EKSPLORASI SUMBERDAYA ALAM (Biokompos, Bioaktivator, Biochar dan FMA) UNTUK MENGEMBANGKAN TANAMAN PANGAN SISTEM ORGANIK DI LAHAN KERING - Repository UNRAM

  

Dengan Menyebut Nama Allah

Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang

  

PROSIDING

SEMINAR NASIOAL MIPA 2017

TEMA

“Pengelolaan Ekosistem Berwawasan Lingkungan”

  

Senin, 11 Desember 2017

Safa Marwa Ballroom, Grand Madani Hotel

Mataram, Nusa Tenggara Barat.

  

Reviewer:

Prof. Dr. Ir. I Made Sudantha, M.S

Prof. Dr. Agil Al Idrus, M.Si

  

Penerbit UNW Mataram Press

Prosiding Seminar Nasional MIPA 2017

  Tema: “Pengelolaan Ekosistem Berwawasan Lingkungan” Penyunting : Dwi Kartika Risfianty, M.Si dkk Desain Cover : Tim UNW Mataram Press Pemeriksa Aksara: Tim UNW Mataram Press Lay Out : Tim UNW Mataram Press Cetakan Pertama : Jumadal Awwal 1439 H/ Januari 2018 M

Penerbit UNW Mataram Press

  Jl. Kaktus No. 1 -3 Mataram (0370) 641275 Bekerjasama dengan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Nahdlatul Wathan Mataram

  1439/ 2018, xi + 135 hlm

ISBN: 978-602-60761-8-2

  

Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang mengutip atau memperbanyak

sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apapun, tanpa izin tertulis dari

Penerbit.

  

Artikel pada prosiding ini dapat digunakan, dimodifikasi dan disebarkan secara bebas

untuk tujuan bukan komersil (non profit) dengan syarat tidak menghapus atau mengubah

atribut penulis. Tidak diperbolehkan melakukan penulisan ulang kecuali mendapatkan izin

terlebih dahulu dari penulis.

  

Prosiding Seminar Nasional MIPA 2017

“Pengelolaan Ekosistem Berwawasan Lingkungan”

  

Mataram, 11 Desember 2017

Copyright Notice

  ©

Seluruh isi dalam prosiding ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab masing-masing

penulis. Jika dikemudian hari ditemukan indikasi plagiasi dan berbagai macam kecurangan

akademik yang dilakukan oleh para penulis maka pihak penyelenggara dan tim penyunting

(editor) tidak bertanggungjawab atas segala bentuk plagiasi dan berbagai macam

kecurangan akademik yang terdapat pada isi masing-masing naskah yang diterbitkan dalam

Prosiding ini. Para penulis tetap mempunyai hak penuh atas isi tulisannya tetapi

mengijinkan bagi setiap orang yang ingin mengutip isi tulisan dalam Prosiding ini sesuai

dengan aturan akademik yang berlaku.

  

Susunan Panitia Penyelenggara

Advisory committee

TGH.L.G.M. Ali Wirasakti Amir Murni, Lc.,MA

Irfan Jayadi, SP., M.Si

Organizing committee Technical Meeting

  Leny Fitriah, M.Pd Siti Fatimah Dwi Kartika Risfianty, M.Si Nurfiah Dwi Novitasari, M.Pd Romi Saputra Irna Ilsa Nuriza, M.Si Uswatun Hasanah Dwi Agustini, M.Pd Zuriya Ulva Pahrurrozi, M.Pd Nurhyani

Reviewer:

  Prof. Dr. Ir. I Made Sudantha, M.S Prof. Dr. Agil Al Idrus, M.Si

Penyunting:

  Dwi Kartika Risfianty, M.Si Dwi Novitasari, M.Pd Leny Fitriah, M.Pd Irna Ilsa Nuriza, M.Si

  

PROSIDING SEMINAR NASIONAL MIPA 2017

UNIVERSITAS NAHDLATUL WATHAN MATARAM

Tema

  

“Pengelolaan Ekosistem Berwawasan Lingkungan”

DEWAN REDAKSI

Penanggung Jawab

  

Irfan Jayadi, SP., M.Si

(Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UNW Mataram)

Reviewer

  

Prof. Dr. Ir. I Made Sudantha, M.S

Prof. Dr. Agil Al Idrus, M.Si

Penyunting Pelaksana

  

Dwi Kartika Risfianty, M.Si

Dwi Novitasari, M.Pd

Leny Fitriah, M.Pd

Irna Ilsa Nuriza, M.Si

  

Dwi Agustini, M.Pd

Pahrurrozi, M.Pd

Diselenggarakan Oleh :

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

  

Universitas Nahdlatul Wathan Mataram Alamat Redaksi : Jalan Kaktus Nomor 1-3 Mataram, Nusa Tenggara Barat Email : [email protected] Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas terselenggaranya kegiatan Seminar Nasional MIPA 2017 Fakultas MIPA Universitas Nahdlatul Wathan Mataram. Seminar ini merupakan seminar pertama yang diadakan oleh Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam dengan mengangkat tema “Pengelolaan Ekosistem Berwawasan Lingkungan”. Seminar ini diadakan sebagai media edukasi, diskusi, transformasi, dan aspirasi sebagai strategi pengendalian pencemaran ekosistem secara efektif dan efisien, serta dapat memberikan solusi dan membangun tindakan preventif bersama mencegah kerusakan lingkungan.

  Seminar Nasional MIPA 2017 ini diikuti oleh berbagai kalangan yaitu siswa sekolah, Bapak/Ibu dosen dari berbagai perguruan tinggi serta dari berbagai instansi pemerintah lainnya. Dalam Seminar ini juga dipresentasikan sejumlah makalah/artikel hasil penelitian yang telah dilakukan dari bidang kajian pengendalian lingkungan, pertanian, pertenakan, limbah kimia, dll.

