UPACARA PERNIKAHAN ADAT MANDAR DI DESA PEBURRU KECAMATAN TUBBI TARAMANU KABUPATEN POLEWALI MANDAR (PERSFEKTIF BUDAYA ISLAM)
UPACARA PERNIKAHAN ADAT MANDAR DI DESA PEBURRU
KECAMATAN TUBBI TARAMANU KABUPATEN POLEWALI MANDAR
(PERSFEKTIF BUDAYA ISLAM)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Humaniora Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam pada Fakultas Adab dan Humaniora
UIN Alauddin Makassar
Oleh:
SABIR
NIM: 40200112032
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2016
UPACARA PERNIKAHAN ADAT MANDAR DI DESA PEBURRU
KECAMATAN TUBBI TARAMANU KABUPATEN POLEWALI MANDAR
(PERSFEKTIF BUDAYA ISLAM)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Humaniora Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam pada Fakultas Adab dan Humaniora
UIN Alauddin Makassar
Oleh:
SABIR
NIM: 40200112032
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2016
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Mahasiswa yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Sabir NIM : 40200112032 Tempat/Tgl. Lahir : Pocco, 5 Februari 1991 Jurusan : Sejarah dan Kebudayaan Islam Fakultas : Adab dan Humaniora Alamat : Samata, Gowa Judul : Upacara Pernikahan Adat Mandar di Desa Peburru
Kecamatan Tubbi Taramanu Kabupaten Polewali Mandar (Persfektif Budaya Islam)
Menyatakan dengan sesungguhnya dan penuh kesadaran bahwa skripsi ini benar adalah hasil karya sendiri. Jika di kemudian hari terbukti bahwa skripsi ini merupakan duplikat, tiruan, plagiat, atau dibuat orang lain, sebagian atau seluruhnya maka skripsi dan gelar yang diperoleh batal demi hukum.
Makassar, 20 Juni 2016 M.
15 Ramadhan 1437 H. Penulis,
Sabir NIM: 40200112032
PENGESAHAN SKRIPSI
Skripsi berjudul, “Upacara Pernikahan Adat Mandar di Desa Peburru Kecamatan Tubbi Taramanu Kabupaten Polewali Mandar (Persfektif Budaya Islam)” yang disusun oleh Sabir, NIM: 40200112033, mahasiswa Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam pada Fakultas Adab dan Humaniora UIN Alauddin Makassar telah diuji dan dipertahankan dalam sidang munaqasyah yang diselenggarakan pada hari Senin, tanggal 20 Juni 2016 M, bertepatan dengan 15 Ramadhan 1437 H, dinyatakan telah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana dalam Ilmu Adab dan Humaniora, Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam.
Makassar, 20 Juni 2016 M
15 Ramadhan 1437 H
DEWAN PENGUJI
Ketua : Dr. Abd. Rahman R, M.Ag. (....................................) Sekretaris : Drs. Rahmat, M.Pd.I. (....................................) Munaqisy I : Dra. Suraya Rasyid, M.Pd. (....................................) Munaqisy II : Drs. Muh. Idris, M.Pd. (....................................) Pembimbing I : Dr. H. M. Dahlan M., M.Ag. (....................................) Pembimbing II : Drs. Abu Haif, M.Hum. (....................................)
Diketahui oleh, Dekan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Alauddin Makassar, Dr. H. Barsihannor, M.Ag.
NIP. 19691012 199903 1 003
KATA PENGANTAR
Assalamu ‘Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh!
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt, atas segala limpahanrahmat, taufiq, dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
laporan penelitian skripsi ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tulisan dalam
skripsi ini jauh dari kesempurnaan sebagaimana pepatah mengatakan “Tak ada
gading yang tak retak” sehingga saran, kritik, dan tanggapan positif dari berbagai
pihak masih penulis harapkan untuk menyempurnakan hasil penelitian ini.Ucapan terima kasih yang tulus penulis ucapkan kepada Ayahanda
Ngaring dan ibunda Harisa, yang selalu memberi saya motivasi, keluarga dan
teman-teman yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini hingga tahap
akhir, baik berupa materi, tenaga, doa, dan dukungan, sehingga penulis dapat
menyelesaikan pendidikan Sejarah Kebudayaan Islam di Universitas Islam Negeri
Alauddin Makassar. Semoga jasa-jasanya dapat di balas oleh Allah Swt. Amin.Tanpa dipungkiri, penulis sangat menyadari tanpa bantuan dan partisipasi
dari berbagai pihak penelitian ini tidak dapat terselesaikan sesuai dengan harapan
penulis. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
terkait, terutama kepada:1. Prof. Dr. H. Musafir Pababbari, M.Si. rector Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, beserta wakil rektor I, II, III dan IV UIN Alauddin Makassar.
2. Dr. H. Barsihannor, M.Ag. Dekan, Dr. Abd. Rahman, R. M.Ag. Wakil Dekan I Bidang Akademik dan pengembangan lembaga, Dr. Hj. Syamzan Syukur, M. Ag. Wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum perencanaan dan keuangan, dan Dr. Abd. Muin, M. Hum.Wakil Dekan III Bidang
Kemahasiswaan dan Kerjasama Fakultas Adab dan Humaniora UIN Alauddin Makassar.
3. Drs. Rahmat, M.Pd.I. ketua jurusan dan Drs. Abu Haif, M.Hum sekertaris
Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam, yang telah membantu dan memotivasi dalam penyelesaian studi penulis Fakultas Adab dan Humaniora UIN Alauddin Makassar.
