PENERAPAN METODE PENEMUAN TERBIMBING BERBANTUAN ALAT PERAGA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII PADA MATERI LUAS PERMUKAAN DAN VOLUME LIMAS DI SMP NEGERI 19 PALU | Sari | AKSIOMA : Jurnal Pendidikan Matematika 7988 26259 1 PB

PENERAPAN METODE PENEMUAN TERBIMBING BERBANTUAN
ALAT PERAGA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
SISWA KELAS VIII PADA MATERI LUAS PERMUKAAN DAN
VOLUME LIMAS DI SMP NEGERI 19 PALU
Pujiati Sari
Email: [email protected]
Sudarman Bennu
Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Tadualako
Email: [email protected]
Bakri Mallo
Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Tadualako
Email: [email protected]

Abstrak: Tujuan penelitian ini ialah untuk memperoleh deskripsi penerapan metode penemuan
terbimbing berbantuan alat peraga yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi luas
permukaan dan volume limas di Kelas VIII SMP Negeri 19 Palu. Jenis penelitian yang
digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Rancangan penelitian ini mengacu pada
desain penelitian Kemmis dan Mc. Taggart yakni perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.
Hasil penelitian menunjukan bahwa penerapan metode penemuan terbimbing berbantuan alat
peraga yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi luas permukaan dan volume
limas mengikuti langkah-langkah yaitu (1) perumusan masalah, (2) pemrosesan data, (3)

penyusunan dugaan sementara (konjektur), (4) pemeriksaan dugaan sementara (konjektur), (5)
penarikan kesimpulan, (6) penerapan konsep.
Kata Kunci: Penemuan Terbimbing; Hasil Belajar; Luas Permukaan dan Volume Limas
Abstract: The Objective of this research was to obtain the description of applying the guided
discovery learning method aided props in effort to increase learning outcome on material of
surface area and volume of pyramid in VIII SMP Negeri 19 Palu. This was a classroom action
research. As the research design refers to the design of the research Kemmis dan Mc. Taggart,
that is planning, action, observation, and reflection. The research results showed that applying
the guided discovery learning method aided props in effort to increase learning outcome on
material of surface area and volume of pyramid following these steps, namely: (1) formulation
of the problem, (2) data processing, (3) the preparation of provisional estimates (conjecture),
(4) examination of provisional estimates (conjecture), (5) dra wing conclusions, (6) the
application of the concept.
Keywords: Guided Discovery Learning; Learning Outcome; Drawing Conclusions; Surface Area
and Volume of Pyramid

Matematika merupakan ilmu yang mendasari perkembangan teknologi modern, yang
mempunyai peranan penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir manusia.
Di dunia ini seseorang juga tidak terlepas dari aktivitas yang namanya matematika, karena
matematika dapat menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Cockcroft (Shadiq,

2010: 2) mengatakan bahwa seseorang akan sangat sulit atau tidaklah mungkin untuk dapat
bertahan hidup pada abad ke- 20 ini tanpa sedikitpun memanfaatkan matematika. Oleh karena
itu, pembelajaran matematika sangat penting mulai jenjang sekolah dasar hingga perguruan
tinggi.

Pujiati Sari, Sudarman Bennu, dan Bakri Mallo, Penerapan Metode Penemuan Terbimbing … 157

Hasil wawancara dengan guru matematika di SMP Negeri 19 Palu, diperoleh informasi
bahwa bahwa siswa seringkali mengalami kesulitan pada pelajaran matematika yang
berkaitan erat dengan geometri khususnya materi luas permukaan dan volume limas. Pada
materi ini, sebagian besar siswa tidak dapat menyelesaikan soal dengan benar, terlebih pada
soal yang memiliki tingkat kesulitan yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan karena siswa
kurang paham dengan maksud soal yang diberikan sehinggga mengakibatkan terjadinya
berbagai kesalahan yang dilakukan siswa. Selain itu, siswa sering lupa (keliru) dalam
menggunakan rumus yang akan digunakan dalam menyelesaikan masalah. Lebih lanjut
kesalahan disebabkan karena kecenderungan siswa yang hanya menghafal rumus, bukan
memahami bagaimana rumus itu ada, sehingga apa yang dipelajarinya mudah terlupakan.
Hasil wawancara bersama guru tersebut ditindak lanjuti dengan melakukan tes yang
berkaitan dengan materi luas permukaan dan volume limas di kelas IX SMP Negeri 19 Palu.
Satu diantara soal yang diberikan yaitu: alas sebuah limas segi empat berbentuk persegi. Jika

tinggi segitiga pada bidang tegak 17 cm dan tinggi limas 15 cm, tentukan luas permukaan
limas. Jawaban siswa dikelompokan menjadi 2 jenis yaitu kelompok jawaban 1 dan kelompok
jawaban 2. Sebanyak 7 orang siswa yang termasuk dalam kelompok jawaban 1, dan sebanyak
13 orang siswa yang termasuk kelompok jawaban 2.
Kelompok jawaban siswa 1 merupakan jawaban yang benar, akan tetapi ada beberapa
siswa yang kurang sempurna menuliskan jawabannya. Misalnya pada jawaban siswa 1
tertulis 289 - 225 (J11), yang seharusnya jawaban yang benar adalah 289 − 225 .
Selain itu, siswa juga keliru menuliskan satuan dari nilai yang diperoleh (J12, J13).
Sebagaimana ditunjukan pada Gambar 1.

J10
J11
J13

J12

Gambar 1. Kelompok jawaban siswa 1
Selanjutnya pada kelompok jawaban siswa 2, kekeliruan yang dilakukan yaitu siswa
mensubtitusi nilai yang salah. Siswa mensubtitusi angka 8 dan 15 secara berturut-turut
sebagai nilai alas dan tinggi sisi tegak untuk memperoleh luas sisi tegak limas (J15), yang

seharusnya angka 16 dan 17 secara berturut-turut sebagai alas dan tinggi sisi tegaknya. Hal
tersebut menunjukan bahwa siswa tidak paham dengan konsep phytagoras dan siswa juga
tidak dapat membedakan tinggi limas dan tinggi sisi tegaknya. Selain itu, siswa keliru
dalam menggunakan rumus luas permukaan limas (J17). Siswa juga keliru menuliskan
satuan dari nilai yang diperoleh (J14, J16). Sebagaimana ditunjukan pada Gambar 2.
Berdasarkan hasil wawancara dan identifikasi awal peneliti menganggap bahwa
metode penemuan terbimbing (guided discovery) berbantuan alat peraga dapat menjadi
alternatif pembelajaran pada materi luas permukaan dan volume limas. Dengan menerapkan
metode ini, proses pembelajaran akan lebih berkesan dan bermakna bagi siswa, serta siswa
dapat membangun pemahamannya secara mandiri.