  Disamping itu untuk menambah wawasan tentang Pengelolaan Ekosistem kepada para peserta seminar secara komprehensif, kami mengundang narasumber utama/ Keynote Speaker yaitu: 1.

  Dr. Ir. Aryo Hanggono, DEA. Staf ahli bidang Ekologi dan Sumber Daya Laut Kementerian Perikanan dan Kelautan RI 2. Ir. Kemal Amas, M.Sc.Sekertaris Direktorat Jendral Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI

  Mataram dengan judul makalah “Eksplorasi Sumber Daya Alam (Biokompos, Bioaktivator, Biochar dan FMA) untuk Mengembangkan Tanaman Pangan Sisitem Organik di Lahan Kering” 4. Prof. Ir. M. Taufik Fauzi, M.Sc, Ph.D ahli bidang penyakit tumbuhan dari Program Studi

  Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Mataram dengan judul makalah “Mikrobia untuk Mengendalikan Tumbuhan Pengganggu yang Ramah Lingkungan pada Berbagai

  Ekosistem” 5. Prof. Julian Heyes BSc (Hons), D.Phil.,PGDip. ahli bidang Postharvest Technology dari

  Massey University of New Zealand dengan judul makalah “Sustainability Issues In

  Postharvest Handling Of Fresh Products

  ” Makalah-makalah yang terhimpun pada kegiatan Seminar Nasional MIPA 2017 kami sajikan dalam Prosinding Seminar Naional MIPA. Upaya penyuntingan Prosiding ini telah diupayakan sebaik mungkin. Kami menyadari sepenuhnya, bahwa masih terdapat kesalahan dan kekurangan dalam penyusunan Prosiding ini. Kritik dan saran sangat kami harapkan guna perbaikan pada penerbitan yang akan datang.

  Kami selaku panitia mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak dan Ibu Peserta atas partisipasinya khususnya kepada narasumber dan secara seluruh pihak yang telah mendukung dan membantu terselenggaranya acara Seminar Nasional MIPA 2017 dan terselesaikannya penyuntingan dan penerbitan Prosiding ini. Semoga acara Seminar Nasional MIPA 2017 dan penerbitan Prosiding ini bermanfaat bagi kita semua.

  Mataram, 11 Desember 2017 Ketua Panitia

  

DAFTAR ISI PROSIDING

  Halaman

  KATA PENGANTAR ....................................................................................................... vii DAFTAR ISI PROSIDING ............................................................................................. ix DAFTAR MAKALAH 1 2 Afe Dwiani , Suburi Rahman

  Uji Organoleptik MP-Asi Biskuit Bayi yang Terbuat Dari Campuran Tepung Pisang Kepok, Tepung Kacang Tunggak dan Tepung Kelor (Hedonic Test of Weaning Biscuits

  from Banana Flour, Moringa Flour and Cowpea Flour ) ................................................... 1 1 2

  • – 5

  I Made Mega , I Made Oka Adi Parwata

  Screening Fitokimia dan Aktivitas Antiradikal Bebas Ekstrak Metanol Batang Gaharu dan Minyak Atsiri Batang Gaharu (Gyrinops versteegii) .................................................. 6 1 2

  • – 11

  Wiwi Noviati , Eryuni Ramdhayani

  Efektivitas Daun Mimba dan Daun Jeruk Nipis Sebagai Insektisida Kutu Beras (Sitophilus oryzae) .............................................................................................................. 12 1 2 3 – 15

  Hermansyah , Indah Dwi Lestari , Syafruddin

  Identifikasi Kearifan Tradisional Masyarakat Dalam Pemanfaatan dan Pelestarian Sumberdaya Alam Pesisir (Studi Kasus Masyarakat Pesisir di Desa Bungin, Kecamatan Alas Kabupaten Sumbawa) ............................................................................ 16 1 2 3 4 – 21

  Munawir Sazali , Laili Indana Zulpa , Ilham Kusuma , Edwin Pane

  Peran Kanopi Pohon Sebagai Ecosystem Services Berbasis Iklim Mikroterhadap Kenyamanan Pengendara Motor di Selaparang Kota Mataram .......................................... 22 1 2

  • – 27

  Nefi Andriana Fajri , Muhammad Ali

  Aplikasi Tekhnologi Molekuler Untuk Deteksi Virus Lobster Air Tawar ......................... 28 1 2

  • – 31

  Ria Harmayani , Dian Oktaviana Said

  Produksi Limbah Tanaman Aren (Arenga pinnata) dan Potensinya Sebagai Pakan di Kabupaten Lombok Barat ................................................................................................... 32 1 2 3 – 37

  Sri Mulyani , Andi Gusti Tantu , Wilson Reimas

  Pengaruh Suhu yang Berbeda Terhadap Penyerapan Kuning Telur Larva Ikan Kerapu Epinephelus fuscoguttatus ...................................................................................................

