PENGARUH RETURN ON EQUITY, DIVIDEND PAYOUT RATIO, DAN PRICE TO EARNINGS RATIO PADA RETURN SAHAM - UMBY repository
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Pasar Modal
1. Pengertian Pasar Modal Menurut undang-undang No. 8 tahun 1995 tentang pasar modal, yang dimaksud dengan pasar modal adalah segala kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkan, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Pasar modal dipandang sebagai salah satu sarana untuk mempercepat akumulasi dana bagi pembiayaan pembangunan melalui mekanisme pengumpulan dana dari masyarakat dan menyalurkan dana tersebut ke sektor-sektor yang produktif.
Secara formal pasar modal didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai instrumen keuangan (sekuritas) jangka panjang yang bisa diperjual belikan dalam bentuk hutang maupun modal sendiri, baik yang diterbitkan pemerintah, public authorities, maupun swasta (Suad Husnan dan Eny Pudjiastuti, 2002). Menurut Eduardus Tandelilin (2001), beberapa sekuritas yang umumnya diperdagangkan di pasar modal antara lain:
1. Saham, merupakan surat bukti kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang menerbitkan saham
2. Obligasi merupakan sekuritas yang memberikan pendapatan dalam jumlah tetap kepada pemiliknya
3. Reksadana (mutual fund) adalah sertifikat yang menjelaskan bahwa pemiliknya menitipkan sejumlah dana kepada perusahaan reksadana, untuk digunakan sebagai modal berinvestasi baik di pasar modal maupun pasar uang
4. Instrument derivative adalah sekuritas yang nilainya merupakan turunan dari sekuritas lain, sehingga nilai instrumentderivative sangat bergantung dari harga sekuritas lain yang ditetapkan sebagai patokan. Berbagai macam
instrument derivative adalah : a.
Waran
Opsi
yang diterbitkan oleh perusahaan untuk membeli saham dalam jumlah dan harga yang telah ditentukan dalam jangka waktu tertentu b.
Right Issue Turunan dari saham yang memberikan hak bagi pemiliknya untuk dengan harga tertentu c.
Opsi Hak untuk menjual atau membeli sejumlah saham tertentu pada harga yang telah ditentukan d.
Saham bonus Perusahaan menerbitkan saham bonus yang akan dibagikan kepada pemegang saham lama
Definisi lain dari pasar modal menurut Jogiyanto (2010) merupakan tempat bertemu antara pembeli dan penjual dengan resiko untung dan rugi. Kebutuhan dana jangka pendek umumnya diperoleh di pasar uang (misalnya bank komersil). Pasar modal merupakan sarana perusahaan untuk meningkatkan kebutuhan dana jangka panjang dengan menjual saham atau mengeluarkan obligasi.
Sementara itu Ahmad (1996:18) dalam Mushawir (2017:7) menyebutkan tiga pengertian tentang pasar modal sebagai berikut :
1. Definisi yang luas Pasar modal adalah kebutuhan sistem keuangan yang terorganisasi, termasuk bank-bank komersial dan semua perantara di bidang keuangan, serta surat-surat berharga, jangka panjang dan jangka pendek, primer dan yang tidak langsung.
2. Definisi dalam arti menengah
Pasar modal adalah semua pasar yang terorganisasi dan lembaga- lembaga yang memperdagangkan warkat-warkat kredit (biasanya yang berjangka waktu lebih dari satu tahun) termasuk saham-saham, obligasi- obligasi, pinjaman berjangka hipotek dan tabungan serta deposito berjangka.
3. Definisi dalam arti sempit Pasar modal adalah tempat pasar terorganisasi yang memperdagangkan saham-saham dan obligasi-obligasi dengan memakai jasa dari makelar komisioner dan para underwriter.
Menurut Husnan (2005:4) dalam Mushawir (2017:7-8), pasar modal memiliki dua fungsi, yaitu :
1. Fungsi Ekonomi Pasar modal sebagai fungsi ekonomi, yaitu menyediakan fasilitas untuk memindahkan dana dari lenders (para investor yang menanamkan dananya dalam pasar modal) ke borrowers (emiten atau perusahaan yang menerbitkan efek di pasar modal). Lenders mengharapkan akan memperoleh keuntungan imbalan dari penyerahan dana tersebut. Sedangkan dari sisi borrowers tersedianya dana dari pihak luar memungkinkan melakukan investasi tanpa harus menunggu tersedianya
2. Fungsi Keuangan
Pasar modal sebagai fungsi keuangan adalah dengan menyediakan dana yang diperlukan oleh para borrowers. Lenders menyediakan dana tanpa terlibat langsung dalam kepemilikan aktiva riil yang diperlukan untuk investasi tersebut.
Sedangkan menurut Tandelilin (2001:13) pasar modal berfungsi sebagai lembaga perantara (intermediaries). Fungsi ini menunjukkan peran penting pasar modal dalam menunjang perekonomian karena pasar modal dapat menghubungkan pihak yang membutuhkan dana dengan pihak yang mempunyai kelebihan dana. Dasar-dasar Hukum Pasar Modal adalah : a.
UU RI no. 8/1995 tentang pasar modal b.
UU RI no 40/2007 tentang Perseroan Terbatas (PT) c. UU RI no. 23/2002 tentang Surat Utang Negara d.
Peraturan Pemerintah RI no. 45 tentang penyelenggaraan kegiatan di bidang pasar modal e.
Peraturan BAPEPAM-LK f. Peraturan Bursa Efek Indonesia (BEI) g.