4. Dr. H. M. Dahlan M.,Ag dan Drs. Abu Haif, M. Hum. masing-masing
pembimbing pertama dan kedua yang banyak meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, petunjuk, nasehat dan motivasi hingga terselesaikannya penulisan skripsi ini.
5. Para Dosen Fakultas Adab dan Humaniora UIN Alauddin Makassar,
dengan segala jerih payah dan ketulusan, membimbing dan memandu perkuliahan sehingga memperluas wawasan keilmuan penulis.
6. Para Staf Tata Usaha di lingkungan Fakultas Adab dan Humaniora UIN
Alauddin Makassar yang telah banyak membantu penulis dalam penyelesaian administrasi selama perkuliahan dan penyelesaian skripsi ini.7. Kepada keluarga besar penulis, terima kasih atas doa, cinta dan kasih- sayang dan motivasi selama penulis melakukan studi.
8. Bapak Ibu di daerah Polewali Mandar khususnya Desa Peburru
Kecamatan Tubbi Taramanu Kabupaten Polewali Mandar yang telah meluangkan waktunya untuk membantu terwujudnya penelitian ini.
9. Kepada sahabat-sahabatku, yang telah memberikan motivasi dan semangat
selama kuliah dan masukan-masukan serta nasihat-nasihatnya dalam penyelesaian skripsi ini terima kasih untuk semuanya.10. Buat sahabat-sahabat seperjuangan Angkatan 2012 Jurusan Sejarah Kebudayaan Islam Fakultas Adab dan Humaniora UIN Alauddin Makassar yang sama-sama berjuang dibangku kuliah sampai lulus.
11. Semua pihak yang tidak dapat kusebutkan satupersatu yang telah membantu sampai terselesainya skripsi ini, Terima Kasih atas segalanya.
Akhirnya, dengan lapang dada penulis mengharapkan masukan, saran, dan
kritikan yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Terimah kasih
kepada semua pihak yang telah memberi saran dan arahan semoga mendapat
pahala, kesehatan dan keselamatan disisi Allah Swt.
Makassar, 20 Juni 2016 M
15 Ramadhan 1437 H Penulis Sabir NIM: 40200112032
DAFTAR ISI
i HALAMAN JUDUL ................................................................................ ii HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ............................ iii HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... iv KATA PENGANTAR ............................................................................... vii DAFTAR ISI .............................................................................................. x ABSTRAK .................................................................................................
BAB I. PENDAHULUAN ......................................................................... 1-9 A. Latar Belakang Masalah ..................................................................
1 B. Rumusan Masalah ...........................................................................
5 C. Fokus dan Deskripsi Fokus Penelitian ............................................
5 D. Tinjauan Pustaka .............................................................................
6 E. Tujuan dan Kegunaan .....................................................................
8 BAB II. KAJIAN PUSTAKA ................................................................... 10-28 A. Pernikahan Islam .............................................................................
10 B. Pernikahan Adat ..............................................................................
22 C. Nilai Tradisi Budaya .......................................................................
25
viii
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN .............................................. 29-35 A. Jenis Penelitian & Lokasi Penelitian ...............................................
29 B. Pendekatan Penelitian .....................................................................
30 C. Data dan Sumber Data .....................................................................
31 D. Metode Pengumpulan Data .............................................................
32 E. Metode Pengolahan dan Analisis Data ............................................
34 F. Metode Penulisan ............................................................................
35 BAB IV. HASIL PENELITIAN ............................................................... 36-54
A. Prosesi Upacara Pernikahan Adat Mandar di Desa Peburru Kecamatan Tubbi Taramanu Kabupaten Polewali Mandar ...............................
36 B. Makna Simbolik Pada Upacara Pernikahan Adat Mandar di Desa Peburru Kecamatan Tubbi Taramanu Kabupaten Polewali Mandar ............
48 C. Mengapa Masyarakat Upacara Pernikahan Adat Mandar di Desa Peburru Kecamatan Tubbi Taramanu Kabupaten Polewali MandarMasih Mempertahankan Upacar Pernikahan Adatnya ...............................
50 BAB V. PENUTUP .................................................................................... 55-56 A. Kesimpulan .....................................................................................
55 B. Implikasi ..........................................................................................
56 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 57-59
LAMPIRAN-LAMPIRAN ....................................................................... 60-62
ix RIWAYAT HIDUP PENULIS ................................................................. 63
ABSTRAK
Nama : Sabir NIM : 40200112032 Judul Skripsi : Upacara Pernikahan Adat Mandar di Desa Peburu Kecamatan Tubbi Taramanu Kabupaten Polewali Mandar (Persfektif Budaya Islam)Penelitian ini bertujuan untuk mengetetahui upacara pernikahan adat Mandar di Desa Peburru Kecamatan Tubbi Taramanu Kabupaten Polewali Mandar.Adapun pokok permasalahannya adalah: (1) Bagaimana prosesi pernikahan adat Mandar di Desa Peburru Kecamatan Tubbi Taramanu Kabuipaten Polewali Mandar? (2) Bagaimana nilai simbolik dalam pernikahan adat Mandar di Desa Peburru Kecamatan Tubbi Taramanu Kabuipaten Polewali Mandar? (3) Nilai-nilai budaya apa yang terdapat dala pernikahan adat Mandar di Desa Peburru Kecamatan Tubbi Taramanu Kabupaten Polewali Mandar masih mempertahankan pernikahan adatnya?