  38 1 2 3

  • – 42

  Aria Dirawan , Suranto , Sunarto

  Analisis Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) Unggulan di Kawasan Hutan Kemasyarakatan (HKm) Kecamatan Batukliang Utara Kabupaten Lombok Tengah ......... 43 1 2 – 47

  I Gde Adi Suryawa Wangiyana , Sukardi Malik

  Eksplorasi Rizosfer Hutan Senaru Sebagai Sebagai Media Tumbuh Bibit Gyrinops

  versteegii Dalam Rangka Budidaya Gaharu Berkelanjutan ................................................ 48 1 2

  • – 52

  Dahlia Andayani , Indah Mayang Sari

  Efek Herba Krokot (Portulaca oleracea, L.) Menurunkan Kadar Glukosa Darah Mencit dengan Metode Uji Toleransi Glukosa ................................................................................ 53

  • – 58

  I Nengah Surata Adnyana

  Saluran Pemasaran Padi yang Menerapkan Sistem Tanam Jajar Legowo (Kasus Disubak Tumpeng, Desa Batuan Kaler, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar) ......... 59

  • – 6 65

  Indra Cahyono

  Pengaruh Emulsi Limbah Perut Ikan Terhadap Pertumbuhan Kerapu Tikus (Cromileptis

  altivelis ) ............................................................................................................................... 66 1 2 3 4 – 69 Rahmi , Jamaluddin Jompa , Akbar Tahir , Alexander Rantetondok

  Transmisi Bakteri Acinetobacter sp RA3849 Pada Acropora cervicornis

  • –Suhu Terhadap Laju Infeksi dan Struktur Morfologi Karang ...................................................................... 70
  • 1 2 3 – 76

      Muhsinul Ihsan , Trijoko , Nastiti Widjayanti

      Optimalisasi Bentuk, Ukuran dan Water Stability Pelet Gel Berbahan Baku Lokal Untuk Mendukung Industri Budidaya Lobster di Indonesia .......................................................... 77 1 2 – 80

      Wahyu Yuniati Nizar , Mareta Karlin Bonita

      Asosiasi Fungi Mikoriza Arbuskular (FMA) Pada Tanaman Kehutanan di Areal Hutan Tanaman Rakyat Koperasi Maju Bersama Desa Batu Jangkih Kabupaten Lombok Tengah .................................................................................................................. 81 1 2 3 – 85

      I Wayan Sweca Yasa , Agustono Prarudiyanto , Soegeng Prasetyo

      Perubahan Komposisi Kimia Dedak Padi Terstabilisasi Gelombang Mikro Selama Penyimpanan ....................................................................................................................... 86 1 2 3

    • – 95

      Dahlifa , Erni Indrawati , Rofinus Taur

      Kandungan Logam Berat Plumbum (Pb) Pada Hati Kerang Corbiculajavanica di Sungai Maros ............................................................................................................................... 96 1 2

    • – 101

      Mariani , Sugiarta

      Pengaruh Air Limbah Rumah Tangga Terhadap Pertumbuhan Bawang Merah ................. 102 1 2 3 – 105

      Yuni Mariani , Ni Made Andry Kartika , Nevi Adriana Fajri

      Penambahan Bakteri Lactobacillus plantarum Terhadap Kualitas Nutrisi Silase Kulit Pisang Kepok (Musa paradisiaca L) Sebagai Pakan Ternak .............................................. 106 1 2

    • – 110

      Ni Made Andry Kartika , Yuni Mariani Addition Ekstrak Of Rosella (Hibiscus Sabdarifa Linn) As Egg Yolk Subtitution At Extender Base On Tris To Maintain The Quality Of Etawah Crossbreed Buck Spermatozoa Preservad At 32 ⁰C ......................................................................................... 111

    • – 115

      Didin Hadi Saputra

      Pengelolaan Lingkungan Berbasis ISO ............................................................................... 116

    • – 118

      Agil Al Idrus

      Ekosistem Mangrove Dan Perubahan Paradigma Masyarakat Di Kawasan Pantai Tanjung Luar Kecamatan Keruak Lombok Timur .............................................................. 119

    • – 130

      Agus Sulistyono, Juli Santoso, Hadi Suhardjono, Widiwurjani

      Penerapan Teknologi Internal Input dari Kotoran Sapi dalam Pengembangan Potensi Daerah Melalui Program Akselerasi Inovasi Secara Terpadu ............................................ 131 1 2 3 4 Muhamad Husni Idris , Mahrup , Budi Setiawan , Fahrudin

      Paradigma Pengelolaan Hutan Lindung Berbasis Masyarakat Dalam Integrasi Tanaman Serbaguna dan Kayu ........................................................................................................... 132

      Makhziah, Sukendah, Ida Retno Moeljani, Juli Santoso

      Pendugaan Parameter Genetik Mutan Jagung yang Diradiasi dengan Sinar Gamma

      1 2 3 Suwandi , Hadi Suhardjono , Sukartiningrum

      Potensi dan Efektifitas Berbagai Formulasi Pupuk Kotoran Kelinci ................................ 134 1 2 3 Mahmud , Chairul Abdi , Aulia Rahma Pengaruh Pra-Perlakuan Adsorpsi Karbon Aktif Terhadap Fouling Membran Ultrafiltrasi Polisulfon (UF-PSf) Pada Penyisihan Bahan Organik Alami (BOA) Air Gambut ................................................................................................................................ 135

      I Made Sudantha (Keynote Speaker)

      Eksplorasi Sumberdaya Alam (Biokompos, Bioaktivator, Biochar Dan Fma) Untuk Mengembangkan Tanaman Pangan Sistem Organik Di Lahan Kering

      ………… 136-150

      I Made Sudantha, M. Taufik Fauzi, Suwardji (Pemakalah)

      Uji berbagai cara dan dosis aplikasi larutan ekstrak kompos yang difermentasikan dengan jamur trichoderma spp. Terhadap pertumbuhan dan hasil kedelai ……………… 151-161

      I Made Sudantha

    EKSPLORASI SUMBERDAYA ALAM (Biokompos, Bioaktivator, Biochar dan FMA)

    UNTUK MENGEMBANGKAN TANAMAN PANGAN SISTEM ORGANIK

      

    DI LAHAN KERING

    Prof. Dr. Ir. I Made Sudantha, MS.