Peraturan Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) h. Peraturan Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI)
2.Pasar Modal dan Mekanisme Perdagangan Menurut Brigham dan Houston (2006) dalam (Diana, 2016) pasar modal terbagi dalam dua jenis, yaitu: a. Pasar Perdana (Primary Market)
Pasar Perdana (Primary Market) adalah pasar di mana perusahaan memperoleh modal baru. Pasar perdana merupakan tempat penawaran saham pertama kali dari emiten kepada para pemodal selama waktu yang ditetapkan oleh pihak penerbit(issue) sebelum saham tersebut diperdagamgkan di pasar sekunder. Biasanya dalam jangka waktu sekurang- kurangnya6 hari kerja.
Harga saham di Pasar perdana ditentukan oleh penjamin emisi dan perusahaan yang go public berdasarkan analisis fundamental perusahaan yang bersangkutan. Dalam pasar perdana, perusahaan akan memperoleh dana yang diperlukan. Perusahaan dapat menggunakan dana hasil emisi untuk mengembangkan dan memperluas barang modal untuk memproduksi barang dan jasa. Harga saham pasar perdana tetap, pihak yang berwenang adalah penjamin emisi dan pialang, tidak dikenakan komisi dengan pemesanan yang dilakukan melaui agen penjualan.
Menurut Mushawir (2017:14-15) pasar perdana adalah penawaran efek dari suatu perusahaan kepada masyarakat (publik) oleh suatu sindikasi penjaminan untuk pertama kalinya sebelum efek tersebut diperdagangkan di Bursa Efek. Mekanisme perdagangannya adalah sebagai berikut : pertama saham atau efek yang diterbitkan oleh perusahaan penerbit (emiten) akan ditawarkan kepada investor oleh pihak penjamin emisi (underwriter) melalui perantara pedagang efek (broker-dealer) yang bertindak sebagai agen penjual saham. Proses ini disebut dengan Penawaran Umum Perdana (IPO).
Gambar 2.1 Proses Perdagangan pada Pasar PerdanaDana Efek
Sumber : Modul Portofolio dan Investasi (Mushawir, 2017) Prosedur penawaran dan pemesanan efek di pasar perdana dapat dijelaskan sebagai berikut: a)
Penawaran perdana suatu saham atau obligasi suatu perusahaan kepada investor publik dilakukan melalui penjamin emisi dan agen penjual. Tata cara pemesanan saham atau obligasi seperti harga penawaran, jumlah saham yang ditawarkan, masa penawaran dan informasi lain yang penting harus dipublikasikan di surat kabar berskala nasional dan juga dibagikan
b) Investor yang berminat dapat memesan saham atau obligasi dengancara menghubungi penjamin emisi atau agen penjual dan kemudian mengikuti prosedur yang telah ditetapkan.
Penjamin Emisi Emiten
Investor Agen Penjual c) Investor kemudian melakukan pemesanan saham atau obligasi tersebut dengan disertai pembayaran.
d) Penjamin emisi dan agen penjual kemudian mengumumkan hasil penawaran umum tersebut kepada investor yang telah melakukan pemesanan.
e) Proses penjatahan saham atau obligasi (biasa disebut dengan allotment) kepada investor yang telah memesan dilakukan oleh penjamin emisi dan emiten yang telah mengeluarkan saham atau obligasi. Dalam proses penjatahan ini ada beberapa istilah yang harus diperhatikan:
1) Undersubscribed, adalah kondisi dimana total saham atau obligasi yang dipesan oleh investor kurang dari total saham atau obligasi yang ditawarkan. Dalam kondisi ini semua investor akan mendapatkan saham atau obligasi sesuai dengan jumlah yang dipesannya.
2) Oversubscribed, kondisi dimana total saham atau obligasi yang dipesan oleh investor lebih dari total saham atau obligasi yang ditawarkan. Dalam kondisi ini terdapat kemungkinan investor mendapatkan saham atau obligasi kurang dari jumlah yang dipesan atau bahkan tidak
f) Apabila jumlah saham atau obligasi telah terjadi oversubscribed maka kelebihan dana investor akan dikembalikan (refund) g) Saham atau obligasi tersebut kemudian didistribusikan kepada investor melalui penjamin emisi atau agen penjual.
b. Pasar Sekunder (Secondary Market) Pasar sekunder adalah pasar di mana sekuritas yang telah beredar diperdagangkan di antara para investor. Pasar sekunder merupakan tempat atau sarana transaksi jual-beli antar investor dan harga dibentuk oleh investor melalui perantara efek.Dengan adanya pasar modal para investor dapat membeli dan menjual efek setiap saat.
Di pasar sekunder terbentuklah harga pasar karena harga ditentukan oleh tawaran jual dan tawaran beli dari para investor yang disebut orderdriven market.Dengan adanya pasar sekunder, investor dapat melakukan perdagangan sekuritas untuk mendapatkan keuntungan (Mohamad Samsul:2006).
Menurut Mushawir (2017:16) pasar sekunder adalah pasar dimana efek-efek yang telah dicatatkan di Bursa Efek diperjualbelikan.Pasar sekunder memberikan kesempatan kepada para investor untuk membeli atau menjual efek-efek yang tercatat di bursa setelah terlaksananya penawaran perdana. Di pasar ini efek-efek diperdagangkan dari satu investor ke investor lain.