Dalam pembahasan skripsi ini, jenis penelitian adalah penelitian lapangan dengan menggunakan pengumpulan data dengan field research, penulis berusaha untuk mengemukakan mengenai objek yang dibicarakan sesuai kenyataan yang terjadi di masyarakat
Dalam upacara perkawinan adat Mandar di Desa Peburru Kecamatan Tubbi Taramanu Kabuipaten Polewali Mandar terdiri atas beberapa tahap kegiatan. Kegiatan-kegiatan tersebut merupakan rangkaian yang berurutan yang tidak boleh saling tukar menukar, kegiatan ini hanya dilakukan pada masyarakat Mandar di wilayah setempat yang betul-betul masih memelihara adat istiadat mereka. Pelaksanaan pernikahan adat di daerah Mandar tersebut, didalamnya juga terkandung nilai-nilai budaya lokal yang sejalan dengan budaya Islam seperti gotong royong, tolong menolong (ta’awun) dan solidaritas (tadhamun).
BAB I PENDAHULLUAN A. Latar Belakang Kebudayaan dapat diartikan sebagai sangat mendalam yang dimiliki suatu
masyarakat tentang dunianya. Berkat kebudayaan, warga suatu masyarakat dapat memandang lingkungan hidupnya dengan bermakna.Dimana alam sekitarnya oleh kebudayaan masyarakat bersangkutan ditata dan di klasifikasikan, sehingga memiliki arti bagi warga masyarakat, dan dengan begitu tindakan terhadap alam sekitarnya telah terorientasikan, dan anggota-anggota masyarakat dikelompokkan menurut penggolongan yang bermakna pula oleh kebudayaannya. Intinya, karena kebudayaan, lingkungan sekitar masyarakat dan realitas di dalamnya diatur dan mendapatkan arti Dipandang dari perspektif masyarakat dan kehidupan sebagai keseluruhankebudayaan
1
merupakan values system yang dibangun atas kesepakatan-kesepakatan sosial Hal tersebut menunjukkan betapa pentingnya arti dan peranan nilai-nilai budaya dalam hidup dan kehidupan manusia sebagai suatu kesatuan sosial dan budaya. Demikianlah maka tiap masyarakat memiliki perangkat nilai-nilai budaya
2
yang menjadi pedoman dalam seluruh segi kehidupannya . Nilai-nilai budaya inilah
1 St. Aminah Pabittei H, Adat dan Upacara Perkawinan Daerah Sulawesi Selatan, (Makassar: Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan Provensi Sulawesi Selatan, 2011), h. 1. 2 Ralph, Linton, Antropologi Suatu Penyelidikan Tentang Manusia (Bandung: Jemmars,
2
yang berperan penting dalam mengatur kehidupan masyarakat, meskipun nilai-nilai tersebut manusia jugalah yang membuatnya.
Menurut ilmuan sejarah dan nilai tradisional, batas pengertian istilah nilai budaya adalah mencakup seluruh konsep abstrak tentang apa yang diharapkan atau dapat diharapkan, apa yang baik atau dianggap baik oleh masyarakat pendukungnya. Dalam konteks pengertian ini, Gazalba menyatakan, bahwa soal nilai bukan soal
3
benar atau salah, tetapi soal disenangi atau tidak . Sikap dan tindakan manusia dalam hidup dan kehidupan sosial adalah diwarnai oleh nilai-nilai budaya yang tumbuh berkembang dan mendapat dukungan dalam masyarakatnya.
Di samping itu, nilai budaya dapat pula didefinisikan sebagai pandangan- pandangan, pendapat-pendapat yang digunakan oleh warga suatu komunitas atau masyarakat untuk menilainya, untuk menentukan baik buruknya, bermanfaat
4 tidaknya, unsur-unsur yang ada dalam lingkungan mereka .
Nilai-nilai luhur budaya bangsa yang tumbuh dan didukung oleh suku-suku bangsa di seluruh nusantara, adalah termasuk salah satu potensi efektif dalam pembangunan kebudayaan nasional, diantaranya nilai gotong royong, toleransi dan solidaritas. Karena itulah, nilai-nilai budaya lokal sebagai bagian internal dari nilai- nilai luhur budaya bangsa perlu digali dan diungkapkan secara sistematis melalui
3 4 Sidi, Gazalba, Asas Kebudayaan Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1978), h.94.
Heddy, Shri Ahimsa Putra, Fungsi Nilai-Nilai Budaya dalam Pelestarian dan Pengembangan
3
berbagai cara, di antaranya ialah sosialisasi upacara perkawinan yang sampai sekarang ini tetap ditradisikan masyarakat.
