HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN KUALITAS TIDUR PADA LANSIA DI DUSUN CELUNGAN SUMBERAGUNG MOYUDAN SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Kualitas Tidur pada Lansia di Dusun Celungan Sumberagung Moyidan Sleman Yogyakarta -
HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN KUALITAS TIDUR PADA LANSIA DI DUSUN CELUNGAN SUMBERAGUNG MOYUDAN SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh : DESI FATMASARI 201410201018 PROGRAM S1 ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA 2018
HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN
KUALITAS TIDUR PADA LANSIA DI DUSUN
CELUNGAN SUMBERAGUNG MOYUDAN
SLEMAN YOGYAKARTA
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Ilmu Kesehatan di Universitas ‘Aisyiyah
Yogyakarta
Disusun oleh :
Desi Fatmasari
201410201018
PROGRAM S1 ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
HALAMAN PERSETUJUAN
HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN KUALITAS TIDUR
PADA LANSIA DIDUSUN CELUNGAN SUMBERAGUNG
MOYUDAN SLEMAN YOGYAKARTA
NASKAH PUBLIKASI
Disusun oleh :
DESI FATMASARI
201410201018
Telah Disetuji Oleh Pembimbing Pada Tanggal :
24 Juli 2018 Pembimbing, Tiwi Sudyasih, M. Kep.
HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN KUALITAS TIDUR DI DUSUN CELUNGAN SUMBERAGUNG MOYUDAN SLEMAN YOGYAKARTA
Desi Fatmasari¹, Tiwi Sudyasih²
ABSTRAK
Latar Belakang: Seiring dengan bertambahnya usia, maka akan terjadi penurunan
fungsi tubuh pada lansia, baik fisik, fisiologis maupun psikologis. Masalah psikologis seperti kesehatan jiwa yang sering terjadi pada lansia adalah kecemasan. Rasa cemas yang dialami oleh lansia yang tidak dapat diatasi akan mengganggu kualitas tidur lansia.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat kecemasan
dengan kualitas tidur pada lansia di dusun Celungan Sumberagung Moyudan Sleman Yogyakarta.
Metode Penelitian : Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif non
eksperimental dengan metode deskriptif korelasi dengan rancanagan Cross Sectional.Penelitian ini dilakukan pada 14 April 2018 di Dusun Celungan Sumberagung Moyudan Sleman Yogyakarta dengan jumlah responden 69 lansia diambil dengan teknik total sampling.Analisa data yang digunakan yaitu uji statistik Kendall- Tau dan Instrumen yang digunakan kuesioner.
Hasil : Hasil penelitian menunjukan Ada Hubungan Tingkat Kecemasan dengan
Kualitas Tidur pada lansia. Hasil uji Kendal
- –tauu diperoleh nilai signifikan p-Value sebesar 0,001 (p-value < 0,005).
Kesimpulan: penelitian menunjukan ada hubungan tingkat kecemasan dengan
kualitas tidur pada lansia di Dusun Celungan Moyudan Sumberagung Sleman Yogyakarta.
Saran : lansia dapat mengidentifikasi tingkat kecemasan sehingga tidak
memperburuk kualitas tidurnya. Kata kunci :Tingkat kecemasan, Kualitas tidur, lansia Kepustakaan :30 Judul Buku (2007 - 2014), 2 website,9 skripsi,3 jurnal Jumlah Halaman :X, 76 Halaman, 5 Pustaka, 7 LampiranJudul Penelitian
¹
²Mahasiswa PSIK Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta ³Dosen PSIK Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta
THE RELATION BETWEEN ANXIETY LEVEL AND SLEEPING QUALITY AT CELUNGAN VILLAGE SUMBERAGUNG MOYUDAN SLEMAN YOGYAKARTA
Desi Fatmasari¹, Tiwi Sudyasih²
ABSTRACT
Background: As the age increases, there will be decrease of body function in
physical, physiology, and psychology at elderly. The psychology problem like mental health that often occurs in elderly is anxiety. The anxiety that is experienced by elderly will disturb the sleeping quality of elderly if it is not treated well.