Gambar 2.2 Proses Perdagangan pada Pasar SekunderBURSA Broker Broker Investor
Investor EFEK
Beli Jual Jual Beli
Dana Efek
Sumber : Modul Portofolio dan Investasi (Mushawir, 2017) Perusahaan efek yang telah mendapatkan izin sebagai Pedagang
Perantara Efek di Bursa Efek Indonesia dapat melakukan aktivitas jual beli efek di bursa efek.Perusahaan efek membeli dan atau menjual efek berdasarkan perintah jual dan atau beli dari investor. Setiap perusahaan mempunyai karyawan yang disebut sebagai Wakil Perantara Pedagang Efek yang mempunyai wewenang untuk memasukkan semua perintah jual ataupun perintah beli ke dalam sistem perdagangan yang terdapat di bursa efek.
Sejak tahun 1995 proses perdagangan efek di pasar modal Indonesia telah menggunakan sistem terkomputerisasi yang disebut dengan JATS (Jakarta Automated Trading System) yang beroperasi berdasarkan sistem tawar menawar (auction) secara terus-menerus selama periode
(matched)
berdasarkan prioritas harga dan waktu. Prioritas harga artinya siapapun yang memasukkan order permintaan dengan harga beli (bid price) yang paling tinggi akan mendapat prioritas utama untuk bertemu dengan siapapun yang memasukkan order penawaran dengan harga jual (offer
price ) yang paling rendah. Prioritas waktu artinya siapapun yang
memasukkan order beli atau jual terlebih dahulu akan mendapat prioritas pertama untuk dicocokkan (matched) oleh sistem.
Bursa Efek Indonesia menggolongkan perdagangan saham ke dalam tiga pasar, yaitu : a)
Pasar reguler. Saham di pasar reguler diperdagangkan dalam satuan lot dan berdasarkan mekanisme tawar menawar yang berlangsung secara terus menerus selama proses perdagangan. Harga-harga yang terjadi di pasar ini akan digunakan sebagai dasar perhitungan indeks di BEI.
b) Pasar negosiasi. Pasar ini dilaksanakan berdasarkan tawar menawar individual antara anggota bursa beli dan anggota bursa jual dengan berpedoman pada kurs terakhir di pasar reguler.
c)
Pasar tunai. Pasar ini tersedia untuk menyelesaikan kegagalan anggota
bursa dalam memenuhi kewajibannya di pasar reguler dan pasar negosiasi. Pasar tunai dilaksanakan dengan prinsip pembayaran dan penyerahan seketika (cash and carry).
Perdagangan efek di Pasar Reguler, Pasar Negosiasi, dan Pasar Tunai dilakukan selama jam perdagangan pada setiap Hari Bursa dengan berpedoman pada Waktu JATS.
Hari Sesi Pertama Sesi Kedua Senin
13:30 sampai 16:00 WIB
- – Kamis 09:30 sampai 12:00 WIB
Jumat 09:30 sampai 11:30 WIB
14:00 sampai 16:00 WIB
Sedangkan pra-pembukaan untuk pasar reguler dilakukan setiap hari bursa dengan ketentuan sebagai berikut : Waktu Aktivitas 09:10:00 sampai 09:25:00 WIB
Anggota bursa memasukkan penawaran jual atau permintaan beli
09:25:01 sampai 09:29:59 WIB
JATS melakukan proses pembentukan Harga Pra- pembukaan dan alokasi transaksi yang terjadi.
3. Manfaat Pasar Modal Menurut Mohamad Samsul (2006:43) manfaat pasar modal dapat dilihat dari tiga sudut pandang :
1. Sudut Pandang Emiten a.
Sarana untuk mencari dana lebih besar dengan biaya yang lebih murah b.
Memperbaiki struktur permodalan perusahaan karena perusahaan memiliki modal sendiri yang lebih tinggi dibandingkan dengan utang. Sehingga ketergantungan modal pinjaman dari perbankan semakin berkurang.
c.
Manajemen perusahaan yang tertutup menjadi manajemen yang terbuka sehingga menguntungkan bagi pemegang saham karena lebih transparan.
d.
Memperluas jaringan bisnis baik dengan perusahaan domestik maupun perusahaan luar negeri.
2. Sudut Pandang Masyarakat a.
Sarana yang terbaik untuk berinvestasi dengan jumlah yang tidak terlalu besar bagi kebanyakan masyarakat b.
Nilai investasi berkembang mengikuti pertumbuhan yang tercermin pada meningkatnya harga saham yang menjadi capital gain c.
Dapat sekaligus melakukan investasi dalam beberapa instrumen untuk memperkecil resiko secara keseluruhan dan memaksimumkan keuntungan.
3. Sudut Pandang Pemerintah a.
Sebagai sumber pembiayaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), sehingga tidak tergantung lagi pada subsidi pemerintah b.
Manajemen badan usaha menjadi lebih baik, manajemen di tuntut untuk lebih profesional c.
Meningkatkan pendapatan dari sektor pajak, penghematan devisa bagi pembiayaan pembangunan serta memperluas kesempatan kerja. Sedangkan menurut Mushawir (2017:8-9) manfaat keberadaan Pasar Modal adalah : 1.
Menyediakan sumber pembiayaan (jangka panjang) bagi dunia usaha sekaligus memungkinkan alokasi sumber dana secara optimal
2. Memberikan wahana investasi bagi investor sekaligus memungkinkan upaya diversifikasi
3. Penyebaran kepemilikan perusahaan sampai lapisan masyarakat menengah
4. Memberikan kesempatan memiliki perusahaan yang sehat dan mempunyai prospek
5. Keterbukaan dan profesionalisme, menciptakan iklim berusaha yang sehat
6. Menciptakan lapangan kerja/profesi yang menarik
2.1.2 Saham
1. Pengertian Saham Eduardus Tandelilin (2001) menyatakan bahwa Saham merupakan surat bukti kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang menerbitkan saham.
