Validasi metode spektrofotometri visibel untuk penetapan kadar amoksisilin menggunakan pereaksi asetilaseton dan formalin - USD Repository

VALIDASI METODE SPEKTROFOTOMETRI VISIBEL UNTUK PENETAPAN KADAR AMOKSISILIN MENGGUNAKAN PEREAKSI ASETILASETON DAN FORMALIN SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi oleh:

  Margareta Sunarto NIM : 038114004

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  God didn’t promise day without pain, Laughter without sorrow, sun without rain…

  But He promises strength for the day, Comfort for the tears, and light for the way.

  Disappointments are like road humps, they slow you. Down a bit, but you’ll enjoy the smooth road afterwords.

  Don’t stay on the humps too long, move on! When you feel down, because you didn’t get what you want, Just sit tight and be happy.

  Because God must has something better to be given to you.

  When something happens to you, Good or bad, consider what it means.

  There’s always a purpose in life’s events, To teach you how to laugh more, Or not to cry too hard.

  Kupersembahkan karya ini untuk Papa dan Mama Sebagai rasa terima kasih dan baktiku Andre dan Ita Yang kucintai dan kusayangi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KATA PENGANTAR

  Syukur dan terima kasih kepada Bapa di surga, Tuhan Yesus, dan Bunda Maria atas berkat dan penyertaan-Nya, penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul ” Validasi Metode Spektrofotometri Visibel Untuk Penetapan Kadar

  

Amoksisilin Menggunakan Pereaksi Asetilaseton dan Formalin”. Skripsi ini

  disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam mencapai gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) pada Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.

  Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang tulus kepada:

  1. Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.

  2. Prof. Dr. Sudibyo Martono, M.S., Apt. selaku dosen pembimbing.

  Terima kasih untuk masukan, bimbingan, dorongan, waktu, pengertian dan perhatian yang begitu besar, serta semangat yang selalu diberikan selama penelitian dan penyusunan skripsi ini

  3. Dra. A. Nora Iska Harnita, M.Si., Apt. selaku dosen penguji, terima kasih atas dukungan, saran, dan waktu yang diberikan.

  4. Drs. Sulasmono, Apt. selaku dosen penguji, terima kasih atas dukungan saran, dan waktu yang diberikan.

  5. Segenap dosen Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  6. Papa, Mama, Andre, Ita, buat semua doa, cinta, dukungan, perhatian, pengertian, kesabaran, canda, dan tawa yang buat Cici selalu kuat.

  Makasih banyak ya.. I love you all...

  7. Pak Bambang dan Bu Kis, laboratorium analisis obat dan makanan Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada, yang selalu menemani dan membantu selama penelitian. Terima kasih banyak ya Pak, Bu…

  8. Segenap laboran di Universitas Gadjah Mada dan Universitas Sanata Dharma. Terima kasih untuk waktu dan bantuannya.

  9. Arnie, Eta, teman seperjuanganku. Inget slogan kita: gagal itu biasa, tetapi berhasil itu luar biasa… Makasih banyak teman buat dukungan, bantuan, dan kerjasamanya.

  10. Mas Isun, kakak dan sahabatku, terima kasih untuk semua keceriaan, kesedihan, semangat, harapan, kekecewaan, dan semua hal yang pernah aku alami dengan adanya persahabatan kita. Hope our friendship will last forever. Aku belajar banyak hal dari persahabatan kita.. Overall, thanks for eveything.. I Love you brother..

  11. Temen-temen Eternal Choir dan Koor Gregorius Caecilia buat semua kebersamaan, kegilaan, kekompakkan, keceriaan, dan pengertiannya.

  Thanks a lot..

  12. Gurit buat editan dan ilmu-ilmu komputernya, Leli buat terjemahannya.

  Makasih ya..

  13. Vita, Mitul, BleQ, Shyu, Nandut, Jevi, Yeyen, Reni, Asep, buat curhat-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  14. Temen-temen kelompok A dan temen-temen Kelas A 2003, buat dukungan, kekompakan dan kebersamaan kita selama ini.

  15. Mas Bowo, Mas Fahrul, buat diskusinya.

  16. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu yang telah membantu dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini.

  Penulis menyadari bahwa skripsi ini sangat sederhana dan masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, saran serta kritik yang membangun sangat diharapkan untuk kesempurnaan skripsi ini di masa yang akan datang.

  Yogyakarta, Januari 2007 Penulis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  

INTISARI

  Amoksisilin memiliki kemiripan struktur dengan sefaleksin yang juga memiliki gugus amin primer. Oleh karena itu, metode spektrofotometri visibel untuk penetapan kadar sefaleksin menggunakan pereaksi asetilaseton dan formalin diharapkan dapat juga digunakan untuk penetapan kadar amoksisilin.

