarkan perannya profesi farmasis di Rumah Sakit berada di Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) yaitu suatu bagian/ unit/ divisi atau fasilitas yang berada dirumah sakit tempat penyelenggara dimana peran farmasis ditujukan untuk keperluan Rumah Sakit, yang terdiri atas pelayanan paripurna, mencangkup perencanaan, pengadaan, produksi, penyimpanan perbekalan kesehatan atau sediaan farmasis berdasarkan resep bagi penderita rawat tinggal dan rawat jalan, pengendalian mutu, pengendalian distribusi dan penggunaan seluruh perbekalan kesehatan dirumah sakit. Untuk melaksanakan tugas dan fungsi farmasis yang sangat luas tersebut, IFRS dibagi menjadi dua golongan diantaranya (Charles,2004):

  1. Fungsi klinik Fungsi Klinik, yaitu fungsi secara langsung dilakukan sebagai bagian terpadu dari perawatan pasien atau memerlukan interaksi dengan profesional kesehatan lain yang secara langsung terlibat dalam pelayanan penderita. Contohnya: pemantauan terapi obat; evaluasi penggunaan obat; penanganan bahan sitotoksik; pelayanan di unit perawatan kritis; pemeliharaan formularium; penelitian; pengendalian infeksi di rumah sakit; sentra informasi obat; pemantauan dan pelaporan reaksi obat yang merugikan (ROM); sistem formularium; panitia farmasi; dan terapi sistem pemantauan kesalahan obat; buletin terapi obat; program edukasi (in-service) bagi apoteker, dokter, dan perawat; investigasi obat; dan unit gawat darurat.

  2. Fungsi nonklinik Fungsi nonklinik, yaitu fungsi tidak secara langsung dilakukan sebagian terpadu dan segera dari pelayanan pasien serta lebih sering merupakan tanggung jawab apoteker rumah sakit. Contohnya: perencanan; penetapan spesifikasi produk dan pemasok; pengadaan; pembelian; produksi; penyimpanan; pengemasan dan pengemasan kembali; distribusi; pengendalian semua perbekalan kesehatan yang berdasar dan digunakan di rumah sakit secara keseluruhan.

C. Dokter

  Tenaga kesehatan dalam mencangkup profesi Dokter umum, dokter gigi dan Dokter spesialis salah satu profesi kesehatan dimana telah lulus pendidikan kedokteran baik menempuh pendidikan di dalam maupun luar negeri, yang sudah diakui oleh Negara Indonesia sesuai dengan peraturan pemerintah, memiliki Surat Izin Praktek yang sudah tercantum undang- undang dan sudah memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 yang dikeluarkan oleh pemerintah.

  Praktek yang dilakukan oleh dokter, memiliki peraturan sebagai berikut:

  1. Memberikan perlindungan kepada pasien

  2. Mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan medis yang diberikan oleh profesi dokter

  3. Memberikan kepastian hukum kepada masyarakat, dokter umum, dokter gigi maupun dokter spesialis.

  Praktek dokter adalah kegiatan yang di lakukan untuk menunjang kesehatan pasien melaksanakan upaya kesehatan meliputi (memelihara kesehatan pasien, mencegah penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit dan pemulihan kesehatan) (Irwan, 2008).

D. Pharmaceutical Care

  Dengan berkembangnya jaman, ilmu dan tekhnologi pun semakin berkembang di mana salah satu contoh perkembangan ilmu kesehatan yang signifikan, diantaranya pelayanan kefarmasian meliputi: 1. Asuhan kefarmasian (Pharmaceutical care).

  2. Farmasi berdasarkan bukti (Evidence base pharmacy).

  3. Kebutuhan menjupai pasien (Meeting patients needs).

  4. Penanganan pasien kronis-HIV/AIDS (Chronic patient care hiv/aids).

  5. Pengobatan sendiri (self-medications).

  6. Jaminan mutu pelayanan kefarmasian (quality assurance of pharmaceutical care).

  7. Farmasi Klinis (clinical pharmacy).

  8. Kewaspadaan Obat (pharmacovigilance= MESO) Di sini penulis akan menjelaskan tentang apa yang di maksud dengan

  Asuhan kefarmasian (pharmaceutical care) adalah pelayanan kepedulian farmasi dan tanggung jawab apoteker pada pelayanan yang berubungan dengan pengobatan, bermaksud mencapai hasil yang diinginkan dan memperbaiki kualitas hidup pasien. Hasil terapi yang diinginkan meliputi kesembuhan penyakit, menghilangkan atau mengurangi gejala pasien, menghentikan atau memperlambat proses penyakit, penegahan penyakit atau gejala. Unsur utama dalam kepedulian profesi farmasis berkaitan dengan obat, pelayanan langsung, hasil terapi yang pasti, mutu kehidupan dan tanggung jawab (Siregar, 2006).