Dengan memiliki saham suatu perusahaan, maka investor akan mempunyai hak terhadap pendapatan dan kekayaan perusahaan, setelah dikurangi dengan pembayaran semua kewajiban perusahaan.
Menurut Suad Husnan, 1998 dalam Verawati, 2014 saham merupakan selembar kertas yang menunjukkan hak pemodal (memiliki kertas tersebut) untuk memperoleh bagian dari prospek atau kekayaan organisasi yang menerbitkan sekuritas tersebut.
2. Macam-macam Saham Beberapa saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia adalah sebagai berikut :
1. Saham Biasa (Common Stock) Saham yang menempatkan pemiliknya paling akhir terhadap
claim (Nor Hadi, 2013:68). Saham biasa merupakan jenis saham yang akan
menerima laba setelah laba sebagian saham preferen dibagikan. Apabila perusahaan menderita kerugian maka pemegang saham biasa lah yang akan menanggung kerugian tersebut terlebih dahulu. Pemegang saham biasa memiliki suara dalam RUPS (Mohamad samsul, 2006:45).
Menurut Jogiyanto (2010) ada beberapa hak yang dimiliki oleh pemegang saham biasa : a. Hak kontrol
Pemegang saham biasa mempunyai hak untuk memilih dewan direksi. Hal ini berarti pemegang saham biasa berhak untuk mengontrol siapa yang akan memimpin perusahaan. Pemegang saham dapat melakukan hak kontrolnya dalam bentuk memveto dalam pemilihan direksi di Rapat Tahunan Pemegang Saham atau memveto pada tindakan-tindakan yang membutuhkan persetujuan pemegang saham.
b. Hak menerima pembagian keuntungan Sebagai pemilik perusahaan, pemegang saham biasa berhak mendapat bagian dari keuntungan perusahaan. Laba dibagikan dalam bentuk dividen. Pembagian dividen untuk saham biasa dapat dilakukan jika perusahaan sudah membayarkan dividen untuk saham preferen.
c. Hak preemptif
Preemptive Right
adalah hak untuk mendapatkan persentase pemilikan yang sama jika perusahaan mengeluarkan tambahan lembar saham. Jika perusahaan mengeluarkan tambahan lembar saham, maka jumlah saham yang beredar akan lebih banyak dan akibatnya persentase memberi prioritas kepada pemegang saham lama untuk membeli tambahan saham yang baru, sehingga persentase kepemilikannya tidak berubah.
2. Saham Preferen (Preferred Stock)
Saham preferen (preferred stock) adalah jenis saham yang memiliki hak laba kumulatif. Hak kumulatif adalah hak untuk mendapatkan laba yang tidak dibagikan pada suatu tahun yang mengalami kerugian, tetapi dibayar pada tahun yang mengalami keuntungan. Hak istimewa ini diberikan kepada pemegang saham preferen karena merekalah yang memasok dana ke perusahaan sewaktu mengalami kesulitan (Mohamad samsul, 2006:45). Karakteristik saham preferen menurut Jogiyanto (2010) sebagai berikut :
a. Pemegang saham preferen memiliki hak untuk menerima dividen terlebih dahulu dibandingkan pemegang saham biasa b. Saham preferen umumnya memberikan hak dividen kumulatif, yaitu memberikan hak kepada pemegangnya untuk menerima dividen tahun- tahun sebelumnya yang belum dibayarkan sebelum pemegang saham biasa menerima dividennya.
c. Saham preferen mempunyai hak terlebih dahulu atas aktiva perusahaan dibanding hak yang dimiliki oleh saham biasa pada saat terjadi likuidasi.
Menurut kasmir (2010:210), jenis-jenis saham jika ditinjau dari segi peralihannya ada dua, yaitu :
1. Saham atas Unjuk (Bearer Stock) Merupakan saham yang tidak mempunyai nama atau tidak tertulis nama pemilik dalam saham tersebut. Saham jenis ini mudah untuk dialihkan kepada pihak lain tidak diperlukan syarat dan prosedur tertentu.
2. Saham atas Nama (Registered Stock)
Di dalam saham tertulis nama pemilik saham tersebut dan untuk dialihkan kepada pihak lain diperlukan syarat dan prosedur tertentu.
2.1.3 Return saham 1.
Pengertian Return Saham
Return adalah hasil yang diperoleh dari investasi sedangkan saham
merupakan tanda bukti kepemilikan dalam suatu perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT). Return (kembalian) adalah tingkat keuntungan yang dinikmati oleh pemodal atas suatu investasi yang dilakukannya. Tanpa adanya keuntungan yang dapat dinikmati dari suatu investasi, tentunya pemodal tidak melakukan investasi (Robert Ang, 1997 dalam Arista, 2012).
Dengan demikian, setiap investasi baik jangka pendek maupun jangka panjang tentunya mempunyai tujuan utama yaitu memperoleh keuntungan atau yang sering disebut dengan return (pengembalian). Return tersebut bisa didapat secara langsung maupun tidak langsung. Yang harus menjadi pertimbangan oleh seorang investor dalam berinvestasi ada 2 hal, yang pertama adalah expected return (keuntungan yang diharapkan dari sebuah investasi) dan yang kedua adalah risk (resiko yang timbul dari sebuah investasi).
Husnan (1998) dalam Martono (2009) memaparkan teori keuangan yang membahas tentang analisis investasi yang memiliki high risk (resiko tinggi) maka, para investor mensyaratkan tingkat return yang tinggi pula. Return saham berbanding positif dengan resiko, artinya semakin besar
return
yang diperoleh maka akan semakin besar pula resiko yang didapat, begitu juga sebaliknya. Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa return saham adalah keuntungan yang akan diperoleh oleh pemegang saham dari sebuah investasi. Keuntungan yang diperoleh oleh pemegang saham yang berupa return tersebut bisa berupa dividen (yield) dan bisa juga berupa selisih antara harga saham sekarang dengan harga saham periode sebelumnya (capital gain).