  Penelitian ini merupakan jenis penelitian non eksperimental dengan rancangan penelitian deskriptif. Pada penelitian ini dilakukan optimasi waktu reaksi, pH, dan volume yang menghasilkan serapan maksimum. Hasilnya kemudian digunakan dalam validasi metode. Selain itu, dilakukan pula aplikasi metode penetapan kadar tersebut pada sediaan tablet amoksisilin.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa reaksi mulai stabil setelah menit ke- 50 selama 30 menit, volume optimum pereaksi adalah 7 ml dan pH optimum adalah

  4. Warna kuning yang terbentuk memberikan serapan maksimum pada panjang gelombang 401 nm. Untuk validasi metode, didapat data sebagai berikut: koefisien variansi sebesar 0,56%, perolehan kembali sebesar 104,09%, dan koefisien korelasi (r) persamaan garis linier kurva baku sebesar 0,9995. Aplikasi metode penetapan kadar pada sediaan amoksisilin menunjukkan hasil yang baik dengan kadar rata-rata amoksisilin dalam tablet adalah 589,56 mg. Dari seluruh data yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa metode penetapan kadar amoksisilin secara spektrofotometri visibel menggunakan pereaksi asetilaseton dan formalin memiliki akurasi dan presisi yang baik, namun akurasinya kurang baik.

  Kata kunci: amoksisilin, asetilaseton, formalin, spektrofotometri visibel.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  

ABSTRACT

  The structure of amoxicillin is similar to that of cephalexin which is also has primary amine groups. For that reason, it is hoped that visible spectrophotometric method in determining the amount of cephalexin by using acetylacetone and formalin can also be used to determine the amount of amoxicillin.

  This research is a non-experimental descriptive research. In this research, the reaction time, the pH and the volume of the reagent have been optimized to obtain the maximum absorption. Then, its result is used in the validation method. In addition, the method’s developed is applied to determine the amount of amoxicillin in the tablets.

  The research result shows that the reaction begin to stable from the fiftieth minutes for 30 minutes, the optimal volume of the reagent is 7 ml, and the optimal pH is 4. The yellow chromophore is scanned and showed 401 nm as a maximum wavelength. From the validation method, the coefficient of variation is 0.56%, the recovery is 104.09%, and the correlation coefficient (r) is 0.9995. The application of the method’s developed in determining amoxicillin in tablet showed a good result with the average amount of amoxicillin is 589.56 mg/tablet. From the result it can be concluded that visible spectrophotometric method to determine the amount of amoxicillin by using acethylacetone and formalin gives a good precision and linearity, but not the accuracy.

  Key word: amoxicillin, acetylacetone, formalin, visible spectrophotometric

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ iii HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................... iv KATA PENGANTAR .......................................................................................... v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................... viii

  INTISARI............................................................................................................... ix

  

ABSTRACT ............................................................................................................ x

  DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi DAFTAR TABEL ................................................................................................. xiv DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xv DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xvi BAB I PENGANTAR .........................................................................................

  1 A. Latar Belakang .................................................................................

  1 1. Perumusan masalah ....................................................................

  3 2. Keaslian penelitian .....................................................................

  4 3. Manfaat penelitian ......................................................................

  5 B. Tujuan Penelitian .............................................................................

  5 BAB II PENELAAHAN PUSTAKA ..................................................................

  6 A. Amoksisilin ......................................................................................

  6

  C. Formalin ...........................................................................................

  9. Penggunaan spektrofotometri UV-Vis dalam metode analisis ... 18

  H. Hipotesis ........................................................................................... 24

  G. Landasan Teori ................................................................................. 24

  3. Parameter-parameter validasi metode analisis ........................... 23

  2. Kesalahan metode analisis ......................................................... 22

  1. Validasi metode analisis ............................................................. 20

  F. Validasi, Kesalahan, dan Parameter Metode Analisis ..................... 20

  E. Pengembangan Metode Spektrofotometri......................................... 18

  8. Syarat-syarat penggunaan Hukum Beer...................................... 16

  9 D. Spektrofotometri UV-Vis ................................................................. 10

  7. Kesalahan fotometrik .................................................................. 15

  6. Serapan suatu larutan .................................................................. 14

  5. Analisis kuantitatif secara spektrofotometri UV-Vis.................. 13

  4. Interaksi molekul dengan radiasi elektromagnetik .................... 13

  3. Tipe transisi elektron .................................................................. 11

  2. Konsep dasar radiasi elektromagnetik ........................................ 10

  1. Definisi spektrofotometri UV-Vis .............................................. 10

  BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................................... 25 A. Jenis dan Rancangan Penelitian ....................................................... 25 B. Definisi Operasional ........................................................................ 25 C. Alat-alat Penelitian ........................................................................... 25 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  E. Tata Cara Penelitian ......................................................................... 26

  1. Pembuatan larutan uji ................................................................. 26

  2. Optimasi penetapan kadar amoksisilin ...................................... 27

  3. Pembuatan kurva baku ............................................................... 28

  4. Aplikasi metode penetapan kadar amoksisilin pada tablet AM . 29

  5. Validasi metode........................................................................... 30

  F. Analisis Hasil ................................................................................... 30

  BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 31 A. Pembuatan Larutan Baku Amoksisilin ............................................. 31 B. Penetapan Waktu Reaksi dan Operating Time ................................. 31 C. Penetapan pH Optimum Pereaksi ..................................................... 36 D. Penetapan Volume Optimum Pereaksi ............................................. 38 E. Penetapan Panjang Gelombang Serapan Maksimum ....................... 39 F. Pembuatan Kurva Baku ................................................................... 41 G. Penetapan Kadar Amoksisilin dalam Tablet ..................................... 44 H. Validasi Metode Analisis ................................................................. 45 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 48 A. Kesimpulan ...................................................................................... 48 B. Saran ................................................................................................. 48 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 49 LAMPIRAN .......................................................................................................... 52 BIOGRAFI............................................................................................................. 60