158 AKSIOMA Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 03 Nomor 02, September 2014

Menurut Hanafiah dan Suhana (2009: 77) metode penemuan terbimbing adalah
suatu rangkaian kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan peserta didik untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, dan logis sehingga
mereka dapat menemukan sendiri pengetahuan, sikap dan keterampilan sebagai wujud
adanya perubahan perilaku. Sejalan dengan hal itu, Mandrin dan Preckel (2009) menjelaskan bahwa dalam metode penemuan terbimbing siswa menentukan sesuatu berdasarkan
temuannya sendiri untuk melakukan penyelidikan dan memperoleh hasil/kesimpulan. Proses ini bersifat induktif.
J15


J14
J17
J16

Gambar 2. Kelompok jawaban siswa 2
Selanjutnya dalam mengajarkan pelajaran matematika khususnya geometri dibutuhkan benda konkrit untuk mempermudah pemahaman tentang konsep bangun ruang. Benda
konkrit yang dimaksud adalah alat peraga.
Hasil penelitian yang menggunakan metode penemuan terbimbing menunjukkan
bahwa metode penemuan terbimbing sangat cocok digunakan dalam pembelajaran
matematika. Hasil penelitian Nurkholis (2013) menyimpulkan bahwa implementasi metode
penemuan terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X A SMA Negeri 9
Palu pada materi penarikan kesimpulan logika matematika.
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang
penerapan metode penemuan terbimbing berbantuan alat peraga untuk meningkatkan hasil
belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 19 Palu pada materi luas permukaan dan volume
limas. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana penerapan metode penemuan terbimbing berbantuan alat peraga yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas
VIII SMP Negeri 19 Palu pada materi luas permukaan dan volume limas?
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas. Desain penelitian
ini mengacu pada diagram yang dikemukakan oleh Kemmis dan Mc. Taggart (Arikunto,

2006: 93) yang terdiri dari 4 komponen yaitu perencanaan ( planning), pelaksanaan (action),
pengamatan (observation), dan refleksi (reflection). Subjek penelitian adalah siswa kelas
VIII SMP Negeri 19 Palu yang terdaftar pada tahun ajaran 2013-2014 dengan jumlah siswa
24 siswa, terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan.
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah observasi, wawancara, catatan
lapangan, dan tes. Analisis data dilakukan dengan mengacu pada analisis data kualitatif
model Miles dan Huberman (Sugiyono, 2010: 338-345) yakni, reduksi data, penyajian data,
dan kesimpulan.

Pujiati Sari, Sudarman Bennu, dan Bakri Mallo, Penerapan Metode Penemuan Terbimbing … 159

Keberhasilan tindakan dapat diketahui dari aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran di kelas dan aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran dengan menggunakan
metode penemuan terbimbing. Aktivitas guru dan siswa dalam proses pembelajaran dinyatakan berhasil apabila kualitas proses pembelajaran untuk setiap aspek yang dinilai pada
lembar observasi berada dalam kategori baik atau sangat baik.Tindakan pada penelitian ini
juga dinyatakan berhasil apabila siswa telah memenuhi indikator keberhasilan penelitian
pada siklus I, dan siklus II. Indikator keberhasilan penelitian pada siklus I yaitu siswa dapat
menyelesaikan soal dengan benar yang berkaitan dengan unsur-unsur dan luas permukaan
limas. Selanjutnya, indikator keberhasilan penelitian pada siklus II yaitu siswa dapat
menyelesaikan soal dengan benar yang berkaitan dengan volume limas. Hal ini dapat
diketahui dari hasil tes akhir tindakan kelas. Selain itu, keberhasilan tindakan dapat

diketahui juga dari hasil tes wawancara, dan catatan lapangan.
HASIL PENELITIAN
Pada mulanya peneliti memberikan tes awal kepada siswa. Pemberian tes awal
bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa pada materi luas permukaan dan volume
limas, dan untuk dijadikan acuan dalam pembentukan kelompok yang bersifat heterogen.
Berdasarkan hasil analisis tes yang diberikan pada 24 orang siswa, hanya 10 orang siswa
yang mampu menyelesaikan soal dengan benar dan tepat. Umumnya, siswa cenderung
mengalami kesulitan dalam melakukan perkalian bilangan bulat dan bilangan berbentuk akar.
Selain itu, siswa mengalami kesulitan dalam menentukan unsur-unsur limas.
Penelitian ini terdiri dari dua siklus. Siklus I dan siklus II masing-masing dilaksanakan dalam dua kali pertemuan. Pertemuan pertama yaitu penerapan pembelajaran yang
menggunakan metode penemuan terbimbing sedangkan pertemuan kedua yaitu pelaksanaan
tes akhir tindakan. Alokasi waktu untuk setiap pertemuannya adalah 2 × 45 menit. Siklus I
membahas materi tentang unsur-unsur dan luas permukaan limas, sedangkan siklus II
membahas materi tentang volume limas. Pelaksanaan pembelajaran dilakukan dalam tiga
tahap, yaitu (1) pendahuluan, (2) inti, dan (3) penutup.
Pelaksanaan tindakan pada siklus I dan siklus II dimulai dengan membuka kegiatan
awal pembelajaran. Peneliti mengawali pembelajaran dengan mengucapkan salam,
mengajak siswa berdoa bersama sebelum belajar, kemudian mengecek kehadiran siswa.
Selanjutnya peneliti menyampaikan informasi mengenai materi yang akan dipelajari dan
tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Peneliti kemudian memotivasi siswa tentang

pentingnya mempelajari materi aljabar dan manfaatnya bagi kehidupan sehari-hari. Setelah
memotivasi siswa, kegiatan dilanjutkan dengan penggalian terhadap pengetahuan prasyarat
siswa melalui tanya jawab.
Kegiatan inti dari setiap siklus menerapkan langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode penemuan terbimbing yaitu (1) perumusan masalah, (2)
pemrosesan data, (3) penyusunan dugaan sementara (konjektur), (4) pemeriksaan dugaan
sementara (konjektur), (5) penarikan kesimpulan, (6) penerapan konsep.
Kegiatan inti dimulai dengan guru mengajukan masalah kontekstual. Selanjutnya,
peneliti mengorganisir siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar yang terdiri dari 4 s.d. 5
orang anggota kelompok yang heterogen. Kemudian masing-masing kelompok dibagikan
LKS serta alat peraga berupa model kubus dan limas. LKS yang diberikan oleh peneliti
memuat tahap-tahap dalam metode penemuan terbimbing.