Return atau bisa juga disebut dengan tingkat pengembalian adalah
selisih antara jumlah yang diterima dengan jumlah yang diinvestasikan (Brigham dan Houston, 2006:215, dalam Diana, 2017).
2. Komponen Return Saham
Menurut Wahyudi (2003) return saham memiliki dua komponen, yaitu :
a. Current income Bentuk dari current income berupa keuntungan yang diperoleh melalui pembayaran yang bersifat periodik berupa dividen sebagai hasil kinerja fundamental perusahaan.
b. Capital gain Sedangkan capital gain berupa keuntungan yang diterima karena selisih antara harga jual dengan harga beli saham. Besarnya capital gain lebih tinggi dari harga belinya.
3. Macam-macam Return Saham Menurut Jogiyanto (2003:109) return saham dibedakan menjadi dua yaitu: a.
Return realisasi
Return realisasi merupakan return yang telah terjadi b.
Return Ekspektasi
Return
ekspektasi adalah return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor di masa yang akan dating
4. Indeks Harga Saham Menurut Mushawir (2017:18-19), sekarang ini PT Bursa Efek
Indonesia memiliki jenis indeks harga saham yang secara terus menerus disebarluaskan melalui media cetak maupun elektronik sebagai salah satu pedoman bagi investor untuk berinvestasi di pasar modal. Ke sebelas jenis indeks tersebut adalah :
1. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), menggunakan semua emiten yang tercatat sebagai komponen perhitungan indeks. Saat ini beberapa emiten tidak dimasukkan dalam perhitungan IHSG, misalnya emiten-emiten eks Bursa Efek Surabaya karena alasan tidak (atau belum ada) aktivitas transaksi sehingga belum tercipta harga pasar.
Indeks Sektoral, menggunakan semua emiten yang ada pada masing-masing sektor
3. Indeks LQ45, menggunakan 45 emiten yang dipilih berdasarkan pertimbangan likuiditas dan kapitalisasi pasar, dengan kriteria- kriteria yang telah ditentukan.
4. Jakarta Islamic Index (JII), menggunakan 30 emiten yang masuk dalam kriteria syariah, (Daftar Efek Syariah yang diterbitkan oleh BAPEPAM-LK) dan termasuk saham yang memiliki kapitalisasi besar dan likuiditas tinggi.
5. Indeks Kompas100, menggunakan 100 emiten yang dipilih berdasarkan pertimbangan likuiditas dan kapitalisasi pasar, dengan kriteria-kriteria yang telah ditentukan.
6. Indeks BISNIS-27, menggunakan 27 emiten yang dipilih berdasarkan kriteria tertentu dan merupakan kerja sama antara PT Bursa Efek Indonesia dengan Harian Bisnis Indonesia 7. Indeks PEFINDO25, menggunakan 25 emiten yang dipilih berdasarkan kriteria tertentu dan merupakan kerja sama antara PT
Bursa Efek Indonesia dengan lembaga rating PEFINDO.
8. Indeks SRI-KEHATI, menggunakan 25 emiten yang dipilih berdasarkan kriteria tertentu dan merupakan kerja sama antara PT Bursa Efek Indonesia dengan Yayasan KEHATI
Indeks Papan Utama, menggunakan emiten yang masuk dalam kriteria papan utama.
10. Indeks Papan Pengembangan, menggunakan emiten yang masuk dalam kriteria papan pengembangan.
11. Indeks Individual, yaitu indeks harga saham masing-masing emiten.
Seluruh indeks yang terdapat di BEI menggunakan metode perhitungan yang sama, yaitu metode rata-rata tertimbang berdasarkan jumlah saham tercatat. Indeks-indeks tersebut ditampilkan terus menerus melalui display walldi lantai bursa dan disebarkan ke masyarakat luas oleh
data vendor melalui data feed.
Indeks LQ45 pertama kali diluncurkan pada Februari 1997.Ukuran utama likuiditas transaksi adalah nilai transaksinya pada pasar reguler.Sesuai dengan perkembangan pasar dan untuk lebih mempertajam kriteria likuiditas, maka sejak review bulan Januari tahun 2005 jumlah hari perdagangan dan frekuensi transaksi di masukkan sebagai ukuran likuiditas.
Maka munculah kriteria-kriteria saham yang bisa masuk dalam indeks LQ45 sebagai berikut:
1. Telah tercatat di BEI selama 3 bulan 2.
Sedang termasuk didalam 60 emiten di pasar reguler seperti volume, nilai, dan frekuensi transaksinya
3. Kriteria likuiditas dan kapitalisasi pasar, keadaan keuangan serta prospek pertumbuhan perusahaan sangat dipertimbangkan
4.
30 emiten dari 60 emiten tersebut yaitu dengan nilai transaksi terbesar akan masuk dalam perhitungan indeks LQ45 dengan secara otomatis
Bursa Efek Indonesia secara rutin memantau perkembangan kinerja komponen emiten-emiten yang masuk dalam perhitungan indeks LQ45.BEI dalam setiap tiga bulan sekali melakukan evaluasi atas pergerakan urutan emiten-emiten tersebut. Kemudian penggantian emiten- emiten akan dilakukan setiap enam bulan sekali, yaitu pada awal bulan Februari dan awal bulan Agustus.
Adapun faktor-faktor yang berperan dalam pergerakan indeks LQ45, yaitu: 1.