      Program Magister Pengelolaan Sumberdaya Lahan Kering Universitas Mataram

      

    Email: [email protected]

    ABSTRAK

      

    Pertanian organik merupakan salah satu model pertanian terpadu berkelanjutan berpotensi untuk

    dikembangkan baik pada lahan basah maupun lahan kering di NTB. Beberapa komoditas prospektif yang

    dapat dikembangkan dengan sistem pertanian organik di NTB antara lain tanaman pangan, hortikultura,

    perkebunan, tanaman rempah dan obat. Pertanian organik dapat diimplementasikan melalui perbaikan

    pengharaan tanaman terpadu dan pengelolaan hama dan penyakit terpadu (PHT) biointensif. (1)

    Pengharaan tanaman terpadu merupakan rekayasa di bidang tanah meliputi: (a) Teknologi daur ulang

    limbah pertanian menjadi pupuk organik menggunakan mikrobia pengurai seperti bakteri Azospirillum, EM-

    4 dan jamur Trichoderma. Pupuk organik meliputi pupuk kandang, pupuk hijau dan kompos. (b) Teknologi

    pupuk hayati yaitu merupakan inokulan berbahan aktif organisme hidup yang berfungsi untuk

    menambat hara tertentu atau memfasilitasi tersedianya hara dalam tanah bagi tanaman, seperti

    menggunakan bakteri Rhizobium, jamur Mikoriza, jamur Trichoderma. (c) Keseimbangan pupuk anorganik,

    yaitu pemberian pupuk anorganik pada porsi yang seimbang dengan pupuk organik. (2) Pengelolaan PHT

    biointensif merupakan penerapan PHT dengan pendekatan ekologi yang lebih ditekankan pada kondisi yang

    menguntungkan musuh alami dan merugikan OPT. Ada dua pilihan dalam pengelolaan PHT biointensif,

    yaitu: (a) Proaktif dengan menerapkan rotasi tanaman dan menciptakan habitat untuk organisme yang

    bermanfaat. (b) Reaktif dengan pelepasan agens pengendali hayati, pengendalian mekanik dan fisik, dan

    penggunaan biopestisida atau pestisida biorasional yang berasal dari bahan alami dan mikrobia yang

    mempunyai spektrum sempit dan aman terhadap lingkungan. Pestisida nabati misalnya nimba, tuba,

    cengkeh. Pestisida mikroba seperti bakteri Basillus thuringiensis (Bt), jamur Beauveria bassiana (Bb) dan

    Metarhizium anisopliae (Ma) untuk pengendalian hama, jamur Trichoderma harzianum (Th) dan

    Gliocladium virens (Gv) untuk pengendalian patogen.

      _________________________________________________

    Kata kunci: Pertanian organik, biokompos, bioaktivator, biochar, FMA,jamur Trichoderma spp., lahan kering

      I Made Sudantha PENDAHULUAN

      Pembangunan bidang pertanian di Indonesia yang sudah dimulai sejak Pelita I telah menunjukkan keberhasilan dengan semakin meningkatnya berbagai hasil tanaman dan semakin banyaknya komoditas yang diusahakan. Sebagai tindak lanjut dari keberhasilan tersebut, maka kebijaksanaan pembangunan pertanian lebih ditekankan pada agribisnis dan agroindustri yang berwawasan lingkungan, agar tercapai sistem pertanian yang berkelanjutan (sustainable ).

      agriculture

      Pembangunan di bidang pertanian tidak hanya terbatas pada tanaman pangan semata, tetapi juga tanaman hortikultura. Untuk tanaman pangan khususnya beras Indonesia pernah bersuasembada yaitu pada tahun 1984 dan dengan hasil kerja keras kembali berswasembada beras pada tahun 2007, sedangkan perkembangan tanaman hortikultura saat ini sangat pesat sejalan dengan semakin banyaknya permintaan terhadap hasil tanaman hortikultura seperti sayuran, buah- buahan dan tanaman hias.

      Pertanian modern yang dibutuhkan masa kini adalah pertanian yang mampu berproduksi tinggi secara terus menerus (berkelanjutan), tanpa merusak lahan dan lingkungan, serta menghasilkan bahan makanan yang sehat dan bergizi.

      Konsep pertanian modern berkelanjutan pada dasarnya adalah pengelolaan ekosistem pertanian (agroekosistem), yaitu ditujukan untuk meningkatkan produksi tanaman dengan memperhatikan kelestarian lahan dan sumber daya alam lainnya, kualitas pangan serta kesehatan manusia. Implementasi pertanian modern ini adalah mengoptimalkan pemanfaatan limbah organik dan mampu berproduksi tinggi serta berkelanjutan. Pertanian berkelanjutan memiliki tujuan dan sifat sebagai berikut: (1) Aman dari segi lingkungan, (2) produktif, (3) layak ekonomi, dan (4) secara sosial diinginkan.

      Sistem pertanian berkelanjutan dapat dilaksanakan dengan menggunakan empat macam model sistem, yaitu sistem pertanian organik, sistem pertanian terpadu, dan sistem pertanian masukan luar rendah.

      Pertanian organik akhir-akhir ini semakin marak dibicarakan karena didasari oleh rasa keprihatinan yang serius terhadap timbulnya berbagai permasalahan pada sebagian besar lahan pertanian akibat penerapan teknik budidaya yang berorientasi pada sistem pertanian anorganik, yaitu penggunaan pupuk dan pestisida kimia secara berlebihan.