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR TABEL

  Halaman Tabel I. Parameter Analisis yang Diperlukan Untuk Kesahihan Pengukuran 23 Tabel II. Hasil Penetapan Waktu Reaksi ......................................................... 35 Tabel III. Hasil Penetapan pH Optimum Pereaksi ............................................ 38 Tabel IV. Hasil Penetapan Volume Optimum Pereaksi .................................... 39 Tabel V. Hasil Penetapan Kurva Baku Amoksisilin........................................ 42 Tabel VI. Hasil Modifikasi Kurva Baku Amoksisilin....................................... 43 Tabel VII. Hasil Penetapan Kadar Amoksisilin dalam Tablet AM .................... 44 Tabel VIII. Data Hasil Penetapan Perolehan Kembali......................................... 46

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DAFTAR GAMBAR

  Halaman Gambar 1. Struktur Sefaleksin ...........................................................................

  2 Gambar 2. Struktur Amoksisilin .........................................................................

  3 Gambar 3. Reaksi Antara Sefaleksin dengan Pereaksi Asetilaseton dan Formalin ....................................................................................

  8 Gambar 4. Struktur Asetilaseton ........................................................................

  9 Gambar 5. Struktur Formalin ............................................................................. 10 Gambar 6. Diagram Tingkat Energi Elektronik ................................................. 12 Gambar 7. Usulan Mekanisme Reaksi Pembuatan Pereaksi Asetilaseton-Formalin ....................................................................... 33 Gambar 8. Usulan Mekanisme Reaksi Antara Pereaksi Asetilaseton-Formalin dan Amoksisilin ................................................................................ 35 Gambar 9. Hasil Penetapan Operating Time ...................................................... 36 Gambar 10. Reaksi Eliminasi Pada Reaksi Antara Amoksisilin dengan Asetilaseton dan Formalin Pada Suasana Asam dan Basa .................................... 37 Gambar 11. Spektra Panjang Gelombang Serapan Maksimum Amoksisilin

  Konsentrasi 0,084 mg/ml (a), 0,117 mg/ml (b), dan 0,151 mg/ml (c) Hasil Reaksi dengan Asetilaseton dan Formalin .............................. 40

  Gambar 12. Gugus pada senyawa hasil reaksi yang memberikan serapan pada panjang gelombang 335 nm .............................................................. 41 Gambar 13. Hubungan Konsentrasi Amoksisilin dengan Serapan Senyawa Hasil

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR LAMPIRAN

  Halaman Lampiran 1. Data Penimbangan Baku Amoksisilin ........................................... 52 Lampiran 2. Data Penetapan Kadar Sampel ....................................................... 53 Lampiran 3. Data Hasil Penetapan Perolehan kembali ...................................... 54 Lampiran 4. Contoh Perhitungan........................................................................ 55 Lampiran 5. Spektrum Baku Amoksisilin 0,005M............................................. 59

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Saat ini, penggunaan antibiotik sebagai sarana pengobatan infeksi semakin

  berkembang dalam masyarakat terutama pada pengobatan penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme. Banyaknya penyakit yang ditimbulkan oleh mikroorganisme menyebabkan antibiotik menduduki peringkat yang tinggi dalam peresepan. Antibiotik merupakan suatu produk metabolik (zat kimia) yang dihasilkan oleh mikroorganisme tertentu, yang dalam jumlah amat kecil bersifat merusak atau menghambat mikroorganisme lain (Pelczar and Chan, 1988).

  Amoksisilin merupakan antibiotik golongan β-laktam yang menduduki peringkat tertinggi dalam peresepan, diantaranya dapat ditunjukkan dengan survei yang berjudul ‘Jenis-Jenis Antibiotika yang Diresepkan dan Masuk di Beberapa Apotek Wilayah Kotamadya Yogyakarta‘, antibiotik

  β-laktam tersebut menduduki peringkat tertinggi dengan persentase 69,25%, sedangkan jika dilihat jenis antibiotiknya, amoksisilin menduduki peringkat tertinggi dengan persentase 31,59% (Kusuma, 2000). Selain itu, menurut Wiratih (2002) dalam penelitiannya yang berjudul ‘Gambaran Resep Antibiotik di Apotek-Apotek yang Terletak di Perbatasan Bagian Utara Kotamadya Yogyakarta dan Kabupaten Sleman’, antibiotik

  β-laktam juga menduduki peringkat tertinggi dengan persentase 52,64%, sedangkan jika dilihat jenis antibiotiknya, amoksisilin menduduki peringkat tertinggi dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Agar dapat berefek maksimal, suatu obat harus memiliki dosis yang tepat. Oleh karena itu, harus dilakukan pengawasan untuk menjamin mutu, khasiat, dan keamanan penggunaan obat tersebut. Salah satu caranya adalah dengan melakukan penetapan kadar zat aktif untuk menjamin ketepatan dosis yang akan diterima oleh konsumen.

  Amoksisilin dapat ditetapkan kadarnya dengan metode kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) dan metode titrasi iodometri (Anonim, 1995). Kedua metode tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan. Metode KCKT memberikan hasil yang cepat karena tidak memerlukan pemisahan terlebih dahulu, tetapi operasionalnya mahal, sedangkan metode titrasi iodometri membutuhkan biaya yang lebih sedikit, tetapi kurang sensitif untuk analisis dalam jumlah kecil.