Tingkat suku bunga SBI sebagai patokan (benchmark) portofolio investasi di pasar keuangan Indonesia
2. Tingkat toleransi investor terhadap risiko 3.
Saham-saham penggerak indeks (Index mover stocks) yang notabenenya merupakan saham berkapitalisasi pasar besar di Bursa Efek Indonesia Faktor-faktor yang berpengaruh Terhadap Naiknya Indeks LQ45 adalah :
1) Penguatan bursa global dan regional menyusul penurunan harga minyak mentah dunia
2) Penguatan nilai tukar rupiah yang mampu mengangkat indeks LQ45 ke zona positif.
Dalam indeks LQ45 sudah pasti jumlah perusahaan yang terdaftar berjumlah 45. Dan setiap 6 bulan sekali akan diperbarui. Periode daftar saham yang masuk dalam perhitungan indeks LQ45 adalah Februari-Juli dan Agustus-Januari.
2.1.4 Jenis-jenis Rasio Menurut Eugene F. Brigham dan Joel F. Houston dalam bukunya
Manajemen Keuangan, menyebutkan bahwa ada beberapa jenis analisis rasio, yaitu :
1. Rasio Likuiditas (Liquid Ratio) Rasio likuiditas adalah rasio yang menunjukkan hubungan kas dan aktiva lancar lainnya dan kewajiban lancar.
Ada 2 jenis rasio likuiditas, yaitu: a.
Rasio lancar (Current Ratio) adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek. Dihitung dengan membagi antara total aktiva lancar dengan total kewajiban lancar.
b.
Rasio cepat (acid test) merupakan pengukur untuk kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan aktiva lancar tanpa mengandalkan persediaan. Dapat dihitung dengan mengurangkan aktiva lancar dengan persediaan kemudian dibagi kewajiban lancar.
2. Rasio Manajemen Aktiva (asset management ratio)
Rasio ini mengukur seberapa efektif perusahaan mengelola aktivanya. Dalam rasio ini terdapat 4 jenis rasio, yaitu : a.
Rasio perputaran persediaan (inventory turnover ratio) Rasio ini digunakan untuk mengevaluasi persediaan.Rasio dihitung dengan membagi penjualan dengan persediaan.
b.
Periode penagihan rata-rata (day sales outstanding)
Rasio ini digunakan untuk menaksir piutang usaha.Dihitung dengan membagi piutang usaha dengan rata-rata penjualan harian untuk menentukan jumlah hari penjualan dalam piutang usaha.
c.
Rasio perputaran aktiva tetap (fixed asset turnover ratio) Mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan aktiva tetapnya (pabrik dan peralatan).Dapat dihitung dengan membagi penjualan dengan aktiva tetap bersih.
d.
Rasio perputaran total aktiva (total asset turnover ratio) Yaitu rasio yang mengukur perputaran seluruh aktiva perusahaan.Rasio ini dapat dihitung dengan membagi penjualan dengan total aktiva.
3. Rasio Manajemen Utang
Pembiayaan dengan utang atau leverage keuangan, memiliki tiga pemegang saham dapat mempertahankan pengendalian atas perusahaan dengan investasi yang terbatas. 2) Kreditur melihat ekuitas, atau dana yang disetor pemilik, untuk memberikan marjin pengaman, sehingga jika pemegang saham hanya memberikan sebagian kecil dari total pembiayaan, maka resiko perusahaan sebagian besar ada pada kreditur.
3) Jika perusahaan memperoleh pengembalian yang lebih besar atas investasi yang dibiayai dengan dana pinjaman dibanding pembayaran bunga, maka pengembalian atas modal pemilik akan lebih besar, atau “leveraged”.
Dalam rasio manajemen keuangan ada 3 jenis rasio, yaitu: a.
Rasio utang (debt ratio) Rasio ini mengukur persentase dana yang disediakan oleh kreditur, perhitungannya dengan membagi total utang dengan total aktiva.
Total utang disini mencakup total utang lancar maupun utang jangka panjang.
b.
Rasio kelipatan pembayaran bunga (times-interest-earned ratio) Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar bunga tahunan. Dihitung dengan cara membagi antara jumlah laba sebelum bunga dan pajak dengan beban bunga.
c.
Rasio cakupan beban tetap (fixed charge coverage ratio) Serupa dengan rasio TIE, tetapi rasio ini lebih inklusif karena mengakui bahwa banyak aktiva perusahaan dilease dan harus pelunasan disini diartikan kewajiban pembayaran tahunan yang dirancang untuk mengurangi saldo obligasi atau saham preferen.
Rasio ini dihitung dengan membagi antara EBIT ditambah pembayaran lease dengan beban bunga ditambah pembayaran lease dan pembayaran dana yang di “gross up” atau dengan membaginya dengan (1-tarif pajak).
4. Rasio Profitabilitas
Profitabilitas adalah hasil bersih dari serangkaian kebijakan dan keputusan. Rasio profitabilitas (profitability ratio) menunjukkan pengaruh gabungan dari likuiditas, manajemen aktiva, dan utang terhadap hasil operasi.
Rasio yang tercakup dalam rasio profitabilitas adalah: a.
Marjin laba atas penjualan (Profit margin on sales) Mengukur laba per rupiah penjualan.Rasio ini dihitung dengan membagi laba bersih dengan penjualan.
b.
Basic earning power (BEP) Rasio ini menunjukkan kemampuan aktiva perusahaan untuk menghasilkan laba operasi, dihitung dengan membagi EBIT dengan total aktiva.
c.