      Penerapan sistem pertanian anorganik yang lebih mengutamakan penggunaan pestisida dan pupuk kimia, walaupun dapat meningkatkan produksi tanaman secara nyata (untuk sementara waktu), pada kenyataannya menyebabkan kerusakan fisik, kimia dan biologi tanah, yang akhirnya bermuara kepada semakin luasnya lahan kritis dan marginal. Selain itu menimbulkan pencemaran pada tanah dan tanaman, sehingga hasil panen menjadi tidak laku di pasar dunia karena mengandung residu pestisida yang membahayakan bagi konsumen.

      Dalam upaya meningkatkan produksi tanaman pangan dan hortikultura baik kuantitas mapun kualitas sudah selayaknya praktek pertanian anorganik ditinggalkan, karena pertanian anorganik sangat bertumpu pada penggunaan masukkan produksi berenergi tinggi dan tidak ekonomis seperti penggunaan pupuk buatan atau pestisida yang berlebihan dan tidak akrab lingkungan.

      Bahaya dan dampak negatif praktek pertanian anorganik bagi lingkungan hidup antara lain: (1) terjadinya pencemaran air tanah dan air permukaan, (2) bahaya bagi kesehatan manusia, (3) merugikan dari segi keamanan dan kualitas makanan, (4) terjadinya penurunan keanekaragaman hayati, (5) pembunuhan satwa liar dan serangga berharga lain oleh pestisida, (6) berkembangnya sifat ketahanan berbagai hama dan penyakit terhadap pestisida, (7) pengurangan kadar bahan organik tanah, (8) ketergantungan yang besar terhadap sumber daya alam yang tidak terbarukan, (9) resiko terhadap kesehatan dan keamanan bagi pekerja.

      Oleh karena itu dalam rangka pelaksanaan pembangunan ber-kelanjutan cara pendekatan, strategi dan teknologi pertanian anorganik secara bertahap harus dirubah dan diperbaiki menjadi pertanian organik sebagai bagian dari sistem pertanian berkelanjutan. Salah satu unsur yang mendukung terlaksananya sistem ini adalah penggunaan bahan-bahan akrab lingkungan seperti kompos dan biopestisida sebagai pengganti pupuk atau pestisida sintetis.

      I Made Sudantha

      Untuk mengatasi gangguan fisiologis pada produk-produk pangan dan hortikultura yang akan dipasarkan yang mana kesehatan produksi dan lingkungan sudah menjadi persyaratan utama. Dalam UU No. 12/1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman, dalam pengendalian hama dan penyebab penyakit digunakan sistem Pengelolaan Hama Terpadu (PHT) yaitu diupayakan sebesar- besarnya pemanfaatan unsur-unsur alami, sedangkan penggunaan pestisida kimiawi apabila unsur- unsur lingkungan sudah tidak mampu lagi mengendalikan hama dan penyebab penyakit. Dengan demikian, sistem produksi yang ramah lingkungan sebagaimana kecenderungan konsumen di negara-negara maju saat ini dapat dipenuhi.

      POTENSI PENGEMBANGAN PERTANIAN BERKELANJUTAN

      Pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture) adalah pertanian dengan memanfaatkan sumber daya yang dapat diperbaharui (renewable resources) dan sumberdaya tidak dapat diperbaharui (unrenewable resources) untuk proses produksi pertanian dengan menekan dampak negatif terhadap lingkungan seminimal mungkin. Keberlanjutan yang dimak- sud meliputi: penggunaan sumberdaya, kualitas dan kuantitas produksi, serta lingkungannya. Proses produksi pertanian yang berkelanjutan akan lebih mengarah pada penggunaan produk hayati yang ramah terhadap lingkungan.

      Pendekatan sistem pertanian ber-kelanjutan adalah pendekatan sistem pertanian yang mengintegrasikan agroteknologi baru ke dalam sistem pertanian yang telah ada dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas kehidupan (quality of life). Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan suatu pendekatan pertanian berkelanjutan yang bersifat proaktif, berdasarkan pengalaman dan partisipatif.

      Sistem pertanian berkelanjutan dapat dilaksanakan dengan meng-gunakan empat macam model sistem, yaitu sistem pertanian organik, sistem pertanian terpadu, dan sistem pertanian masukan luar rendah.

      Konsep sistem pertanian terpadu adalah mengkombinasikan berbagai macam spesies tanaman dan hewan dan penerapan beraneka ragam teknik untuk menciptakan kondisi yang cocok untuk melindungi lingkungan juga membantu petani menjaga produktivitas lahan mereka dan meningkatkan pendapatan mereka dengan adanya diversifikasi usaha tani.

      Pertanian terpadu merupakan sistem pertanian yang selaras dengan kaidah alam, yaitu mengupayakan suatu keseimbangan di alam dengan membangun suatu pola relasi yang saling menguntungkan dan berkelanjutan di antara setiap komponen ekosistem pertanian yang terlibat, dengan meningkatkan keanekaragaman hayati dan memanfaatkan bahan-bahan limbah organik. Peningkatan kaenekaragaman hayati merupakan hal penting dalam menanggulangi hama penyakit, pengurangan resiko, sedangkan pemanfaatan limbah organik perlu untuk menciptakan keseimbangan siklus energi (terutama unsur hara) yang berkelanjutan, serta untuk kepentingan konservasi tanah dan air.

      POTENSI PENGEMBANGAN PERTANIAN ORGANIK

      Pertanian organik merupakan salah satu bagian pendekatan pertanian berkelanjutan, yang di dalamnya meliputi berbagai teknik sistem pertanian, seperti tumpangsari (inter-cropping), penggunaan mulsa, penanganan tanaman dan pasca panen. Pertanian organik memiliki ciri khas dalam hukum dan sertifikasi, larangan penggunaan bahan sintetik, serta pemeliharaan produktivitas tanah.