Aim: This research aims to reveal the relation between anxiety level and the sleeping
quality in elderly at Celungan village Sumberagung Moyudan Sleman Yogyakarta.Method: This research was non experimental quantitative research with correlation
thdescriptive method and cross sectional design. This research was done on April 14 2018 at Celungan village Sumberagung Moyudan Sleman Yogyakarta, and there were 69 elderly who became respondents. They were taken with total sampling technique. The data analysis used was Kendall - Tau statistic test, and the instrument that was used was questionnaire.
Result: The research result showed that there was relation between anxiety level and
sleeping quality in elderly. The Kendall - Tau result showed the significant value of p for 0.001 (p-value < 0.005).
Conclusion: The research shows that there was relation between anxiety level and the
sleeping quality in elderly at Celungan village Sumberagung Moyudan Sleman Yogyakarta.
Suggestion: Elderly can identify the anxiety level, so it will not worsen the sleeping
quality. Keywords :Anxiety level, Sleeping quality, elderly Bibliography :30 books (2007 - 2014), 2 websites,9 thesis,3 journals Pages :X, 76 pages, 5 divining manuals, 7 appendixes ¹Title of the Thesis ²Student of ‘Aisyiyah University of Yogyakarta. ³Lecturer of ‘Aisyiyah University of Yogyakarta.PENDAHULUAN
Lansia (elderly) adalah kelompok usia 60 sampai 74 tahun, yang merupakan kelompok umur pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu proses yang disebut Aging Process atau proses penuaan. Menua merupakan suatu proses yang tidak bisa dihindari berjalan secara terus menerus dan berkesinambungan. Penuaan akan mengakibatkan perubahan fisik dan psikososial, yang ditandai kemunduran secara fisik antara lain penurunan fungsi panca indera, kulit keriput, dan menurunnya imunitas sehingga memunculkan berbagai macam penyakit (Kemenkes 2013). Proses penuaan merupakan proses alami yang ditandai penurunan kondisi fisik sehingga keadaan ini menimbulkan masalah kesehatan secara umum maupun kesehatan jiwa pada lansia. Seiring meningkatnya jumlah lansia maka banyak masalah yang mengancam kesehatan karena semakin bertambahnya usia fungsi organ tubuh semakin menurun baik itu karena faktor ilmiah maupun faktor penyakit (Kadir, 2007).
Berdasarkan sensus data Badan Pusat Statistik (BPS) di Indonesia pada tahun 2014, jumlah lansia di Indonesia mencapai 14,4 juta jiwa (7,18%). Pada tahun 2010 diperkirakan menjadi 23,90 juta jiwa (9,77%). Tahun 2020 diprediksi akan berjumlah 28,8 juta orang (11,34%).
Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan daerah paling tinggi jumlah lansianya yaitu berkisar 14,04%. Berdasarkan hasil pemutakhiran Data dari Badan Pusat Statistik jumlah lansia di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2015 yaitu sebanyak 719.335 orang yang terdapat pada setiap Kabupaten di DIY dengan rincian yaitu di Kota
Kulon Progo sebanyak 50.202 lansia, di kabupaten Bantul 83.162 lansia,di kabupaten Gunung Kidul 90.074 lansia, dan di kabupaten Sleman 101.161 lansia. (Badan Pusat Statistik, 2014).
Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk lansia yang semakin meningkat pemerintah membentuk suatu kebijakan pelayanan kesehatan lanjut usia guna bertujuan untuk mencapai masa tua yang bahagia dan berdaya guna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat. Sebagai wujud nyata pemerintah telah bekerja sama dengan pelayanan pada lanjut usia melalui berbagai jenjang. Pelayanan kesehatan lanjut usia ditingkat masyarakat yaitu posyandu lansia, pelayanan kesehatan lanjut usia ditingkat dasar yaitu puskesmas, pelayanan kesehatan lanjut usia ditingkat lanjut yaitu rumah sakit. Permenkes Nomor 79 tahun 2014 tentang penyelenggaraan pelayanan Geriatri di Rumah Sakit.(Kemenkes, 2013)
Lansia banyak menghadapi berbagai masalah kesehatan yang perlu penanganan segera dan terintegrasi. Seiring dengan bertambahnya usia, maka akan terjadi penurunan fungsi tubuh pada lansia, baik fisik, fisiologis maupun psikologis. Masalah psikologis seperti kesehatan jiwa yang sering terjadi pada lansia adalah kecemasan, depresi, paranoid, dan demensia, jika lansia mengalami masalah tersebut, maka kondisi itu dapat mengganggu kualitas tidur pada lansia dan kegiatan sehari-hari lansia (Maryam dkk,2011).