Pengembalian atas total aktiva (ROA) Rasio ini mengukur pengembalian atas total aktiva setelah bunga dan pajak. Dihitung dengan membagi laba bersih yang tersedia d.
Pengembalian atas ekuitas saham biasa (return on common equity
atau ROE)
Rasio laba bersih terhadap ekuitas saham biasa mengukur pengembalian atas ekuitas saham biasa (return on common equity
atau ROE), atau tingkatpengembalian atas pemegang investasi
saham. Dapat dihitung dengan membagi laba bersih yang tersedia untuk pemegang saham biasa dengan ekuitas saham biasa.
5. Rasio Nilai Pasar (market value ratio)
Menghubungkan harga saham perusahaan dengan laba dan nilai buku per saham. Rasio ini memberikan manajemen petunjuk mengenai apa yang dipikirkan investor atas kinerja perusahaan di masa lalu serta prospek di masa mendatang. Jika rasio likuiditas, manajemen aktiva, manajemen utang, dan profitabilitas baik, maka kemudian rasio nilai pasar akan menjadi tinggi, dan harga saham akan setinggi yang diharapkan. Rasio ini terdiri dari dua macam rasio, yaitu: a.
Rasio harga-laba (P/E) Rasio harga-laba (price/earning ratio= P/E) menunjukkan seberapa banyak investor bersedia membayar per rupiah laba yang dilaporkan. Dihitung dengan membagi antara harga per saham dengan laba per saham.
Rasio nilai pasar/buku (M/B) Rasio harga pasar saham terhadap nilai buku memberikan indikasi lain tentang bagaimana investor memandang perusahaan.Perusahaan dengan tingkat pengembalian atas ekuitas yang relatif tinggi biasanya menjual saham beberapa kali lebih tinggi dari nilai bukunya, dibanding perusahaan dengan tingkat pengembalian yang rendah. Rasio nilai pasar dihitung dengan cara mencari terlebih dahulu nilai buku per saham. Nilai buku per saham dapat dihitung dengan membagi antara ekuitas saham biasa dengan jumlah saham yang beredar, kemudian menghitung rasio nilai pasarnya dengan cara membagi harga pasar per saham dengan nilai buku per saham.
2.2 Penelitian Sebelumnya
Michael Aldo Carlo(2014), penelitian carlo menguji pengaruhreturn on equity (ROE), dividend payout ratio (DPR), dan price to earning ratio (PER)
terhadap return saham, hasil proses seleksi memperoleh sampel yang terdiri dari 47 perusahaan. Hasilnya menyatakan bahwa, variabel return on equity (ROE) berpengaruh pada return saham, dividen payout ratio (DPR) berpengaruh pada return saham, sedangkan price to earning ratio (PER) ditolak atau tidak berpengaruh terhadap return saham.
Fransiska Desiana (2014),
penelitian Fransiska Desiana (2014) menguji pengaruh return on equity (ROE), earning per share (EPS), price to earning
ratio (PER) terhadap return saham perusahaan industri barang konsumsi di
BEI. Sampel yang digunakan adalah perusahaan industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2012.Teknik pengambilan sampelnya menggunakan metode purposive sampling. Hasil pengujian menunjukkan bahwa secara simultan variabel price to earning ratio
(PER), return on equity (ROE), dan earning per share (EPS) berpengaruh terhadap return saham. Sedangkan secara parsial hanya variabel price to
earning ratio (PER) yang berpengaruh terhadap return saham. Dengan
demikian semakin tinggi PER ini menunjukkan bahwa investor memilki harapan yang baik tentang perkembangan perusahaan dimasa mendatang.
Rio Febrioni (2016),
dalam penelitian Rio Febrioni (2016) menguji pengaruh return on assets, return on equity, earning per share, dan current
ratio terhadap return saham. Dengan sampel 18 perusahaan yang melewati
tahap purposive sampling sesuai dengan kriteria yang dibutuhkan untuk penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ROA, ROE, EPS, dan CR memiliki pengaruh yang siginifikan terhadap return saham pada perusahaan. Hasil penelitian ini mengidentifikasi secara parsial return on assets tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham dengan arah pengaruh yang positif, return on equity tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham dengan arah yang positif, earning per share berpengaruh signifikan terhadap
return
saham dengan arah pengaruh yang positif, current ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham dengan arah pengaruh yang negatif pada perusahaan yang terdaftar Indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2015.
Nur Fita Sari (2012), dalam penelitian Sari (2010) menguji pengaruh
DER, CR, ROE, dan TAT terhadap return saham. Penelitian ini menggunakan 8 perusahaan dalam indeks LQ45 yang dipilih dengan metode purposive
sampling dan 30 investor yang terdaftar pada perusahaan sekuritas di Wilayah
H1 menyatakan bahwa variabel ROE tidak berpengaruh terhadap return saham
(H2) menyatakan bahwa DPR berpengaruh pada
Regresi Linier Bergan da
saham Independ en:
Return
Dependen :
ISKA D 201021
JURNA L FRANS
Fransiska Desiana Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi
ON EQUITY, EARNING PER
saham PENGARU H RETURN
return
(H3) ditolak, PER tidak berpengaruh pada
return saham
return saham
Semarang.Hasil pengujian pada data sekunder menunjukkan bahwa variabel DER berpengaruh positif signifikan terhadap return saham, CR berpengaruh positif tidak signifikan terhadap return saham, dan ROE berpengaruh negatif signifikan terhadap return saham.Ketiga variabel tersebut memiliki arah yang berbeda dengan hipotesis yang diajukan. Berdasarkan hasil perhitungan, hanya variabel TAT yang memiliki arah yang sama dengan hipotesis yang diajukan yaitu berpengaruh positif signifikan terhadap return saham.