Daerah Mandar, khususnya di Kecamatan Tubbi Taramanu Kabupaten Polewali Mandar, hingga saat ini masih dapat kita jumpai masyarakat yang melangsungkan upacara pernikahan dengan berpedoman pada unsur-unsur adat, salah satu adat yang menarik untuk dibahas sebagai sebuah kekayaan adat mandar khususnya masyarakat Mandar yang ada di Desa Peburru Kecamatan Tubbi Taramanu Kabupaten Polewali Mandar adalah Mattumba.Mattumba dalam bahasa masyarakat setempat adalah sebuah prosesi ritual yang dilakukan setelah selesai melaksanakan acara akad nikah oleh kedua mempelai dipimpin oleh tokoh adat dan tokoh agama.Adanya kecenderungan mereka dalam mempertahankan tradisi tersebut hingga tetap eksis sampai sekarang, disebabkan antara lain, karena keteguhan dalam mempertahankan prestise keluarga. Suatu keluarga akan merasa memiliki kehormatan bilamana dapat melangsungkan pernikahan ideal berdasarkan adat. Sehubungan dengan pernikahan Allah berfirmandalam QS. Al-Rum/30:21:
Terjemahnya: Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia Menciptakan pasangan- pa-sangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa
4 Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran
5 Allah) bagi kaum yang berpikir.
Terkait dengan pernikahan ideal tersebut, menjelaskan bahwa yang dipandang sebagai pernikahan ideal bagi masyarakat Mandar adalah pernikahan ideal keluarga, terutama antar sepupu satu kali, yang dalam bahasa Mandar disebut boyang
pisang.Juga dengan sepupu dua kali, atau dalam bahasa Mandar disebut boyang
pindaqdua. Pernikahan antar family yang sudah agak jauh (antar sepupu tiga kali)
atau yang disebut boyang pitallung, juga masih sering dilakukan.
Bagi masyarakat Mandar, pernikahan bukan saja berarti ikatan lahir batin antara seorang pria sebagai suami dan seorang wanita sebagai istri, tetapi lebih dari itu pernikahan merupakan pertalian hubungan kekeluargaan antara pihak keluarga laki-laki dan keluarga perempuan yang akan membentuk rukun keluarga yang lebih besar lagi. Selain itu, yang paling penting pula dalam sebuah pernikahan bagi orang Mandar, adalah adanya kerjasama, bantu membantu dalam mengerjakan sesuatu, baik
6
pekerjaan yang ringan maupun yang berat.Pelaksanaan pernikahan adat di daerah Mandar tersebut, di dalamnya juga terkandung nilai-nilai budaya lokal, seperti. sianaung pa’mai, sirondo-rondoi dan
sibaliparri.implementasi nilai-nilai budaya tersebut amat mudah terlihat, terutama
ketika memasuki tahapan prosesi pernikahan, seperti: maccanring, mappepissang,
maqlolang, metindor dan marola. Keseluruhan tahapan pernikahan ini tidak akan
berjalan sukses apabila nilai-nilai budaya local sebagaimana telah disebutkan tidak terimplementasikan dengan baik. Oleh karena itulah keterlibatan atau peran serta 5 Departemen Agama RI, Aljamil, al-Qur’an Tajwid Warna, Terjemahan Perkata, Terjemahan Inggris, (Bekasi: Cipta Bagus Segara 2012), h. 406. 6 Muh. Idham, Khalid Bodi, Sibaliparri: Gender Masyarakat Mandar. (Jakarta: PT. Media
5
kerabat, tetangga, orang dekat ataupun handai taulan dalam memberikan bantuan atau kontribusinya, baik berupa materi, tenaga maupun pikiran amat dibutuhkan.
B. Rumusan Masalah
Adapun masalah pokok yang akan dibahas dalam penelitian skripsi ini, yaitu: bagaimana wujud Upacara Pernikahan Adat Mandar Di Desa Pebburu Kecamatan Tubbi Taramanu Kabupaten Polewali Mandar
, berdasarkan permasalahan pokok
tersebut maka adapun sub-sub masalahnya adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana perosesi pernikahan adat Mandar di Desa Pebburu Kecamatan Tubbi Taramanu Kabupaten Polewali Mandar?
2. Bagaimana makna simbol dan filosofis dari pernikahan adat Mandar di Desa Pebburu Kecamatan Tubbi Taramanu Kabupaten Polewali Mandar?
3. Nilai-nilai budaya apa saja yang terdapat dalam upacara pernikahan adat Mandar di Desa Peburru Kecamatan Tubbi Taramanu Kabupaten Polewali Mandar?
C. Fokus penelitian dan Deskripsi Fokus
Penelitian ini berjudul Upacara Pernikahan Adat Mandar Di Desa Pebburu Kecamatan Tubbi Taramanu Kabupaten Polewali Mandar (Tinjauan Budaya Islam) dengan objek penelitian terbatas pada Desa Pebburu Kecamatan Tubbi Taramanu Kabupaten Polewali Mandar, Provinsi Sulawesi Barat. Adapun penelitian ini difokuskan terhadap: a. Upacara
Upacara pernikahan adalah kegiatan-kegiatan yang telah dilazimkan dalam usaha mematangkan, melaksanakan dan menatapkan suatu prosesi pernikahan.
6
sebelum pernikahan, dan kegiatan-kegiatan itu untuk melaksanakan suatu pernikahan disebut upacara pelaksanaan pernikahan, sedangkan kagiatan-kegiatan untuk memantapkan suatu pernikahan disebut upacara sesudah pernikahan. Setiap upacara, baik sebelum, pelaksanaan maupun sesudah pernikahan akan mengandung unsur- unsur, tujuan, tempat, waktu, alat-alat, pelaksana dan jalannya upacara.
b. Pernikahan Pernikahan adalah salah satu cara untuk melanjutkan keturunan dengan dasar cinta kasih untuk melanjutkan hubungan yang erat antara keluarga yang lain, antara suku dengan suku yang lain, bahkan antara bangsa dengan bangsa yang lain.