Keluhan masalah tidur menduduki peringkat tertinggi diantara msalah yang berhubungan dengan lansia. Oleh karena itu masalah terkait tidur pada lansia penting untuk menjadi perhatian. Setiap tahun diperkirakan sekitar 20%-50% orang dewasa melaporkan adanya kualitas tidur yang kurang dan sekitar 17% mengalami kualitas tidur yang serius (Sumedi,2010). National Sleep
Foundation mengemukakan bahwa sekitar
67% dari 1.508 lansia di Amerika usia 65 tahun keatas mengalami kualitas tidur buruk dan sebanyak 7,3% lansia mengeluhkan gangguan tidur (Agustin,2012).
Prevalensi gangguan pemenuhan kebutuhan tidur meningkat menjadi 76% (Amir,2007). Sejumlah 8% dan 54% lansia di Taiwan memiliki kualitas tidur yang buruk, sedangkan kualitas tidur yang buruk merupakan masalah kesehatan yang penting bagi mereka. Hasil data didapatkan prevalensi gangguan kualitas tidur pada lansia usia 65 tahun keatas di Indonesia sekitar 49% atau 9,3 juta lansia.
Di pulau jawa dan bali prevalensi gangguan kualitas tidur tersebut sekitar 44% dari total lansia. Tidur yang baik tidak hanya dilihat dari jumlah jam tidur, tetapi juga kualitas tidurnya. Kualitas tidur adalah jumlah tahapan non - rapid eye movement (NREM ) dan rapid eye movement (REM ) yang dialami seseorang dalam siklus tidurnya. Kualitas tidur pada lansia merupakan kepuasan individu terhadap tidurnya yang meliputi waktu, latensi tidur, waktu yang dibutuhkan untuk tidur, lama waktu tidur, frekuensi, kepuasan tidur, rasa lelah saat bangun tidur, dan perasaan tidak segar saat bangun (Modjod, 2007).
Keadaan ini menunjukan dimana individu mengalami suatu perubahan dalam kuantitas dan kualitas tidur yang menyebabkan rasa tidak nyaman atau mengganggu gaya hidup yang diinginkan, gangguan tidur yang kronis secara fisiologis, jika seseorang tidak mendapatkan tidur yang cukup untuk mempertahankan kesehatan tubuh dapat terjadi efek - efek seperti pelupa, konfusi dan disorientasi (Stanley,2007).
Kualitas tidur jika tidak segera ditangani dapat mempengaruhi kesehatan pada lanjut usia baik pada hari itu maupun dalam jangka panjang. Kebugaran dalam bangun tidur ditentukan oleh kualitas tidur sepanjang malam. Namun pada lanjut usia terdapat penurunan pada tahap tidur. Selain itu lansia juga sering terbangun pada malam hari sehingga bangun pagi terasa tidak segar, siang hari merasa lelah, dan lebih sering tertidur dalam waktu yang singkat ( Siregar, 2011 ). Seseorang memiliki kualitas tidur yang baik maka ia akan merasa puas dengan tidurnya dan merasa segar dipagi harinya serta tidak terganggu pada aktifitas di siang hari. (Azizah, 2011).
Penyebab yang mempengaruhi Kualitas dan Kuantitas tidur yaitu Penyakit, Lingkungan, Motivasi, Gaya Hidup, Stres psikologis seperti depresi dan kecemasan, Obat-obatan, dan alkohol.Pengaruh prosses penuaan mengakibatkan berbagai macam masalah yaitu baik secara fisik, psikologis, sosial ekonomi.Pada lanjut usia gangguan psikologis yang sering dijumpai yaitu kecemasan.