  Menurut Patel dkk. (1992), sefaleksin (gambar 1) dapat ditetapkan kadarnya secara spektrofotometri visibel berdasarkan reaksi antara gugus amin primernya dengan hasil kondensasi antara 2 mol asetilaseton dan 1 mol formalin.

  COOH CH 3 O H O N C C N

  . H O

  2 H S NH 2 Gambar 1. Struktur sefaleksin

  Gugus amin primer Maka, amoksisilin (gambar 2) yang juga memiliki gugus amin primer diharapkan dapat ditetapkan kadarnya dengan cara seperti pada cara penetapan sefaleksin menggunakan pereaksi asetilaseton dan formalin.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  COOH CH O 3 H O N CH 3 HO C C N S

  . 3H O

  2 H NH 2 Gambar 2. Struktur amoksisilin

  Gugus amin primer Dari penelitian ini diharapkan dapat dikembangkan suatu metode analisis yang mudah, murah, sederhana, sensitif, serta memiliki akurasi, presisi, dan linearitas yang baik untuk menetapan kadar amoksisilin.

1. Perumusan masalah

  Berdasarkan latar belakang, maka diperoleh permasalahan sebagai berikut :

  a. apakah metode spektrofotometri visibel untuk penetapan kadar amoksisilin menggunakan pereaksi asetilaseton dan formalin memenuhi parameter validasi metode analisis yang meliputi akurasi, presisi, dan linearitas?

  b. apakah metode spektrofotometri visibel untuk penetapan kadar amoksisilin menggunakan pereaksi asetilaseton dan formalin dapat diaplikasikan pada sediaan obat tablet amoksisilin? 2.

   Keaslian penelitian

  Sepengetahuan peneliti, belum pernah ada penelitian tentang validasi metode penetapan kadar amoksisilin dengan pereaksi asetilaseton dan formalin secara spektrofotometri visibel. Penetapan kadar amoksisilin yang pernah dilakukan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  1999) dan penetapan kadar penisilin sebagai pengotor pada produk obat yang beredar di pasaran secara KCKT-spektrometri massa (Takada dkk., 2005).

  Selain itu, telah dilakukan beberapa penelitian tentang penetapan kadar yang mirip dengan metode penetapan kadar amoksisilin dengan pereaksi asetilaseton dan formalin secara spektrofotometri, antara lain penelitian Patel dkk. (1992) tentang penetapan kadar sefaleksin dalam berbagai sediaan secara spektrofotometri visibel menggunakan pereaksi asetilaseton dan formalin, penelitian Rianti (2005) tentang penetapan kadar sefadroksil secara spektrofotometri visibel menggunakan pereaksi etilasetoasetat dan formalin, penelitian Rofie (2005) tentang penetapan kadar sefadroksil secara spektrofotometri ultraviolet menggunakan pereaksi etilasetoasetat dan asetaldehid, penelitian Mirmayanti (2007) tentang penetapan kadar sefadroksil secara spektrofotometri visibel menggunakan pereaksi asetilaseton dan formalin, dan penelitian Roosita (2007) tentang penetapan kadar ampisilin secara spektrofotometri visibel menggunakan pereaksi asetilaseton dan formalin.

3. Manfaat penelitian

  Penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat untuk pengembangan metode analisis yang mudah, murah, sederhana, sensitif, serta memiliki akurasi, presisi, dan linearitas yang baik untuk menetapkan kadar amoksisilin.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  1. untuk mengetahui apakah metode spektrofotometri visibel untuk penetapan kadar amoksisilin menggunakan pereaksi asetilaseton dan formalin memenuhi parameter validasi metode analisis yang meliputi akurasi, presisi, dan linearitas. 2. untuk mengetahui apakah metode spektrofotometri visibel untuk penetapan kadar amoksisilin menggunakan pereaksi asetilaseton dan formalin dapat diaplikasikan pada sediaan tablet amoksisilin.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  

Amoksisilin

  Amoksisilin (gambar 2) adalah antibiotik golongan β-laktam turunan aminopenisilin yang bersifat bakterisid, bekerja dengan menghambat sintesis dinding sel bakteri (Petri, 2001). Tanpa adanya dinding sel, bakteri tidak dapat bertahan terhadap pengaruh luar. Selain itu, kerusakan membran dapat mengganggu pertukaran zat aktif yang penting untuk kehidupan bakteri (Wattimena dkk., 1997).

  Antibiotik ini mempunyai spektrum kerja yang luas, dapat mengalami absorpsi cepat dan sempurna dari saluran pencernaan, serta tahan dalam suasana asam sehingga dapat diberikan secara oral (Petri, 2001).

  Amoksisilin berupa serbuk hablur, putih, praktis tidak berbau. Amoksisilin sukar larut dalam air dan metanol, tidak larut dalam benzen, dalam karbontetraklorida, dan dalam kloroform (Anonim, 1995). Larutan yang mengandung amoksisilin 2 mg/ml mempunyai pH antara 3,5 sampai 6,0 (Anonim, 2005). Baku pembanding yang digunakan adalah amoksisilin Baku Pembanding Farmakope Indonesia (BPFI), tidak boleh dikeringkan sebelum digunakan. Amoksisilin harus disimpan dalam wadah tertutup rapat pada suhu kamar terkendali (Anonim, 1995).