Pernikahan adat yang berlangsung di Mandar, adalah sebuah refleksi budaya yang di dalamnya terkandung nilai-nilai budaya yang dapat dijadikan sebagai pedoman atau tuntunan dalam kehidupan bermasyarakat.
c. Nilai-Nilai Budaya Nilai budaya adalah mencakup seluruh konsep abstrak tentang apa yang diharapkan atau dapat diharapkan, apa yang baik atau dianggap baik oleh masyarakat pendukungnya.
D. Tinjauan Pustaka
Salah satu yang menjadi body penelitian adalah tersusunnya kajian pustaka dengan sistematis berdasarkan sandaran teori-teori pendukung. Kajian Pustaka atau penelitian terdahulu merupakan momentum bagi calon peneliti untuk mendemonstrasikan hasil bacaannya yang ekstensif terhadap literatur-literatur yang
7
peneliti mampu mengidentifikasikan kemungkinan signifikansi dan kontribusi akademik dari penelitiannya pada konteks waktu dan tempat tertentu. Kajian pustaka ini bertujuan untuk memastikan bahwa permasalahan yang akan diteliti atau dibahas belum ada yang meneliti ataupun ada namun berbeda dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti selanjutnya.
Dalam pembahasan skripsi, peneliti menggunakan beberapa literatur yang berkaitan sebagai bahan acuan. Adapun literatur yang dianggap relevan dengan objek penelitian ini diantaranya : Pendekatan Budaya Mandar karangan Ibrahim Abbas, 1999, membahas tentang nilai-nilai budaya Mandar. Adat dan Upacara Perkawinan
Daerah Sulawesi Selatan, karya St. Aminah Pabittei 2011, membahs tentang upacara
perkawinan adat masyarakat di Sulawesi-Selatam dan Barat. Upacara Pernikahan
Adat Mandar di Balannipa: Suatu Kajian Tentang Nilai-Nilai Budaya Lokal, karya
Ansaar 2013.Asas Kebudayaan Islam karangan Sidi Gazalba, Jakarta: Bulan Bintang,1978,
membahas tentang budaya Islam. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan karangan Koentjaraningrat, Jakarta: PT. Gramedia, 1993, membahas tentang kebudayaan. Antropologi Suatu Penyelidikan tentang Manusia karangan Ralph Linton, Bandung: Jemmars, 1984, membahas tentang manusia.
Dari beberapa literatur yang menjadi bahan acuan dalam penelitian ini, peneliti belum menemukan buku ataupun hasil penelitian yang membahas secara khusus mengenai “ Upacara pernikahan adat Mandar di Desa Pebburu Kecamatan
8
dilakukan sehingga peneliti sangat tertarik untuk mengkaji dan meneliti budaya tersebut.
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Pada bagian ini dijelaskan tujuan yang hendak dicapai oleh penelitian terhadap masalah yang telah dikaji. Tujuan penelitian bisa mencakup salah satu dari alternatif berikut:
a. Untuk memperkaya pengetahuan tentang perosesi pernikahan adat Mandar di Desa Pebburu Kecamatan Tubbi Taramanu Kabupaten Polewali Mandar.
b. Untuk menambah wawasan tentang makna simbol dan filosofis dari pernikahan pernikahan adat Mandar di Desa Pebburu Kecamatan Tubbi Taramanu Kabupaten Polewali Mandar.
c. Untuk mengetahui nilai-nilai budaya yang terkandung dalam upacara pernikahan adat Mandar di Desa Peburru Kecamatan Tubbi Taramanu Kabupaten Polewali Mandar.
2. Kegunaan Penelitian
Sementara itu, kegunaan penelitian menjelaskan tentang kegunaan atau manfaat yang diharapkan bisa diperoleh lewat penelitian:
9
a. Secara Teoritis Untuk mengembangkan suatu ilmu pengetahuan yang digunakan sebagai pisau analisis dalam tulisan ini diantaranya adalah prosesi upacara, pernikahan, dan nilai-nilai budaya.
b. Secara Praktis Penelitian ini diharapkan dapat mengajak masyarakat yang ada di Desa
Pebburu Kecamatan Tubbi Taramanu Kabupaten Polewali Mandar agar membentuk sikap dan perilaku warga masyarakat sesuai dengan budaya masyarakatnya.Budaya diwariskan dari generasi terdahulu ke generasi berikutnya. Untuk selanjutnya diteruskan ke generasi yang akan datang. Dalam proses pewarisan dari suatu generasi ke generasi berikutnya terjadi proses penyesuaian dan penyempurnaan budaya yang diwariskan sesuai dengan perkembangan zaman dan kemajuan masyarakat.
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pernikahan Islam Pernikahan dalam segi agama Islam, syarat sah pernikahan penting sekali
terutama untuk menentukan sejak kapan sepasang pria dan wanita itu dihalalkan melakukan hubungan seksual sehingga terbebas dari perzinaan. Zina merupakan perbuatan yang sangat kotor dan dapat merusak kehidupan manusia. Dalam agama Islam, zina adalah perbuatan dosa besar yang bukan saja menjadi urusan pribadi yang bersangkutan dengan Tuhan, tetapi termasuk pelanggaran hukum dan wajib memberi sanksi-sanksi terhadap yang melakukannya. Di Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam, maka hukum Islam sangat memengaruhi sikap moral dan kesadaran hukum masyarakatnya.