Kecemasan merupakan respon psikologis dari ketegangan mental yang menggelisahkan serta ketidakmampuan menghadapi masalah.Perasaan ini pada umumnya menimbulkan gejala - gejala fisiologis seperti gemetar,berkeringat, kerja jantung meningkat, dan gejala psikologis seperti panik, tegang, bingung, tidak dapat berkonsentrasi (Pratiwi, 2010). Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan peneliti pada tanggal 25 Oktober 2017 didapatkan data jumlah lansia sebanyak 122 lansia dan yang berusia 60 - 74 tahun sebanyak 69 lansia. Dari hasil wawancara terhadap 10 lansia didapatkan 8 atau (80%) lansia mengatakan mengalami masalah gangguan tidur .
Mereka mengeluhkan rasa tidak nyaman ketika tidur karena sering memikirkan hal - hal yang tidak pasti dan pada siang harinya sering mengalami mengantuk, sulit untuk memulai tidur, sering terbangun dimalam hari kemudian susah untuk kembali tidur lagi dan bangun terlalu dini, lansia juga mengatakan memikirkan anak - anak mereka yang ada diperantauan yang jarang pulang kerumah, sehingga masalah tersebut menyebabkan lansia mengalami kecemasan. Lansia mengatakan upaya untuk menangani masalah tersebut dengan cara berdzikir, melakukan aktifitas sehari - hari , dan mengisi waktu luang dengan berkumpul bersama tetangga serta terkadang mereka masih menyibukkan diri untuk pergi ke sawah. Maka dari itu, berdasarkan latar belakang tersebut peneliti berminat untuk meneliti lebih lanjut tentang kualitas tidur dengan judul “Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Kualitas Tidur Pada Lanjut Usia di Dusun Celungan Sumberagung Moyudan Sleman Yogyakarta.
Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif korelasi dengan menggunakan pendekatan cross sectional yang dianalisis dengan menggunakan analisis Kendall tau. Populasi dalam penelitian ini sejumlah 69 lansia di Dusun Celungan Sumberagung Moyudan Sleman dengan menggunakan teknik total sampling. Instrumen dalam penelitian ini berupa kuesioner. Tingkat kecemasan diukur menggunakan alat (instrumen) kuesioner kecemasan dari Hamilton
Scale for Anxiety ( HRS-A )
Pengukuran tingkat kecemasan dengan skala ordinal. . Kualitas tiidur diukur menggunakan kuesioner PSQI (Pittsburgh sleep quality index) yaitu suatu skor atau nilai yang didapatkan dari pengukuran kualitas tidur seseorang yang pengukurannya dicari dengan cara mengsi kuesioner PSQI dengan pembobotan tertentu Minimum skor : 0 (tidak ada gangguan ), maximum skor = 21 (gangguan berat).
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian 1. Gambaran umum lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 14 April 2018 dengan responden lansia dengan cara mengunjungi rumah responden satu persatu yang sebelumnya telah ditentukan. Secara geografis Dusun
Celungan Sumberagung Moyudan Sleman Yogyakarta merupakan daerah pedesaan. Sekeliling dusun merupakan lahan persawahan sehingga sebagian lanjut usia juga bekerja sebagai petani dan penggarap sawah.Pemukiman di daerah ini cukup teratur tata dusunya.
Lansia di daerah ini berjumlah 122 jiwa dan usia 60-74 berjumlah 69 jiwa. Lansia di dusun ini sebagian tinggal bersama anak atau keluarga mereka. Dusun ini mempunyai posyandu lansia yang aktif digunakan akan tetapi lansia didusun ini tidak aktif dalam mengikuti kegiatan diposyandu dikarenakan mereka sibuk dengan pekerjaannya yaitu menggarap sawah mereka.
METODE PENELITIAN
Posyandu dilaksanakan stiap bulan sekali yaitu setiap tanggal 20. Kegiatannya berupa cek kesehatan pengukuran BB dan pengukuran tekanan darah yang bertempat di Balai Dusun Celungan Sumberagung Moyudan. Posyandu lansia di dusun ini memiliki 4 kader dan setiap bulannya biasanya hanya dihadiri kurang lebih 25 lansia dari 122 lansia yang ada di dusun ini.