  Tablet amoksisilin mengandung tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 120,0% C

  16 H

  19 N

  3 O

  5 S jumlah yang tertera pada etiket. Tablet amoksisilin harus disimpan dalam wadah tertutup rapat pada suhu kamar terkendali (Anonim, 2005).

  Amoksisilin dapat ditetapkan kadarnya dengan berbagai cara, antara lain

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  1. Metode titrimetri yang meliputi iodometri dan potensiometri. Pada penetapan kadar menggunakan kedua metode tersebut, amoksisilin harus dihidrolisis terlebih dahulu menjadi asam penisiloat. Selanjutnya, pada metode iodometri hasil hidrolisis tersebut akan bereaksi dengan iodium atau kalium iodat, sedangkan pada metode potensiometri dengan litium-metoksid, asam perklorat, merkuri nitrat, atau kupri sulfat.

  2. Metode spektrofotometri yang meliputi spektrofotometri ultraviolet dan visibel.

  Pada penetapan kadar menggunakan metode spektrofotometri ultraviolet, amoksisilin harus diderivatisasi agar memberikan serapan yang cukup.

  Sementara itu, pada metode spktrofotometri visibel amoksisilin akan bereaksi dengan suatu senyawa membentuk warna yang kemudian diukur serapannya pada daerah cahaya tampak. Salah satu contohnya adalah reaksi antara gugus karbonil pada cincin

  β-laktam amoksisilin dengan hidroksilamin dan ion ferri membentuk kompleks warna ungu yang kemudian diukur serapannya pada panjang gelombang 480 nm.

  3. Metode kromatografi yang meliputi kromatografi lapis tipis, kromatografi cair kinerja tinggi menggunakan fase gerak campuran larutan kalium fosfat dalam air dan asetonitril (96:4) dan fase diam oktadesilsilan, serta kromatografi gas. Khusus untuk kromatografi gas, amoksisilin harus diderivatisasi terlebih dahulu agar mudah menguap dan stabil pada suhu tinggi.

  4. Metode lainnya seperti elektroforesis, polarografi, fluoresensi, mikrobiologi (menggunakan Sarcina lutea atau Bacillus subtilis), dan Enzyme Linked

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Menurut Patel dkk. (1992), sefaleksin (gambar 1) dapat ditetapkan kadarnya secara spektrofotometri visibel berdasarkan reaksi antara gugus amin primernya dengan hasil kondensasi antara 2 mol asetilaseton dan 1 mol formalin. Reaksi secara singkat dapat dilihat pada gambar 3 berikut: CH COCH 2 3 H COCCH

  3

  2 O O H C C CH 3 O + HCHO + O C 3 H C C C CH 3 CH C CH 3 H

N H

H C O O CH 3 C C 2 3 + H R

sefaleksin

  kromofor H O N O COOH CH 3 C C N

  R = H S

Gambar 3. Reaksi antara sefaleksin dengan pereaksi asetilaseton-formalin

(Patel dkk., 1992)

  Maka, amoksisilin (gambar 2) yang juga memiliki gugus amin primer diharapkan dapat ditetapkan kadarnya dengan cara tersebut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Asetilaseton (gambar 4) atau CH .CO.CH .CO.CH (BM = 100,211)

  3

  2

  3

  merupakan cairan tidak berwarna atau kuning lemah, barbau harum, dan mudah terbakar. Satu bagian asetilaseton larut dalam delapan bagian air, dapat campur dengan alkohol, benzen, kloroform, eter, aseton, dan asam asetat glasial (Anonim,

  o 1989). Asetilaseton mendidih pada suhu 138-139 C (Anonim, 1995).

  

O O

H C C C C CH 3 3 H

2

Gambar 4. Struktur Asetilaseton C.

  

Formalin

  Formalin merupakan larutan 37% uap formalin (gambar 5) atau HCHO (BM = 30,03) di dalam air. Formalin berupa cairan jernih, tidak berwarna atau hampir tidak berwarna, bau menusuk, serta memiliki uap yang merangsang selaput lendir hidung dan tenggorokan. Jika disimpan di tempat dingin formalin akan menjadi menjadi keruh. Formalin dapat bercampur dengan air, alkohol, dan aseton (Anonim, 1989). Sebaiknya disimpan dalam wadah tertutup baik, terlindung dari

  o cahaya, pada suhu di atas 20 (Anonim, 1995).

  

O

H C H

Gambar 5. Struktur Formalin

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  1. Definisi spektrofotometri UV-Vis

  Spektrofotometri UV-Vis adalah anggota teknik spektroskopik yang menggunakan sumber radiasi elektromagnetik ultraviolet dekat (190 – 380 nm) dan sinar tampak (380 – 780 nm) dengan instrumen spektrofotometer. Spektrofotometri UV-Vis melibatkan energi elektronik yang cukup besar pada molekul yang dianalisis sehingga spektrofotometri UV-Vis lebih banyak dipakai untuk analisis kuantitatif dibandingkan kualitatif (Mulja dan Suharman, 1995).

  Secara umum, spektrofotometri UV-Vis terbagi menjadi dua metode, yaitu

  

direct spectrophotometry UV-Vis dan indirect spectrophotometry UV-Vis. Pada

direct spectrophotometry serapan energi cahaya didasarkan oleh ikatan rangkap

  terkonjugasi pada senyawa tersebut. Sementara pada indirect spectrophotometry, pengukuran serapan energi cahaya dapat dilakukan setelah senyawa mengalami reaksi kimiawi atau modifikasi gugus kromofor (Schimer, 1982).