Lebih lanjut Muhammad Abdul Hamid berpendapat bahwa pernikahan merupakan salah satu hukum alam kehidupan yang tidak asing lagi dalam dunia manusia, hawan dan tumbuhan.Pernikahan merupakan sarana yang telah dipilih Allah untuk menjamin adanya keturunan dan kelangsungan spesies manusia, setelah Allah menciptakan pria dan wanita dan melengkapinya dengan organ penunjangnya. Selain itu, agar pria dan wanita menjalankan perannya masing-masing demi mewujudkan tujuan yang mulia .Allah tidak menginginkan hubungan alami antara pria dan wanita tanpa aturan seperti halnya makhluk-makhluk selain manusia.Sehingga naluri keduanya bebas lepas tanpa kendali dan batas. Karena hal demikian akan menyebabkan terjadinya kesimpang siuran nasab dan ternodainya kehormatan dan pada gilirannya akan lenyaplah institusi keluarga dan masyarakat. Allah telah menetapkan aturan yang sesuai; aturan yang dapat memelihara kemuliaan manusia dan menjaga kehormatan serta kelangsungan spesies manusia.Karenanya, Allah mensyari‟atkan pernikahan dan melengkapinya dengan berbagai aturan yang dapat memelihara kehormatan dan agama sepasang insan.
Selanjutnya Kaelany mengartikan nikah atau perkawinan adalah akad antara calon suami istri untuk memenuhi hajat jenisnya menurut yang di atur oleh syari‟ah. Dengan akad itu kedua calon akan di perbolehkan bergaul sebagai suami istri. Akad ialah ijab dari pihak wali perempuan atau wakilnya dan kabul dari pihak calon suami
1 atau wakilnya.
Kemudian Sulaiman Rasyid (1987:348) mendefinisikan bahwa nikah adalah: Salah satu asas pokok hidup yang terutama dalam pergaulan atau masyarakat yang sempurna. Bukan saja perkawinan itu satu jalan yang amat mulia untuk mengatur kehidupan rumah tangga dan keturunan, tetapi perkawinan itu dapat dipandang sebagai suatu jalan menuju pintu perkenalan itu akan menjadi jalan buat menyampaikan bertolong-tolongan antara satu dengan yang lainnya.Sebenarnya pertalian menikah adalah pertalian yang seteguh-teguhnya dalam hidup dan kehidupan manusia, bukan saja suami istri dan turunan, bahkan antara dua keluarga. Betapa tidak? Dari sebab baiknya pergaulan antara si istri dengan suaminya, kasih mengasihi, akan berpindalah kebaikan itu kepada semua keluarga dari kedua belah pihaknya, sehingga mereka menjadi satu dalam segala urusan bertolong-menolong sesamanya dalam menjalankan kebaikan dan menjaga segala kejahatan selain itu, dengan perkawinan seseorang akan terpelihara dari kebinasaan hawa nafsunya.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa Agama Islam menggunakan tradisi perkawinan yang sederhana, dengan tujuan agar seseorang tidak terjebak atau terjerumus ke dalam perzinaan.Perkawinan adalah sah apabiladilakukan menurut hukum masing-masing agama dan kepercayaannya. Salah satu tata cara perkawinan adat yang masih kelihatan sampai saat ini adalah perkawinan yang tidak dicatatkan pada pejabat yang berwenang atau disebut nikah siri. Perkawinan ini hanya dilaksanakan didepan penghulu atau ahli agama dengan memenuhi syariat Islam sehingga perkawinan ini tidak sampai dicatatkan di kantor yang berwenang untuk itu.
1. Bentuk Pelaksanaan Pernikahan Dalam Islam Islam telah memberikan konsep yang jelas dan lengkap tentang cara pernikahan yang berlandaskan al Qur’an dan as Sunnah yang shohih dengan pemahaman para salafush sholih, sehingga kita tidak membutuhkan segala aturan dan adat istiadat serta kemubadziran dalam pelaksanaan pernikahan, diantara tata cara yang Islami tersebut adalah :
a. Khitbah (peminangan) Seorang muslim yang ingin menikahi seorang muslimah, hendaklah dia meminang terlebih dahulu karena dimungkinkan wanita tersebut sudah dipinang orang lain. Dalam hadist shohih riwayat Bukhori Muslim, Nabi SAW melarang seseorang meminang wanita yang telah dipinang orang lain sampai yang meminangnya itu meninggalkan atau mengijinkannya.Disunnahkan bagi orang yang meminang untuk melihat wajah dan yang lainnya dari wanita yang dipinang sehingga dapat menguatkannya untuk menikahi wanita tersebut. Kaitannya dengan peminangan (khitbah) Nabi Muhammad s.a.w., bersabda:
ﻢﻜﻀﻌﺑ ﻊﯿﺒﯾ نا ﻢﻠﺳو ﮫﯿﻠﻋ ﷲ ﻰﻠﺻ ﻲﺒﻨﻟا ﻰﮭﻧ لﺎﻗ ﺎﻤﮭﻨﻋ ﷲ ﻲﺿر ﺮﻤﻋ ﻦﺑا ﻦﻋ
نذﺄﯾ وا ﮫﻠﺒﻗ ﺐطﺎﺨﻟا كﺮﺘﯾ ﻰﺘﺣ ﮫﯿﺧا ﺔﺒﻄﺧ ﻰﻠﻋ ﻞﺟﺮﻟا ﺐﻄﺨﯾﻻو ﺾﻌﺑ ﻊﯿﺑ ﻰﻠﻋ
(يرﺎﺨﺒ ﻟا هاور) ﺐطﺎﺨﻟا ﮫﻟ
Artinya: Dari Ibnu Umar ra. berkata, “ Nabi saw. melarang sebagianmu membeli atas pembelian sebagian yang lain dan seorang laki-laki janganlah meminang kepada pinangan saudaranya, sehingga peminang sebelumnya
2
meninggalkannya atau member izin kepadanya.” 2 Syaikh Abul Abbas Zainuddin bin Ahmad bin Abdul Lathif Asy- Syiraji Az-Zubaidi. At- b. Aqad nikah Dalam aqad nikah ada beberapa syarat, rukun dan kewajiban yang harus dipenuhi, yaitu adanya :
1) Rasa suka dan saling mencintai dari kedua calon mempelai. 2) Izin dari wali. 3) Saksi-saksi ( minimal 2 saksi yang adil ) 4) Mahar 5) Ijab Qabul.