Puskesmas di Dusun Celungan Sumberagung Moyudan Sleman sering melakukan cek kesehatan setiap bulan sekali, bertepatan dengan posyandu lansia diadakan yaitu setiap tanggal 20.
Puskesmas setempat mengatakan status kesehatan lansia didusun tersebut cukup baik hanya saja mereka jarang mengikuti posyandu lansia dengan alasan mereka sibuk dengan pekerjaan mereka masing - masing. Lansia di dusun ini masih banyak yang bekerja sebagai petani, buruh, wiraswasta dan lain- lain. Lansia biasanya mengisi waktu disiang hari dengan mengunjugi tetangga dekat rumah untuk sekedar berbagi cerita, sedangkan lansia yang masih bekerja jarang melakukanya dan lansia biasanya pergi ke masjid atau gereja untuk beribadah.
2. Deskripsi Karakteristik Responden Penelitian a. Kecemasan pada lansia di Dusun Celungan Sumberagung Moyudan Sleman Tabel 4.2.
Sumber : Data Primer 2018 Berdasarkan Tabel 4.4 dapat diketahui dari 69 responden yang diteliti, diketahui presentase tidak ada kecemasan paling banyak mengalami kualitas tidur sedang yaitu 4 responden (80,0%) dan kualitas tidur ringan yaitu 1 responden (20%). Responden yang memiliki tingkat kecemasan ringan paling banyak mengalami kualitas tidur ringan sebanyak 8 responden (88,9%) dan kualitas tidur sedang sebanyak 1 responden (11,1%). Responden yang memiliki tingkat kecemasan berat paling banyak mengalami kualitas tidur sedang sebanyak 17 responden (89,5%) dan responden yang memiliki kualitas tidur ringan yaitu 2 responden (10,5%).
100
69 34,8 65,2
45
24
Jumlah 69 100 Kualitas tidur Frekuensi % Tidak ada Ringan Sedang Berat Jumlah
23 27,5 33,5
19
Berat Panik
10,9 18,8
13 7,2
9
5
Frekuensi % Tidak ada Ringan Sedang
Responden yang memiliki tingkat kecemasan panik yang paling banyak mengalami kualitas tidur sedang sebanyak 20 respoden (87,0%) dan kualitas tidur ringan sebanyak 3 responden (16,7%). Tingkat kecemasan
80 5 100 Ringan 8 88,9 1 11,1 9 100 Sedang 10 76,9 3 23,1 13 100 Berat 2 10,5 17 89,5 19 100 Panik 3 13,0 20 87,0 23 100 Jumlah 24 34,8 45 65,2 69 100
Distribusi Frekuensi tingkat kecemasan di Dusun Celungan beragung Moyudan
c.
Sleman Yogyakarta Sumber : Data Primer 2018
Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa sebagian besar lansia di Dusun Celungan Sumberagung Moyudan Sleman Yogyakarta mendapatkan tingkat kecemasan paling tinggi yaitu panik sebanyak 23 responden (33,3%) dan yang terendah yaitu tidak kecemasan 5 responden (7,2%).
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi kualitas tidur Dusun
Celungan Sumberagung Moyudan Sleman Yogyakarta.
Sumber : Data Primer 2018 Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa sebagian besar lansia di Dusun
Celungan Sumberagung Moyudan Sleman Yogyakarta memiliki karakteristik kualitas tidur tertinggi masuk dalam kategori sedang yaitu sebanyak 45 terendah masuk dalam kategori ringan yaitu 24 responden (34,8).
Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Kualitas Tidur pada Lansia di Dusun Celungan Sumberagung Moyudan Sleman Yogyakarta.
4
Tabel 4.4 Hasil Pengukuran Tingkat kecemasan terhadap Kualitas Tidur Pada Lansia di
Dusun Celungan Sumberagung Moyudan Sleman Yogyakarta. Tingkat Kecemasan
Kualitas Tidur Jumlah Ringan Sedang
F % F % F % Tidak Ada
1
20
b. Kualitas tidur pada lansia di Dusun Celungan Sumberagung Moyudan Sleman.