  2. Konsep dasar radiasi elektromagnetik

  Panjang gelombang cahaya ultraviolet ataupun sinar tampak yang diserap suatu senyawa bergantung pada mudahnya terjadi promosi elektron pada senyawa tersebut. Molekul-molekul yang memerlukan lebih banyak energi untuk promosi elektron akan menyerap pada panjang gelombang yang lebih pendek. Molekul yang memerlukan energi lebih sedikit akan menyerap pada panjang gelombang yang lebih panjang (Fessenden dan Fessenden, 1994). Hal tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Max Planck bahwa cahaya merupakan suatu paket energi diskret

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  terbalik dengan panjang gelombang radiasi. Rumusan energi sebuah foton dinyatakan sebagai (Mulja dan Suharman, 1995):

  c

  E = h . v = h . = h . c . v

  λ

  Keterangan: E = energi yang diabsorpsi (J) h = konsatante Planck sebagai faktor pembanding

  • 27 -34

  = 6,63 x 10 erg.detik atau 6,63 x 10 Joule detik v = frekuensi radiasi (Hz) c = kecepatan cahaya

  10

  = 3 x 10 cm/detik = panjang gelombang (cm)

  λ

  • 1

  v = bilangan gelombang (cm ) 3.

   Tipe transisi elektron

  Suatu senyawa dapat menyerap radiasi dalam daerah UV-Vis karena mempunyai elektron, baik berpasangan maupun sendiri, yang dapat dieksitasikan ke tingkat energi yang lebih tinggi (Skoog, 1985).

  Ada tiga macam distribusi elektron di dalam suatu senyawa organik secara umum, yang selanjutnya dikenal sebagai orbital elektron pi ( π), sigma (σ), dan elektron tidak berpasangan (n). Transisi yang dapat terjadi adalah (Skoog, 1985):

  • a. transisi . Pada transisi tipe ini, suatu elektron di dalam orbital

  σ →σ molekul bonding akan dieksitasikan ke orbital anti bonding sehingga molekul berada dalam bentuk excited state. Untuk mengeksitasikan elektron yang berada dalam suatu ikatan kovalen tunggal terikat kuat (orbital

  σ) diperlukan radiasi berenergi tinggi atau panjang gelombang pendek. Oleh karena itu, serapan maksimum yang disebabkan oleh transisi

  • tidak pernah teramati dalam daerah ultraviolet dekat.

  σ →σ

  • memberikan serapan maksimum pada daerah ultraviolet jauh.

  Transisi σ →σ

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • b. transisi n . Senyawa-senyawa jenuh yang mengandung atom-atom dengan elektron-elektron tak berpasangan (elektron non bonding) mempunyai

  → σ

  • kemampuan untuk mengadakan transisi n . Pasangan elektron bebas tersebut

  → σ akan dieksitasikan ke tingkat energi yang lebih tinggi karena elektron non bonding tidak terikat terlalu kuat seperti elektron bonding

  σ, sehingga serapannya terjadi pada panjang gelombang yang lebih besar. Akibatnya, transisi ini memerlukan energi yang lebih kecil daripada transisi dan dapat disebabkan oleh radiasi di daerah

  • antara 150-250 nm, dengan kebanyakan puncak absorpsi tampak pada panjang gelombang di bawah 200 nm.
  •   σ →σ

      c. transisi n dan . Umumnya penggunaan spektroskopi serapan → π π → π

    • pada senyawa-senyawa organik didasarkan pada transisi elektron n dan .

      π ke π Energi yang dibutuhkan cukup rendah yaitu pada daerah sekitar 200-700 nm.

      Diagram tingkat energi elektronik dapat dilihat pada gambar 6 berikut: σ

    • Anti bonding
    • Anti bonding

      π

      E n Non bonding

      Bonding

      π

      Bonding

      σ

      

    Gambar 6. Diagram tingkat energi elektronik

    4.

       Interaksi molekul dengan radiasi elektromagnetik

      Radiasi elektromagnetik dapat berinteraksi dengan molekul dalam berbagai

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

      molekul maka dinamakan absorpsi (Pecsok dkk., 1976). Agar dapat mengabsorpsi radiasi UV-Vis, suatu molekul membutuhkan gugus yang dinamakan kromofor yang merupakan suatu gugus kovalen tak jenuh terkonjugasi yang bertanggungjawab untuk absorpsi radiasi UV-Vis (Fell, 1986). Selain itu, dikenal pula auksokrom yang merupakan gugus yang mengandung heteroatom yang memberikan transisi n

    • .

      → σ

      Terikatnya gugus auksokrom oleh gugus kromofor secara langsung akan mengakibatkan pergeseran pita absorpsi menuju ke λ yang lebih panjang, disertai peningkatan atau penurunan intensitas (Mulja dan Suharman, 1995).

    5. Analisis kuantitatif secara spektrofotometri UV-Vis

      Analisis kuantitatif zat tunggal dilakukan dengan mengukur nilai serapan (A) pada panjang gelombang yang memberikan serapan maksimum. Nilai serapan (A) digambarkan oleh suatu hukum yang disebut hukum Lambert-Beer.

      a. Hukum Lambert menyatakan bahwa intensitas cahaya yang ditransmisikan menurun secara eksponensial sesuai dengan kenaikan tebal zat penyerap.

      b. Hukum Beer menyatakan bahwa intensitas cahaya yang ditransmisikan menurun secara eksponensial sesuai dengan kenaikan konsentrasi zat penyerap.