160 AKSIOMA Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 03 Nomor 02, September 2014

Masalah yang diberikan pada siklus I adalah bagaimana cara menemukan unsurunsur dan luas permukaan limas. Pada siklus II masalah yang diberikan pada LKS adalah
bagaimana cara menemukan rumus volume limas.
Pada kegiatan inti di siklus I dilakukan tahap membimbing penyelidikan individual
maupun kelompok. Guru menjelaskan tentang cara mengisi LKS yang telah diberikan dan
membimbing siswa dalam proses penyelidikan atau penemuan. Pada siklus I setiap
kelompok diberikan alat peraga berupa bangun ruang limas segitiga, limas segi empat,

limas segi lima, penggaris dan gunting.
Saat pengerjaan LKS setiap kelompok dapat mengerjakan LKS dengan baik. Peneliti
memastikan bahwa semua kelompok mampu mengisi semua bagian-bagian yang
ditanyakan dalam LKS. Jawaban LKS dari setiap kelompok belum dapat dipastikan apakah
jawaban mereka sudah benar atau tidak. Semuanya dapat diketahui pada saat presentasi
kelompok.
Pada LKS siswa diinstruksikan untuk mengidentifikasi unsur-unsur limas dengan
menggunakan alat peraga berupa bangun ruang limas yang terbuat dari karton, kemudian
siswa diinstruksikan kembali untuk menemukan rumus luas permukaan limas menggunakan alat peraga tersebut. Berikut ini contoh dugaan sementara (konjektur) yang dibuat oleh
kelompok 5:

Gambar 3. Jawaban LKS kelompok 5 pada siklus I
Selanjutnya jawaban LKS pada bagian penemuan rumus luas permukaan limas,
semua kelompok juga dapat mengerjakannya. Satu di antaranya yaitu konjektur yang dibuat
oleh kelompok 2. Berikut ini konjektur kelompok 2:

Gambar 4. Jawaban LKS kelompok 2 pada siklus I
Pada saat siswa menuliskan proses penemuan rumus terdapat perbedaan penempatan huruf yang digunakan. Selain itu, ada beberapa kelompok yang menuslikan simbol “∆”
(Segitiga), ada pula yang tidak menuliskan simbol tersebut (S1K102, S1K201). Secara
umum, jawaban kelompok terbagi menjadi 2 kategori berikut:


Pujiati Sari, Sudarman Bennu, dan Bakri Mallo, Penerapan Metode Penemuan Terbimbing … 161

S1K101
S1K102
S1K103

S1K104

Gambar 5. Jawaban kelompok 1 pada siklus I

S1K201

S1K202

S1K202

Gambar 6. Jawaban kelompok 2 pada siklus I
Jawaban LKS pada Gambar 3 s.d. Gambar 6 yang telah dipaparkan merupakan
dugaan sementara (konjektur) yang dibuat oleh siswa dalam kelompok. Seluruh kelompok

memiliki konjektur yang hampir sama. Awalnya siswa tidak mengalami kesulitan ketika
mengerjakan LKS, akan tetapi ketika membuat kesimpulan akhir dalam menentukan rumus
luas permukaan limas, mereka mengalami sedikit kesulitan (S1K103, S1K104, S1K203,
S1K202 ). Dalam menentukan kesimpulan akhir dari rumus volume limas, mereka butuh
waktu yang ekstra yakni waktu tambahan sekitar 7 menit dari batas durasi yang diberikan.
Saat kelompok mengalami kesulitan seperti itu, peneliti kembali membimbing mereka yang
mengalami kesulitan.
Setelah siswa mengerjakan LKS, kegiatan selanjutnya yaitu presentasi jawaban LKS
dari masing-masing kelompok. Dari kegiatan tersebut diperoleh hasil bahwa semua
konjektur yang siswa buat itu bernilai benar. Siswa mampu menentukan unsur-unsur dan
rumus luas permukaan limas dengan benar. Terjadi sedikit kekeliruan pada jawaban LKS
kelompok 1 yang menuliskan “Luas A,B, C, D” yang seharusnya “luas ABCD” (S1K101).
Selain itu, jawaban kelompok juga terdapat beberapa perbedaan pada penggunaan
simbol/huruf yang digunakan (S1K102, S1K201). Kemudian, khususnya pada soal-soal
perhitungan luas permukaan limas, ada dua soal yang peneliti berikan di LKS. Untuk soal
pertama, semua kelompok dapat menjawab dengan benar, akan tetapi untuk soal kedua, ada
2 kelompok yang menjawab salah.
Pada siklus II untuk menemukan rumus volume limas, siswa akan melakukan
percobaan terhadap perbandingan volume antara kubus dan limas segi empat. Kedua alat
peraga tersebut memiliki ukuran tinggi yang sama, serta luas alasnya yang sama pula. Saat
melakukan proses penemuan rumus, siswa mengikuti instruksi LKS yang telah diberikan.
Adakalanya peneliti juga membimbing kelompok yang mengalami kesulitan dalam
pengerjaan LKS tersebut. Konjektur yang dibuat oleh kelompok 2 ditunjukkan sebagimana
Gambar 7.
Siswa dapat menjawab LKS dengan benar ketika presentasi kelompok. Dalam hal
ini berarti konjektur yang dibuat siswa sudah benar. Siswa juga dapat menggunakan rumus
tersebut dalam menyelesaikan soal-soal yang diberikan. Di dalam LKS, peneliti memberi-

162 AKSIOMA Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 03 Nomor 02, September 2014

kan dua soal yang berkaitan dengan volume limas. Kedua soal yang diberikan tersebut
ternyata dapat dijawab dengan benar oleh semua kelompok.