      Pertanian organik adalah sistem pertanian yang mampu menyeimbangkan secara alami antara produktivitas dengan berbagai permasalahan dalam produksi pertanian seperti permasalahan hama, penyakit, gulma dan rusaknya lingkungan serta dapat mempertahankan kualitas lahan untuk kepentingan generasi yang akan datang. Dalam prakteknya pertanian organik merupakan sistem bertani yang menghindarkan atau menggunakan seminimal mungkin masukan pupuk anorganik, pestisida, zat pengatur tumbuh, makanan tambahan dengan bahan kimia untuk peternakan, bahan-

      I Made Sudantha

      bahan kimia lain yang mempunyai potensi membahayakan kesehatan. Teknologi yang diterapkan termasuk rotasi tanaman, teknik tanpa olah tanah, penggunaan residu tanaman, pupuk organik, pupuk hayati, pupuk hijau, dan hasil limbah organik pertanian lainnya serta penggunaan batuan alam yang kaya unsur hara.

      The International Federation of Organic Agriculture Movements (IFOAM)

      menyatakan bahwa pertanian organik bertujuan untuk: (1) menghasilkan produk pertanian yang berkualitas dengan kuantitas memadai, (2) membudidayakan tanaman secara alami, (3) mendorong dan meningkatkan siklus hidup biologis dalam ekosistem pertanian, (4) memelihara dan meningkatkan kesuburan tanah jangka panjang, (5) menghindarkan seluruh bentuk cemaran yang diakibatkan penerapan teknik pertanian, (6) memelihara keragaman genetik sistem pertanian dan sekitarnya, dan (7) mem-pertimbangkan dampak sosial dan ekologis yang lebih luas dalam sistem usaha tani.

      Beberapa tahun terakhir, pertanian organik modern masuk dalam sistem pertanian Indonesia secara sporadis dan kecil-kecilan. Pertanian organik modern berkembang memproduksi bahan pangan yang aman bagi kesehatan dan sistem produksi yang ramah lingkungan. Tetapi secara umum konsep pertanian organik modern belum banyak dikenal dan masih banyak dipertanyakan. Penekanan sementara ini lebih kepada meninggalkan pemakaian pestisida sintetis.

      Dengan makin berkembangnya pengetahuan dan teknologi kesehatan, lingkungan hidup, mikrobiologi, kimia, molekuler biologi, biokimia dan lain-lain, pertanian organik terus berkembang.

      Di Indonesia, pertanian organik sudah berkembang sekitar 10 tahun yang lalu, kemudian meningkat pesat sejak terjadi krisis moneter, yang mana sebagian besar saprodi yang digunakan petani melonjak harganya berkali-kali lipat. Petani mulai melirik alternatif lain dengan model pertanian organik. Melalui proses adaptasi, pertanian organik mulai mendapat respon yang cukup baik, dengan ditandai oleh bermunculnya kelompok petani organik di berbagai daerah. Di Jawa Tengah, sentra pertanian organik terletak di Klaten, Yogyakarta, Karanganyar, Magelang, dan Kulonprogo. Di Jawa Barat; Bogor, Bandung dan Kuningan. Di Jawa Timur; Malang, serta beberapa daerah di Bali dan NTB.

      Provinsi NTB dengan Program PIJAR (Sapi, Jagung, dan Rumput laut) sebenarnya merupakan adopsi dari konsep pertanian terpadu. Dalam usahatani jagung untuk mendapatkan tingkat produktivitas yang tinggi, kualitas yang baik, dan efisien maka penerapan teknologi produksi jagung melalui pendekatan pengelolaan tanaman secara terpadu (PTT-jagung) dengan memadukan berbagai komponen teknologi yang memberikan pengaruh sinergistik. Teknologi produksi yang dimaksud meliputi varietas unggul, benih bermutu, populasi tanaman yang optimal, pengelolaan hara dan air yang efisien, pengendalian jasad pengganggu dan teknologi pasca panen yang sesuai dengan kondisi lahan dan sosial ekonomi petani.

      Perubahan paradigma pertanian baru dari pertanian anorganik menuju pertanian organik untuk tanaman lainnya tidak bisa dilakukan secara drastis, apalagi sistem yang ada sudah berjalan dalam kurun waktu cukup panjang dan program paket masih terus berjalan. Dengan demikian di NTB perlu adanya sosialisasi pertanian organik secara bertahap yaitu membangun kembali kesadaran akan pentingnya penggunaan pupuk organik, meluruskan berbagai pandangan yang kurang tepat dan mengembangkan cara penggunaan yang efektif dan efesien serta membangun industri penghasil pupuk organik. Akhir-akhir ini di kota-kota besar terlihat ada kecenderungan bahwa harga hasil tanaman dengan pupuk organik relatif lebih tinggi daripada tanaman dengan pupuk anorganik, sehingga hal ini dapat digunakan sebagai pendorong penerapan pertanian organik.

      Meskipun pertanian organik ini masih sedikit diusahakan, akan tetapi pertumbuhannya sangat penting di dalam sektor pertanian. Sebagai gambaran, di Austria dan Switzerland menunjukkan bahwa kebutuhan pertanian organik diperkirakan mencapai lebih dari 10 persen, sedangkan Amerika, Perancis, Jepang dan Singapura meningkat rata-rata 20 persen setiap tahun.