      Kombinasi kedua hukum tersebut menghasilkan hukum Lambert-Beer yang menyatakan hubungan antara logaritma intensitas sinar yang masuk dengan sinar yang keluar sebagai fungsi tebal zat penyerap dan konsentrasi zat penyerap, dirumuskan sebagai berikut:

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

      Dengan: a = daya serap c = konsentrasi larutan b = tebal kuvet A = serapan Io = intensitas energi yang mencapai cuplikan I = intensitas pancaran yang dikeluarkan dari cuplikan.

      Nilai a atau daya serap menggambarkan nilai serapan yang spesifik dan 1 % sering disebut yang artinya serapan larutan dengan konsentrasi 1% b/v dengan 1 cm

      A

      pelarut tertentu pada kuvet setebal 1 cm adalah suatu angka yang spesifik (Fell, 1986).

    6. Serapan suatu larutan

      Serapan adalah karakteristik untuk suatu larutan senyawa pada suatu panjang gelombang. Hubungan serapan dengan daya serap molar digambarkan dengan rumus

      ε = a . M, dimana M adalah berat molekul senyawa (Silverstein dkk., 1991).

      Penyinaran senyawa organik tidak selalu diikuti oleh eksitasi elektron baik dari orbital ikatan atau pasangan elektron bebas ke orbital non ikatan. Pernyataan ini dapat dituang dalam persamaan berikut ini:

      20

      x P x a ε = 0,87 x 10 keterangan:

      P = probabilitas transisi elektron dengan nilai antara 0-1 a = panjang kromofor Kromofor dengan panjang gelombang 1 nm akan memberikan nilai daya

      5

      serap molar ( . Pada prakteknya kromofor yang menyerap cahaya ε) sebesar 10 dengan diikuti terjadinya transisi penuh akan memiliki nilai daya serap molar (

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

      serap molar ( ε) yang kurang dari 1000 (Williams dan Fleming, 1980). Nilai serapan jenis adalah karakteristik penyerapan molekul pada pelarut dan panjang gelombang tertentu, dan tidak tergantung konsentrasi serta lamanya radiasi (Pecsok dkk., 1976).

    7. Kesalahan fotometrik

      Ketepatan dan ketelitian pembacaan intensitas sinar yang sampai pada detektor digambarkan sebagai nilai kesalahan fotometrik. Ketepatan fotometrik berkurang pada nilai serapan rendah maupun pada nilai serapan tinggi. Pada serapan yang rendah, intensitas sinar yang ditransmisikan baik ada maupun tidak ada sampel hampir sama sehingga kemungkinan terjadinya kesalahan sangat besar. Hal tersebut karena ada keterbatasan kepekaan detektor. Pada serapan yang tinggi, intensitas sinar yang sampai pada detektor sangat rendah sehingga tidak dapat diukur dengan tepat (Pecsok dkk., 1976).

      Untuk pembacaan serapan (A) atau transmitan (T) pada daerah terbatas, kesalahan penentuan kadar hasil analisis dinyatakan sebagai:

      C , 4343 T

      Δ Δ = x

      C log T T

      ΔT adalah nilai rentang skala transmitan terkecil dari alat yang masih dapat terbaca pada analisis dengan metode spektrofotometri UV-Vis. Nilai ΔT untuk setiap spektrofotometer UV-Vis biasanya bervariasi 0,2-1% dan selalu dicantumkan sebagai spesifikasi instrumen. Dari rumus tersebut di atas dapat diperhitungkan kesalahan pembacaan A atau T pada analisis dengan metode spektrofotometer UV- Vis. Pembacaan A (0,2-0,8) atau %T (15-65%) akan memberikan prosentase

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

      kesalahan analisis yang dapat diterima yaitu sebesar 0,5-1% untuk ΔT = 1 (Mulja dan Suharman, 1995).

      Apabila pengukuran dilakukan di luar rentang A (0,2-0,8) atau %T (15- 65%), maka sebaiknya dalam pengukuran digunakan panjang gelombang yang paling tepat dan menggunakan sel dengan pencahayaan paling tepat. Hal ini untuk menghindari besarnya kesalahan pembacaan serapan, yang berakibat pada kesalahan penetapan kadar (Pecsok, 1976).

    8. Syarat-syarat penggunaan Hukum Beer (Skoog, 1985) a. syarat konsentrasi.

      Penyimpangan Hukum Beer dapat disebabkan dari nilai yang tergantung dari indeks bias larutan. Hubungan tersebut dapat dilihat dari persamaan berikut (Willard dkk., 1988):

      . n ε

      Besar penyimpangan = 2 2

      2 ) Keterangan: ε = daya serap molar n = indeks bias larutan

    • ( n

      Pada konsentrasi < 0,01 M, indeks bias larutan relatif konstan tetapi pada konsentrasi tinggi indeks bias ternyata berubah sehingga perlu dikoreksi agar diperoleh nilai serapan yang sesuai.

      Pada konsentrasi tinggi, jarak rata-rata diantara zat-zat pengabsorpsi menjadi kecil sehingga masing-masing zat mempengaruhi distribusi muatan tetangganya. Interaksi ini dapat mengubah kemampuan untuk mengabsorpsi

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

      bergantung pada konsentrasi, maka peristiwa ini menyebabkan penyimpangan dari kelinieran hubungan antara absorpsi dengan konsentrasi.