Gambar 7. Jawaban LKS kelompok 2 pada siklus II
Pada kegiatan penutup dilakukan tahap mengevaluasi keberhasilan belajar siswa,
yaitu meminta dan membimbing siswa untuk membuat kesimpulan tentang materi luas
permukaan dan volume limas. Dari siklus I diperoleh kesimpulan: luas permukaan limas =
luas alas + jumlah luas sisi-sisi tegak, sedangkan siklus II diperoleh kesimpulan: volume
1
limas = × luas alas × t.
3
Pada tes akhir tindakan siklus I siswa diberi masalah yang terdiri dari 3 nomor soal.
Berikut satu diantara soal yang diberikan. Dus kemasan makanan berbentuk limas dengan
alas berbentuk persegi yang panjang sisi alasnya 10 cm, dan tinggi dusnya 12 cm.
Gambarlah sketsanya kemudian hitunglah: (a) tinggi segitiga pada bidang tegak, (b) luas
permukaan dus!
Hasil tes akhir tindakan siklus I menunjukkan bahwa umumnya siswa dapat
menyelesaikan soal luas permukaan limas. Namun masih ada beberapa kesalahan yang
dilakukan oleh siswa pada saat menyelesaikan soal yang diberikan. Hal tersebut seperti
yang dilakukan oleh MA yang ditunjukan pada Gambar 9 berikut:

MA1B06S
MA1B07S
MA1B08S

MA1B09S

Gambar 8. Jawaban MA
Dari hasil tes akhir tindakan siklus I milik MA pada Gambar 8 dapat dilihat
bahwa MA tidak menggambar sketsa yang diperintahkan dalam soal. MA tidak menuliskan
bagian yang diketahui dan ditanyakan dari soal nomor 3. Selain itu, MA keliru dalam
mensubtitusi nilai tinggi limas (MA1B07S). MA juga tidak atau keliru menuliskan satuan
(MA1B06S, MA1B08S, MA1B08S), serta MA tidak mengerjakan soal tersebut hingga
tuntas (MA1A39S). Berikut ini transkrip wawancara bersama MA:

Pujiati Sari, Sudarman Bennu, dan Bakri Mallo, Penerapan Metode Penemuan Terbimbing … 163

MA1A38P:
MA1A39S:
MA1A40P:
MA1A41S:
MA1A44P:
MA1A45S:

Lanjut ke nomor tiga. Kenapa adik tidak menggambarkan sketsa bangun ruangnya?
Padahal itu sangat membantu adik dalam penyelesaian soal itu
Tidak sempat saya tulis, Kak
Adik juga lupa menuliskan bagian diketahui dan ditanyakan, seharusnya dituliskan,
karena itu soal cerita, Dik. Lain kali ditulis ya
Ooh iya, Kak
Di soal itu, proses pengerjaannya masih ada yang keliru. Coba adik kerjakan kembali
soal itu
Kesimpulannya, jadi diperoleh tinggi segitiga pada bidang tegak = 13 cm. Luas alas
dus = 100 cm2. Luas sisi tegak = 65 cm2. Luas permukaan dus = 360 cm2

Berdasarkan transkrip wawancara MA pada dasarnya MA paham dengan soal luas
permukaan limas dan dapat menyelesaikannya, akan tetapi MA kurang teliti dalam
mengerjakan soalnya.
Pada tes akhir tindakan siklus II siswa diberi masalah yang terdiri dari 3 nomor soal.
Pada umumnya siswa mengalami kesulitan pada soal nomor 2; carilah volume dari limas
segi empat dengan panjang rusuk 40 m dan tinggi sisi tegaknya 25 m dengan terlebih dalu
membuat sketsanya.
Pada soal nomor 2 beberapa siswa kurang teliti dalam menyelesaikan soal-soal
cerita yang diberikan. Mereka menuliskan satuan, tidak menjawab soal dengan proses yang
lengkap, dan keliru dalam melakukan perhitungan. Berikut hasil tes akhir tindakan siklus II
milik MA:

MA2B02S
MA2B01S

Gambar 9. Jawaban MA Nomor 2 pada Soal Tes Akhir Tindakan Siklus II
Kekeliruan MA terdapat pada transkrip wawancara berikut:
MA2A17P:
MA2A18S:
MA2A19P:
MA2A20S:
MA2A21P:
MA2A22S:

Coba adik kerjakan kembali soal nomor dua itu. Dari mana adik memperoleh luas
alas = 1600 ?
Luas alas = s × s = 40 m × 40 m = 1.600 m2
Kenapa adik tidak menuliskan proses penemuan luas alasnya di lembar jawabanmu?
Tidak sempat saya tulis, Kak
Satuan nomor dua juga keliru, ada juga yng tidak ada satuannya. Kira-kira apa
satuannya?
t = 15 meter, sedangkan volume limas = 8.000 m3

Dari hasil tes akhir tindakan siklus II milik MA (Gambar 9), dapat dilihat bahwa
MA dapat menyelesaikan soal cerita mengenai volume limas. Namun pada jawaban MA,
MA tidak menuliskan bagian yang diketahui dan ditanyakan. MA juga tidak menuliskan
satuan dari nilai yang ia peroleh (MA2B01S). Selain itu, MA tidak menuliskan dari mana ia
memperoleh nilai luas alas limas = 1.600 (MA2B02S). Saat dilakukan wawancara
mendalam pada MA, ternyata MA dapat menjelaskan bagaimana ia memperoleh nilai luas