(H1) menyatakan bahwa ROE berpengaruh pada
Regresi Linier Bergan da
Dependen : Return Saham Independ en: ROE DPR PVB
ISSN: 2302- 8556 E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 7.1 (2014):150- 164)
:
/ telp
Michael Aldo Carlo Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana (Unud), Bali, Indonesia e-mail :
TERHADA P RETURN SAHAM (2014)
ON EQUITY, DIVIDEN PAYOUT RATIO, DAN PRICE TO EARNING RATIO
PENGARU H RETURN
Judul Peneliti Rincia n Variabel Alat Uji Kesimpulan
Tabel 2.1
- 62812447 20410
SHARE,
return saham
Return on assets Return on equity Earning per Share Current ratio
Analisis Regresi Data Panel
H1 return on
assets tidak
berpengaruh signifikan terhadap
return saham
dengan arah pengaruh positif H2
return on equity tidak
berpengaruh signifikan terhadap
dengan arah pengaruh positif H3 earning per
Return
share berpengaruh
signifikan terhadap
return
saham dengan arah pengaruh positif H4 current ratio berpengaruh signifikan terhadap
return saham
dengan arah pengaruh negative ANALISIS PENGARU
Nur Fita Sari
Dependen :
Regresi Linier
saham Independ en:
Dependen :
DAN
H2 menyatakan bahwa earning per
PRICE EARNING RATIO
TERHADA P RETURN SAHAM PERUSAH AAN
INDUSTRI BARANG KONSUM SI DI BURSA EFEK
INDONESI A STIE MDP
Titin Hartini
0045 Return on
Equity Earning per Share Price Earning Ratio
share
3 Desemb er 2016 | page 3439
tidak berpengaruh terhadap return saham H3 menyatakan bahwa
price earning ratio
berpengaruh terhadap return saham
PENGARU H RETURN
ON ASSETS, RETURN ON EQUITY, EARNING PER SHARE, DAN CURRENT RATIO
TERHADA P RETURN SAHAM Rio Febrioni
Deannes Isynuwardh ana, SE., M.M. Muhamma d Rafki Nazar, SE., M.Sc.
ISSN : 2355- 9357
e- proceed ing of Manage ment : Vol.3, No.
H1 DER berpengaruh H DER, Fakultas Return Bergan terhadap return CR, ROE, Ekonomika saham da saham DAN TAT dan Bisnis Independ H2 CR TERHADA Universitas en: berpengaruh P RETURN Diponegoro DER terhadap return SAHAM Semarang CR saham 2012 ROE H3 ROE
TAT berpengaruh positif terhadap
return saham
H4 TAT berpengaruh positif terhadap
return
saham Rangkuman Penelitian Terdahulu
Sumber data diolah 2017
2.3 Kerangka Pemikiran Gambar 2.3
Kerangka Pemikiran X1 : RETURN ON EQUITY (ROE)
RETURN SAHAM
X2 : DIVIDEND PAYOUT RATIO (DPR) X3 : PRICE TO EARNING RATIO (PER)
Sumber data diolah 2017
Keterangan : Pengaruh X1, X2, X3 secara parsial terhadap return saham Pengaruh X1, X2, X3 secara simultan terhadap return saham
2.4 Hipotesis
1. Hubungan Return on Equity (ROE) dengan Return Saham
Return on Equity (ROE) adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba untuk pengembalian atas saham biasa.
Rasio ini dinyatakan dalam bentuk persen yang merupakan imbal hasil dari laba bersih terhadap ekuitas perusahaan. Selain itu ROE juga digunakan sebagai imbal hasil yang nyata terhadap modal yang diinvestasikan oleh para pemegang saham.
ROE memberikan gambaran profitabilitas perusahaan terhadap jumlah ekuitasnya.Semakin besar ROE maka semakin efektif sebuah perusahaan. Namun ROE memiliki kelemahan karena tidak menggunakan jumlah hutang dalam perhitungannya.
Dari penelitian Rio Febriano dan penelitian Nur Fita Sari menunjukkan bahwa ROE mempunyai pengaruh terhadap return saham.
Dengan demikian bisa dibuat hipotesis seperti berikut :
H1 = Return on Equity berpengaruh terhadap Return saham pada
perusahaan yang tergabung dalam Indeks LQ45 periode 2014-2016
2. Hubungan Dividend Payout Ratio Ratio terhadap Return Saham
Dividend Payout Ratio atau Rasio Pembayaran Dividen adalah
rasio yang menunjukkan persentase setiap keuntungan yang diperoleh yang didistribusikan kepada pemegang saham dalam bentuk uang tunai, jadi DPR menunjukkan besaran dividen yang dibagikan terhadap total laba bersih perusahaan sekaligus menjadi sebuah parameter untuk mengukur besaran dividen yang akan dibagikan ke pemegang saham.
DPR dihitung dengan membagi jumlah deviden tunai perusahaan dengan laba bersih perusahaan. Jika perusahaan membagikan seluruh labanya untuk pemegang saham maka jumlah DPR akan sama dengan jumah laba dengan persentase 100%. Maka dapat diketahui rasionya adalah 1:1.
Dari penelitian Michael Aldo Carlomenunjukkan bahwa DPR berpengaruh terhadap return saham. Maka dibuat hipotesis seperti berikut :
H2 = Dividend Payout Ratio berpengaruh terhadap Return saham
pada perusahaan yang tergabung dalam Indeks LQ45 periode 2014-
20163. Hubungan Price to Earning Ratio terhadap Return Saham
Price to Earning Ratio