  Aplikasi konsep pharmaceutical care ini farmasis komunitas perlu untuk mengurangi tingginya kejadian medication error, salah satunya maslah yang berkaitan dengan pengobatan di antaranya:

  1. Indikasi yang tidak diobati Pasien memerlukan terapi obat, tetapi pasien tidak mendapatkan terapi tersebut.

  2. Seleksi obat yang tidak tepat Pasien mendapatkan terapi obat,tetapi obat yang diberikan salah

  3. Dosis subterapi Pasien mendapatkan terapi obat, tetapi dosis yang di berikan tidak mencapai efek terapi

  4. Gagal menerima obat Pasien membutuhkan terapi obat, tetapi pasien tidak menerima obat dikarnakan hal (alasan farmasetik, pisikologi, sosiologis atau ekonomi)

  5. Lewat dosis Pasien mendapatkan terapi obat, dan obat yang di berikan benar, tetapi dosis yang diberikan melebihi dosis terapi (over dosis)

  6. Reaksi obat merugikan (ROM) Pasien mendapatkan terapi obat, tetapi obat yang diberikan bukan menguntungkan tetapi merugikan pasien

  7. Interaksi obat Pasien mengalami masalah medis, karena adanya intaksi obat-obatan, obat-makanan, atau obat

  • –uji laboratorium

  8. Menggunakan obat tanpa indikasi Pasien mendapat obat (placebo), untuk masalah pengobatan yang tidak absah secara medis.

  Tetapi tidak hanya masalah yang berkaitan dengan obat saja, medication

  

error pun bisa disebabkan karena kepatuhan pasien, atau pun karena respon

  biologis setiap orang berbeda kemungkinan terapi obat yang di tujukan untuk terapi tidak sesuai (Siregar, 2006). Pelaksanaan pharmaceutical care menunjukan kematangan dari seorang farmasis sebagai profesi dan merupakan suatu perkembangan dari banyak kegiatan farmasi klinik. Tujuan dari pharmaceutical care menurut standar pelayanan farmasi di Rumah Sakit yaitu (Anonim, 2006) :

  1. Melangsungkan pelayanan farmasis yang optimal baik dalam keadaan biasa maupun dalam keadaan gawat darurat, sesuai dengan keadaan pasien maupun fasilitas yang tersedia.

  2. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan profesional berdasarkan prosedur kefarmasian dan kode etik profesi.

  3. Melaksanakan KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi) mengenai obat.

  4. Menjalankan pengawasan obat berdasarkan aturan-aturan yang berlaku.

  5. Melakukan dan memberi pelayanan bermutu melalui analisa, telaah dan evaluasi pelayanan.

  6. Mengadakan penelitian di bidang farmasi dan peningkatan metode.

  Inti dari tiap pelayanan adalah hubungan orang pertama dengan pihak kedua, antar seorang pelaku pelayanan dan seorang pasien, di mana kepedulian farmasis menunjukan kematangan farmasis sebagai suatu profesi (Siregar, 2006).

E. Persepsi

  Menurut Gibson (cit Budirahayu, 2003), persepsi merupakan penafsiran terhadap stimulus yang terorganisir yang mempengaruhi sikap dan perilaku. Persepsi merupakan bagian yang penting bagi seseorang dalam mengambil keputusan. Persepsi seseorang terhadap suatu objek akan menentukan tindakan yang akan dilakukan terhadap objek yang bersangkutan. Bentuk atau sifat tindakannya tergantung dari keadaan individu yang mengamati dan mengiterpretasi. Menurut wardoyo (2002), persepsi merupakan aktivitas yang

  , maka seluruh apa yang ada dalam individu seperti penilaian,

  integrated

  pengalaman, keyakinan, dan sikap-sikap yang lain yang ada dalam diri individu akan ikut berperan dalam individu tersebut. Berdasarkan hal tersebut dapat di kemukakan bahwa dalam persepsi itu sekalipun stimulusnya sama tetapi hasil dari setiap individu dapat berbeda. Keadaan tersebut memberikan gambaran bahwa persepsi persepsi bersifat individu.

  Dari semua pengertian persepsi dapat disimpulkan, Persepsi merupakan penafsiran terhadap stimulus terorganisir yang mempengaruhi sikap dan perilaku. Persepsi merupakan bagian dari seseorang untuk mengambil keputusan terhadap objek di mana menentukan bentuk atau sifat tindakannya tergantung dari keadaan individu yang mengamati dan menginterpretasi (Febriantoro, 2008).