164 AKSIOMA Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 03 Nomor 02, September 2014

alas limas. Ma juga dapat menjelaskan satuan dari nilai yang ia peroleh. Jadi,
kesimpulannya, MA paham dengan soal cerita yang diberikan oleh peneliti (MA2A18S).
Aspek-aspek yang diamati terhadap aktivitas guru selama pembelajaran berlangsung
menggunakan lembar observasi adalah: pada kegiatan awal meliputi: (1) menyiapkan siswa
untuk mengikuti pembelajaran, (2) memberikan informasi tentang materi dan tujuan
pembelajaran kepada siswa, (3) memberikan motivasi, (4) memberikan apersepsi. Pada
kegiatan inti meliputi: (5) menjelaskan materi-materi pokok dan hal-hal yang akan
dipelajari, (6) guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok terdiri dari 4 s.d. 5 orang
yang heterogen, (7) memberikan alat peraga dan LKS kepada setiap kelompok, (8)
menjelaskan hal-hal yang perlu dilakukan dengan bantuan LKS tersebut, (9) membimbing
siswa mengerjakan LKS, (10) membimbing siswa menemukan unsur-unsur dan luas
permukaan limas, (11) memilih perwakilan setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil
kerjanya di papan tulis dan menjelaskannya, (12) memimpin diskusi dan meminta setiap
kelompok menanggapi jawaban kelompok lain. Pada kegiatan penutup meliputi: (13)
Mengarahkan siswa membuat kesimpulan, (14) memberikan pekerjaan rumah sebagai
latihan, (15) menutup pembelajaran. Aspek yang diamati selain kegiatan pembelajaran
meliputi: (16) efektivitas penggunaan waktu, (17) keterlibatan siswa dalam proses
pembelajaran, (18) penampilan (performance) guru dalam proses pembelajaran.
Pada siklus I aspek nomor 7 berkategori sangat baik; aspek nomor 1, 3, 4, 6, 8, 9,
10, 11, 13, 14, dan 17 berkategori baik; aspek nomor 2, 5, 12, 15, 16, dan 18 berkategori
cukup. Olehnya itu aktivitas guru dalam mengelolah pembelajaran pada siklus I
dikategorikan baik. Pada siklus II, aspek nomor 5, 14, 15, dan 16 berkategori sangat baik;
aspek nomor 1, 2, 3, 4, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 17, 18, dan 19 berkategori baik. Olehnya
itu aktivitas guru dalam mengelolah pembelajaran pada siklus II dikategorikan baik.
Aspek-aspek yang diamati terhadap aktivitas siswa selama proses pembelajaran
berlangsung menggunakan lembar observasi adalah: pada kegiatan awal meliputi:
(1) mempersiapkan diri untuk mengikuti pembelajaran, (2) memperhatikan penjelasan dari
guru, (3) menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. Pada kegiatan inti meliputi:
(4) menyimak penyampaian (presentase) dari guru, (5) bergabung dengan kelompok yang
telah dibentuk oleh guru, (6) berdiskusi dengan anggota kelompok dalam mengerjakan
LKS, (7) bertanya kepada guru mengenai hal-hal yang kurang jelas dalam LKS, (8)
menganalisis LKS yang ada, (9) menyusun konjektur/prakiraan dari hasil analisis, (10)
memeriksa kebenaran atas konjektur/prakiraan yang telah dibuat, (11) mempresentasikan
hasil diskusi kelompok di depan kelas, (12) memberi tanggapan atau pertanyaan dari hasil
presentasi dari kelompok lain. Pada kegiatan penutup meliputi: (13) membuat kesimpulan
dari hasil diskusi, (14) mencatat pekerjaan rumah.
Pada siklus I aspek nomor 2 dan 4 berkategori sangat baik; aspek nomor 1, 5, 6, 7,
8, 9, 10, 11, 13, dan 14 berkategori baik; aspek nomor 3, dan 12 berkategori cukup.
Olehnya itu aktivitas guru dalam mengelolah pembelajaran pada siklus I dikategorikan
baik. Pada siklus II, aspek nomor 2, 4, 5, 6, 7, dan 11 berkategori sangat baik; aspek nomor
1, 3, 8, 9, 10, 12, 13, dan 14 berkategori baik. Olehnya itu aktivitas guru dalam mengelolah
pembelajaran pada siklus II dikategorikan baik.
Selanjutnya, peneliti melakukan refleksi terhadap proses belajar mengajar pada
siklus I. Refleksi ini bertujuan untuk memperbaiki kesalahan dan kekurangan yang terjadi
pada siklus I agar siklus II dapat terlaksana lebih baik.

Pujiati Sari, Sudarman Bennu, dan Bakri Mallo, Penerapan Metode Penemuan Terbimbing … 165

PEMBAHASAN
Penelitian ini menerapkan metode penemuan terbimbing yang terdiri dari dua
siklus. Setiap siklus terdiri atas 4 komponen yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan
tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi, sebagaimana yang dikemukakan oleh Kemmis dan
Mc. Taggart (Arikunto, 2006: 93) bahwa model penelitian terdiri atas 4 komponen yaitu (1)
perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi.
Materi pelajaran pada Siklus I adalah unsur-unsur dan luas permukaan limas,
sedangkan materi pada siklus II yaitu volume limas. Menurut Nuharini, dkk. (2008: 225)
limas adalah bangun ruang yang alasnya berbentuk segi banyak dan bidang sisi tegaknya
berbentuk segitiga yang berpotongan pada satu titik. Titik potong dari sisi-sisi tegak limas
disebut titik puncak limas. Luas permukaan limas adalah banyaknya satuan luas yang
menutupi seluruh daerah permukaan limas. Volume limas adalah banyaknya volum satuan
yang mengisi limas sampai terisi penuh.
Siklus I dilakukan selama dua kali pertemuan, yakni pertemuan pertama siswa
mengerjakan LKS, dan pertemuan kedua siswa diberikan tes akhir tindakan. Begitu halnya
juga pada siklus II, dilakukan selama dua kali pertemuan, yakni pertemuan pertama siswa
mengerjakan LKS, dan pertemuan kedua siswa diberikan tes akhir tindakan.
Sebelum pelaksanaan tindakan, peneliti terlebih dahulu memberikan tes awal untuk
mengetahui kemampuan siswa pada materi prasyarat dan sebagai pedoman dalam pembentukan kelompok yang heterogen. Hal ini sesuai dengan pendapat Sutrisno (2012: 212), bahwa
pelaksanaan tes sebelum perlakuan dilakukan untuk mengetahui pemahaman awal siswa.
Pada pelaksanaan tindakan baik siklus I maupun siklus II, peneliti menerapkan
metode penemuan terbimbing. Dalam pembelajarannya, siswa menemukan sendiri proses
penemuan rumus luas permukaan dan volume limas. Hal ini sejalan dengan pendapat
Hamalik (2009: 188) bahwa dalam metode penemuan terbimbing, siswa melakukan
discovery, sedangkan guru membimbing mereka ke arah yang benar.
Dalam pelaksanaannya, pembelajaran metode penemuan terbimbing dapat dilakukan secara individu maupun kelompok. Hal ini sesuai dengan pendapat Markaban (2008:
17) yang menyatakan bahwa pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing dapat
diselenggarakan secara individu atau kelompok. Oleh karena itu, dalam pelaksanaannya,
peneliti membentuk siswa ke dalam beberapa kelompok belajar. Peneliti mengelompokan
siswa ke dalam 5 kelompok yang masing-masing beranggotakan 4 s.d. 5 orang.
Pada pelaksanaan pembelajaran siklus I dan siklus II setiap pertemuan dilaksanakan
berdasarkan langkah-langkah metode penemuan terbimbing. Markaban (2008: 17)
mengemukakan langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode
penemuan terbimbing yaitu (1) perumusan masalah, (2) pemrosesan data, (3) penyusunan
dugaan sementara (konjektur), (4) pemeriksaan dugaan sementara (konjektur), (5)
penarikan kesimpulan, (6) penerapan konsep.
Pada tahap perumusan masalah, terlebih dahulu peneliti menyampaikan tujuan
pembelajaran kepada siswa. Secara tidak langsung rumusan masalah telah tercermin pada
tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Tujuan pembelajaran pada siklus I yaitu menentukan unsur-unsur limas, menemukan luas permukaan limas, dan menghitung luas permukaan
limas, sedangkan pada siklus II yaitu menentukan volume limas, dan menghitung volume
limas. Setelah itu, adanya pemberian motivasi kepada siswa. Pemberian motivasi sangatlah
penting hal ini sesuai dengan pendapat Hamalik (2009: 156) yang menyatakan bahwa
betapa pentingnya menimbulkan motivasi belajar siswa, karena motivasi dapat mendorong,