      Permintaan akan produk-produk organik merupakan peluang dunia usaha baru baik untuk tujuan ekspor maupun kebutuhan domestik. Beberapa negara berkembangpun mulai memanfaatkan peluang pasar ekspor produk organik ini terhadap negara maju, diantaranya

      I Made Sudantha

      buah-buah daerah tropik untuk industri makanan bayi ke Eropa, herbas Zimbabwe ke Afrika Selatan, kapas Afrika ke Uni Eropa, dan teh Cina ke Belanda dan kentang ke Jepang.

      Umumnya, ekspor produk organik dijual dengan harga cukup tinggi, biasanya 20% lebih tinggi dari produk pertanian non-organik. Keuntungan pertanian organik sangat bervariasi, dalam beberapa kajian ekonomi menyatakan bahwa pertanian organik memiliki akses nyata terhadap prospek jangka panjang. Beberapa studi menunjukkan bahwa pertanian organik berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah tenaga kerja dibandingkan dengan pertanian konvensional. Terutama pada sistem pertanian organik melalui diversifikasi tanaman, perbedaan pola tanam dan jadwal tanam dapat mendistribusikan kebutuhan tenaga kerja berdasarkan waktunya.

      Komoditas pertanian organik yang dapat dikembangkan di NTB dan memiliki potensi pasar yang baik, yaitu:

      1. Tanaman Pangan (padi, jagung, kedelai, kacang tanah) 2.

      Hortikultura sayuran (brokoli, kubis merah, petsai, caisin, cho putih, kubis tunas, bayam daun, pare, kacang panjang, mentimun).

      3. Buah (nangka, durian, mangga, jeruk, anggur dan manggis), 4.

      Perkebunan (kelapa, jambu mete, cengkeh, pisang, vanili dan kopi), 5. Rempah dan obat (Jahe, kunyit, dan temu-temuan lainnya),

      Beberapa kendala yang mungkin dihadapi dalam pengembangan pertanian organik, antara lain:

      1. Adanya hama/penyakit “migran” dari kebun/sawah yang non-organik ke organik, sehingga produktivitas lahan menjadi semakin rendah.

      2. Akibat rendahnya produksi tidak bisa mengimbangi permintaan pasar yang ada.

      3. Dalam pertanian organik yang murni disyaratkan tanah relatif masih “perawan”, padahal penelitian menunjukkan bahwa tanah pertanian di Indonesia sudah jenuh fosfat.

      4. Pasar terbatas, karena produk organik hanya dikonsumsi oleh kalangan tertentu saja.

      5. Kesulitan menggantungkan pasokan dari alam. Pupuk misalnya, harus mengerahkan suplai kotoran ternak dalam jumlah besar dan kontinu.

      Ada dua model pertanian organik yang dapat diterapkan pada tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan rempah/obat yaitu: model perharaan terpadu dan model pengelolaan hama dan penyakit terpadu (PHT).

      Model Perharaan tanaman terpadu merupakan rekayasa di bidang tanah, meliputi: a.

      Teknologi daur ulang limbah pertanian menggunakan bakteri Azospirillum dan jamur

      Trichoderma . Selain itu penggunaan pupuk hijau seperti Sesbania rostrata, Albizia falcataria dan biomasa Azola. Tanaman-tanaman ini mampu menyuplai nitrogen secara terus menerus.

      b.

      Teknologi Pupuk Hayati: Nitrogen, dengan menginokulasi bakteri Rhizobium, Azotobacter dan Azospirillum ke dalam tanah dalam bentuk inokulan yang sudah banyak diperdagangkan.

      Fosfor dengan menginokulasi bakteri/jamur pelarut P atau mikoriza. Penggunaan pupuk kandang baik yang berasal dari ternak ruminan (sapi dan kambing) maupun ternak unggas (ayam dan itik).

      c.

      Keseimbangan Pupuk Anorganik: Dalam praktek sehari-hari, upaya penyuburan tanah tidak cukup hanya memberikan pupuk organik atau anorganik saja, melainkan kedua-duanya saling dibutuhkan dalam porsi yang seimbang.

      I Made Sudantha MODEL PENGELOLAAN HAMA DAN PENYAKIT TERPADU BIOINTENSIF

      Pengelolaan hama dan penyakit dilakukan dengan penerapan konsep PHT yaitu dengan mengupayakan sebesar-besarnya pemanfaatan unsur-unsur alami, sedangkan penggunaan pestisida kimiawi dilakukan secara bijaksana apabila unsur-unsur lingkungan sudah tidak mampu lagi mengendalikan hama dan penyebab penyakit.

      Teknologi PHT ini pernah diterapkan di Indonesia melalui Inpres No. 3 Tahun

    1986 dan berhasil menekan penggunaan pestisida pada tahun 1989. Berkurangnya

    penggunaan pestisida ini bukan semata-mata karena pelaksanaan PHT di tingkat petani

    berhasil tetapi lebih disebabkan karena pencabutan subsidi untuk pestisida. Penggunaan

    pestisida kimiawi dalam teknologi PHT masih dibenarkan yaitu digunakan sebagai

    alternatif terakhir apabila teknik-teknik pengenadalian lainnya tidak mampu menekan

    populasi OPT.

      Dalam upaya lebih memperkecil resiko penggunaan pestisida maka penerapan PHT

    konvensional yang telah diuraikan di atas perlu ditingkatkan menjadi PHT Biointensive

    berbasis pertanian berkelanjutan.

      Teknologi PHT Biointensive pada prinsifnya sama dengan PHT Konvensional,

    perbedaannya adalah pendekatan ekologinya lebih ditekankan pada kondisi yang

    menguntungkan musuh alaminya dan merugikan OPT dengan cara mendesign ulang

    agroekosistemnya dan lebih mengutamakan kesehatan lingkungan secara berkelanjutan.