Tabel 4.5 Hasil Uji Kendall
- –Tau
P Value
R 0,000 0,429
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, lalu diadakan pengujian hipotesis dengan uji Kendall -Tau secara statistik memiliki koefisien korelasi sebesar 0,429 dengan taraf signifikasi p-value sebesar 0,001 (< 0,05). Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Ha diterima dan Ho ditolak yang artinya ada hubungan yang signifikan antara tingkat kecemasan dengan kualitas tidur pada lansia di dusun Celungan Sumberagung Moyudan Sleman Yogyakarta.
PEMBAHASAN
Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa sebagian besar responden berada pada usia 65-69 tahun sebanyak sebanyak 28 responden (40,6%). Berdasarkan data diatas disimpulkan bahwa faktor usia mempengaruhi kualitas tidur semakin tua umur seseorang maka kualitas tidur seseorang akan terganggu dari pada sewaktu muda.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 42 responden (60,9%). Responden jenis kelamin perempuan menempati prosentase tertinggi dikarenakan lansia perempuan seringkali tidak dapat melakukan koping dengan baik terhadap suatu masalah yang mereka hadapi saat memasuki usia senja. Sehingga mereka lebih sensitif dibandingkan dengan lansia laki - laki (Anisa, 2008).
Responden yang memiliki tingkat kecemasan panik yang paling banyak mengalami kualitas tidur sedang sebanyak 20 respoden (87,0%) dan kualitas tidur ringan sebanyak 3 responden (16,7%). Setelah dilakukan uji hipotesis dengan diketahuinya hasil perhitungan uji korelasi Kendall Tau antara tingkat kecemasan dengan kualitas tidur pada lansia dapat didapatkan nilai yang signifikan (p) yang diperoleh adalah 0,001. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan rumus Kendall Tau didapatkan nilai τ = 0,429 (τ >0 ) dan memiliki taraf signifikan (p) sebesar 0,001 (p < 0,005) maka Ho yang menyatakan tidak ada hubungan antara tingkat kecemasan dengan kualitas tidur pada lansia ditolak dan Ha yang menyatakan ada hubungan antara tingkat kecemasan dengan kualitas tidur pada lansia diterima. Jadi, dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara tingkat kecemasan dengan kualitas tidur pada lansia di Dusun Celungan Sumberagung Moyudan Sleman Yogyakarta.
Semakin tinggi tingkat kecemasan yang dialami lansia maka lansia tersebut akan mengalami gangguan kualitas tidur. Begitupula sebaliknya jika tingkat kecemasan rendah maka lansia tersebut tidak akan mengalami gangguan kualitas tidur.Tingkat kecemasan yang dialami oleh lansia diakibatkan oleh berbagai hal diantaranya gangguan fisik, kematian orang yang dicintai dan kehilangan keamanan ekonomi (Keliat,2011).
Kecemasan yang dialami lansia dianggap suatu hal yang wajar dan mempunyai dampak yang tidak baik salah satu dampak yang disebabkan oleh kecemasan yaitu terganggunya kualitas tidur pada lansia (Widya, 2010). Hal ini didukung oleh hasil penelitian Susanti 2011, hasil penelitian menunjukkan hampir setengahnya (43,5%) responden mengalami kecemasan, dan sebagian besar (65,2%) responden mengalami insomnia. Hasil penelitian menunjukan bahwa ada hubungan antara tingkat kecemasan dengan kejadian insomnia pada lansia usia 60-74 tahun.
Keterbatasan Penelitian 1.
Variabel pengganggu dalam penelitian ini tidak dapat dikendalikan secara maksimal misalnya obat-obatan dan faktor lingkungan sehingga masih banyak faktor yang dapat mempengaruhi kualitas tidur lansia.
SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan
4. Bagi peneliti selanjutnya Sebagai data dasar bagi peneliti khususnya tentang tingkat kecemasan dengan kulaitas tidur pada lansia.