166 AKSIOMA Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 03 Nomor 02, September 2014

menggerakan dan mengarahkan kegiatan belajar. Pada tahap perumusan masalah, aktivitas
apersepsi juga penting di awal pembelajaran. Apersepsi siklus I peneliti tidak lupa
mengingatkan kembali pengetahuan prasyarat siswa yaitu materi jenis-jenis bangun datar
dan luas permukaan bangun datar. Pada apersepsi ini, peneliti lebih menekankan pada
bangun datar misalnya persegi, persegi panjang, dan segitiga. Selain itu, peneliti juga
menanyakan kembali tentang penggunaan rumus phytagoras. Lain halnya dengan siklus II,
pada siklus ini peneliti memberikan apersepsi kepada siswa mengenai materi unsur-unsur
dan luas permukaan limas, serta materi unsur-unsur dan volume kubus.
Pada tahap pemrosesan data, siswa menyusun, memproses, mengorganisir, dan
menganalisis data. Bimbingan oleh peneliti diberikan sejauh yang diperlukan saja. Bimbingan tersebut mengarahkan siswa ke tujuan yang ingin dicapai, melalui pertanyaanpertanyaan, atau LKS. Jadi pada tahap ini, LKS merupakan media pembelajaran yang
sangat menunjang dalam mencapai tujuan pembelajaran. LKS juga dapat menjadi jembatan
bagi siswa dan guru untuk mengomunikasikan hasil diskusi. Hal ini sesuai dengan pendapat
Kirschner, Sweller dan Clark (2010) yang mengungkapkan bahwa siswa dapat dengan
mudah mengonsultasikan jawaban LKS saat mereka menyelesaikan tugas yang ada di LKS,
dan mereka menggunakan itu untuk mencatat proses penyelesaian dari masalah yang diberikan.
Dalam pemrosesan data, siswa juga menggunakan alat peraga berupa model bangun
ruang berbentuk kubus dan limas segi banyak. Alat peraga ini terbuat dari bahan karton.
Benda tersebut digunakan untuk mengajarkan materi tentang unsur-unsur, luas permukaan
dan volume limas. Penambahan visual berupa alat peraga ini akan memberikan kesan yang
semakin kuat pada diri siswa dalam memahami materi pelajaran sehingga dapat bertahan
lebih lama dibandingkan dengan hanya menggunakan audio (pendengaran) saja. Hal ini
sesuai dengan pendapat Silberman (2010: 23) yang menjelaskan bahwa (1) apa yang saya
dengar, saya lupa, (2) apa yang saya dengar dan lihat, saya sedikit ingat, (3) apa yang saya
dengar, lihat, dan pertanyakan atau diskusikan dengan orang lain, saya mulai paham, (4)
apa yang saya dengar, lihat, bahas, dan terapkan, saya dapatkan pengetahuan dan keterampilan, (5) apa yang saya ajarkan kepada orang lain, saya kuasai.
Pada tahap penyusunan dugaan sementara (konjektur), siswa mempunyai jawabanjawaban dari LKS yang diberikan. Jawaban-jawaban tersebut adalah konjektur, yang belum
pasti kebenarannya. Sobel dan Maletsky (2004: 31) mengungkapkan bahwa memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menduga jawaban dari sebuah persoalan, tidak hanya akan
memberi motivasi yang kuat dalam pengajaran, tetapi dapat juga membantu menemukan
jawabannya. Pada siklus I, setiap kelompok memiliki konjektur mengenai unsur-unsur
limas, dan rumus umum luas permukaan limas yang ditunjukan pada Gambar 3 s.d. Gambar
6, sedangkan siklus II setiap kelompok memiliki konjektur mengenai rumus umum volume
limas yang ditunjukan pada Gambar 7. Peran guru sebagai pembimbing sangat lah penting
pada tahap penyusunan konjektur ini. Pada tahap ini, guru diperbolehkan untuk membantu
siswa yang mengalami kesulitan, akan tetapi tidak diperbolehkan memberikan jawaban
yang sebenarnya secara langsung. Hal ini sesuai pendapat pendapat Hamalik (2009: 188)
bahwa dalam metode penemuan terbimbing, siswa melakukan discovery, sedangkan guru
membimbing mereka ke arah yang benar.
Pada tahap pemeriksaan dugaan sementara, guru memeriksa kebenaran konjektur
yang telah disusun oleh siswa di dalam LKS. Tahap ini juga disebut tahap penyajian/
presentasi hasil diskusi dari setiap kelompok. Jadi, guru bersama-sama dengan siswa
mengecek kebenaran jawaban dari setiap kelompok. Ketika siswa dari perwakilan kelompok mempresentasikan hasil diskusinya, maka siswa di kelompok lain menanggapi atau
mengajukan pertanyaan kepada kelompok yang sedang presentasi.