6) Khutbah nikah.
c. Walimah Pesta pernikahan hukumnya wajib dan diselenggarakan Sesederhana mungkin. Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda“Selenggarakanlah walimah meskipun hanya dengan menyembelih seekorkambingBagi orang yang diundang, maka wajib baginya menghadiri walimah tersebut Selama didalamnya tidak ada maksiyat, Dan disunnahkan bagi yang menghadiri pernikahan untuk mendoakan bagi Kedua mempelai.
2. Hukum Pernikahan Islam Hukum perkawinan adalah hukum yang mengatur segala sesuatu yang berhubungan dengan perkawinan dengan segala akibatnya, percerian dan harta perkawinaan. Hukum perkawinan adat adalah bagian dari hukum tidak tertulis yang tumbuh & berkembang dalam masyarakat yang mengatur tentang perkawinan.
Dalam Hukum Adat perkawinan adalah hidup bersama antara seorang laki-laki generasi. Kaitannya dengan pernikahan dalam sebuah hadits Nabi Muhammad saw., dikatakan sebagai berikut:
ﻰﻠﻋ ﻢﻠﺳو ﮫﯿﻠﻋ ﷲ ﻰﻠﺻ ﻲﺒﻨﻟا در لﺎﻗ ﮫﻨﻋ ﷲ ﻲﺿر صﺎﻗو ﻲﺑا ﻦﺑ ﺪﯿﻌﺳ ﻦﻋ
(يرﺎﺨﺒﻟا هاور) ﺎﻨﯿﺼﺘﺧ ﻻ ﮫﻟ نذا ﻮﻟو ﻞﺘﺒﺘﻟا نﻮﻌﻈﻣ ﻦﺑا نﺎﻤﺜﻋ
Artinya
:
Dari Sa’ad bin Abi Waqqash ra. berkata, “ Rasulullah saw. menolak kepada Utsman bin Mazh’un dari membujang. Andaikata beliau mengizinkan kepadanya
3
tentulah kami sudah melakukan vasektomi.” Adapun dalam Hukum Positif di Indonesia yang mengatur secara tegas masalah perkawinan dalam UU No 1 Tahun 1974 yang mengatakan bahwa bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang perempuan sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan
4 kekal berdasarkan ketuhanan yang Maha Esa.
Perkawinan memiliki arti yang sangat penting, bukan lagi menjadi urusan pribadi semata tetapi juga menyangkut urusan keluarga, suku, masyarakat dan kasta. Maka dari itu dalam pelaksanaanya tidak terlepas dari upacara-upacar adat, dengan tujuan untuk keselamatan mempelai dalam mengarungi rumah tangganya sampai akhir hayatnya. Segala bentuk upacara ini merupakan upacara peralihan (rites de passage), setelah melawati upacara-upacara tersebut menjadi hidup bersama dalam suatu ikatan keluarga (somah) sebagai sepasang suami-istri. Yang semula masih satu atap dengan orang tua masing-masing kemudian mereka berdua menjadi suatu keluarga baru yang berdiri sendiriNikah merupakan amalan yang disyari’atkan, hal ini didasarkan pada firman Allah SWT QS. An-Nisaa/ 4:3: 3 Syaikh Abul Abbas Zainuddin bin Ahmad bin Abdul Lathif Asy- Syiraji Az-Zubaidi. At-
Tajridush Sharih Li Ahaditsil Jami’ish Shahih. Terj. Muhammad Zuhri: Terjemah Hadits Shahih Bukhari 2, h. 364. 4
Terjemahnya : “Dan jika kamu takut tidak akan dapat Berlaku adil terhadap (hak- hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), Maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. kemudian jika kamu takut tidak akan dapat Berlaku adil.
Maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.”(An-Nisaa/ 4:3)
Dari keterangan diatas disimpulkan bahwa hukum nikah ada 5 :
a. Wajib kepada orang yang mempunyai nafsu yang kuat sehingga bias menjerumuskannya ke lembah maksiat (zina dan sebagainya) sedangkan ia seorang yang mampu.disini mampu bermaksud ia mampu membayar mahar (mas berkahminan/dower) dan mampu nafkah kepada calon istrinya.
b. Sunat kepada orang yang mampu tetapi dapat mengawal nafsunya.
c. Harus kepada orang yang tidak ada padanya larangan untuk berkahwin dan ini merupakan hukum asal perkawinan d. Makruh kepada orang yang tidak berkemampuan dari segi nafkah batin dan lahir tetapi sekadar tidak memberi kemudaratan kepada isteri.
e. Haram kepada orang yang tidak berkempuan untuk memberi nafkah batin dan lahir dan ia sendiri tidak berkuasa (lemah), tidak punya keinginan menikah serta akan menganiaya isteri jika dia menikah.