      Pengaruh serupa kadang-kadang terjadi di dalam larutan yang mengandung konsentrasi zat pengabsorpsi yang rendah tetapi konsentrasi zat non- pengabsorpsinya tinggi, terutama elektrolit. Interaksi elektrostatis ion-ion yang berdekatan dengan zat pengabsorpsi akan mempengaruhi nilai absorptivitas molar. Pengaruh ini dapat dihindari dengan cara pengenceran.

      b. syarat kimia.

      Zat pengabsorpsi tidak boleh terdisosiasi, berasosiasi, atau bereaksi dengan pelarut menghasilkan suatu produk pengabsorpsi spektrum yang berbeda dari zat yang dianalisis.

      c. syarat cahaya.

      Hukum Beer hanya berlaku untuk cahaya yang betul-betul monokromatik (cahaya yang mempunyai satu macam panjang gelombang).

      d. syarat kejernihan.

      Kekeruhan larutan misalnya yang disebabkan oleh partikel-partikel koloid akan menyebabkan penyimpangan hukum Beer. Sebagian cahaya akan dihamburkan oleh partikel-partikel koloid akibatnya kekuatan cahaya yang diabsorpsi berkurang dari yang seharusnya.

    9. Penggunaan spektrofotometri UV-Vis dalam metode analisis

      Spektrofotometri UV-Vis dapat digunakan untuk analisis kuantitatif dan kualitatif suatu senyawa. Analisis kuantitatif dengan metode spektrofotometri UV-

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

      a. analisis kuantitatif zat tunggal (analisis satu komponen)

      b. analisis kuantitatif campuran dua macam zat (analisis dua komponen)

      c. analisis kuantitatif campuran tiga macam zat atau lebih (analisis multi komponen).

      Analisis kualitatif dengan metode spektrofotometri UV-Vis hanya dipakai untuk data sekunder atau data pendukung. Pada analisis kualitatif dengan metode spektrofotometri UV-Vis yang dapat ditentukan ada dua yaitu:

      a. pemeriksaan kemurnian spektrum UV-Vis b. penentuan panjang gelombang serapan maksimum.

      (Mulja dan Suharman, 1995) E.

      

    Pengembangan Metode Spektrofotometri

      Salah satu bentuk pengembangan metode spektrofotometri adalah dengan reaksi pembentukan warna. Reaksi tersebut umumnya dilakukan dengan memodifikasi kromofor dari suatu molekul sehingga dapat dideteksi di daerah visibel (Fell, 1986). Kadarnya kemudian ditetapkan dengan membandingkan serapannya dengan kurva baku yang dibuat menggunakan baku pembanding (Rooth dan Blaschke, 1994).

      Keuntungan utama reaksi pembentukan warna adalah bahwa metode ini dapat menambah sensitivitas dan selektivitas spektroskopi absorpsi (Fell, 1986).

      Kriteria untuk reaksi pembentukan warna yang baik adalah sebagai berikut (Vogel, 1978):

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

      Sangat sedikit reaksi yang spesifik untuk zat-zat tertentu. Oleh karena itu, harus diupayakan agar reaksi yang terjadi spesifik untuk zat tertentu. Caranya antara lain mereaksikan zat dengan reagen yang spesifik, mengubah kondisi percobaan, dan mengendalikan pH.

      2. kesebandingan antara warna dan konsentrasi Intensitas warna larutan hendaknya meningkat secara linier dengan naiknya konsentrasi zat yang akan ditetapkan.

      3. kestabilan warna Warna yang dihasilkan hendaknya cukup stabil dalam waktu tertentu untuk memungkinkan pembacaan yang tepat.

      4. reprodusibilitas Hasil yang didapat harus dapat diulang jika dilakukan pada kondisi yang sama.

      5. kejernihan larutan Larutan harus bebas dari endapan agar tidak menghamburkan ataupun menyerap cahaya.

      6. kepekaan tinggi Diharapkan reaksi warna sangat peka bahkan untuk zat dalam jumlah kecil.

      F.

      

    Validasi, Kesalahan, dan Parameter Metode Analisis

    1. Validasi metode analisis

      Validasi metode analisis diartikan sebagai suatu prosedur yang digunakan untuk membuktikan apakah suatu metode analisis memenuhi persyaratan yang

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

      Pedoman-pedoman validasi metode analisis didukung oleh parameter- parameter sebagai berikut :

      a. ketepatan. Ketepatan (accuracy) berarti kedekatan hasil analisis yang

      diperoleh dengan menggunakan metode tersebut terhadap nilai sebenarnya. Accuracy dinyatakan dengan persen perolehan kembali (recovery) dari penambahan zat yang diketahui kadarnya (Anonim, 2005). Untuk kadar analit ≥ 10% biasanya disepakati perolehan kembali harus masuk dalam rentang 98-102% (Yuwono dan Indrayanto, 2005).

      b. ketelitian. Ketelitian (precision) berarti ukuran kedekatan masing- masing hasil analisis dari beberapa pengukuran di bawah kondisi analisis yang sama.

      Ketelitian biasanya dinyatakan dengan standar deviasi atau relatif standar deviasi (koefisien variasi) (Anonim, 2005).