Pujiati Sari, Sudarman Bennu, dan Bakri Mallo, Penerapan Metode Penemuan Terbimbing … 167

Setelah jawaban sementara siswa telah diperiksa dan dinyatakan benar oleh guru,
maka siswa dapat menarik suatu kesimpulan dari pembelajaran yang dilakukan. Siswa
membuat kesimpulan sesuai dengan apa yang mereka peroleh dari proses penemuan konsep
atau rumus. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Purnomo (2011: 40) bahwa guru
membimbing siswa untuk menarik kesimpulan-kesimpulan yang sesuai dengan temuan
siswa. Kesimpulan yang diperoleh pada siklus I yaitu luas permukaan limas = luas alas +
1
jumlah luas sisi-sisi tegak, sedangkan kesimpulan pada siklus II yaitu volume limas = ×
3
luas alas × tinggi.
Selanjutnya tahap penerapan konsep merupakan tahap akhir dari proses pembelajaran dengan menggunakan metode penemuan terbimbing. Ketika siswa dapat menyimpulkan
rumus luas permukaan dan volume limas, maka selanjutnya siswa diperintah untuk
mengaplikasikan rumus-rumus tersebut pada LKS yang diberikan. Menurut Markaban
(2008: 17), pemberian latihan ketangkasan (berupa soal-soal latihan) yang harus dijawab
siswa bertujuan untuk mengetahui hasil dari proses berpikir siswa dalam menerapkan
konsep yang telah ditemukan.
Berdasarkan data hasil observasi terhadap aktivitas guru (peneliti), pada siklus I
diperoleh data bahwa performance peneliti dalam pembelajaran belum terlalu baik. Peneliti
masih kurang terampil dalam membimbing siswa untuk merangkum materi yang diajarkan
dan masih kurang terampil dalam mengelola waktu sedangkan untuk aspek yang lain sudah
baik. Pada siklus II diperoleh data bahwa performance peneliti dalam pembelajaran sudah
baik. Peneliti sudah cukup terampil dalam mengorganisir kelas, membimbing siswa untuk
merangkum materi yang diajarkan dan dalam mengelola waktu.
Berdasarkan data hasil observasi terhadap aktivitas siswa, pada siklus I diperoleh
data bahwa siswa kurang terlibat aktif dalam pembelajaran. Beberapa siswa masih malu
dalam mengemukakan pendapatnya. Pada siklus II diperoleh data bahwa siswa sudah terlibat
aktif dalam pembelajaran. Siswa lebih kritis dan berani dalam mengemukakan pendapatnya.
Selanjutnya peneliti bersama guru matematika melakukan refleksi terhadap proses
pembelajaran yang dilakukan. Refleksi dilakukan untuk menjadi dasar perbaikan rencana
siklus selanjutnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Arikunto (2007: 16) bahwa refleksi
adalah kegiatan menganalisis data yang telah diperoleh berdasarkan tes awal yang
dilakukan sebelum pembelajaran berlangsung, hasil tes akhir yang dilakukan sesudah
tindakan pembelajaran, hasil observasi, catatan lapangan, dan hasil wawancara.
Tes akhir tindakan siklus I dan siklus II masing-masing diikuti oleh 24 orang siswa.
Dari hasil tes, sebanyak 19 orang memperoleh nilai lebih dari atau sama dengan 75, sedangkan
pada siklus II sebanyak 18 orang memperoleh nilai lebih dari atau sama dengan 75. Hal ini
menunjukan bahwa siswa memahami materi luas permukaan dan volume limas. Tes akhir
tindakan siklus I dan siklus II ini merupakan komponen untuk mengecek hasil belajar siswa.
Berdasarkan siklus I dan siklus II, indikator keberhasilan telah dicapai. Pada siklus I
yaitu siswa dapat menentukan unsur-unsur dan luas permukaan limas, sedangkan pada siklus
II yaitu siswa dapat menentukan volume limas. Dalam penelitian ini menunjukan bahwa
metode penemuan terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi luas
permukaan dan volume limas. Hal ini sejalan dengan pendapat Irmawati (2010: 63) bahwa
penerapan metode pembelajaran penemuan terbimbing pada materi luas permukaan dan
volume limas dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIIIB SMP Negeri 1 Sindue.
Lebih lanjut Nurkholis (2013) menyimpulkan bahwa implementasi metode penemuan
terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X A SMA Negeri 9 Palu pada
materi penarikan kesimpulan logika matematika.

168 AKSIOMA Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 03 Nomor 02, September 2014

Uraian di atas menunjukkan bahwa penerapan metode penemuan terbimbing
berbantuan alat peraga dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi luas permukaan
dan volume limas di Kelas VIII SMP Negeri 19 Palu, mengikuti langkah-langkah yaitu (1)
perumusan masalah, (2) pemrosesan data, (3) penyusunan dugaan sementara (konjektur), (4)
pemeriksaan dugaan sementara (konjektur), (5) penarikan kesimpulan, (6) penerapan konsep.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa
penerapan metode penemuan terbimbing berbantuan alat peraga yang dapat meningkatkan
hasil belajar siswa pada materi luas permukaan dan volume limas di Kelas VIII SMP
Negeri 19 Palu mengikuti langkah-langkah sebagai berikut: (1) perumusan masalah, (2)
pemrosesan data, (3) penyusunan dugaan sementara (konjektur), (4) pemeriksaan dugaan
sementara (konjektur), (5) penarikan kesimpulan, (6) penerapan konsep. Pada langkah
perumusan masalah, guru menyampaikan tujuan pembelajaran, motivasi, apersepsi, dan
penjelasan materi pokok yang akan dipelajari. Selain itu, guru juga membagi siswa dalam
beberapa kelompok belajar. Pada langkah pemrosesan data, siswa dimudahkan dalam
proses belajarnya dengan adanya bantuan media pembelajaran berupa LKS dan alat peraga.
Pada langkah penyusunan konjektur, siswa telah mempunyai jawaban-jawaban dari LKS
yang diberikan. Pada langkah pemeriksaan konjektur, guru memeriksa kebenaran konjektur
yang telah disusun oleh siswa di dalam LKS. Pada langkah penarikan kesimpulan, siswa
membuat kesimpulan sesuai dengan apa yang mereka peroleh dari proses penemuan konsep
atau rumus. Pada langkah penerapan konsep, siswa menerapkan rumus yang telah ditemukan.
SARAN
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka saran yang dapat diajukan yaitu pada proses
pembelajaran, guru hendaknya dapat menjadikan metode penemuan terbimbing sebagai
alternatif untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Selain itu, dalam penerapan metode
penemuan terbimbing membutuhkan perencanaan dan persiapan yang matang. Perencanaan
dan persiapan yang dimaksud yaitu (1) guru harus terampil memilih materi yang benarbenar cocok digunakan dengan metode ini, (2) kegiatan pembelajaran dilakukan dengan
berkelompok, (3) alat, bahan dan sumber belajar (LKS) harus sudah tersedia sebelum
pembelajaran dimulai. Bagi peneliti lain yang ingin menerapkan metode penemuan
terbimbing diharapkan dapat mencoba metode penemuan terbimbing dengan menggunakan
alat peraga dan LKS yang lebih baik dan menarik.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Arikunto, S. (2007). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Hamalik, O. (2009). Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta:
PT. Bumi Aksara.
Hanafiah, N. dan Suhana, C. (2009). Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: PT. Refika
Aditama.