3. Tujuan Pernikahan dalam Islam Manusia sebagai makhluk sosial tidak mungkin dapat hidup sendiri. Ia pasti membutuhkan orang lain untuk berkomunikasi, melaksanakan tugas dan memenuhi segala kebutuhanya. Selain itu manusia juga dikaruniai nafsu berupa kecenderungan tabiat kepada sesuatu yang dirasa cocok. Kecenderungan ini merupakan satu bentuk ciptaan yang ada pada diri manusia, sebagai urgensi kelangsungan hidupnya. Seperti makan, minum dan menikah.
Lebih spesifik, Islam adalah agama kehidupan yang menghargai insting biologis (seks) yang merupakan bagian penting dari kehidupan ini. Sudah menjadi sunatullah, bahwa Islam mampu menangani semua itu secara seimbang, menarik dan obyektif, selama manusia masih menganggap perkawinan merupakan elemen penting dalam kehidupan ini.
Syari’at yang ditentukan Islam mengajak pasangan suami-istri untuk selalu berusaha menemukan kebaikan, keteguhan dan perjuangan pasangannya disamping hanya sekedar kenikmatan berhubungan badan.
Maka Rasulullah -shallalaahu ‘alahi wa sallaam- memberikan anjuran kepada para pemuda yang belum menikah agar segera menikah, karena begitu besarnya faedah dan tujuan yang ada padanya. Diantaranya faedah dan tujuan yang utama adalah: Menjalankan perintah Allah SWT sebagaimana hal ini tertuang dalam QS/ An-Nur 24: 32 Terjemahnya:
“Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan orang-
orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas
5
(pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.“ Selain ayat di atas, Allah SWT juga menyebutkan dalam QS. Al-Rum/30: 21:
Terjemahnya: Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia Menciptakan pasangan- pa-sangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia Menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran
6 Allah) bagi kaum yang berpikir.
Tentang tujuan perkawinan dalam Islam, Islam juga memandang bahwa pembentukan keluarga itu sebagai salah satu jalan untuk merealisasikan tujuan-tujuan yang lebih besar yang meliputi berbagai aspek kemasyarakatan berdasarkan Islam yang akan mempunyai pengaruh besar dan mendasar terhadap kaum muslimin dan eksistensi umat Islam.Terjalinya suatu pernikahan maka terdapat beberapa tujuan serta himah dari penikahan tersebut antara lain yaitu : a. Untuk Memenuhi Tuntutan Naluri Manusia Yang Asasi
Perkawinan adalah fitrah manusia, maka jalan yang sah untuk memenuhi kebutuhan ini yaitu dengan aqad nikah (melalui jenjang perkawinan), bukan dengan cara yang amat kotor menjijikan seperti cara-cara orang sekarang ini dengan 5 Departemen Agama RI, Aljamil, al-Qur’an Tajwid Warna, Terjemahan Perkata, Terjemahan Inggris, (Bekasi: Cipta Bagus Segara 2012), h. 354. 6 berpacaran, kumpul kebo, melacur, berzina, lesbi, homo, dan lain sebagainya yang telah menyimpang dan diharamkan oleh Islam.
b. Untuk Membentengi Ahlak Yang Luhur Sasaran utama dari disyari’atkannya perkawinan dalam Islam di antaranya ialah untuk membentengi martabat manusia dari perbuatan kotor dan keji, yang telah menurunkan dan meninabobokan martabat manusia yang luhur.Islam memandang perkawinan dan pembentukan keluarga sebagai sarana efefktif untuk memelihara pemuda dan pemudi dari kerusakan, dan melindungi masyarakat dari kekacauan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya sebagai berikut:
“Wahai para pemuda Barangsiapa diantara kalian berkemampuan untuk nikah, maka nikahlah, karena nikah itu lebih menundukan pandangan, dan lebih membentengi farji (kemaluan).Dan barangsiapa yang tidak mampu, maka hendaklah ia puasa (shaum), karena shaum itu dapat membentengi dirinya”.
c. Untuk Menegakkan Rumah Tangga Yang Islami Dalam Al-Qur’an disebutkan bahwa Islam membenarkan adanya Thalaq (perceraian), jika suami istri sudah tidak sanggup lagi menegakkan batas-batas Allah, sebagaimana firman Allah SWTdalam QS Al-Baqarah/02: 229:
Terjemahnya: “Thalaq (yang dapat dirujuki) dua kali, setelah itu boleh rujuk lagi dengan cara ma’ruf atau menceraikan dengan cara yang baik. Tidak halal bagi kamu mengambil kembali dari sesuatu yang telah kamu berikan kepada mereka, kecuali kalau keduanya khawatir tidak akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah, maka tidak ada dosa atas keduanya tentang bayaran yang diberikan oleh istri untuk menebus dirinya. Itulah hukum-hukum Allah, maka janganlah kamu melanggarnya. Barangsiapa yang melanggar
7
hukum-hukum Allah mereka itulah orang-orang yang dhalim.” Yakni keduanya sudah tidak sanggup melaksanakan syari’at Allah.Dan dibenarkan rujuk (kembali nikah lagi) bila keduanya sanggup menegakkan batas-batas Allah.
Sebagaimana yang disebutkan dalam surat Al-Baqarah lanjutan ayat di atas (QS Al- Baqarah/02: 230):