      PHT Biointensive sebenarnya merupakan tingkatan yang lebih tinggi dari PHT

    Konvensional yaitu pengelolaan OPT dilakukan berdasarkan ekologi OPT. Langkah

    pertama yang dilakukan adalah mendiagnosis secara akurat biologi OPT dan organisme

    bermanfaat yang berasosiasi dengan OPT dan interaksinya dalam lingkungan usahatani.

    Pengetahuan lengkap dari perkembangan OPT yang penting adalah hubungannya fase

    lemah dalam siklus hidupnya. Pase lemah dalam siklus hidup ketika OPT peka terhadap

    perlakuan pengendalian. Pengelolaan OPT harus sesuai dengan alat dan teknik dari PHT

    Biointensive dalam mengelola beberapa OPT. Sebagai pengganti pestisida kimiawi

    digunakan biopestisida atau biorational pesticide yaitu formulasi pestisida yang berasal

    dari bahan alami dan mikroorganisme. Biorational pesticide mempunyai spektrum sempit

    dan aman terhadap lingkungan. Pestisida nabati misalnya nimba, tuba, cengkeh. Pestisida

    mikroba seperti bakteri Basillus thuringiensis (Bt), jamur Beauveria bassiana (Bb) dan

    Metarhizium anisopliae (Ma) untuk pengendalian hama, jamur Trichoderma harzianum

    (Th) dan Gliocladium virens (Gv) untuk pengendalian patogen.

      EKSPLORASI SUMBERDAYA ALAM (Biokompos, Bioaktivator, Biochar dan FMA) Biokompos

      Biokompos adalah kompos yang diproduksi dengan bantuan mikroba lignoselulolitik yang tetap bertahan di dalam kompos dan berperan sebagai agensia hayati pengendali penyakit tanaman dan agensia pengurai bahan organik (Sudantha & Suwardji, 2013). Sudantha (2009) melaporkan bahwa penggunaan biokompos hasil fermentasi Trichoderma sp. pada bibit vanili dapat meningkatkan ketahanan terinduksi terhadap penyakit layu Fusarium dan dapat memacu pertumbuhan vegetatif bibit vanili. Peran tersebut disebabkan karena jamur Trichoderma sp. menghasilkan hormon IAA berupa auxin dan giberelin (Dani, 2008).

      Kompos hasil fermentasi jamur Trichoderma spp. dapat berfungsi untuk: (1) sumber unsur hara bagi tanaman dan sumber energi bagi organisme tanah, (2) memperbaiki sifat-sifat tanah, memperbesar daya ikat tanah berpasir, memperbaiki struktur tanah berlempung sehingga lebih ringan, mempertinggi kemampuan tanah mengikat air, memperbaiki drainase dan tata udara pada

      I Made Sudantha

      tanah berat sehingga suhu tanah lebih stabil, (3) membantu tanaman tumbuh dan berkembang lebih baik, (4) substrat untuk meningkatkan aktivitas mikrobia antagonis, (5) untuk mencegah patogen tular tanah.

      Jamur saprofit T. harzianum isolat SAPRO-07 dan jamur T. koningii isolat SAPRO-02 diformulasi dalam bentuk bioaktivator (Sudantha, 2010) dan telah didaftarkan ke Kantor Paten Ditjen HKI Kemenkumham RI pada tahun 2013 dengan No. Pendaftaran P00201100717 dan telah diumumkan di Kantor Paten. Demikian pula telah dikembangkan penggunaan kedua jamur antagonis ini sebagai pengurai dalam pembuatan biokompos (Sudantha, 2010).

      

    Sudantha dan Abadi (2006) melaporkan bahwa Jamur Endofit Trichoderma spp. Isolat lokal

    NTB yang diinokulasikan kedalam biokompos efektif menekan jamur Fusarium oxysporum f. sp.

    vanillae penyebab penyakit busuk batang pada bibit vanili. Lebih lanjut Multazam dan Sudantha

      (2010) mengatakan bahwa kompos yang diaplikasikan pada tanaman jagung di lahan kering dengan pengairan sistem irigasi sprinkel big gun dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil jagung. Sudantha dan Abadi (1991) mengatakan bahwa penggunaan kompos dan jamur antagonis dapat menekan serangan jamur Fusarium oxysporum f. sp. lycopersici penyebab penyakit layu dan dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tomat. Lebih lanjut Sudantha, Kusnarta dan Sudana (2011) mengatakan bahwa jamur Trichoderma spp. saprofit yang digunakan dalam pembuatan kompos dan diaplikasikan pada tanaman pisang dapat menghambat terjadinya penyakit layu yang disebabkan oleh jamur Fusarium oxysporum f. sp. Cubense. Sudantha dan Abadi (2006) juga melaporkan bahwa jamur endoffit Trichoderma spp. isolat lokal NTB efektif mengendalikan jamur Fusarium oxysporum f. sp. vanillae pada tanaman vanili.

      Jayadi, Sudantha dan Taufik (2018) mengatakan bahwa kompos hasil fermentasi jamur endofit dan saprofit Trichoderma spp. dapat meningkatkan ketahanan terinduksi beberapa varietas pisang terhadap penyakit layu Fusarium. Multazam dan Sudantha (2010) mengatakan bahwa kompos yang diaplikasikan pada tanaman jagung di lahan kering dengan pengairan sistem irigasi dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil jagung. Sudantha dan Abadi (1991)

      sprinkel big gun

      mengatakan bahwa penggunaan kompos dan jamur antagonis dapat menekan serangan jamur

      Fusarium oxysporum