Pujiati Sari, Sudarman Bennu, dan Bakri Mallo, Penerapan Metode Penemuan Terbimbing … 169

Irmawati. (2010). Penerapan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa pada Materi Luas Permukaan dan Volume Limas di Kelas VIII B
SMPN 1 Sindue. Skripsi tidak diterbitkan. Palu: FKIP UNTAD.
Mandrin, P.A. dan Preckel, D. (2009). Effect of Similarity-Based Guided Discovery
Learning on Conceptual Performance. Journal of School Science and Mathematic
[Online], Vol 109 (3), 13 halaman. Tersedia: http://promathmedia.files.wordpress.com-/2013/06/effect-of-similarity-based-guided-discovery.pdf [01 Juni 2014].
Markaban. (2008). Model Penemuan Terbimbing pada Pembelajaran Matematika SMK.
Yogyakarta: PPPTK Matematika.
Nuharini, D. dkk. (2008). Matematika Konsep dan Aplikasinya untuk Kelas VIII SMP/MTs .
Jakarta: Depdiknas.
Nurcholis. (2013). Implementasi Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa pada Penarikan Kesimpulan Logika Matematika . Jurnal Elektronik
Pendidikan Matematika Tadulako [Online], Volume 1 (1), 11 halaman. Tersedia:
http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/in-dex.php/JEPMT/article/view/1707/1124 [19 Mei
2014].
Purnomo, Y. W. (2011). Keefektifan Model Penemuan Terbimbing Dan Cooperative Learning
Pada Pembelajaran Matematika. Jurnal Pendidikan [online], Vol 41 (1). Tersedia:
http://journal.uny.ac.id/index.php/jk/article/download/503/366 [4 Januari 2014].
Shadiq, F. (2010). Apa dan Mengapa Matematika Begitu Penting . (online), (http://
fadjarp3g.files.wordpress.com/2009/10/09-apamat_limas_.pdf, diakses pada tanggal 5
April 2013).
Silberman, M.L. (2010). Active Learning, 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung:
Nusamedia dan Nuansa.
Sobel, M.A dan Maletsky, E.M. (2004). Mengajar Matematika . Jakarta: Erlangga.
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: CV
Alfabeta.
Sukardi. E. (2011). Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta:
Bumi Aksara.
Sutrisno. (2012). Efektivitas Pembelajaran dengan Metode Penemuan Terbimbing terhadap
Pemahaman Konsep Matematis Siswa . Jurnal Pendidikan Matematika. [online].
Volume 1 (4). Tersedia: [http://fkip.unila.ac.id/ojs/data/journals/11/JPMUVol1No4/016Sutrisno.pdf, 19 Mei 2014].
Tuovinen, J.E. dan Sweller, J. (1999). A Comparison of Cognitive Load Associated with
Discovery Learning and Worked Examples. Journal of Educational Psychology
[Online], Vol 91 (2), 8 halaman. Tersedia: http://promathmedia.files.word-press.
com/2013/-06/a-comparison-of-connitive-load-associated-with-discovery-learningand-worked-examples.pdf [01 Juni 2014].

Dokumen yang terkait

PENERAPAN METODE PENEMUAN TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA PADA MATERI GRADIEN DI KELAS VIII SMP NEGERI 9 PALU | Yusnawan | Jurnal Elektronik Pendidikan Matematika Tadulako 3095 9569 1 PB

0 2 11

PENERAPAN METODE PENEMUAN TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI LUAS PERMUKAAN DAN VOLUME BALOK | Purwatiningsi | Jurnal Elektronik Pendidikan Matematika Tadulako 3097 9577 1 PB

0 0 11

PENERAPAN METODE PENEMUAN TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI TEOREMA PYTHAGORAS DI KELAS VIII SMP NEGERI 9 PALU | Suwitra | Jurnal Elektronik Pendidikan Matematika Tadulako 7228 24060 1 PB

0 0 13

PENERAPAN METODE PENEMUAN TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI TRAPESIUM DI KELAS VII SMP NEGERI 7 PALU | Susilawati | Jurnal Elektronik Pendidikan Matematika Tadulako 8453 27779 1 PB

0 0 12

PENERAPAN METODE PENEMUAN TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI LUAS PERMUKAAN DAN VOLUME BANGUN RUANG DI KELAS VIII SMP NEGERI 4 SIGI | Anita | Jurnal Elektronik Pendidikan Matematika Tadulako 8455 27784 1 PB

0 0 15

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI LUAS PERMUKAAN DAN VOLUME LIMAS DI KELAS VIII SMP NEGERI 5 PALU | Abimanyu | AKSIOMA : Jurnal Pendidikan Matematika 7753 25580 1 PB

0 0 11

PENERAPAN PENDEKATAN SCIENTIFIC DALAM MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI LUAS PERMUKAAN DAN VOLUME LIMAS DI KELAS VIII B SMP NEGERI 1 PALU Dimas Anjar Sasmita

0 0 13

PENERAPAN METODE PENEMUAN TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

0 0 5

PENERAPAN METODE PENEMUAN TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI LUAS PERMUKAAN DAN VOLUME KUBUS DAN BALOK DI KELAS VIIIA SMP NEGERI 2 SIGI Debi Susilawati

0 0 14

PENERAPAN METODE PENEMUAN TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI TEOREMA PHYTAGORAS DI KELAS VIII B SMP NEGERI 7 PALU

0 0 11