1. Diketahuinya tingkat kecemasan lansia di Dusun Celungan Sumberagung Moyudan paling banyak mengalami kecemasan dalam kategori panik ditunjukan dengan 33,3% responden.
2. Diketahuinya kualitas tidur lansia di Dusun Celungan Sumberagung Moyudan mengalami kualitas tidur paling banyak masuk dalam kategori sedang yaitu 65,2% responden.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut:
5. Bagi masyarakat Memberikan informasi dan pengetahuan kepada masayarakat di Dusun Celungan Sumberagung Moyudan Sleman tentang Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Kualitas Tidur pada Lansia.
DAFTAR PUSTAKA
B. SARAN
3. Bagi profesi keperawatan Memberikan pengetahuan kepada perawat khususnya pada keperawatan gerontik mengenai hubungan tingkat kecemasan dengan kualitas tidur pada lansia.
Diakses pada tanggal20 April 2018. Available from wordpress.com
Dasar Manusia: Aplikasi, Konsep
Yogjakarta : Nuha Medika. Hidayat, A. (2008). Pengantar Kebutuhan
Jakarta Selatan. Bandiyah S. 2009. Lanjut Usia dan Keperawatan Gerontik.
Usia Graha Ilmu . Yogyakarta Badan Pusat Statistik. (2014). Perkembangan Proporsi Penduduk Lansia di Indonesia Tahun 1980-2020. Dalam situasi dan Analisis Lanjut Usia. 2014 .
Azizah, (2011). Keperawatan Lnjut
Annisa, (2008). Penanganan Lansia, Tak Bisa Setengah Hat i.
2. Bagi Lansia Diharapkan bagi lansia lebih aktif lagi dalam mengikuti posyandu lansia diDusun Celungan Sumberagung Moyudan sleman, lebih memperbanyak aktifitas misalnya menyalurkan hobi yang dimiliki agar tidak mengalami kecemasan supaya tidak berdampak pada kualitas tidur lansia.
pada Lanjut Usia. Diagnosis dan penatalaksanaan.
Amir, Nurmiati. 2007. Gangguan Tidur
3. Ada hubungan antara Tingkat Kecemasan dengan Kualitas Tidur di Dusun Celungan Sumberagung Moyudan Sleman Yogyakarta tahun 2018.
Mempengaruhi Kualitas Tidur Pada Pekerja Shift di PT Krakatau Tirta Industri Cilegon (Skripsi). Fakultas Ilmu Kadir . (2007). Proses Menua. Graha Ilmu.Jakarta. Kemenkes RI. (2013). Gambaran
Agustina, D. 2012. Faktor-Faktor yang
1. Bagi ilmu pengetahuan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dan wawasan lebih khususnya untuk mengembangkan ilmu pengetahuan terutama keperawatan Gerontik mengenai hubungan tingkat kecemasan dengan kualitas tidur pada lansia.
KeperawatanUniversitas Indonesia : Depok
Kesehatan Lanjut Usia di Indonesia. Jakarta
Keliat. WAP.(2011).Manajdemen Kasus Gangguan Jiwa. CMHN.
inttermediiate Course .Jakarta.EGC
Maryam, Siti dkk. (2011). Mengenai Usia
Lanjut Dan Perawatannya, hal 32 . Salemba Medika.
Modjod, D. (2007). Insomnia Eksperience,
Management Strategies, and Outcomes in ESRD Patient Undergoing Hemodialysis.
Notoatmodjo ,2012.Metodelogi
Penelitian Kesehatan . Rineka
Cipta Remaja Jakarta Pratiwi , R.P, (2010). Pengertian
Kecemasan. Last update: 05 April 2018. Available on:
Siregar, Mukhlidah Hanun. (2011).
Mengenal Sebab-Sebab, Akibat-Akibat, dan Cara Terapi Insomnia .
Yogyakarta: Stuart G.W. (2012). Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 5 .
Jakarta: EGC Stanley dan Beare. 2007. Buku Ajar
Keperawatan Gerontik . Jakarta
Widya,G. (2010). Mengatasi Insomnia
Cara Mudah Mendapatkan Kembali Tidur Nyenyak. Kata
Hati, Yogyakarta